Rancangan Reaktor Gasifikasi NO. 1 Buku Produksi gas dari padatan

135 Gasifikasi Gambar 5.8. Burner LPG konvensional Gambar 5.9. Gas burner Jika burner didesain dan diproduksi untuk gasifier sekam padi Gambar 5.9, lubang-lubang burner sekitar 316-14 in dengan spasi 18 in antar lubang telah terbukti bekerja dengan baik untuk meng-gasifikasi bahan bakar. Udara untuk pembakaran seharusnya pada saluran port keluaran daripada pada saluran masukan. 7. Isolasi reaktor Reaktor gasifier perlu diisolasi dengan benar untuk dua alasan. Pertama, isolasi ini akan menyediakan konversi bahan bakar menjadi gas yang lebih baik. Kedua, isolator akan mencegah terbakarnya kulit ketika terjadi secara tak sengaja menyentuh permukaan reaktor. Abu biomassa merupakan bahan isolasi yang termurah dan paling efektif untuk reaktor gas bahan bakar. Campuran semen dan abu biomassa dengan perbandingan 1:1, juga dapat digunakan sebagai isolator. Bagaimanapun, reaktor akan menjadi lebih berat dan biayanya akan menjadi lebih mahal. 136 Produksi Gas dari Padatan Gambar 5.10. Contoh abu sekam padi.

8. Lokasi penyalaan bahan bakar.

Bahan bakar dapat dibakar dalam reaktor dengan berbagai cara. Untuk fixed bed gasifier, seperti pada reaktor down draft, bahan bakar bahan bakar dapat dinyalakan dimulai dari atas top lit Gambar 5.11 atau dari bawah reaktor Bottom Lit. Sejauh ini, untuk gasifier tipe inverted down draft, penyalaan bahan bakar dari atas adalah jalan terbaik dan termudah. Penyalaan bahan bakar dengan cara ini meminimalisasi emisi asap. Gambar 5.11. Penyalaan bahan bakar dari atas reaktor 137 Gasifikasi Bagaimanapun, pemasukan bahan bakar kembali antar operasi tidak mungkin. Pengalaman dari desain reaktor sebelumnya bahwa pemasukan bahan bakar kembali selama operasi hanya mungkin ketika pembakaran bahan bakar dimulai dari bagian bawah reaktor. Keuntungan lain dari penyalaan dari bagian bawah adalah bahwa waktu start-up total untuk ketinggian reaktor yang sama dapat diperpanjang, dimana tidak dapat dilakukan ketika penyalaan bahan bakar dari bagian atas reaktor.

9. Ukuran dan lokasi ruang arang char chamber

Ukuran ruang untuk bahan bakar karbonisasi Gambar 5.12 menentukan frekuensi pembuangan arang atau abu. Semakin besar ruang dapat mengakomodasi jumlah arang yang semakin besar dan menjadikan waktu yang lebih lama sebelum arang dibuang. Sebagai tambahan, merancang ruang yang lebih pendek akan memberikan cukup ketinggian reaktor reaktor dan burner. Jika diinginkan hasil dari gasifikasi adalah arang, ukuran ruang seharusnya tidak terlalu besar sehingga hanya perlu waktu singkat sebelum arang dibuang. Arang panas yang dibuang dari reaktor terbakar lebih lanjut dimana konsekuensinya mengubah arang menjadi abu. Untuk membuang secara tepat abu atau arang dari reaktor, sudut gesek pada bagian bawah dari ruang hopper seharusnya 45 o . Dalam kasus sudut yang terbatas, sekop atau alat pengorek scraper diperlukan untuk membuang abu atau arang secara tepat.

10. Pertimbangan keamanan

Pengoperasian reaktor memerlukan keamanan. Sehingga, pertimbangan keamanan seharusnya menjadi bagian dari desain reaktor. Dalam hal ini, sebuah pelindung keamanan harus dimasukkan dalam desain reaktor untuk mencegah anak-anak dari kontak langsung dengan panas reaktor. Penahan panci Worasuwannarak, Potisri et al., seperti sebuah penahan ring atau batang-batang yang menonjol keluar, dilas ke burner dan ke penahan panci untuk mencegah panci tergelincir. 138 Produksi Gas dari Padatan Gambar 5.12. Ruang arang char

5.3. Perhitungan-Perhitungan Desain

Beberapa parameter –parameter penting yang perlu dipertimbangkan dalam menentukan ukuran reaktor gas bahan bakar, dimasukkan dalam pertimbangan daya keluaran yang diharapkan. Ukuran reaktor dapat dengan mudah diperkirakan dari perhitungan parameter-parameter ini. Parameter-parameter berikut dan formulasinya untuk menghitung kebutuhan dasar dalam desain reaktor gas bahan bakar.

