KONFORMITAS DALAM NOVEL TEENLIT RAHASIA BINTANG KARYA DYAN NURANINDYA (Kajian Sosiologi Sastra dan Resepsi Sastra)

KONFORMITAS DALAM NOVEL TEENLIT RAHASIA BINTANG KARYA DYAN NURANINDYA (Kajian Sosiologi Sastra dan Resepsi Sastra) SKRIPSI

Oleh: GALANG MAHARDIKA

K1208092

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA Agustus 2012

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini Nama : Galang Mahardika NIM : K1208092 Jurusan/Program Studi : PBS/Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul ”KONFORMITAS DALAM

NOVEL TEENLIT RAHASIA BINTANG KARYA DYAN NURANINDYA

(Kajian Sosiologi Sastra dan Resepsi Sastra)” ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri. Selain itu, sumber informasi yang dikutip dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka.

Apabila pada kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini hasil jiplakan, saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan saya.

Surakarta, 17 Juli 2012 Yang membuat pernyataan

Galang Mahardika

KONFORMITAS DALAM NOVEL TEENLIT RAHASIA BINTANG KARYA DYAN NURANINDYA (Kajian Sosiologi Sastra dan Resepsi Sastra)

Oleh: GALANG MAHARDIKA

K1208092

Skripsi

diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Program Bahasa dan Sastra Indonesia Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA Agustus 2012

PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Persetujuan Pembimbing

Pembimbing I Pembimbing II

Drs. Swandono, M.Hum. Dr. Nugraheni Eko Wardani, S.S., M.Hum. NIP 194709191968061001

NIP 197007162002122001

PENGESAHAN

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima untuk memenuhi salah satu persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.

Hari

Tanggal

Tim Penguji Skripsi Nama Terang

Tanda Tangan Ketua

: Dr. Kundharu Saddhono, S. S., M. Hum. _______________ Sekretaris

: Dr. Suyitno, M. Pd. _______________ Anggota I

: Drs. Swandono, M. Hum. _______________ Anggota II

: Dr. Nugraheni Eko W., S. S., M. Hum. _______________

Disahkan oleh Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret

a. n. Dekan Pembantu Dekan I

Prof. Dr. rer. nat. Sajidan, M. Si. NIP 196604151991031002

MOTTO

“Anggaplah waktu hidup hanya sehari, dengan begitu kita optimalkan segala waktu untuk ibadah dan pekerjaan.”

“Berpola pikir positif akan mendorong jiwa bergerak menuju kemenangan hakiki.”

“Belajar tak perlu sampai negeri seberang tapi belajarlah hingga dapat melampaui negeri seberang.”

“Hidup berawal dari mimpi, namun hidup bukan mimpi. Kita harus bisa menghidupkan mimpi bukan sekedar bermimpi dalam hidup.”

(Galang Mahardika)

PERSEMBAHAN

Persembahan khusus atas karya ini teruntuk:

1. Kedua orang tuaku, Bapak dan Ibu atas kerja keras, doa yang tulus, kasih sayang, dan semangat dari kalian mampu mengantarkanku hingga titik akhir studi ini yang merupakan awal dari langkah hidupku yang masih panjang.

2. Om Sapto dan Tante Ari yang ikhlas bersedia mengantarkanku ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi.

3. Sahabat-sahabatku, tiada kata yang sanggup mewakili rasa terima kasihku untuk kalian. Segala rasa merajut setiap langkah kebersamaan.

4. Ika Damayanti, berkat dukungan dan semangat darimu, karya ini dapat terselesaikan dengan bijak.

ABSTRAK

Galang Mahardika. KONFORMITAS DALAM NOVEL TEENLIT RAHASIA

BINTANG KARYA DYAN NURANINDYA (Kajian Sosiologi Sastra dan

Resepsi Sastra). Skripsi. Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. Agustus 2012.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan: (1) muatan konformitas dalam novel teenlit Rahasia Bintang karya Dyan Nuranindya dan (2) resepsi pembaca terhadap novel teenlit Rahasia Bintang karya Dyan Nuranindya.

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif dengan metode analisis isi menggunakan pendekatan sosiologi sastra dan resepsi sastra. Model analisis data dalam penelitian ini menggunakan model analisis interaktif. Penelitian ini mendeskripsikan, menganalisis, dan menafsirkan data. Pendekatan sosiologi sastra dan resepsi sastra digunakan untuk mengetahui bagaimana muatan konformitas dan tanggapan pembaca mengenai novel teenlit Rahasia Bintang karya Dyan Nuranindya . Teknik pengambilan data menggunakan teknik purposive sampling . Untuk mendapatkan kevalidan data penelitian ini, digunakan triangulasi sumber data.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa novel teenlit Rahasia Bintang karya Dyan Nuranindya terdapat muatan konformitas negatif yang sebagian besar dilakukan oleh tokoh Aji dan kawan-kawan. Muatan konformitas dalam Rahasia Bintang merupakan bentuk penguatan karakter tokoh dan merupakan pengetahuan tentang kehidupan remaja SMA yang dapat dijadikan pembaca sebagai bahan pelajaran remaja dapat menghindari tindakan yang melanggar norma. Resepsi pembaca dalam novel teenlit Rahasia Bintang Karya Dyan Nuranindya, meliputi pembaca biasa, pembaca ideal, dan pembaca implisit.

Setelah dilakukan analisis data, dapat disimpulkan sebagai berikut. (1) Muatan konformitas dalam Rahasia Bintang sebagian besar adalah konformitas negatif yang dilakukan remaja SMA, meliputi: (a) merokok; (b) mencontek; (c) membolos sekolah; (d) balap liar di jalan; (e) clubbing; (f) berkelahi dan tawuran; (g) penyalahgunaan alkohol dan narkoba. (2) Resepsi pembaca terhadap novel teenlit Rahasia Bintang adalah (a) Rahasia Bintang merupakan novel teenlit yang bagus dan disuguhkan dengan bahasa prokem yang menarik, sehingga pembaca merasa terhibur dan memanfaatkan membacanya sebagai pengisi waktu luang; (b) Rahasia Bintang adalah novel teenlit yang mampu merefleksikan sebagian besar kehidupan remaja hingga sekarang; (c) Alur cerita yang diciptakan oleh pengarang mampu membuat pembaca penasaran karena di dalamnya banyak terdapat misteri; (d) Pengarang melukiskan watak para tokoh cukup hidup melalui tingkah laku tokoh itu sendiri; (

e) Penyampaian kejadian dan peristiwa disajikan pengarang secara kreatif.

