Tinjauan tentang Hasil belajar

16 h. Memerlukan alokasi waktu yang lebih panjang dibanding dengan metode pembelajaran yang lain. Melalui penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa kekurangan dari problem solving bagi siswa yang kurang memahami pelajaran tertentu, maka pengajaran dengan model ini akan sangat membosankan dan menghilangkan semangat belajarnya. kemudian memerlukan alokasi waktu yang lebih panjang dibanding dengan metode pembelajaran yang lain. Sehingga dalam menerapkan problem solving, membutuh bimbingan dan waktu yang lama dari seorang guru untuk dapat mencapai tujuan pada hasil pembelajaran siswa.

C. Tinjauan tentang Hasil belajar

1. Pengertian Hasil Belajar Hasil belajar dapat dijelaskan dengan memahami dua kata membentuknya yaitu, “hasil” dan “belajar”. Pengertian hasil menunjukkan pada suatu perolehan akibat dilakukannya suatu aktivitas atau proses yang mengakibatkan input secara fungsional. Menurut Winkel Purwanto, 2011: 45, hasil belajar adalah perubahan yang mengakibatkan manusia berubah dalam sikap dan tingkah lakunya. Hasil pembelajaran merupakan upaya untuk melakukan pengukuran terhadap hasil belajar siswa dalam hal ini adalah penguasaan kompetensi oleh setiap siswa sesuai dengan karakteristik masing-masing mata pelajaran. Hasil belajar menekankan pada proses yaitu segala kegiatan yang dilakukan oleh siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran. Hasil belajar memiliki peran penting dalam proses belajar mengajar kerena dapat dijadikan tolak ukur 17 untuk mengetahui sejauh mana kebiasaan siswa dalam belajar. Menurut Snelbeker Rusmono, 2014: 8 mengatakan bahwa perubahan atau kemampuan baru yang diperoleh siswa setelah melakukan perbuatan belajar adalah merupakan hasil belajar. Sementara itu, kemampuan baru yang diperoleh setelah siswa belajar menurut Gagne, Briggn dan Wager Rusmono, 2014: 9 adalah kapasitas atau penampilan yang dapat diamati sebagai hasil belajar. Lebih lanjut dikatakan, mengkategorikan lima kemampuan sebagai hasil belajar, yaitu keterampilan intelektual, strategi kognitif, informasi ferbal, sikap, dan keterampilan motorik. Purwanto 2011: 44 mengemukakan bahwa hasil belajar merupakan dua kata yang membentuknya, yaitu hasil dan belajar. Hasil merupakan suatu perolehan akibat dilakukannya suatu aktivitas atau proses yang mengakibatkan perubahannya input secara fungsional. Sedangkan belajar merupakan perolehan yang di dapat karena adanya kegiatan mengubah bahan menjadi barang jadi. Jadi hasil belajar adalah perolehan akibat dilakukannya suatu aktivitas atau proses yang mengakibatkan perubahannya seperti mengubah bahan menjadi barang jadi. Menurut Ahmad Susanto 2013: 5 hasil belajar siswa adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar. Karena belajar itu sendiri merupakan proses dari seseorang yang berusaha untuk memperoleh suatu bentuk perubahan perilaku yang relatif menetap. Dalam kegiatan pembelajaran atau kegiatan instruksional, biasanya guru menetapkan tujan belajar. Anak yang berhasil dalam belajar adalah yang berhasil mencapai tujuan- tujuan pembelajaran atau tujuan instruksional. 