1. Energi yang diperlukan

Energi berhubungan dengan jumlah panas yang perlu disuplai oleh reaktor. Jumlah energi yang diperlukan dapat ditentukan berdasarkan pada jumlah makanan yang dimasak danatau air yang akan dididihkan, dan energi panas jenisnya ditunjukkan pada Tabel 5.1. Tabel 5.1. Energi yang diperlukan untuk memasak makanan dan mendidihkan air Makanan Panas jenis kcalkg. o C Total energi yang diperlukan kcalkg Nasi 0,42 – 0,44 79,3 Daging 0,48 – 0,93 56,5 Sayuran 0,93 74,5 Air 1,0 72 Pada perbedaan temperatur 72ºC 139 Gasifikasi Jumlah energi yang diperlukan untuk memasak makanan dapat dihitung menggunakan formula: T xE M Q s f n  5.1 dimana : Q n = energi yang diperlukan, kcaljam M f = massa makanan, kg E s = energi spesifik, kcalkg T = waktu memasak, jam

2. Energi Masukan

Energi masukan berhubungan dengan jumlah keperluan energi dalam bentuk bahan bakar yang dimasukkan ke reaktor. Energi masukan dapat dihitung dengan formula: g f n x HV Q FCR   5.2 dimana : FCR = laju konsumsi bahan bakar, kgjam Q n = keperluan energi panas, kcaljam HVf = nilai kalor bahan bakar, kcalkg g  = efisiensi reaktor gasifier,

3. Diameter reaktor

Diameter reaktor berhubungan dengan ukuran reaktor, dalam hal ini diameter penampang silinder dimana bahan bakar dibakar. Ini adalah sebuah fungsi dari jumlah bahan bakar yang dikonsumsi per satuan waktu FCR terhadap laju gasifikasi spesifik SGR bahan bakar, dimana berkisar antara 110 –210 kgm 2 .jam atau 56 –130 seperti dinyatakan dari hasil-hasil beberapa pengujian pada reaktor gas bahan bakar. Seperti ditunjukkan di bawah, diameter reaktor dapat dihitung menggunakan rumus: 5 , . 27 .1      SGR FCR D 5.3 dimana : D = diameter reaktor, m FCR = laju konsumsi bahan bakar, kgjam SGR = laju gasifikasi spesifik bahan bakar, 110-210 kgm 2 .jam 140 Produksi Gas dari Padatan

4. Ketinggian reaktor

Ketinggian reaktor berhubungan dengan jarak total dari atas dan bawah reaktor. Ketinggian reaktor menentukan seberapa lama reaktor akan beroperasi dalam satu loading bahan bakar. Pada dasarnya, ini adalah sebuah fungsi dari sejumlah variabel seperti waktu yang diperlukan untuk mengoperasikan gasifier T, laju gasifikasi spesifik SGR, dan massa jenis bahan bakar ρ rh . Seperti ditunjukkan di bawah, ketinggian reaktor dapat dihitung menggunakan rumus: rh T x SGR H   5.4 dimana : H = panjang reaktor, m SGR = laju gasifikasi spesifik bahan bakar, kgm 2 .jam T = waktu yang diperlukan untuk mengkonsumsi bahan bakar, jam ρ rh = massa jenis bahan bakar, kgm 3

5. Waktu untuk mengkonsumsi bahan bakar

Waktu untuk konsumsi bahan bakar berhubungan dengan total waktu yang diperlukan untuk proses gasifikasi bahan bakar selesai di dalam reaktor. Parameter ini termasuk waktu untuk menyalakan bahan bakar dan waktu untuk menghasilkan gas, ditambah waktu untuk membakar seluruh bahan bakar di dalam reaktor secara sempurna. Densitas bahan bakar ρ rh , volume reaktor Vr, dan laju konsumsi bahan bakar adalah faktor-faktor yang digunakan dalam menentukan total waktu untuk mengkonsumsi bahan bakar bahan bakar dalam reaktor. Seperti ditunjukkan di bawah, waktu untuk konsumsi bahan bakar dapat dihitung menggunakan rumus: FCR Vr x T rh   5.5 dimana : T = waktu yang diperlukan untuk mengkonsumsi bahan bakar, jam Vr = volume reaktor, m 3 ρ rh = densitas bahan bakar, kgm 3 FCR = laju konsumsi bahan bakar, kgjam

