Tindak ilokusi dan perlokusi pada ``Sungguh-Sunggh Terjadi`` Harian Kedaulatan Rakyat bulan Februari-Maret 2012.

(1)

 

TINDAK ILOKUSI DAN PERLOKUSI PADA “SUNGGUH – SUNGGUH TERJADI“ HARIAN KEDAULATAN RAKYAT

BULAN FEBRUARI-MARET 2012

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah

   

Disusun oleh: Stefani Sweet Tanti

061224060

     

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA, SASTRA INDONESIA, DAN DAERAH JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2013


(2)

 

TINDAK ILOKUSI DAN PERLOKUSI PADA “SUNGGUH – SUNGGUH TERJADI“ HARIAN KEDAULATAN RAKYAT

BULAN FEBRUARI-MARET 2012

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah

   

Disusun oleh: Stefani Sweet Tanti

061224060

     

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA, SASTRA INDONESIA, DAN DAERAH JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2013


(3)

ii


(4)

iii


(5)

iv

 

MOTTO

Segala perkara dapat kutanggung di dalam DIA

yang memberi kekuatan kepadaku.

(Filipi 4:13)

Hendaklah kamu selalu rendah hati, lemah lembut

dan sabar, tunjukkanlah kasihmu dalam hal saling

membantu.

(Efesus 4:2)

Tidak semua yang bisa dihitung itu berharga, dan

tidak semua yang berharga bisa dihitung.

(Albert Einstein)

Sesuatu yang bisa dikerjakan kapan saja,

sebenarnya bisa dikerjakan dalam sekejap.


(6)

v

 

PERSEMBAHAN

Skripsi ini saya persembahkan

untuk:

™

Tuhan Yesus Kristus

™

Bapak ibu tercinta, bapak PK.

Triatmo dan ibu A. Endang S.

™

Kedua kakakku, YB. Doni

Mahardhana dan Maria Luki

Susanti

™

Teman di hatiku, Bernadus Dani


(7)

vi


(8)

vii


(9)

viii

 

ABSTRAK

Tanti, Stefani Sweet. 2013. Tindak Ilokusi dan Perlokusi Pada Sungguh-Sungguh Terjadi Harian Kedaulatan Rakyat Bulan Februari-Maret 2012. Skripsi. Yogyakarta: Program Studi Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.

Tujuan utama penelitian ini adalah mendeskripsikan tindak tutur yang digunakan dalam teks “Sungguh-Sungguh Terjadi” yan ditampilkan pada media cetak Kedaulatan Rakyat, sedangkan secara rinci ingin mendeskripsikan tindak tutur ilokusi dan perlokusi yang digunakan dalam teks Sungguh-Sungguh Terjadi pada media cetak Kedaulatan Rakyat. Data yang dianalisis berupa pesan teks yang terdapat dalam 30 teks Sungguh-Sungguh Terjadi pada media cetak Kedaulatan Rakyat selama bulan Februari-Maret 2012.

Landasan teori yang digunakan dalam penelitian ini meliputi teori pragmatik, teori tindak tutur. Kedua teori tersebut digunakan untuk menjelaskan tiga macam tindak tutur yang biasa digunakan dalam pemakaian bahasa yaitu tindak lokusioner (locutionary acts), tindak ilokusioner (illocutionary acts), dan tindak perlokusioner (perlocutionary acts).

Penelitian ini tergolong dalam penelitian kualitatif. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah teknik baca dan teknik catat. Hasilnya memperlihatkan (1) semua teks yang dianalisis secara pragmatik dan tindak tuturnya mengandung tindak ilokusi dan tindak perlokusi, (2) dari tindak ilokusinya, terdapat lima jenis tindak ilokusinya yaitu tindak ilokusi asertif, tindak ilokusi direktif, tindak ilokusi komisif, tindak ilokusi deklaratif, tindak ilokusi ekspresif, (3) dari tindak perlokusi teks Sungguh-Sungguh Terjadi yang dianalisis ingin memberikan efek pada pembaca berupa menarik perhatian, ketertarikan, keinginan, kayakinan dan tindakan. Efek yang diharapkan pembaca bukan saja tertarik tetapi meyakini kalau teks Sungguh-Sungguh Terjadi memang benar terjadi bukan rekayasa.


(10)

ix

 

ABSTRACT

Tanti, Stefani Sweet. 2013. Illocutionary and Perlocutionary Acts on Sungguh-Sungguh Terjadi Daily news of Kedaulatan Rakyat during the Months of February until March 2012. Thesis. Yogyakarta: Indonesian and Vernacular Language Education Study Program, Teachers Training Faculty, Sanata Dharma University.

This research was aimed to describe the speech acts used in the texts of Sungguh-Sungguh Terjadi” written in Kedaulatan Rakyat newspaper. It was also aimed to describe illocutionary and perlocutionary speech acts used in Sungguh-Sungguh Terjadi written in Kedaulatan Rakyat newspaper in detail. The data in the form of message written in 30 texts of Sungguh-Sungguh Terjadi in Kedaulatan Rakyat during the months of February until March 2012.

The theoretical backgrounds used in this research were pragmatic theory and speech theory. Those two theories were used to explain three kinds of speech acts frequently used in language usage. They were locutionary acts, illocutionary acts, and perlocutionary acts.

It was a qualitative research. The data using reading technique and note-taking technique. The results showed that (1) there were illocutionary and perlocutionary acts in all texts analyzed pragmatically and in the speech acts, (2) the illocutionary acts consisted of five kinds of illocutionary acts. The were assertive illocutionary acts, directive illocutionary acts, comissive illocutionary acts, declarative illocutionary acts, and expressive illocutionary acts, (3) the perlocutionary acts showed that the Sungguh-Sungguh Terjadi texts wanted to give certain effects to the readers. The expected effects were attention attraction, interest, desire, belief, and action. Not only were the readers expectedly interested in reading Sungguh-Sungguh Terjadi but also convinced that the stories in Sungguh-Sungguh Terjadi were true stories rather than imaginary ones.


(11)

x

 

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan atas karunia, rahmat, berkat dan cinta kasih-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Tindak Ilokusi dan Perlokusi Pada “Sungguh-Sungguh Terjadi” Harian Kedaulatan Rakyat Bulan Febuari-Maret 2012”.

Skripsi ini digunakan memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah, Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Dalam penyusunan skripsi ini penulis mendapat bantuan berbagai pihak yang telah memberikan bimbingan, dorongan, petunjuk, dan nasehat. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Dr. Yuliana Setiyaningsih, selaku Ketua Program Studi Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah.

2. Prof. Dr. Pranowo, M.Pd. selaku Dosen Pembimbing yang telah memberikan bimbingan, saran-saran, dan motivasi yang dapat membantu dalam menyelesaikan skripsi ini.

3. Dr. Y. Karmin, M.Pd. yang telah memberikan bimbingan, saran-saran, dan motivasi yang dapat membantu dalam menyelesaikan skripsi ini. 4. Dr. R. Kunjana Rahardi, M.Hum. selaku Dosen Penguji yang telah

memberikah pengarahan yang berguna dalam skripsi ini.

5. Segenap Dosen dan Karyawan Program Studi Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan dan bantuan kepada penulis selama ini.

6. Bapak dan ibu tercinta, bapak P. K Triatmo dan ibu A. Endang S. yang selama ini membimbing dengan penuh perhatian, kasih sayang, doa dan cinta yang tidak pernah padam sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.


(12)

xi


(13)

xii

 

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN MOTTO ... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ... v

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 3

1.3 Tujuan penelitian. ... 3

1.4 Manfaat Penelitian ... 3

1.5 Batasan Istilah ... 4

1.6 Sistematika Penyajian ... 5

BAB II LANDASAN TEORI ... 7

2.1 Tinjauan Terhadap Penelitian terdahulu yang Relevan ... 7

2.2 Kajian Teori ... 9

2.2.1 Pragmatik ... 9

2.2.2 Tindak tutur ... 11

2.2.3 Jenis Tindak Tutur ... 12

2.2.3.1 Tindak Lokusi ... 12

2.2.3.2 Tindak Ilokusi ... 12


(14)

xiii

 

2.2.4 Konteks ... 14

2.2.5 Perubahan Makna ... 16

2.2.6 Gaya Bahasa ... 17

2.2.7 Media Cetak ... 22

2.3 Keterkaitan Tindak Ilokusi dan Perlokusi ... 23

2.4 Kerangka Teori ... 23

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 27

3.1 Jenis Penelitian ... 27

3.2 Sumber Dan Data Penelitian ... 28

3.3 Instrumen penelitian ... 29

3.4 Objek Penelitian ... 29

3.5 Teknik Pengumpulan Data ... 29

3.6 Teknik Analisis Data ... 30

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 31

4.1 Deskripsi Data ... 31

4.2 Hasil Analisis Data ... 31

4.2.1 Ilokusi dalam teks Sungguh-Sungguh Terjadi ... 31

4.2.1.1 Tindak Ilokusi Asertif ... 32

4.2.1.2 Tindak Ilokusi Direktif ... 34

4.2.1.3 Tindak Ilokusi Komisif ... 37

4.2.1.4 Tindak Ilokusi Deklaratif ... 39

4.2.1.5 Tindak Ilokusi Ekspresif ... 41

4.2.2 Perlokusi dalam teks Sungguh-Sungguh Terjadi ... 43

4.3 Pembahasan ... 48

4.3.1 Tindak Ilokusi ... 49

4.3.1.1 Tindak Ilokusi Asertif ... 50

4.3.1.2 Tindak Ilokusi Direktif ... 51

4.3.1.3 Tindak Ilokusi Komisif ... 52


(15)

xiv

 

4.3.1.5 Tindak Ilokusi Ekspresif ... 53

4.3.2 Perlokusi dalam teks Sungguh-Sungguh Terjadi ... 60

4.3.3 Jenis Ilokusi yang terdapat pada teks Sungguh-Sungguh Terjadi ... 63

4.3.3.1 Ilokusi Meyakinkan ... 64

4.3.3.2 Ilokusi Mempengaruhi ... 65

4.3.3.3 Ilokusi Membujuk ... 66

4.3.3.4 Ilokusi Menyindir ... 67

4.3.3.5 Ilokusi Perintah ... 69

BAB V PENUTUP ... 70

5.1 Kesimpulan ... 70

5.2 Saran ... 71

DAFTAR PUSTAKA ... 73

BIODATA ... 75


(16)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Ada beberapa definisi bahasa menurut para ahli. Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer yang digunakan oleh para anggota suatu masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi dan mengidentifikasikan diri (Kridalaksana, 1992:21). Menurut Nababan (1991:1) bahasa adalah salah satu ciri yang paling khas manusiawi yang membedakan dari mahkluk-mahkluk lain. Dengan kata lain bahasa mempunyai fungsi yang penting bagi manusia terutama fungsi komunikasi. Makna dalam komunikasi tersebut diungkapkan dengan kalimat.

Dalam kehidupan sehari–hari manusia menggunakan bahasa dengan berbagai bentuk, guna memenuhi kebutuhan hidupnya. Dengan komunikasi manusia dapat memenuhi keinginannya sebagai mahkluk sosial yang saling berhubungan untuk menyatakan pikiran dan pendapatnya serta bekerja sama. Salah satu jenis media komunikasi yang dapat digunakan oleh masyarakat adalah surat kabar atau koran. Koran merupakan media cetak yang sangat mudah dijumpai dan didapatkan di masyarakat. Koran berperan dalam membagikan informasi yang terjadi secara cepat dan aktual. Koran bersifat visual, karena dalam beritanya disertakan gambar yang menggambarkan sebuah peristiwa dengan disertai penjelasan yang menceritakan keadaan gambar tersebut. Koran memberikan banyak manfaat dan kemudahan sehingga banyak orang yang


(17)

tertarik. Selain koran mudah didapatkan dengan harga terjangkau, koran memiliki banyak ragamnya.

Jumlah pengguna koran yang begitu besar inilah yang membuat para penerbit untuk menciptakan kreatifitas dan dijadikan sebagai ciri khas koran terbitannya itu. Koran yang ada saat ini beragam, antara lain: Suara Merdeka, Kompas , Tribun, Kedaulatan Rakyat, dan lain-lain. Masing-masing koran tersebut mempunyai kekhasan isi beritanya.

