Studi pemahaman dan alasan pemilihan obat herbal pada pasien poliklinik penyakit dalam RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta.

(1)

INTISARI

Penggunaan obat herbal dalam pengobatan komplementer dan alternatif di Indonesia semakin populer dengan bukti-bukti empiris dan dukungan ilmiah yang semakin banyak terhadap khasiat herbal. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang pengetahuan dan alasan pasien poliklinik penyakit dalam di RSUP Dr. Sardjito mengenai obat herbal secara umum.

Penelitian ini termasuk jenis penelitian non eksperimental dengan rancangan deskriptif menggunakan teknik sampling kuota secara nonprobability

sampling. Kuesioner yang merupakan instrumen penelitian, diberikan pada 98

pasien poliklinik penyakit dalam RSUP Dr. Sardjito yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Uji validitas kuesioner menggunakan metode Produk Momen Pearson dan Test Total Item-Corrected Correlation, sedangkan uji reliabilitas menggunakan metode Alpha Cronbach. Data yang diperoleh, diolah secara statistik deskriptif dalam bentuk persentase dan ditampilkan dengan tabel dan gambar.

Dari data yang diperoleh, dapat disimpulkan bahwa karakteristik responden di Poliklinik Penyakit Dalam RSUP Dr. Sardjito : sebagian besar responden perempuan (56,12%), berusia 26-50 tahun (46,94%), PNS (48,98%) dan bertingkat pendidikan SMA atau sederajat (40,82%), pengetahuan/ pemahaman responden terhadap obat herbal secara umum tergolong tinggi ( baik), dengan rata-rata skor jawaban responden yang didapat, yaitu sebesar 78,37% ; pasien mau mengkonsumsi /memilih obat herbal 72,45% dengan hasil chi square

tests 0,002 dari nilai tersebut dapat dikatakan ada hubungan pengaruh pemahaman

pasien tentang obat herbal dengan pasien mau mengkonsumsi obat herbal. Karakteristik pasien mempunyai pengaruh terhadap pemahaman tentang obat herbal, dibuktikan dengan nilai chi-square < 0,05 untuk jenis kelamin, usia, pendidikan dan pekerjaan.


(2)

ABSTRACT

The use of herbal medicine as a complementary and alternative medicine in Indonesia has become popular with the empirical evidence and the scientific support for the efficacy of many herbals. This study aimed to gain insight into the patient’s knowledge and reason of using herbs medicine in the Internal medicine out patient of Dr. Sardjito Hospital.

This research was a non-experimental researchwith descriptive design using a quota sampling technique in non-probality sampling. The questionnaire as a research instrument, given to 98 patients in Internal medicine out patient of Dr. Sardjito Hospital who met the inclusion with dan exclusion criteria. The validity test of questionnaire used the pearson product moment test and corrected item total correlation while the reliability test used alpha cronbach method. Data obtained were processed in the form of descriptive statistics and percentages and were displayed with tables and figure.

The data obtained, as described below: the majority of female respondents (56.12%), respondents aged 26-50 years old (46.82%), civil servant (48.98%) and High school education or equivalent (40.82%). Respondents knowledge/ understanding of herbal medicine in general is high (good), with an average score of respondents obtained, amounting to 78.37%. Patients wanted to eat/ pick herbs 72.45% with the results of the chi square test 0.002 of value can be said to exist a relationship influences patient understanding about herbal medicines to patient willing herbs. Patient characteristics have an influence on the understanding of herbal medicine, evidenced by the chi-square value < 0.05 for gender, age, education, and occupation


(3)

STUDI PEMAHAMAN DAN ALASAN PEMILIHAN OBAT HERBAL PADA PASIEN POLIKLINIK PENYAKIT DALAM RSUP Dr. SARDJITO

YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm.)

Program Studi Farmasi

Oleh : Dewi Sri Mulyani NIM : 078114086

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA


(4)

ii

STUDI PEMAHAMAN DAN ALASAN PEMILIHAN OBAT HERBAL PADA PASIEN POLIKLINIK PENYAKIT DALAM RSUP Dr. SARDJITO

YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm.)

Program Studi Farmasi

Oleh : Dewi Sri Mulyani NIM : 078114086

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA


(5)

(6)

(7)

v

‘’

BERUSAHALAH MAKA

ENGKAU AKAN BERHASIL

’’

KARYA INI KUPERSEMBAHKAN UNTUK :

Tuhan Yesus Kristus yang Senantiasa Memberiku kemudahan

Alm Mamak & Bapakku

Keluarga Kecilku

Sahabat-Sahabat Setiaku


(8)

vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya, bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Apabila di kemudian hari ditemukan indikasi plagiarisme dalam naskah ini, maka saya bersedia menanggung segala sanksi sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Yogyakarta, 2 Oktober 2013 Penulis


(9)

vii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH

UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma : Nama : F. Dewi Sri Mulyani

Nomor Mahasiswa : 078114086

Demi perkembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :

STUDI PEMAHAMAN DAN ALASAN PEMILIHAN OBAT HERBAL PADA PASIEN POLIKLINIK PENYAKIT DALAM RSUP Dr. SARDJITO YOGYAKARTA beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan

demikian saya memberikan kepada perpustakaan Universitas sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secra terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya ataupun memberi royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal : 10 November 2013 Yang menyatakan


(10)

viii PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas kasih karunia dan anugerah-Nya yang senantiasa menjadi kekuatan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Skripsi yang berjudul “ Studi Pemahaman Dan Alasan Pemilihan Obat Herbal Pada Pasien Poliklinik Penyakit Dalam RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta” ini dipersiapkan dan disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan program pendidikan strata satu Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Skripsi ini dapat selesai dengan baik atas doa dan dukungan dari berbagai pihak yang telah banyak membantu penulis. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih atas segala dukungannya kepada :

1. Bapak Ipang Djunarko, M.Sc., Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Bapak Prof Dr dr I Nyoman Kertia SpPD-KR selaku Dosen Pembimbing I yang telah banyak mengarahkan, mendampingi serta memberikan bimbingan, bantuan dan saran kepada penulis.

3. Ibu Yunita Linawati, M.Sc., Apt. selaku Dosen Pembimbing II yang telah banyak meluangkan waktu, pikiran, perhatian dan kesabaran untuk mengarahkan, mendampingi serta memberikan bimbingan, bantuan dan saran kepada penulis.


(11)

ix

4. Bapak Prof. Dr. C. J. Soegihardjo, Apt. selaku Dosen Penguji, atas kritik dan saran yang telah diberikan sehingga skripsi ini menjadi lebih baik. 5. Ibu Aris Widayati, M, Si., PhD., Apt selaku Dosen Penguji, atas kritik dan

saran yang telah diberikan sehingga skripsi ini menjadi lebih baik. 6. Bapak Dr. Osman Sianipar, DMM, M.Sc., Sp PK (K) selaku Kepala

Bagian Pendidikan dan Penelitian RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta yang telah memberikan ijin untuk melakukan penelitian.

7. Bapak MT. Sutena, SKM., MM., M.Sc. selaku Ka. Sub. Bag. Diklit Keperawatan dan Non Medis RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta yang telah membantu penulis dalam proses perijinan untuk melakukan penelitian. 8. Bapak dr. Bambang Sigit Riyanto, Sp PD. KP selaku Ka. Instalasi Rawat

Jalan RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta yang telah memberikan ijin bagi penulis untuk melakukan penelitian.

9. Ibu Dra. Rosita Mulyaningsih, Apt. Sp.FRS selaku Ka. IP2S yang telah memberi izin dan mendukung penulis.

10.Keluargaku tercinta Yanu Ariyoko, Amk., Gerardo Briyan Pradana, Firdan Baruta Arnandika yang banyak mendukung dan menyemangati penulis. 11.Teman-teman baikku Fenny Noviana, Fransisca Kurnianingsih, Aryanti,

Dina Wulandari, Maria Lisa Nova, Ratna Mustika, Paulina, Maria Yesia, Kadek Risna, Elisa Eka, dan Aloysia Yossy atas kebersamaan kita selama ini dan atas dukungan, bantuan dan doa yang selalu diberikan kepada penulis.


(12)

x

13.Semua pihak yang telah memberikan bantuan dan dukungan kepada penulis yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan yang harus diperbaiki. Untuk itu penulis mengharapkan adanya kritik dan saran yang membangun terhadap skripsi ini. Akhir kata, penulis berharap skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca. Tuhan memberkati.

Yogyakarta, 09 Oktober 2013


(13)

xi

DAFTAR ISI

Hal HALAMAN SAMPUL...

HALAMAN JUDUL ... i

ii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS... PRAKATA... vii viii DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xix

DAFTAR GAMBAR... xx DAFTAR LAMPIRAN...

INTISARI...

xxiii


(14)

xii

ABSTRACT ... xxv

BAB I. PENGANTAR ... 1

A. Latar Belakang ... 1

1. Permasalahan ... 2

2. Keaslian penelitian ... 3. Manfaat penelitian... a. Manfaat teoritis... b. Manfaat praktis... B. Tujuan Penelitian... a. Tujuan umum... b. Tujuan khusus... 2 3 3 3 4 4 4 BAB II. PENELAAHAN PUSTAKA... 5

A. Obat Herbal ... 5

B. Pemahaman... 7 C. Pengetahuan ...

1. Proses adopsi perilaku... 2. Tingkat pengetahuan di dalam domain kognitif ... 3. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan...

8 8 9 11


(15)

xiii

D. Sikap... 13

E. Keterangan Empiris... 15

BAB III. METODE PENELITIAN ... 16

A. Jenis dan Rancangan Penelitian ... 16

B. Variabel Penelitian ... 16

C. Definisi Operasional... 16 D. Subjek Penelitian... E. Besar Sampel... F. Waktu Penelitian... G. Tempat Penelitian... H. Instrumen Penelitian...

17 18 19 19 20 I. Tata Cara Penelitian ...

1.Studi pustaka………... 2.Analisis situasi………...

a. Penentuan lokasi penelitian... b. Perijinan... c. Penentuan sampel penelitian...

3.Pengujian instrumen penelitian (kuesioner)... 4.Uji pemahaman bahasa, uji validasi dan uji reliabilitas...

21 23 23 23 23 24 24 24


(16)

xiv

5.Hasil uji instrumen penelitian...

a. Uji pemahaman bahasa... b. Uji validitas...

c. Uji reliabilitas... 6.Analisis hasil...

a. Perhitungan persentase profil responden...

b. Uji chi-square (crosstab)... 7.Pembahasan data dan kesimpulan... J. Keterbatasan Penelitian...