18 Nana Sudjana 2015: 22 mengemukakan bahwa hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimilki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku. Tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian yang luas mencakup bidang kognitif, afektif dan psikomotorik. Oleh sebab itu, perlu adanya penilaian hasil belajar. Penilaian hasil belajar adalah upaya memberi nilai terhadap kegiatan belajar-mengajar yang dilakukan oleh siswa dan guru dalam mencapai tujuan- tujuan pengajaran. Dari pengertian dan pendapat di atas maka hasil belajar dapat diartikan sebagai kumpulan-kumpulan pengetahuan yang diperoleh siswa setelah melalui tahap-tahap proses belajar di sekolah di mana hasil belajar tersebut dapat dilihat dari tingkat perkembangan pengetahuan, pemahaman dan ingatan siswa terhadap materi belajar yang telah di pelajarinya. Serta hasil belajar tersebut dapat dilihat dari hasil tes yang dilakukan oleh guru. Sehingga dapat disimpulakan bahwa hasil belajar tersebut berupa perubahan perilaku baik dari aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik serta hard skill, soft skill, dan sebagainya. Sesuai dengan tujuan pendidikan yaitu untuk membentuk manusia seutuhnya. Bukan hanya pada kemampuan intelektualnya saja tetapi pasa aspek emosional, sosial, spiritual dan sebagainya. 2. Domain Hasil Belajar Menurut Nana Sudjana 2005: 22, kalsifikasi hasil belajar dari Benyamin Bloom yang secara garis besar membaginya menjadi tiga ranah, yakni ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotorik, sebagai berikut: 19 a. Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, yakni pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. Kedua aspek pertama disebut kognitif tingkat rendah dan keempat aspek berikutnya termasuk kognitif tingkat tinggi. b. Ranah afektif berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek yakni penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi, dan internalisasi. c. Ranah psikomotoris berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak. Ada enam aspek ranah psikomotoris, yakni gerakan reflex, keterampilan gerakan dasar, kemampuan perceptual, keharmonisan atau kelipatan, gerakan keterampilan kompleks, dan gerakan ekspresif dan interpretatif. Pendapat tersebut sejalan dengan pendapat Purwanto 2011: 50, diaman terdapat tiga ranah domain hasil belajar, yaitu ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Tiga ranah tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: a. Ranah kognitif Hasil belajar kognitif adalah perubahan perilaku yang terjadi dalam kawasan kognisi. Proses belajar yang melibatkan kognisi meliputi kegiatan sejak dari penerimaan stimulus eksternal oleh sensori, penyimpanan dan pengolahan dalam otak menjadi informasi hingga pemanggilan kembali informasi ketika diperlukan untuk menyelesaikan masalah. Menurut Anderson et al. 2001: 66 mengemukan enam taksonomi kognitif yang merupakan revisi dari Taksonomi Bloom, yakni mengingat remembering, memahami understanding, 20 mengaplikasikan applying, menganalisis analyzing, mengevaluasi evaluating, dan mengkreasi creating. 1. Mengingat remembering Jika tujuan pengajaran yang ditetapkan mengandung permintaan untuk mengingat kembali materi yang pernah disajikan, maka kategori yang relevan dengan proses tersebut adalah remembering mengingat. 2. Memahami understanding Sebagaimana telah diketahui, jika pembelajarannya yang hendak diselenggarakan tujuannya adalah untuk meminta siswa menyimpan informasi yang diberikan retention, maka titik tekan proses kognitifnya remembering. 3. Mengaplikasikan applying Kategori mengaplikasikan applying melibatkan penggunaan prosedur untuk melakukan latihan atau memecahkan masalah. 4. Menganalisis analyzing Kategori menganalisis melibatkan pemilahan materi ke dalam bagian- bagiannya dan menentukan cara bagian tersebut terkait satu dengan yang lainnya dan cara bagian tersebut berkaitan dengan seluruh struktur. Proses menganalisis mencakup proses kognitif membedakan, mengorganisasi, dan menguraikan. 