Penelitian ini mengkaji tindak ilokusi dan tindak perlokusi kolom Sungguh- Sungguh Terjadi pada surat kabar Kedaulatan Rakyat. Kedua hal tersebut merupakan faktor penting dalam penyampaian pesan yang disampaikan oleh Sungguh-Sungguh Terjadi pemberi informasi kepada pembaca. Hal ini dikarenakan dibuat kolom Sungguh-Sungguh Terjadi adalah agar pembaca dapat mengerti apa yang sebenarnya dimaksudkan oleh pemberi informasi tersebut. Kolom ini menarik perhatian masyarakat karena ceritanya juga benar- benar terjadi dalam kehidupan dan dialami oleh pembuat informasi. Ilmu bahasa yang sesuai untuk menganalisis tindak lokusi dan tindak ilokusi adalah pragmatik. Pragmatik adalah studi tentang suatu makna yang disampaikan oleh penutur (atau penulis) dan ditafsirkan oleh pendengar (atau pembaca) (Yule, 1996: 3).

Dari paparan latar belakang di atas, peneliti bermaksud melakukan penelitian tindak lokusi dan tindak ilokusi kolom Sungguh- Sungguh Terjadi pada media cetak Kedaulatan Rakyat. Kalimat yang terdapat dalam Sungguh- Sungguh Terjadi akan dianalisis berdasarkan maksud yang disampaikan oleh penulis informasi tersebut.


(18)

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah penelitiannya adalah sebagai berikut.

1. Ilokusi apa sajakah yang ditemukan pada “Sungguh-Sungguh Terjadi” terbitan Kedaulatan Rakyat bulan Februari-Maret 2012?

2. Perlokusi apa sajakah yang terjadi pada “Sungguh-Sungguh Terjadi” terbitan Kedaulatan Rakyat bulan Februari-Maret 2012?

3. Apa keterkaitan ilokusi dan perlokusi pada “Sungguh-Sungguh Terjadi” terbitan Kedaulatan Rakyat bulan Februari-Maret?

1.3 Tujuan Penelitian

Sesuai dengan latar belakang masalah dan rumusan masalah di atas, penelitian ini mempunyai tujuan sebagai berikut.

1. Mendeskripsikan ilokusi “Sungguh-Sungguh Terjadi” terbitan Kedaulatan Rakyat bulan Februari-Maret 2012.

2. Mendeskripsikan perlokusi yang terjadi pada “Sungguh-Sungguh Terjadi” terbitan Kedaulatan Rakyat bulan Februari-Maret 2012.

3. Mengaitkan ilokusi dan perlokusi pada “Sungguh-Sungguh Terjadi” terbitan Kedaulatan Rakyat bulan Februari-Maret?

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan beberapa manfaat, manfaat tersebut adalah sebagai berikut.


(19)

1. Bagi bidang bahasa

Penelitian ini dimaksudkan untuk mengembangkan teori kebahasaan dan menambah pengetahuan mengenai ilmu pragmatik khususnya tindak tutur yang mempelajari maksud yang tersembunyi di balik makna sebuah tuturan. 2. Bagi peneliti lain

Hasil penelitian ani diharapkan dapat dijadikan bahan untuk penelitian yang lebih lanjut mengenai tindak tutur khususnya lokusi dan ilokusi.

1.5 Batasan Istilah

1. Tindak Tutur

Suatu ujaran sebagai suatu satuan fungsional dalam komunikasi (Sumarsono, 2004:48 ).

2. Tindak ilokusi

Tindak ilokusi adalah suatu tindak yang dilakukan dalam mengatakan sesuatu seperti membuat janji, membuat pernyataan, mengeluarkan perintah atau permintaan, menasbihkan nama suatu kapal, dan lain- lain (Lyons, 1977 : 730).

3. Tindak perlokusi

Tindak perlokusi adalah tindakan untuk mempengaruhi lawan tutur seperti memalukan, mengintimidasi, membujuk, dan lain-lain (Searle, 1975). 4. Media cetak

Media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan,


(20)

perhatian, dan minat. Media cetak merupakan bagian dari media massa yang digunakan dalam penyuluhan (Hamundu, 1999).

1.6 Sistematika Penyajian

Sistematika penulisan penelitian ini terdiri atas beberapa bab. Hal ini bertujuan untuk mempermudah pembaca di dalam memahami penelitian ini. Bab satu adalah bab pendahuluan. Bab ini mengkaji latar belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan istilah, dan sistematika penyajian.

Bab dua adalah kerangka teori. Bab ini berisi seputar tinjauan terhadap penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian yang saat ini sedang dilakukan oleh peneliti dan landasan teori yaiti teori- teori yang mendasari penulis dalam melakukan penelitian.

Bab tiga adalah metodologi penelitian. Bab ini membahas seputar jenis penelitian, sumber data dan data penelitian, tehnik pengumpulan data, instrumen penelitian, tehnik analisis data.

Bab empat adalah hasil penelitian dan pembahasan. Bab ini menyajikan deskripsi data, hasil analisis data, dan pembahasan. Di dalam bab ini peneliti menguraikan bagaiman deskripsi data penelitian, bagaiman memperoleh data serta cara menganalisis data, dan hasil pembahasan hasil penelitian.

Bab lima adalah bab penutup yang berisi kesimpulan mengenai hasil penelitian, implikasi hasil penelitian, dan saran-saran dalam penelitian ini. Selain bab-bab diatas peneliti juga menyajikan daftar pustaka yang akan dipergunakan


(21)

dalam penelitian ini. Selain itu, terdapat juga lampiran – lampiran yang mendukung dalam penelitian ini.


(22)

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Penelitian Terdahulu yang Relevan

Hubungan penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini, yaitu penelitian yang dilakukan oleh A. S. Joko Sukoco, Mahardika, Ventianus Sarwoyo, I Dewa Putu Wijana, Yustina Wiwik Iswanti.

Pertama, penelitian yang dilakukan oleh A. S. Joko Sukoco dengan judul Penanda Lingual Kesantunan Berbahasa Indonesia Dalam Bentuk Tuturan Imperatif: Studi Kasus Pemakaian Tuturan Imperatif di Lingkungan SMU Stella Duce Bantul. Hasil penelitian penanda lingual kesantunan berbahasa tuturan imperatif adalah ungkapan kata- kata tolong, ayo (yok), mari, silakan, dan pemakaian kata maaf sebagai bentuk eufimisme bahasa.

Kedua, penelitian Mahardika dengan judul Kesantunan dan Pemakaian Gaya Bahasa dalam Tuturan Langsung dan tak Langsung (Analisis kesantunan Leech dalam Tuturan pelawak Extravaganza). Hasil penelitian menyebutkan bahwa ketidaksantunan sebuah tuturan menjadi kekuatan utama tuturan humor terbentuk.

Ketiga, penelitian dilakukan oleh Ventianus Sarwoyo dengan judul Tindak Ilokusi dan Penanda Tingkat Kesantunan tuturan di dalam Surat Kabar. Penelitian ini mendeskripsikan jenis- jenis tindak ilokusidan jenis- jenis penanda yang menunjukan tingkat kesantunan tuturan dalam surat kabar. Hasil penelitian ini ditemukan empat jenis tindak ilokusi ( direktif, komisif, representatif dan


(23)

ekspresif ) dan enam jenis penanda tingkat kesantunan dalam surat kabar (analogi, diksi, gaya bahasa, penggunaan kata modalitas, penyebutan subyek yang menjadi tujuan tuturan dan bentuk tuturan).

Keempat, penelitian dilakukan oleh I Dewa Putu Wijana dengan judul Implikatur dalam Wacana Pojok. Hasil penelitian menyebutkan bahwa tuturan yang disampaikan untuk maksud mengkritik, mengecam, memberikan saran dengan sopan. Implikatur wacana pojok diungkapkan dalam tindak tutur langsung, tindak tutur tak langsung, tindak tutur lateral, tindak tutur tidak lateral.

Kelima, penelitian dilakukan oleh Yustina Wiwik Iswanti yang berjudul Analisis Wacana Persuasi Iklan Media Cetak Berbahasa Indonesia Pada Majalah Mingguan Tempo. Hasil penelitian menyebutkan bahwa wacana iklan melanggar maksim cara, maksim pujian dan kerendahan hati. Pelanggaran itu sengaja dengan tujuan untuk menarik pehatian pembaca.

Relevansi penelitian terdahulu terhadap penelitian yang dilakukan oleh penulis adalah memberikan masukan dan gambaran mengenai ciri tindak bahasa yang terdapat dalam kolom Sungguh-Sungguh Terjadi yang meliputi tindak ilokusi dan tindak perlokusi dalam berita atau informasi yang disampaikan penulis kepada pembaca. Dari penelitian terdahulu yang dijadikan referensi dalam penelitian ini, kebanyakan dari penelitian terdahulu menemukan jenis implikatur, jenis ilokusi, penanda kesantunan, dan segi sosiolinguistik dari iklan. Masukan dari peneliti terdahulu memberikan gambaran dalam menganalisis tindak ilokusi dan tindak perlokusi dalam penelitian ini.


(24)

Kedudukan penelitian ini menyempuranakan kajian dalam penelitian terdahulu. Penelitian ini akan membahas tindak lokusi dan tindak ilokusi yang terdapat dalam kolom Sungguh-Sungguh Terjadi pada media cetak Kedaulatan

Rakyat. Beberapa penelitian terdahulu yang berkaitan dengan ilmu bahasa

Pragmatik, belum ditemukan mengenai tindak ilokusi dan tindak perlokusi yang terdapat dalam kolom Sungguh-Sungguh Terjadi pada koran Kedaulatan Rakyat. Kebanyakan peneliti membedakan ilokusi kedalam lima jenis ilokusi yang meliputi ilokusi asertif, direktif, ekspresif, komisif, dan deklaratif. Penelitian ini menganalisis tindak ilokusi dan tindak perlokusi dengan tujuan mengetahui maksud dibalik tuturan pada kolom Sungguh-Sungguh Terjadi.

2.2 Kajian Teori

2.2.1. Pragmatik

Pengertian pragmatik menurut Prof. Dr. P. W. J Nababan (1987) adalah kajian hubungan unsur-unsur bahasa dengan pemakaian bahasa itu. David R. Dan Dowty (1981) menjelaskan pengertian pragmatik adalah telaah terhadap pertuturan langsung maupun tidak langsung, presuposisi, implikatur, entailment, dan percakapan atau kegiatan konversasioanal antara penutur dan mitra tutur.

Pragmatik menurut cf. Charles Peire dan W. James (1902) adalah suatu aliran atau pendekatan pengkajian makna dan kebenaran satuan bahasa (kata atau kalimat) yang didasarkan pada kenyataan praktis atau wujud sosial dan material. George (1964) telah menunjukkan bahwa ilmu bahasa pragmatik adalah ilmu


(25)

tentang makna bahasa, dalam kaitan dengan keseluruhan perilaku umat manusia dan tanda-tanda atau lambang-lambang bahasa yang ada di sekelilingnya.

Morris (1938) mendefinisikan pragmatik sebenarnya adalah bidang bahasa yang mempelajari relasi antara lambang-lambang bahasa dengan para penafsirnya. Levinson (1983) mendefinisikan pragmatik sebagai studi perihal ilmu bahasa yang mempelajari relasi-relasi antara bahasa dengan konteks tuturannya. Konteks tuturan yang dimaksud telah terkodifikasikan sedemikian rupa sehingga tidak dapat dilepaskan begitu saja dari struktur kebahasaannya.

Parker (1986) menyatakan bahwa pragmatik adalah cabang ilmu bahasa yang mempelajari struktur bahasa secara eksternal. Parker dengan tegas membedakan antara studi ilmu bahasa pragmatik dengan studi tata bahasa atau gramatika bahasa, yang disebutkan terakhir itu semata-mata dianggapnya sebagai studi ihwal seluk beluk bahasa secara internal, terlepas dari konteks situasi pemakaiannya di dalam masyarakat sesungguhnya. Menurut parker studi gramatika bahasa tidak perlu dikaitkan dengan konteks situasi tuturnya, sedangkan studi tentang gramatika mutlak harus dikaiteratkan dengan konteks situasi tutur tersebut.

Jacob L. Mey (1983) mendefinisikan pragmatik sebagai ilmu bahasa yang mempelajari pemakaian atau penggunaan bahasa, yang pada dasarnya selalu harus ditentukan oleh konteks situasi tutur didalam masyarakat dan wahana kebudayaan yang mewadahi dan melatarbelakanginya. Konteks situasi tutur yang dimaksud Mey (1983) tersebut mencakup dua hal yakni konteks sosial dan konteks sosietal.


