Hubungan tingkat pengetahuan dan sikap mengenai iklan obat sakit kepala di televisi terhadap tindakan penggunaan obat sakit kepala di kalangan Mahasiswa Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

(1)

INTISARI

Hasil Survei Sosial Nasional pada tahun 2009 menyebutkan 66% penduduk Indonesia melakukan swamedikasi. Salah satu faktor yang mendorong dan mempengaruhi masyarakat untuk melakukan swamedikasi adalah iklan yang ada di media massa baik dalam bentuk tertulis maupun elektronik. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi adanya hubungan tingkat pengetahuan dan sikap mengenai iklan obat sakit kepala di televisi terhadap tindakan penggunaan obat sakit kepala di kalangan mahasiswa Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Jenis penelitian ini merupakan observasional dengan rancangan cross sectional, menggunakan kuesioner dengan jumlah responden 81 orang yang dipilih secara purposive sampling di kalangan mahasiswa Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Hasil penelitian menunjukkan responden terbanyak perempuan (74%), usia

terbanyak ≤ 20 tahun (69,1%), fakultas terbanyak FKIP (51%), dan uang saku perbulan terbanyak Rp ≤ 1.000.000,00. Data pola melihat iklan obat sakit kepala di

televisi, tingkat pengetahuan, sikap, tindakan, dan hubungan antara tingkat pengetahuan dan sikap mengenai iklan obat sakit kepala di televisi terhadap tindakan penggunaan obat sakit kepala di kalangan Mahasiswa Universitas Sanata Dharma tidak dapat ditarik kesimpulan karena instrumen penelitian yang digunakan tidak valid secara konten.


(2)

ABSTRACT

National Social Survey in 2009 said that 66% of Indonesia's population does self medication. One of the factors that encourage and influence Indonesia people to do self medication is the advertisement in both the mass media and electronic. This research is aimed to identify the correlation between level of knowledge and attitudes headache medication advertising on television towards the use of headache medication among students in Sanata Dharma University Yogyakarta.

This research was observational with cross sectional design in which questionnaire was used. The respondents were 81 people which were chosen by purposive sampling among the students of Sanata Dharma University Yogyakarta.

The results showed that the most respondents were female (74%), the highest age was ≤ 20 years old (69.1%), the highest faculty was FKIP (51%), and the

highest monthly allowance was Rp ≤ 1,000,000.00. The pattern of the data saw that

headache medication advertisement on television, level of knowledge, attitudes, actions, and the relationship between the level of knowledge and attitudes about headache medication advertisement on television towards the use of headache medication among students of Sanata Dharma University cannot be concluded because the use of research instrument was invalid based on the content.


(3)

i

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP MENGENAI IKLAN OBAT SAKIT KEPALA DI TELEVISI TERHADAP TINDAKAN PENGGUNAAN OBAT SAKIT KEPALA DI KALANGAN MAHASISWA

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm.)

Program Studi Farmasi

Oleh: Rambu Roku Sowi

NIM : 118114145

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA


(4)

ii

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP MENGENAI IKLAN OBAT SAKIT KEPALA DI TELEVISI TERHADAP TINDAKAN PENGGUNAAN OBAT SAKIT KEPALA DI KALANGAN MAHASISWA

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm.)

Program Studi Farmasi

Oleh: Rambu Roku Sowi

NIM : 118114145

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

2015


(5)

(6)

(7)

v

HALAMAN PERSEMBAHAN

Kupersembahkan untuk: Bapaku Tuhan Yesus Kristus, Orangtuaku, Sahabatku, dan Almamaterku


(8)

(9)

(10)

i PRAKATA

Puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yesus Kristus atas berkat, kasih dan pertolongan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Sikap Mengenai Iklan Obat Sakit Kepala di Televisi terhadap Tindakan Penggunaan Obat Sakit Kepala di Kalangan Mahasiswa Universitas Sanata Dharma Yogyakarta”.

Selama masa perkuliahan hingga penyusunan skripsi, penulis banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak baik berupa bimbingan, perhatian, doa, dorongan, dan nasehat. Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada:

1. Ibu Aris Widayati, M.Si., Ph.D., Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, pembimbing utama dan dosen penguji yang telah memberikan bimbingan, memberi masukan, dukungan dan memotivasi penulis hingga penyelesaian skripsi.

2. Bapak Enade Perdana Istyastono, Ph.D., Apt. dan Ibu Maria Wisnu Donowati, M.Si., Apt. selaku dosen penguji yang telah memberikan dukungan, masukan kritik dan saran bagi penulis dalam penyelesaian naskah skripsi ini.

3. Bapak Yohanes Dwiatmaka, M.Si, selaku Dosen Pembimbing Akademik penulis selama masa studi di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma.


(11)

(12)

i DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vi

PRAKATA ... vii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

INTISARI ... xvii

ABSTRACT ... xviii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A.Latar Belakang ... 1