25 25 25 27 28 28 29 29 30 BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 31

A. Karakteristik Responden ... 1. Jenis kelamin………...

2. Usia………...

3. Pendidikan………..

4. Pekerjaan………...

31 31

32 32

33 B. Pengetahuan Responden tentang Obat Herbal...

1. Pengetahuan responden mengenai obat herbal yang merupakan 34


(17)

xv

bagian dari obat tradisional... 2. Pengetahuan responden mengenai definisi obat herbal... 3. Pengetahuan responden mengenai keamanan obat herbal... 4. Pengetahuan responden mengenai khasiat obat herbal... 5. Pengetahuan responden mengenai obat herbal teruji keamanan dan khasiatnya... 6. Pengetahuan responden mengenai kandungan obat herbal yang memiliki khasiat masing-masing... 7. Pengetahuan responden mengenai efek samping obat herbal... 8. Pengetahuan responden mengenai cara pemakaian obat herbal.. 9. Pengetahuan responden mengenai obat herbal memiliki

kadaluwarsa... 10. Pengetahuan responden mengenai obat herbal yang sudah

kadaluwarsa boleh dikonsumsi... 11. Pengetahuan responden mengenai obat herbal boleh

dikonsumsi semua usia... 12. Pengetahuan responden mengenai obat herbal boleh

dikonsumsi oleh ibu hamil dan menyusui maupun yang memiliki gangguan fungsi organ... 13. Pengetahuan responden mengenai obat herbal perlu

dikonsultasikan... 14. Pengetahuan responden mengenai obat herbal tidak boleh

35 36 37 38 38 39 40 42 42 43 44 46 47


(18)

xvi

mengandung bahan kimia obat... 15. Pengetahuan responden mengenai obat herbal boleh diminum

bersama-sama obat modern (obat konvensional)... 16. Pengetahuan responden tentang obat herbal merupakan jamu

dalam bentuk sirup, kapsul, tablet atau pil... 17. Pengetahuan responden mengenai obat herbal diminum

bersama dengan obat konvensional selalu aman... 18. Pengetahuan responden mengenai obat herbal dapat dijadikan

pengobatan alternatif... 19. Pengetahuan responden mengenai obat herbal mempunyai

efek samping lebih ringan dibanding dengan obat konvensional... 20. Pengetahuan responden mengenai obat herbal yang aman dan

efektif perlu memperhatikan produsen pembuatnya... 48 49 50 51 52 53 54 C. Alasan Responden Mau Menggunakan Obat Herbal...

1. Sumber pengenalan dan pemberi informasi mengenai obat herbal... 2. Peran tenaga kesehatan (dokter/apoteker/bidan) dalam

memberikan saran pada responden untuk menggunakan obat herbal ... 3. Bentuk sediaan obat herbal yang sering dipilih/digunakan

oleh responden... 56

56

57


(19)

xvii

4. Tujuan mengkonsumsi obat herbal... 5. Hasil umum yang dirasakan setelah mengkonsumsi obat

herbal... 6. Antara obat herbal dan obat konvensional (dengan bahan

kimia obat), mana yang dipilih (lebih sering menggunakan) untuk mengatasi keluhan yang dirasakan... 7. Alasan pemilihan obat herbal daripada obat konvensional

(dengan bahan kimia obat)... 8. Alasan pemilihan obat konvensional (dengan bahan kimia obat) daripada obat herbal...

D. Hubungan Karakteristik Responden dengan Pemahaman...

1. Jenis kelamin………...

2. Usia………...

3. Pendidikan………...

4. Pekerjaan………....

5. Pemahaman... 58 59 60 61 62 63 63 65 66 68 70

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ...


(20)

xviii

A. Kesimpulan ...

B. Saran ………..

71 72

DAFTAR PUSTAKA ... 73

LAMPIRAN... 76 BIOGRAFI PENULIS ... 90


(21)

xix

DAFTAR TABEL

Hal Tabel I. Hasil Uji Validitas Kuesioner Pemahaman Responden tentang Obat Herbal secara Umum... 26

Tabel II. Hubungan Jenis Kelamin Responden dengan Pemahaman... 64

Tabel III. Hubungan Usia Responden dengan Pemahaman... 65 Tabel IV. Hubungan Pendidikan Responden dengan Pemahaman... 67 Tabel V. Hubungan Pekerjaan Responden dengan Pemahaman... 68 Tabel VI. Hubungan Karakteristik Responden dengan Pemahaman Obat


(22)

xx DAFTAR GAMBAR Hal Gambar 1. Gambar 2.

Skema Tata Cara Penelitian... Karakteristik Jenis Kelamin Responden...

22 31 Gambar 3. Karakteristik Usia Responden... 32 Gambar 4. Gambar 5. Gambar 6. Gambar 7. Gambar 8. Gambar 9. Gambar 10. Gambar 11. Gambar 12. Gambar 13.

Karakteristik Pendidikan Responden... Karakteristik Pekerjaan Responden... Pengetahuan Responden tentang Obat Herbal... Pengetahuan Responden Mengenai Obat Herbal yang Merupakan Bagian dari Obat Tradisional... Pengetahuan Responden Mengenai Definisi Obat Herbal... Pengetahuan Responden bahwa Obat Herbal Aman untuk Digunakan/Dikonsumsi... Pengetahuan Responden bahwa Obat Herbal Manjur untuk Digunakan/Dikonsumsi... Pengetahuan Responden bahwa Obat Herbal Sudah Teruji Keamanan dan Khasiatnya... Pengetahuan Responden bahwa Setiap Kandungan yang Ada pada Obat Herbal Memiliki Khasiat Masing-Masing... Pengetahuan Responden Mengenai Tidak Adanya Efek Samping yang Berbahaya pada Semua Obat Herbal...

33 34 34 35 36 37 38 39 40 40


(23)

xxi Gambar 14. Gambar 15. Gambar 16. Gambar 17. Gambar 18. Gambar 19. Gambar 20. Gambar 21. Gambar 22. Gambar 23.

Pengetahuan Responden Mengenai Cara Pemakaian untuk Semua Obat Herbal Sama... Pengetahuan Responden Mengenai Obat Herbal Memiliki Tanggal Kadaluwarsa... Pengetahuan Responden Mengenai Obat Herbal yang Sudah Kadaluwarsa Masih Boleh Dikonsumsi... Pengetahuan Responden Mengenai Obat Herbal Boleh Dikonsumsi Semua Usia... Pengetahuan Responden Mengenai Obat Herbal Boleh Dikonsumsi oleh Ibu Hamil dan Menyusui maupun yang Mengalami Gangguan Fungsi Organ... Pengetahuan Responden Mengenai Obat Herbal Perlu Dikonsultasikan Terlebih Dahulu pada Dokter/Apoteker/Ahli Herbal... Pengetahuan Responden Mengenai Obat Herbal Tidak Boleh Mengandung Bahan Kimia Obat... Pengetahuan Responden Mengenai Obat Herbal Boleh Diminum Bersama-Sama Obat Modern (Obat Konvensional)... Pengetahuan Responden tentang Obat Herbal Merupakan Jamu Dalam Bentuk Sirup, Kapsul, Tablet atau Pil... Pengetahuan Responden Mengenai Obat Herbal Diminum Bersama dengan Obat Konvensional Selalu Aman...

42 43 44 45 46 47 48 49 51 51


(24)

xxii Gambar 24. Gambar 25. Gambar 26. Gambar 27. Gambar 28. Gambar 29. Gambar 30. Gambar 31. Gambar 32. Gambar 33. Gambar 34.

Pengetahuan Responden Mengenai Obat Herbal dapat Dijadikan Pengobatan Alternatif... Pengetahuan Responden Mengenai Obat Herbal Mempunyai Efek Samping Lebih Ringan Dibanding dengan Obat Konvensional... Pengetahuan Responden Mengenai Obat Herbal yang Aman dan Efektif Perlu Memperhatikan Produsen Pembuatnya... Sumber Pengenalan dan Pemberi Informasi Mengenai Obat Herbal... Peran Tenaga Kesehatan (Dokter/Apoteker/Bidan) Dalam Menyarankan Responden Untuk Menggunakan Obat Herbal... Bentuk Sediaan Obat Herbal yang Sering Dipilih/Digunakan oleh Responden... Tujuan Mengkonsumsi Obat Herbal... Hasil Umum yang Dirasakan Setelah Mengkonsumsi Obat Herbal... Antara Obat Herbal dan Obat Konvensional (dengan BKO), Mana yang Dipilih (Lebih Sering Menggunakan) Untuk Mengatasi Keluhan yang Dirasakan... Alasan Pemilihan Obat Herbal daripada Obat Konvensional... Alasan Pemilihan Obat Konvensional (dengan Bahan Kimia Obat) daripada Obat Herbal...

53 53 55 56 57 58 59 60 61 61 62


(25)

xxiii

DAFTAR LAMPIRAN

Hal Lampiran 1.

Lampiran 2. Lampiran 3. Lampiran 4. Lampiran 5.

Lampiran 6.

Lampiran 7.

Surat Ethical Clearance... Instrumen Penelitian (Kuesioner)... Hasil Uji Reliabilitas... Gambaran Karakteristik Responden... Hasil Perhitungan Kuesioner Pengetahuan Responden tentang Obat Herbal Secara Umum... Hasil Perhitungan Kecenderungan Jawaban Kuesioner pada Pengetahuan Responden tentang Obat Herbal Secara Umum... Hasil Perhitungan Kuesioner Alasan Pemilihan Obat Herbal....

76 77 81 82

83

85 87


(26)

xxiv INTISARI

Penggunaan obat herbal dalam pengobatan komplementer dan alternatif di Indonesia semakin populer dengan bukti-bukti empiris dan dukungan ilmiah yang semakin banyak terhadap khasiat herbal. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang pengetahuan dan alasan pasien poliklinik penyakit dalam di RSUP Dr. Sardjito mengenai obat herbal secara umum.

Penelitian ini termasuk jenis penelitian non eksperimental dengan rancangan deskriptif menggunakan teknik sampling kuota secara nonprobability

sampling. Kuesioner yang merupakan instrumen penelitian, diberikan pada 98

pasien poliklinik penyakit dalam RSUP Dr. Sardjito yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Uji validitas kuesioner menggunakan metode Produk Momen Pearson dan Test Total Item-Corrected Correlation, sedangkan uji reliabilitas menggunakan metode Alpha Cronbach. Data yang diperoleh, diolah secara statistik deskriptif dalam bentuk persentase dan ditampilkan dengan tabel dan gambar.

