Sifat Fisik Bahan Bakar Padat

22 Produksi Gas dari Padatan 2.7 dimana adalah perbandingan antara massa dari partikel rata- rata dan volumenya, termasuk volume kosong yang ada pori-pori partikel. Nilai dari pada batu bara sekitar 1.100 kgm 3 sedangkan untuk kayu sebesar 700 kgm 3 . adalah perbandingan antara massa dari partikel rata-rata dengan volumenya, tanpa melibatkan volume yang ditempati oleh pori- pori di dalam partikel. Nilai untuk batu bara sekitar 2.200 dan untuk kayu adalah 1.400 kgm 3 Souza-Santos, 2004. Harga berbagai jenis partikel dapat dilihat pada Tabel 2.4. Masih terdapat satu istilah lagi dari massa jenis yaitu bulk  yang didefinisikan sebagai: V m p  bulk ,  2.8 Dimana m adalah massa total dari unggun partikel dan V adalah volume unggun. Harga bulk  berbagai jenis partikel dapat dilihat pada real app     1 app  app  real  real  app  23 Bahan Bakar Padat Tabel 2.5. Tabel 2.4. Harga berbagai jenis partikel Souza-Santos, 2004 No Jenis partikel Massa jenis semu kgm 3 1 Batu bara 700-2.000 2 Kayu 200-1.000 3 Arang batu bara 100-800 4 Batu kapur 2.000-3.200 5 Pasir 2.500-3.500 app  24 Produksi Gas dari Padatan Tabel 2.5. Harga bulk  berbagai jenis bahan bakar Reed and Das, 1988 No Jenis bahan bakar Massa jenis bulk kgm 3 Keterangan 1 Kayu sisa gergajian 177 Gembur 2 Kayu sisa gergajian 555 Briket dengan panjang 100 mm x diameter 75 mm 3 Gambut 350-440 serbuk 4 Gambut 180-400 Potongan tangan 5 Kayu 330 Keras 6 Kayu 250 Lunak 7 Kayu 290 Campuran 50 kayu keras dan 50 kayu lunak 8 Jerami 80 Serbuk 9 Jerami 320 Bal tumpukan