Kata kunci: novel teenlit, resepsi sastra, sosiologi sastra, konformitas

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan karunia, rahmat, dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Penulis menyadari bahwa terselesaikannya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan, bimbingan, dan pengarahan dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis menyampaikan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberi izin penulisan skripsi ini.

2. Dr. M. Rohmadi, S. S. M. Hum., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni FKIP UNS yang telah memberi izin penulisan skripsi kepada penulis.

3. Dr. Kundharu Saddhono, S. S., M. Hum., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia yang juga memberi izin penulisan skripsi kepada penulis.

4. Drs. Swandono, M. Hum., selaku Pembimbing I dan Dr. Nugraheni Eko Wardani, S. S., M .Hum., selaku Pembimbing II yang dengan sabar membimbing dan memberikan arahan, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

5. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta, khususnya Program Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia yang dengan tulus memberikan ilmunya kepada penulis.

6. Budi Waluyo S. S., M. Hum., Drs. Yant Mujiyanto, M. Pd., Budiyono, S. Pd., Yudhi Herwibowo, Dyan Nuranindya, Diaz, Agnes, Bayu, Asri, dan Resty yang telah bersedia memberikan waktunya untuk berdialog dengan penulis dalam rangka penyusunan skripsi ini.

7. Teman-temanku Teater Peron FKIP UNS. Bersama kalian, penulis menjadi mengenal kesenian, sastra, dan miniatur kehidupan.

8. Teman-temanku Bastind angkatan 2008. Terima kasih untuk kebersamaan dan solidaritas selama ini.

9. Segenap pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, yang telah membantu hingga karya ini bisa terwujud.

Semoga amal kebaikan semua pihak mendapatkan imbalan dari Allah SWT. Harapan penulis, semoga karya ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan ilmu pengetahuan terutama dalam pembelajaran Bahasa Indonesia.

Surakarta, Juli 2012

Penulis

g. Berkelahi dan Tawuran .............................................

h. Penyalahgunaan Alkohol dan Narkoba .....................

2. Pandangan Pengarang terhadap Muatan Konformitas dalam Novel Teenlit Rahasia Bintang ...........................

3. Resepsi Pembaca terhadap Muatan Konformitas dalam Novel Teenlit Rahasia Bintang Karya Dyan Nuranindya

a. Pembaca Awam ........................................................

b. Pembaca Ideal ..........................................................

c. Pembaca Implisit ......................................................

4. Tanggapan Peneliti terhadap Novel Teenlit Rahasia Bintang Karya Dyan Nuranindya ..................................

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN ..............

A. Simpulan ...........................................................................

B. Implikasi ...........................................................................

C. Saran .................................................................................

DAFTAR PUSTAKA ............................................................

LAMPIRAN ..........................................................................

DAFTAR GAMBAR

1. Bagan Alur Kerangka Berpikir .............................................. 45

2. Bagan Sistematika Analisis Interaktif..................................... 51

3. Sampul Rahasia Bintang Cetakan Pertama hingga Kelima..... 106

4. Foto Peneliti dengan Informan Pembaca Biasa 1..................... 144

5. Foto Peneliti dengan Informan Pembaca Biasa 2..................... 144

6. Foto Peneliti dengan Informan Pembaca Biasa 3..................... 145

7. Foto Peneliti dengan Informan Pembaca Biasa 4..................... 145

8. Foto Peneliti dengan Informan Pembaca Biasa 5..................... 145

9. Foto Peneliti dengan Informan Pembaca Ideal 1..................... 146

10. Foto Peneliti dengan Informan Pembaca Ideal 2..................... 146

11. Foto Peneliti dengan Informan Pembaca Ideal 3..................... 146

DAFTAR TABEL

Tabel Rincian Waktu dan Jenis Kegiatan Penelitian ....................................... 46

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

1. Biodata Pengarang Novel Teenlit Rahasia Bintang.............. 105

2. Sinopsis Novel Teenlit Rahasia Bintang............................... 107

3. Hasil Wawancara Pembaca Biasa 1 ............................ 109

4. Hasil Wawancara Pembaca Biasa 2 ............................ 112

5. Hasil Wawancara Pembaca Biasa 3 ............................ 115

6. Hasil Wawancara Pembaca Biasa 4 ............................ 118

7. Hasil Wawancara Pembaca Biasa 5 ............................ 121

8. Hasil Wawancara Pembaca Ideal 1……………….. .... 124

9. Hasil Wawancara Pembaca Ideal 2 ............................. 127

10. Hasil Wawancara Pembaca Ideal 3 ............................. 131

11. Hasil Wawancara Pembaca Implisit…………… ......... 136

12. Hasil Wawancara terhadap Pengarang…………… ..... 139

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sebuah karya sastra mencerminkan berbagai masalah kehidupan manusia dalam interaksinya dengan lingkungan, sesama manusia, dan manusia dengan Tuhannya. Walaupun berupa khayalan, bukan berarti bahwa karya sastra dianggap sebagai hasil rekaan semata, melainkan penghayatan dan perenungan yang dilakukan dengan penuh kesadaran oleh pengarang terhadap pengalaman pribadinya maupun gejala sosial yang terjadi di dalam masyarakat menurut kaca mata pengarang. Karya sastra memiliki peran yang penting dalam masyarakat karena karya sastra merupakan refleksi atau cerminan kondisi sosial masyarakat yang tejadi di dunia sehingga karya itu menggugah perasaan orang untuk berpikir tentang kehidupan. Selain itu, karya sastra dapat diartikan sebagai artefak yang belum memiliki makna tanpa kehadiran pembaca.

Sastra merupakan ekspresi kehidupan manusia yang tak lepas dari akar masyarakatnya. Masalah sosial dan kejadian yang dialami, dirasakan, dan dilihat oleh pengarang kemudian melahirkan ide atau gagasan yang dituangkan dalam karyanya. Menurut Endraswara (mengutip pendapat Laurenson dan Swingewood) menyampaikan bahwa kehidupan sosial menjadi pemicu lahirnya karya sastra. Sosiologi dan sastra memiliki perbedaan tertentu namun sebenarnya dapat memberikan penjelasan terhadap makna teks sastra (2011). Hal ini dapat dipahami karena objek studi sosiologi adalah tentang kehidupan manusia dan sastrapun juga demikian. Baik aspek bentuk maupun isi karya sastra akan terbentuk oleh suasana lingkungan dan kekuatan sosial pada periode tertentu. Aspek kehidupan sosial akan memantul penuh terhadap karya sastra meskipun di dalam karya sastra banyak terdapat unsur imajinasi dan manipulasi.