Dari data yang diperoleh, dapat disimpulkan bahwa karakteristik responden di Poliklinik Penyakit Dalam RSUP Dr. Sardjito : sebagian besar responden perempuan (56,12%), berusia 26-50 tahun (46,94%), PNS (48,98%) dan bertingkat pendidikan SMA atau sederajat (40,82%), pengetahuan/ pemahaman responden terhadap obat herbal secara umum tergolong tinggi ( baik), dengan rata-rata skor jawaban responden yang didapat, yaitu sebesar 78,37% ; pasien mau mengkonsumsi /memilih obat herbal 72,45% dengan hasil chi square

tests 0,002 dari nilai tersebut dapat dikatakan ada hubungan pengaruh pemahaman

pasien tentang obat herbal dengan pasien mau mengkonsumsi obat herbal. Karakteristik pasien mempunyai pengaruh terhadap pemahaman tentang obat herbal, dibuktikan dengan nilai chi-square < 0,05 untuk jenis kelamin, usia, pendidikan dan pekerjaan.


(27)

xxv

ABSTRACT

The use of herbal medicine as a complementary and alternative medicine in Indonesia has become popular with the empirical evidence and the scientific support for the efficacy of many herbals. This study aimed to gain insight into the

patient‟s knowledge and reason of using herbs medicine in the Internal medicine

out patient of Dr. Sardjito Hospital.

This research was a non-experimental researchwith descriptive design using a quota sampling technique in non-probality sampling. The questionnaire as a research instrument, given to 98 patients in Internal medicine out patient of Dr. Sardjito Hospital who met the inclusion with dan exclusion criteria. The validity test of questionnaire used the pearson product moment test and corrected item total correlation while the reliability test used alpha cronbach method. Data obtained were processed in the form of descriptive statistics and percentages and were displayed with tables and figure.

The data obtained, as described below: the majority of female respondents (56.12%), respondents aged 26-50 years old (46.82%), civil servant (48.98%) and High school education or equivalent (40.82%). Respondents knowledge/ understanding of herbal medicine in general is high (good), with an average score of respondents obtained, amounting to 78.37%. Patients wanted to eat/ pick herbs 72.45% with the results of the chi square test 0.002 of value can be said to exist a relationship influences patient understanding about herbal medicines to patient willing herbs. Patient characteristics have an influence on the understanding of herbal medicine, evidenced by the chi-square value < 0.05 for gender, age, education, and occupation

Key words : knowledge, reason of selection, herbal medicine


(28)

1 BAB I PENGANTAR

A. Latar Belakang

Saat ini penggunaan obat herbal dalam pengobatan komplementer dan alternatif di Indonesia semakin popular dengan bukti-bukti empiris dan dukungan ilmiah yang semakin banyak terhadap khasiat herbal sehingga banyak digunakan oleh masyarakat untuk pencegahan dan pengobatan berbagai penyakit, termasuk penyakit-penyakit berat seperti kanker, diabetes mellitus, jantung, hipertensi, stroke, hepatitis dan AIDS (Harmanto,2007).

Obat herbal dapat didefinisikan sebagai produk obat jadi dalam kemasan akhir yang diberi penandaan, mengandung zat aktif yang berasal dari bagian tanaman diatas atau dibawah tanah, atau bagian tanaman lainnya, atau kombinasi dari bagian-bagian tersebut, baik dalam bentuk yang belum diolah maupun bentuk preparat (Hartadi, 2012).

Persepsi masyarakat beragam tentang obat tradisional ada yang fanatik percaya dan ada yang tidak, bagi yang fanatik percaya dengan obat tradisional mengganggap bahwa yang berasal dari alam pasti baik dan aman sehingga menggunakan obat tradisional bertahun-tahun, sebaliknya bagi yang tidak percaya menganggap obat tradisional tidak semanjur obat modern dan bentuk serta kemasaan obat tradisional yang tidak meyakinkan (Hakim, 2002).

Obat herbal dapat memberikan manfaat jika tepat penggunaannya baik dosis serta cara penggunaannya juga arahan dan pemantauan oleh ahlinya. Dari


(29)

pemaparan diatas maka tidak sedikit rumah sakit yang berminat untuk pengembangkan layanannya pada pengobatan herbal, salah satunya adalah Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Sardjito Yogyakarta.

Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Sardjito, responden yang dipilih adalah pasien poliklinik penyakit dalam karena persentase jumlah pasien poliklinik penyakit dalam paling banyak dari jumlah keseluruhan pasien rawat jalan, dengan batasan usia diatas 17 tahun.

1. Permasalahan

a. Seperti apakah deskripsi karakteristik, tingkat pemahaman, dan alasan membeli dari para pasien poliklinik penyakit dalam di Rumah Sakit Dr. Sardjito terhadap obat herbal?

b. Apakah ada hubungan pengaruh karakteristik pasien dengan tingkat pemahaman pasien tentang obat herbal?

2. Keaslian penelitian

Penelitian sejenis pernah dilakukan, yaitu “Kajian Pengetahuan dan Alasan Pemilihan Obat Herbal pada Pasien Geriatri di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta” (Noviana, 2011). Penelitian Noviana (2011) ini lebih menitikberatkan pada persentase hasil dari kajian pengetahuan dan alasan pemilihan obat herbal saja, sedangkan penelitian yang peneliti lakukan lebih menitikberatkan pada hubungan antara karakteristik pasien poliklinik penyakit dalam di RSUP Dr. Sarjito dengan pemahaman dan alasan pemilihan obat.


(30)

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian non eksperimental dengan rancangan deskriptif teknik sampling kuota secara nonprobability sampling menggunakan kuesioner. Subjek penelitian yang digunakan adalah pasien penyakit dalam di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta dengan judul “Studi Pemahaman Pasien Penyakit Dalam RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta terhadap Obat

Herbal”. Penelitian ini belum pernah diteliti sebelumnya.

3. Manfaat penelitian

a. Manfaat teoritis

1) Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan di bidang kefarmasian tentang obat herbal.

2) Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran tingkat pemahaman dan alasan penggunaan obat herbal.

b. Manfaat praktis

1) Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan untuk mengetahui pemahaman pasien penyakit dalam terhadap produk tradisional.

2) Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan Rumah Sakit Dr. Sardjito dalam pengembangan layanan poliklinik herbal di RS Dr. Sardjito.


(31)

B. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum

Untuk mengetahui deskripsi karakteristik, tingkat pemahaman, dan alasan pasien mau menggunakan obat herbal, dari para pasien poli penyakit dalam di Rumah Sakit Dr. Sardjito, terhadap produk tradisional atau produk herbal.

2. Tujuan khusus

Untuk mengetahui apakah ada hubungan pengaruh karakteristik pasien dengan tingkat pemahaman pasien tentang obat herbal.


(32)

5 BAB II

PENELAAHAN PUSTAKA

A. Obat Herbal

Obat herbal Indonesia selama ini lebih dikenal dengan nama jamu dan izin dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (Badan POM) RI juga mengolongkan dalam jamu. Jamu sendiri identik dengan serbuk yang harus diseduh dan terasa pahit sehingga sebagian masyarakat modern merasa tidak nyaman dan bahkan terkesan kuno. Menyadari hal ini, maka produsen jamu mulai membuat inovasi dengan memproduksi jamu dalam bentuk kapsul atau tablet dan sekarang dikenal dengan obat herbal.

Sesuai dengan Keputusan Badan POM RI No. 00.05.4.2411 tahun 2004, berdasarkan cara pembuatan serta jenis klaim penggunaan dan tingkat pembuktian khasiat, Obat Bahan Alam Indonesia dikelompokkan menjadi tiga jenis yaitu:

1. Jamu, yang merupakan obat tradisional warisan nenek moyang.

2. Obat herbal terstandart, yang dikembangkan berdasarkan bukti-bukti ilmiah dan uji pra klinik serta standarisasi bahan baku.

3. Fitofamaka, yang dikembangkan berdasarkan uji klinik, standarisasi bahan baku dan sudah bisa diresepkan dokter. Khusus fitofarmaka, konsepnya tidak berbeda dengan obat modern karena merupakan obat yang berasal dari tanaman dan telah melalui prosedur uji pra klinik persyaratan formal produk pengobatan.


(33)

Beberapa kendala yang menghambat perkembangan jamu dan obat herbal di Indonesia adalah:

(1) Pengolahan bahan jamu/herbal yang belum terstandar, terutama mutu. (2) Industri jamu/obat herbal kadang tidak jujur dengan menambahkan

bahan-bahan kimia ke dalam produknya sehingga sering menimbulkan efek samping yang tidak dikehendaki.

(3) Kurangnya penelitian ilmiah dan dukungan pemerintah terus-menerus. (4) Sebagian masyarakat tidak tahan dengan rasa pahit dan aroma tidak enak. (5) Masyarakat terbiasa mengkonsumsi sesuatu yang bisa dirasakan secara

instan (seketika).

(6) Tidak semua bahan baku obat herbal dibudidayakan secara serius.

(7) Sulitnya meraih kepercayaan masyarakat karena belum dilakukan penelitian ilmiah secara menyeluruh.

(8) Biaya penelitian untuk uji pra klinik dan uji klinik sangat mahal sehingga menjadi kendala utama bagi industri jamu yang kebanyakan merupakan industri kecil dan menengah (Harmanto dan Subroto, 2007).

Dengan perkembangan masyarakat, akhir-akhir ini pengobatan alternatif atau ramuan trasional mulai diminatai. Dimana-mana mulai banyak bermunculan klinik-klinik pengobatan tradisional yang sangat diminati oleh masyarakat luas masyarakat mulai menyadari obat tradisional tidak kalah hebat dengan obat modern. Ada pula sebagian golongan masyarakat yang bersifat lebih bijak dan realistis, yaitu dengan tetap melakukan diagnosa medis dan ingin tahu proses perkembangan penyakitnya tetap menggunakan jasa dokter, namun proses


(34)

pengobatannya menggunakan obat tradisional/herbal (Harmanto dan Subroto, 2007).

Dari literatur yang sudah ada, sesungguhnya herbal Indonesia sangat potensial mengatasi aneka macam penyakit terutama bila benar cara pengolahannya, tepat cara penggunaan maupun dosisnya serta selalu dilakukan pemantauan untuk megnetahui proses kesembuhannya. Sinergi pengalaman empiris dan penelitian ilmiah tentang khasiat dan manfaat herbal akan menjadi bukti yang kuat keberhasilan obat herbal yang relatif kecil efek sampingnya. Hal ini akan meningkatkan pula kepercayaan masyarakat untuk tidak ragu lagi menggunakan warisan nenek moyang, yakni obat herbal (Harmanto dan Subroto, 2007).

B. Pemahaman

Pemahaman adalah proses perbuatan atau cara memahami dan memahamkan. Menurut Bloom, pemahaman merupakan kemampuan untuk menangkap arti dari apa yang tersaji, kemampuan untuk menterjemahkan dari satu bentuk ke bentuk yang lain dalam kata-kata, angka ataupun interpretasi berbentuk penjelasan, ringkasan, prediksi dan hubungan sebab akibat (Suparno, 2001).