1. Permasalahan ... 3

2. Keaslian penelitian... 4

3. Manfaat penelitian ... 6

B.Tujuan Penelitian ... 6

1. Tujuan umum ... 6


(13)

ii

2. Tujuan khusus ... 6

BAB II PENELAAHAN PUSTAKA... 8

A.Pengobatan Sendiri ... 8

B.Sakit Kepala ... 10

C.Periklanan ... 12

1. Definisi ... 12

2. Fungsi iklan ... 12

3. Tujuan iklan ... 13

4. Televisi sebagai salah satu media iklan ... 13

5. Peraturan periklanan ... 14

D.Perilaku Kesehatan ... 15

E. Faktor Perilaku ... 19

F. Landasan Teori ... 21

G.Hipotesis ... 22

BAB III METODOLOGI PENELITIAN... 23

A.Jenis dan Rancangan Penelitian ... 23

B.Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ... 23

1. Variabel penelitian ... 23

2. Definisi operasional ... 23

C. Subyek Penelitian, Besar Sampel, dan Teknik Sampling ... 26

1. Subyek penelitian... 26

2. Besar sampel ... 27

3. Teknik sampling ... 28


(14)

iii

D.Tempat dan Waktu Penelitian ... 29

E. Instrumen Penelitian ... 29

1. Uji validitas dan reliabilitas ... 31

F. Bahan Penelitian ... 32

G.Tata Cara Penelitian ... 32

1. Observasi awal ... 32

2. Perijinan ... 33

3. Pembuatan kuesioner ... 33

4. Penyebaran kuesioner ... 33

5. Pengolahan data ... 33

H.Tata Cara Analisis ... 34

I. Keterbatasan Penelitian ... 36

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 37

A.Karakteristik Demografi Responden ... 37

1. Jenis kelamin responden ... 37

2. Umur responden... 38

3. Fakultas responden ... 39

4. Uang saku perbulan responden ... 39

B.Pola Melihat Iklan Obat Sakit Kepala di Televisi ... 40

1. Lama waktu responden menonton televisi setiap hari ... 41

2. Frekuensi melihat iklan obat sakit kepala di televisi dalam tiga hari terakhir.. 41

3. Iklan obat sakit kepala yang pernah dilihat dalam tiga hari terakhir ... 42

4. Iklan obat sakit kepala yang paling sering dilihat ... 43

xi xi


(15)

iv

5. Pola penggunaan obat sakit kepala oleh responden selama satu bulan

terakhir ... 44

6. Obat sakit kepala yang pernah digunakan ... 44

7. Sumber informasi yang paling mendukung dalam memilih obat sakit kepala . 45

C.Tingkat Pengetahuan, Sikap mengenai Iklan Obat Sakit Kepala di Televisi, dan Tindakan Penggunaan Obat Sakit Kepala ... 46

1. Tingkat pengetahuan responden mengenai iklan obat sakit kepala di televisi 46

2. Sikap responden mengenai iklan obat sakit kepala ... 48

3. Tindakan penggunaan obat sakit kepala oleh responden ... 52

D.Hubungan antara Tingkat Pengetahuan mengenai Iklan Obat Sakit Kepala di Televisi dan Tindakan Penggunaan Obat Sakit Kepala oleh Responden ... 54

E. Hubungan antara Sikap mengenai Iklan Obat Sakit Kepala di Televisi dan Tindakan Penggunaan Obat Sakit Kepala oleh Responden ... 55

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 57

A.Kesimpulan ... 57

B.Saran ... 58

DAFTAR PUSTAKA ... 60

LAMPIRAN ... 64

BIOGRAFI PENULIS ... 89


(16)

v

DAFTAR TABEL

Tabel I. Hasil pengukuran pengetahuan... 24 Tabel II. Pemberian skor untuk aspek pengetahuan ... 30 Tabel III. Pemberian skor untuk aspek sikap dan tindakan ... 30 Tabel IV. Blue Print pernyataan favorable dan unfavorable pada aspek

pengetahuan, sikap, dan tindakan ... 31 Tabel V. Hasil uji reliabilitas pada tingkat pengetahuan, sikap, dan tindakan . 32 Tabel VI. Hasil uji normalitas pada tingkat pengetahuan, sikap, dan tindakan . 35 Tabel VIII. Interpretasi terhadap koefisien korelasi ... 35 Tabel IX. Lama waktu responden menonton televisi setiap hari ... 41 Tabel X. Frekuensi responden melihat iklan obat sakit kepala di televisi

dalam tiga hari terakhir ... 42 Tabel XI. Iklan obat sakit kepala yang pernah dilihat responden ... 43 Tabel XII. Iklan obat sakit kepala yang paling sering dilihat responden ... 44 Tabel XIII. Sumber informasi yang paling mendukung responden dalam

memilih obat sakit kepala... 45 Tabel XIV. Gambaran jawaban responden aspek pengetahuan mengenai iklan

obat sakit kepala di televisi ... 46 Tabel XV. Gambaran jawaban responden aspek sikap mengenai iklan obat

sakit kepala di televisi ... 49 Tabel XVI. Gambaran jawaban responden aspek tindakan penggunaan obat

sakit kepala ... 52


(17)

vi

Tabel XVII. Uji korelasi Product Moment Pearson tingkat pengetahuan mengenai iklan obat sakit kepala di televisi terhadap tindakan penggunaan obat sakit kepala oleh responden ... 54 Tabel XVIII. Uji korelasi Product Moment Pearson aspek sikap terhadap

tindakan penggunaan obat sakit kepala oleh responden ... 56


(18)

vii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Karakteristik demografi responden berdasarkan jenis kelamin ... 38 Gambar 2. Karakteristik demografi responden berdasarkan umur ... 39 Gambar 3. Karakteristik demografi responden berdasarkan Fakultas ... 39 Gambar 4. Karakteristik demografi responden berdasarkan uang saku perbulan 40 Gambar 5. Tingkat pengetahuan responden mengenai iklan obat sakit kepala

di televisi ... 48 Gambar 6. Sikap responden mengenai iklan obat sakit kepala di televisi ... 51 Gambar 7. Tindakan penggunaan obat sakit kepala oleh responden ... 54


(19)

viii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Kuesioner penelitian ... 65

Lampiran 2. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 1787/MENKES/PER/XII/2010 tentang Iklan dan Publikasi Pelayanan Kesehatan ... 74

Lampiran 3. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor: 386/Men.Kes/SK/IV/1994 tentang Pedoman Periklanan Obat Bebas ... 78