(26)

2.2.2. Tindak Tutur

Teori tindak tutur merupakan bagian dari pragmatik. Pragmatik mempelajari berbagai wujud bahasa sebagai refleksi keberagaman maksud (intention) penuturnya. Dalam hal ini maksud dibedakan dengan makna. Maksud adalah unsur luar bahasa, sedangkan makna adalah unsur dalam bahasa. Maksud adalah speaker’s meaning, sedangkan makna adalah linguistik meaning (Putu Wijana, 2002: 67).

Teori tindak tutur berawal dari ceramah yang disampaikan oleh filsuf berkebangsaan Inggris, John L. Austin (1962:98-99) menyebutkan bahwa pada dasarnya saat seseorang mengatakan sesuatu, dia juga melakukan sesuatu. Searle (1975) berpendapat bahwa unsur yang paling kecil dalam komunikasi adalah tindak tutur seperti menyatakan, membuat pertanyaan, memberi perintah, menguraikan, menjelaskan, minta maaf, berterima kasih, mengucapkan selamat, dan lain-lain. Searle (1975) juga membagi tindak tutur menjadi tiga macam tindakan yang berbeda, yaitu tindak lokusioner, tindak ilokusioner, dan tindak perlokusioner, yang dimaksud dengan tindak lokusioner adalah tindak tutur yang semata-mata menyatakan sesuatu. Tindak ilokusioner adalah apa yang ingin dicapai oleh penuturnya pada waktu menuturkan sesuatu dan marupakan tindakan menyatakan, berjanji, minta maaf, mengancam, meramalkan, memerintah, meminta, dan lain sebagainya. Tindak perlokusioner yaitu tindakan untuk mempengaruhi lawan tutur seperti memalukan, mengintimidasi, membujuk dan lain-lain. Menurut Wijana (1996:17-20) pada hakekatnya ketiga tindakan tersebut


(27)

dapat dijelaskan sebagai tindakan untuk menyatakan sesuatu, tindakan untuk melakukan sesuatu, dan tindakan untuk mempengaruhi.

Tindak tutur yang disampaikan Searle (1969) secara lengkap adalah produk atau hasil dari suatu kalimat dalam kondisi tertentu dan merupakan kesatuan terkecil dari komunikasi bahasa. John Austin mendefinisikan tindak tutur sebagai konsep teori yang menyatakan pada dasarnya bila seseorang mengatakan sesuatu maka sebenarnya dia juga melakukan sesuatu.

2.2.3 Jenis Tindak Tutur

2.2.3.1 Tindak lokusi

John R. Searle (1983) menjelaskan bahwa tindak lokusi adalah tindak bertutur dengan kata, frase, dan kalimat sesuai dengan makna yang dikandung oleh kata, frase, dan kalimat itu. Dalam tindak lokusi tidak tidak dipermasalahkan maksud dan fungsi tuturan yang disampaikan oleh penutur.

2.2.3.2 Tindak ilokusi

John R. Searle (1983) mengemukakan tindak ilokusi adalah tindak melakukan sesuatu dengan maksud dan fungsi tertentu. Tuturan tanganku gatal bukan semata-mata dimaksudkan untuk memberitahu bahwa pada saat itu sedang menyerang dan bersarang pada lengan tangannya. Namun, lebuh dari semua itu, menginginkan agar melakukan tindakan tertentu yang berkaitang dengan rasa gatal pada lengannya itu. Misalkan saja, mengambilkan obat penghilang rasa gatal dan sebagainya. Searle (1983) menggolongkan tindak tutur ilokusi dalam aktivitas bertutur dalam lima macam bentuk tuturan sebagai berikut: (1) Asertif adalah


(28)

bentuk tutur yang mengikat penutur pada kebenaran proposisi yang diungkapkan, misalnya: menyatakan, menyarankan, membual, mengeluh, dan mengklaim. (2) Direktif adalah bentuk tutur yang dimaksudkan penuturnya untuk membuat pengaruh agar sang mitra tutur melakukan tindakan tertentu, misalnya: memesan, memerintah, memohon, menasihati, dan merekomendasi. (3) Ekspresif adalah bentuk tututran yang berfungsi untuk menyatakan atau menunjukkan sikap psikologis penutur terhadap suatu keadaan, misalnya: berterima kasih, memberi selamat, meminta maaf, menyalahkan, memuji, dan belasungkawa. (4) Komisif adalah bentuk tutur yang berfungsi untuk menyatakan janji atau penewaran, misalnya: berjanji, bersumpah, menawarkan sesuatu. (5) Deklarasi adalah bentuk tutur yang menghubungkan isi tuturan dengan kenyataannya, misalnya: berpasrah, memecat, membaptis, memberi nama, mengangkat, mengucilkan, dan menghukum.

Austin (1962: 142) mengatakan bahwa tindak ilokusi adalah tindak mengatakan sesuatu berbeda dengan tindak dalam mengatakan ssesuatu. Tindak mengatakan sesuatu hanyalah bersifat mengungkapkan sesuatu sedangkan tindak dalam mengatakan sesuatu mengandung tanggung jawabuntuk melaksanakan sesuatu sehubungan dengan ujaran. Tindak ilokusi adalah suatu tindak yang dilakukan dalam mengatakan sesuatu seperti membuat janji, membuat pernyataan, mengeluarkan peritah atau permintaan, menasbihkan nama sebuah kapal, dan lain-lain (Lyons, 1977:730).

2.2.3.3 Tindak Perlokusi

Tindak perlokusi adalah tindak menumbuhkan pengaruh (effect) seperti memalukan, membujuk, mengintimidasi, dan lain-lain (Searle, 1983). Tuturan


(29)

tanganku gatal, misalnya dapat digunakan untuk menumbuhkan pengaruh bagi orang lain. Rasa takut muncul karena yang mengatakan tanganku gatal berprofesi sebagai tukang pukul yang pada kesehariannya sangat eart dengan kegiatan memukul dan melukai orang lain. Tuturan ada ular , seperti yang telah disampaikan bahwa dapat digunakan untuk menimbulkan rasa takut pada anak kecil yang terus-menerus bermain sampai sore di halaman rumah, tidak mau pulang dan segera mandi, dan seterusnya. Akhir- akhir ini juga ada berita, bahwa di kota tertentu ada seorang jagal manusia yang memakan dging manusia. Nama si jagal manusia itu bisa juga digunakan untuk memberikan pengaruh rasa takut pada anak-anak kecil yang suka bermain hingga larut sore.

2.2.4 Konteks

Pengertian konteks menurut Preston (1984:12) adalah segenap informasi yang berada di sekitar pemakaian bahasa, bahkan termasuk juga pemakaian bahasa yang ada disekitarnya. Mulyana mendefinisikan konteks sebagai situasi atau latar terjadinya suatu komunikasi. Fungsi konteks untuk menentukan makna suatu ujaran. Konteks dapat dianggap sebagai sebab dan alasan terjadinya suatu pembicaraan atau dialog. Segala sesuatu yang berhubungan dengan tuturan, apakah itu berkaitan dengan arti, maksud, maupun informasinya, sangat tergantung pada konteks yang melatarbelakangi peristiwa tuturan itu. Unsur konteks yang cukup penting adalah waktu dan tempat.

Menurut Anton M. Moeliono (1988:336) dan Samsuri (1987:4), konteks terdiri atas beberapa hal, yakni situasi, partisipan, waktu, tempat, adegan, topik, peristiwa, bentuk, amanat, kode, dan saluran. Imam Syafi’ie (1990:126)


(30)

menambahkan bahwa, konteks terjadinya suatu percakapan dapat dipilah menjadi empat macam, yaitu (1) konteks linguistik adalah kalimat-kalimat dalam percakapan, (2) konteks epistemis adalah latar belakang pengetahuan yang sama-sama oleh partisipan, (3) konteks fisik meliputi tempat terjadinya percakapan, objek yang disajikan dalam percakapan, dan tindakan para partisipan, (4) konteks sosial adalah relasi sosio-kultural yang melengkapi hubungan antar pelaku atau partisipan dalam percakapan.

Mey (1983) menjelaskan konteks situasi tutur dapat mencakup dua hal, yakni konteks sosial dan konteks sosietal. Konteks sosial adalah konteks kebahasaan yang timbul sebagai akibat dari munculnya komunikasi dan interaksi antaranggota, masyarakat dengan latar belakang sosial budaya yang sangat tertentu sifatnya. Konteks sosietal adalah konteks yang faktor penentunya adalah kedudukan sosial relatif setiap anggota masyarakat di dalam institusi-institusi yang ada pada masyarakat dan lingkungan sosial tertentu, dengan demikian dapat dikatakan bahwa menurut pakar bahasa ini, dasar kemunculan dari sosok konteks sosietal itu adalah kekuatan atau kekuasaan, sedangkan dasar dari hadirnya konteks sosial adalah solidaritas.

Geoffrey N. Leech (1983) mendefisikan konteks sebagai pengetahuan dan pemahaman yang benar mengenai konteks tuturan, yang identitas atau jati dirinya adalah semua latar belakang pengetahuan yang sama-sama dimiliki oleh para pelibat pertuturan, jelas-jelas akan dapat membantu para pelibat pertuturan itu untuk menafsirkan kandungan pesan atau maksud yang hendak disampaikan di dalam setiap pertuturan.


(31)

2.2.5 Perubahan Makna

Makna kata dari waktu ke waktu mengalami perubahan (Keraf, 2002:95). Oleh karena itu setiap penutur bahasa harus selalu memperhatikan perubahn-perubahan makna yang terjadi. Macam-macam perubahn-perubahan makna yang penting (Keraf, 2002:97-99) antara lain (1) perluasan arti, maksudnya suatu proses perubahan makna yang dialami sebuah kata yang tadinya mengandung makna khusus, tetapi kemudian meluas sehingga melingkupi sebuah kelas makna yang lebih umum. Contohnya kata berlayar, dulu dipakai dengan pengertian bergerak dilaut dengan menggunakan layar, sekarang meluas menjadi semua tindakan mengarungi lautan atau perairan dengan mempergunakan alat apa saja disebut berlayar. (2) penyempitan arti, maksudnya suatu proses yang dialami sebuah kata dimana makna yang lama lebih luas cakupannya dari makna yang baru. Contohnya, kata pendeta dulu semua orang yang berilmu, sekarang dipakai untuk menyebut guru agama Kristen. (3) Ameliorasi, maksudnya suatu proses perubahan makna, dimana arti yang baru dirasakan lebih tinggi nilainya dari arti yang lama. Contonya, kata wanita dirasakan nilainya lebih tinggi dari kata perempuan. (4) Peyorasi, maksudnya perubahan makna sebagai kebalikan dari ameliorasi. Contohnya, kata bini jaman lampau dianggap tinggi, sekarang dirasakan sebagai kata yang kasar. (5) Metafora, merupakan perubahan makna karena persamaan sifat antara dua objek. Contohnya, kata putri malam untuk bulan. (6) Metomini, merupakan proses perubahan makna terjadi karena hubungan yang erat antara kata-kata yang terlihat dalam suatu lingkungan makna


(32)

yang sama, dan dapat diklasifikasi menurut tempat dan waktu, menurut hubungan isi dan kulit, hubungan sebab dan akibat.

2.2.6 Gaya Bahasa

Gaya bahasa merupakan terjemahan dari istilah latin style. Keraf (2002:113) mengartikan gaya bahasa sebagai cara mengungkapkan pikiran melalui bahasa secara khas yang memperlihatkan jiwa dan kepribadian penulis (pemakai bahasa).

Suatu gaya bahasa yang baik harus mengundang tiga unsur yaitu kejujuran, sopan santun, dan menarik (Keraf, 2002:113). Kejujuran dalam berbahasa berarti mengikuti aturan-aturan, kaidah-kaidah yang baik dan benar dalam berbahsa. Sopan santun berarti memberi penghargaan atau menghormati orang yang diajak bicara (pendengar atau pembicara). Rasa hormat dalam gaya bahasa dimanifestasikan melalui kejelasan dan kesingkatan. Menyampaikan sesuatu harus jelas, jangan membuat pembicara bingung. Kesingkatan dapat dicapai dengan menggunakan kata-kata secara efisien. Gaya bahasa juga harus menarik. Sebuah gaya yang menarik dapat diukur melalui komponen-komponen berikut: variasi, humor yang sehat, pengertian yang baik, dan penuh daya khayal.

