Kajian Tentang Partisipasi Kajian Teoritik

12 perencanaannya, karena mereka akan lebih mengetahui seluk-beluk proyek tersebut dan akan mempunyai rasa memiliki terhadap proyek tersebut; ketiga, bahwa merupakan suatu hak demokrasi bila masyarakat dilibatkan dalam pembangunan masyarakat mereka sendiri. Apa yang ingin dicapai dengan adanya partisipasi adalah meningkatnya kemampuan pemberdayaan setiap orang yang terlibat baik langsung maupun tidak langsung dalam sebuah program pembangunan dengan cara melibatkan mereka dalam pengambilan keputusan dan kegiatan-kegiatan selanjutnya dan untuk jangka yang lebih panjang. Adapun prinsip-prinsip partisipasi tersebut, sebagaimana tertuang dalam Panduan Pelaksanaan Pendekatan Partisipatif yang disusun oleh Department for International Development DFID dalam Monique Sumampouw, 2004: 106-107 adalah: 1 Cakupan. Semua orang atau wakil-wakil dari semua kelompok yang terkena dampak dari hasil-hasil suatu keputusan atau proses proyek pembangunan. 2 Kesetaraan dan kemitraan Equal Partnership. Pada dasarnya setiap orang mempunyai keterampilan, kemampuan dan prakarsa serta mempunyai hak untuk menggunakan prakarsa tersebut terlibat dalam setiap proses guna membangun dialog tanpa memperhitungkan jenjang dan struktur masing-masing pihak. 13 3 Transparansi. Semua pihak harus dapat menumbuhkembangkan komunikasi dan iklim berkomunikasi terbuka dan kondusif sehingga menimbulkan dialog. 4 Kesetaraan kewenangan Sharing PowerEqual Powership. Berbagai pihak yang terlibat harus dapat menyeimbangkan distribusi kewenangan dan kekuasaan untuk menghindari terjadinya dominasi. 5 Kesetaraan Tanggung Jawab Sharing Responsibility. Berbagai pihak mempunyai tanggung jawab yang jelas dalam setiap proses karena adanya kesetaraan kewenangan sharing power dan keterlibatannya dalam proses pengambilan keputusan dan langkah- langkah selanjutnya. 6 Pemberdayaan Empowerment. Keterlibatan berbagai pihak tidak lepas dari segala kekuatan dan kelemahan yang dimiliki setiap pihak, sehingga melalui keterlibatan aktif dalam setiap proses kegiatan, terjadi suatu proses saling belajar dan saling memberdayakan satu sama lain. 7 Kerjasama. Diperlukan adanya kerja sama berbagai pihak yang terlibat untuk saling berbagi kelebihan guna mengurangi berbagai kelemahan yang ada, khususnya yang berkaitan dengan kemampuan sumber daya manusia. b. Faktor-faktor Timbulnya Partisipasi Beberapa paradigma dalam menganalisis faktor timbulnya partisipasi, dalam hal ini diantaranya Herbert Blumer berpendapat 14 bahwa “respon aktor baik langsung maupun tidak,selalu didasarkan atas penilaian atau pemaknaan setiap objek tindakan”. Hal ini dipertegas oleh K. Sunarto yang mengatakan bahwa tindakan seseorang didahaului oleh suatu tahapan penilaian dan pertimbangan untuk memperoleh makna atas objek tindakan Siti Irene, 2011: 57. Ditinjau dari segi motivasinya, partisipasi anggota masyarakat terjadi karena: 1 Takut atau terpaksa Partisipasi yang dilakukan dengan terpaksa atau takut, biasanya akibat adanya perintah kaku dari atasan, sehingga masyarakat seakan-akan terpaksa untuk melakukan rencana yang telah ditentukan. 2 Ikut-ikutan Partisipasi yang dilakukan karena adanya dorongan solidaritas yang tinggi diantara sesama anggota masyarakat desa. Apalagi jika keterlibatan dalam suatu kegiatan dimulai oleh pemimpin mereka, sehingga keikutsertaan mereka bukan karena dorongan hati sendiri melainkan wujud kebersamaan saja yang sudah merupakan kondisi sosial budaya masyarakat desa. 3 Kesadaran Partisipasi yang timbul karena kehendak dari individu anggota masyarakat. Partisipasi atas dasar kesadaran ini dilandasi oleh dorongan yang timbul dari hati nurani diri sendiri Khairuddin, 1992: 126. 