11
2.2.2. Tindak Tutur
Teori tindak tutur merupakan bagian dari pragmatik. Pragmatik mempelajari berbagai wujud bahasa sebagai refleksi keberagaman maksud
intention penuturnya. Dalam hal ini maksud dibedakan dengan makna. Maksud adalah unsur luar bahasa, sedangkan makna adalah unsur dalam bahasa. Maksud
adalah speaker’s meaning, sedangkan makna adalah linguistik meaning Putu Wijana, 2002: 67.
Teori tindak tutur berawal dari ceramah yang disampaikan oleh filsuf berkebangsaan Inggris, John L. Austin 1962:98-99 menyebutkan bahwa pada
dasarnya saat seseorang mengatakan sesuatu, dia juga melakukan sesuatu. Searle 1975 berpendapat bahwa unsur yang paling kecil dalam komunikasi adalah
tindak tutur seperti menyatakan, membuat pertanyaan, memberi perintah, menguraikan, menjelaskan, minta maaf, berterima kasih, mengucapkan selamat,
dan lain-lain. Searle 1975 juga membagi tindak tutur menjadi tiga macam tindakan yang berbeda, yaitu tindak lokusioner, tindak ilokusioner, dan tindak
perlokusioner, yang dimaksud dengan tindak lokusioner adalah tindak tutur yang semata-mata menyatakan sesuatu. Tindak ilokusioner adalah apa yang ingin
dicapai oleh penuturnya pada waktu menuturkan sesuatu dan marupakan tindakan menyatakan, berjanji, minta maaf, mengancam, meramalkan, memerintah,
meminta, dan lain sebagainya. Tindak perlokusioner yaitu tindakan untuk mempengaruhi lawan tutur seperti memalukan, mengintimidasi, membujuk dan
lain-lain. Menurut Wijana 1996:17-20 pada hakekatnya ketiga tindakan tersebut
12
dapat dijelaskan sebagai tindakan untuk menyatakan sesuatu, tindakan untuk melakukan sesuatu, dan tindakan untuk mempengaruhi.
Tindak tutur yang disampaikan Searle 1969 secara lengkap adalah produk atau hasil dari suatu kalimat dalam kondisi tertentu dan merupakan
kesatuan terkecil dari komunikasi bahasa. John Austin mendefinisikan tindak tutur sebagai konsep teori yang menyatakan pada dasarnya bila seseorang mengatakan
sesuatu maka sebenarnya dia juga melakukan sesuatu.
2.2.3 Jenis Tindak Tutur 2.2.3.1 Tindak lokusi