(35)

C. Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui panca indra manusia, yakni indra penglihatan, indra pendengaran, indra penciuman, indra rasa dan indra raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata (indra penglihatan) dan telinga (indra pendengaran). Pengetahuan juga dapat diperoleh melalui pendidikan, pengalaman diri sendiri, pengalaman orang lain, media masa maupun lingkungan. Pengetahuan diperlukan sebagai dorongan psikis dalam menumbuhkan rasa percaya diri maupun dorongan sikap dan perilaku setiap hari sehingga dapat dikatakan bahwa pengetahuan merupakan stimulus dan merupakan domain yang sangat penting terhadap tindakan seseorang (Notoatmodjo, 2003).

Pengetahuan juga dapat diartikan sebagai sekumpulan informasi yang dipahami yang dapat diperoleh dari proses belajar selama hidup dan dapat dipergunakan sewaktu-waktu sebagai alat penyesuaian diri baik terhadap diri sendiri maupun lingkungannya (Supriyadi, 1993).

1. Proses adopsi perilaku

Dari pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak disadari oleh pengetahuan, sebelum orang mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru) di dalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yakni :


(36)

a. Awareness (kesadaran), yakni orang tersebut menyadari dalam arti

mengetahui stimulus (objek) terlebih dahulu.

b. Interest, yakni orang mulai tertarik kepada stimulus.

c. Evaluation, yakni menimbang-nimbang baik dan tidaknya stimulus

tersebut bagi dirinya. Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi.

d. Trial, yakni orang mulai mencoba perilaku baru

e. Adaption, yakni subjek telah berperilaku baru sesuai dengan

pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus.

Namun demikian dari penelitian selanjutnya Rogers menyimpulkan bahwa perubahan perilaku tidak selalu melewati tahap-tahap di atas. Apabila penerimaan perilaku baru atau adopsi perilaku melalui proses seperti ini didasari oleh pengetahuan, kesadaran dan sikap yang positif, maka perilaku tersebut akan bersifat langgeng (long lasting). Sebaliknya apabila perilaku itu tidak didasari oleh pengetahuan dan kesadaran maka tidak akan berlangsung lama (Notoatmodjo, 2003). 2. Tingkat pengetahuan di dalam domain kognitif

Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai enam tingkat :

a. Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya, termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari


(37)

seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang diperlajari antara lain: menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan, dan sebagainya. b. Memahami (Comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang obyek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap obyek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.

c. Aplikasi (Application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi di sini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.

d. Analisis (Analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu obyek ke dalam komponen-komponen tetapi masih di dalam satu struktur organisasi dan masih ada kaitannya satu sama


(38)

lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja, seperti dapat menggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan dan mengelompokkan.

e. Sintesis (Synthesis)

Sintesis menunjuk suatu kemampuan untuk meletakan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada. f. Evaluasi (Evaluation)

Berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria yang telah ada.

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subyek penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkatan-tingkatan di atas (Notoatmodjo, 2003).

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan

Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan antara lain: a. Pendidikan

Yaitu untuk memberikan pengetahuan sehingga terjadi perubahan perilaku positif yang meningkat (Soekanto, 2002). Seseorang yang


(39)

mempunyai pendidikan lebih tinggi akan lebih mudah menerima informasi yang disampaikan oleh tenaga kesehatan. Artinya, ia dapat mengadopsi inovasi dengan cepat dibandingkan dengan orang berlatar belakang pendidikan rendah yang cenderung sulit untuk mengetahui atau mengikuti informasi yang tersedia dengan keterbatasan pengetahuan (Notoatmojo, 2003).

b. Umur

Sistem pendidikan bertambah maju seiring perkembangan zaman, sehingga orang muda yang sudah matang pemikirannya akan lebih berpendidikan jika meningkatkan pengetahuannya. Artinya semakin matang umur, maka kesempatan untuk memperoleh pengetahuan melalui pendidikan semakin banyak sehingga pengetahuan bertambah (Barnet, 2000).

c. Informasi

Seseorang yang mempunyai sumber informasi yang lebih banyak akan mempunyai pengetahuan yang lebih luas (Soekanto, 2002).

d. Pengalaman

Sesuatu yang pernah dialami seseorang akan menambah pengetahuan tentang suatu yang bersifat non formal (Soekanto, 2002).


(40)

e. Sosial Ekonomi

Tingkat kemampuan seseorang untuk memenuhi kebutuhan hidup (Soekanto, 2002).

f. Budaya

Tingkah laku manusiawi atau kelompok manusia dalam memenuhi kebutuhan yang meliputi sikap dan kepercayaan (Soekanto, 2002).

D.Sikap

Sikap pada awalnya diartikan sebagai suatu syarat untuk munculnya suatu tindakan. Konsep itu kemudian berkembang semakin luas dan digunakan untuk menggambarkan adanya suatu niat yang khusus atau umum, berkaitan dengan kontrol terhadap respon pada keadaan tertentu maupun menilai atau menanggapi sesuatu (Azwar, 1995). Berkman dan Gilson (1981) mendefinisikan sikap adalah evaluasi individu yang berupa kecenderungan (inclination) terhadap berbagai elemen di luar dirinya. Allfort (dalam Assael, 1984) mendefinisikan sikap adalah keadaan siap (predisposisi) yang dipelajari untuk merespon objek tertentu yang secara konsisten mengarah pada arah yang mendukung (favorable) atau menolak (unfavorable).

Hawkins, dkk. (1986) menyebutkan, sikap adalah pengorganisasian secara ajeg dan bertahan (enduring) atas motif, keadaan emosional, persepsi dan proses-proses kognitif untuk memberikan respon terhadap dunia luar.

Azwar (1995), menggolongkan definisi sikap dalam tiga kerangka pemikiran, yaitu:


(41)

1. Pertama, kerangka pemikiran yang diwakili oleh para ahli psikologi seperti Louis Thurstone, Rensis Likert dan Charles Osgood. Menurut mereka sikap adalah suatu bentuk evaluasi atau reaksi perasaan. Berarti sikap seseorang terhadap suatu objek adalah perasaan mendukung atau memihak (favorable) maupun perasaan tidak mendukung atau tidak memihak (unfavorable) pada objek tersebut. 2. Kedua, kerangka pemikiran ini diwakili oleh ahli seperti Chief,

Bogardus, LaPierre, Mead dan Gordon Allport. Menurut kelompok pemikiran ini sikap merupakan semacam kesiapan untuk bereaksi terhadap suatu objek dengan cara-cara tertentu. Dapat dikatakan bahwa kesiapan yang dimaksudkan merupakan kecenderungan yang potensial untuk bereaksi dengan cara tertentu apabila individu dihadapkan pada suatu stimulus yang menghendaki adanya respon.

3. Ketiga, kelompok pemikiran ini adalah kelompok yang berorientasi pada skema triadik (triadic schema). Menurut pemikiran ini suatu sikap merupakan konstelasi komponen kognitif, afektif dan konatif yang saling berinteraksi di dalam memahami, merasakan dan berperilaku terhadap suatu objek.

Tingkatan sikap menurut Notoatmodjo (2003) adalah sebagai berikut: 1) Menerima (Receiving)

Menerima dapat diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan (objek).


(42)

2) Merespon (Responding)

Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan, dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap. Karena dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan, terlepas dari pekerjaan itu benar atau salah, adalah berarti bahwa orang menerima ide tersebut.

3) Menghargai (Valuing)

Indikasi sikap tingkat ketiga adalah mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah.

4) Bertanggung-jawab (Responsible)

Sikap yang paling tinggi adalah tanggung-jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko.

Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung atau tidak langsung. Secara langsung dapat ditanyakan bagaimana pendapat atau pernyataan responden terhadap suatu objek, sedangkan secara tidak langsung dapat dilakukan dengan pernyataan-pernyataan hipotesis, kemudian ditanyakan pendapat responden (Azwar, 1995).

E. Keterangan Empiris

Penelitian ini diharapkan dapat memberi gambaran mengenai pemahaman terhadap produk obat herbal dan latar belakang pemilihan obat herbal pada pasien penyakit dalam RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta periode bulan Juli 2010.


(43)

16 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Penelitian berjudul “Studi Pemahaman Pasien Penyakit dalam Rumah

Sakit Umum Pusat Dr. Sardjito Yogyakarta Terhadap Obat Herbal periode Juli

2010” ini termasuk jenis penelitian non eksperimental dengan rancangan

penelitian deskriptif, yaitu mengumpulkan data mengenai faktor-faktor yang merupakan pendukung terhadap aspek keamanan, khasiat, dan mutu obat tradisional, kemudian dianalisis untuk dicari peranannya sejauh mana pasien Penyakit Dalam RSUP Dr. Sardjito memahami tentang obat herbal.

B. Variabel Penelitian

Variabel pada penelitian ini adalah: karakteristik responden, pemahaman responden terhadap obat herbal, alasan pemilihan atau mau mengkonsumsi obat herbal oleh responden.

C. Definisi Operasional

1. Karakteristik responden adalah data pribadi responden yang meliputi umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan dan pekerjaan.


(44)

2. Alasan pemilihan adalah faktor-faktor yang melatarbelakangi suatu pemilihan, yang bisa dipengaruhi oleh faktor kebudayaan, sosial, pribadi dan psikologis.

3. Pemahaman responden adalah gambaran subyektif internal seseorang dalam bentuk pendapat terhadap suatu hal yang dilihat, didengar dan dirasakan sehingga mampu untuk mengartikan dan menjelaskan dengan baik dan benar tentang obat herbal.

4. Obat tradisional adalah obat dengan bahan berupa bahan tumbuhan segar ataupun simplisia yang dibuat dengan cara diramu sehingga dihasilkan jamu berbentuk cairan ataupun serbuk kering, tablet.

5. Pengetahuan atau pemahaman dikatakan baik jika skor jawaban responden > 75%

6. Pengetahuan atau pemahaman dikatakan kurang baik jika skor jawaban responden < 40%

D. Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah pasien penyakit dalam di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta. Dalam penelitian ini subjek penelitian disebut responden. Responden harus memenuhi kriteria-kriteria yang menjadi batasan dalam penelitian. Kriteria inklusi adalah responden yang berumur diatas 17 tahun baik laki-laki maupun perempuan yang periksa di Poliklinik Penyakit Dalam RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta pada periode bulan Juli 2010, pernah mengkonsumsi obat herbal serta bersedia mengikuti kegiatan pada penelitian ini. Kriteria eksklusi


(45)

adalah pasien Poliklinik Penyakit Dalam di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta yang dalam pengisian kuesioner tidak terisi penuh/tidak lengkap.