Tarigan mengklasifikasikan gaya bahasa berdasarkan maksud dan tujuan yang ingin dicapai dibagi atas gaya bahasa perbandingan, gaya bahasa pertentangan, gaya bahasa pertautan, gaya bahasa perulangan. Gaya bahasa perbandingan antara lain koreksio yaitu suatu gaya yang berwujud, mula-mula menegaskan sesuatu, tetapi kemudian memperbaikinya. Misalnya, sudah empat


(33)

kali saya mengunjungi daerah itu, ah bukan, sudah lima kali. Pleonasme dan tautologi adalah acuan yang mempergunakan kata-kata yang lebih banyak dari pada yang diperlukan untuk menyatakan satu pilihan atau gagasan. Misalnya, saya telah mendengar hal itu dengan telinga saya sendiri. Perifasis adalah gaya bahasa yang mirip dengan pleonasme, yaitu mempergunakan kata yang lebih banyak dari yang diperlukan. Perbedaannya terletak dalam hal kata-kata yang berkelebihan itu sebenarnya dapat diganti dengan satu kata saja. Misalnya, ia telah beristirahat dengan damai (=mati atau meninggal). Prolepsis atau antisipasi adalah gaya bahasa dimana orang mempergunakan lebih dahulu kata-kata atau sebuah kata sebelum peristiwa atau gagasan yang sebenarnya terjadi. Misalnya, pada pagi yang naas itu ia mengendarai sedan biru. Persamaan atau simile yaitu perbandingan yang bersifat eksplisit. Misalnya, matanya seperti bintang timur.

Metafora, semacam analogi yang membandingkan dua hal secara langsung, tetapi dalam bentuk yang singkat. Misalnya, pemuda adalah bunga bangsa. Alegori, parabel dan fabel. Alegori adalah suatu cerita singkat yang mengandung kiasan. Parabel adalah suatu kisah singkat dengan tokoh-tokoh biasanya manusia. Fabel adalah suatu metafora berbentuk cerita mengenai dunia binatang. Personofikasi adalah semacam gaya bahasa kiasan yang menggambarkan benda-banda mati atau barang-barang yang tidak bernyawa seolah-olah memiliki sifat kemanusiaan. Misalnya, matahari baru saja kembali ke peraduannya ketika kami tiba di sana. Alusi adalah semacam acuan yang berusaha mensugestikan kesamaan antara orang, tempat, atau peristiwa. Misalnya, Bandung adalah Paris Jawa.


(34)

Gaya bahasa pertentangan antara lain anastrof atau inversi adalah semacam gaya retoris yang diperoleh dengan pembalikan susunan kata yang biasa dalam kalimat. Misalnya, pergilah ia meninggalkan kami, keheranan kami melihat perangainya. Apofasis atau preterisio adalah adalah sebuah gaya dimana penulis atau pengarang menegaskan sesuatu, tetapi tampaknya menyangkal. Misalnya, saya tidak mau mengungkapkan dalam forum ini bahwa saudara telah menggelapkan uang ratusan juta rupiah uang negara. Apostrof adalah semacam gaya yang berbentuk pengalihan amanat dari para hadirin kepada sesuatu yang tidak hadir. Misalnya, hai kamu dewa-dewa yang ada di surga, datanglah dan bebaskanlah kami dari belenggu penindasan ini. Litotes adalah semacam gaya bahasa yang dipakai untuk menyatakan sesuatu dengan tujuan merendahkan diri. Misalnya, rumah yang buruk inilah hasil usaha kami bertahun-tahun.

Histeron proteron adalah semacam gaya bahasa yang merupakan kebalikan dari sesuatu yang logis, atau kebalikan dari sesuatu yang wajar. Misalnya, jendela ini telah memberi sebuah kamar padamu untuk dapat berteduh dengan tenang. Silepsis dan zeugma adalah gaya dimana orang mempergunakan dua konstruksi rapatan dengan menghubungkan sebuah kata dengan kata lain yang sebenarnya hanya salah satunya mempunyai hubungan dengan kata pertama. Misalnya, ia sudah kehilangan topi dan semangatnya.

Hiperbola adalah semacam gaya bahasa yang mengandung pernyataan yang berlebihan, dengan membesar-besarkan sesuatu hal. Misalnya, kemarahanku sudah menjadi-jadi hingga hampir-hampir meledak aku. Paradoks adalah gaya bahasa yang mengandung pertentangan yang nyata dengan fakta-fakta yang ada.


(35)

Misalnya, musuh sering merupakan kawan akrab. Oksimoron adalah suatu acuan yang berusaha untuk menggabungkan kata-kata untuk mencapai efek yang bertentangan. Misalnya, keramah-tamahan yang bengis. Eponim adalah suatu gaya dimana seseorang yang namanya begitu sering dihubungkan dengan sifat tertentu, sehingga nama itu dipakai untuk menyatakan kekuatan.

Epitet adalah semacam acuan yang menyatakan suatu sifat atau ciri yang khusus dari seseorang atau sesuatu hal. Misalnya, lonceng pagi untuk ayam jantan, puteri malam untuk bulan. Sinekdoke adalah semacam bahasa figuratif yang mempergunakan sebagian dari sesuatu hal untuk menyatakan keseluruhan atau mempergunakan keseluruhan untuk menyatakan sebagian. Misalnya, setiap kepala dikenakan sumbangan Rp. 1.000,00. Metoniamia adalah gaya bahasa yang mempergunakan sebuah kata untuk menyatakan suatu hal lain,karena mempunyai pertalian yang sangat dekat. Misalnya, saya minum satu gelas. Ia minum dua gelas. Antonomasia adalah bentuk khusus dari sinekdoke yang berwujud penggunaan sebuah epiteta untuk menggantikan nama diri, atau gelar resmi. Misalnya, pangeran yang meresmikan gedung ini. Hipalase adalah semacam gaya bahasa dimana sebuah kata tertentu dipergunakan untuk menerangkan sebuah kata, yang seharusnya diperkenakan pada sebuah kata lain. Misalnya, ia berbaring di sebuah bantal yang gelisah (yang gelisah adalah manuasianya bukan bantalnya). Ironi, sirine dan sarkasme.

Ironi atau sindiran adalah suatu acuan yang ingin mengatakan sesuatu dengan makna atau maksud berlainan dari apa yang terkandung dalam rangkaian kata-katanya. Misalnya, tidak diragukan lagi bahwa Andalah orangnya, sehingga


(36)

semua kebijaksanaan terdahulu harus dibatalkan seluruhnya. Sinisme adalah suatu sindiran yang berbentuk kesangsian yang mengandung ejekan terhadap keiklasan dan ketulusan hati. Misalnya, memang Andalah gadis tercantik di jagad ini yang mampu menghancurkan isi jagad ini. Sinisme lebih kasar dari ironi. Sarkasme merupakan suatu acuan yang lebih kasar dari ironi dan sinisme. Misalnya, mulut kau harimau kau. Satire adalah ungkapan yang menertawakan atau menolak sesuatu. Inuendo adalah semacam sindiran yang mengecilkan kenyataan yang sebenarnya. Antifrasis adalah semacam ironi yang berwujud penggunaan sebuah kata dengan makna kebalikannya, yang bisa saja dianggap sebagai ironi sendiri. Misalnya, engkau memang mulia dan terhormat. Paronomasia adalah kiasan yang mempergunakan kemiripan bunyi. Misalnya, “Engkau orang kaya!”, “ya kaya monyet”.

Gaya bahasa pertautan antara lain asidenton adalah suatu gaya yang berupa acuan, yang bersifat padat dimana beberapa kata, frase, atau klausa yang sederajat tidak dihubungkan dengan kata sambung. Misalnya, dan kesesakan, kepedihan, kesakitan, seribu derita detik-detik penghaabisan orang melepaskan nyawa. Polisidenton adalah suatu gaya bahasa yang merupakan kebalikan dari asidenton. Misalnya, dan kemanakah burung-burung yang gelisah dan tak berumah dan tak menyerah pad gelapdan dingin yang bakal merontokan bulu-bulunya?. Elipsis adalah gaya bahasa yang berwujud menghilangkan suatu unsur kalimat yang dengan mudah dapat diisi atau ditafsirkan sendiri oleh pembaca atau pendengar sehingga struktur kalimatnya memenuhi pola yang berlaku. Misalnya, jika Anda gagal melaksanakan tugasmu....tetapi baiklah kita tidak membicarakan


(37)

hal itu. Eufimismus adalah semacam acuan berupa ungkapan-ungkapan yang tidak menyinggung perasaan orang. Misalnya, pikiran sehatnya semakin merosot akhir-akhir ini (=gila). Erotesis atau pertanyaan retoris adalah semacam pertanyaan yang dipergunakan dalam pidato atau tulisan dengan tujuan untuk mencapai efek yang lebih mendalam dan penekanan yang wajar, dan sama sekali tidak menghendaki adanya jawaban. Misalnya, rakyatkah yang harus menanggung akibat korupsi dan manipulasi di negara ini?.

Gaya bahasa perulangan antara lain aliterasi, gaya bahasa yang berwujud perulangan konsonan yang sama, biasanya berfungsi untuk penekanan. Misalnya, keras-keras kerak kena air lembut juga. Asonasi, gaya bahasa yang berwujud perulangan bunyi vokal yang sama, biasanya untuk penekanan atau sekadar keindahan. Misalnya, kura-kura dalam perahu, pura-pura tidak tahu. Kiasmus adalah semacam acuan atau gaya bahasa yang terdiri dari dua bagian, baik frase atau klausa lainnya. Misalnya, semua kesabaran kami sudah hilang, lenyap sudah ketekunan kami untuk melanjutkan usaha itu.

2.2.7 Media cetak

Kata media berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari kata medium. Secara harafiah berarti perantara atau pengantar. Media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan minat. Media cetak merupakan suatu media yang bersifat statis dan mengutamakan pesan- pasan visual. Media cetak merupakan bagian dari media massa yang


(38)

digunakan dalam penyuluhan (Hamundu, 1999). Media cetak membantu penerimaan informasi untuk mengatur masukan informasi tersebut.

2.3 Keterkaitan tindak ilokusi dan perlokusi

Berdasarkan data yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa ilokusi adalah untuk meyakinkan seseorang untuk menarik perhatian dengan cara mengatakan, mengiklankan, menyarankan. Perlokusi dalam teks bacaan ini adalah menarik minat seseorang untuk mencobanya.

2.4 Kerangka Teori

Kerangka teori dalam penelitian ini memiliki dasar yang jelas bagi unsur-unsur masalah yang akan diteliti, yaitu:

1. Pragmatik

Parker (1986) menyatakan bahwa pragmatik adalah cabang ilmu bahasa yang mempelajari struktur bahasa secara eksternal. Parker dengan tegas membedakan antara studi ilmu bahasa pragmatik dengan studi tata bahasa atau gramatika bahasa, yang disebutkan terakhir itu semata-mata dianggapnya sebagai studi ihwal seluk beluk bahasa secara internal, terlepas dari konteks situasi pemakaiannya di dalam masyarakat sesungguhnya. Menurut parker studi gramatika bahasa tidak perlu dikaitkan dengan konteks situasi tuturnya, sedangkan studi tentang gramatika mutlak harus dikaiteratkan dengan konteks situasi tutur tersebut.


(39)

2. Tindak Tutur

Tindak tutur yang disampaikan Searle (1969) secara lengkap adalah produk atau hasil dari suatu kalimat dalam kondisi tertentu dan merupakan kesatuan terkecil dari komunikasi bahasa. John Austin mendefinisikan tindak tutur sebagai konsep teori yang menyatakan pada dasarnya bila seseorang mengatakan sesuatu maka sebenarnya dia juga melakukan sesuatu.

3. Jenis tindak tutur Ilokusi

Kelima macam bentuk tuturan ilokusi disebutkan Rahardi (2009:73) pertama, asertif (assertives), yakni bentuk tutur yang mengikat penutur pada kebenaran proposisi yang diungkapkan, misalnya menyatakan, menyarankan, membual, mengeluh, dan mengklaim. Kedua, direktif (direktives), yakni bentuk tutur yang dimaksudkan penuturnya untuk membuat pengaruh agar sang mitra tutur melakukan tindakan tertentu, misalnya memesan, memerintah, memohon, menasehati, dan merekomendasi. Ketiga, ekspresif (exspressives), yakni bentuk tuturan yang berfungsi untuk menyatakan atau menunjukkan sikap psikologis penutur terhadap suatu keadaan, misalnya berterima kasih, memberi selamat, meminta maaf, menyalahkan, memuji, dan belasungkawa. Keempat, komisif (cummisives), yakni bentuk tuturan yang berfungsi untuk menyatakan janji atau penawaran, misalnya berjanji, bersumpah dan menawarkan sesuatu. Kelima, deklaratif (declarations), yakni bentuk tutur yang menghubungkan isi tuturan dengan kenyataannya, misalnya berpasrah, memecat, membaptis, memberi nama, mengangkat, mengucilkan dan menghukum.