5. Mengevaluasi evaluating Evaluating didefinisikan sebagai sebuah aktivitas memberikan penilaian berdasarkan kriteria atau standar. Kriteria yang bisa digunakan adalah kualitas, keefektifan, efisiensi, dan konsistensi. 21 6. Mengkreasi Creating Creating melibatkan aktivitas meletakkan unsure- unsur yang secara serempak memberikan suatu fungsi atau membentuk sebuah kohorensi. Dalam kategori ini siswa diminta untuk membuat sebuah produk baru dengan cara mengorganisasi unsur- unsure atau bagian-bagian secara mental menjadi sebuah pola atau struktur yang belum pernah ada sebelumnya. b. Ranah afektif Ranah afektif adalah ranah yang berkaitan dengan sikap dan nilai. Ranah afektif mencakup watak perilaku seperti perasaan, minat, sikap, emosi, dan nilai. Ciri- ciri hasil belajar afektif akan tampak pada peserta didik dalam berbagai tingakh laku, seperti kedisiplinannya dalam mengikuti mata pelajaran di sekolah, motivasinya yang tinggi untuk tahu lebih banyak mengenai pelajaran, rasa hormatnya terhadap guru. Menurut Krathwohl Purwanto, 2011: 51, hasil belajar afektif dibagi menjadi lima tingkat, yaitu: 1 Penerimaan receiving, adalah kesediaan menerima rangsangan dengan memberikan perhatian kepada rangsangan yang datang kepadanya, meliputi kepekaan terhadap kondisi, gejala, kesadaran, kerelaan, mengarahkan perhatian. 2 Partisipasi atau merespon responding, adalah kesediaan memberikan respons dengan partisipasi. Pada tingkatan ini siswa tidak hanya memberikan perhatian kepada rangsangan tetapi juga berpartisipasi dalam kegiatan untuk menerima rangsangan, meliputi merespon secara diam-diam, bersedia merespon, merasa 22 puas dalam merespon, mematuhi peraturan. Hasil belajar pada tahap ini adalah menekankan kemauan untuk menjawab dan kepuasan dalam menjawab. 3 Penilaian atau penentuan sikap valuing, adalah kesediaan untuk menentukan pilihan sebuah nilai dari rangsangan tersebut, meliputi menerima suatu nilai, mengutamakan suatu nilai, komitmen terhadap nilai. 4 Mengorganisasi, adalah kesediaan mengorganisasikan nilai-nilai yang dipilihnya, meliputi mengkonseptualisasikan nilai, mamahami hubungan abstrak, mengorganisasikan system suatu nilai. 5 Internalisasi nilai atau karakterisasi characterization, adalah menjadikan nilai-nilai yang diorganisasikan untuk tidak hanya menjadi pedoman perilaku tetapi juga menjadi bagian dari pribadi dalam perilaku sehari-hari. c. Ranah psikomotorik Ranah psikomotorik merupakan aspek yang berkaitan dengan kemampuan melakukan pekerjaan dengan melibatkan anggota badan, kemampuan yang berkaitan dengan gerak fisik. Alat untuk mengukur ranah psikomotor bisa dengan menggunakan tes untuk kerja. Menurut Simpson Purwanto, 2011: 53, kemampuan dalam ranah psikomotor ini meliputi enam jenjang, yaitu: 1 Keterampilan penerimaanpersepsi perception, persepsi adalah kemampuan membedakan suatu gejala dengan gejala lain, mencakup keterampilan siswa untuk dapat menerima dan memahami petunjuk kerja. 2 Keterampilan kesiapan set, adalah kemampuan menempatkan diri untuk memulai suatu gerakan, yaitu suatu kesiapan fisik, mental maupun emosional 23 untuk melakukan suatu pekerjaan tertentu, Misalnya menempatkan diri sebelum berlari, menari, mengetik, dll. 3 Keterampilan melakukan perintahterbimbing guided response, adalah kemampuan utuk melakukan gerakan meniru model yang dicontohkan, mencakup keterampilan siswa untuk dapat melakukan pekerjaan sesuai dengan perintah atau petunjuk kerja. Termasuk pula kemampuan untuk menirukan maupun upaya siswa yang bersifat trial and error. 