Di dalam kritik sastra dikenal beberapa pendekatan-pendekatan untuk melakukan penelitian karya sastra. Pendekatan-pendekatan dalam kritik sastra tersebut adalah pendekatan sosiologi sastra, pendekatan psikologi sastra, pendekatan ekspresif, pendekatan mimetik, pendekatan pragmatik dan pendekatan Di dalam kritik sastra dikenal beberapa pendekatan-pendekatan untuk melakukan penelitian karya sastra. Pendekatan-pendekatan dalam kritik sastra tersebut adalah pendekatan sosiologi sastra, pendekatan psikologi sastra, pendekatan ekspresif, pendekatan mimetik, pendekatan pragmatik dan pendekatan

Berdasarkan pemaparan di atas maka untuk mengapresiasi dan mengevaluasi sastra, dibutuhkan pendekatan yang paling tepat. Pendekatan yang dapat mengidentifikasi sosial dalam sastra maupun sastra dalam sosial. Pendekatan tesebut adalah pendekatan sosiologi sastra dan resepsi sastra. Kedua pendekatan tersebut mampu menelaah dan mengevaluasi sastra berdasarkan aspek sosial dalam hubungannya antara masyarakat, pembaca, dan sastra. Hal ini sejalan dengan pendapat Endraswara yang menyatakan, ”Sosiologi sastra adalah cabang penelitian sastra yang bersifat reflektif. Penelitian ini banyak diminati peneliti yang ingin melihat sastra sebagai cermin kehidupan masyarakat.” (2011: 77). Asumsi dasar penelitian sosiologi sastra adalah kelahiran sastra tidak dalam kekosongan sosial. Karya sastra yang berhasil atau sukses adalah karya sastra yang mampu merefleksikan zamannya.

Pendekatan sosiologi sastra terfokus pada masalah manusia karena sastra sering mengungkapkan perjuangan manusia dalam menentukan masa depannya. Lebih lanjut lagi, Endraswara mengungkapkan:

Kajian sosiologi sastra dapat meneliti sastra melalui tiga perspektif. Pertama , perspektif teks sastra, yaitu peneliti menganalisis sebagai sebuah refleksi kehidupan masyarakat dan sebaliknya. Teks biasanya dipotong- potong, diklasifikasikan, dan dijelaskan makna sosiologisnya. Kedua, perspektif biologis, artinya peneliti menganalisis kehidupan dan latar belakang sosial pengarang. Analisis ini terbentur kendala jika pengarang sudah meninggal, sehingga tidak mudah ditanyai. Oleh karena itu, perspektif ini diperuntukkan bagi pengarang yang masih hidup dan mudah dijangkau. Ketiga, perspektif reseptif, yaiu peneliti menganalisis penerimaan masyarakat terhadap teks sastra (2011: 80-81).

Resepsi sastra memiliki andil dalam hal evaluasi sebuah karya sastra. Selain dapat menelaah tentang unsur dan nilai yang terkandung dalam karya sastra, peran pembaca menanggapi karya sastra berkaitan erat dengan penilaian dan kritik terhadap sastra tersebut. Hal ini akan mendorong pembaca bersifat kriris dan jeli Resepsi sastra memiliki andil dalam hal evaluasi sebuah karya sastra. Selain dapat menelaah tentang unsur dan nilai yang terkandung dalam karya sastra, peran pembaca menanggapi karya sastra berkaitan erat dengan penilaian dan kritik terhadap sastra tersebut. Hal ini akan mendorong pembaca bersifat kriris dan jeli

Di Indonesia, gejala munculnya satra populer terjadi sejak pertengahan dasawarsa 1970-an. Menurut Sumardjo, salah satu alasan sastra populer mendapat banyak perhatian pembaca adalah latar pendidikan sekolah menengah atau pendidikan dasar meningkat pada tahun 1970-an (Dewojati, 2010: 6). Kurang populernya sastra serius di kalangan anak muda disebabkan sifat sastra Indonesia modern yang terlalu inovatif. Sastra Indonesia berubah begitu cepat. Setelah tahun 1966 perubahan tampak makin membingungkan. Munculnya cerpen surrealis seperti karya Danarto, cerpen absurd Putu Wijaya dan Budi Darma, novel-novel Iwan Simatupang dan sajak-sajak Sutardji telah meninggalkan pembacanya, padahal pembaca awam belum memahami secara baik bentuk konvensional.

Sejalan dengan pendapat Dewojati, menurut Ratna, sastra populer, khususnya novel pop mengalami zaman keemasan pada tahun 1970-an. Para pelopornya adalah Marga T. dengan karyanya yang terkenal Karmila, Badai Pasti Berlalu , dan Gema sebuah Hati. Selain itu ada Ashadi Siregar dengan karyanya Cintaku di Kampus Biru , Kugapai Cintamu, dan Terminal Cinta Terakhir (2005: 407). Pada periode tertentu jenis sastra populer dapat mendominasi jenis sastra yang lain, yaitu sastra serius.

Dewojati berpendapat bahwa karya sastra serius atau karya sastra dengan nilai estetik tinggi dianggap sulit dinikmati dan dipahami sehingga pembaca terpelajar pun berpaling pada bacaan populer yang diasumsikan lebih mudah dicerna. Bacaan populer lebih mudah dipahami daripada sastra serius (2010). Bacaan populer memiliki karakter isi yang tidak terlalu rumit dan cenderung santai atau mudah dicerna oleh pembaca. Studi mengenai sastra populer mulai Dewojati berpendapat bahwa karya sastra serius atau karya sastra dengan nilai estetik tinggi dianggap sulit dinikmati dan dipahami sehingga pembaca terpelajar pun berpaling pada bacaan populer yang diasumsikan lebih mudah dicerna. Bacaan populer lebih mudah dipahami daripada sastra serius (2010). Bacaan populer memiliki karakter isi yang tidak terlalu rumit dan cenderung santai atau mudah dicerna oleh pembaca. Studi mengenai sastra populer mulai

Dewasa ini muncul banyaknya perhatian perguruan tinggi yang mangkaji sastra populer. Hasil dari kajian tersebut adalah lahirnya skripsi dan tesis yang menjadikan novel pop sebagai objek kajian. Sastra populer memiliki banyak peminat sehingga kedudukannya patut diperhitungkan. Bahkan studi sastra populer mulai banyak dilakukan, baik yang kemudian menghasilkan kritik akademik maupun nonakademik. Hal tersebut mengakibatkan munculnya sastra populer genre-genre baru, seperti teenlit, chicklit, maupun momlit (Dewojati, 2010: 10).

