Saran Belanja Daerah Pengaruh DAU, PAD, Pertumbuhan Ekonomi, dan Jumlah Penduduk Terhadap Belanja Daerah Kabupaten/Kota Sumatera Utara

70 6. Secara simultan realisasi Dana Alokasi Umum, realisasi Pendapatan Asli Daerah , Pertumbuhan Ekonomi dan Jumlah penduduk berpengaruh signifikan terhadap realisasi Belanja Daerah dan tingkat Daya Serap Belanja Daerah pada kabupatenkota Sumatera Utara.

5.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian, beberapa saran dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Pemerintah daerah diharapkan dapat mengelola sebaik mungkin anggaran Belanja Daerah agar dapat meningkatkan alokasi Belanja daerah yang diharapkan dapat mengoptimalkan kesempatan Belanja Daerah dan dapat menggali sumber-sumber Pendapatan Asli Daerah untuk meningkatkan pendapatan daerah. Demikian juga pemerintah daerah agar terus mengupayakan untuk dapat menarik Dana Alokasi Umum untuk dialokasikan pada sektor publik sehingga penggunaannya menjadi efisien dan menjadi penerimaan daerah. 2. Anggaran dan Realisasi Belanja Daerah pada KabupatenKota di Sumatera Utara pengalokasiannya tidak difokuskan pada pos belanja tidak langung khususnya pada Belanja Pegawai. Tetapi seharusnya lebih dialokasikan kepada sektor-sektor publik yang lebih produktif pada komponen belanja langsung. 3. Peneliti berikutnya sebaiknya menambah variabel atau faktor-faktor lain yang mempengaruhi anggaran dan realisasi Belanja Daerah seperti tingkat Universitas Sumatera Utara 71 inflasi, jumlah penduduk miskin, jumlah pengangguran, potensi sumber daya daerah dan data kewilayahan suatu daerah. 4. Bagi peneliti berikutnya dimasa mendatang agar dapat memperluas atau menambah sampel penelitian seperti dari luar Sumatera Utara atau seluruh Indonesia atau dengan menambah periode pengamatan. Universitas Sumatera Utara 11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Belanja Daerah

Menurut Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah, belanja daerah merupakan semua kewajiban daerah yang diakui sebagai pengurang nilai kekayaan bersih dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan. Mardiasmo 2002 mendefinisikan belanja daerah sebagai semua pengeluaran daerah dalam periode tahun anggaran tertentu yang menjadi beban daerah. Sebagai sebuah organisasi atau rumah tangga, pemerintah melakukan banyak sekali pengeluaran belanja untuk membiayai kegiatannya. Pengeluaran- pengeluaran itu bukan saja untuk menjalankan roda pemerintahan sehari-hari akan tetapi juga untuk membiayai kegiatan perekonomian. Dan selanjutnya dalam Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 Pasal 20 ayat 3 menyebutkan bahwa Belanja Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat 1 huruf a meliputi semua pengeluaran dari rekening kas umum daerah yang mengurangi ekuitas dana lancar, yang merupakan kewajiban daerah dalam satu tahun anggaran yang tidak akan diperoleh pembayarannya kembali oleh daerah. Belanja Daerah merupakan pembiayaan yang digunakan oleh pemerintah daerah yang diperoleh baik dari pendapatan asli daerah maupun dari dana perimbangan. Sehingga diperlukan perencanaan dan pengendalian terhadap belanja daerah merupakan aktivitas penting yang harus dilakukan oleh pemerintah daerah. Belanja daerah yang tidak terencana dan terkendali dengan baik akan menjadi sumber-sumber inefisiensi dan pemborosan uang Negara yang sangat Universitas Sumatera Utara 12 merugikan masyarakat. Sebaliknya, pengelolaan belanja daerah yang dilakukan secara ekonomis, efisien, dan efektif akan memberikan dampak bagi kesejahteraan masyarakat. Agar pemerintah daerah dapat mengelola belanja daerah secara baik yaitu memenuhi prinsip value for money penghargaan atas setiap rupiah uang Negara. Dan Belanja daerah diarahkan pada peningkatan proporsi belanja untuk memihak kepentingan publik dengan berfokus kepada pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat khususnya dibidang kesehatan, pendidikan dan belanja bagi peningkatan kesejahteraan sosial lainnya. Dalam penggunaannya, belanja daerah tetap mengedepankan efisiensi, efektivitas dan penghematan sesuai dengan prioritas sehingga diharapkan dapat memberikan dukungan bagi program-program strategis daerah. Belanja Daerah sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah pasal 31 ayat 1 menyebutkan bahwa belanja daerah dipergunakan dalam rangka mendanai pelaksanaan urusan pemerintah yang menjadi kewenangan provinsi atau kabupatenkota yang terdiri dari urusan wajib, urusan pilihan dan urusan yang penanganannya dalam bagian atau bidang tertentu yang dapat dilaksanakan bersama antara pemerintah dan pemerintah daerah atau antar pemerintah daerah yang ditetapkan berdasarkan peraturan perundang-undangan. Belanja Daerah dikelompokkan kedalam belanja langsung dan belanja tidak langsung M.Ali Akbar, 2011. Hal tersebut berdasarkan pada peraturan Permendagri yang baru yaitu peraturan No. 59 Tahun 2007 Revisi atas Permendagri No.13 tahun 2006 Universitas Sumatera Utara 13 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah. Belanja Daerah dikelompokkan menjadi Belanja Tidak Langsung dan Belanja Langsung.