2.3. Analisis Komponen Bahan Bakar Padat

Untuk mengetahui komponen yang terdapat dalam bahan bakar padat dapat digunakan dua jenis analisis, yaitu analisis proksimasi proksimasi analysis dan analisis ultimasi ultimasi analysis. Analisis proksimasi adalah analisis bahan bakar padat yang menghasilkan fraksi massa dari karbon tetap fixed carbon = FC, zat volatil volatile matter=VM, kadar air moisture content = MC, dan abu ash. Analisis ini dilakukan dengan menimbang, memanaskan, dan membakar sebuah sampel kecil satuan berat bahan bakar Borman and Ragland, 1998. 1. Analisis kadar air MC Sampel bahan bakar dibuat serbuk ± 2-10 g tergantung mode pengeringan, lalu dipanaskan dalam oven dengan temperatur antara 105 o C –110 o C. Massa sampel akan berkurang dan akhirnya menjadi konstan. Terdapat dua jenis kadar air MC, yaitu kadar air basis basah wb dan kadar air basis kering db. 25 Bahan Bakar Padat Untuk menentukan kedua jenis kadar air tersebut dapat dilihat dari persamaan di bawah ini.  o f o wb m m m MC   2.9  f f o db m m m MC   2.10 Dimana m = massa awal dari sampel. m m f = massa akhir sampel. 2. Analisis zat volatil VM Setelah diperoleh kadar air sampel, kemudian sampel dipanaskan pada temperatur 900 o C dalam oven yang kedap udara selama 7 menit. Umumnya penyebutan kadar volatil didasarkan pada basis kering.  1 2 1 f f f db m m m VM   2.11 Dimana m f1 = massa sampel yang sudah dikeringkan. m m f2 adalah massa sampel setelah dipanaskan sampai temperatur 900 o C dalam kondisi kedap udara. 3. Analisis kadar abu Setelah fraksi zat volatil diketahui, sampel kemudian dipanaskan dalam oven yang berisi udara dengan temperatur ± 732 o C hingga terbakar sempurna. Sisa pembakaran kemudian ditimbang. Kadar abu ash content = AC dapat dinyatakan dengan:  1 3 f f db m m AC  2.12 Dimana m f1 = massa sampel yang sudah dikeringkan. m m f3 adalah massa sampel setelah dibakar pada temperatur 732 o C. 4. Fraksi massa karbon tetap fixed carbon = FC Fraksi massa karbon tetap diperoleh dengan cara mengurangkan fraksi kadar air, volatil dan abu dari massa awal. 26 Produksi Gas dari Padatan  1 3 2 1 f f f f db m m m m FC    2.13 atau  AC VM FC db    100 2.14 Analisis kedua yang juga dikenal adalah analisis ultimasi. Analisis ultimasi ASTM D3176 merupakan analisis laboratorium yang memuat fraksi massa karbon C, hidrogen H, oksigen O, sulfur S, dan nitrogen N dalam satu bahan bahan bakar atau lainnya. 5. Nilai Kalor Nilai kalor merupakan parameter penting dalam suatu bahan bakar. Terdapat dua jenis nilai kalor yaitu nilai kalor rendah dan nilai kalor tinggi. Nilai kalor rendah LHV, Lower heating value biomassa sekitar 15-20 MJkg lebih rendah dibanding nilai kalor batu bara yaitu sekitar 25-33 kJkg dan bahan bakar minyak contohnya bensin sekitar 42,5 MJkg. Artinya untuk setiap kg biomassa hanya mampu menghasilkan energi 23 dari energi 1 kg batu bara dan ½ dari energi 1 kg bensin http:en.wikipedia.orgwikiLower_heating_value. Nilai kalor berhubungan langsung dengan kadar C dan H yang dikandung oleh bahan bakar padat. Semakin besar kadar keduanya akan semakin besar nilai kalor yang dikandung. Menariknya dengan proses charing pembuatan arang, nilai kalor arang yang dihasilkan akan meningkat cukup tajam. Sebagai gambaran, dari hasil proses pembuatan arang batok kelapa pada temperatur 750 o C dapat dihasilkan arang dengan nilai kalor atas HHV, higher heating value sekitar 31 MJkg. Nilai ini setara dengan nilai kalor batu bara kelas menengah ke atas. Nilai kalor ini dapat dibandingkan dengan arang batu bara yang mempunyai nilai kalor atas 35 MJkg. Nilai kalor rendah LHV, lower heating value adalah jumlah energi yang dilepaskan dari proses pembakaran suatu bahan bakar dimana kalor laten dari uap air tidak diperhitungkan, atau setelah terbakar, temperatur gas pembakaran dibuat 150 o C. Jika 27 Bahan Bakar Padat jumlah kalor laten uap air diperhitungkan atau setelah terbakar, temperatur gas pembakaran dibuat 25 o C, maka akan diperoleh nilai kalor atas HHV, higher heating value. Beberapa peneliti sudah membuat formula untuk menentukan nilai kalor bahan bakar padat. Yang perlu diperhatikan adalah bahwa formula-formula di bawah ini tidak berlaku umum perhatikan kondisinya. a. Formula Dulong. Formula Dulong dapat digunakan untuk semua batu bara Nilai Kalor = 2.15 Dimana Nilai kalor dinyatakan dalam BTUlb. C, H, O, S adalah fraksi massa karbon, hidrogen, oksigen, dan belerang. b. Formula untuk biomassa Gaur and Reed, 1998 HHV kJg = 0,3491C + 1,1783 H - 0,1034 O – 0,0211 A + 0,1005 S -0,0151 N 2.16 Dimana C, H, O, A, S, N adalah fraksi massa karbon, hidrogen, oksigen, abu, belerang, dan nitrogen. 2.4. Analisis Komponen Berbagai Jenis Bahan Bakar Padat 2.4.1 Sekam Padi. Sekam padi adalah sebuah kulit luar dari biji tumbuhan padi, sejenis biji – bijian yang biasa tumbuh di daerah tropis. Sekam padi ini biasa diambil dari biji padi yang telah dipanen, kemudian digiling selep untuk memisahkan kulit dengan bijinya. Ciri fisik dari sekam padi ini berbentuk lonjong, pipih, kasar. Sekam padi mempunyai warna kuning kecokelatan, dan mempunyai massa yang ringan. Sekam padi ini mempunyai kandungan silika sekitar 20 dengan struktur utama membentuk lignin. Pada kenyataanya sekitar 20 massa kering dari padi adalah sekam. Jika sekam padi ini dibakar maka sisa massa residu yang tidak terbakar adalah sekitar 17 hingga 23 dari massa sekam padi itu sendiri. Abu yang dihasilkan dari pembakaran sekam padi itu sendiri sekitar 95 adalah silica murni Omatola and Onojah, 2009. S O H C 050 . 4 8 028 . 62 544 . 14          28 Produksi Gas dari Padatan Analisis ultimasi digunakan untuk mengetahui fraksi massa karbon C, hidrogen H, oksigen O, sulfur S, nitrogen N dan nilai kalor pembakaran dari bahan bakar khususnya bahan bakar padat. Hasil analisis ultimasi yang dilakukan untuk bahan sekam padi dapat dilihat dalam Tabel 2.6. Tabel 2.6. Analisis ultimasi sekam padi Jamradloedluk, Panomai et al.. C H O N Nilai Kalor MJkg Kadar Abu 38,5 5,7 39,8 0,5 15,4 15,5 Tabel 2.7. Analisis proksimasi sekam padi Jamradloedluk, Panomai et al.. VM FC Kadar Abu 62,7 17,4 20,0

2.4.2. Serbuk Gergaji Kayu Jati

Jati adalah sejenis pohon penghasil kayu bermutu tinggi. Pohon besar, berbatang lurus, dapat tumbuh mencapai tinggi 30- 40 m. Berdaun besar, yang luruh di musim kemarau. Jati dikenal dunia dengan nama teak bahasa Inggris. Nama ini berasal dari kata thekku dalam bahasa Malayalam, bahasa di negara bagian Kerala di India selatan. Nama ilmiah jati adalah Tectona grandis. Serbuk gergaji kayu jati merupakan limbah dari pengolahan kayu yang berupa geram atau tatal. Analisis ultimasi dari woodchip serbuk kayu digunakan untuk mengetahui fraksi massa karbon C, hidrogen H, oksigen O, sulfur S, nitrogen N dan nilai kalor pembakaran HHV. Hasil analisis ultimasi yang dilakukan dapat dilihat dalam Tabel 2.8 berikut: Tabel 2.8. Analisis ultimasi dan proksimasi kayu Souza-Santos, 2004. C H O N S Abu Nilai Kalor MJkg 48,4 6,31 44,23 0,21 0,03 0,82 18,6