PENINGKATAN HASIL BELAJAR PKn MELALUI PENERAPAN MODEL PROBLEM SOLVING DI KELAS IVB SD NEGERI KOTAGEDE I YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2015/2016.

(1)

PENINGKATAN HASIL BELAJAR PKn MELALUI PENERAPAN MODEL PROBLEM SOLVING DI KELAS IVB SD NEGERI KOTAGEDE I

YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2015/2016 SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh

Trifena Keke Kojong NIM 12108249023

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA


(2)

(3)

iii


(4)

(5)

v MOTTO

Kiranya diberikan-Nya kepadamu apa yang kaukehendaki dan dijadikan-Nya berhasil apa yang kaurancangkan. (Mazmur 20: 4).

Jadilah seperti karang di dalam lautan

Setiap orang pasti punya masalah, namun setiap masalah pasti ada solusi, setiap solusi pasti ada strategi, setiap strategi pasti ada peningkatan, dan setiap adanya peningkatan pasti adanya keberhasilan. (penulis).


(6)

vi

PERSEMBAHAN 1. Bapak dan Ibu serta seluruh keluarga tercinta. 2. Nusa, Bangsa dan Agama.


(7)

vii

PENINGKATAN HASIL BELAJAR PKn MELALUI PENERAPAN MODEL PROBLEM SOLVING DI KELAS IVB SD NEGERI KOTAGEDE I

YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2015/2016 Oleh

Trifena Keke Kojong NIM 12108249023

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) dengan penerapan model problem solving.

Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK), PTK ini dilakuan dua siklus. Siklus I terdiri atas 2 pertemuan, dan siklus II terdiri atas dua pertemuan. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas IVB SD Negeri Kotagede I yang berjumlah 31 siswa. Metode pengumpulan data penelitian meliputi: observasi, tes, dan dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik kualitatif dan kuantitatif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan model problem solving dalam pembelajaran PKn telah berhasil meningkatkan hasil belajar siswa kelas IVB SD Negeri Kotagede I Yogyakarta. Peningkatan hasil belajar siswa tersebut dicapai melalui dua siklus. Hasil tersebut ditunjukkan dari adanya peningkatan hasil belajar PKn siswa dari setiap siklus. Berdasarkan hasil tes dalam pelaksanaan pembelajaran dengan model problem solving diperoleh rata-rata hasil belajar siswa pada siklus I yaitu 74,19 yang kemudian meningkat pada siklus II menjadi 84,12 seluruh siswa sudah mencapai nilai KKM 75. Penerapan model

problem solving untuk meningkatkan hasil belajar PKn kelas IVB SD Negeri

Kotagede I Yogyakarta pada siklus I dilaksanakan seperti langkah-langkah

problem solving, yang dimulai pembentukkan kelompok kecil yang sudah dibagi

oleh guru, kemudian mengidentifikasi permasalahan yang berkaitan dengan materi pembelajaran, selanjutnya representasi permasalahan/ penyajian permasalahan, perencanakan pemecahan untuk menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan materi pembelajaran, kemudian menerapkan/ mengimplementasikan perencanaan, selanjutnya menilai perencanaan, dan langkah terakhir pada model pembelajaran problem solving yaitu menilai hasil pemecahan dan penyampaian hasil yang sudah diselesaikan pada masing-masing kelompok. Pembelajaran agar efektif perlu memperhatikan hal berikut: saat berdiskusi kelompok, setiap anggota kelompok diberikan soal yang harus dikerjakan, guru membimbing siswa perindividu dan kelompok dalam proses kegiatan diskusi maupun pembelajaran dalam kelas. Kata kunci: Hasil belajar, pendidikan kewarganegaraan, model problem solving.


(8)

viii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yesus yang telah memberikan kesanggupan, perlindungan dan bimbingan penulisan sehingga dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Peningkatkan Hasil Belajar PKn Melalui Penerapan Model Problem Solving Di Kelas IVB SD Negeri Kotagede I Yogyakarta Tahun Ajaran 2015/2016”.

Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi sebagai persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan. Tentu tanpa bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, skripsi ini tidak mungkin berhasil disusun. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Rektor Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menimba ilmu di Fakultas Ilmu Pendidikan dalam penulisan skripsi.

2. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberi izin kepada penulis untuk melakukan penelitian skripsi.

3. Ketua Jurusan Pendidikan Sekolah Dasar Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberi izin kepada penulis untuk menyusun skripsi.

4. Ibu Dr. Wuri Wuryandani, S.Pd, M.Pd, pembimbing yang telah meluangkan waktu dengan tulus dalam membimbing penulisan skripsi.

5. Bapak Banu Setya Adi, M.Pd, pembimbing akademik yang telah memberikan arahan dan motivasi dalam penyelesaian studi.


(9)

ix

6. Bapak Dr Ali Muhtadi, M.Pd, Penguji utama yang telah memberikan arahan dan motivasi dalam penulisan skripsi.

7. Seluruh Dosen jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar yang telah memberikan wawasan, ilmu dan pengalamannya selama penulis mengikuti perkuliahan.

8. Bapak Kartana, S.Ag kepala sekolah SD Negeri Kotagede I yang telah memberikan ijin dan bantuan penenelitian ini.

9. Ibu Eny Purwanti, S.Pd.SD guru kelas IVB SD Negeri Kotagede I yang telah membantu selama penelitan berlangsung.

10.Siswa kelas IVB SD Negeri kotagede I Tahun ajaran 2015/2016, terima kasih sudah dapat bekerja sama dengan baik.

11.Kedua orang tuaku, terima kasih sudah memberikan doa, dukungan, dan materil selama menempuh dunia pendidikan.

12.Teman-teman Pendidikan Guru Sekolah Dasar angkatan 2012, terima kasih atas doa dan dorongan semangatanya.

13.Asgeir Vande Samosir, terima kasih atas doa dan dorongan semangatnya yang telah membantu penulis dalam segala hal.

14.Arnold Friedelm Roykho Sirileleu, terima kasih atas dorongan semangatnya dan telah membantu penulis.

15.Semua pihak keluarga dan teman- teman yang telah membantu penulis dalam segala hal yang tidak dapat disebutkan satu per satu.

Semoga semua pihak yang telah memberikan bantuan, bimbingan dan dukungan mendapat balasan dari Tuhan Yang Maha Esa. Dengan segala


(10)

(11)

xi DAFTAR ISI

hal

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PERNYATAAN ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 6

C. Pembatasan Masalah ... 6

D. Rumusan Masalah ... 6

E. Tujuan Penelitian ... 7

F. Manfaat Penelitian ... 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian teori tentang Model Pembelajaran ... 8

1. Pengertian Model Pembelajaran ... 8

B. Kajian teori tentang Problem Solving ... 8

1. Pengertian Problem Solving ... 8

2. Tipe Problem Solving ... 10

3. Langkah-langkah Problem Solving ... 11


(12)

xii

5. Kekurangan Problem Solving ... 15

C. Tinjauan tentang Hasil Belajar ... 16

1. Pengertian Hasil Belajar ... 16

2. Domain Hasil Belajar ... 18

3. Faktor- faktor yang mempengaruhi hasil belajar ... 24

D. Tinjauan tentang pendidikan kewarganegaraan (PKn) ... 31

1. Pengertian PKn ... 32

2. Tujuan mata pelajaran PKn ... 32

3. Pembelajaran PKn di SD ... 33

4. Ruang lingkup ... 35

E. Kerangka Pikir ... 36

F. Definisi Operasional ... 38

G. Hipotesis ... 39

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 40

B. Desain Penelitian ... 41

C. Rancangan Penelitian ... 42

D. Setting Penelitian ... 46

E. Subjek dan Objek Penelitian ... 47

F. Teknik Pengumpulan Data ... 47

G. Instrumen Penelitian ... 49

H. Teknik analisis Data ... 50

I. Kriteria Keberhasilan ... 50

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN TINDAKAN A. Deskripsi Penelitian ... 51

A. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 51

B. Deskripsi Subjek Penelitian ... 52

C. Deskripsi Hasil Penelitian ... 53

B. Pembahasan ... 70


(13)

xiii BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ... 76

B. Saran ... 77

DAFTAR PUSTAKA ... 79


(14)

xiv

DAFTAR TABEL

hal

Tabel 1. Model Penyelesaian Masalah ... 10

Tabel 2. Tahap Tindakan ... 44

Tabel 3. Kisi-Kisi Lembar Observasi Aktivitas Guru ... 48

Tabel 4.Kisi-Kisi Soal Tes ... 49

Tabel 5. Daftar Nama Siswa Kelas IVB ... 53

Tabel 6. Nilai Hasil Belajar Siklus I ... 59

Tabel 7. Perbandingan Nilai Pra Siklus dan Siklus I ... 60

Tabel 8. Nilai Hasil Belajar Siklus II ... 68


(15)

xv

DAFTAR GAMBAR

hal

Gambar 1. Penelitian Tindakan Model Spiral Kemmis & Targgart ... 42

Gambar 2. Identifikasi Permasalahan ... 164

Gambar 3. Representasi/penyajian permasalahan ... 165

Gambar 4. Perencanaan pemecahan ... 165

Gambar 5. Menerapkan/ mengimplementasikan perencanaan ... 166

Gambar 6. Menilai perencanaan ... 166

Gambar 7 Menilai hasil perencanaan dan penyampaian hasil ... 167


(16)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

hal Lampiran 1. Perangkat Pembelajaran ... 82 Lampiran 2. Instrumen Penelitian ... 113 Lampiran 3. Surat Ijin & Hasil Penelitian ... 115


(17)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermatabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Untuk mengemban fungsi tersebut pemerintah menyelenggarakan sistem pendidikan nasional sebagaimana tercantum dalam Undang- undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional. Pendidikan di Indonesia diharapkan dapat mempersiapkan peserta didik menjadi warga negara yang memiliki komitmen kuat dan konsisten untuk mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 22 tahun 2006 tentang Standar Isi untuk pendidikan dasar dan menengah memuat tentang PKn merupakan mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan warga negara yang memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi warga negara Indonesia yang cerdas, terampilan, dan berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945. Oleh karena itu, seorang pendidik harus mampu memahami makna pendidikan dan mengaplikasikannya dalam dunia pendidikan. Kemampuan peserta didik dalam


(18)

2

proses belajar mengajar mempengaruhi tujuan dan hasil belajar peserta didik. Sehingga model pembelajaran yang digunakan juga harus mengacu pada standar kompetensi yang mencakup ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik.