6. Jumlah udara yang diperlukan untuk gasifikasi

141 Gasifikasi Jumlah udara berhubungan dengan laju aliran udara yang diperlukan untuk gasifikasi bahan bakar. Ini sangat penting dalam menentukan ukuran fan atau blower yang diperlukan reaktor dalam gasifikasi bahan bakar. Seperti ditunjukkan, jumlah udara dapat ditentukan secara sederhana menggunakan laju konsumsi bahan bakar bahan bakar FCR, udara stokiometrik bahan bakar SA, dan perbandingan ekuivalen oksidatif yang disarankan  untuk gasifikasi bahan bakar 0,3 – 0,4. Ini dapat dihitung menggunakan rumus: a udara SA x FCR x V    . 5.6 dimana : udara V . = laju aliran udara, m 3 jam  = perbandingan ekuivalen oksidatif, 0,3 – 0,4 FCR = laju konsumsi bahan bakar, kgjam SA = udara stokiometri, 4,5 kg.udarakg bahan bakar ρ a = densitas udara, 1,25 kgm 3

7. Kecepatan udara superficial

Kecepatan udara berhubungan dengan kecepatan aliran udara dalam alas bahan bakar. Kecepatan udara dalam alas bahan bakar dapat menyebabkan pembentukan saluran, dimana berpengaruh besar terhadap gasifikasi. Diameter reaktor D dan laju aliran udara udara V . menentukan kecepatan udara dalam gasifier. Seperti ditunjukkan, kecepatan udara superficial dapat dihitung menggunakan rumus: 2 . . . 4 D V V udara s  5.7 dimana : Vs = kecepatan gas superficial, ms udara V . = laju aliran udara, m 3 jam D = diameter reaktor, m

8. Tahanan aliran udara

Tahanan aliran udara berhubungan dengan jumlah tahanan yang digunakan oleh bahan bakar dan oleh arang didalam reaktor selama gasifikasi. Ini penting dalam menentukan apakah fan atau blower diperlukan untuk reaktor. Ketebalan kolom bahan bakar 142 Produksi Gas dari Padatan T f dan tahanan spesifik Sr bahan bakar diperlukan untuk memberikan informasi tahanan total yang diperlukan untuk fan atau blower. R f dapat dihitung menggunakan rumus: r f f xS T R  5.8 dimana : R f = tahanan bahan bakar, cmH 2 O T f = ketebalan kolom bahan bakar, m S r = tahanan spesifik, cmH 2 Om bahan bakar

5.4. Pengujian Unjuk Kerja Reaktor Gasifikasi

Dalam pengujian dan evaluasi unjuk kerja reaktor gasifikasi, dua seri pengujian dapat dilakukan yaitu: a uji laboratorium, dan b uji memasak aktual. 1. Uji laboratorium Dalam uji laboratorium, parameter-parameter operasi untuk reaktor ditentukan. Serangkaian uji dilakukan untuk menentukan berbagai unjuk kerja operasional reaktor termasuk boiling test untuk menentukan efisiensi dan daya keluaran reaktor. Perlengkapan tes, seperti termometer, timbangan, dan timer, digunakan selama pengujian reaktor dalam laboratorium.

2. Tes memasak aktual

Dalam tes ini, reaktor digunakan dalam rumah tangga. Data yang diambil meliputi data unjuk kerja memasak dari reaktor, manajemen operasional dapur loading bahan bakar bahan bakar dan pembuangan arang, pengoperasian dan sisi ekonomi penggunaan reaktor yang dikumpulkan dari rumah tangga-rumah tangga yang menggunakan reaktor. Sisi ekonomi penggunaan reaktor juga ditentukan dan dibandingkan dengan metode tradisional memasak. Ada beberapa metode yang dapat digunakan untuk menguji unjuk kerja sebuah reaktor. Metode ini meliputi uji mendidihkan air water boiling test, water simmering test, dan kombinasi dari dua tes ini disebut dengan water boiling-simmering test. Metode yang paling umum digunakan dalam menguji unjuk kerja reaktor gas bahan bakar, adalah kombinasi water boiling dan simmering test dimana mengijinkan sejumlah volume tertentu air untuk mendidih dan didiamkan pada titik didih tersebut simmer sampai seluruh bahan bakar dikonsumsi dalam reaktor. Selama tes, unjuk kerja operasi reaktor dalam istilah waktu mulai untuk