1. Belanja Tidak Langsung.

Belanja tidak langsung merupakan belanja yang penganggarannya tidak dipengaruhi secara langsung oleh adanya usulan program atau kegiatan Darise,2008. Belanja tidak langsung merupakan belanja yang dianggarkan setiap bulan dalam satu tahun anggaran sebagai konsekuensi dari kewajiban pemerintah daerah secara periodik kepada pegawai yang bersifat tetap pembayaran gaji dan tunjangan dan kewajiban untuk pengeluaran belanja lainnya yang umumnya diperlukan secara periodik. Kelompok belanja tidak langsung dibagi menurut jenis belanja yang terdiri dari : a. Belanja Pegawai, merupakan belanja kompensasi, dalam bentuk gaji dan tunjangan serta pengahasilan lainnya yang diberikan kepada pegawai negeri sipil yang ditetapkan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan. b. Belanja Bunga, digunakan untuk menganggarkan pembayarann bunga utang yang dihitung atas kewajiban pokok utang Principal Outstanding berdasarkan perjanjian pinjaman jangka pendek, jangka menengah, dan jangka panjang. c. Belanja Subsidi, digunakan untuk menganggarkan bantuan biaya produksi kepada perusahaanlembaga tertentu yang menghasilakan produk atau jasa pelayanan umum masyarakat agar harga jual produksijasa yang dihasilkan dapat terjangkau oleh masyarakat banyak. Universitas Sumatera Utara 14 d. Belanja Hibah, digunakan untuk menganggarkan pemberian hibah dalam bentuk uang atau barang kepada masyarakat yang bertujuan untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat. Bantuan sosial diberikan tidak secara terus menerus setiap tahun anggaran, selektif , dan memiliki kejelasan peruntukan penggunaannya. e. Belanja Bagi Hasil, digunakan untuk menganggarkan dana bagi hasil yang bersumber dari pendapatan teknis kepada KabupatenKota atau pendapatan KabupatenKota kepada pemerintah desa atau pendapatan pemerintah daerah tertentu kepada pemerintah daerah lainnya sesuai dengan ketentuan perundang-undangan. f. Bantuan Keuangan, digunakan untuk menganggarkan bantuan keuangan yang bersifat umum atau khusus dari pemerintah kota kepada pemerintah desa dan pemerintah daerah lainnya dalam rangka pemerataan dan peningkatan kemampuan keuangan. g. Belanja Tidak Terduga, merupakan belanja untuk kegiatan yang sifatnya tidak biasa atau tidak diharapkan berulang seperti penanggulangan bencana alam dan bencana sosial yang tidak diperkirakan sebelumnya, termasuk pengembalian atas kelebihan penerimaan daerah tahun-tahun sebelumnya yang telah ditutup.