(40)

4. Tindak tutur perlokusi

Tindak perlokusi adalah tindak menumbuhkan pengaruh (effect) seperti memalukan, membujuk, mengintimidasi, dan lain-lain (Searle, 1983).

5. Konteks

Pengertian konteks menurut Preston (1984:12) adalah segenap informasi yang berada di sekitar pemakaian bahasa, bahkan termasuk juga pemakaian bahasa yang ada disekitarnya. Mulyana mendefinisikan konteks sebagai situasi atau latar terjadinya suatu komunikasi.

6. Perubahan makna

Makna tidak selalu bersifat statis, dari waktu ke waktu makna kata-kata dapat mengalami perubahan (Keraf, 2002:95).

7. Gaya Bahasa

Gaya bahasa merupakan terjemahan dari istilah latin style. Keraf (2002:113) mengartikan gaya bahasa sebagai cara mengungkapkan pikiran melalui bahasa secara khas yang memperlihatkan jiwa dan kepribadian penulis (pemakai bahasa).

8. Media cetak

Kata media berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari kata medium. Secara harafiah berarti perantara atau pengantar. Media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan minat. Media cetak merupakan suatu media yang bersifat statis dan mengutamakan pesan- pasan visual. Media cetak merupakan bagian dari media massa yang


(41)

digunakan dalam penyuluhan (Hamundu, 1999). Media cetak membantu penerimaan informasi untuk mengatur masukan informasi tersebut.


(42)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Subjek penelitian tentang tindak ilokusi dan tindak perlokusi adalah kolom yang terdapat di bagian pojok surat kabar harian Kedaulatan Rakyat yaitu Sungguh Terjadi bulan Februari-Maret 2012. Dari kolom Sungguh-Sungguh Terjadi itu diperoleh data bahasa yang berupa tindak ilokusi dan tindak perlokusi, dengan harapan tuturan yang disampaikan dalam kolom tersebut dapat dibaca dan pembaca memahami maksud dan memperoleh manfaat dari hasil penelitian ini.

Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif kualitatif. Pendekatan deskriptif dapat diartikan sebagai prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan atau melukiskan keadaan subjek atau objek penelitian pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau yang sebagaimana adany (Nawawi, 1985:63). Penelitian ini tidak bertujuan untuk mencari atau menjelaskan hubungan-hubungan, menguji hipotesis, membuat ramalan, atau menemukan makna dan implikasi.

Sesuai dengan pendapat Bodgan dan Taylor, penelitian ini termasuk penelitian kualitatif yang diartikan sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati (Bodgan dan Taylor dalam Moleong, 2006:4).


(43)

Hasil sajian data deskriptif dalam penelitian ini berupa teks dalam Sungguh-Sungguh Terjadi.

3.2 Sumber Data dan Data Penelitian

Dalam penelitian ini data yang ada berupa tulisan atau teks pada kolom Sungguh-Sungguh Terjadi terbitan Kedaulatan Rakyat edisi Februari 2011. Sumber data dari penelitian ini hanya ada satu yaitu dari surat kabar harian Kedaulatan Rakyat Yogyakarta edisi Februari 2011. Surat kabar Kedaulatan Rakyat terbit setiap hari dan libur hanya pada hari libur nasional. Dalam bulan Februari, surat kabar Kedaulatan Rakyat terbit 28 hari karena dalam bulan tersebut tidak terdapat hari libur nasional. Data dan sumber data tersebut sesuai dengan acuan teoridan apa yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini.

Menurut Loftland (Moleong, 2006:157) sumber data utama dalam seperti dokumen lampiran, dan lain-lain. Jenis data yang akan dianalisis dikelompokkan dalam kata-kata dan tindakan, sumber data tertulis dan kolom Sungguh-Sungguh Terjadi yang terdapat dalam surat kabar Kedaulatan Rakyat tersebut akan dilampirkan sebagai data penelitian kualitatif adalah kata-kata, tindakan, selebihnya adalah data tambahan yang dianalisis.

Data penelitian ini berupa pemakaian bahasa Indonesia yang terdapat pada teks Sungguh-Sungguh Terjadi. Data penelitian kemudian dicatat dan dianalisis sesuai dengan tindak ilokusi dan tindak perlokusi.


(44)

3.3 Instrumen Penelitian

Dalam penelitian ini yang menjadi instrumen penelitian adalah peneliti sendiri. Menurut Moleong (2007:168), yang dimaksud dengan peneliti sendiri adalah peneliti merupakan perencana, pelaksana pengumpulan data, analisis, penafsir data, dan pada akhirnya menjadi si pelapor hasil penelitiannya.

3.4 Objek Penelitian

Objek dalam penelitian ini adalah tindak ilokusi dan tindak perlokusi. Kedua objek tersebut bias ditemukan dalam kolom Sungguh-Sungguh Terjadi yang terdapat Dalam surat kabar Kedaulatan Rakyat edisi Februaru-Maret 2012.

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Dalam sebuah penelitian, metode yang digunakan haruslah sesuai dengan tujuannya. Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik catat dengan menggunakan komputer dan alat tulis. Menurut Arikunto (1990:134), metode pengumpulan data adalah cara-cara yang dapat digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data. Dalam sebuah penelitian metode yang digunakan haruslah sesuai dengan tujuannya. Penelitian ini juga menggunakan metode penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang mengumpulkan informasi mengenai status suatu gejala yang ada.gejala dan status yang dimaksud adalah keadaan apa adanya pada saat penelitian dilakukan(Arikunto,1990:309).

Bahan-bahan yang diperlukan untuk penelitian ini antara lain: kertas, gunting, lem. Bahan tersebut berguna saat pengumpulan data. Proses


(45)

pengumpulan data dimulai dari mengumpulkan surat kabar Kedaulatan Rakyat edisi Februari-Maret 2012. Selanjutnya memotong setiap kolom Sungguh-Sungguh Terjadi yang ada setiap harinya. Potongan data yang berupa teks pada halaman depan tersebut dikumpulkan dan ditempel pada kertas HVS, kemudian difotokopi dan diurutkan sesuai dengan tanggal terbit. Selanjutnya peneliti membaca teks Sungguh-Sungguh Terjadi adisi Februari 2011.

Dalam pengumpulan data peneliti melakukan tiga tahapan yaitu, klasifikasi, identifikasi, dan deskripsi. Dalam pengumpulan data sebagai bahan penelitiannya, peneliti tidak membuat instrumen sendiri, karena data-data yang dibutuhkan sudah tersedia dalam bentuk dokumen yang berupa teks Sungguh-Sungguh Terjadi surat kabar Kedaulatan Rakyat edisi februari 2011.

3.6 Teknik Analisis data

Tehnik analisis data yang digunakan oleh peneliti adalah tehnik analisis data kualitatif. Menurut Hasan (2002:98), analisis kualitatif adalah analisis yang tidak menggunakan model matematika, statistik, ekonometrik, atau model-model tertentu lainnya. Data-data yang ada hanya akan diolah dan dilakukan uraian dan penafsiran.

Langkah selanjutnya yang dilakukan peneliti setelah data terkumpul adalah menganalisis dan mengklasifikasikan. Langkah-langkah dalam menganilisis data tersebut sebagai berikut:

1. Membaca teks Sungguh-Sungguh Terjadi yang telah dikumpulkan. 2. Mengidentifikasi sesuai dengan tindak ilokusi dan tindak perlokusi. 3. Mendeskripsikan teks tersebut berdasarkan tindak ilokusi dan perlokusi.  


(46)

31

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Data

Data yang dianalisis dalam skripsi ini adalah teks pada kolom Sungguh-Sungguh Terjadi (hal-hal yang disampaikan dengan tuturan) pada koran Kedaulatan Rakyat bulan Februari-Maret 2012. Ditemukan 30 teks Sungguh-Sungguh Terjadi yang dianalisis mengandung jenis tindak ilokusi, data selengkapnya terlampir.

4.2 Hasil Analisis Data

Ditemukan 30 teks Sungguh-Sungguh Terjadi yang diamati, mengandung tindak ilokusi dan tindak perlokusi. Teks Sungguh-Sungguh Terjadi tersebut berisi beragam pesan dari segi sosial, politik, ekonomi, budaya,dan lain-lain. Dari segi tindak ilokusi ada lima jenis tindak ilokusi yang mengandung kalimat. Kelima jenis tindak ilokusi tersebut meliputi tindak ilokusi asertif, ilokusi direktif, ilokusi komisif, ilokusi deklaratif, dan ilokusi ekspresif.

Selain itu, dari segi tindak perlokusi secara umum bahasa-bahasa dalam tuturan teks dimaksudkan agar pembaca terpengaruh dan melaksanakan apa yang disarankan atau disampaikan penulis. Di bawah ini akan dijelaskan secara rinci.

4.2.1 Ilokusi dalam teks Sungguh-Sungguh Terjadi

Setiap kata yang disampaikan dalam pesan teks Sungguh-Sungguh Terjadi memiliki maksud dan fungsi masing-masing yang dikenal dengan tindak ilokusi.


(47)

Berdasarkan dari hasil analisis data-data yang ada, ditemukan ada lima jenis tindak ilokusi yang terkandung dalam teks tersebut. Kelima tindak ilokusi tersebut adalah asertif, direktif, komisif, deklaratif, dan ekspresif. Kelimanya diuraikan di bawah ini.

4.2.1.1 Tindak Ilokusi Asertif

Tindak ilokusi asertif adalah tindak ujar yang dilakukan penuturnya dengan maksud agar pendengar mengakui kebenaran yang diungkapkan misalnya menyatakan, menyarankan, membual, mengeluh, dan mengklaim. Pembaca yang mengakui kebenaran yang diungkapkan tersebut diharapkan agar mengikuti apa yang disarankan itu. Hal ini dapat dilihat pada data teks di bawah ini.

(1) Berebut apem Yogowiyu di Jatinom, Klaten, Jumat 14-1-2011benar-benar meriah. Ribuan warga berebut 5 ton apem dengan cara dan alat macam-macam. Ada yang “menangkap” pakai topi, tambir, payung dibalik, helm, jaring, dan lain-lain. Nyentriknya, ada 4 orang pakai sarung dibentangkan. (2) Saya agak terkejut menyaksikan kecelakaan lalu lintas di kota Taoyuan

Taiwan, tempat saya belajar. Tak ada satu orang pun yang membantu mengangkat tubuh korban. Tetapi para saksi mata berusaha mangatur lalulintas. Ketika saya bertanya pada seorang teman tentang hal itu, ia menjelaskan bahwa membantu mengangkat atau memindahkan tubuh korban justru bisa membahayakan korban. Menurutnya, hanya tenaga para medis yang boleh mengangkat tubuh korban.

(3) Tahun 2011 ini memang unik. Karena kita banyak menemukan tanggal-tanggal unik. Misalnya 1-1-11, 11-1-11, 1-11-11, 11-11-11. Dan yang lebih unik lagi, bila dua digit terakhir tahun kalahiran kita datambah dengan umur kita tahun ini, hasilnya pasti 111.

(4) Fenomena crop circle yang muncul di Sleman, Bantul dan Magelang juga “merembet” ke Klaten. Sabtu 29-1-2011 di pasar Cawas Klaten ada tukang cukur keliling bernama Pak Rusno yang kadang mangkal di tepi jalan Cawas-Semin mencari langganan dengan teriak-teriak pada setiap orang lewat begini, “model anyar, crop circle, model rambut anyar crop circle” sambil menujukan kertas laminating bergambar 3 model potong rambut crop circle.


(48)

(5) Bulan Februari 2011 ini merupakan bulan yang punya jumlah paling sedikit masuk kerja bagi karyawan yang kantornya memberlakukan sistem 5 hari kerja per minggu. Coba kita hitung, jumlah hari ada 28. Hari Minggu ada 4. Hari Sabtu ada 4. Hari libur nasional ada 2. Maka efektif kerjanya hanya 28-4-4=18 hari. Enak ya.

(6) Di dekat terminal Gilingan (Tirtonadi) Solo, ada penjual terbelo dan kijing yang pasang papan diberi tulisan bunyinya begini: jual rumah mayat berbagai ukuran bergaransi.

Sesuai dengan teori Searle (1990:357-363) tindak ilokusi asertif adalah tindak tutur yang menjelaskan apa dan bagaimana sesuatu itu adanya. Begitu juga dengan teori Kunjana (2003:73), tindak ilokusi asertif yaitu bentuk tutur yang mengikat penutur pada kebenaran proposisi yang diungkapkan. Data di atas sesuai yang dimaksud oleh Searle dan Kunjana.