E. Besar Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi yang diambil secara random dan bersifat representative (mewakili) (Praktiknya, 2001). Jumlah sampel yang digunakan didapatkan dari hasil sampling. Berdasarkan data kunjungan pasien instalasi rawat jalan sub instalasi penyakit dalam RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta, jumlah pasien rata-rata yang periksa di Poliklinik Penyakit Dalam RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta pada bulan Januari-Juni 2010 sebanyak 800 pasien.

Jumlah sampel pada penelitian ini dapat ditentukan dengan menggunakan rumus berikut (Notoatmodjo, 2002) : (Rumus di mana populasi < 10000)

n = N 1 + N (d2)

n= besar sampel yang diambil N= besar populasi

d= tingkat signifikansi (10%) Perhitungan jumlah sampel yang diambil:

n = N 1 + N (d2)

= 800 = 88,88 pasien = 89 pasien


(46)

Untuk mengatasi dropped out maka jumlah sampel ditambah 10% dari jumlah sampel awal, sehingga jumlah sampel yang diambil dalam penelitian ini menjadi 98 pasien. Teknik sampling yang digunakan pada penelitian ini adalah teknik sampling kuota secara nonprobability sampling. Sampling kuota adalah teknik untuk menentukan sampel dari populasi yang mempunyai ciri-ciri tertentu sampai jumlah (kuota) yang diinginkan (Sugiyono, 2008). Nonprobability

sampling adalah teknik pengambilan sampel yang tidak memberi peluang/kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel (Sugiyono, 2008). Pada penelitian ini, peneliti hanya mengambil data dari sampel yang ditemui secara kebetulan di Poliklinik Penyakit Dalam RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta yang memenuhi kriteria yang sudah ditentukan dan bersedia mengikuti kegiatan pada penelitian ini.

F. Waktu Penelitian

Pengambilan data dilakukan pada bulan Juli 2010 pada hari kerja di Poliklinik Penyakit Dalam RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta, yaitu selama 25 hari pada jam 08.00 hingga 12.00 WIB, namun bila masih ada pasien yang datang untuk periksa di Poliklinik Penyakit Dalam RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta maka peneliti tetap melanjutkan pengambilan data.

G. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Poliklinik Penyakit Dalam RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta.


(47)

H. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan pada penelitian ini adalah kuesioner. Kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang hal-hal yang seseorang ketahui (Arikunto, 2006).

Kuesioner ini terdiri dari tiga bagian yang berisi pertanyaan yang mengacu pada permasalahan penelitian ini. Pada bagian pertama dari kuesioner merupakan jenis pertanyaan terbuka yang berisi pertanyaan mengenai karakteristik responden (seperti umur, jenis kelamin, pekerjaan dan tingkat pendidikan). Disebut pertanyaan terbuka karena jawaban tidak disediakan dan responden harus mengisi sendiri.

Pada bagian kedua dari kuesioner berisi pernyataan untuk mengetahui pemahaman responden terhadap obat herbal. Dipandang dari cara menjawab merupakan kuesioner tertutup karena telah disediakan jawabannya sehingga responden memilih salah satu jawaban pada setiap pernyataan tersebut.

Pernyataan yang ada pada bagian kedua dari kuesioner penelitian ini menggunakan skala Likert sebagai metode penskalaan pernyataan sikap yang menggunakan distribusi respon sebagai dasar penentuan nilai skalanya. Setiap butir pernyataan diberikan empat alternatif jawaban, yaitu: sangat setuju (SS), setuju (S), tidak setuju (TS) dan sangat tidak setuju (STS). Responden wajib untuk memilih salah satu jawaban pada setiap pernyataan tersebut. Pada penelitian ini


(48)

peneliti melihat kecenderungan jawaban dengan menjumlahkan persentase jawaban responden, yaitu SS + S dan ST + STS. Didapat jawaban responden lebih dari 75% benar sesuai dengan acuan yang ada maka secara umum pemahaman responden dapat disimpulkan sudah baik.

Pernyataan yang ada pada bagian kedua dari kuesioner terdiri atas dua sifat, yaitu: favorable dan unfavorable. Pernyataan favorable adalah suatu pernyataan yang berisi hal-hal positif mengenai objek sikap, yaitu berisi pernyataan yang mendukung atau yang memihak pada objek sikap. Sebaliknya, suatu pernyataan sikap dapat pula berisi hal-hal negatif mengenai objek sikap (sifatnya tidak memihak atau tidak mendukung atau kontra terhadap objek sikap yang hendak diungkap) disebut dengan pernyataan unfavorable (Azwar, 1995).

Pada bagian ketiga dari kuesioner merupakan jenis pertanyaan semi terbuka yang berisi pertanyaan-pertanyaan untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang melatarbelakangi atau alasan responden memilih obat herbal. Disebut pertanyaan semi terbuka karena pertanyaan yang pilihan jawaban yang dapat diisi sendiri oleh responden atau berupa alasan yang dapat diisi bebas oleh responden.

I. Tata Cara Penelitian

Suatu penelitian yang baik, harus dilakukan dengan urutan langkah-langkah yang sistematis. Adapun skema langkah-langkah-langkah-langkah penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut.


(49)

Gambar 1. Skema Tata Cara Penelitian Valid Tidak Reliabel Pengumpulan Data Uji Validitas Kuesioner Penentuan Metode sampling dan ukuran

sampel

Reliabel

Pengolahan Data:  Deskripsi Variabel Penelitian

Pengujian dengan Chi-square (Crosstab) Analisis dan Intepretasi Data Pemahaman dan Alasan pemilihan

Kesimpulan dan Saran

Membuang pernyataan Identifikasi Masalah

Perumusan Masalah

Studi Literatur

Penetapan Tujuan Penelitian Model Penelitian

(Studi Pemahaman dan alasan pemilihan obat herbal Pasien Poliklinik Penyakit Dalam RSUP Dr. Sardjito) Penentuan Variabel Penelitian Menentukan Sumber Data Penelitian Mulai Observasi Pendahuluan Membuang pernyataan Uji Reliabilitas Kuesioner Tidak Valid


(50)

1. Studi pustaka

Peneliti memulai dengan studi pustaka seperti membaca literatur-literatur yang ada mengenai obat tradisional khususnya obat herbal, peraturan yang terkait obat herbal meliputi keamanan, khasiat, dan mutu obat herbal, metodologi penelitian, pembuatan kuesioner dan perhitungan menggunakan statistik yang diperlukan. Hal ini dilakukan agar dalam pelaksanaannya peneliti dapat meminimalkan atau bahkan meniadakan kesalah pahaman tentang pengetahuan obat herbal.

2. Analisis situasi

a. Penentuan lokasi penelitian

Lokasi penelitian yang ditentukan oleh peneliti, yaitu Poliklinik Penyakit Dalam RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta. RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta dipilih sebagai lokasi penelitian karena RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta, yang sedang mengembangkan Poliklinik Herbal.

b. Perijinan

Sebelum dilakukan penelitian dilakukan perijinan. Perijinan dimulai dari Sekretariat Kampus kepada bagian Diklit RSUP Dr. Sardjito yang akan diteruskan ke Poliklinik Penyakit Dalam RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta. Disamping melakukan perijinan, peneliti juga mencari informasi mengenai data responden.


(51)

c. Penentuan sampel penelitian

Sesuai dengan perhitungan, minimal besar sampel atau subyek penelitian adalah 98 pasien.

3. Pengujian instrumen penelitian (kuesioner)

Kuesioner dibuat setelah melakukan observasi dan membaca literatur. Pertanyaan dalam kuesioner dibuat dengan tujuan penelitian yang terbagi menjadi 3 bagian, yaitu pertanyaan terbuka, tertutup, dan semi terbuka, yang berupa karakteristik responden (nama, jenis kelamin, umur, pendidikan terakhir, pekerjaan, alamat tempat tinggal dan riwayat penyakit), pemahaman responden terhadap obat herbal dan faktor-faktor apa yang melatar belakangi atau alasan responden dalam mau menggunakan obat herbal.

4. Uji pemahaman bahasa, uji validitas dan uji reliabilitas

Setelah kuesioner dibuat, dilakukan uji pemahaman bahasa, uji validitas dan uji reliabilitas terhadap kuesioner tersebut. Uji-uji tersebut telah dilakukan sebanyak tiga kali, untuk setiap uji baik uji pemahaman bahasa, uji validitas dan uji reliabilitas dilakukan pada 30 responden dengan karakteristik mirip dengan responden namun di luar daerah uji. Hasil uji ketiga sebanyak 30 responden karena uji realibitas dan validitas memenuhi maka data digunakan untuk penelitian ini.


(52)

5. Hasil uji instrumen penelitian a. Uji pemahaman bahasa

Uji pemahaman bahasa dilakukan kepada 30 item pertanyaan yang ada pada kuesioner. Setelah diujikan terdapat 9 pertanyaan yang tidak dapat dipahami atau kurang dimengerti oleh responden. Oleh karena itu, peneliti melakukan penyebaran kuesioner kembali dengan menggunakan 21 pertanyaan kepada 30 responden yang berbeda, hasilnya ada 1 pertanyaan yang tidak valid sehingga peneliti menggunakan 20 pertanyaan untuk mengetahui pemahaman responden berjumlah 98 responden, 20 pertanyaan tentang pengetahuan obat herbal dirasa cukup untuk mengetahui pengetahuan responden.

b. Uji validitas

Tahapan pengujian validitas kuesioner merupakan pengukuran data dari hasil kuesioner uji-coba (try-out/pre-test) yang telah diisi oleh para responden sebanyak 30 orang. Data dari kuesioner tersebut disusun dan diuji validitasnya, apakah data tersebut valid atau tidak valid. Apabila terdapat data yang tidak valid, maka data tersebut diulang apakah jawabannya sesuai dengan yang ada di lapangan atau butir-butir dalam kuesioner tersebut mengikut petunjuk yang telah ditetapkan. Berikut adalah tahapan dalam melakukan pengujian validitas:

1) Menentukan nilai r tabel

Dari tabel r untuk korelasi pearson product moment untuk n = 30 dan taraf kesalaham () = 0,05 didapat nilai r tabel = 0,361.


(53)

Selanjutnya, angka 0,361 akan dipakai sebagai uji validasi terhadap butir-butir kuesioner.

2) Mencari r hitung

Untuk mencari r hitung dari semua butir kuesioner ditunjukkan pada kolom Tabel I, maka terdapat nilai-nilai angka dari setiap butir. 3) Pengambilan keputusan

Dasar dalam pengambilan menentukan butir kuesioner tersebut valid atau tidak valid adalah sebagai berikut:

a) Data valid apabila r hasil > 0,361 dan r hasil signifikan.

b) Data tidak valid apabila r hasil ≤ 0,361 dan r hasil tidak signifikan.

