Parameter Penting pada Proses Pirolisis
                                                                                73 Konsep Dasar Pirolisis dan Gasifikasi
g.  Kadar air MC Kadar  air  yang  lebih  tinggi  memperlambat  pencapaian
temperatur  pirolisis  Suyitno,  Lettner  et  al.,  2005.  Alasannya adalah bahwa beberapa bagian panas dikonsumsi selama proses
penguapan  Bilbao,  Mastral  et  al.,  1996;  Suyitno,  Lettner  et  al., 2005.  Kehadiran  air  dan  material  organik  juga  mendorong
pembentukan arang. Alasannya adalah bahwa air berlaku sebagai penyimpan  panas  Pritchard,  2002.  Kadar  air  meningkat  dapat
menyebabkan  hasil  arang  5  pada  saat  pirolisis  dengan temperatur 390
o
C-460
o
C. Kehadiran air menurunkan hasil tar dari pirolisis di atas temperatur 400
o
C Gray, 1984. g.  Lignin, selulosa dan hemiselulosa
Kadar  lignin  yang  lebih  tinggi  pada  sampah  buha  zaitun  28 massa,  kering  dibandingkan  dengan  kadar  lignin  pada  jerami
gandum  21,7  massa,  kering  menyebabkan  pada  peningkatan hasil arang Zanzi, 2001. Lignin adalah sumber utama pembentuk
arang  dan  tidak  pecah  menjadi  molekul  yang  lebih  ringan Pritchard,  2002.  Komponen  selulosa  dan  hemiselulosa  dalam
kayu  bertanggung  jawab  pada  hasil  volatil  sedangkan  lignin adalah penyumbang utama pada hasil arang Williams and Besler,
1996. h.  Jenis bahan
Hasil  arang  yang  lebih  rendah  diperoleh  dari  kayu  keras  14- 23  massa  dibandingkan  hasil  arang  pada  kayu  lunak  20-26,5
massa  Grönli  and  Varhegyi,  2002.  Alasannya  adalah  bahwa kadar rata-rata lignin pada kayu keras adalah lebih rendah 21,7
massa dibandingkan kayu lunak 28 massa Zanzi, 2001.
Pirolisis  biomassa  mischantus  menghasilkan  arang  yang  lebih tinggi dan hasil volatil yang lebih rendah dibandingkan biomassa
kayu  De  Jong,  Pirone  et  al.,  2003.  Jenis  kayu  berpengaruh terhadap  hasil  arang  dan  cairan.  Jenis  kayu  berpengaruh  pada
hasil  arang  paling  banyak  sampai  12.  Jenis  kayu  berpengaruh pada hasil cairan paling banyak sampai 10 Di Blasi, Branca et al.,
2001. 4.3.  Analisis Produk Pirolisis Sekam Padi
Dengan  reaktor  pirolisis  lambat  yang  dikembangkan  di Lab.  Perpindahan  Panas  Jurusan  Teknik  Mesin  FT  UNS,
pemasukan  sekam  dapat  diatur  menjadi  5  kgjam  dan  10  kgjam.
74 Produksi Gas dari Padatan
Pada pengujian pertama, kapasitas pemasukan sekam padi adalah 5  kgjam  dengan  kadar  air  yang  digunakan  adalah  10.
Temperatur  reaktor  yaitu  temperatur  dinding  bagian  belakang divariasikan  dari  300
o
C,  400
o
C,  dan  500
o
C.  Dari  Gambar  4.2 terlihat bahwa proses dekomposisi sekam padi paling besar pada
temperatur  sekitar  400
o
C  dimana  padatan  yang  tersisa  sebesar 52.  Minyak  pirolisis  terbanyak  dihasilkan  pada  temperatur
reaktor  300
o
C  dan  400
o
C  yaitu  20.  Pada  temperatur  reaktor 500
o
C  terjadi  penurunan  minyak  pirolisis  dan  kenaikan  padatan menunjukkan bahwa pada temperatur tersebut terjadi reaksi  tar
sekunder  di  luar  partikel.  Sebagaimana  diketahui  bahwa  pada proses  reaksi  tar  sekunder  terjadi  pemisahan  menjadi  gas  dan
padatan  lihat  Gambar  4.3.  Akibatnya  padatan  yang  dihasilkan semakin banyak pada temperatur 500
o
C.
Gambar 4.2. Hasil pirolisis sekam padi pada kapasitas 5 kgjam, kadar air 10.
Gambar 4.3. Dekomposisi Intraparticle dan extraparticle padatan yang berhubungan dengan konversi tar  Morf, 2001.