15 Dalam hal ini George Homans menitikberatkan pada aspek psikologis dan motivasi, serta menilai bahwa tindakan sosial didasarkan pada empat proporsi, yaitu a proporsi keberhasilan: semakin positif respon yang diterima, semakin sering tindakan tersebut dilakukan, b proporsi stimulus: jika ada kesamaan stimulus yang menguntungkan, maka semakin besar pengulangan tindakan, c proporsi nilai: semakin bermakna hasil yang diterima, semakin sering tindakan tersebut diulangi, d proporsi berjenuh-kerugian: semakin sering menerima respon yang istimewa, maka respon tersebut semakin berkurang nilainya Siti Irene, 2011: 57. c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Partisipasi Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi partisipasi masyarakat dalam suatu program, sifat faktor-faktor tersebut dapat mendukung suatu keberhasilan program namun ada juga yang sifatnya dapat menghambat keberhasilan program. Misalnya saja faktor usia, terbatasnya harta benda, pendidikan, pekerjaan dan penghasilan. Angell dalam Ross, 1997: 130 mengatakan partisipasi yang tumbuh dalam masyarakat dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor- faktor yang mempengaruhi kecenderungan seseorang dalam berpartisipasi, yaitu: 1 Usia Faktor usia merupakan faktor yang mempengaruhi sikap seseorang terhadap kegiatan-kegiatan kemasyarakatan yang ada. 16 Mereka dari kelompok usia menengah ke atas dengan keterikatan moral kepada nilai dan norma masyarakat yang lebih mantap, cenderung lebih banyak yang berpartisipasi daripada mereka yang dari kelompok usia lainnya. 2 Jenis kelamin Nilai yang cukup lama dominan dalam kultur berbagai bangsa mengatakan bahwa pada dasarnya tempat perempuan adalah “di dapur” yang berarti bahwa dalam banyak masyarakat peranan perempuan yang terutama adalah mengurus rumah tangga, akan tetapi semakin lama nilai peran perempuan tersebut telah bergeser dengan adanya gerakan emansipasi dan pendidikan perempuan yang semakin baik. 3 Pendidikan Dikatakan sebagai salah satu syarat mutlak untuk berpartisipasi. Pendidikan dianggap dapat mempengaruhi sikap hidup seseorang terhadap lingkungannya, suatu sikap yang diperlukan bagi peningkatan kesejahteraan seluruh masyarakat. 4 Pekerjaan dan penghasilan Hal ini tidak dapat dipisahkan satu sama lain karena pekerjaan seseorang akan menentukan berapa penghasilan yang akan diperolehnya. Pekerjaan dan penghasilan yang baik dan mencukupi kebutuhan sehari-hari dapat mendorong seseorang untuk berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan masyarakat. Pengertiannya bahwa untuk 17 berpartisipasi dalam suatu kegiatan, harus didukung oleh suasana yang mapan perekonomian. 5 Lamanya tinggal Lamanya seseorang tinggal dalam lingkungan tertentu dan pengalamannya berinteraksi dengan lingkungan tersebut akan berpengaruh pada partisipasi seseorang. Semakin lama ia tinggal dalam lingkungan tertentu, maka rasa memiliki terhadap lingkungan cenderung lebih terlihat dalam partisipasinya yang besar dalam setiap kegiatan lingkungan tersebut. d. Bentuk Partisipasi Menurut Effendi dalam Siti Irene 2011: 58, partisipasi dapat dibagi menjadi dua yaitu partisipasi vertikal dan partisipasi horizontal. Partisipasi vertikal terjadi dalam bentuk kondisi tertentu masyarakat terlibat atau mengambil bagian dalam suatu program pihak lainnya, dalam hubungan dimana masyarakat pada sebagai status bawahan, pengikut atau klien. Adapun partisipasi horizontal merupakan dimana setiap anggota atau kelompok masyarakat berpartisipasi horizontal satu dengan yang lainnya. Keith Davis dalam Ibrahim Surotinojo 2006: 6 mengklasifikasikan partisipasi ke dalam 4 bentuk yaitu: 1 Pertisipasi uang adalah bentuk partisipasi untuk memperlancar usaha-usaha bagi pencapaian kebutuhan masyarakat yang memerlukan bantuan. 18 2 Partisipasi harta benda adalah partisipasi dalam bentuk menyumbang harta benda, biasanya alat-alat atau perkakas. 3 Partisipasi tenaga adalah partisipasi yang diberikan untuk pelaksanaan usaha-usaha yang dapat menunjang keberhasilan suatu program. 4 Partisipasi ketrampilan adalah memberikan dorongan melalui ketrampilan yang dimiliki kepada anggota masyarakat lain yang membutuhkannya.