Hasil belajar mengajar di kelas mempunyai tujuan yang bersifat transaksional, artinya diketahui secara jelas oleh guru dan siswa. Tujuan tercapai jika siswa memperoleh hasil belajar seperti yang diharapkan di dalam proses pembelajaran. Hasil belajar merupakan gambaran tingkat penguasaan siswa terhadap sasaran belajar pada topik bahasan yang dipelajari, kemudian diukur dengan berdasarkan jumlah skor jawaban benar pada soal yang disusun sesuai dengan sasaran belajar. Hasil belajar menurut Nawari (Ahmad Susanto, 2013: 5), diartikan sebagai tingkat keberhasilan siswa dalam mempelajari materi pelajaran di sekolah yang dinyatakan dalam skor yang diperoleh dari hasil tes mengenal sejumlah materi pelajaran tertentu. Keberhasilan siswa dalam belajar dipengaruhi oleh faktor dari dalam diri siswa maupun faktor dari luar diri siswa. Berkenaan dengan ini menurut Wasliman (Ahmad Susanto, 2013: 12 ) hasil belajar yang dicapai oleh peserta didik merupakan hasil interaksi antara berbagai faktor yang mempengaruhi, baik faktor internal maupun eksternal.

Upaya yang dapat dilakukan seorang guru untuk memperoleh hasil belajar yang maksimal salah satunya adalah guru dapat memilih dan menggunakan strategi yang tepat, karena model merupakan salah satu usaha untuk mencapai tujuan pembelajaran. Model pembelajaran yang tidak tepat akan menghambat kelancaran proses belajar mengajar. Oleh karena itu, model yang diterapkan oleh guru, akan mendapatkan hasil yang optimal jika mampu digunakan untuk


(19)

3

mencapai tujuan yang ditetapkan. Model pembelajaran merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan siswa dalam belajar. Oleh karena itu hendaknya seorang guru dapat menguasai dan memilih model pembelajaran yang cocok dengan topik yang akan diajarkan sehingga dapat mencapai tujuan yang diharapkan secara maksimal.

Menurut Arens (dalam Agus Suprijono, 2009: 46), model pembelajaran mengacu pada pendekatan yang akan digunakan, termasuk di dalamnya tujuan- tujuan pembelajaran, dan pengelolaan kelas. Model pembelajaran dapat didefinisikan sebagai kerangka konseptual yang menuliskan prosedur sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar. Melalui model pembelajaran guru dapat membantu peserta didik mendapatkan informasi, ide, keterampilan, cara berpikir, dan mengekspresikan ide. Model pembelajaran juga berfungsi pula sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para guru dalam merencanakan aktifitas belajar mengajar.

Menurut Abdul Majid (2015: 212) problem solving (pemecahan masalah) bukan hanya sekedar model mengajar tetapi juga merupakan suatu model berpikir karena dalam problem solving dapat menggunakan model-model lainnya yang dimulai dengan mencari data sampai pada menarik kesimpulan.

Kegiatan proses belajar mengajar dilaksanakan dari jam 07.00-12.00 WIB dari hari senin sampai dengan hari sabtu. Pemberian materi yang disampaikan oleh guru sesuai dengan acuan dari kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) dan tujuan dari pendidikan di Indonesia. Untuk mewujudkan visi dan misi SD Negeri Kotagede I, siswa dituntut untuk lebih giat belajar agar memiliki


(20)

4

pengetahuan yang berguna bagi nusa dan bangsa. Namun disisi lain yang menjadi penghambat kemajuan dari peningkatan insan yang berilmu adalah hasil belajar, salah satunya hasil belajar PKn. Hasil belajar PKn siswa kelas IV dikatakan kurang memuaskan dilihat dari ulangan harian semester 2 (dua). Hasil ulangan harian menunjukkan, dari 31 siswa diketahui ada 13 siswa yang mencapai KKM dan 18 siswa yang belum mencapai KKM. Jika dipresentase nilai ulangan harian tersebut menunjukkan 41,93 % siswa yang dapat mencapai KKM dan 58,06% yang belum mencapai KKM. Sehingga dapat dikatakan hasil belajar siswa kelas IV SD Kotagede I Yogyakarta kurang memuaskan, karena pembelajaran dikatakan berhasil jika dapat mencapai KKM. KKM yang harus dicapai oleh siswa adalah 75, jika KKM hasil belajarnya belum mencapai 75 berarti hasil belajarnya dikatakan belum baik.

Mata pelajaran PKn adalah mata pelajaran yang dianggap sulit bagi siswa SD Negeri Kotagede I Yogyakarta khususnya kelas IV. Materi pembelajaran yang disampaikan adalah “globalisasi” dengan Standar Kompetensi (SK), Kompetensi Dasar (KD), dan Indikator yang sudah ada. SK: Menunjukkan sikap terhadap globalisasi di lingkungannya, KD: Memberikan contoh sederhana pengaruh globalisasi di lingkungannya, Indikator: siswa dapat menjelaskan pengertian globalisasi, siswa dapat mengidentifikasi contoh globalisasi dilingkungan sekitar, siswa dapat menyebutkan pengaruh positif dan pengaruh negatif globalisasi di masyarakat. Hal ini diketahui setelah melakukan observasi di kelas IV SD Negeri Kraton Yogyakarta. Berdasarkan observasi, guru sebaiknya menyampaikan


(21)

5

pembelajaran yang menarik dan menyenangkan bagi siswa, sehingga siswa tidak merasa bosan dan semakin bersemangat mengikuti pembelajaran.

Dari hasil observasi yang dilaksanakan oleh peneliti dikelas IVB SD Negeri Kotagede I Yogyakarta pada tanggal 9 Mei 2016 terdapat beberapa masalah yang ditemui seperti kurangnya menggunakan model pembelajaran, siswa kurang serius dalam belajar, siswa kurang berpikir kritis, siswa kurang aktif dan kurang terlibat dalam pembelajaran, dan tingkat pemahaman siswa sangat rendah tentang dampak negatif globalisasi . Oleh sebab itu, guru harus memberikan perhatian dan bimbingan yang merata kepada siswanya. Selama proses pembelajaran berlangsung, guru kurang melibatkan siswa dalam proses pembelajaran. Pada awal pembelajaran siswa masih memperhatikan, namun menjelang pertengahan pembelajaran terlihat siswa cenderung bosan.

Pada dasarnya nilai PKn disekolah tersebut masih rendah dan dibawah KKM. Untuk itu perlu dilakukan upaya-upaya dalam rangka meningkatkan hasil belajar PKn. Salah satu cara yang dapat digunakan dalam memudahkan siswa kelas IVB menerima materi pelajaran adalah dengan menggunakan model pembelajaran. Untuk meningkatkan hasil belajar PKn pada kelas IV SD Negeri Kotagede I Yogyakarta peneliti menerapkan model problem solving. Penerapan model

problem solving pada mata pelajaran PKn bermanfaat untuk mencapai suatu

tujuan pembelajaran, dan meningkatkan hasil belajar PKn.

Oleh karena itu, dari pemaparan di atas penulis akan mengangkat penelitian dengan judul “Peningkatan Hasil belajar PKn Melaui Penerapan Model


(22)

6

Problem solving Di Kelas IVB SD Negeri Kotagede I Yogyakarta Tahun Ajaran 2015/2016’’.

B. Identifikasi Masalah

Dalam penelitian ini diidentifikasi masalah sebagai berikut:

1. Dalam pembelajaran PKn masih bersifat konvensional. Guru sebagai penceramah saja dan lebih dominan sedangkan siswa hanya sebagai pendengar dan kurang dominan.

2. Hasil belajar PKn paling rendah dibandingkan dengan mata pelajaran lainnya.

C. Pembatasan Masalah

Penelitian ini membatasi masalah pada penerapan model problem solving untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas IVB di SD N Kotagede I Yogyakarta yang rendah.

D. Rumusan Masalah

Dari latar belakang di atas dapat dirumuskan masalah sebagai berikut: “Bagaimana meningkatan hasil belajar PKn melalui penerapan model problem


(23)

7 E. Tujuan Penelitian

Dari rumusan masalah di atas, penelitian ini bertujuan untuk meningkatan hasil belajar PKn melalui model problem solving pada siswa kelas IVB SDN Kotagede I Yogyakarta dan menerapkan prinsip-prinsip penerapannya.

F. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat member sumbangan bagi pengembang pendidikan untuk mengembangkan suatu teori mengenai model problem solving dalam meningkatkan hasil belajar siswa.

2. Manfaat praktis

a. Sebagai bahan masukan bagi guru kelas di SD dalam rangka meningkatkan hasil belajar siswanya terutama dalam mata pelajaran PKn. b. Sebagai bahan referensi lebih lanjut mengenai model problem solving, dan


(24)

8 BAB II

KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori Tentang Model Pembelajaran 1. Pengertian Model Pembelajaran

Menurut Alben Ambarita (2006: 70), model adalah sebagai suatu contoh konseptual atau procedural, dari suatu program, sistem atau proses yang dapat dijadikan acuan atau pedoman, dalam rangka memecahkan suatu masalah atau mencapai suatu tujuan (misalnya: model satuan pembelajaran, model persiapan mengajar, dan sebagainya). Joyce & Weil (Rusman, 2011: 133), model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum (rencana pembelajaran jangka panjang), merancang bahan-bahan pembelajaran, dan membimbing pembelajaran di kelas atau yang lain.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti dapat menyimpulkan pengertian model pembelajaran merupakan suatu acuan atau pedoman yang digunakan untuk merancang bahan-bahan pembelajaran, membimbing pembelajaran di kelas atau di luar kelas untuk mencapai tujuan tertentu.

B. Kajian Teori tentang Problem Solving 1. Pengertian Problem Solving

Masalah merupakan suatu hal yang selalu ada dalam kehidupan setiap manusia, mulai dari anak sampai orang lanjut usia. Masalah tidak mungkin ditinggalkan begitu saja, namun harus dihadapi walaupun dengan menggunakan berbagai cara. Menurut Nur Hamiyah & Muhamad Jauhar (2014: 120),


(25)

9

pemecahan masalah adalah upaya mencari jalan keluar untuk mencapai tujuan yang diperoleh sebelumnya kedalam situasi yang baru. Senada dengan pendapat Wardhani (Nur Hamiyah & Muhamad Jauhar, 2014: 119), pemecahan masalah adalah proses menerapkan pengetahuan yang telah diperoleh sebelumnya ke dalam situasi baru yang belum dikenal. Menurut Hamdani (2011: 84), pemecahan masalah (problem solving) merupakan strategi dalam kegiatan pembelajaran dengan jalan melatih siswa menghadapi berbagai masalah, baik masalah pribadi maupun masalah kelompok untuk dipecahkan sendiri atau secara bersama-sama.

Menurut Watts, M (Nur Hamiyah & Muhamad Jauhar, 2014: 115), pembelajaran pemecahan masalah terjadi jika seseorang menemui masalah dan orang itu memiliki suatu obsesi/ kehendak/ keinginan yang sulit diperoleh secara langsung. Jackson (Nur Hamiyah & Muhamad Jauhar 2014: 115), masalah sebagai gabungan anatara obsesi dan hambatan. Sedangkan menurut Gagne ( Nur Hamiyah & Muhamad Jauhar, 2014: 115), pemecahan masalah dapat dipandang sebagai suatu proses di mana pembelajar menemukan perpaduan rumus/aturan/konsep yang sudah dipelajari sebelumnya dan selanjutnya diterapkan untuk memperoleh cara pecahan dalam situasi yang baru dan proses belajar yang baru.