Lampiran 4. Gambaran jawaban kuesioner aspek pengetahuan uji reliabilitas ... 82

Lampiran 5. Gambaran jawaban kuesioner aspek sikap uji reliabilitas ... 83

Lampiran 6. Gambaran jawaban kuesioner aspek tindakan uji reliabilitas ... 84

Lampiran 7. Hasil uji reliabilitas kuesioner aspek pengetahuan ... 85

Lampiran 8. Hasil uji reliabilitas kuesioner aspek sikap ... 85

Lampiran 9. Hasil uji reliabilitas kuesioner aspek tindakan ... 85

Lampiran 10. Hasil uji normalitas data penelitian aspek pengetahuan ... 86

Lampiran 11. Hasil uji normalitas data penelitian aspek sikap ... 86

Lampiran 12. Hasil uji normalitas data penelitian aspek tindakan ... 86

Lampiran 13. Korelasi aspek pengetahuan dan aspek tindakan ... 87

Lampiran 14. Korelasi aspek sikap dan aspek tindakan ... 87

Lampiran 15. Surat permohonan ijin penelitian ke Biro Administrasi Akademik (BAA) Universitas Sanata Dharma Yogyakarta ... 88


(20)

ix INTISARI

Hasil Survei Sosial Nasional pada tahun 2009 menyebutkan 66% penduduk Indonesia melakukan swamedikasi. Salah satu faktor yang mendorong dan mempengaruhi masyarakat untuk melakukan swamedikasi adalah iklan yang ada di media massa baik dalam bentuk tertulis maupun elektronik. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi adanya hubungan tingkat pengetahuan dan sikap mengenai iklan obat sakit kepala di televisi terhadap tindakan penggunaan obat sakit kepala di kalangan mahasiswa Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Jenis penelitian ini merupakan observasional dengan rancangan cross sectional, menggunakan kuesioner dengan jumlah responden 81 orang yang dipilih secara purposive sampling di kalangan mahasiswa Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Hasil penelitian menunjukkan responden terbanyak perempuan (74%), usia terbanyak ≤ 20 tahun (69,1%), fakultas terbanyak FKIP (51%), dan uang saku perbulan terbanyak Rp ≤ 1.000.000,00. Data pola melihat iklan obat sakit kepala di televisi, tingkat pengetahuan, sikap, tindakan, dan hubungan antara tingkat pengetahuan dan sikap mengenai iklan obat sakit kepala di televisi terhadap tindakan penggunaan obat sakit kepala di kalangan Mahasiswa Universitas Sanata Dharma tidak dapat ditarik kesimpulan karena instrumen penelitian yang digunakan tidak valid secara konten.

Kata kunci : swamedikasi, iklan obat, dan sakit kepala


(21)

x ABSTRACT

National Social Survey in 2009 said that 66% of Indonesia's population does self medication. One of the factors that encourage and influence Indonesia people to do self medication is the advertisement in both the mass media and electronic. This research is aimed to identify the correlation between level of knowledge and attitudes headache medication advertising on television towards the use of headache medication among students in Sanata Dharma University Yogyakarta.

This research was observational with cross sectional design in which questionnaire was used. The respondents were 81 people which were chosen by purposive sampling among the students of Sanata Dharma University Yogyakarta. The results showed that the most respondents were female (74%), the highest age was ≤ 20 years old (69.1%), the highest faculty was FKIP (51%), and the highest monthly allowance was Rp ≤ 1,000,000.00. The pattern of the data saw that headache medication advertisement on television, level of knowledge, attitudes, actions, and the relationship between the level of knowledge and attitudes about headache medication advertisement on television towards the use of headache medication among students of Sanata Dharma University cannot be concluded because the use of research instrument was invalid based on the content.

Keywords: Self medication, drug advertising, and headache


(22)

1 BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Kesehatan merupakan sesuatu hal yang penting dalam kehidupan, oleh karena itu masyarakat melakukan banyak usaha untuk menjaga dirinya agar tetap sehat dengan berobat ke dokter atau mengobati diri sendiri, misalnya untuk mengatasi gejala penyakit ringan seperti sakit kepala, batuk, demam, dan influenza. Upaya masyarakat untuk mengobati dirinya sendiri dikenal dengan istilah self medication atau swamedikasi (Tan dan Rahardja, 2010).

Pelaksanaan swamedikasi didasari oleh pemikiran bahwa pengobatan sendiri cukup untuk mengobati masalah kesehatan yang dialami tanpa melibatkan tenaga kesehatan. Hasil Susenas pada tahun 2009, Badan Pusat Statistik mencatat bahwa terdapat 66% orang sakit di Indonesia yang melakukan swamedikasi (Kartajaya, et al., 2011).

Banyak faktor yang mendorong dan mempengaruhi masyarakat untuk melakukan self medication, faktor tersebut salah satunya adalah iklan yang ada di media massa baik dalam bentuk tertulis maupun elektronik. Iklan merupakan suatu media untuk menyampaikan informasi mengenai suatu produk obat kepada masyarakat. Iklan berfungsi untuk menyampaikan informasi, membujuk, atau untuk mengingatkan masyarakat terhadap suatu produk obat. Selain sebagai sarana informasi iklan juga dibuat semenarik mungkin sebagai hiburan untuk menarik perhatian bagi siapapun yang melihatnya sehingga masyarakat tertarik


(23)

untuk membeli produk tersebut. Masyarakat perlu dibantu dengan informasi obat bebas yang obyektif, lengkap dan tidak menyesatkan untuk melakukan pengobatan sendiri secara aman dan efektif (Liliweri, 2013).

Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Republik Indonesia Tahun 2012 melakukan pengawasan iklan obat yang sudah beredar pada beberapa jenis media seperti media cetak, televisi dan radio sejumlah 2.366 iklan. Hasil pengawasan tersebut menunjukkan sebanyak 565 (23,88%) iklan tidak memenuhi ketentuan yang telah ditetapkan.

Penyampaian iklan yang tidak sesuai dengan ketentuan yang berlaku akan membahayakan kesehatan, karena informasi dari iklan obat tersebut kurang lengkap. Pakar komunikasi Amerika Serikat, menyatakan televisi adalah media yang telah berhasil mengubah kebidupan sehari-hari manusia atau masyarakat (Biagi, 2010).

Penelitian ini difokuskan pada hubungan tingkat pengetahuan dan sikap mengenai iklan obat sakit kepala di televisi terhadap tindakan penggunaan obat sakit kepala. Hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Papilaya (2003) menunjukkan bahwa iklan obat mendorong masyarakat untuk melakukan swamedikasi, untuk mengobati salesma. Disebutkan juga bahwa iklan obat salesma di televisi disukai sebagian besar responden dengan persentase 60%. Responden yang menyukai iklan obat salesma di televisi tersebut 77,14% diantaranya membeli obat salesma yang diiklankan. Hal ini menunjukkan bahwa iklan obat mendorong masyarakat untuk melakukan swamedikasi, dalam hal ini untuk mengobati salesma.


(24)

Mahasiswa merupakan masyarakat yang sedang menjalani pendidikan formal guna menjadi masyarakat yang lebih baik. Peran mahasiswa di masyarakat yaitu sebagai sumber informasi dan memberikan contoh yang baik kepada masyarakat sekitar. Mahasiswa juga memiliki peran sosial, dimana keberadaan dan segala perbuatannya tidak hanya bermanfaat bagi diri sendiri tetapi juga bagi lingkungan sekitar (Sarwono, 2007).

Masyarakat lebih memilih pengobatan mandiri daripada ke dokter karena biaya lebih murah. Hal ini didukung teori Djunarko dan Hendrawati (2011) yang menyatakan bahwa semakin tinggi biaya pelayanan kesehatan oleh rumah sakit, klinik, dokter, dan dokter gigi menyebabkan masyarakat memilih melakukan pengobatan mandiri untuk memperoleh biaya yang terjangkau dan lebih murah untuk mengobati penyakit yang dialaminya. Pada pelaksanaannya, swamedikasi dapat menjadi sumber terjadinya kesalahan pengobatan, mengingat begitu banyak produk iklan obat sakit kepala yang ditayangkan ditelevisi. Untuk menghindari kesalahan pengobatan diperlukan pengetahuan yang cukup untuk memilih obat.

Berdasarkan uraian diatas maka peneliti tertarik untuk meneliti hubungan tingkat pengetahuan dan sikap mengenai iklan obat sakit kepala di televisi terhadap tindakan penggunaan obat sakit kepala di kalangan mahasiswa Kampus III Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

1. Permasalahan

Berdasarkan latar belakang diatas, maka permasalahan yang dapat timbul sebagai berikut:


(25)

a. Seperti apa karakteristik demografi yang meliputi fakultas, jenis kelamin, umur, dan uang saku perbulan mahasiswa Kampus III Universitas Sanata Dharma Yogyakarta?

b. Seperti apa pola melihat iklan obat sakit kepala di telivisi di kalangan mahasiswa Universitas Sanata Dharma Yogyakarta?

c. Seperti apa tingkat pengetahuan mengenai iklan obat sakit kepala di televisi di kalangan mahasiswa Universitas Sanata Dharma Yogyakarta?

d. Seperti apa sikap mahasiswa Universitas Sanata Dharma Yogyakarta mengenai iklan obat sakit kepala di televisi?

e. Seperti apa tindakan penggunaan obat sakit kepala di kalangan mahasiswa Kampus III Universitas Sanata Dharma Yogyakarta?

f. Apakah terdapat hubungan tingkat pengetahuan dan sikap mengenai iklan obat sakit kepala di televisi terhadap tindakan penggunaan obat sakit kepala di kalangan mahasiswa Universitas Sanata Dharma Yogyakarta?

2. Keaslian penelitian

Sejauh penelusuran yang dilakukan, penelitian berjudul “Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Sikap Mengenai Iklan Obat Sakit Kepala di Televisi terhadap Tindakan Penggunaan Obat Sakit Kepala di Kalangan Mahasiswa Universitas Sanata Dharma” belum pernah dilakukan sebelumnya. Adapun penelitian terkait sebelumnya adalah:

a. Penelitian Primantana (2001) tentang “Pengaruh Iklan Obat Sakit Kepala di Televisi Terhadap Pemilihan Obat Sakit Kepala di Kalangan Mahasiswa Angkatan 1997-2000 Kampus III Universitas Sanata Dharma Yogyakarta”.


(26)

Perbedaan dengan penelitian ini terletak pada waktu penelitian, jumlah populasi dan sampel. Hasil penelitian menunjukkan mahasiswa angkatan 1997-2000 kampus III Universitas Sanata Dharma tidak semua menggunakan obat berdasarkan iklan di media televisi, informasi yang mendukung mereka memilih obat sakit kepala adalah pengalaman, dokter, teman, dan apoteker. b. Penelitian Sulistiyawati (2004) tentang “Hubungan Antara Penilaian Iklan Obat

Sakit Salesma di Televisi dengan Pemilihan Obat Salesma di Kalangan Pengunjung 11 Apotek di Kota Yogyakarta Periode Maret-April Tahun 2004”. Perbedaan dengan penelitian ini terletak pada subyek, jenis iklan, lokasi penelitian, dan waktu penelitian. Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan yang positif (r = 0,231) dan signifikan (p < 0,05) antara penilaian iklan obat salesma di televisi dengan pemilihan obat salesma di kalangan pengunjung 11 apotek di Kota Yogyakarta periode Maret-April tahun 2004, dengan tingkat hubungan rendah.