2. Belanja Langsung.

Belanja langsung merupakan belanja yang penganggarannya dipengaruhi secara langsung oleh adanya program atau kegiatan. Sehingga kelompok belanja tersebut ditemui pada seluruh SKPD sebagai pengguna anggaran Darise,2008. Universitas Sumatera Utara 15 Atau dengan kata lain, belanja langsung merupakan belanja-belanja yang terkait langsung dengan program dan kegiatan. Jenis belanja langsung meliputi: a. Belanja Pegawai, merupakan belanja yang digunakan untuk pengeluaran honorium atau upah dalam melaksanakan program dan kegiatan pemerintah daerah. b. Belanja Barang dan Jasa, merupakan belanja yang digunakan untuk pengeluaran pembelian atau pengadaan barang yang nilai manfaatnya kurang dari 12 dua belas bulan dan pemakaian jasa dalam melaksanakan program dan kegiatan pemerintah daerah. c. Belanja Modal, merupakan belanja pemerintah daerah yang manfaatnya melebihi satu tahun anggaran dan akan menambah aset atau kekayaan daerah dan selanjutnya akan menambah belanja yang bersifat rutin. Seperti dalam bentuk tanah, peralayan dan mesin, gedung dan bangunan, jalan, irigasi dan jaringan, dan aset tetap lainnya. Dalam pasal Permendagri No. 13 tahun 2006 pasal 25 disebutkan, sumber pendapatan daerah yang digunakan untuk membiayai belanja daerah berasal dari: 1. Pendapatan asli daerah PAD; 2. Dana perimbangan; 3. Lain-lain penerimaan yang sah.

2.2. Daya Serap Belanja Daerah

Dokumen yang terkait

Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Pendapatan Asli Daerah (PAD), dan Dana Alokasi Umum (DAU) Terhadap Pengalokasian Anggaran Belanja Modal Pada Pemerintahan Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara

7 86 98

Pengaruh Belanja Pegawai, Belanja Barang, Belanja Modal dan Jumlah Penduduk Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Daerah Kabupaten/Kota di Sumatera Utara

12 75 131

Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Pendapatan Asli Daerah, dan Dana Perimbangan terhadap Belanja Modal pada Pemerintah Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara

2 38 82

Pengaruh Desentralisasi Fiskal dan Belanja Modal Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten/Kota di Sumatera Utara

4 48 105

Pengaruh Tax Effort, Pertumbuhan Belanja Modal Dan Pendapatan Asli Daerah Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Pada Kabupaten/Kota Di Sumatera Utara

7 76 100

Pengaruh Belanja Daerah, Investasi, Pendapatan Per Kapita Dan Jumlah Penduduk Terhadap Pendapatan Asli Daerah Kabupaten/Kota Se-Provinsi Sumatera Utara

2 54 110

Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Jumlah Penduduk Dan Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Belanja Daerah Pada Pemda Di Sumatera Utara

0 46 101

Pengaruh PAD, DAU, DAK dan Belanja Modal terhadap Pertumbuhan Ekonomi Daerah di Kabupaten/Kota Provinsi Sumatera Utara

17 115 88

Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dan Dana Alokasi Umum (DAU) Terhadap Pengalokasian Anggaran Belanja Modal Pada Pemerintahan Kabupaten/Kota Di Propinsi Sumatera Utara

1 41 93

Pengaruh DAU, PAD, Pertumbuhan Ekonomi dan Jumlah Penduduk Terhadap Belanja Daerah Kabupaten/Kota Sumatera Utara

14 52 105