Polya (Nur Hamiyah & Muhamad Jauhar, 2014: 120), mengartikan pemecahan masalah sebagai suatu usaha untuk mencari jalan keluar dari suatu kesulitan guna mencapai suatu tujuan yang tidak begitu segera dapat dicapai. Anak-anak memiliki rasa ingin tahu yang tinggi, sehingga seringkali ia bertanya dan mencoba hal-hal baru yang dirasa menarik bagi mereka. Anak- anak memiliki


(26)

10

rasa ingin tahu yang tinggi, seringkali ia bertanya dan mencoba hal- hal baru yang dirasa menarik bagi mereka. Anak-anak dapat menjadi ahli dalam hal pemecahan masalah apabila anak-anak tersebut banyak bertanya dan menjawab pertanyaan Dorothy Rich (Susi Yuliana, 2014: 21). Pertanyaan yang diajukan pada anak-anak hendaknya bukan pertanyaan yang hanya membutuhkan jawaban “ya” atau “tidak”. Pertanyaan yang ideal untuk anak-anak adalah pertanyaan terbuka. Pertanyaan terbuka dapat mendorong anak untuk berpikir kritis.

Menurut J. Dewey (W Gulo, 2002: 115), “model penyelesaian masalah dapat dilihat pada Tabel 1. berikut ini:

Tahap-tahap Kemampuan yang diperlukan

1. Merumuskan masalah Mengetahui dan merumuskan masalah secara jelas. 2. Menelaah masalah Menggunakan pengetahuan untuk memperinci,

menganalisis masalah dari berbagai sudut. 3. Merumuskan

hipotesis

Berimajinasi dan menghayati ruang lingkup, sebab-akibat dan alternative penyelesaian.

4. Mengumpulkan dan mengelompokkan data sebagai bahan pembuktian hipotesis

Kecakapan mencari dan menyusun data. Menyajikan data dalam bentuk diagram, gambar, table.

5. Pembuktian hipotesis Kecakapan menelaah dan membahas data. Kecakapan menghubung-hubungkan dan menghitung. Keterampilan mengambil keputusan dan kesimpulan

6. Menentukan pilihan penyelesaian

Kecakapan membuat alternatif penyelesaian. Kecakapan menilai pilihan dengan memperhitungkan akibat yang akan terjadi pada setiap pilihan.

2. Tipe Problem Solving

Menurut Ruseffendi (Nur Hamiyah & Muhamad Jauhar, 2014: 120) ada beberapa soal tipe problem solving sebagai berikut:

a. Dapat menimbulkan keingintahuan dan adanya motivasi, menumbuhkan sifat kreatif.


(27)

11

b. Di samping memiliki pengetahuan dan keterampilan (berhitung dan lain-lain), disyaratkan adanya kemampuan untuk terampil membaca dan membuat pernyataan yang benar.

c. Dapat menimbulkan jawaban yang asli, baru, khas, beranekaragam, dan dapat menambah pengetahuan baru.

d. Dapat meningkatkan aplikasi dari ilmu pengetahuan yang sudah diperolehnya.

e. Mengajak siswa agar memiliki prosedur pemecahan masalah, mampu membuat analisis dan sintesis, dan dituntut untuk membuat evaluasi terhadap hasil pemecahannya.

f. Merupakan kegiatan yang peenting bagi siswa yang melibatkan bukan saja satu bidang studi, tetapi bidang atau pelajaran lain.

3. Langkah-langkah problem solving

Menurut Yudha M. Saputra dan Rudyanto (Susi Yuliana, 2014: 21) ada beberapa tahapan yang dapat di lakukan apabila guru menggunakan model pembelajaran pemecahan masalah sebagai berikut:

a. Menyadari adanya masalah dengan mengidentifikasi. b. Mengumpulkan informasi.

c. Merancang solusi. d. Menguji coba solusi. e. Mengambil kesimpulan. f. Menyampaikan hasil.


(28)

12

Menurut pendapat John Dewey ( Nur Hamiyah & Muhamad Jauhar, 2014: 116), ada enam langkah yang harus dilakukan untuk menerapkan problem solving, yaitu:

a. Merumuskan masalah dengan jelas. b. Menelaah masalah.

c. Merumuskan permasalahan secara jelas.

d. Menghimpun dan mengelompokkan data sebagai bahan pembuktian hipotesis. e. Menentukan pilihan pemecahan/ keputusan.

David Johnson & Johnson (W Gulo, 2002: 116), menjelaskan ada 5 langkah dalam menerapkan pembelajaran problem solving, yaitu:

a. Mengidentifikasi masalah, yaitu merumuskan masalah dari peristiwa yang mengandung isu konflik.

b. Mendiagnosis masalah, yaitu menentukan sebab terjadinya masalah, serta menganalisis faktor penghambat dan pendukung penyelesaian masalah.

c. Merumuskan alternative strategi, yaitu menguji setiap tindakan yang telah dirumuskan melalui diskusi.

d. Menentukan dan menerapkan strategi pilihan, yaitu pengambilan keputusan tentang strategi mana yang dapat dilakukan.

e. Melakukan evaluasi, baik evaluasi proses maupun hasil.

Solso (Made Wena, 2010: 56) mengemukan enam tahap dalam pemecahan masalah, yaitu :

a. Identifikasi permasalahan b. Representasi permasalahan


(29)

13 c. Perencanaan pemecahan

d. Menerapkan/mengimplementasikan perencanaan e. Menilai hasil pemecahan

f. Menilai hasil pemecahan dan menyampaikan hasil

Berdasarkan paparan definisi tersebut, dapat disimpulkan problem solving merupakan suatu usaha untuk mencari jalan keluar dari suatu kesulitan guna mencapai suatu tujuan yang tidak begitu segera dapat dicapai. Langkah-langkah yang digunakan dalam penelitian ini adalah langkah Identifikasi permasalahan, Representasi permasalahan, Perencanaan pemecahan, Menerapkan/mengimplementasikan perencanaan, Menilai perencanaan, Menilai hasil pemecahan dan menyampaikan hasil.

4. Kelebihan problem solving

Menurut Hamdani (2011: 86) kelebihan pembelajaran melalui problem solving adalah:

a. Melatih siswa untuk menghadapi problema atau situasi yang timbul secara spontan

b. Siswa menjadi aktif dan berinisiatif serta bertanggung jawab c. Pendidikan di sekolah relevan dengan kehidupan

d. Sukar sekali menentukan masalah yang benar- benar cocok dengan tingkat kemampuan siswa

Menurut Nur Hamiyah & Muhamad Jauhar (2014: 130-131) kelebihan pembelajaran problem solving adalah sebagai berikut:


(30)

14

a. Model ini membuat potensi intelektual dari dalam diri siswa akan meningkat b. Meningkatnya potensi intelektual dari dalam diri siswa, akan menimbulkan

motivasi intern bagi siswa

c. Dengan menggunakan model ini, materi yang telah dipelajari akan tahan lama d. Masing- masing siswa diberi kesempatan yang sama dalam mengeluarkan

pendapatnya sehingga para siswa merasa lebih dihargai dan nantinya akan menumbuhkan rasa percaya diri

e. Para siswa dapat diajak untuk lebih menghargai orang lain

f. Dapat membantu siswa dalam mengembangkan kemampuan lisannya g. Siswa dapat diajak untuk berpikir rasional

h. Siswa bersikap aktif

i. Dapat mengembangkan rasa tanggung jawab

j. Dapat melatih siswa untuk mendesai suatu penemuan k. Dapat berpikir dan bertindak kreatif

l. Dapat memecahkan masalah yang dihadapi secara realistis m. Dapat mengidentifikasi dan melakukan penyelidikan n. Dapat menafsirkan dan mengevaluasi hasil pengamatan

o. Dapat merangsang perkembangan kemajuan berpikir siswa untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi dengan tepat

p. Dapat membuat pendidikan sekolah lebih relevan dengan kehidupan, khususnya dunia kerja.

Melalui penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa kelebihan dari problem solving dapat melatih anak untuk berfikir secara sistematis, mulai dari


(31)

15

mengidentifikasi permasalahan sampai dengan merancang solusi. Dapat meningkatkan kemampuan lisan anak dalam mengemukakan pendapat,serta dapat mengembangkan kemajuan berpikir siswa untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi dengan tepat.

5. Kekurangan problem solving

Menurut Hamiyah & Muhamad Jauhar (2014: 131), menambahkan kekurangan pembelajaran problem solving, yaitu:

a. Bagi siswa yang kurang memahami pelajaran tertentu, maka pengajaran dengan model ini akan sangat membosankan dan menghilangkan semangat belajarnya

b. Bila guru tidak berhati-hati dalam memilih soal pemecahan masalah, fungsinya menjadi latihan. Bila tidak memahami konsep yang dikandung dalam soal-soal tersebut

c. Karena tidak melihat kualitas pendapat yang disampaikan, penguasaan materi kadang sering diabaikan

d. Metode ini sering kali menyulitkan mereka yang malu untuk mengutarakan pendapat secara lisan

e. Memakan waktu lama

f. Kebulatan bahan kadang-kadang sukar dicapai

g. Beberapa pokok bahasan sangat sulit untuk menerapkan metode ini, misalnya terbatasnya alat-alat laboratorium menyulitkan siswa untuk melihat dan mengamati serta menyimpulkan kejadian atau konsep tersebut


(32)

16

h. Memerlukan alokasi waktu yang lebih panjang dibanding dengan metode pembelajaran yang lain.

Melalui penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa kekurangan dari problem solving bagi siswa yang kurang memahami pelajaran tertentu, maka pengajaran dengan model ini akan sangat membosankan dan menghilangkan semangat belajarnya. kemudian memerlukan alokasi waktu yang lebih panjang dibanding dengan metode pembelajaran yang lain. Sehingga dalam menerapkan problem solving, membutuh bimbingan dan waktu yang lama dari seorang guru untuk dapat mencapai tujuan pada hasil pembelajaran siswa.

C. Tinjauan tentang Hasil belajar 1. Pengertian Hasil Belajar

Hasil belajar dapat dijelaskan dengan memahami dua kata membentuknya yaitu, “hasil” dan “belajar”. Pengertian hasil menunjukkan pada suatu perolehan akibat dilakukannya suatu aktivitas atau proses yang mengakibatkan input secara fungsional. Menurut Winkel (Purwanto, 2011: 45), hasil belajar adalah perubahan yang mengakibatkan manusia berubah dalam sikap dan tingkah lakunya. Hasil pembelajaran merupakan upaya untuk melakukan pengukuran terhadap hasil belajar siswa dalam hal ini adalah penguasaan kompetensi oleh setiap siswa sesuai dengan karakteristik masing-masing mata pelajaran.