Ledakan sastra pop di Indonesia pada tahun 2000-an merupakan fenomena budaya yang sangat menarik. Dewojati berpendapat, “Tendensi sastra pop khususnya jenis teenlit dan chicklit, kini telah memasuki fase industrialisasi dan kapitalisme yang luar biasa. Jenis sastra inilah yang kini telah menjadi bagian hidup remaja.” (2010: vii). Belanja, hang out di mall, chatting, facebook, twitter, dan membaca teenlit adalah gaya hidup remaja kontemporer di kota-kota besar. Banyak novel teenlit laris terjual, diserbu oleh pembaca yang kebanyakan remaja.

Sejalan dengan hal tersebut, Kusmarwanti mengungkapkan bahwa novel teenlit muncul sekitar tahun 2000-an yang kemudian menjadi sebuah genre baru dalam khazanah kesusasteraan Indonesia (2005). Novel teenlit berkembang sejalan dengan masuknya novel terjemahan yang berjudul Buku Harian Briget Jones yang menceritakan kehidupan seorang wanita karir. Berawal dari situlah novel teenlit mulai berkembang menjadi trend baru dalam dunia sastra Indonesia.

Seiring dengan perkembangan novel teenlit, begitu banyak pro dan kontra yang menyertai kemunculannya. Anggapan bahwa novel teenlit hanyalah sebuah buku cerita yang isinya hanya menjual mimpi, cerita yang dipaparkan pun sangat jauh dari kondisi masyarakat yang sesungguhnya, dapat merusak budaya Indonesia terutama di kalangan remaja karena teenlit pada awal masuknya dimulai dengan berbagai novel terjemahan yang berisi tentang berbagai kebudayaan ala negeri barat turut mewarnai kehadiran teenlit di dunia kesusasteraan Indonesia. Bahkan dari segi bahasa pun novel teenlit telah menuai kritikan. Bahasa teenlit yang umum digunakan oleh para penciptanya adalah bahasa Indonesia dengan Seiring dengan perkembangan novel teenlit, begitu banyak pro dan kontra yang menyertai kemunculannya. Anggapan bahwa novel teenlit hanyalah sebuah buku cerita yang isinya hanya menjual mimpi, cerita yang dipaparkan pun sangat jauh dari kondisi masyarakat yang sesungguhnya, dapat merusak budaya Indonesia terutama di kalangan remaja karena teenlit pada awal masuknya dimulai dengan berbagai novel terjemahan yang berisi tentang berbagai kebudayaan ala negeri barat turut mewarnai kehadiran teenlit di dunia kesusasteraan Indonesia. Bahkan dari segi bahasa pun novel teenlit telah menuai kritikan. Bahasa teenlit yang umum digunakan oleh para penciptanya adalah bahasa Indonesia dengan

Terlepas dari berbagai pro dan kontra yang muncul, Kusmarwanti menyatakan bahwa pada kenyataannya novel teenlit telah mampu membuktikan pengaruh positifnya bagi para remaja Indonesia, khususnya pada minat untuk membaca terutama minat untuk membaca karya sastra. Hal ini dapat dilihat pada sebuah survei yang dimuat dalam harian Republika yang menunjukkan hasil bahwa novel teenlit telah mampu meningkatkan minat baca para remaja khususnya remaja putri (2005). Minat baca tersebut pada umumnya muncul karena novel teenlit merupakan bacaan ringan, mudah dimengerti, dan isi dari novel teenlit bercerita tentang berbagai hal yang tidak jauh dari kehidupan sehari- hari mereka, seperti percintaan, persahabatan, dan berbagai masalah yang muncul seiring dengan perkembangan remaja.

Usia remaja menurut aliran kontemporer membatasi antara 11 hingga 22 tahun. Mereka sangat gemar dengan hal-hal yang berbau remaja, menyegarkan, dan bersahabat dengan mereka. Jenis novel yang banyak digemari remaja pada umumnya adalah novel teenlit, dimana gaya bahasa yang digunakan dalam novel ini banyak didominasi bahasa gaul, ringan, dan mudah dipahami. Selain itu, gaya cerita yang bertema seputar cinta, persahabatan, dan anak muda merupakan aspek utama yang menjadikan novel berjenis teenlit banyak diminati oleh para remaja. Mereka seakan menjadi ketagihan untuk membaca dan melanjutkan bacaan sampai akhir cerita di setiap satu judul novel teenlit, salah satunya adalah novel Rahasia Bintang karya Dyan Nuranindya.

Novel teenlit Rahasia Bintang karya Dyan Nuranindya merupakan novel remaja yang tidak hanya berkisah cerita cinta tetapi di dalamnya terkandung muatan konformitas yang banyak dilakukan oleh remaja SMA, khususnya konformitas yang bersifat negatif. Misalnya mencontek, membolos, merokok, tawuran, bahkan minum minuman keras. Seperti yang diungkapkan oleh Santrock yang menyatakan, “Konformitas kelompok bisa berarti kondisi di mana seseorang mengadopsi sikap atau perilaku dari orang lain dalam kelompoknya karena tekanan dari kenyataan atau kesan yang diberikan oleh kelompoknya tersebut.”

(Trida, 2007: 76). Konformitas tersebut merupakan salah satu bentuk fenomena sosial yang banyak terjadi di kalangan remaja, khususnya anak SMA yang hingga sekarang masih banyak dijumpai. Hal itu didorong oleh beberapa faktor, antara lain kohesivitas, kesepakatan kelompok, keterikatan terhadap kelompok, dan sebagainya.

Rahasia Bintang terbit pada tahun 2006 dan telah mencapai cetakan keenam tahun 2012. Selain Dealova, Rahasia Bintang merupakan novel karya Dyan Nuranindya yang berhasil mendapatkan best seller. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Dewojati yang menyatakan bahwa Dealova, teenlit karya Dyan Nuranindya memasuki cetakan kelima dan terjual kurang lebih tiga puluh ribu kopi (2010). Rahasia Bintang adalah novel teenlit yang dapat mencerminkan kehidupan sosial yang di alami remaja hingga masa sekarang. Di dalamnya banyak terdapat konflik seputar kehidupan remaja, seperti konflik remaja dalam persahabatan, kekeluargaan, percintaan, dan realita anak SMA yang dapat dijadikan bahan pelajaran kehidupan bagi remaja. Gejala sosial berupa konformitas oleh remaja SMA yang terkandung dalam novel teenlit Rahasia Bintang akan dijadikan telaah bagi peneliti melalui pendekatan sosiologi sastra. Selanjutnya, peneliti mengkaji resepsi pembaca terhadap novel teenlit Rahasia Bintang menggunakan pendekatan resepsi sastra.