Tabel I. Hasil Uji Validitas Kuesioner Pemahaman Responden tentang Obat Herbal secara Umum

No. r hitung p r tabel validitas No. r hitung p r tabel validitas

1 0.632 0.000 0.361 Valid 16 -0.470 0.009 0.361 Invalid 2 0.615 0.000 0.361 Valid 17 0.541 0.002 0.361 Valid 3 0.558 0.001 0.361 Valid 18 0.128 0.499 0.361 Invalid 4 0.441 0.015 0.361 Valid 19 0.320 0.085 0.361 Invalid 5 0.632 0.000 0.361 Valid 20 -0.403 0.027 0.361 Invalid 6 0.445 0.014 0.361 Valid 21 0.343 0.064 0.361 Invalid 7 0.558 0.001 0.361 Valid 22 0.634 0.000 0.361 Valid 8 0.637 0.000 0.361 Valid 23 0.512 0.004 0.361 Valid 9 0.673 0.000 0.361 Valid 24 0.077 0.685 0.361 Invalid 10 0.726 0.000 0.361 Valid 25 0.46 0.010 0.361 Valid 11 0.649 0.000 0.361 Valid 26 0.282 0.131 0.361 Invalid 12 0.322 0.083 0.361 Invalid 27 0.628 0.000 0.361 Valid 13 -0.363 0.048 0.361 Invalid 28 0.512 0.004 0.361 Valid 14 0.541 0.002 0.361 Valid 29 0.094 0.621 0.361 Invalid 15 0.588 0.001 0.361 Valid 30 0.595 0.001 0.361 Valid


(54)

Dari hasil pengujian validitas kuesioner dengan menggunakan uji korelasi Produk Momen Pearson dapat disimpulkan bahwa dari 30 item pernyataan yang diuji-cobakan, yang dinyatakan valid sebanyak 20 item pernyataan, karena 20 item pernyataan ini memiliki nilai r hitung yang lebih

besar atau sama dengan nilai r tabel 0,361 (dengan N sebanyak 30 dan

tingkat kepercayaan 95% atau taraf kesalahan 0,05), sedangkan 10 item pernyataan yang dikatakan invalid (gugur) yang tidak akan dipakai lagi dalam penyebaran kuesioner berikutnya (direduksi).

c. Uji reliabilitas

Setelah dilakukan uji validitas, kemudian dilanjutkan dengan uji reliabilitas. Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan (Notoatmodjo, 2002). Uji reliabilitas digunakan untuk menunjukkan sejauh mana konsistensi instrumen pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini (kuesioner). Suatu kuesioner dikatakan reliabel bila memberikan hasil

score yang konsisten pada setiap pengukuran. Suatu pengukuran kuesioner

tidak bisa dikatakan valid bila tidak reliabel (Uyanto, 2009). Apabila kereliabilitasan suatu instrumen penelitian tinggi hal ini berarti instrumen penelitian tersebut layak untuk digunakan dalam penelitian di waktu dan tempat yang berbeda. Uji reliabilitas terhadap kuesioner dalam penelitian ini juga hanya dilakukan pada bagian kedua dari kuesioner, yaitu pernyataan yang menggunakan skala Likert. Dalam penelitian ini,


(55)

pengujian reliabilitas isi kuesioner menggunakan Tes Total Item-

Corrected Correlation.

Salah satu koefisien reliabilitas yang sering digunakan pada uji reliabilitas adalah Alpha Cronbach. Skala pengukuran yang reliabel sebaiknya memiliki nilai Alpha Cronbach minimal 0,70 (Uyanto, 2009). Semakin besar nilai Alpha Cronbach yang didapat, maka semakin reliabel instrumen tersebut (Azwar, 2003). Pada penelitian ini didapatkan nilai

Alpha Cronbach untuk keseluruhan skala pengukuran sebesar 0,886,

sehingga dapat disimpulkan bahwa pernyataan pada bagian kedua kuesioner penelitian ini memiliki reliabilitas yang baik, ditunjukkan dengan nilai Alpha Cronbach lebih besar dari 0,70.

6. Analisis hasil

a. Perhitungan persentase profil responden

Pengolahan data kualitatif dianalisis dengan metode statistik deskriptif. Data berupa profil karakteristik responden, profil pemahaman responden terhadap obat herbal dan profil faktor-faktor apa saja yang melatarbelakangi atau alasan responden dalam pemilihan obat herbal. Metode statistik yang digunakan adalah dengan teknik perhitungan persentase yang ditampilkan dalam bentuk tabel dan diagram.


(56)

P : persentase jawaban (dalam %) A : jumlah jawaban yang sejenis B : jumlah responden total

b. Uji chi-square (crosstab)

Uji chi-square (crosstab) (Ghozali, 2009) digunakan untuk mengetahui apakah variabel-variabel penelitian berupa karakteristik responden, pemahaman dan faktor-faktor apa saja yang melatarbelakangi atau alasan responden dalam pemilihan obat herbal, mempunyai hubungan pengaruh atau tidak. Untuk mengetahui hal tersebut, variabel-variabel tersebut harus diuji dengan menggunakan uji χ2 pada taraf signifikansi 0,05. Jika χ2hitung (χ2 hasil analisis) bertaraf signifikansi (p) lebih kecil atau

sama dengan 0,05, berarti hubungan variabel-variabel tersebut adalah hubungan pengaruh yang kuat. Jika χ2hitung bertaraf signifikansi (p) lebih

besar atau sama dengan 0,05 berarti hubungan variabel-variabel tersebut adalah hubungan pengaruh yang lemah.

7. Pembahasan data dan kesimpulan

Pembahasan dibuat berdasarkan analisis data yang diperoleh dari tahap sebelumnya dan dikaitkan dengan acuan yang telah ada, sehingga dapat diketahui karakteristik responden dan sejauh mana pengetahuan responden terhadap obat herbal serta dapat mengetahui alasan responden dalam pemilihan obat herbal.


(57)

Selain itu dapat mengetahui adanya hubungan pengaruh atau tidak antara karakteristik responden, pemahaman dan faktor-faktor apa saja yang melatarbelakangi atau alasan responden dalam pemilihan obat herbal.

J. Keterbatasan Penelitian

Bias yang mungkin timbul pada penelitian ini disebabkan karena pada kuesioner 20 pertanyaan tertutup tidak diberikan pilihan jawaban „tidak tahu‟ dan adanya beberapa responden yang bersedia diikutsertakan dalam penelitian namun mengalami kesulitan membaca kuesioner karena kemampuan pengelihatannya sudah berkurang untuk mengatasi atau menimimalisir peneliti membantu responden dalam membaca.

Dalam pertanyaan pengetahuan tentang obat herbal pada bagian kedua merupakan pertanyaan tertutup dimana jawaban telah disediakan namun jika responden tidak dapat menjawab kerana tidak tahu belum dapat terakomodasi.


(58)

31 BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Responden

Pada penelitian ini peneliti melihat dari beberapa aspek karakteristik responden yaitu: jenis kelamin, usia, pendidikan dan jenis pekerjaan. Tujuan penelitian karakteristik responden adalah untuk mendapatkan gambaran tentang profil pasien Poliklinik Penyakit Dalam di RSUP Dr. Sadjito Yogyakarta.

1. Jenis kelamin

Berdasarkan hasil penelitian dari 98 responden menunjukkan bahwa sebagian besar responden adalah perempuan dengan persentase sebesar 56,12% (55 responden) dan sisanya adalah laki-laki sebesar 43,88% (43 responden).

Gambar 2. Karakteristik Jenis Kelamin Responden

Hal ini sesuai dengan pernyataan dari Sarwono (2007) yang mengatakan bahwa perempuan lebih peduli terhadap kesehatannya sendiri dan kesehatan keluarganya. Hasil pada penelitian ini menunjukkan bahwa kaum perempuan lebih peduli pada kesehatan.


(59)

2. Usia

Usia sangat berpengaruh terhadap banyaknya pengalaman seseorang dalam melakukan pengobatan (Holt dan Hall, 1990). Pada penelitian ini ditetapkan subjek penelitian yang diteliti adalah subjek penelitian yang berusia ≥ 17 tahun dan dikelompokkan menjadi 3 kelompok.

Gambar 3. Karakteristik Usia Responden

Dapat dilihat pada Gambar diatas bahwa responden yang menggunakan obat herbal terbanyak (46,94%) adalah yang berusia 26-50 tahun. Ini menggambarkan bahwa responden dengan usia 26-50 tahun lebih mendapatkan pengetahuan yang cukup tentang manfaat dan menggunakan obat herbal.

3. Pendidikan

Responden dalam penelitian ini memiliki tingkat pendidikan berbeda-beda mulai dari SMP sampai sarjana (S2). Tingkat pendidikan tidak dijadikan kriteria inklusi karena secara umum tingkat pendidikan akan mempengaruhi pengetahuan, sikap dan tindakan seseorang terhadap kesehatan, salah satunya terhadap penggunaan obat herbal. Hal ini sesuai dengan penyataan dari Holt dan Hall (1990), tingkat pendidikan seseorang dalam hubungannya dengan sikap terhadap kesehatan, termasuk dalam hal pengobatan sendiri merupakan salah satu faktor yang menentukan karena pengaruhnya terhadap kualitas dan kuantitas seseorang


(60)

terhadap berbagai informasi kesehatan yang ada di masyarakat. Maka tingkat pendidikan responden penting untuk diketahui.

Gambar 4. Karakteristik Pendidikan Responden

Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa persentase terbesar adalah responden dengan tingkat pendidikan terakhir lulusan SMA atau sederajat (40,82%). Ini menunjukkan bahwa responden dengan pendidikan tinggi tidak mudah terpengaruh dengan iklan obat di media dan lebih banyak membaca label pada kemasan obat sebelum mengkonsumsi obat. Mereka juga lebih sering menggunakan obat herbal dibandingkan dengan obat kimia, dengan demikian akan mengurangi risiko efek samping dari obat kimia yang jauh lebih besar dibandingkan obat herbal.

4. Pekerjaan

Jenis pekerjaan responden pada penelitian ini antara lain pensiunan, PNS dan wiraswasta. Menurut Sarwono (2007), pekerjaan dapat mempengaruhi tingkat sosial seseorang dan interaksi didalam kelompok sosial tersebut dapat mempengaruhi cara pandang dan mempengaruhi keputusan yang akan diambil. Dalam lingkungan pekerjaan dapat saling bertukar informasi tentang perkembangan kesehatan atau informasi yang dapat digunakan sebagai


(61)

pertimbangan tindakan mereka dalam memelihara kesehatan, salah satunya dengan menggunakan obat herbal.