Hasil belajar menekankan pada proses yaitu segala kegiatan yang dilakukan oleh siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran. Hasil belajar memiliki peran penting dalam proses belajar mengajar kerena dapat dijadikan tolak ukur


(33)

17

untuk mengetahui sejauh mana kebiasaan siswa dalam belajar. Menurut Snelbeker (Rusmono, 2014: 8) mengatakan bahwa perubahan atau kemampuan baru yang diperoleh siswa setelah melakukan perbuatan belajar adalah merupakan hasil belajar. Sementara itu, kemampuan baru yang diperoleh setelah siswa belajar menurut Gagne, Briggn dan Wager (Rusmono, 2014: 9) adalah kapasitas atau penampilan yang dapat diamati sebagai hasil belajar. Lebih lanjut dikatakan, mengkategorikan lima kemampuan sebagai hasil belajar, yaitu keterampilan intelektual, strategi kognitif, informasi ferbal, sikap, dan keterampilan motorik.

Purwanto (2011: 44) mengemukakan bahwa hasil belajar merupakan dua kata yang membentuknya, yaitu hasil dan belajar. Hasil merupakan suatu perolehan akibat dilakukannya suatu aktivitas atau proses yang mengakibatkan perubahannya input secara fungsional. Sedangkan belajar merupakan perolehan yang di dapat karena adanya kegiatan mengubah bahan menjadi barang jadi. Jadi hasil belajar adalah perolehan akibat dilakukannya suatu aktivitas atau proses yang mengakibatkan perubahannya seperti mengubah bahan menjadi barang jadi.

Menurut Ahmad Susanto (2013: 5) hasil belajar siswa adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar. Karena belajar itu sendiri merupakan proses dari seseorang yang berusaha untuk memperoleh suatu bentuk perubahan perilaku yang relatif menetap. Dalam kegiatan pembelajaran atau kegiatan instruksional, biasanya guru menetapkan tujan belajar. Anak yang berhasil dalam belajar adalah yang berhasil mencapai tujuan- tujuan pembelajaran atau tujuan instruksional.


(34)

18

Nana Sudjana (2015: 22) mengemukakan bahwa hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimilki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku. Tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian yang luas mencakup bidang kognitif, afektif dan psikomotorik. Oleh sebab itu, perlu adanya penilaian hasil belajar. Penilaian hasil belajar adalah upaya memberi nilai terhadap kegiatan belajar-mengajar yang dilakukan oleh siswa dan guru dalam mencapai tujuan-tujuan pengajaran.

Dari pengertian dan pendapat di atas maka hasil belajar dapat diartikan sebagai kumpulan-kumpulan pengetahuan yang diperoleh siswa setelah melalui tahap-tahap proses belajar di sekolah di mana hasil belajar tersebut dapat dilihat dari tingkat perkembangan pengetahuan, pemahaman dan ingatan siswa terhadap materi belajar yang telah di pelajarinya. Serta hasil belajar tersebut dapat dilihat dari hasil tes yang dilakukan oleh guru. Sehingga dapat disimpulakan bahwa hasil belajar tersebut berupa perubahan perilaku baik dari aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik serta hard skill, soft skill, dan sebagainya. Sesuai dengan tujuan pendidikan yaitu untuk membentuk manusia seutuhnya. Bukan hanya pada kemampuan intelektualnya saja tetapi pasa aspek emosional, sosial, spiritual dan sebagainya.

2. Domain Hasil Belajar

Menurut Nana Sudjana (2005: 22), kalsifikasi hasil belajar dari Benyamin Bloom yang secara garis besar membaginya menjadi tiga ranah, yakni ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotorik, sebagai berikut:


(35)

19

a. Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, yakni pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. Kedua aspek pertama disebut kognitif tingkat rendah dan keempat aspek berikutnya termasuk kognitif tingkat tinggi.

b. Ranah afektif berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek yakni penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi, dan internalisasi. c. Ranah psikomotoris berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan

kemampuan bertindak. Ada enam aspek ranah psikomotoris, yakni gerakan reflex, keterampilan gerakan dasar, kemampuan perceptual, keharmonisan atau kelipatan, gerakan keterampilan kompleks, dan gerakan ekspresif dan interpretatif.

Pendapat tersebut sejalan dengan pendapat Purwanto (2011: 50), diaman terdapat tiga ranah (domain) hasil belajar, yaitu ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Tiga ranah tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Ranah kognitif

Hasil belajar kognitif adalah perubahan perilaku yang terjadi dalam kawasan kognisi. Proses belajar yang melibatkan kognisi meliputi kegiatan sejak dari penerimaan stimulus eksternal oleh sensori, penyimpanan dan pengolahan dalam otak menjadi informasi hingga pemanggilan kembali informasi ketika diperlukan untuk menyelesaikan masalah. Menurut Anderson et al. (2001: 66) mengemukan enam taksonomi kognitif yang merupakan revisi dari Taksonomi Bloom, yakni mengingat (remembering), memahami (understanding),


(36)

20

mengaplikasikan (applying), menganalisis (analyzing), mengevaluasi (evaluating), dan mengkreasi (creating).

1. Mengingat (remembering)

Jika tujuan pengajaran yang ditetapkan mengandung permintaan untuk mengingat kembali materi yang pernah disajikan, maka kategori yang relevan dengan proses tersebut adalah remembering (mengingat).

2. Memahami (understanding)

Sebagaimana telah diketahui, jika pembelajarannya yang hendak diselenggarakan tujuannya adalah untuk meminta siswa menyimpan informasi yang diberikan (retention), maka titik tekan proses kognitifnya remembering. 3. Mengaplikasikan (applying)

Kategori mengaplikasikan (applying) melibatkan penggunaan prosedur untuk melakukan latihan atau memecahkan masalah.

4. Menganalisis (analyzing)

Kategori menganalisis melibatkan pemilahan materi ke dalam bagian- bagiannya dan menentukan cara bagian tersebut terkait satu dengan yang lainnya dan cara bagian tersebut berkaitan dengan seluruh struktur. Proses menganalisis mencakup proses kognitif membedakan, mengorganisasi, dan menguraikan. 5. Mengevaluasi (evaluating)

Evaluating didefinisikan sebagai sebuah aktivitas memberikan penilaian berdasarkan kriteria atau standar. Kriteria yang bisa digunakan adalah kualitas, keefektifan, efisiensi, dan konsistensi.


(37)

21 6. Mengkreasi (Creating)

Creating melibatkan aktivitas meletakkan unsure- unsur yang secara

serempak memberikan suatu fungsi atau membentuk sebuah kohorensi. Dalam kategori ini siswa diminta untuk membuat sebuah produk baru dengan cara mengorganisasi unsur- unsure atau bagian-bagian secara mental menjadi sebuah pola atau struktur yang belum pernah ada sebelumnya.

b. Ranah afektif

Ranah afektif adalah ranah yang berkaitan dengan sikap dan nilai. Ranah afektif mencakup watak perilaku seperti perasaan, minat, sikap, emosi, dan nilai. Ciri- ciri hasil belajar afektif akan tampak pada peserta didik dalam berbagai tingakh laku, seperti kedisiplinannya dalam mengikuti mata pelajaran di sekolah, motivasinya yang tinggi untuk tahu lebih banyak mengenai pelajaran, rasa hormatnya terhadap guru.

Menurut Krathwohl (Purwanto, 2011: 51), hasil belajar afektif dibagi menjadi lima tingkat, yaitu:

1) Penerimaan (receiving), adalah kesediaan menerima rangsangan dengan memberikan perhatian kepada rangsangan yang datang kepadanya, meliputi kepekaan terhadap kondisi, gejala, kesadaran, kerelaan, mengarahkan perhatian.

2) Partisipasi atau merespon (responding), adalah kesediaan memberikan respons dengan partisipasi. Pada tingkatan ini siswa tidak hanya memberikan perhatian kepada rangsangan tetapi juga berpartisipasi dalam kegiatan untuk menerima rangsangan, meliputi merespon secara diam-diam, bersedia merespon, merasa


(38)

22

puas dalam merespon, mematuhi peraturan. Hasil belajar pada tahap ini adalah menekankan kemauan untuk menjawab dan kepuasan dalam menjawab.

3) Penilaian atau penentuan sikap (valuing), adalah kesediaan untuk menentukan pilihan sebuah nilai dari rangsangan tersebut, meliputi menerima suatu nilai, mengutamakan suatu nilai, komitmen terhadap nilai.

4) Mengorganisasi, adalah kesediaan mengorganisasikan nilai-nilai yang dipilihnya, meliputi mengkonseptualisasikan nilai, mamahami hubungan abstrak, mengorganisasikan system suatu nilai.

5) Internalisasi nilai atau karakterisasi (characterization), adalah menjadikan nilai-nilai yang diorganisasikan untuk tidak hanya menjadi pedoman perilaku tetapi juga menjadi bagian dari pribadi dalam perilaku sehari-hari.

c. Ranah psikomotorik

Ranah psikomotorik merupakan aspek yang berkaitan dengan kemampuan melakukan pekerjaan dengan melibatkan anggota badan, kemampuan yang berkaitan dengan gerak fisik. Alat untuk mengukur ranah psikomotor bisa dengan menggunakan tes untuk kerja. Menurut Simpson (Purwanto, 2011: 53), kemampuan dalam ranah psikomotor ini meliputi enam jenjang, yaitu:

1) Keterampilan penerimaan/persepsi (perception), persepsi adalah kemampuan membedakan suatu gejala dengan gejala lain, mencakup keterampilan siswa untuk dapat menerima dan memahami petunjuk kerja.

2) Keterampilan kesiapan (set), adalah kemampuan menempatkan diri untuk memulai suatu gerakan, yaitu suatu kesiapan fisik, mental maupun emosional


(39)

23

untuk melakukan suatu pekerjaan tertentu, Misalnya menempatkan diri sebelum berlari, menari, mengetik, dll.

3) Keterampilan melakukan perintah/terbimbing (guided response), adalah kemampuan utuk melakukan gerakan meniru model yang dicontohkan, mencakup keterampilan siswa untuk dapat melakukan pekerjaan sesuai dengan perintah atau petunjuk kerja. Termasuk pula kemampuan untuk menirukan maupun upaya siswa yang bersifat trial and error.

4) Keterampilan mekanis/terbiasa (mechanism), adalah kemampuan melakukan gerakan tanpa ada model contoh, mencakup keterampilan untuk mampu melakukan pekerjaan sesuai secara mekanis. Dalam keterampilan inni tidak ada lagi unsur trial error, tidak ada lagi sekedar dapat menirukan tetapi siswa sudah benar-benar terampil karena dilakukan secara berulang-ulang sehingga menjadi terbiasa.