Padatan Minyak
Pirolisis Gas
300oC 400oC
500oC 60
17 24
52
20 28
58
20 22
10 20
30 40
50 60
Pr o
s e
n ta
s e
Hasil Pirolisis Temperatur
Reaktor
500
o
C 400
o
C 300
o
C
75 Konsep Dasar Pirolisis dan Gasifikasi
Gambar 4.4. Hasil pirolisis sekam padi pada kapasitas 10 kgjam, kadar air 10.
Pada  kapasitas  pemasukan  sebesar  10  kgjam  digunakan sekam padi dengan kadar air 10. Temperatur reaktor divariasikan
dari  300
o
C,  400
o
C,  dan  500
o
C.  Dari  Gambar  4.4  terlihat  bahwa proses dekomposisi sekam padi belum terjadi secara baik. Hal ini
terjadi  karena  pada  kapasitas  10  kgjam  waktu  tinggal  sekam dalam reaktor sangat singkat sekitar 2,5 menit. Sedangkan pada
kapasitas 5 kgjam, waktu tinggal sekam dalam reaktor sekitar 4,3 menit.  Waktu  tinggal  yang  singkat  menyebabkan  sekam  padi
belum  terdekomposisi  secara  sempurna  sehingga  padatan  yang dihasilkan  banyak.  Dengan  menaikkan  temperatur  reaktor  dari
300
o
C,  400
o
C  dan  500
o
C  terjadi  penurunan  produk  padatan  dari 83,  67  dan  45.  Dari  Gambar  4.5  terlihat  bahwa  masih  banyak
produk padatan berupa campuran sekam padi, arang sekam dan abu.  Jumlah  minyak  pirolisis  yang  dihasilkan  pada  temperatur
reaktor  300
o
C  dan  400
o
C  adalah  sekitar  9.  Pada  temperatur reaktor  500
o
C,  karena  waktu  tinggal  yang  singkat  menyebabkan tar  tidak  sempat  bereaksi  sehingga  minyak  pirolisis  yang
dihasilkan  sebanyak  20  sama  seperti  pada  pengujian  pirolisis dengan  kapasitas  5  kgjam,  MC  10,  pada  temperatur  300
o
C  dan 400
o
C.
Padatan Minyak
Pirolisis Gas
300oC 400oC
500oC
45 20
35 67
9 24
83
9 7
10 20
30 40
50 60
70 80
90
P ro
se nt
as e
Hasil Pirolisis Temperatur
Reaktor
500
o
C 400
o
C 300
o
C
76 Produksi Gas dari Padatan
300
o
C 400
o
C 500
o
C Gambar 4.5. Padatan hasil pirolisis sekam padi pada kapasitas 5
kgjam, kadar air 10.
300
o
C 400
o
C 500
o
C Gambar 4.6. Padatan hasil pirolisis sekam padi pada kapasitas 10
kgjam, kadar air 10.
Gambar 4.7. Hasil pirolisis sekam padi pada kapasitas 5 kgjam, kadar air 20,7.
Padatan Minyak
Pirolisis Gas
300oC 400oC
500oC
48
16 36
62
17 21
57
15 28
10 20
30 40
50 60
70
P ro
se nt
as e
Hasil Pirolisis Temperatur
Reaktor
500
o
C 400
o
C 300
o
C
77 Konsep Dasar Pirolisis dan Gasifikasi
Gambar 4.8. Hasil pirolisis sekam padi pada kapasitas 10 kgjam, kadar air 22,3.
Gambar 4.9. Kadar air sekam pada pengujian kapasitas 5
kgjam, kadar air rata-rata 20,7.
Gambar 4.10. Kadar air sekam pada pengujian kapasitas 10
kgjam, kadar air rata-rata 22,3.
Dengan  peningkatan  kadar  air  rata-rata  sekam  padi menjadi  sekitar  20,7  dan  22,3,  menyebabkan  proses
pemanasannya  semakin  lama.  Akibatnya  pada temperatur  300
o
C dan 400
o
C, sekam yang terdekomposisi sedikit lihat Gambar 4.7 dan  Gambar  4.8.  Pada  Gambar  4.7  terlihat  bahwa  pada
temperatur  reaktor  400
o
C,  jumlah  padatan  yang  tersisa  lebih banyak.  Hal  ini  disebabkan  karena  sekam  yang  digunakan
Padatan Minyak
Pirolisis Gas
300oC 400oC
500oC
52 21
27 84
10 6
87
10 3
10 20
30 40
50 60
70 80
90
P ro
se nt
as e
Hasil Pirolisis Temperatur
Reaktor
10 12
14 16
18 20
22 24
300 350
400 450
500 Temperatur Reaktor
o
C
K a
d a
r A
ir S
e k
a m
w b
10 12
14 16
18 20
22 24
300 350
400 450
500 Temperatur Reaktor
o
C
K ad
ar A
ir S
ek am
w b
500
o
C 400
o
C 300
o
C
78 Produksi Gas dari Padatan
mempunyai  kadar  air  yang  tinggi  sebagaimana  terlihat  pada Gambar 4.9. Perlu dicatat juga bahwa penggunaan sekam dengan
kadar  air  tinggi  sekitar  23,4,  lihat  Gambar  4.10  mampu diuapkan  dengan  baik  oleh  temperatur  reaktor  500
o
C  dimana padatan,  minyak  pirolisis,  dan  gas  yang  dihasilkan  masing-
masingnya adalah 52, 21, 27 seperti dapat dilihat pada Gambar 4.8.