Gambar 5. Karakteristik Pekerjaan Responden

Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 98 responden, jumlah terbanyak 65,31% (64 responden) adalah Pegawai Negeri Sipil (PNS). Hal ini disebabkan pasien Poliklinik Penyakit Dalam RSUP Dr. Sardjito sebagian besar adalah PNS dengan memakai pelayanan AsKes menurut data dari bagian pendaftaran.

B. Pengetahuan Responden tentang Obat Herbal

Berdasarkan hasil skor skala Likert dari kuesioner pengetahuan responden 98 responden, yang diolah dengan menggunakan statistik deskriptif maka diperoleh hasil sebagai berikut.

Gambar 6. Pengetahuan Responden tentang Obat Herbal

Pengetahuan tentang obat herbal ini merupakan representasi jawaban dari 98 responden secara total (Gambar 6) memperoleh hasilnya sebagai berikut, yaitu


(62)

yang pengetahuannya sangat tinggi sejumlah 35,72%, yang pengetahuannya tinggi sejumlah 32,65%, yang pengetahuannya sedang sejumlah 27,55% dan yang pengetahuannya rendah sejumlah 4,08%. Semakin besar tingkat persetujuan responden terhadap semua pernyataan kuesioner maka semakin tinggi pemahaman responden (pasien) tentang obat herbal secara umum. (Harmanto dan Subroto, 2007). Menurut Pratomo cit Ganie tingkat pengetahuan dikatakan baik jika jawaban responden > 75%, cukup baik 40% - 75%, kurang baik jika < 40%

1. Pengetahuan responden mengenai obat herbal yang merupakan bagian dari obat tradisional

Pernyataan ke-1 mengenai responden tahu obat herbal yang merupakan bagian dari obat tradisonal.

Gambar 7.Pengetahuan Responden Mengenai Obat Herbal yang Merupakan Bagian dari

Obat Tradisional

Hasil penelitian (Gambar 7) menunjukkan bahwa responden cenderung menjawab setuju pada pernyataan bahwa obat herbal merupakan bagian dari obat tradisional, dengan persentase sebesar 70,41% (69 responden). Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden memahami bahwa obat herbal merupakan bagian dari obat tradisional. Menurut Undang-Undang No.23


(63)

Tahun 1992 tentang kesehatan Bab I Pasal 1 ayat (10), obat tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian (galenik) atau campuran dari bahan tersebut yang secara turun temurun telah digunakan untuk pengobatan berdasarkan pengalaman, sedangkan menurut Syahputri (2007), obat herbal merupakan produk obat jadi dalam kemasan akhir yang diberi penandaan yang mengandung zat aktif yang berasal dari bagian tanaman. Oleh karena itu, obat herbal masuk dalam bagian dari obat tradisional.

2. Pengetahuan responden mengenai definisi obat herbal

Pernyataan ke-2 responden tahu bahwa obat herbal merupakan produk obat yang mengandung zat aktif dari bagian tanaman, didapat distribusi jawaban dari 98 responden adalah sebagai berikut.

Gambar 8. Pengetahuan Responden Mengenai Definisi Obat Herbal

Dari hasil penelitianmenunjukkan bahwa responden cenderung menjawab setuju pada pernyataan bahwa obat herbal merupakan produk obat jadi yang mengandung zat aktif yang berasal dari bagian tanaman, dengan persentase sebesar 78,57% (77 responden). Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden memahami bahwa obat herbal merupakan produk obat jadi yang


(64)

mengandung zat aktif yang berasal dari bagian tanaman. Syahputri (2007) mendefinisikan obat herbal sebagai berikut: produk obat jadi dalam kemasan akhir yang diberi penandaan, mengandung zat aktif yang berasal dari bagian tanaman diatas atau di bawah tanah, atau bagian tanaman lainnya, atau kombinasi dari bagian-bagian tersebut, baik dalam bentuk yang belum diolah maupun dalam bentuk preparat.

3. Pengetahuan responden mengenai keamanan obat herbal

Pernyataan ke-3 responden tahu bahwa obat herbal aman untuk digunakan/dikonsumsi, didapat bahwa distribusi jawaban dari 98 responden adalah sebagai berikut.

Gambar 9. Pengetahuan Responden bahwa Obat Herbal Aman untuk Digunakan/Dikonsumsi

Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa responden dengan persentase sebesar 68,37% (67 responden) cenderung menjawab setuju pada pernyataan bahwa obat herbal aman untuk digunakan/dikonsumsi. Hal ini menunjukkan bahwa mereka memahami bahwa obat herbal itu aman, namun dalam penggunaannya harus tetap memperhatikan indikasi, kontraindikasi, dosis, waktu konsumsi, cara penggunaan dan efek samping yang mungkin timbul (Harmanto dan Subroto, 2007).


(65)

4. Pengetahuan responden mengenai khasiat obat herbal

Pernyataan ke-4 responden tahu bahwa obat herbal manjur untuk digunakan/dikonsumsi, didapat distribusi jawaban dari 98 responden adalah sebagai berikut.

Gambar 10. Pengetahuan Responden bahwa Obat Herbal Manjur untuk Digunakan/Dikonsumsi

Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa responden dengan persentase sebesar 69,39% (68 responden) cenderung menjawab setuju pada pernyataan obat herbal manjur untuk digunakan/dikonsumsi. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden memahami bahwa obat herbal manjur untuk digunakan, karena kemanjuran atau khasiat obat herbal telah dibuktikan dengan pengujian serta adanya keterangan empiris (berdasarkan pengalaman turun temurun).

5. Pengetahuan responden mengenai obat herbal teruji keamanan dan khasiatnya

Pernyataan ke-5 responden tidak tahu bahwa obat herbal sudah teruji keamanan dan khasiatnya didapat distribusi jawaban dari 98 responden adalah sebagai berikut.


(66)

Gambar 11. Pengetahuan Responden bahwa Obat Herbal Sudah Teruji Keamanan dan Khasiatnya

Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden cenderung menjawab tidak setuju pada pernyataan tidak tahu bahwa obat herbal sudah teruji keamanan dan khasiatnya, dengan persentase sebesar 69,39% (68 responden). Hal ini menunjukkan bahwa mereka telah memahami bahwa obat herbal sudah teruji keamanan dan khasiatnya. Ini sesuai dengan pernyataan Handayani dan Suharmiati (2002) yang menyatakan bahwa obat herbal yang sudah memiliki izin edar, sebelum diedarkan ke masyarakat harus memenuhi persyaratan keamanan dan khasiat sehingga setelah diedarkan di masyarakat dapat dipastikan keamanan dan khasiatnya.

6. Pengetahuan responden mengenai kandungan obat herbal yang memiliki khasiat masing-masing

Pernyataan ke-6 responden tahu bahwa setiap kandungan yang ada pada obat herbal memiliki khasiat masing-masing, diperlihatkan bahwa distribusi jawaban dari 98 responden adalah sebagai berikut.


(67)

Gambar 12. Pengetahuan Responden bahwa Setiap Kandungan yang Ada pada Obat Herbal Memiliki Khasiat Masing-Masing

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden cenderung menjawab setuju pada pernyataan tersebut, dengan persentase sebesar 72,45% (71 responden). Hal ini menunjukkan bahwa responden memahami bahwa setiap kandungan yang ada pada obat herbal memiliki khasiat masing-masing.

7. Pengetahuan responden mengenai efek samping obat herbal

Pernyataan ke-7 responden mengetahui dan memahami bahwa semua obat herbal tidak memiliki efek samping yang berbahaya, didapat distribusi jawaban dari 98 responden adalah sebagai berikut.

Gambar 13. Pengetahuan Responden Mengenai Tidak Adanya Efek Samping yang Berbahaya pada Semua Obat Herbal


(68)

Dalam penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden cenderung menjawab setuju pada pernyataan semua obat herbal tidak memiliki efek samping yang tidak berbahaya, dengan persentase sebesar 68,37% (67 responden). Hal ini tidak senada dengan pendapat Harmanto dan Subroto (2007) yang mengatakan bahwa semua obat baik obat modern maupun obat tradisional (dalam hal ini obat herbal) pasti mempunyai efek samping. Efek samping bisa bersifat intrinsik (dari obat itu sendiri), bisa pula bersifat ekstrinsik (dari luar obat itu sendiri). Termasuk faktor intrinsik, antara lain: salah dosis, salah waktu pemakaian, alergi atau tidak cocok dengan kondisi kesehatan pemakai dan interaksi negatif dengan obat atau herbal lain. Sedangkan hal yang termasuk faktor ekstrinsik, antara lain salah identifikasi jenis obat atau tanaman, proses pengolahan dan kemasan tidak berkualitas, klaim atau iklan yang menyesatkan dan pemalsuan. Winata (2003) juga menegaskan bahwa sangat keliru bila mengganggap obat tradisional (obat herbal) tidak memiliki efek samping karena bagaimanapun tanaman obat sebagai bahan baku obat tradisional mengandung zat kimia yang dapat menimbulkan reaksi saat berinteraksi dengan tubuh.

Cara yang dapat dilakukan oleh ahli obat herbal, tenaga kesehatan, ataupun pihak-pihak yang terkait, yaitu memberikan informasi mengenai obat herbal, khususnya menekankan bahwa obat herbal pun memiliki efek samping yang berbahaya jika tidak digunakan dengan tepat dan rasional.


(69)

8. Pengetahuan responden mengenai cara pemakaian obat herbal

Pernyataan ke-8 responden mengetahui dan memahami bahwa cara pemakaian untuk semua obat herbal sama, didapat distribusi jawaban dari 98 respondenadalah sebagai berikut.

Gambar 14. Pengetahuan Responden Mengenai Cara Pemakaian untuk Semua Obat Herbal Sama

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar 72.45% (71 responden) cenderung menjawab tidak setuju pada pernyataan bahwa cara pemakaian untuk semua obat herbal sama. Mereka memahami bahwa cara pemakaian obat herbal tidak sama (berbeda-beda), hal ini senada dengan pernyataan dari Harmanto dan Subroto (2007) yang mengatakan bahwa cara pemakaian obat herbal berbeda-beda tergantung jenis penyakit dan dosisnya.

9. Pengetahuan responden mengenai obat herbal memiliki kadaluwarsa Pernyataan ke-9 bahwa semua obat herbal memiliki tanggal kadaluwarsa, didapat distribusi jawaban dari 98 responden adalah sebagai berikut.