5) Keterampilan adaptasi/gerakan komplek (adaptation), adalah kemampuan melakukan serangkaian gerakan dengan cara, urutan dan irama yag tepat, merupakan keterampilan untuk menggunakan semua keterampilan yang telah dimiliki siswa di dalam melakukan pekerjaan atau memecahkan masalah dalam situasi yang baru.

6) Keterampilan tingkat mahir/kreativitas (origination), adalah kemampuan menciptakan gerakan –gerakan baru yang tidak ada sebelumnya atau mengombinasikan gerakan-gerakan baru yang tidak ada sebelumnya atau mengombinasi gerakan-gerakan yang ada menjadi kombinasi gerakan baru yang orisinal, mencakup keterampilan siswa secara mahir dapat melakukan


(40)

24

pekerjaannya, dan mampu membuat kreasi baru dalam melaksanakan pekerjaannya.

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi Hasil Belajar

Sugihartono, dkk (2013: 76) mengemukakan bahwa faktor yang mempengaruhi hasil belajar ada dua, yaitu: 1) faktor internal dan 2) faktor eksternal.

a. Faktor Internal

Faktor intrenal adalah faktor yang berasal dari dalam diri seseorang yang dapat mempengaruhi prestasi belajarnya. Faktor intrenal meliputi: faktor jasmaniah dan faktor psikologis. Faktor jasmaniah meliputi faktor kesehatan dan cacat tubuh, sedangkan faktor psikologis meliputi intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan, dan kelelahan.

1) Faktor Jasmani a. Kesehatan

Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Dalam proses belajar seseorang akan terganggu jika kesehatan tidak di jaga. Seperti halnya sering tidak semangat, sering ngantuk disaat belajar, pusing dan lain-lain. Agar seseorang dapat belajar dengan baik haruslah menjaga kesehatan, dimulai dari pola hidup yang sehat seperti: beribah yang rajin olah raga teratur, makan teratur, istirahat secukupnya, dan tidur tepat waktu.


(41)

25 b. Cacat tubuh

Cacat tubuh adalah suatu kondisi individu mengalami kelainan mental tingkah laku akibat bawaan atau penyakit). Siswa ini hendaknya belajar pada pendidikan khusus (SLB) agar siswa ini lebih aktif dalam belajar.

2) Faktor Psikologis a. Intelegensi

Intelegensi atau tingkat kecerdasan dasar seseorang akan berperngaruh besar terhadap keberhasilan belajar seseorang. Siswa yang mempunyai tingkat intelegensi yang tinggi akan lebih berhasil dari pada yang mempunyai tingkat intelegensi yang rendah. Intelegensi adalah suatu kemampuan mental yang melibatkan proses berpikir secara rasional serta tercermin dari tindakan yang terarah pada penyesuaian diri terhadap lingkungan dan pemecahan masalah yang timbul dari siswa.

b. Perhatian

Perhatian adalah pemusatan energi psikis (pikiran dan perasaan) terhadap suatu objek. Makin terpusat perhatian pada pelajaran, proses belajar makin baik. Perhatian erat sekali kaitanya dengan motivasi, bahkan tidak dapat dipisahkan. Oleh karena itu guru harus selalu berusaha suapaya perhatian siswa terpusat pada pelajaran.

c. Minat

Minat adalah suatu proses pengembangan dalam mencampurkan seluruh kemampuan yang ada untuk mengarahkan individu kepada suatu kegiatan yang


(42)

26

diminatinya. Apabila bahan pelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan minat siswa maka siswa tidak akan belajar dengan serius.

d. Bakat

Bakat adalah kemampuan dasar seseorang untuk belajar dalam tempo yang relatif pendek dibandingkan dengan orang lain. Namun hasilnya justru lebih baik dan bakat merupakan potensi yang dimiliki oleh seseorang sebagai bawaan sejak lahir.

e. Motif

Motif merupakan dorongan dalam diri siswa yang timbul dikarenakan adanya kebutuhan-kebutuhan yang ingin dipenuhi oleh siswa tersebut. Motif diartikan sebagai kekuatan yang terdapat dalam diri yaitu kesiapan bergerak karean kebutuhan jasmani, keadaan lingkungan, atau keadaan mental seperti berpikir dan ingatan.

f. Kematangan

Kematangan adalah suatu proses pertumbuhan yang ditentukan oleh proses pembawaan. Kematangan adalah suatu tingakat/fase dalam pertumbuhan seseorang, di mana alat-alat tubuhnya sudah siap untuk melaksanakan kecakapan baru. Misalnya dengan kakinya anak sudah siap untuk berjalan, tangan dengan jari-jarinya sudah siap untuk menulis, denagn otaknya sudah siap untuk menulis dan lai-lain. Untuk itu diperlukan latihan-latihan dan pelajaran.

g. Kelelahan

Kelelahan ada dua macam kelalahan jasmani dan rohani (bersifat psikis) antara lain: kelelahan jasmani adalah terlihat dengan lemah lunglainya tubuh dan


(43)

27

timbul kecendrungan untuk membaringkan tubuh. Sehingga darah kurang lancar pada bagian-bagian tertentu. Kelelahan rohani dapat dilihat dengan adanya kelesuan dan kebosanan, sehingga minat dan dorongan untuk menghasilkan sesuatu hilang. Kelelahan rohani dapat terjadi terus menerus memikirkan masalah yang dianggap berat tanpa istirahat, mengahadapi hal-hal yang selalu konstan tanpa ada variasi, dan mengerjakan sesuatu karena terpaksa dan tidak sesuai dengan bakat, minat dan perhatiannya. Kelelahan ini sangat terasa pada bagian kepala dengan pusing-pusing sehingga sulit untuk berkonsentrasi, seolah-olah otak kehabisan daya untuk berkerja.

b. Faktor Eksternal

Faktor eksternal merupakan faktor di luar individu. Faktor eksternal berpengaruh dalam belajar meliputi: faktor keluarga, faktor sekolah dan faktor masyarakat.

1) Faktor keluarga

Faktor keluarga meliputi: cara orang tua mendidik, relasi antar anggota keluarga, suasana rumah, dan keadaan ekonomi keluarga.

a) Cara orang tua mendidik

Cara orang tua mendidik anak-anaknya akan berpengaruh terhadap belajarnya. Orang tua yang kurang/tidak memperhatikan pendidikan anaknya, misalnya mereka acuh tak acuh terhadap belajar anaknya, tidak memperhatikan sama sekali akan kepentingan-kepentingan dan kebutuhan-kebutuhan anaknya dalam belajar, dapat menyebabkan anak kurang berhasil dalam belajarnya.


(44)

28 b) Relasi antar anggota keluarga

Relasi antaranggota keluarga yang terpenting adalah relasi orang tua dengan anaknya. Selain itu relasi anak dengan saudaranya atau dengan anggota keluarga yang lain pun turut mempengaruhi belajar anak. Demi kelancaran belajar serta keberhasilan anak perlu diusahakan relasi yang baik di dalam keluarga anak tersebut.Hubungan yang baik adalah hubungan yang penuh dengan pengertian dan kasih sayang.

c) Suasana rumah

Suasana rumah adalah situasi atau kejadian-kejadian yang sering terjadi di dalam keluarga di mana anak berada dan belajar. Rumah yang tegang, ribut dan sering terjadi cekcok akan menyebabkan anak menjadi bosan di rumah, suka keluar rumah, akibatnya belajarnya menjadi kacau. Agar anak dapat belajar dengan baik perlu diciptakan suasana rumah yang tenang dan tentram. Di dalam rumah yang tentram anak akan dapat belajar dengan baik.

d) Keadaan ekonomi keluarga

Keadaan ekonomi keluarga erat hubungannya dengan belajar anak.Anak yang sedang belajar selain harus terpenuhi kebutuhan pokok seperti makan dan pakaian juga membutuhkan fasilitas belajar seperti ruang belajar, buku, pensil dan lain-lainnya.Fasilitas belajar ini hanya dapat dipenuhi jika keluarga memiliki cukup uang.

2) Faktor sekolah


(45)

29 a) Metode mengajar

Metode mengajar adalah suatu cara atau jalan yang harus dilalui dalam mengajar. Mengajar merupakan suatu usaha untuk menciptakan kondisi atau sistem lingkungan yang mendukung dan memungkinkan untuk berlangsungnya proses belajar (Sardiman, 2007: 47). Metode mengajar guru yang kurang baik akan mempengaruhi belajar siswa yang tidak baik pula. Agar siswa dapat belajar dengan baik, maka metode mengajar harus diusahakan dengan tepat, efisien dan efektif mungkin.

b) Kurikulum

Kurikulum adalah sejumlah kegiatan yang diberikan kepada siswa. Kegiatan itu sebagian besar adalah menyajikan bahan pelajaran agar siswa menerima, menguasai dan mengembangkan bahan pelajaran tersebut.Jelaslah bahwa bahan pelajaran itu mempengaruhi belajar siswa.

c) Relasi guru dengan siswa

Guru yang kurang mendekati siswa dan kurang bijaksana tidak akan melihat bahwa di dalam kelas ada grup yang saling bersaing secara tidak sehat. Jiwa kelas tidak terbina bahkan hubungan masing-masing siswa tidak tampak. Oleh karena itu perlu diciptakan suasana yang menunjang timbulnya relasi yang baik antar siswa, agar dapat memberikan pengaruh positif terhadap belajar siswa. d) Tugas rumah

Waktu belajar bagi siswa selain disekolah juga di rumah. Tetapi guru hendaknya tidak memberikan tugas rumah terlalu banyak karena ada kegiatan lain selain belajar yang juga harus dikerjakan anak-anak.


(46)

30 3) Faktor masyarakat.

Sugihartono, dkk (2013: 76) mengemukakan bahwa faktor sekolah meliputi:

a) Teman bergaul

Pengaruh dari teman bergaul siswa lebih cepat masuk kedalam jiwanya daripada yang kita duga. Teman bergaul yang baik akan berpengaruh baik terhadap diri siswa. Begitu juga sebaliknya, teman bergaul yang jelek pasti mempengaruhi yang bersifat jelek pula.Agar siswa dapat belajar dengan baik maka perlu diusahakan agar mereka memiliki teman bergaul yang baik.Selain itu juga diperlukan pembinaan dan pengawasan dari orang tua dan pendidik.

b) Media masa

Yang termasuk media masa antara lain bioskop, radio, TV dan surat kabar. Mass media bisa memberikan pengaruh yang baik terhadap siswa dan belajarnya .Tetapi mass media juga bisa memberikan pengaruh yang buruk terhadap siswa.Oleh sebab itu siswa perlu mendapat bimbingan dan kontrol yang cukup bijaksana dari orang tua dan pendidik baik di dalam keluarga, sekolah dan masyarakat.

c) Bentuk kehidupan masyarakat

Lingkungan di sekitar siswa juga berpengaruh terhadap belajar siswa. Masyarakat yang terdiri dari orang yang tidak terpelajar, penjudi dan orang-orang yang memiliki kebiasaan tidak baik akan berpengaruh buruk terhadap siswa yang ada disitu. Sebaliknya jika lingkungan anak adalah orang-orang terpelajar yang baik maka hal tersebut akan mendorong siswa untuk berbuat baik. Dengan


(47)

31

demikian perlu diusahakan lingkungan yang baik agar dapat memberi pengaruh yang positif terhadap siswa sehingga siswa dapat belajar dengan sebaik-baiknya.