c. Penelitian Wuryanto (2000) tentang “Penilaian Iklan Obat Batuk di Televisi dan Pengaruh Terhadap Pemilihan Obat di Kalangan Mahasiswa Kampus III Universitas Sanata Dharma Yogyakarta”. Perbedaan dengan penelitian ini terletak pada jenis iklan dan waktu penelitian. Hasil penelitian menunjukkan mahasiswa kampus III Universitas Sanata Dharma Yogyakarta tidak terpengaruh iklan obat batuk di televisi bila akan melakukan pemilihan obat batuk, informasi yang paling mendukung mereka memilih obat adalah pengalaman, dokter, teman, dan orang tua.


(27)

3. Manfaat penelitian a. Manfaat teoretis

Penelitian ini dapat memberikan informasi dan pengembangan bagi ilmu pengetahuan khususnya di bidang farmasi tentang tindakan penggunaan obat sakit kepala.

b. Manfaat praktis

Hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangan bagi Departemen Kesehatan RI dan Balai Besar POM (BPOM) yang mengatur dan mengawasi iklan obat yang beredar, bagi industri farmasi yang melakukan iklan untuk produknya, iklan tersebut kiranya dapat berisi informasi yang yang bermanfaat bagi masyarakat.

B.Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum

Untuk menganalisis hubungan tingkat pengetahuan dan sikap mengenai iklan obat sakit kepala di televisi terhadap tindakan penggunaan obat sakit kepala di kalangan mahasiswa Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Tujuan khusus

a. Mengidentifikasi karakteristik demografi yang meliputi fakultas, jenis kelamin, umur, dan uang saku perbulan mahasiswa Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

b. Mengidentifikasi pola melihat iklan obat sakit kepala di televisi di kalangan mahasiswa Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.


(28)

c. Mengidentifikasi tingkat pengetahuan mahasiswa Universitas Sanata Dharma Yogyakarta mengenai iklan obat sakit kepala di televisi.

d. Mengidentifikasi sikap mahasiswa Universitas Sanata Dharma Yogyakarta mengenai iklan obat sakit kepala di televisi.

e. Mengidentifikasi tindakan penggunaan obat sakit kepala di kalangan mahasiswa Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

f. Mengidentifikasi adanya hubungan tingkat pengetahuan dan sikap mengenai iklan obat sakit kepala di televisi terhadap tindakan penggunaan obat sakit kepala di kalangan mahasiswa Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.


(29)

8 BAB II

PENELAAHAN PUSTAKA

A.Pengobatan Sendiri

Pengobatan sendiri merupakan upaya yang dilakukan untuk mengatasi penyakit atau gejala yang dialami diri sendiri, dengan pengetahuan dan persepsinya sendiri, tanpa bantuan atau suruhan seseorang yang ahli dalam bidang medik atau obat. Obat-obat yang digunakan dalam swamedikasi adalah obat tanpa resep dokter (OTR). Di Indonesia yang termasuk OTR meliputi obat wajib apotek (OWA) atau obat keras yang dapat diserahkan oleh apoteker kepada pasien di apotek tanpa resep dokter, obat bebas terbatas dan obat bebas (Djunarko dan Hendrawati, 2011).

Penggunaan obat tanpa resep dokter masih sering menimbulkan masalah bagi kesehatan, karena masih rendahnya tingkat pendidikan masyarakat tentang obat. Hal ini mengakibatkan dasar penentuan obat tanpa resep untuk pengobatan sendiri sering tidak rasional, yaitu umumnya bersumber pada pengalaman menggunakan obat tertentu pada waktu lampau, karena diberitahu orang lain (keluarga, tetangga, teman), atau bersumber dari iklan obat di media cetak maupun media elektronik (Tan dan Rahardja, 2010).

Untuk itu masyarakat perlu dibekali pengetahuan tentang obat bebas dan obat bebas terbatas agar penggunaan untuk pengobatan sendiri dapat tepat, rasional, dan aman. Agar upaya pengobatan sendiri dapat efektif, tepat, dan rasional maka diperlukan tersedianya tenaga, sarana, prasarana, untuk


(30)

mendapatkan informasi yang obyektif dan tidak bias dari sumber yang tepat dan terpercaya (Tan dan Rahardja, 2010).

Obat bebas dan obat bebas terbatas merupakan kategori obat yang digunakan masyarakat dalam upaya pengobatan sendiri. Obat bebas dan obat bebas terbatas merupakan golongan obat tanpa resep, yang dapat dibeli secara bebas (tanpa resep) di apotek atau toko obat berijin. Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 2380/A/SK/VI/83 tentang Tanda Khusus untuk Obat Bebas dan Obat Bebas Terbatas, pasal 3 ayat (1) dan (2), menyatakan bahwa tanda khusus untuk obat bebas adalah lingkaran berwarna hijau dengan garis tepi berwarna hitam dan obat bebas terbatas lingkaran berwarna biru dengan garis tepi berwarna hitam (Anonim, 2006).

Tan dan Rahardja (2010) berpendapat bahwa pengobatan sendiri dipengaruhi oleh empat faktor utama, yaitu keyakinan dan sikap, karakteristik demografi, status ekonomi, dan pendidikan atau pengetahuan konsumen. Beberapa faktor penentu yang berperan pada tindakan pengobatan sendiri antara lain adalah persepsi sakit, ketersediaan informasi tentang obat dan pengobatan, serta ketersediaan obat di masyarakat.