B. Rumusan Masalah

Berdasar latar belakang masalah di atas, dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimanakah muatan konformitas dalam novel teenlit Rahasia Bintang karya Dian Nuranindya?

2. Bagaimana resepsi pembaca terhadap novel teenlit Rahasia Bintang karya Dyan Nuranindya?

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah yang telah dipaparkan, maka tujuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Mendeskripsikan muatan konformitas dalam novel teenlit Rahasia Bintang karya Dian Nuranindya.

2. Mendeskripsikan resepsi pembaca terhadap novel teenlit Rahasia Bintang karya Dyan Nuranindya .

D. Manfaat Hasil Penelitian

Penelitian ini diharapkan akan dapat berhasil dengan baik, yaitu dapat mencapai tujuan secara optimal, menghasilkan laporan yang sistematis, dan dapat bermanfaat secara umum. Adapun manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini sebagai berikut.

1. Manfaat Teoretis

a. Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan mengenai studi analisis terhadap sastra Indonesia, terutama dalam bidang penelitian novel Indonesia yang memanfaatkan pendekatan sosiologi sastra dan resepsi sastra.

b. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan dalam mengaplikasikan teori sastra, teori sosiologi sastra, dan teori resepsi sastra yang termasuk pendekatan pragmatis sastra dalam mengungkapkan dan mengevaluasi sebuah novel.

2. Manfaat Praktis

a. Memperluas khazanah ilmu pengetahuan pada bidang bahasa dan sastra Indonesia , khususnya dalam sosiologi sastra dan kajian resepsi pembaca terhadap novel.

b. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada mahasiswa dan guru, khususnya pada program bahasa dan sastra Indonesia dalam mengkaji dan menelaah novel.

c. Dengan pemahaman pendekatan sosiologi sastra dan resepsi sastra terhadap novel, diharapkan penelitian ini akan menambah referensi penelitian selanjutnya yang berhubungan dengan sastra Indonesia dan membantu pembaca dalam memahami makna yang terdapat dalam karya sastra.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Hakikat Novel

a. Pengertian Novel

Novel termasuk dalam salah satu jenis karya sastra maka sebelum menelaah tentang novel secara mendalam, terlebih dahulu perlu meninjau definisi tentang karya sastra. Karya sastra memiliki banyak pengertian dari para ahli. Kata sastra dalam bahasa Indonesia berasal dari bahasa Sansekerta. Menurut Partini, sastra berasal dari akar kata sas dalam kata kerja turunan yang berarti mengarahkan, mengajar, memberi petunjuk atau instruksi. Akhiran tra menunjukkan alat atau sarana (2005: 7). Oleh sebab itu, sastra dapat diartikan sebagai alat untuk mengajar atau buku petunjuk. Dalam perkembangannya, kata sastra sering dikombinasikan dengan awalan su , sehingga menjadi susastra yang diartikan sebagai hasil ciptaan yang baik dan indah.

Sastra dalam bahasa-bahasa Barat, yang semuanya berasal dari bahasa latin, yaitu literatura. Sastra berarti segala sesuatu yang tertulis, pemakaian bahasa dalam bentuk tertulis. Partini mengungkapkan:

Horatius, seorang penyair Romawi berpandangan bahwa karya sastra harus bertujuan dan berfungsi dulce (nikmat) dan utile (bermanfaat). Di antara karya seni yang lain, karya sastra dianggap sebagai sesuatu yang menampilkan kualitas estetis yang paling beragam sekaligus paling tinggi (2005: 5).

Hakikat bahasa sebagai medium menyebabkan hadirnya berbagai mediasi, sehingga melahirkan berbagai aspek estetis. Teeuw menyebutkan bahwa karya sastra merupakan artefak, yaitu benda mati, baru memiliki makna dan menjadi objek estetik bila diberi arti oleh manusia pembaca sebagaimana artefak peninggalan manusia purba mempunyai arti bila diberi makna oleh arkeolog (Pradopo, 2003). Berkaitan dengan pengertian dan hakikat sastra, Ratna (2005) juga telah mengungkapkan:

Karya sastra dibangun atas dasar rekaan, dienergisasikan oleh imajinasi, sehingga berhasil untuk mengevokusi kenyataan-kenyataan, khususnya yang mengalami stagnasi. oleh karena itu, hasil dari pengimajinasian rekaan kenyataan tersebut dapat menghasilkan karya sastra yang muncul ke permukaan sebagai aktualitas. Salah satu fungsi karya sastra adalah sebagai hiburan yang menyenangkan, karya sastra juga berguna menambah pengalaman batin bagi pembacanya (hlm. vi).

Sejalan dengan hal tersebut, Murtono, berpendapat “Karya sastra adalah rekaan, sebagai terjemahan fiksi. Fiksi merupakan hasil dialog, kentemplasi, dan reaksi pengarang terhadap lingkungan dan kehidupan (2010: 9). Nurgiyantoro menyatakan, “Walau fiksi berupa khayalan, bukan berarti fiksi dianggap sebagai kerja lamunan belaka, melainkan penghayatan dan perenungan secara intens, perenungan terhadap hakikat hidup dan kehidupan, perenungan yang dilakukan dengan penuh kesadaran dan tanggung jawab.” (2005: 3).

Pengarang menghayati berbagai permasalahan tersebut dengan penuh kesungguhan kemudian diungkapkannya kembali melalui sarana fiksi sesuai dengan pandangannya. Dalam hal ini, Stefan menyatakan, “Literature is certainly something socially definied, though a literature work can only part

be considered as sociologically revealing. ” Sastra merupakan sesuatu yang secara sosial terdefinisikan, meskipun suatu karya sastra bisa saja sebagian dianggap pengungkapan secara sosiologis.” (2009: 1).