D. Tinjauan Tentang Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) 1. Pengertian PKn

Menurut Azyumardi Azra (dalam Ahmad Susanto, 2013: 226), pendidikan kewarganegaraan adalah pendidikan yang mengkaji dan membahas tentang pemerintahan, konstitusi, lembaga-lembaga demokrasi, hak dan kewajiban warga negara serta proses demokrasi. Pendapat Azyumardi Azra didukung oleh Zamroni (Ahmad Susanto, 2013: 226), pendidikan kewarganegaraan adalah pendidikan demokrasi yang bertujuan untuk mempersiapkan warga masyarakat berpikir kritis dan bertindak demokratis. Adapun menurut Ahmad Susanto (2013: 225), pendidikan kewarganegaraan adalah mata pelajaran yang digunakan sebagai wahana untuk mengembangkan dan melestarikan nilai luhur dan moral yang berakar pada budaya bangsa Indonesia.

Sunarso, dkk (2013: 1), berpendapat bahwa pendidikan kewarganegaraan (Civic Education) merupakan salah satu bidang kajian yang mengemban misi nasional untuk mencerdaskan kehidupan bangsa Indonesia. Kerangka sistemik PKn dibangun atas dasar paradigma sebagai berikut: pertama, PKn secara kurikuler dirancang sebagai subyek pembelajaran yang bertujuan untuk mengembangkan potensi individu agar menjadi warga negara Indonesia yang berakhlak mulia, cerdas, partisipatif dan bertanggung jawab. Kedua, PKn secara teoritik dirancang sebagai subjek pembelajaran yang memuat dimensi-dimensi


(48)

32

kognitif, afektif, dan psikomotorik yang bersifat saling berpenetrasi dan terintegrasi dalam konteks subtansi ide, nilai, konsep dan moral pancasila,kewarganegaraan yang demokratis dan bela negara. Ketiga, PKn secara pragmatik dirancang sebagai subjek pembelajaran yang menekankan pada isi yang mengusung nilai-nilai (content embedding values) dan pengalaman belajar (learning experiences) dalam bentuk berbagai perilaku yang perlu diwujudkan dalm kehidupan sehari-hari dan merupakan tuntunan hidup bagi warga negara dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara sebagai penjabaran lebih lanjut dari ide, nilai, konsep, dan moral pancasila, kewarganegaraan yang demokratis, dan bela negara.

Tugas PKn dengan paradigma barunya mengembangkan pendidikan demokrasi mengemban tiga fungsi pokok, yakni mengembangkan kecerdasan warga negara (civic intelligence)/ membina tanggung jawab warga negara (civic responsibility) dan mendorong partisipasi warga negara( civic participation). Kecerdasan warganegara yang dikembangkan untuk membentuk warga negara yang baik bukan hanya dalam dimensi rasional, melainkan juga dimensi spiritual, emosional, dan social sehingga paradigm baru PKn bercirikan multidimensional (Suharno, dkk 2006:11).

2. Tujuan Mata Pelajaran PKn

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No 22 Tahun 2006 Tentang Standar Isi Untuk Satuan Pendidikan Dasar menetapkan pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut:


(49)

33

a. Berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu kewarganegaraan.

b. Berpartisipasi secara aktif dan bertanggung jawab, dan bertindak secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, serta anti-korupsi. c. Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan

karakter-karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup bersama dengan bangsa-bangsa lainnya.

d. Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam percaturan dunia secara langsung dan tidak langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi.

Dari beberapa definisi pendidikan kewarganegaraan tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksudkan pendidikan kewarganegaraan adalah usaha sadar dan terencana dalam proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kecerdasan, kecakapan, keterampilan serta kesadaran tentang hak dan kewajiban sebagai warga negara, penghargaan terhadap hak-hak asasi manusia, kemajemukan bangsa, pelestarian lingkungan hidup,kesetaraan gender, demokrasi, tanggung jawab sosial, ketaan pada hukum, serta ikut berperan dalam percaturan global.

3. Pembelajaran PKn di SD

Pembelajaran PKn di sekolah dasar dimaksudkan sebagai suatu proses belajar mengajar dalam rangka membatu peserta didik agar dapat belajar dengan baik dan membentuk manusia seutuhnya dalam pembentukan karakter bangsa yang diharapkan mengarah pada penciptaan suatu masyarakat yang menempatkan


(50)

34

demokrasi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara yang berlandaskan pada Pancasila, UUD, dan norma-norma yang berlaku di masyarakat yang diselenggarakan selama enam tahun.

Menurut Dasim Budimansyah dan Supriya (Ahmad Susanto, 2013: 229) pendidikan PKn ini harus dibangun atas dasar tiga paradigma, yaitu:

a. PKn secara kurikuler dirancang sebagai subjek pembelajaran yang bertujuan untuk mengembangkan potensi individu agar menjadi warga negara Indonesia yang berakhlak mulia, cerdas, partisipatif, dan bertanggung jawab.

b. PKn secara teoritis dirancang sebagai subjek pembelajaran yang memuat dimensi- dimensi kognitif, afektif, dan psikomotorik yang bersifat konfluens atau saling berpenetrasi dan terintegrasi dalam konteks subtansi ide, nilai, konsep, dan moral pancasila, kewarganegaraan yang demokratis, dan bela negara.

c. PKn secara progmatik secara programatik dirancang sebagai subjek pembelajaran yang menekankan pada isi yang mengusung nilai-nilai (content embedding values) dan pengalaman belajar (learning experiences) dalam bentuk berbagai perilaku yang perlu diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari dan merupakan tuntutan hidup bagi warga negara dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara sebagai penjabaran lebih lanjut ide, nilai, konsep, dan moral pancasila, kewarganegaraan yang demokratis, dan bela negara

d. Melalui pengalaman belajar PKn, para siswa difasilitasi untuk dapat membangun pengetahuan, sikap, dan keterampilan kewarganegaraan yang


(51)

35

demokratis. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran PKn di sd, pada intinya harus diajarkan tidak hanya mentransfer ilmunya saja, tetapi harus sampai pada tahap operasional sesuai dengan peran peserta didik saat ini dan dimasa yang akan datang.

4. Ruang Lingkup

Ruang lingkup mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Satuan Pendidikan Dasar/MI (Madrasah Ibtidaiyah) kelas I sampai dengan kelas VI meliputi aspek-aspek sebgai berikut:

a. Persatuan dan kesatuan bangsa, meliputi: Hidup rukun dalam perbedaan, Cinta lingkungan, Kebanggaan sebagai bangsa Indonesia, Sumpah Pemuda, Keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia, Partisipasi dalam pembelaan negara, Sikap positif terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia, Keterbukaan dan jaminan keadilan.

b. Norma, hukum dan peraturan, meliputi: Tertib dalam kehidupan keluarga, Tata tertib di sekolah, Norma yang berlaku di masyarakat, Peraturan-peraturan daerah, Norma-norma dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, Sistem hokum dan peradilan nasional, Hukum dan peradilan internasional.

c. Hak asasi manusia, meliputi: Hak dan kewajiban anak, Hak dan kewajiban anggota masyarakat, Instrumen nasional dan internasional HAM, Pemajuan, penghormatan dan perlindungan HAM.

d. Kebutuhan warga negara, meliputi: Hidup gotong royong, Harga diri sebagai warga masyarakat, Kebebasan berorganisasi, Kemerdekaan mengeluarkan


(52)

36

pendapat, Menghargai keputusan bersama, Prestasi diri, Persamaan kedudukan warga negara.

e. Konstitusi Negara, meliputi: Proklamasi kemerdekaan dan konstitusi yang pertama, Konstitusi-konstitusi yang pernah digunakan di Indonesia, Hubungan dasar negara dengan konstitusi.

f. Kekuasaan dan Politik, meliputi: Pemerintahan desa dan kecamatan, Pemerintahan daerah dan otonomi, Pemerintahan pusat, Demokrasi dan system politik, Budaya politik, Budaya demokrasi menuju masyarakatmadani, Sistem pemerintahan, Pers dalam masyarakat demokrasi.

g. Pancasila, meliputi: kedudukan Pancasila sebagai dasar negara dan ideology negara, Proses perumusan Pancasila sebaagai dasar negara, Pengalaman nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari, Pancasila sebagai ideologi terbuka.

h. Globalisasi, meliputi: Globalisasi di lingkungannya, Politik luar negeri Indonesia di era globalisasi, Dampak globalisasi, Hubungan internasional dan organisasi internasional, dan Mengevaluasi globalisasi.

E. Kerangka Pikir

Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Hasil mempunyai peranan penting dalam proses pembelajaranya. Proses penilaian terhadap hasil belajar dapat memberikan informasi kepada guru tentang kemajuan siswa dalam upaya mencapai tujuan-tujuan belajarnya melalui kegiatan belajar. Hasil belajar dalam penilitian ini


(53)

37

yaitu: aspek kognitif. Hasil belajar kognitif dinyatakan dalam bentuk nilai yang diperoleh dari setiap akhir siklus. Dengan menerapkan model pembelajaran guru harus mengetahui model mana yang cocok dengan beragamnya karakteristik siswa, karena dengan mengetahui karakteristik siswa guru dengan mudah model apa yang tepat digunakan dalam proses pembelajaran. Pada pembelajaran PKn siswa senang apabila proses pembelajarannya dapat memberikan pengalaman langsung dari proses pembelajaran tersebut.

Pada penelitian ini peneliti memilih model problem solving dengan tujuan siswa akan mudah memahami materi pembelajaran apabila siswa mendapat pengalaman langsung dari apa yang dipelajari. Selain itu, model problem solving dapat mengaktifkan siswa dan meningkatkan pengalaman belajarnya dan tidak mudah dilupakan. Sehingga pada pembelajaran PKn model problem solving cocok digunakan untuk membantu siswa dalam memperoleh pengalaman belajarnya dan meningkatkan hasil belajarnya. Penerapan model problem solving dapat menarik perhatian siswa dan dapat mengatasi sikap pasif siswa. Model problem solving memberikan keunggulan antara lain: memberikan pengalaman langsung kepada siswa dalam mempelajari masalah, pemecahan masalah dapat memberikan pengetahuan dan pengalaman belajar kepada siswa, Pemecahan masalah dapat membantu siswa untuk meningkatkan intelektual anak dalam berpikir kritis, dan mengembangkan pengetahuan barunya serta bertanggungjawab dalam pembelajarannya yang mereka lakukan.