Pada  temperatur  500
o
C  dengan  menggunakan  sekam berkadar  air  tinggi,  hasil  minyak  pirolisis  dengan  kapasitas
pemasukan  5  kgjam  menurun.  Hal  ini  menunjukkan  terjadinya reaksi tar sekunder. Sedangkan pada kapasitas pemasukan sekam
10  kgjam,  hasil  minyak  pirolisis  mencapai  21  lihat  Gambar  4.8 dan menunjukkan bahwa tidak terjadi reaksi tar sekunder karena
waktu tinggal dalam reaktor yang singkat.
300
o
C 400
o
C 500
o
C Gambar 4.11. Padatan hasil pirolisis sekam padi pada kapasitas 5
kgjam, kadar air 20,7.
300
o
C 400
o
C 500
o
C Gambar 4.12. Padatan hasil pirolisis sekam padi pada kapasitas 10
kgjam, kadar air 22,3.
79 Konsep Dasar Pirolisis dan Gasifikasi
4.4.  Uji Sifat Fisik Minyak Pirolisis Sekam Padi 4.4.1.  Viskositas Minyak Pirolisis Sekam Padi
Data  viskositas  dari  minyak  pirolisis  hasil  pirolisis  lambat sekam padi dapat dilihat pada Tabel 4.2. Terlihat bahwa viskositas
minyak pirolisis lebih besar dari viskositas air. Hal ini menunjukkan bahwa  minyak  pirolisis  lebih  kental  dibandingkan  air.  Viskositas
minyak  pirolisis  rata-rata  dari  seluruh  sampel  adalah  sekitar  0,91 cP 0,91 gm.s. Sedangkan dibandingkan dengan viskositas fluida
yang lain dapat dilihat pada
80 Produksi Gas dari Padatan
Tabel 4.3. Pada sampel I terlihat viskositas yang lebih tinggi
dari yang lain karena sudah disimpan lebih dari 12 hari, sedangkan yang lain diukur rata-rata pada hari ke-1 sampai ke-9.
Tabel 4.2. Viskositas minyak pirolisis
Sampel Laju massa
sekam T
dinding
Kadar Air Sekam
Waktu air
s Waktu PO
s Viskositas
air cP Viskositas
Minyak pirolisis cP
I 5 kgjam
300ºC 10,0
5,554 11,8
0,78 1,65
II 5 kgjam
400ºC 10,0
5,42 5,69
0,78 0,82
III 5 kgjam
500ºC 10,0
5,42 5,74
0,78 0,82
IV 10 kgjam
300ºC 10,0
5,42 6,5
0,78 0,93
V 10 kgjam
400ºC 10,0
5,42 5,88
0,78 0,84
VI 10 kgjam
500ºC 10,0
5,42 5,82
0,78 0,84
VII 5 kgjam
300ºC 20,7
5,47 5,75
0,78 0,82
VIII 5 kgjam
400ºC 20,7
5,47 5,76
0,78 0,82
IX 5 kgjam
500ºC 20,7
5,47 5,85
0,78 0,83
X 10 kgjam
300ºC 22,3
5,47 5,58
0,78 0,79
XI 10 kgjam
400ºC 22,3
5,47 5,90
0,78 0,84
XII 10 kgjam
500ºC 22,3
5,47 6,00
0,78 0,85
Rata-rata 0,91
81 Konsep Dasar Pirolisis dan Gasifikasi
Tabel 4.3. Viskositas beberapa bahan bakar minyak dan pelumas
No  Bahan Bakar Viskositas
1 Minyak Pirolisis
0,91 cP 2
Air 1-5 cP
3 Bensin
1,12-4,42 cP pada 20
o
C 4
Solar 2,8
– 4,42 cP pada 20
o
C 5
Kerosene 10 cP
6 Oli motor SAE 10
50-100 cP 7
Oli motor SAE 30 150-200 cP
8 Oli motor SAE 40
250-500 cP 9
Oli motor SAE 60  Gliserin 1.000-2.000 cP