2. Kajian Tentang Pemuda

a. Pengertian Pemuda Berbicara mengenai dinamika pemuda atau remaja, adalah dengan melihat perkembangan tingkah laku pemuda atau remaja, perkembangan yang lebih terarah dapat dipergunakan pada tujuan- tujuan hidupnya kelak. Akan tetapi, sifat yang dinamis itu dapat menemukan penghalang yang mengakibatkan adanya tingkah laku, di luar kehormatan atau bersifat pathologis. Pandangan ini mengandung pengertian bahwa tingkah lakunya dapat dibina dan dituntun kearah perkembangan yang dianggap paling bernilai di dalam masyarakat. b. Pemuda atau Remaja Sebagai Aspek Kultural dan Individual Konsepsi yang lebih bersifat politis di Indonesia pada umumnya menentukan batas umur pemuda misalnya dalam organisasi gerakan pemuda antara 15 sampai 35 tahun, hingga 40 tahun. Akan tetapi konsepsi serupa ini akan membawa kita lebih maju 19 dalam usaha memahami pemuda dari sudut perkembangannya. Untuk periodisasi perkembangan itu secara psikologis pedagogis diperlukan pertimbangan-pertimbangan lain. Sifat-sifat permulaan dalam periode- periode tersebut diatas adalah munculnya keinginan menunjukan sikap-sikap berani, ingin diperhatikan orang, yang sebenarnya sifat- sifat tersebut pada permulaan hanya merupakan sifat yang demonstratif untuk menyembunyikan kegelisahan-kegelisahan yang belum dikenalnya. Sikap-sikap ini kemudian menjadi sempurna setelah ia dapat menemui dirinya sendiri, menemui harga kehidupan dan membuat percobaan dengan harga ini serta hasrat untuk segera masuk ke dalam masyarakat dan mengenal kebudayaan. Pada masa ini anak muda berusaha nmendapatkan status sebagai manusia, ada kecenderungan untuk berusaha ke arah mansipasi dengan melepaskan tarafkekanak- kanakan dimana ia senantiasa harus tunduk kepada kehendak orang tua, karena dianggap rendah dalam umur, pengalaman, dan kecakapan. Perekembangan yang besar secara physis, intelektual, dan emosional memberikan kepadanya dasar-dasar yang kuat untuk mendapatkan pengalaman dan pengetahuan dalam banyak lapangan, yang menjadi daya kritis dengan semakin banyak minat kepada soal- soal teoritis. Semakin berkembang pengertian serta penghargaan nilai- nilai semakin terbentuklah pandangan hidup serta cita-cita yang ingin dikejarnya dengan disertai kegiatan-kegiatan sosial, yang kini tidak 20 lagi terbatas pada lingkungan rumah dan sekolah. Dalam periode masa muda, sifat-sifat yang berani bertambah dengan sifat-sifat yang dinamis, revolusioner, radikal dan kritis. Remaja adalah masa kemtangna dan kedewasaan. Masa ini merupakan masa yang paling rawan dalam kehidupan manusia. Anak muda mempunyai tingkat emosional yang sangat tinggi serta mudah terpengaruh oleh segala sesuatu yang didengar dan disaksiakan. Oleh karena itu, krisis remaja pada saat ini lebih kompleks dan lebih rawan. Harapannya adalah pada masa mendatang mereka akan menjadi tiang masyarakat dan memegang tanggungjawab di dalamnya. Remaja adalah pemindah warisan dan kejayaan dari generasi tua ke para remaja atau dari bapak ke cucu. Kalau suatu masyarakat merasa rugi karena generasi mudanya telah rusak, maka masyarakat itu telah kehilangan eksistensinya. c. Permasalahan Pemuda atau Remaja 1 Krisis sosial atau Lingkungan Linkungan sosial remaja sangat mempengaruhi pembentukan jiwa, tujuan, prinsip, dan sebagainya. Apabila linkungan telah mengajarkan mereka untuk berbuat menyimpang, maka perbuatan menyimpang tersebut akan menjadi suatu kebiasaan. Dan apabila lingkungan mengajarkan mereka untuk berbuat baik maka mereka tidak akan terbiasa dan tidak akan bisa untuk berbuat yang menyimpang. Sehingga sangat kecil kemungkinan bagi mereka yang