4 Keterampilan mekanisterbiasa mechanism, adalah kemampuan melakukan gerakan tanpa ada model contoh, mencakup keterampilan untuk mampu melakukan pekerjaan sesuai secara mekanis. Dalam keterampilan inni tidak ada lagi unsur trial error, tidak ada lagi sekedar dapat menirukan tetapi siswa sudah benar-benar terampil karena dilakukan secara berulang-ulang sehingga menjadi terbiasa. 5 Keterampilan adaptasigerakan komplek adaptation, adalah kemampuan melakukan serangkaian gerakan dengan cara, urutan dan irama yag tepat, merupakan keterampilan untuk menggunakan semua keterampilan yang telah dimiliki siswa di dalam melakukan pekerjaan atau memecahkan masalah dalam situasi yang baru. 6 Keterampilan tingkat mahirkreativitas origination, adalah kemampuan menciptakan gerakan –gerakan baru yang tidak ada sebelumnya atau mengombinasikan gerakan-gerakan baru yang tidak ada sebelumnya atau mengombinasi gerakan-gerakan yang ada menjadi kombinasi gerakan baru yang orisinal, mencakup keterampilan siswa secara mahir dapat melakukan 24 pekerjaannya, dan mampu membuat kreasi baru dalam melaksanakan pekerjaannya. 3. Faktor-faktor yang mempengaruhi Hasil Belajar Sugihartono, dkk 2013: 76 mengemukakan bahwa faktor yang mempengaruhi hasil belajar ada dua, yaitu: 1 faktor internal dan 2 faktor eksternal. a. Faktor Internal Faktor intrenal adalah faktor yang berasal dari dalam diri seseorang yang dapat mempengaruhi prestasi belajarnya. Faktor intrenal meliputi: faktor jasmaniah dan faktor psikologis. Faktor jasmaniah meliputi faktor kesehatan dan cacat tubuh, sedangkan faktor psikologis meliputi intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan, dan kelelahan. 1 Faktor Jasmani a. Kesehatan Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Dalam proses belajar seseorang akan terganggu jika kesehatan tidak di jaga. Seperti halnya sering tidak semangat, sering ngantuk disaat belajar, pusing dan lain-lain. Agar seseorang dapat belajar dengan baik haruslah menjaga kesehatan, dimulai dari pola hidup yang sehat seperti: beribah yang rajin olah raga teratur, makan teratur, istirahat secukupnya, dan tidur tepat waktu. 25 b. Cacat tubuh Cacat tubuh adalah suatu kondisi individu mengalami kelainan mental tingkah laku akibat bawaan atau penyakit. Siswa ini hendaknya belajar pada pendidikan khusus SLB agar siswa ini lebih aktif dalam belajar. 2 Faktor Psikologis a. Intelegensi Intelegensi atau tingkat kecerdasan dasar seseorang akan berperngaruh besar terhadap keberhasilan belajar seseorang. Siswa yang mempunyai tingkat intelegensi yang tinggi akan lebih berhasil dari pada yang mempunyai tingkat intelegensi yang rendah. Intelegensi adalah suatu kemampuan mental yang melibatkan proses berpikir secara rasional serta tercermin dari tindakan yang terarah pada penyesuaian diri terhadap lingkungan dan pemecahan masalah yang timbul dari siswa. b. Perhatian Perhatian adalah pemusatan energi psikis pikiran dan perasaan terhadap suatu objek. Makin terpusat perhatian pada pelajaran, proses belajar makin baik. Perhatian erat sekali kaitanya dengan motivasi, bahkan tidak dapat dipisahkan. Oleh karena itu guru harus selalu berusaha suapaya perhatian siswa terpusat pada pelajaran. c. Minat Minat adalah suatu proses pengembangan dalam mencampurkan seluruh kemampuan yang ada untuk