Makna teks (1) di atas adalah “menyatakan” yang dituturkan oleh seorang warga yang bermakna suatu pernyataan bahwa apem yang jumlahnya 5 ton tersebut diperebutkan dengan berbagai macam cara antara lain dengan menggunakan topi, payung, helm, bahkan dengan sarung yang dibentangkan.

Makna Teks (1) termasuk dalam tindak ilokusi asertif “menyatakan” karena teks tersebut berisi suatu pernyataan yang dituturkan seorang warga untuk menyatakan suasana saat berebut apem sangat meriah. Teks (2) termasuk dalam tindak ilokusi asertif “menyatakan” karena teks tersebut berisi suatu pernyataan yang dituturkan untuk menyatakan bahwa memang benar hanya para medis yang layak untuk menangani korban karena memiliki keahlian medis agar tidak semakin membahayakan korban. Teks (3) termasuk dalam tindak ilokusi asertif “menyarankan” karena teks tersebut berisi suatu kebenaran bahwa memang benar pada tahun 2011 banyak ditemukan tanggal unik yang berkaitan dengan angka 1,


(49)

dan uniknya lagi apabila tahun kelahiran kita ditambah dengan umur kita, hasilnya menjadi 111. Teks (4) termasuk dalam tindak ilokusi asertif “menyarankan” karena teks tersebut yang dituturkan oleh seorang jasa salon untuk memperkenalkan model rambut baru yaitu model crop circle yang juga sedang ramai diberitakan dan manjadi tren rambut baru. Teks (5) termasuk dalam tindak ilokusi asertif “menyarankan” karena mempunyai masa kerja paling sedikit terdapat pada bulan Februari dan mengajak untuk menghitung menghitung jumlah hari efektif pada bulan tersebut. Teks (6) juga termasuk dalam tindak ilokusi asertif “menyarankan” karena berisi suatu pesan yang menyarankan agar pembaca tidak perlu lagi bingung mencari kijing dengan berbagai macam bentuk, tinggal pilih dan bergaransi.

Fungsi tuturan “menyatakan” adalah untuk menyatakan kebenaran akan suatu hal, karena kebenaran tindak ilokusi asertif menyatakan adalah apa yang dituturkan sesuai dengan kebenaran. Fungsi tuturan “menyarankan” adalah untuk menyarankan sesuatu hal sebagai gambaran adanya suatu hal yang terjadi yang kebenarannya dapat dipertanggungjawabkan.

4.2.1.2Tindak Ilokusi Direktif

Tindak ilokusi direktif adalah bentuk tutur yang dimaksudkan penuturnya untuk membuat pengaruh agar sang mitra tutur melakukan tindakan tertentu, misalnya memesan (ordering), memerintah (commanding), memohon (requesting), menasihati (advising), merekomendasi (recommending). Dalam tindak ilokusi direktif ini, seorang penutur yang mengeluarkan suatu tuturan sesungguhnya menghendaki orang lain akan melakukan sesuatu.


(50)

(7) Sekitar tahun 1990 di Inggris, pada suatu hari teman kami pak Rahmat sekeluarga pergi ke luar kota mengendarai mobil. Tiba-tiba dari arah belakang ada mobil patroli polisi mengejar, lantas menjejeri mobilnya. Jantung berdegup kencang, menduga pasti ada masalah. Jika kena tilang, uang pas-pasan bisa hilang. Dengan isyarat polisi minta mobil berhenti dan polisi teriak (tentu saja bahasa Inggris) : “ban kiri belakang gembos, Pak, nanti di pom bensin di pompa ya?!” kemudian polisi pergi. Alhamdulilah! (8) Di SMP N 3 Purworejo, untuk memberikan semangat belajar siswa, setiap

pergantian jam pelajaran, selalu ditandai dengan berkumandangnya lagu-lagu perjuangan, lagu-lagu-lagu-lagu daerah dan atau lagu-lagu-lagu-lagu dolanan. Silakan cek! (9) Di jalan raya Butuh, Mojosongo, Boyolali, ada warung soto rumput dan sate

rumput. Sepintas agak nyleneh, tapi ternyata, soto dan sate ayamnya dilengkapi sayur dan lalapan menggunakan rumput laut. Mau coba?sotonya satu porsi Rp 3.000, satenya Rp 6.000. murah meriah dan uenak tenaaan! (10) Bakso lumprah ada di Brebes, bakso bola berkepala ada di Cirebon, bakso

rudal ada di Tegal, bakso gepeng ada di Purwokerto, bakso empat rasa ada di Banjarnegara, bakso mak lampir ada di Cipondoh, Tangerang, dan bakso mercon ada di Glagah, Magelang.

(11) Beli ikan laut segar di Cilacap sangat mudah. Bisa beli di tepi pantai, di Teluk Penyu dan di pasar. Ada masakan ikan laut yang “merakyat”. Bumbunya sederhana, masaknya tidak lama yaitu ikan laut direbus dengan bawang merah, bawang putih dan garam. Masakan ini namanya blekecek. (12) Jika kita cermati selama ini, ternyata ada 2 jenis barang yang sangat

bertentangan namun harganya justru selalu sama seiring perjalanan waktu. Barang tersebut yakni seliter bensin jenis premium dengan semangkuk mie ayam biasa. Mulai dari harga Rp 750,00 naik jadi Rp 1.500,00 naik lagi jadi Rp 2.500,00 lalu naik lagi menjadi Rp 4.500,00. Nah besok ini jika jadi naik lagi bensinnya, akankah harga mie ayam juga ikut naik. Maka kita tunggu saja jawabannya.

Sesuai dengan teori Searle (1990:357-363) dan Wijana (1996:17-20), makna teks (7) di atas adalah tuturan “menasihati” yang dituturkan oleh polisi yang bermakna suatu pernyataan bahwa polisi berteriak bukan untuk menilang melainkan memberitahu bahwa ban kiri mobil belakang gembos dan polisi mengatakan agar bannya segera dipompa di pom bensin.


(51)

Teks (7) termasuk dalam tindak ilokusi direktif “menasihati” karena teks tersebut berisi suatu nasihat yang disampaikan oleh polisi kepada pengendara mobil yang bannya gembos dan menasehati agar bannya segera dipompa di pom bensin. Teks (8) termasuk dalam tindak ilokusi direktif “merekomendasi karena tuturan tersebut berisi suatu pernyataan bahwa dengan berkumandangnya lagu perjuangan, lagu daerah, lagu dolanan akan mampu meningkatkan semangat belajar siswa. Kegiatan tersebut menjadi acuan dan masukan bagi sekolah lain agar ikut serta mengembangkan semangat para siswanya. Teks (9) juga termasuk dalam tindak ilokusi direktif“ merekomendasi” karena tuturan tersebut berisi suatu pernyataan bahwa di Mojosongo daerah Boyolali ada nama makanan khas yang dilengkapi dengan rumput laut sebagai lalapannya. Menu utama yang disajikan adalah soto dan sate ayam, harganya murah, terjangkau dan enak sehingga menarik perhatian pembaca untuk masuk dalam daftar kuliner. Teks (10) termasuk dalam tindak ilokusi direktif “merekomendasi” karena tuturan tersebut berisi suatu keterangan bahwa tiap kota mempunyai makanan khas yang istimewa sehingga apabila singgah di kota-kota tersebut wajib untuk berkuliner bakso sesuai dengan ciri khas masing-masing kota tersebut. Teks (11) termasuk dalam tindak ilokusi direktif “merekomendasi” karena dalam teks tersebut berisi suatu.

Teks (7) termasuk dalam tindak ilokusi direktif “menasihati” karena tuturan tersebut berisi suatu nasehat agar pengendara mobil segera memompa bannya yang gembos di pom bensin. Teks (8), (9), (10) termasuk dalam tindak ilokusi direktif “merekomendasi” karena masing-masing teksnya berisi suatu


(52)

gambaran yang bisa dijadikan sebagai referensi untuk mencoba kuliner di berbagai kota.

Fungsi tuturan “menasihati’adalah untuk memberikan solusi dan jalan keluar akan kebenaran suatu hal sesuai dengan situasi pada waktu itu. Fungsi tuturan “merekondasi” adalah untuk memberikan suatu gambaran akan suatu hal. Teks (7), (8), (9), (10) merupakan fakta yang sebenarnya yang terjadi pada saat itu. Masing-masing dari penutur itulah yang membuat peneliti memasukannya kedalam tindak ilokusi direktif “menasehati” dan tindak ilokusi direktif “merekomendasi”.

4.2.1.3 Tindak Ilokusi Komisif

Tindak ilokusi komisif adalah tindak ujar yang mengikat penuturnya untuk melaksanakan apa yang disebutkan di dalam ujarannya. Jadi, erat kaitannya dengan suatu tindakan di masa depan, seperti berjanji, bersumpah, mengancam, menawarkan. Data tindak ilokusi komisif, antara lain,

(13) Selalu saja ada taktik nyleneh baru orang jualan bakso. Seperti misalnya di desa Giwangretno, kecamatan Sruweng, Pak Yono, pemilik warung bakso “Gila” membuat variasi bakso yang harganya disesuaikan. Semakin besar ukuran, semakin mahal harganya. Ada bakso Rp 5.000, Rp 7.000, Rp 10.000, Rp 12.000 dan Rp 30.000 per porsi. Dan yang paling “Gila” dijual seharga Rp 300.000 berukuran sebesar kalapa. Selain punya kios, pak Yono juga menjajakan baksonya dengan mobil.

(14) Sewaktu saya naik bus jalur 15 pulang sekolah, ada penjual koran masuk bus langsung menawarkan korannya. Karena tidak laku, penjual itu turun sambil teriak: “koran, koraaaan, siapa lagi yang tidak mau beli”.


(53)

Teori Searle menyatakan bahwa tindak ilokusi komisif adalah jenis tindak tutur yang dipahami oleh penutur untuk mengikatkan dirinya terhadap tindakan di masa yang akan datang.

Makna Teks (11) adalah tuturan “menawarkan sesuatu” yang dituturkan oleh seorang penjual bakso yang bermakna suatu penawaran bahwa seorang pedagang bakso yang menjajakan dagangannya dengan membuat variasi warung bakso, baksonya pun bemacam-macam ukuran sesuai dengan harganya.

Teks (11) termasuk dalam tindak ilokusi komisif “menawarkan sesuatu” karena dalam tuturan tersebut berisi suatu penawaran yang dituturkan oleh seorang pedagang bakso yang menawarkan variasi baksonya sesuai ukuran dan harganya pun ikut menyesuaikan kepada pembeli. Teks (12) termasuk dalam tindak ilokusi komisif “penawaran” karena dalam tuturan tersebut berisi suatu penawaran yang dituturkan oleh seorang penjual koran untuk menawarkan korannya, namun karena loper koran tersebut kesal korannya tidak laku, yang ia tawarkan bukan lagi korannya melainkan orang-orang di dalam bus itu yang tidak bersedia membeli korannya.

Fungsi tuturan “menawarkan sesuatu” dan fungsi tuturan “penawaran” adalah untuk menawarkan sesuatu hal yang berkaitan dengan pedagang dan pembeli. Tindak ilokusi komisif “menawarkan sesuatu”adalah apa yang dituturkan sesuai dengan kenyataan. Teks (11), (12) hampir sama untuk menawarkan sesuatu hal. Pernyataan teks tersebut di atas membuat peneliti memasukannya ke dalam tindak ilokusi komisif “menawarkan sesuatu” dan tindak ilokusi komisif “penawaran”.


(54)

4.2.1.4 Tindak Ilokusi Deklaratif

Tindak ilokusi deklaratif merupakan bentuk tutur yang menghubungkan isi tuturan dengan kenyataan, misalnya berpasrah, memecat, membabtis, memberi nama, mengangkat, mengucilkan dan menghukum. Saya ada tamu famili dari Purbalingga. Mereka mampir dari rumah temannya yang sedang tasyukuran aqiqah bayi perempuannya. Karena lahirnya tengah malam saatnya orang tidur, bayi tersebut diberi nama Naumi dari kata Minannaum (bahasa Arab) yang artinya tidur.

(15) Pemilik warung makan kelas bawah banyak yang memilih memberi nama warungnya secara sederhana. Ada yang memberi nama Gelis Wareg dan lain-lain.di jalan Karet, Tangerang, Banten, ada warung makan Tegal (warteg) memasang tulisan terbaca begini: “Full Jengkol’.