(70)

Gambar 15. Pengetahuan Responden Mengenai Obat Herbal Memiliki Tanggal Kadaluwarsa

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa responden cenderung menjawab setuju pada pernyataan bahwa semua obat herbal memiliki tanggal kadaluwarsa, dengan persentase sebesar 75,51% (74 responden). 24,49% responden menyatakan bahwa semua obat herbal tidak memiliki tanggal kadaluwarsa. Hal tersebut tidak dapat dibenarkan karena obat herbal juga dapat mengalami penurunan mutu dan keamanan akibat kondisi lingkungan penanganan, pengangkutan dan penyimpanan sebelum digunakan maka perlu mencantumkan tanggal kadaluwarsa pada setiap kemasan obat herbal yang diproduksi dan diedarkan (Chosin, 2001).

10.Pengetahuan responden mengenai obat herbal yang sudah kadaluwarsa boleh dikonsumsi

Pernyataan ke-10 obat herbal yang sudah kadaluwarsa masih boleh dikonsumsi, didapat distribusi jawaban dari 98 responden adalah sebagai berikut.


(71)

Gambar 16. Pengetahuan Responden Mengenai Obat Herbal yang Sudah Kadaluwarsa Masih Boleh Dikonsumsi

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden cenderung menjawab tidak setuju pada pernyataan bahwa obat herbal yang sudah kadaluwarsa masih boleh dikonsumsi, dengan persentase sebesar 75,51% (74 responden). Hal ini menunjukkan mereka mengetahui dan memahami bahwa obat herbal yang sudah kadaluwarsa tidak boleh dikonsumsi. Obat herbal yang sudah kadaluwarsa tidak boleh dikonsumsi karena dikhawatirkan obat herbal tersebut telah mengalami penurunan mutu dan keamanan sehingga menyebabkan terjadinya efek yang tidak diharapkan.

11.Pengetahuan responden mengenai obat herbal boleh dikonsumsi semua usia

Pernyataan ke-11 semua orang dari segala usia boleh mengkonsumsi obat herbal, didapat distribusi jawaban dari 98 responden adalah sebagai berikut.


(72)

Gambar 17. Pengetahuan Responden Mengenai Obat Herbal Boleh Dikonsumsi Semua Usia

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden cenderung menjawab setuju pada pernyataan bahwa semua orang dari segala usia boleh mengkonsumsi obat herbal, dengan persentase sebesar 72,45% (71 responden). Sisanya, yaitu 27,55% (27 responden) menyatakan bahwa obat herbal tidak boleh di konsumsi oleh semua orang dari segala usia.

Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa masih banyak responden yang mengatakan bahwa obat herbal boleh dikonsumsi oleh segala usia hal ini cukup berisiko. Dalam penggunaan obat baik obat konvensional maupun obat herbal tetap harus memperhatikan dan memperhitungkan faktor usia, karena faktor usia akan berpengaruh pada perhitungan dosis obat yang akan diberikan. Hal ini senada dengan pernyataan dari Stoklosa dan Ansel (1996) yang mengatakan bahwa umur seseorang menjadi pertimbangan dalam menentukan dosis obat untuk anak-anak dan orang yang lanjut usia.

Oleh karena itu, perlu diberikan informasi lebih lengkap oleh tenaga kesehatan maupun ahli obat herbal mengenai penggunaan obat herbal secara baik dan benar serta siapa-siapa saja yang boleh menggunakan obat herbal tersebut.


(73)

12.Pengetahuan responden mengenai obat herbal boleh dikonsumsi oleh ibu hamil dan menyusui maupun yang memiliki gangguan fungsi organ

Pernyataan ke-12 seseorang sedang hamil dan menyusui ataupun yang mengalami gangguan fungsi organ boleh mengkonsumsi obat herbal, didapat distribusi jawaban dari 98 responden adalah sebagai berikut.

Gambar 18. Pengetahuan Responden Mengenai Obat Herbal Boleh Dikonsumsi oleh Ibu Hamil dan Menyusui maupun yang Mengalami Gangguan Fungsi Organ

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar 80,61% (79 responden) cenderung menjawab setuju pada pernyataan bahwa orang hamil dan menyusui bayi atapun mengalami gangguan fungsi organ boleh mengkonsumsi obat herbal, hal ini sangat berisiko. Menurut Harmanto dan Subroto (2007) menegaskan bahwa bila wanita hamil yang sedang sakit tidak boleh sembarangan minum obat herbal karena bisa mempengaruhi janin dalam kandungannya, karena dapat menyebabkan kecacatan janin atau mengalami keguguran. Hal ini juga senada dengan pernyataan dari Suhadi (2000) menyatakan bahwa penggunaan obat tradisional (dalam hal ini obat herbal) tidak boleh berlebihan terutama bila seseorang dalam keadaan hamil karena


(74)

dikhawatirkan dapat menimbulkan efek samping yang tidak diharapkan. Begitu juga untuk yang mengalami gangguan fungsi organ. Oleh karena itu, dalam penggunaan obat herbal tetap harus memperhatikan kondisi pengguna dan sebaiknya mengkonsultasikannya terlebih dahulu kepada dokter/apoteker ataupun dengan ahli obat herbal sebelum menggunakan obat herbal.

13.Pengetahuan responden mengenai obat herbal perlu dikonsultasikan Pernyataan ke-13 yaitu dalam membeli dan mengkonsumsi obat herbal perlu dikonsultasikan terlebih dahulu pada dokter/apoteker/ahli herbal, didapat distribusi jawaban dari 98 responden adalah sebagai berikut.

Gambar 19. Pengetahuan Responden Mengenai Obat Herbal Perlu Dikonsultasikan Terlebih Dahulu pada Dokter/Apoteker/Ahli Herbal

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa responden cenderung menjawab setuju pada pernyataan bahwa dalam pembelian obat herbal perlu konsultasi terlebih dahulu pada dokter/apoteker/ahli herbal, dengan persentase sebesar 74,49% (73 responden). Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden telah memahami manfaat berkonsultasi pada dokter/apoteker ataupun ahli obat herbal sebelum membeli dan menggunakan obat herbal. Salah satu manfaat


(1)

Lampiran 6. Hasil Perhitungan Kecenderungan Jawaban Kuesioner pada Pengetahuan Responden tentang Obat Herbal Secara Umum


(2)

(3)

Lampiran 7. Hasil Perhitungan Kuesioner Alasan Pemilihan Obat Herbal

No Pertanyaan dan Jawaban Jumlah Persentase

1. Dari siapa anda mengenal dan mendapat informasi mengenai Obat Herbal?

a. Keluarga/Teman 45 45,92%

b.Tenaga Kesehatan (dokter, apoteker, bidan,dll)

27 27,55%

c. Pengalaman masa lalu 16 16,33%

d. Iklan surat kabar/ buku/ majalah/ televisi/radio

5 5,10%

e.lainnya 5 5,10%

Total 98 100,00%

2 Apakah Anda pernah disarankan oleh tenaga kesehatan (dokter/apoteker/bidan) untuk menggunakan Obat Herbal?

a.Selalu 0 0%

b. Sering 47 47,96%

c. Kadang-kadang 25 25,51%

d. Tidak pernah 26 26,53%

Total 98 100,00%

3 Bentuk sediaan Obat Herbal yang sering Anda pilih / gunakan?

a. Tablet 46 46,94%

b. Kapsul 23 23,47%

c. Cair/Sirup 16 16,33%

d. Pil 8 8,16%

e.Lainnya 5 5,10


(4)

No. Pertanyaan dan Jawaban Jumlah Persentase

4 Tujuan Anda mengkonsumsi Obat Herbal?

a. Mencegah penyakit 37 37,76%

b. Mengobati penyakit 35 35,71%

c. Memulihkan kesehatan 13 13,27%

d. Menjaga dan meningkatkan kesehatan (menjaga stamina)

8 8,16%

e.Lainnya 5 5,10%

Total 98 100,00%

5 Bagaimana umumnya hasil yang Anda rasakan setelah mengkonsumsi Obat Herbal?

a. Berkhasiat (sembuh total) 43 43,88% b. Berkhasiat (sembuh sementara/ hanya

meredakan gejala)

27 27,55%

c. Tidak berkhasiat 13 13,27%

d. Tambah parah/ ada keluhan 13 13,27%

e.Lainnya 2 2,04%

Total 98 100,00%

6 Antara Obat Herbal dan Obat Modern (dengan bahan kimia obat), mana yang Anda pilih (sering gunakan) untuk mengatasi keluhan yang Anda rasakan?

a. Obat Herbal (Silahkan melanjutkan

soal nomor 7)

71 72,45%

b. Obat Modern (dengan bahan kimia obat)

(Silahkan melanjutkan soal nomor 8)

27 27,55%


(5)

7 Anda lebih memilih Obat Herbal daripada Obat Modern (dengan bahan kimia obat), karena:

a. Obat Herbal sudah digunakan turun temurun

8 11,27%

b. Obat Herbal berasal dari bahan tanaman alam

17 23,94%

c. Obat Herbal harganya lebih terjangkau (murah)

15 21,13%

d. Efek samping ringan (relatif aman) 18 25,35%

e.Alternatif obat kimia 9 12,68%

Lainnya 4 5,63%

Total 71 100,00%

No. Pertanyaan dan Jawaban Jumlah Persentase

8 Anda lebih memilih Obat Modern (dengan bahan kimia obat) daripada Obat Herbal, karena:

a. Obat Modern mudah didapat 6 22,03%

b. Obat Modern khasiat yang timbul lebih cepat

13 47,46%

c. Lebih terpercaya karena sudah dilakukan pengujian

2 6,78%

d. Disarankan oleh tenaga kesehatan (dokter, apoteker, bidan,dll)

6 23,73%


(6)

BIOGRAFI PENULIS

Penulis bernama lengkap Dewi Sri Mulyani, dilahirkan di Klaten pada tanggal 13 Oktober 1973. Penulis bersuami Yanu Ariyoko dan mempunyai dua orang anak. Penulis menempuh pendidikan dari SDN Pluneng I di Klaten pada tahun 1980-1986. Pada tahun 1987-1989 menempuh pendidikan di SLTP Negri I Kebon Arum di Klaten, kemudian melanjutkan ke SMF “Indonesia” Yogyakarta dan tamat pada tahun 1992. Lulus langsung bekerja di Apotik Putra Yk, Selanjutnya bekerja di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta dari tahun 1993 sampai sekarang, kemudian pada tahun 2007 penulis mendapat tugas belajar dari Rumah Sakit di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Penulis memiliki pengalaman sebagai Asisten Praktikum Perbekalan Steril tahun ajaran 2010/2011 dan juga berhasil mengikuti Program Kreativitas Mahasiswa PKM 2009 dengan judul “ Pemanfaatan Limbah Serbuk Jamu PT. Capung Indah Abadi Menjadi Biopestisida Dengan Metode Fermentasi Bioaktivator EM-4”.