Novel sebagai sebuah karya fiksi menawarkan sebuah dunia, yaitu dunia yang berisi model kehidupan yang diidealkan, dunia imajiner yang dibangun melalui berbagai unsur intrinsiknya. Nurgiyantoro menyatakan, “Istilah novel berasal dari bahasa Latin, yaitu novellus yang diturunkan dari kata novies yang berarti baru. Cerita yang baru muncul sesudah drama, puisi, dan lain-lain. ” (2005: 4). Cerita di dalam novel terdapat pergolakan jiwa yang dapat mengalihkan perjalanan nasib. Novel mengungkapkan suatu konsentrasi kehidupan pada suatu saat yang tegang dan pemusatan kehidupan yang tegas. Novel merupakan karya fiksi yang mengungkapkan aspek-aspek kemanusiaan yang lebih mendalam dan disajikan dengan halus.

Berkenaan dengan hal tersebut, Garcia Munoz dan Fedele (mengutip pendapat Hoffner dan Buchanan, 2005) menyatakan bahwa fictional characters is a strategic communicative process that has interested both academics and produsers in cultural studies . Karakteristik fiksi adalah proses komunikatif yang strategis yang telah menarik pendidikan dan produsen dalam industri budaya. Di pihak lain, Nurgiyantoro (2005) menyatakan:

Novel adalah karya fiksi yang dibangun oleh unsur-unsur pembangun, yaitu unsur intrinsik dan ekstrinsik. Unsur intrinsik novel terdiri atas plot atau alur, tema, penokohan, sudut pandang, amanat, dan latar. Unsur ekstrinsik novel berhubungan dengan pengarang, yaitu latar belakang pendidikan pengarang biografi kehidupan sosial pengarang, ataupun psikologi pengarang (hlm. 10).

Berdasarkan pemahaman di atas, dapat disimpulkan bahwa pada hakikatnya novel adalah salah satu jenis karya sastra berupa cerita fiksi yang menceritakan kejadian kehidupan yang diimajinasikan oleh pengarang. Cerita tersebut menciptakan beberapa konflik yang menyebabkan terjadinya perubahan jalan hidup pelakunya.

b. Jenis-Jenis Novel

Ada beberapa jenis novel dalam sastra. Jenis novel mencerminkan keragaman tema dan kreativitas dari sastrawan yang tak lain adalah pengarang novel. Nurgiyantoro (2005: 16) membedakan novel menjadi novel populer dan novel serius. Berikut adalah pembahasan lebih mendalam tentang novel populer dan novel serius.

1) Novel Populer

Dewojati menyatakan bahwa diksi pop pada novel populer merujuk pada istilah pop-art pada bidang seni rupa yang lahir di Inggris kemudian berkembang di Amerika dengan Larence Alloway sebagai pelopornya (2010). Sastra populer adalah semacam sastra yang dikategorikan sebagai sastra hiburan dan komersial. Kategori menyangkut selera orang banyak atau selera populer (Nurgiyantoro, 2005).

Nurgiyantoro memberikan batasan novel populer adalah novel yang populer pada masanya dan banyak penggemarnya, khususnya pembaca di kalangan remaja (2005: 18). Novel populer tidak menampilkan permasalahan kehidupan secara lebih intens dan tidak berusaha meresapi hakikat kehidupan. Apabila berusaha meresapi hakikat kehidupan secara mendalam, novel populer akan menjadi berat dan berubah menjadi novel serius. Sastra populer adalah perekam kehidupan yang tidak banyak memperbincangkan kembali kehidupan dalam serba kemungkinan. Sastra populer menyajikan kembali rekaman- rekaman kehidupan itu dengan harapan pembaca akan mengenal kembali pengalaman-pengalamannya, sehingga merasa terhibur karena seseorang telah menceritakan pengalamannya tersebut.

Menurut Dewojati (mengutip pernyataan Sumardjo, 1982), sastra populer lahir kemudian menjadi bacaan dengan banyaknya jumlah pembaca disebabkan oleh beberapa alasan, diantara adalah pembaca dengan latar belakang pendidikan menengah ataupun pendidikan dasar meningkat pada tahun 1970-an (2010: 6). Meningkatnya jumlah kaum terpelajar pada era ini diasumsikan terjadi karena peningkatan kemampuan membaca dan menulis masyarakat Indonesia. Alasan selanjutnya adalah waktu luang yang umumnya dimiliki kaum terpelajar dan ibu-ibu rumah tangga juga memengaruhi meningkatnya jumlah pembaca sastra populer. Hal itu didorong oleh naluri mereka ingin mengisi waktu luang dengan kegiatan membaca.

Dari sudut pandang industri, tekologi percetakan yang mulai berkembang di Indonesia merupakan alasan sastra populer memiliki banyak peminat. Teknologi tersebut membantu berkembangnya jenis bacaan populer. Novel-novel populer dengan adanya mesin cetak dimunculkan dengan wajah sampul yang menarik dengan ilustrasi yang beraneka ragam. Hal tersebut banyak memeberikan pengaruh kepada calon pembacanya.

Sejalan dengan hal di atas, Ratna (2005: 411-412) menyatakan bahwa sekitar tahun 1970 ada beberapa indikator yang menyebabkan novel populer mengalami perkembangan melampaui novel serius, diantaranya:

a) Kondisi-kondisi sosial ekonomi yang sudah bertambah baik.

b) Meningkatnya kesadaran intelektual yang dengan sendirinya memerlukan bahan-bahan bacaan dan yang diperlukan adalah bahan bacaan yang bersifat menghibur sebagai pengisi waktu luang.

c) Kurangnya novel serius yang dialami sejak surutnya penerbitan Balai Pustaka.

d) Dikaitkan dengan penulis, pada periode ini muncul para pengarang dari lapisan masyarakat dengan berbagai kemampuan.

e) Dari segi teknis, periode ini menawarkan para penerbit yang kapasitas dan kualitasnya lebih memadai. Mengenai novel populer, Ratna berpendapat, “Novel populer dianggap sebagai karya sastra penerus roman picisan pada zaman dahulu. Secara historis novel populer merupakan perkembangan dari tradisi sastra Melayu Tionghoa yang berkembang pesat pada perempat terakhir abad ke-19.” (2005: 407). Sastra populer sering diperlakukan sebagai sastra yang rendah dan tidak memiliki nilai estetis. Menurut Faruk (2005), sastra populer dianggap tidak cukup bernilai untuk diperhatikan atau dihargai. Dengan demikian, kedudukan sastra populer dikonstruksikan lebih rendah dibandingkan dengan sastra serius (Dewojati, 2010: 3).