(16) PUSAT kegiatan biasanya disebut Centre. Di Yogya ada LPH Service Centre, Layanan perbaiakan HP. Di Cilacap ada London Beauty Centre, klinik kecantikan, layanan untuk pria dan wanita. Di Purwokerto ada pusat khusus layanan pria, namanya Khitan Centre.

(17) Ketika saya di rumah mertua di Bantul, seorang tetangga menemui saya dan berkata: “pak, mau pinjam celeng”. Dengan sikap agak bengong, saya menjawab: “maaf, kami tidak memelihara celeng”. Sambil menunjuk arah yang dimaksud , dia berkata: “lha itu...!”Eeee, ternyata celeng itu alat angkut material beroda satu yang biasan di dorong. Saya kira babi hutan. (18) Harga cabai rawit hingga sekarang masih mahal. Ternyata cabai rawit punya

nama berbeda-beda di banyak daerah: yaitu Cengek leutik (Sunda), Pentek (Gayo), Taena Manok (Madura), Lada Mini (Nias), dan Yogya adalah Lombok Riwit.

(19) Biasanya jasa cukur menamakan dirinya tukang cukur, potong rambut, salon. Tapi, yang ada di jalan Wates, Yogya, menamakan dirinya servis rambut dan yang ada di jalan Gedongkuning, Yogya, memilih nama nyentrik, yaitu profesor cukuer. Ana –ana wae!.


(55)

Searle mengungkapkan bahwa tindak ilokusi deklaratif adalah jenis tindak tutur yang mengubah dunia melalui tuturan. Pada waktu menggunakan deklarasi penutur mengubah dunia dengan kata-kata.

Makna teks (13) di atas adalah tuturan “memberi nama” yang dituturkan oleh pemilik warung makan yang bermakna memberi nama pada warung makannya yang terletak di kota Tegal dengan memasang tulisan full jengkol. Teks (13) termasuk dalam tindak ilokusi deklaratif “memberi nama”karena tuturan tersebut berisi suatu pernyataan yang dititirkan oleh pemilik warung untuk menyatakan bahwa warungnya diberi nama full jengkol yang artinya menu masakannya serba jengkol namun diolah dengan berbagai macam masakan. Teks (14) termasuk dalam tindak ilokusi deklaratif “memberi nama” karena teks tersebut berisi suatu pernyataan yang dituturkan oleh pemilik pusat kegiatan baik khusus pria maupun khusus wanita yang berkaitan dengan khitan dan salon kecantikan yang diberi nama sesuai dengan kebutuhan dan layanan yang ada di pusat kegiatan tersebut di masing-masing kotanya. Teks (15) juga termasuk dalam tindak ilokusi deklaratif “memberi nama” karena teks tersebut berisi suatu pernyataan yang dituturkan oleh seorang tetangga yang mau pinjam alat roda tiga yang di desa setempat dinamakan celeng. Teks (16) termasuk dalam tindak ilokusi deklaratif “memberi nama” karena teks tersebut berisi suatu cerita dan penuh makna mengenai harga cabai yang mahal dan cabai yang rasanya pedas itu mempunyai nama yang berbeda-beda dibanyak daerah.

Fungsi tuturan “memberi nama” adalah untuk memberikan nama akan suatu hal, karena ilokusi deklaratif “memberi nama” adalah apa yang dituturkan


(56)

sesuai dengan kenyataan. Teks (13), (14), (15), (16), (17) sama-sama memberi nama pada suatu hal yang merupakan fakta yang sebenarnya. Masing-masing dari penutur itulah yang membuat peneliti memasukkannya kedalam tindak ilokusi deklaratif “memberi nama”.

4.2.1.5 Tindak Ilokusi Ekspresif

Tindak Ilokusi Ekspresif adalah bentuk tuturan yang berfungsi untuk menyatakan atau menunjukan sikap psikologis penutur terhadap suatu keadaan, misalnya saja berterima kasih (thanking), memberi selamat (congratulation), meminta maaf (pardoning), menyalahkan (blaming), memuji (praising), dan berbelasungkawa (condoling).

(20) INDONESIA kalah telak 0-10 lawan Bahrain dalam penyisihan Pra Piala Dunia 2014. Tenang! Itu belum apa-apa jika dibanding pertandingan resmi lain yang juga diakui FIFA. Pada tahun 2000 Kuwait pernah mengalahkan Bhutan 20-0. Masih ada lagi pada tahun 2001 Australia mengalahkan Samoa 31-0. Meski demikian, kita malu juga kan?

(19) Hari pertama lima hari kerja di lingkungan Pemda Provinsi DIY 1 Februari 2011 teman saya benar-benar memanfaatkan waktu sebaik-baiknya. Sebelum pukul16.00 mandi di kantor, pulang sudah seger.

(20) Selasa 8-2-2011 saya naik KA Ekonomi jurusan Jakarta-Surabaya. Menjelang masuk stasiun Cirebon diluar sana ada orang yang tega melempar batu, tepat mengenai kaca di samping kanan saya duduk. Kaca jendela tidak pecah, cuma retak. Beberapa saat sesudah kereta berangkat dari stasiun Cirebon, kaca jendela di samping saya duduk kena lemparan batu lagi. Beruntung lagi, kaca tidak pecah. Kok bisa ya, dua kali kena lemparan batu, padahal ada puluhan jendela lain dalam rangkaian gerbong kereta api itu.

(21) Hari raya Imlek identik dengan kue keranjang. Dimana-mana menjual pernik-pernik Imlek. Anehnya banyak orang menyebut “ Kue Keranjang”. Padahal “Kue” tersebut tidak ada hubungannya dengan “Keranjang”. Uniknya lagi setiap hari raya Imlek selalu di musim hujan. Apalagi Imlek tahun ini disambut dengan cuaca ekstrem. Selamat! Gong Xi Fat Choi. Kiong Hi Kiong Hi!.


(57)

(22) Ada pengemis tua yang setiap kali saya kasih uang, lalu bilang begini: “Mugi-mugi panjenengan tansah dipun paringi sugeng rahayu”. Padahal itu adalah nama saya dan si pengemis itu belum pernah menanyakan nama saya.

(23) Taksi di Jepang pakai sistem hidraulik. Buka atau tutup pintu, sopir tinggal pencet tombol. Penumpang keluar taksi langsung pergi, tidak usah menutup pintu. Teman saya (orang Jepang) ketika di Jakarta pernah dimaki-maki oleh sopir taksi. Karena ketika keluar dari taksi, langsung pergi..tanpa menutup pintu.

Teori Searle menyatakan bahwa tindak ilokusi ekspresif yaitu jenis tindak tutur yang menyatakan sesuatu yang dirasakan oleh penutur. Pada waktu menggunakan ekspresif penutur menyesuaikan kata-kata dengan dunia (perasaannya).

Makna teks (18) di atas adalah tuturan “menyalahkan” yang dituturkan oleh seorang sporter Indonesia saat berlaga do lapangan hijau yang jagoannya harus kalah dalam pertandingan sepak bola tersebut.

Teks (18) termasuk dalam tindak ilokusi ekspresif “menyalahkan” karena teks tersebut berisi suatu pernyataan bahwa sporter kecewa karena Indonesia selalu kalah dalam pertandingan sepak bola. Teks (19) termasuk dalam tindak ilokusi ekspresif “memuji” karena teks tersebut berisi suatu pujian yang dituturkan oleh seorang karyawan kantor kepada rekan kerjanya bahwa seharusnya pulang kerja dalam kondisi penuh peluh, capek, lesu namun karena banyak waktu luang sehingga dia memanfaatkan waktunya dengan mandi di kantor. Teks (20) termasuk dalam tindak ilokusi ekspresif “ menyalahkan” karena teks tersebut berisi suatu pernyataan yang dituturkan seorang penumpang kereta api kepada tangan jail yang melempari batu ke arah jendela kaca kereta, penumpang menyalahkan dan menyesalkan sikapnya yang dapat mencelakai


(58)

orang lain. Teks (21) termasuk dalam tindak ilokusi ekspresif “memberi selamat” karena teks tersebut berisi ucapan selamat hari raya IMLEK yang meriah, terdapat kue keranjang dan cuaca yang ekstrem dengan turunnya hujan. Teks (22) termasuk dalam tindak ilokusi ekspresif “berterimaksih” karena teks tersebut berisi ucapan terimaksih dan doa ayng diucapkan pengemis kepada seseorang yang telah memberinya uang agar diberikan keselamatan, kesehatan, rejekinya lancar. Teks (23) termasuk dalam tindak ilokusi ekspresif “menyalahkan” karena bermakna suatu kebenaran bahwa seorang sopir yang marah karena penumpang tidak menutup kembali pintunya setelah keluar dari taksinya.

Fungsi tuturan “menyalahkan” adalah untuk menyalahkan sesuatu hal yang dianggap tidak sesuai dengan suatu kebenaran yang semestinya. Fungsi tuturan “memuji” adalah untuk membuat seseorang menjadi senang dan bangga akan dirinya sendiri. Fungsi tuturan “memberi selamat” adalah segala bentuk ucapan yang menggambarkan suatu keadaan yang membahagiakan. Fungsi tuturan “berterimakasih” adalah untuk mengucapkan rasa terimakasihnya untuk suatu pengorbanan dan bantuan yang telah diberikan.

4.2.2 Perlokusi dalam teks Sungguh-Sungguh Terjadi

Tindak perlokusi adalah tuturan yang sering dikeluarkan oleh seseorang yang mempunyai daya pengaruh, atau efek bagi yang mendengarnya (Putu Wijana, 2009: 23). Tindak tutur semacam ini kadang disebut the act of effecting someone (Rahardi 2009: 72). Jadi perlokusi merupakan hasil atau efek yang diharapkan timbul pada diri pendengar sesuai dengan situasi dan kondisi pengucapan itu.


(59)

Efek yang diharapkan dalam tuturan tersebut, sangat tergantung pada isi pesan yang ingin disampaikan. pada tindak ilokusi hal yang dibahas berkaitan dengan maksud yang ingin disampaikan penutur kepada mitra tutur, dalam penelitian ini oleh penutur dalam teks Sungguh-Sungguh Terjadi, dengan efek yang diharapkan dilakukan oleh pembaca/mitra tutur. Dalam hal ini pembaca menanggapi tuturan pesan dalam teks sesuai dengan situasi dan kondisi pada saat pengucapan itu. pesan biasanya memanfaatkan kata, frase atau kalimat untuk menarik perhatian (attention), menciptakan ketertarikan (interest), mendorong keinginan (desive), membentuk keyakinan (conviction), dan tindakan (action). Pada tindak ilokusi hal yang dibahas berkaitan dengan maksud yang ingin disampaikan oleh menulis kepada pembaca, dalam konteks penelitian ini oleh pembaca dengan efek yang diharapkan dilakukan oleh pembaca, dalam hal ini pembaca menanggapi isi pesan teks sesuai dengan situasi dan kondisi pada saat pengucapan itu.

Tindak ilokusi dan tindak perlokusi saling berkaitan erat. Pada tindak ilokusi asertif misalnya pesan yang dituturkan dalam teks dimaksudkan agar pembaca mengakui kebenaran yang diungkapkan, dengan demikian tidak perlokusi yang diharapkan adalah pembaca mengakui kebenaran dan mengikuti apa yang disarankan. Demikian pula pada tindak ilokusi direktif, pesan teks dimaksudkan menyuruh atau memakai dan melaksanakan apa yang diperintahkan. Pada tindak ilokusi komisif, isi pesan teks adalah untuk melaksanakan apa yang disebutkan dalam ujarannya, maka tindak perlokusi yangdiharapkan pembaca mau menerima apa yang dijanjikan, sedangkan pada tindak ilokusi deklaratif pesan


(60)

teks menghubungkan isi tuturan dengan kenyataan, maka tindak perlokusi yang diharapkan bersedia menerima kenyataan tersebut. Secara umum efek yang diharapkan setelah membaca teks ada dua. Pertama, pembaca tertarik dan bersedia mencoba apa yang disampaikan dalam isi teks. Kedua, mengingatkan pembaca untuk berhati-hati dan selalu waspada akan bahaya di sekitar kita.

Teks (1) efek yang diperkirakan muncul adalah ingin ikut hadir dan memeriahkan pesta rebutan apem tersebut, mencoba betapa heboh dan saling berdesak-desakan saat gunungan apem menjadi rebutan. Teks (2) efek yang diperkirakan muncul adalah pembaca ingin mempraktekkan dimana saat berada untuk tidak mau membantu korban kecelakaan karena dia pun juga menganggap membahayakan nyawa korban. Teks (3) efek yang diperkirakan muncul adalah ingin mncoba membuktikan menghitung seperti yang dinyatakan dalam teks tersebut bahwa dua digit terakhir angka kelahiran kita ditambahkan hasilnya akan 111.