Menurut Djunarko dan Hendrawati (2011) Penggunaan OTR untuk swamedikasi biasanya pada kondisi sebagai berikut:

1. Perawatan simptomatik minor, misalnya tidak enak badan dan cedera ringan. 2. Penyakit yang bisa sembuh sendiri apabila daya tahan tubuh meningkat,


(31)

3. Pencegahan dan penyembuhan penyakit ringan misalnya mabuk perjalanan dan kutu air.

4. Penyakit kronis yang sebelumnya telah didiagnosis oleh dokter, misalnya asma dan arthritis.

5. Kondisi yang mengancam jiwa dan memerlukan pertolongan dengan segera. Keuntungan swamedikasi atau pengobatan sendiri menurut World Self-Medication Industry (2010), adalah membantu mencegah dan mengobati gejala dan penyakit yang tidak membutuhkan dokter, mengurangi pelayanan-pelayanan medis untuk meringankan penyakit-penyakit ringan, khususnya ketika keuangan dan sumber daya manusia terbatas, dan meningkatkan adanya pelayanan kesehatan untuk penduduk yang tinggal di daerah pedesaan atau terpencil. Sedangkan kekurangan swamedikasi menurut World Self-Medication Industry

(2010), adalah kurangnya perawatan kesehatan yang profesional dan kurangnya pengawasan untuk penyakit kronis, kurangnya kesempatan berinteraksi dengan tenaga kesehatan yang profesional, dan tidak tepat obat.

B.Sakit kepala

Sakit kepala adalah suatu rasa nyeri yang dirasakan sebagai tekanan, sukar dilokalisasi dan kebanyakan menyebar ke wajah dan daerah di sekitar wajah lainnya. Sakit kepala termasuk dalam nyeri somatik, rasa nyeri ini terasa di bagian dalam sehingga disebut sebagai nyeri somatik dalam (nyeri yang datang mendadak). Sakit kepala sering diikuti oleh rasa mual, berkeringat, tidak bergairah, dan penurunan tekanan darah. Sakit kepala sering dianggap sebagai


(32)

tanda adanya kerusakan organ tubuh atau adanya suatu hal yang tidak mengenakkan. Rasa sakit kepala yang dirasakan bisa bervariasi; beberapa mengalami sakit kepala yang amat sakit sehingga membutuhkan pengobatan, sementara yang lainnya tidak (Arif, 2008).

Sakit kepala digolongkan menjadi dua jenis menurut Berardi (2006) yaitu sebagai berikut:

1. Sakit kepala primer

Stres, cuaca atau ketidakseimbangan hormon dapat memicu sakit kepala primer, yang berlangsung dari beberapa jam hingga beberapa hari. Ada dua jenis utama sakit kepala primer, yaitu yang disebabkan oleh ketegangan otot wajah, leher, dan kepala (myogenik) dan pelebaran pembuluh darah (vasodilatasi) otak yang menekan saraf-saraf sehingga menimbulkan nyeri (vaskular).

2. Sakit kepala sekunder

Sakit kepala sekunder dapat disebabkan oleh influenza, radang sinus, tekanan darah tinggi, stroke ringan/stroke berat, cedera kepala, tumor otak, gangguan metabolisme (misalnya diabetes dan penyakit tiroid), gangguan saraf mata, sakit gigi, dan lain-lain.

Wanita mempunyai peluang tiga kali lebih besar untuk mengalami sakit kepala daripada pria. Sedangkan pada anak laki-laki dan perempuan sakit kepala biasanya dirasakan ketika masa setelah pubertas. Lebih dari 70% pasien yang mengalami migraine yang turun temurun (Berardi, 2006).


(33)

C.Periklanan 1. Definisi

Iklan adalah setiap bentuk komunikasi nonpersonal mengenai suatu organisasi, produk, servis, atau ide yang dibayar oleh satu sponsor yang diketahui. Maksud „dibayar pada definisi tersebut menunjukkan fakta bahwa ruang atau waktu bagi suatu pesan iklan pada umumnya harus dibeli. Maksud kata „nonpersonal‟ berarti suatu iklan melibatkan media massa (TV, radio, majalah, koran) yang dapat mengirimkan pesan ke sejumlah besar kelompok individu pada saat bersamaan. Dengan demikian, sifat nonpersonal iklan berarti pada umumnya tidak tersedia kesempatan untuk mendapatkan umpan balik yang segera dari penerima pesan (Morissan, 2010).

Iklan juga merupakan salah satu bentuk promosi yang paling dikenal dan paling banyak dibahas orang, hal ini kemungkinan karena daya jangkaunya yang luas. Sedangkan iklan obat adalah pesan yang disampaikan melalui komunikasi media massa oleh perusahaan farmasi tertentu untuk meningkatkan pemasaran (Morissan, 2010).

2. Fungsi iklan

Menurut Lee dan Johnson (2004) fungsi iklan meliputi:

a. Fungsi informasi: Mengomunikasikan informasi produk, ciri-ciri, lokasi penjualannya, dan memberitahu konsumen tentang produk-produk baru. b. Fungsi persuasif: Membujuk para konsumen untuk membeli merek-merek

tertentu atau mengubah sikap mereka terhadap produk atau perusahaan tersebut.


(34)

c. Fungsi pengingat: Terus-menerus mengingatkan para konsumen tentang sebuah produk sehingga konsumen akan tetap membeli produk yang diiklankan tanpa memperdulikan merek pesaingnya.