Dalam perkembangannya, sastra populer mulai mendapat tempat di hati penikmat sastra. Selain itu, novel populer juga mulai banyak diminati oleh tokoh-tokoh sastra. Nurgiyantoro menyatakan bahwa sebutan novel populer mulai merebak sesudah suksesnya novel Karmila dan Cintaku di Kampus Biru pada tahun 70-an. Sesudah itu setiap novel hiburan, tidak peduli mutunya, disebut juga sebagai novel populer

(2005). Sejalan

Nurgiyantoro, Astuti (2011)menyatakan: Sekitar tahun 1972, sebuah gebrakan baru muncul dalam sejarah

dengan

pernyataan

kesusasteraan Indonesia, khususnya dalam genre novel populer. Pada tahun-tahun itu muncul novel Marga T. berjudul Karmila (1973) yang pada awalnya dimuat sebagai cerita bersambung di Harian Kompas.

Hal tersebut dikuatkan oleh pendapat Ratna yang mengungkapkan: Genre novel populer mengalami masa keemasan pada tahun 70-an.

Para pelopornya adalah Marga T. dengan karyanya Karmila, Badai Pasti Berlalu , dan Gema Sebuah Hati dan Ashadi Siregar dengan karyanya Cintaku di Kampus Biru, Kugapai Cintamu, dan Terminal Cinta Terakhir (2005: 407).

Dewojati menyatakan, “Novel populer dianggap lebih mudah dipahami daripada novel serius. Novel populer memiliki karakter isi yang tidak rumit dan cenderung santai. Satra populer mulai dianggap sebagai bidang studi yang sungguh-sungguh.” (2010: 10). Sekali memulai mengahadapi sastra sebagai praktek komunikasi yang memiliki akar sosial dan historis maka kita sama sekali tidak bisa mengesampingkan dunia fiksi yang mengendalikan khalayak luas tersebut. Kajian sastra populer menjadi penting karena dapat menghadirkan kaitan antara bidang sastra dengan bidang seni lainnya.

Sastra populer yang memiliki banyak peminat, kedudukannya patut untuk diperhitungkan (Dewojati, 2010: 10). Bahkan, studi mengenai sastra populer mulai banyak dilakukan, baik yang selanjutnya menghasilkan kritik akademik maupun kritik nonakademik. Hal tersebut mengakibatkan muncul genre-genre baru dalam dunia sastra populer, seperti chicklit, momlit, dan teenlit.

Pada tahun 2000-an nama Icha Rahmanti, penulis novel populer Cintapuccino diyakini sebagai salah satu pengarang yang mampu menjadikan jenis karya itu menjadi ledakan fiksi remaja yang sangat fenomenal (Dewojati, 2010: 12). Selain perempuan muda, novel populer juga banyak diminati para pelajar SMA. Pada awalnya novel-novel tersebut hanya merupakan karya terjemahan yang sangat terbatas Pada tahun 2000-an nama Icha Rahmanti, penulis novel populer Cintapuccino diyakini sebagai salah satu pengarang yang mampu menjadikan jenis karya itu menjadi ledakan fiksi remaja yang sangat fenomenal (Dewojati, 2010: 12). Selain perempuan muda, novel populer juga banyak diminati para pelajar SMA. Pada awalnya novel-novel tersebut hanya merupakan karya terjemahan yang sangat terbatas

Perubahan telah terjadi dengan cepat di belantara sastra populer Indonesia. Kini para pembaca dapat menjumpai teenlit maupun chicklit asli buatan Indonesia di berbagai toko buku terkemuka di Indonesia. Misal saja Dealova, teenlit karya Dyan Nuranindya telah memasuki cetakan kelima sejak April 2004 yang terjual kurang lebih tiga puluh ribu kopi. filsafat popcorn yang populer, ringan, manis, dan laris diadopsi karya fiksi jenis ini. Dewasa ini novel populer benar-benar telah memasuki era komoditi, industrialisasi, dan kapitalisme sastra di Indonesia.

2) Novel Serius

Berbeda dengan novel populer yang selalu mengikuti selera pasar, novel sastra tidak bersifat mengabdi pada pembaca. Novel sastra cenderung menampilkan tema-tema yang lebih serius. Teks sastra sering mengemukakan sesuatu secara implisit, sehingga hal ini bisa dianggap menyibukkan pembaca. Nurgiyantoro mengungkapkan bahwa jumlah novel serius dan pembacanya akan memiliki gaung dan bertahan dari waktu ke waktu. Misal saja polemik Takdir, Armin Pane dan Sanusi Pane pada dekade 30-an yang kini masih cukup relevan untuk disimak (2005).

Novel serius harus sanggup memberikan yang serba berkemungkinan dan itulah sebenarnya makna sastra yang sastra, Nurgiyantoro menyatakan:

Jika ingin memahaminya dengan baik maka diperlukan daya konsentrasi yang tinggi dan disertai kemauan untuk itu. Pengalaman dan permasalahan kehidupan yang ditampilkan dalam novel serius disoroti dan diungkapkan sampai pada inti hakikat kehidupan yang bersifat universal. Disamping memberikan hiburan, novel serius juga mengandung tujuan implisit memberikan pengalaman yang berharga kepada pembaca atau paling tidak Jika ingin memahaminya dengan baik maka diperlukan daya konsentrasi yang tinggi dan disertai kemauan untuk itu. Pengalaman dan permasalahan kehidupan yang ditampilkan dalam novel serius disoroti dan diungkapkan sampai pada inti hakikat kehidupan yang bersifat universal. Disamping memberikan hiburan, novel serius juga mengandung tujuan implisit memberikan pengalaman yang berharga kepada pembaca atau paling tidak

Hakikat kehidupan bertahan sepanjang masa dan tidak ketinggalan jaman, itulah sebabnya novel serius tetap menarik sepanjang masa dan menarik untuk dibicarakan. Seperti pendapat Nurgiyantoro yang menyatakan:

Novel-novel serius, seperti Hamlet, Romeo dan Juliet atau karya Shakespeare yang lain, Madame Bovary karya Gustave Flaubert, atau karya yang lebih tua lagi, misalnya La Divina Commedia karya Dante, ataupun karya-karya Homerus, Sophocles, dan lain-

lain yang beredar pada masa Yunani klasik. Karya-karya tersebut adalah sejumlah contoh karya yang tetap menarik untuk dibaca dan

dibicarakan hingga sekarang (2005: 19). Berikut adalah beberapa perbedaan novel populer dengan novel

serius menurut Astuti (mengutip pernyataan Sumardjo, 1982):

a) Tema Novel populer hanya menceritakan kisah asmara belaka, tanpa masalah lain yang lebih serius. Novel serius tidak hanya berputar- putar dalam masalah cinta tetapi membuka diri terhadap semua masalah yang penting untuk penyempurnaan hidup manusia.