mengarahkan individu kepada suatu kegiatan yang 26 diminatinya. Apabila bahan pelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan minat siswa maka siswa tidak akan belajar dengan serius. d. Bakat Bakat adalah kemampuan dasar seseorang untuk belajar dalam tempo yang relatif pendek dibandingkan dengan orang lain. Namun hasilnya justru lebih baik dan bakat merupakan potensi yang dimiliki oleh seseorang sebagai bawaan sejak lahir. e. Motif Motif merupakan dorongan dalam diri siswa yang timbul dikarenakan adanya kebutuhan-kebutuhan yang ingin dipenuhi oleh siswa tersebut. Motif diartikan sebagai kekuatan yang terdapat dalam diri yaitu kesiapan bergerak karean kebutuhan jasmani, keadaan lingkungan, atau keadaan mental seperti berpikir dan ingatan. f. Kematangan Kematangan adalah suatu proses pertumbuhan yang ditentukan oleh proses pembawaan. Kematangan adalah suatu tingakatfase dalam pertumbuhan seseorang, di mana alat-alat tubuhnya sudah siap untuk melaksanakan kecakapan baru. Misalnya dengan kakinya anak sudah siap untuk berjalan, tangan dengan jari-jarinya sudah siap untuk menulis, denagn otaknya sudah siap untuk menulis dan lai-lain. Untuk itu diperlukan latihan-latihan dan pelajaran. g. Kelelahan Kelelahan ada dua macam kelalahan jasmani dan rohani bersifat psikis antara lain: kelelahan jasmani adalah terlihat dengan lemah lunglainya tubuh dan 27 timbul kecendrungan untuk membaringkan tubuh. Sehingga darah kurang lancar pada bagian-bagian tertentu. Kelelahan rohani dapat dilihat dengan adanya kelesuan dan kebosanan, sehingga minat dan dorongan untuk menghasilkan sesuatu hilang. Kelelahan rohani dapat terjadi terus menerus memikirkan masalah yang dianggap berat tanpa istirahat, mengahadapi hal-hal yang selalu konstan tanpa ada variasi, dan mengerjakan sesuatu karena terpaksa dan tidak sesuai dengan bakat, minat dan perhatiannya. Kelelahan ini sangat terasa pada bagian kepala dengan pusing-pusing sehingga sulit untuk berkonsentrasi, seolah-olah otak kehabisan daya untuk berkerja. b. Faktor Eksternal Faktor eksternal merupakan faktor di luar individu. Faktor eksternal berpengaruh dalam belajar meliputi: faktor keluarga, faktor sekolah dan faktor masyarakat. 1 Faktor keluarga Faktor keluarga meliputi: cara orang tua mendidik, relasi antar anggota keluarga, suasana rumah, dan keadaan ekonomi keluarga. a Cara orang tua mendidik Cara orang tua mendidik anak-anaknya akan berpengaruh terhadap belajarnya. Orang tua yang kurangtidak memperhatikan pendidikan anaknya, misalnya mereka acuh tak acuh terhadap belajar anaknya, tidak memperhatikan sama sekali akan kepentingan-kepentingan dan kebutuhan-kebutuhan anaknya dalam belajar, dapat menyebabkan anak kurang berhasil dalam belajarnya. 28 b Relasi antar anggota keluarga Relasi antaranggota keluarga yang terpenting adalah relasi orang tua dengan anaknya. Selain itu relasi anak dengan saudaranya atau dengan anggota keluarga yang lain pun turut mempengaruhi belajar anak. Demi kelancaran belajar serta keberhasilan anak perlu diusahakan relasi yang baik di dalam keluarga anak tersebut.Hubungan yang baik adalah hubungan yang penuh dengan pengertian dan kasih sayang. c Suasana rumah Suasana rumah adalah situasi atau kejadian-kejadian yang sering terjadi di dalam keluarga di mana anak berada dan belajar. Rumah yang tegang, ribut dan sering terjadi cekcok akan menyebabkan anak menjadi bosan di rumah, suka keluar rumah, akibatnya belajarnya menjadi kacau. Agar anak dapat belajar dengan baik