46
Bantul berjarak ± 7km, sedangkan dari pusat pemerintahan provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta berjarak ± 20km.
b. Sejarah Berdirinya Kelompok Pengrajin Tembaga “Bangun Karya”
Kelompok pengrajin tembaga “Bangun Karya” lahir dari kegelisahan diatas beberapa kelompok pemuda yang sudah mempunyai kegiatan ekonomi
dibidang kerajinan tembaga merasa resah dan tergugah kemudian memacu kepedulian sosail, dari kelompok pemuda tersebut mencoba untuk mengakomodir
dari anak-anak tersebut untuk mengikuti kegiatan ekonomi produktif dengan keterbatasannya masing-masing. Besarnya jumlah pengangguran yang menjadikan
kegiatan ekonomi tersebut baru bisa mengakomodir sekitar 60 jumlah pengangguran. Kemudian gagasan yang muncul untuk bisa memberikan
kontribusi yang positif tidak hanya pada taraf pemberdayaan ekonomi tapi juga menciptakan lapangan kerja baru agar tidak terjadi penyimpangan sosial akibat
pengangguran bagi masyarakat sekitar, yaitu dengan mendirikan kelompok usaha “Bangun Karya” dimana dengan perencanaan serta pengalaman yang matang
dibarengi dengan semangat yang tinggi tentunya hal itu menjadi yakin untuk dilakukan. Gagasan mulia yang dilakukan oleh kelompok pemuda tersebut sejauh
ini memang belum tersentuh sedikitpun oleh kepedulian pemerintah untuk bersama-sama
mengurangi pengangguran,
penyimpangan sosial,
dan mengentaskan kemiskinan serta meningkatkan pendidikan.
Beberapa hal yang menjadikan kendala adalah: pertamaa, modal yang sangat terbatas, hal itu menjadikan system yang sporadis bekerja tidak didasari
bentuk manajemen kelompok melainkan pengelolaan yang sederhana. Kedua,
47
belum adanya fasilitasperalatan untuk proses akhir kerajinan finishing. Ketiga, karena terjadi keterbatasan modal maka setiap bulan hanya bisa menyelesaikan 6-
7 set dan itu dijual dalam produk setengah jadi. Diantara keterbatasan alat dan ketidakdisiplinan mengelola atau dimanajemen maka perlu suatu trobosan strategi
untuk mendongkrak produksi dan penjualan, pertama, membentuk kelompok yang tujuannya adalah untuk menciptakan manajemen dan menyusun kerangka teknis
yang baik dari segi pengembangan dan penjualan. Kedua menyempurnakan produksi yang tidak hanya dijual dalam barang setengah jadi tapi sudah di
finishing dengan demikian pengrajin tidak lagi menggantungkan produknya pada pihak lain tengkulak dan bisa langsung pada penjual seperti Jakarta, Surabaya,
Medan dll. Dari potret masyarakat Krapyak Wetan diatas adalah menjadi penting
untuk diperhatikan dengan pendekatan ekonomi produktif yang berkelanjutan bagi masyarakat. Tentunya hal tersebut dibarengi dengan kepedulian dari pihak
pemerintah untuk bisa memfasilitasi beberapa kekurangan dan kendala untuk menuju kesejahteraan masyarakat.
2. Profil Kelompok Pengrajin Tembaga “Bangun Karya”