b) Plot Novel populer terlalu menekankan pada plot, dengan mengabaikan karakterisasi, problem kehidupan, dan unsur-unsur novel lainnya. Tokoh-tokoh dalam novel populer cenderung stereotipe, sedangkan dalam novel serius cenderung tipikal. Dalam novel serius plot memang penting, tetapi bukan merupakan daya tarik utama. Cerita diimbangi dengan bobot lain seperti karakterisasi, setting, tema, dan sebagainya.

c) Teknik Penceritaan Dalam novel populer cerita disampaikan dengan gaya emosional, hanya mengungkapkan permukaan kehidupan, dangkal, tanpa pendalaman. Sementara novel serius tidak berhenti pada c) Teknik Penceritaan Dalam novel populer cerita disampaikan dengan gaya emosional, hanya mengungkapkan permukaan kehidupan, dangkal, tanpa pendalaman. Sementara novel serius tidak berhenti pada

d) Isi Masalah yang dibahas dalam novel populer kadang-kadang cenderung artifisial, yaitu hanya mungkin terjadi dalam cerita itu sendiri. Adapun novel serius, genre ini membicarakan hal-hal yang universal dan nyata, dapat dialami oleh manusia kapan pun dan di mana pun.

e) Unsur Inovasi Pengarang novel populer rata-rata tunduk pada hukum cerita konvensional karena cerita ditulis untuk konsumsi massa. Akibatnya, jarang dijumpai usaha pembaharuan dalam novel genre ini. Berbeda dengan novel populer, novel serius tidak mau berhenti pada konvensionalisme. Novel serius selalu menuntut pembaharuan dan penuh inovasi.

f) Bahasa Bahasa yang dipakai dalam novel populer adalah bahasa yang aktual, yakni bahasa yang hidup di kalangan pergaulan remaja masa kini. Dalam novel serius, bahasa yang digunakan adalah bahasa yang standar, bukan slang atau mode sesaat.

c. Hakikat Novel Teenlit

Istilah teenlit merupakan gabungan kata yang diambil dari kata dalam bahasa Inggris, yaitu teenager dan literature. Kata teenager merupakan gabungan dari kata teens, age, dan sufiks -er. Teens berarti dari berumur 13 hingga 19 tahun, age berarti usia, dan sufiks -er kurang lebih dapat disetarakan dengan prefiks pe- dalam bahasa Indonesia (Melody, 2009). Literature berarti kesusasteraan atau yang lebih sesuai dengan konteks bacaan. Berdasarkan penjabaran ini, novel teenlit dapat didefinisikan sebagai bacaan untuk seseorang yang berusia antara 13 hingga 19 tahun. Ady Ahmed menyebutkan bahwa alur novel teenlit kebanyakan sama, yaitu Istilah teenlit merupakan gabungan kata yang diambil dari kata dalam bahasa Inggris, yaitu teenager dan literature. Kata teenager merupakan gabungan dari kata teens, age, dan sufiks -er. Teens berarti dari berumur 13 hingga 19 tahun, age berarti usia, dan sufiks -er kurang lebih dapat disetarakan dengan prefiks pe- dalam bahasa Indonesia (Melody, 2009). Literature berarti kesusasteraan atau yang lebih sesuai dengan konteks bacaan. Berdasarkan penjabaran ini, novel teenlit dapat didefinisikan sebagai bacaan untuk seseorang yang berusia antara 13 hingga 19 tahun. Ady Ahmed menyebutkan bahwa alur novel teenlit kebanyakan sama, yaitu

Novel teenlit menjadi populer karena isinya tidak dibebani misi yang bermacam-macam. Dalam fiksi jenis ini tidak dijumpai struktur cerita yang kompleks, perenungan mendalam, ataupun gagasan tertentu yang hendak disampaikan. Dewojati menyatakan, ”Chicklit dan teenlit lebih menyerupai diary yang dinovelkan. Novel tersebut biasanya mengenai kehidupan anak muda dengan karakter apa adanya dan dikemas dengan bahasa yang ringan.” (2010: 12).

Umumnya, pada usia remaja masih duduk di bangku sekolah menengah (SMP dan SMA) atau tahun pertama masuk perkuliahan. Remaja pada usia tersebut yang menjadi pangsa pasar teenlit karena novel-novel teenlit berisi tentang remaja, dari gaya bahasa hingga tema cerita berkisar remaja. Hal tersebut relevan dengan definisi yang diberikan Melody (mengutip pendapat Sitta Karina) novel teenlit merupakan kisah seputar remaja, mengenai kisah percintaannya, romantisnya, kehidupannya, khayalannya, impiannya, dan lingkup remaja ini sendiri dari anak SMP sampai dengan mahasiswa perkuliahan (2009).

Dewojati mengungkapkan, “Meledaknya chicklit dan teenlit era kini tidak bisa lepas dari budaya populer yang dianut oleh masyarakatnya. Novel teenlit sangat kaya informasi tentang institusi sosial, ideologi, gaya hidup, hingga nilai-nilai baru yang berkembang di dalam masyarakat kontemporer.” (2010: 15). Selanjutnya dalam artikelnya, Melody menjelaskan:

Pada awal tahun 2004, penerbit buku yang sudah terkemuka di Indonesia, Gramedia mulai menerbitkan novel-novel remaja dengan label teenlit. Novel-novel pertama dalam label ini merupakan novel- novel terjemahan, salah satu contohnya adalah E Love karya Caroline Plaisted yang diterjemahkan menjadi Kisah Cinta Pertama Lewat Internet . Pada bulan April 2004, Gramedia menerbitkan teenlit karya pengarang Indonesia, yaitu DeaLova karya Dyan Nuranindya usia 18 tahun. DeaLova langsung meledak dan mengalami cetak ulang hanya dalam jangka waktu dua minggu. Kesuksesan ini disusul oleh‘Me vs

High Heels! Aku vs Sepatu Hak Tinggi! karya Maria Ardelia usia 16 tahun dan Fairish karya Esti Kinasih usia 33 tahun (2009).

Dewojati mengungkapkan: Hingga tahun 2008 jumlah penulis sastra genre chicklit dan teenlit