Teks (4) efek yang diperkirakan muncul adalah penesaran ingin mencoba potongan model baru seperti model crop circle. Teks (5) efek yang diperkirakan muncul adalah baru menyadari ketika dihitung-hitung hari kerjanya singkat namun gaji tetap penuh satu bulan. Teks (6) efek yang diperkirakan muncul adalah menarik minat pembeli yang membutuhkan kijing tersebut, apalagi bergaransi sehingga harga dan barangnya bisa dipertanggungjawabkan jika terjadi kerusakan dalam jangka waktu yang disepakati.

Teks (7) efek yang diperkirakan muncul adalah jika itu di Indonesia nampaknya tidak akan seperti yang diceritakan di Inggris. Polisi Di Indonesia


(61)

jarang yang berpatroli malam hari. Polisi juga masih senang melakukan tilang, kegiatan ini merupakan kegiataan yang paling menyenangkan karena uangnya masuk kantong polisi tersebut.

Teks (8) efek yang diperkirakan muncul adalah salut karena sekolah tetap melestarikan budaya yang kini mulai hilang. Diharapakan agar siswa lebih giat dan semangat dalam belajar. Teks (9) efek yang diperkirakan muncul penasaran ingin mencoba menu tersebut apalagi tertera bahwa harga perporsinya cukup murah. Berharap ketika menikmati sajian ini enak dan mantap namun jika kurang enak pun tidak menjadi soal karena tidak terlalu rugi bagi pembeli karena harganya pun murah.

Teks (10) efek yang diperkirakan muncul adalah ingin mencoba rasa bakso yang ditawarkan tersebut walaupun bakso itu dimana-mana cita rasanya hampir sama, hanya saja penjual bakso mempunyai kekhasan pada kuahnya, dan sajian pendukung yang dihidangkan dalam mangkok bakso tersebut.

Teks (11) efek yang diperkirakan muncul adalah nama-nama yang asing ditelinga saat mengetahui bahwa disetiap kota memiliki ciri khas bakso yang dijualnya. Bakso ternyata sangat berkembang, bahkan di setiap kota di Indonesia orang berjualan bakso dengan beragam rasa, nama, ukuran bakso. Rata-rata bakso harganya sama dan masih terjangkau oleh kantong. Teks (12) efek yang diperkirakan muncul adalah menunjukan rasa kesalnya karena tidak laku korannya. Teks (13) efek yang diperkirakan muncul adalah bagi yang suka jengkol maka saat berkunjung ke kota tersebut akan singgah dan menikmati sajian beragam jengkol, namun bagi yang tidak suka dengan jengkol saat mendengar


(62)

bahkan membaca papan tulisan “Full Jengkol” maka akan geli dan raut wajah akan berubah jadi aneh karena merasa risih dengan jengkol tersebut. Teks (14) efek yang diperkirakan muncul adalah akan tertawa saat mendengar nama tersebut. Tempat ini hanya berlaku bagi kaum laki-laki yang akan disunatkan. Teks (15) efek yang diperkirakan muncul adalah bingung dengan celeng jika tanpa menunjukan bendanya. Yang kita tahu celeng adala hewan sedangkan di desa ini kebiasaan memberi namaceleng sebagai sebutan alat angkut beroda satu yang didorong. Secara umum alat tersebut dinamakan gerobak. Teks (16) efek yang diperkirakan muncul adalah menambah pengetahuan, menjadi tau nama cabai di setiap daerah. Teks (17) efek yang diperkiran muncul adalah saking banyaknya salon-salon dengan beragam nama, maka diharapkan dengan nama profesor cukuer ini tidak akan sama dengan yang lain, serta memiliki servis yang baik bagi pelanggan dan hasil dari potongan ranbut akan rapi sehingga menarik minat untuk memilih potong rambut di tempat ini. Teks (18) efek yang diperkirakan muncul adalah tetap malu walaupun negara lain juga pernah merasakan hal yang sama dengan Indonesia. Teks (19) efek yang diperkirakan muncul adalah aneh jika menjelang pulang kerja mandi di kantor, seandainya di jalan kehujanan sama saja kotor lagi. Teks (20) efek yang diperkirakan muncul adalah pengalaman seperti ini menjadikan pelajaran bahwa naik kereta api yang duduknya dekat jendela sangat rawan tangan jail yang senang melempar batu saat kereta api sedang melintas. Padahal kegiatan melempar seperti ini tidak ada untungya dan bahkan melukai orang lain jika batu yang dilemparkan tersebut kena


(63)

sasaran. Kendaraan yang kita tumpangi memiliki keuntungan dan resiko masing-masing.

Teks (21) efek yang diperkirakan muncul adalah jadi penasaran ingin melihat dan merasakan kue keranjang tersebut. Pada dasarnya kue keranjang bentuknya memang seperti keranjang karena dicetak menggunakan cetakan keranjang mini. Hari raya IMLEK jatuh dimusim hujan karena memang sedang berlangsung musim hujan. Hujan saat IMLEK merupakan pertanda bahwa rezeki yang baik.

Teks (22) efek yang diperkirakan muncul adalah ciri-ciri pengemis yang selalu memberikan doa bagi yang memberinya sedekah, karena hanya doa yang bisa dia berikan.

Teks (23) efek yang diperkirakan muncul adalah salah orang jepang tersebut karena dia menerapkan kebiasaannya ketika di Jepang. Oarang Jepang tersebut harusnya belajar dan menyesuaikan diri saat ini karena sedang berada di Jakarta. Di Indonesia belum canggih seperti di Jepang, masih manual.

4.3 Pembahasan

Tujuan umum penelitian ini adalah mendeskripsikan tindak ilokusi dan tindak perlokusi pada teks Sungguh-Sungguh Terjadi yang terdapat dalam media cetak Kedaulatan Rakyat. 30 teks yang dianalisis diketahui bahwa dari semua teks Sungguh-Sungguh Terjadi mengandung ilokusi dan perlokusi. Ilokusi yang terdapat daalam teks Sungguh-Sungguh Terjadi terdiri dari lima jenis yaitu meyakinkan, mempengaruhi, membujuk, menyindir, dan perintah.


(1)

   

   

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(2)

   

   


(3)

 

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(4)

(5)

ABSTRAK

Tanti, Stefani Sweet. 2013. Tindak Ilokusi dan Perlokusi Pada Sungguh-Sungguh Terjadi Harian Kedaulatan Rakyat Bulan Februari-Maret 2012. Skripsi. Yogyakarta: Program Studi Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.

Tujuan utama penelitian ini adalah mendeskripsikan tindak tutur yang digunakan dalam teks “Sungguh-Sungguh Terjadi” yan ditampilkan pada media cetak Kedaulatan Rakyat, sedangkan secara rinci ingin mendeskripsikan tindak tutur ilokusi dan perlokusi yang digunakan dalam teks Sungguh-Sungguh Terjadi

pada media cetak Kedaulatan Rakyat. Data yang dianalisis berupa pesan teks yang terdapat dalam 30 teks Sungguh-Sungguh Terjadi pada media cetak

Kedaulatan Rakyat selama bulan Februari-Maret 2012.

Landasan teori yang digunakan dalam penelitian ini meliputi teori pragmatik, teori tindak tutur. Kedua teori tersebut digunakan untuk menjelaskan tiga macam tindak tutur yang biasa digunakan dalam pemakaian bahasa yaitu tindak lokusioner (locutionary acts), tindak ilokusioner (illocutionary acts), dan tindak perlokusioner (perlocutionary acts).

Penelitian ini tergolong dalam penelitian kualitatif. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah teknik baca dan teknik catat. Hasilnya memperlihatkan (1) semua teks yang dianalisis secara pragmatik dan tindak tuturnya mengandung tindak ilokusi dan tindak perlokusi, (2) dari tindak ilokusinya, terdapat lima jenis tindak ilokusinya yaitu tindak ilokusi asertif, tindak ilokusi direktif, tindak ilokusi komisif, tindak ilokusi deklaratif, tindak ilokusi ekspresif, (3) dari tindak perlokusi teks Sungguh-Sungguh Terjadi yang dianalisis ingin memberikan efek pada pembaca berupa menarik perhatian, ketertarikan, keinginan, kayakinan dan tindakan. Efek yang diharapkan pembaca bukan saja tertarik tetapi meyakini kalau teks Sungguh-Sungguh Terjadi memang benar terjadi bukan rekayasa.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(6)

ix

ABSTRACT

Tanti, Stefani Sweet. 2013. Illocutionary and Perlocutionary Acts on Sungguh-Sungguh Terjadi Daily news of Kedaulatan Rakyat during the Months

of February until March 2012. Thesis. Yogyakarta: Indonesian and

Vernacular Language Education Study Program, Teachers Training Faculty, Sanata Dharma University.

This research was aimed to describe the speech acts used in the texts of

Sungguh-Sungguh Terjadi” written in Kedaulatan Rakyat newspaper. It was also aimed to describe illocutionary and perlocutionary speech acts used in Sungguh-Sungguh Terjadi written in Kedaulatan Rakyat newspaper in detail. The data in the form of message written in 30 texts of Sungguh-Sungguh Terjadi in

Kedaulatan Rakyat during the months of February until March 2012.

The theoretical backgrounds used in this research were pragmatic theory and speech theory. Those two theories were used to explain three kinds of speech acts frequently used in language usage. They were locutionary acts, illocutionary acts, and perlocutionary acts.

It was a qualitative research. The data using reading technique and note-taking technique. The results showed that (1) there were illocutionary and perlocutionary acts in all texts analyzed pragmatically and in the speech acts, (2) the illocutionary acts consisted of five kinds of illocutionary acts. The were assertive illocutionary acts, directive illocutionary acts, comissive illocutionary acts, declarative illocutionary acts, and expressive illocutionary acts, (3) the perlocutionary acts showed that the Sungguh-Sungguh Terjadi texts wanted to give certain effects to the readers. The expected effects were attention attraction, interest, desire, belief, and action. Not only were the readers expectedly interested in reading Sungguh-Sungguh Terjadi but also convinced that the stories in


Dokumen yang terkait

“Semiotika 2 foto Jurnalistik Erupsi Gunung Kelud” (Analisis Semiotika pada Surat Kabar Harian Kedaulatan Rakyat 19 Februari 2014 dan 23 Februari 2014).

0 2 8

PENDAHULUAN Penggunaan Deiksis Dalam Berita Utama Harian KOMPAS Bulan Februari-Maret 2013.

0 1 7

PENGGUNAAN DEIKSIS DALAM BERITA UTAMA HARIAN KOMPASBULAN FEBRUARI-MARET 2013 Penggunaan Deiksis Dalam Berita Utama Harian KOMPAS Bulan Februari-Maret 2013.

0 1 13

DIKSI DAN GAYA BAHASA WACANA IKLAN PADA TABLOID NOVA EDISI BULAN FEBRUARI – MARET 2012 Diksi Dan Gaya Bahasa Wacana Iklan Pada Tabloid Nova Edisi Bulan Februari – Maret 2012.

0 1 11

PRESUPOSISI DAN REFERENSI PADA RUBRIK SUNGGUH-SUNGGUH TERJADI SURAT KABAR KEDAULATAN RAKYAT Presuposisi Dan Referensi Pada Rubrik Sungguhsungguh Terjadi Surat Kabar Kedaulatan Rakyat Edisi Desember 2011.

0 1 16

PRESUPOSISI DAN REFERENSI PADA RUBRIK SUNGGUH-SUNGGUH TERJADI SURAT KABAR KEDAULATAN RAKYAT Presuposisi Dan Referensi Pada Rubrik Sungguhsungguh Terjadi Surat Kabar Kedaulatan Rakyat Edisi Desember 2011.

0 2 15

Analisis ketepatan diksi pada kolom 'Analisis' surat kabar harian Kedaulatan Rakyat Edisi Maret 2014.

0 1 76

Analisis ketepatan diksi pada kolom 'Analisis' surat kabar harian Kedaulatan Rakyat Edisi Maret 2014

0 0 74

JENIS NAMA DAN DASAR PENAMAAN DALAM KOLOM “SUNGGUH-SUNGGUH TERJADI” (SST) DI KEDAULATAN RAKYAT : SEBUAH KAJIAN AWAL Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sastra Indonesia

0 2 125

Tindak ilokusi dan perlokusi pada ``Sungguh-Sunggh Terjadi`` Harian Kedaulatan Rakyat bulan Februari-Maret 2012 - USD Repository

0 2 100