3. Tujuan iklan

Tujuan iklan adalah membantu pemakai dalam membuat keputusan rasional pada penggunaan obat yang telah ditetapkan sebagai obat tanpa resep. Tujuan iklan dapat diklasifikasikan menurut Kotler dan Keller (2009) apakah tujuannya, baik untuk menginformasikan, meyakinkan, mengingatkan, atau memperkuat adalah sebagai berikut:

a. Iklan informatif bertujuan menciptakan kesadaran merek dan pengetahuan tentang produk atau fitur baru produk yang ada.

b. Iklan persuasif bertujuan menciptakan kesukaan, preferensi, keyakinan, dan pembelian produk atau jasa.

c. Iklan pengingat bertujuan menstimulasikan pembelian berulang produk dan jasa.

d. Iklan penguat bertujuan meyakinkan pembeli saat ini bahwa mereka melakukan pilihan yang tepat.

4. Televisi sebagai salah satu media iklan

Saluran komunikasi terdiri atas dua jenis, yaitu personal dan nonpersonal. Saluran komunikasi personal melibatkan dua atau lebih orang yang berkomunikasi satu sama lain. Efektivitas komunikasi personal diperoleh melalui kesempatan memberikan presentasi dan umpan balik sendiri. Untuk saluran komunikasi


(35)

nonpersonal penyampaian pesan tanpa kotak personal atau interaksi. Saluran ini meliputi media, suasana, dan peristiwa (Liliweri, 2013).

Agar terjadi komunikasi yang efektif antara satu pihak dengan pihak yang lain, antara kelompok satu dengan kelompok lain, atau seseorang dengan yang lain diperlukan keterlibatan beberapa unsur komunikasi yaitu komunikator, komunikasi, pesan, dan saluran atau media. Dari berbagai media yang ada, iklan melalui media televisi dianggap sangat efektif dalam memperkenalkan suatu produk. Televisi adalah media 24 jam yang dapat menjangkau segala lapisan masyarakat mulai dari berbagai kelompok umur, kelas, sosial, gaya hidup, dan profesi (Liliweri, 2013).

5. Peraturan periklanan

Peraturan periklanan dan pelayanan kesehatan yang dikeluarkan oleh Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 1787/MENKES/PER/XII/2010 mengkaji beberapa hal mengenai penyelenggaraan, persyaratan, pembinaan dan pengawasan iklan dan publikasi pelayanan kesehatan (MenKes, 2010).

World Health Organization (WHO) mengeluarkan Kriteria Etik Promosi Obat (Ethical Criteria for Medical Drug Promotion) pada tahun 1998. Dicantumkan di dalamnya bahwa informasi dalam iklan obat yang ditujukan kepada masyarakat meliputi:

a. Komposisi zat aktif dengan nama INN (International Nonpropietary Names) atau nama generik obatnya

b. Merek dagang c. Indikasi utama


(36)

d. Perhatian, kontraindikasi, dan peringatan e. Nama dan alamat produsen atau distributor

Secara umum iklan obat harus mengacu pada “Tata Krama dan Tata Cara Periklanan Indonesia” berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI No 386/MENKES/SK/IV/1994 tentang Pedoman Periklanan: Obat Bebas, Obat Tradisional, Alat Kesehatan, Kosmetika, Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga dan Makanan-Minuman (MenKes, 1994).

D.Perilaku Kesehatan

Menurut Skinner (cit., Notoadmojo, 2012), perilaku merupakan hasil hubungan antara rangsangan (stimulus) dengan reaksi (response). Secara operasional, perilaku dapat diartikan sebagai suatu respon atau reaksi seseorang terhadap rangsangan dari luar maupun dari dalam dirinya, respon ini dapat bersifat pasif (tanpa tindakan) atau bersifat aktif (dengan tindakan). Bentuk pasif terjadi didalam diri manusia dan tidak dapat dilihat langsung oleh orang lain, misalnya berpikir, berpendapat, bersikap. Bentuk perilaku ini masih terselubung (covert behavior). Bentuk perilaku yang lain adalah bentuk perilaku aktif yang dapat diamati secara langsung dan sudah tampak dalam bentuk tindakan nyata.

Perilaku kesehatan merupakan suatu respon seseorang terhadap stimulus atau obyek yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan, dan minuman serta lingkungan disekitarnya (Notoadmojo, 2012). Perilaku kesehatan dirumuskan sebagai segala bentuk pengalaman dan interaksi individu dengan lingkungannya, khususnya yang menyangkut pengetahuan dan


(37)

sikap terhadap kesehatan, serta tindakan yang berhubungan dengan kesehatan. Termasuk didalam perilaku kesehatan yang dapat diobservasi adalah perilaku hidup sehat (Sarwono, 2007).

Benyamin Bloom (cit., Notoadmojo, 2012) seorang ahli psikologi pendidikan membagi perilaku manusia itu ke dalam tiga domain, sesuai dengan tujuan pendidikan. Bloom menyebutnya ranah atau kawasan, yaitu:

1. Kognitif 2. Afektif 3. Psikomotorik

Dalam perkembangannya, teori Bloom ini dimodifikasi untuk pengukuran hasil pendidikan kesehatan menurut Notoadmojo (2012) , yaitu: 1. Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah seseorang melakukan pengindraan terhadap obyek tertentu. Pengindraan terjadi melalui pancaindra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, pembau, perasa, dan peraba. Tetapi sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (behavior).

Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai enam tingkatan menurut Notoadmojo (2012) yaitu:

a. Tahu yang diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya.


(38)

b. Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar.

c. Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya.

d. Analisis diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih didalam satu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain.

e. Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. f. Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap

suatu materi atau objek.

Pengukuran terhadap tingkat pengetahuan menurut Arikunto (2006) dikategorikan menjadi tiga yaitu:

a. Tingkat pengetahuan tergolong tinggi jika responden mampu menjawab pernyataan dengan skor nilai 76-100%.

b. Tingkat pengetahuan tergolong sedang jika responden mampu menjawab pernyataan dengan skor nilai 56-75%.

c. Tingkat pengetahuan tergolong rendah jika responden mampu menjawab pernyataan dengan skor nilai kurang dari 56%.