(54)

38 F. Defenisi Operasional

Definisi operasional yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Model pembelajaran dapat diartikan sebagai perencanaan yang berisi tentang rangkaian kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu

2. Problem Solving adalah salah satu kegiatan, dimana anak dapat

mengidentifikasi permasalahan, representasi permasalahan, melakukan perencanaan terhadap pemecahan, menerapakan/ mengimplementasikan perencanaan, menilai hasil perencanaan, sampai dengan menilai hasil pemecahan dan menyampaikan hasil dari pemecahan masalah yang sudah diselesaikan bersama teman kelompok.

3. Hasil belajar PKn

Hasil belajar merupakan upaya untuk melakukan pengukuran terhadap hasil belajar siswa dalam hal ini adalah penguasaan kompetensi oleh setiap siswa sesuai dengan karakteristik masing-masing mata pelajaran. Hasil belajar PKn adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Pengalaman belajar yang siswa dapatkan berupa pengetahuan kognitif, afektif, dan psikomotorik. Pengalaman siswa yang diwujudkan dalam nilai hasil belajar, merupakan titik tolak untuk mengetahui sejauh mana pemahaman siswa terhadap suatu materi PKn. Dalam penelitian ini, hasil belajar ditekankan pada hasil belajar kognitif meliputi: Mengingat (remembering), memahami (understanding), mengaplikasikan (applying), menganalisis (analyzing), mengevaluasi (evaluating).


(55)

39 G.Hipotesis

Berdasarkan kajian teori di atas maka peneliti dapat mengambil hipotesis penerapan model Problem Solving dapat meningkatkan hasil belajar PKn, sikap tanggung jawab dan kerjasama kelas IVB SD Kotagede 1 Yogyakarta.


(56)

40 BAB III

METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian tindakan atau action research. Menurut Kemmis (Wina Sanjaya, 2010: 24), penelitian tindakan merupakan suatu bentuk penelitian reflektif dan kolektif yang dilakukan oleh peneliti dalam situasi social untuk meningkatkan penalaran praktik sosial mereka, serta pemahaman mereka terhadap praktik-praktik itu dan terhadap situasi tempat dilakukan praktik -praktik tersebut.

Menurut Wina Sanjaya (2010: 26) Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah proses pengkajian masalah pembelajaran di dalam kelas melalui refleksi diri dalam upaya untuk memecahkan masalah tersebut dengan cara melakukan berbagai tindakan yang terencana dalam situasi nyata serta menganalisis setiap pengaruh dari perlakuan tersebut. Faktor pendorong pada penelitian kelas biasanya keinginan untuk mengetahui atau keinginan untuk mengembangkan.

Menurut Suharsimi Arikunto (2007: 17) yang melakukan tindakan adalah guru itu sendiri, sedangkan yang diminta melakukan pengamatan terhadap berlangsungnya proses tindakan adalah peneliti, bukan guru yang sedang melakukan tindakan. Sehubungan dengan PTK dan penelitian tindakan menurut Suhardjono (Suharsimi Arikunto, 2010: 2) menjelaskan bahwa penelitian tindakan dilaksanakan dengan berbagai tujuan, sehingga menunjukkan kategori yang berbeda.


(57)

41

Dari beberapa pengertian diatas, dapat disimpulkan tujuan utama dari penelitian tindakan kelas adalah untuk meningkatkan dan memperbaiki kualitas proses pembelajaran dan hasil belajar. Penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang dilakukan di kelas dengan tujuan untuk memperbaiki mutu praktek pembelajaran. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang dilakukan secara kolaboratif. Dalam penelitian kolaboratif, Penelitian tindakan kelas salah satu sarana yang dapat mengembangkan sikap profesional. Melalui penelitian tindakan kelas guru akan selalu berupaya meningkatkan kemampuannya dalam pengelolaan proses pembelajaran. Dapat disimpulkan bahwa Penelitian Tindakan Kelas ini dilakukan dengan tujuan untuk memperbaiki atau meningkatkan hasil belajar siswa melalui penerapan strategi problem solving dalam pembelajaran PKn.

B. Desain Penilitian

Penelitian ini peneliti menggunakan model Kemmis dan Taggart (1988) yang dikenal dengan model spiral Suharsimi Arikunto (2010: 17) model PTK menggambarkan empat (4) langkah, yang disajikan seperti gambar di bawah ini.yang dikemukakan. Menurut Suharsimi.


(58)

42

4 Keterangan:

1 Siklus I: 1. Perencanaan

3-2 2, 3. Tindakan dan Pengamatan

4. Refleksi

4

1 3,2

Gambar 1. Penelitian Tindakan Model Spiral Kemmis & Targgart ( Suharsimi Arikunto, 2006: 93)

Akhir tindakan Siklus I akan dilakukan refleksi awal untuk mengidentifikasi awal masalah yang dihadapi, dari hasil refleksi barulah dilakukan atau dirumuskan tindakan perbaikan bagi siklus yang berikutnya.

C. Rancangan Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dalam beberapa siklus. Setiap siklus terdiri dari beberapa 4 langkah seperti model penelitian tindakan kelas yang dikemukan oleh Kemmis dan Mc. Taggart (1990). Setelah satu penelitian sudah dilaksanakan tetapi belum mencapai indikator keberhasilan maka peneliti akan melaksankan siklus kedua. Apabila di siklus kedua dan siklus ketiga, sebelum masuk ke siklus satu peneliti melakukan kegiatan pra siklus untuk mengetahui kondisi awal dalam


(59)

43

pembelajaran PKn di kelas IV SD Negeri Kotagede 1 Yogyakarta. Adapun rincian tindakannya yaitu:

1. Pra siklus

Pada tahap pra siklus ini peneliti melakukan pengamatan pembelajaran PKn pada siswa kelas IV SD Negeri Kotagede 1 Yogyakarta. Pengamatan yang dilakukan untuk mengetahui aktivitas guru dan siswa dalam proses pembelajaran PKn sebelum dilakukan tindakan dengan penerapan strategi problem solving dalam pembelajaran PKn. Setelah melakukan pengamatan maka akan diperoleh gambaran mengenai aktivitas guru dan siswa dalam proses pembelajaran dan data hasil belajar siswa sebelum tindakan. Jika hasil belajar PKn dan aktivitas siswa yang diperoleh sebelum tindakan belum mencapai indikator keberhasilan dalam penelitian ini maka diadakan perbaikan pada siklus satu.

2. Siklus I

a. Tahap Rencana

Dalam rencana tindakan ini, guru sebagai pelaksana dan peneliti sebagai pengamat tindakan. Hal-hal yang perlu disiapkan peneliti dalam rencana tindakan ini sebagai berikut:

1) Pengenalan strategi problem solving kepada guru, selanjutnya bersama guru menentukan materi yang akan disampaikan dalam proses pembelajaran.

2) Peneliti berkolaborasi dengan guru kelas IVB dalam menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). RPP kemudian dikonsultasikan kepada dosen.


(60)

44

4) Mempersiapkan soal tes evaluasi untuk siswa yaitu tes akhir yang akan diberikan pada akhir siklus. Soal tes dikonsultasikan dengan dosen dan guru kelas IV.

5) Mempersiapkan pembelajaran dengan strategi pembelajaran problem solving. 6) Peneliti menyusun instrumen observasi guru.

b. Tahap Tindakan

Tahap ini guru melaksanakan kegiatan pembelajan menggunakan panduan RPP yang telah dibuat. Pada setiap pertemuan guru mengajar menggunakan penerapan problem solving dengan materi globalisasi. Langkah-langkah yang dilaksanakan guru dalam kegiatan pembelajaran dengan penerapan problem solving adalah sebagai berikut:

Tabel 2. Tahap Tindakan

No. Tahap pembelajaran Kegiatan Guru Kegiatan siswa 1. Identifikasi Permasalahan Memberi

permasalahan pada siswa sesuai materi yang terkait

Memahami

permasalah yang diberikan guru sesuai materi yang terkait

Membimbing siswa dalam melakukan

identifikasi permasalahan

Melakukan

identifikasi terhadap masalah yang dihadapi

2. Representasi/ penyajian permasalahan

Membantu siswa untuk

merumuskan dan memahami

masalah secara benar

Merumuskan dan pengenalan

permasalahan


(61)

45

siswa melakukan perencanaan pemecahan masalah

perencanaan

pemecahan masalah

4. Menerapkan/

mengimplementasikan perencanaan

Membimbing siswa menerapkan perencanaan yang telah dibuat

Menerapkan

rencana pemecahan masalah

5. Menilai perencanaan Menilai perencanaan siswa dalam melakukan

persiapan untuk mempresentasikan hasil pemecahan masalah

Mempersiapkan hasil pemecahan masalah untuk dipresentasikan

6. Menilai hasil pemecahan dan penyampaian hasil

Melakukan

penilaian terhadap hasil pemecahan masalah yang telah

dikomunikasikan siswa/ kelompok melalui presentasi

Mengkomunikasika n/ menyampaikan hasil pemecahan masalah melalui presentasi

kelompok

c. Observasi

Observasi dilaksanakan selama pembelajaran di kelas berlangsung dengan menggunakan lembar observasi yang telah disusun. Obervasi dilakukan untuk melihat secara langsung bagaimana aktivitas siswa pada saat guru menerapkan proses pembelajaran dengan model problem solving. Tindakan yang dilakukan fleksibel dan terbuka terhadap perubahan-perubahan sesuai apa yang terjadi di lapangan. Observasi digunakan untuk mengetahui secara langsung bagaimana proses pembelajaran PKn menggunakan strategi problem solving. Observasi


(62)

46

dilakukan oleh peneliti dan satu orang peneliti dalam aktivitas pembelajaran. Pada tahap ini juga dilakukan peneliti disemua proses tindakan, hasil tindakan, dan kendala-kendala tindakan.

d. Refleksi

Refleksi merupakan bagian akhir dari siklus yang dilaksanakan oleh peneliti. Pada tahap ini peneliti mengingat, mencermati, mengumpulkan dan menganalisis kembali pelaksanaan dan data yang diperoleh selama observasi yang meliputi kendala-kendala, keberhasilan yang dicapai, kondisi awal, kondisi akhir siklus dan indikator keberhasilan belajar dalam KKM guna memutuskan rencana yang akan dilakukan pada siklus selanjutnya.

3. Siklus II

Kegiatan yang dilaksanakan pada siklus II dimaksudkan sebagai perbaikan dari siklus sebelumnya dengan mengacu pada refleksi siklus I. siklus II dilaksanakan dikarenakan pembelajaran pada siklus I belum berhasil mencapai indikator keberhasilan dalam penelitian. Siklus tidak dilanjutkan pada siklus III, karena pada siklus II hasil belajar telah mencapai target yang telah ditetapkan.

D. Setting Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di kelas IV SD N Kotagede I tahun ajaran 2015/2016, yang akan berlangsung selama dua bulan yaitu bulan April-Mei dalam mata pelajaran PKn.