perlu diciptakan suasana rumah yang tenang dan tentram. Di dalam rumah yang tentram anak akan dapat belajar dengan baik. d Keadaan ekonomi keluarga Keadaan ekonomi keluarga erat hubungannya dengan belajar anak.Anak yang sedang belajar selain harus terpenuhi kebutuhan pokok seperti makan dan pakaian juga membutuhkan fasilitas belajar seperti ruang belajar, buku, pensil dan lain-lainnya.Fasilitas belajar ini hanya dapat dipenuhi jika keluarga memiliki cukup uang. 2 Faktor sekolah Sugihartono, dkk 2013: 76 mengemukakan bahwa faktor sekolah meliputi: 29 a Metode mengajar Metode mengajar adalah suatu cara atau jalan yang harus dilalui dalam mengajar. Mengajar merupakan suatu usaha untuk menciptakan kondisi atau sistem lingkungan yang mendukung dan memungkinkan untuk berlangsungnya proses belajar Sardiman, 2007: 47. Metode mengajar guru yang kurang baik akan mempengaruhi belajar siswa yang tidak baik pula. Agar siswa dapat belajar dengan baik, maka metode mengajar harus diusahakan dengan tepat, efisien dan efektif mungkin. b Kurikulum Kurikulum adalah sejumlah kegiatan yang diberikan kepada siswa. Kegiatan itu sebagian besar adalah menyajikan bahan pelajaran agar siswa menerima, menguasai dan mengembangkan bahan pelajaran tersebut.Jelaslah bahwa bahan pelajaran itu mempengaruhi belajar siswa. c Relasi guru dengan siswa Guru yang kurang mendekati siswa dan kurang bijaksana tidak akan melihat bahwa di dalam kelas ada grup yang saling bersaing secara tidak sehat. Jiwa kelas tidak terbina bahkan hubungan masing-masing siswa tidak tampak. Oleh karena itu perlu diciptakan suasana yang menunjang timbulnya relasi yang baik antar siswa, agar dapat memberikan pengaruh positif terhadap belajar siswa. d Tugas rumah Waktu belajar bagi siswa selain disekolah juga di rumah. Tetapi guru hendaknya tidak memberikan tugas rumah terlalu banyak karena ada kegiatan lain selain belajar yang juga harus dikerjakan anak-anak. 30 3 Faktor masyarakat. Sugihartono, dkk 2013: 76 mengemukakan bahwa faktor sekolah meliputi: a Teman bergaul Pengaruh dari teman bergaul siswa lebih cepat masuk kedalam jiwanya daripada yang kita duga. Teman bergaul yang baik akan berpengaruh baik terhadap diri siswa. Begitu juga sebaliknya, teman bergaul yang jelek pasti mempengaruhi yang bersifat jelek pula.Agar siswa dapat belajar dengan baik maka perlu diusahakan agar mereka memiliki teman bergaul yang baik.Selain itu juga diperlukan pembinaan dan pengawasan dari orang tua dan pendidik. b Media masa Yang termasuk media masa antara lain bioskop, radio, TV dan surat kabar. Mass media bisa memberikan pengaruh yang baik terhadap siswa dan belajarnya .Tetapi mass media juga bisa memberikan pengaruh yang buruk terhadap siswa.Oleh sebab itu siswa perlu mendapat bimbingan dan kontrol yang cukup bijaksana dari orang tua dan pendidik baik di dalam keluarga, sekolah dan masyarakat. c Bentuk kehidupan masyarakat Lingkungan di sekitar siswa juga berpengaruh terhadap belajar siswa. Masyarakat yang terdiri dari orang-orang yang tidak terpelajar, penjudi dan orang- orang yang memiliki kebiasaan tidak baik akan berpengaruh buruk terhadap siswa yang ada disitu. Sebaliknya jika lingkungan anak adalah orang-orang terpelajar yang baik maka hal tersebut akan mendorong siswa untuk berbuat baik. Dengan 31 demikian perlu diusahakan lingkungan yang baik agar dapat memberi pengaruh yang positif terhadap siswa sehingga siswa dapat belajar dengan sebaik-baiknya.

D. Tinjauan Tentang Pendidikan Kewarganegaraan PKn