(63)

47 E. Subjek dan Objek Penelitian

1. Subjek Penelitian

Dalam penelitian ini subyek penelitian adalah seluruh siswa kelas IV SD Negeri Kotagede I, yang berjumlah 31 siswa, yang terdiri dari 18 siswa

perempuan dan 13 siswa laki-laki. 2. Objek Penelitian

Objek penelitian ini adalah meningkatkan hasil belajar PKn melalui strategi problem solving pada siswa kelas IV sekolah dasar Negeri Kotagede 1 Yogyakarta.

F. Tehnik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama alam penelitian, karena bertujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data yang memenuhi data yang ditetapkan (Sugiyono, 2008 : 308). Adapun penjelasan tentang teknik pengumpulan data dalam Penelitian Tindakan Kelas sebagai berikut:

1. Observasi

Observasi adalah suatu metode yang dilakukan dengan cara mengadakan suatu pengamatan secara teliti serta pencatatan secara sistematis (Suharsimi Arikunto, 2008: 30). Dalam Penelitian Tindakan Kelas, observasi menjadi hal yang sangat penting dalam pengumpulan data karena observasi sebagai proses pengamatan langsung. Kegiatan observasi dilakukan untuk mengamati semua yang terjadi di dalam kelas saat terjadi tindakan dengan mencatat hal-hal yang


(64)

48

terjadi secara teliti. Observasi dilakukan dengan menggunakan lembar observasi guru.

Tabel 3. Kisi-Kisi Lembar Observasi Aktivitas Guru

No Indikator No Butir Jumlah Butir 1 Memberi permasalahan pada

siswa sesuai materi yang terkait 1, 2 ,3, 4

4 2 Membantu siswa untuk

merumuskan dan memahami masalah secara benar

5, 6, 7 3

3 Membimbing siswa melakukan

perencanaan pemecahan masalah 8, 9

2 4 Membimbing siswa menerapkan

perencanaan yang telah dibuat 10

1 5 Menilai siswa dalam

mempersiapkan presentasi kelompok

11, 12 2

6 Melakukan penilaian terhadap hasil pemecahan masalah yang telah dikomunikasikan siswa/ kelompok melalui presentasi

13, 14 2

Jumlah 14 14

2. Tes

Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan yang digunakan untuk mengukur keterapilan, pengetahuan, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok (Suharsimi Arikunto, 2006: 150). Tes dapat digunakan untuk menguji sejauh mana siswa mengalami perubahan hasil belajar sebelum dan sesudah dalam proses pembelajaran. Tes dilaksanakan sebelum siklus dan setiap akhir siklus. Adapun soal tes dapat dilihat pada lampiran III halaman 133.


(65)

49 Tabel 4. Kisi-Kisi Soal Tes

No Kompetensi Dasar Materi Pokok Indikator No. Soal 1 4.1 Memberikan

contoh sederhana pengaruh globalisasi di lingkungannya.

Globalisasi 1. Menjelaskan pengertian globalisasi

1, 2, 3

2. Mengidentifikasi contoh globalisasi di lingkungan sekitar

4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 3. Menyebutkan

pengaruh positif dan negative globalisasi di masyarakat

17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24, 25

Jumlah 25

3. Dokumentasi

Menurut (Suharsimi Arikunto, 2006: 158) teknik dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, agenda dan sebagainya. Teknik dokumentasi digunakan untuk memperkuat data yang diperoleh selama observasi dan memberikan gambaran secara konkret mengenai partisipasi siswa selama proses pembelajaran. Dokumen-dokumen yang terkait dengan penelitian beserta pengambilan foto saat kegiatan pembelajaran berlangsung.

G. Instrumen Penelitian

Instrumen merupakan alat yang digunakan oleh peneliti dalam pengumpulan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasil belajarnya lebih baik.


(66)

50 H. Teknik Analisis Data

Suharsimi Arikunto (2006: 131-132) mengatakan bahwa dalam penelitian tindakan kelas ada dua jenis data yang dapat dikumpulkan peneliti yaitu data kualitatif dan data kuantitatif. Dalam penelitian ini, peneliti menganalisis tes hasil belajar. Data yang dikumpulkan melalui tes dihitung skor masing-masing dan dari skor ditentukan nilai siswa menggunakan rumus sebagai berikut :

Setelah diketahui masing-masing, data dianalisis untuk mencari nilai rata-rata kelas dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

Mx =

Keterangan: Mx = Mean

= Jumlah seluruh nilai siswa N = Jumlah siswa

I. Kriteria Keberhasilan

Pedoman kriteria keberhasilan siswa yang digunakan adalah pedoman kriteria keberhasilan pembelajaran PKn pada kelas IV SD Negeri Kotagede 1 Yogyakarta. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran PKn. Indikator keberhasilan yaitu jika minimal 75% yang mengikuti proses pembelajaran memperoleh nilai KKM ≥ 75.

Persentase =


(67)

51 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Penelitian

1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SD Negeri Kotagede I Objek penelitian adalah siswa kelas IV SD Negeri Kotagede I. Berikut ini akan dipaparkan mengenai gambaran kondisi sekolah tempat dilaksanakan penelitian ini. Sekolah ini bernama SD Negeri Kotagede I. Beralamat di jalan Kemasan 49, Kelurahan Purbayan, Kecamatan Kotagede, Kota Yogyakarta, Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, dengan kode pos 55173. Sekolah ini berstatus negeri dan memiliki keadaan fisik yang baik. Kondisi lingkungan SD Negeri Kotagede 1 cukup aman dan mudah dijangkau karena terletak di tepi jalan raya. Penerangan listrik dan air bersih memadai serta terdapat internet.

Dilihat dari kondisi fisik SD Negeri Kotagede 1, bangunan SD masih cukup bagus.gedung sekolah masih tampak baru dan layak untuk proses belajar mengajar. Setiap kelas disertai dengan jendela-jendela besar dan ada ventilasi yang memungkinkan udara keluar masuk ruangan. SD Negeri Kotagede 1 memiliki 17 ruang kelas, ruang kepala sekolah, ruang guru, dan ruang TU, koperasi, ruang serbaguna, gudang, UKS, mushala, 9 kamar mandi, laboratorium komputer, laboratorium IPA, kantin, perpustakaan, dapur, dan parker. Terdapat halaman yang agak luas ditengah-tengah bangunan sekolah.sekolah ini juga mempunyai taman kecil yang terdapat disetiap depan kelas. Selain itu, juga


(68)

52

terdapat kolam sekolah yang dibuat untuk memelihara ikan dibagian sebelah barat kelas IIB.

Jumlah siswa pada semester II tahun ajaran 2015/2016 di kelas IVB berjumlah 31 siswa. Guru kelas dan guru mata pelajaran berjumlah 24 orang. Dengan rincian 17 guru kelas, 5 guru agama (1 guru agama islam, 1 guru agama Kristen, 1 guru agama katolik, 1 guru agama hindu) dan 2 guru penjas. Kondisi orang tua/wali murid sebagaian besar berpenghasilan menengah kebawah, ada yang bermata pencarian petani dan pedagang kecil serta buruh. Namun ada juga sebagian kecil yang bekerja wiraswasta, PNS, pamong desa serta tentara dan polisi.

Penelitian ini dilaksanakan pada semester II ajaran 2015/2016. Penelitian dilaksanakan dalam 2 siklus. Siklus I terdiri dari 2 pertemuan. Siklus II juga terdiri dari 2 pertemuan. Alur siklus yang digunakan dalam penelitian adalah alur siklus model Kemmis dan Taggart yang terdiri dari perencanaan, pelaksanaan tindakan, dan observasi serta refleksi.

2. Deskripsi Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah siswa-siswa kelas IVB SD Negeri Kotagede I Yogyakarrta yang berjumlah 31 siswa, kondisi hasil belajar siswa di kelas IVB sangat rendah dengan rata-rata 72,93. Nama-nama subjek dalam penelitian ini adalah:


(1)

162

Tabel Nilai Siklus II

No. Nama Siklus II

Nilai Tuntas Belum Tuntas

1

PA

72 -

2

AD

76 √

3

MVI

76 √

4

RMY

80 √

5

AA

84 √

6

BFDR

72 -

7

CFR

100 √

8

DA

92 √

9

DHP

80 √

10

DAN

76 √

11

DRP

84 √

12

ESR

80 √

13

HK

84 √

14

IB

80 √

15

LSW

72 -

16

MR

84 √

17

MMA

100 √

18

MAAF

80 √

19

MHFR

100 √

20

NBK

92 √

21

PNK

84 √

22

RRA

76 √

23

RJP

80 √

24

RA

88 √

25

RIY

80 √

26

RAQ

92 √

27

STN

84 √

28

SND

80 √

29

SBP

100 √

30

ZZS

100 √

31

FZAB

80 √

Jumlah 2608 28 3

Rata-rata 84,12 - -

Nilai tertinggi 100 - -


(2)

163

Tabel Perbandingan Nilai Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II

No. Nama

Nilai Ketuntasan Nilai Ketuntasan Nilai Ketuntasan Pra

Siklus T BT

Siklus

I T BT

Siklus

II T BT

1

PA

50 - 52 - 72 -

2

AD

60 - 60 - 76 √

3

MVI

55 - 56 - 76 √

4

RMY

70 - 72 - 80 √

5

AA

65 - 72 - 84 √

6

BFDR

65 - 68 - 72 -

7

CFR

75 √ 80 √ 100 √

8

DA

75 √ 76 √ 92 √

9

DHP

70 - 76 √ 80 √

10

DAN

65 - 72 - 76 √

11

DRP

75 √ 76 √ 84 √

12

ESR

70 - 76 √ 80 √

13

HK

75 √ 80 √ 84 √

14

IB

70 - 72 - 80 √

15

LSW

65 - 68 - 72 -

16

MR

70 - 76 √ 84 √

17

MMA

75 √ 80 √ 100 √

18

MAAF

70 - 76 √ 80 √

19

MHFR

75 √ 76 √ 100 √

20

NBK

80 √ 80 √ 92 √

21

PNK

70 - 72 - 84 √

22

RRA

65 - 76 √ 76 √

23

RJP

75 √ 76 √ 80 √

24

RA

75 √ 76 √ 88 √

25

RIY

75 √ 76 √ 80 √

26

RAQ

75 √ 80 √ 92 √

27

STN

70 - 76 √ 84 √

28

SND

70 - 76 √ 80 √

29

SBP

85 √ 88 √ 100 √

30

ZZS

85 √ 88 √ 100 √

31

FZAB

70 - 72 - 80 √

Jumlah 2190 13 18 2300 20 11 2608 28 3


(3)

164

Lampiran Dokumentasi


(4)

165

Gambar 3. Representasi/penyajian permasalahan


(5)

166

Gambar 5. Menerapkan/ mengimplementasikan perencanaan


(6)

167

Gambar 7. Menilai hasil perencanaan dan penyampaian hasil