2. Sikap

Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi


(39)

adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku. Sikap itu masih merupakan reaksi tertutup bukan merupakan reaksi terbuka atau tingkah laku yang terbuka. Sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap objek di lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek. Sikap mempunyai 3 komponen pokok menurut Notoadmojo (2012) yaitu:

a. Kepercayaan (keyakinan), ide, dan konsep terhadap suatu objek b. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek. c. Kecenderungan untuk bertindak.

Menurut Azwar (2009), sikap dapat bersifat positif dan dapat pula bersifat negatif yaitu:

a. Sikap positif kecenderungan untuk mendekati, menyenangi, mengharapkan obyek tertentu.

b. Sikap negatif terdapat kecenderungan untuk menjauhi, menghindari, membenci, tidak menyukai obyek tertentu.

3. Tindakan

Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (behavior). Untuk mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan seperti fasilitas. Selain itu, adanya faktor pendukung (support) dari pihak lain juga berpengaruh (Notoadmojo, 2012).


(40)

Terbentuknya suatu perilaku baru, terutama pada orang dewasa, biasanya dimulai dari pengetahuan, dimana subyek tahu terlebih dahulu akan adanya stimulus, yang menimbulkan pengetahuan baru. Pengetahuan tersebut akan menimbulkan respon batin dalam bentuk sikap tertentu. Stimulus atau objek yang sudah diketahui dan disadari tersebut akan menimbulkan respon lebih jauh lagi berupa tindakan. Namun, tindakan seseorang tidak harus didasari oleh pengetahuan atau sikap, karena juga dapat timbul dari persepsi, yaitu suatu pengalaman yang dihasilkan melalui pancaindra yang membentuk motivasi, yaitu dorongan bertindak untuk mencapai suatu tujuan (Notoadmojo, 2012).

E.Faktor perilaku

Perilaku manusia merupakan refleksi dari berbagai gejala kejiwaan, seperti pengetahuan, keinginan, kehendak, minat, motivasi, persepsi, sikap, dan sebagainya. Proses pembentukan atau perubahan perilaku dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor baik dari dalam maupun luar individu. Perilaku konsumen dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan eksternal meliputi kebudayaan, kelas sosial, kelompok referensi, dan keluarga. Selain itu dipengaruhi oleh faktor-faktor internal meliputi motivasi, pengamatan, belajar, kepribadian dan konsep diri, dan sikap (Wawan, 2011).

WHO menganalisis bahwa yang menyebabkan seseorang itu berperilaku tertentu adalah karena adanya empat alasan pokok, Notoadmodjo (2012), yaitu: 1. Pemahaman dan pertimbangan, yakni dalam bentuk pengetahuan, persepsi,


(41)

a. Pengetahuan: Diperoleh dari pengalaman sendiri atau pengalaman orang lain.

b. Kepercayaan: Diperoleh dari orang tua, kakek, atau nenek. Seseorang menerima kepercayaan itu berdasarkan keyakinan dan tanpa adanya pembuktian terlebih dahulu.

c. Sikap: Menggambarkan suka atau tidak suka seseorang terhadap objek. Sikap sering diperoleh dari pengalaman sendiri atau dari orang lain yang paling dekat.

2. Orang penting sebagai referensi (personal reference). Perilaku orang, lebih-lebih perilaku anak kecil lebih-lebih banyak dipengaruhi oleh orang-orang yang di anggap penting. Apabila seseorang itu di percaya, maka apa yang ia katakan atau perbuatan cenderung untuk dicontoh.

3. Sumber-sumber daya. Sumber daya disini mencakup fasilitas, uang, waktu, tenaga, dan sebagainya. Semua itu berpengaruh terhadap perilaku seseorang atau kelompok masyarakat.

4. Kebudayaan (culture), kebiasaan, nilai-nilai, dan tradisi. Sumber-sumber di dalam suatu masyarakat akan menghasilkan suatu pola hidup yang pada umumnya disebut kebudayaan. Kebudayaan ini terbentuk dalam waktu yang lama sebagai akibat kehidupan suatu masyarakat bersama. Kebudayaan selalu berubah, baik secara lambat ataupun cepat, sesuai dengan peradaban umat manusia.


(42)

F.Landasan Teori

Pengobatan sendiri merupakan upaya yang dilakukan untuk mengatasi penyakit atau gejalanya yang dialami sendiri atau oleh orang sekitarnya, dengan pengetahuan dan persepsinya sendiri tanpa bantuan atau suruhan seseorang yang ahli dalam bidang medik atau obat. Untuk itu masyarakat perlu dibekali pengetahuan tentang obat bebas dan obat bebas terbatas agar penggunaan untuk pengobatan sendiri dapat tepat, rasional, dan aman. Agar upaya pengobatan sendiri dapat efektif, tepat, dan rasional maka diperlukan tersedianya tenaga, sarana dan prasarana untuk mendapatkan informasi yang obyektif dan tidak bias dari sumber yang tepat dan terpercaya.

Pengetahuan pengobatan sendiri dapat diperoleh dari keluarga, iklan, pengalaman sendiri, dokter, apoteker, dan tenaga kesehatan lainnya. Penyuluhan tentang kesehatan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan dalam rangka mempertinggi derajat kesehatan masyarakat secara tidak langsung juga dapat menambah pengetahuan tentang pengobatan sendiri bagi seseorang.

Dari berbagai media yang ada, iklan melalui media televisi dianggap sangat efektif dalam memperkenalkan suatu produk. Televisi dapat menjangkau segala lapisan masyarakat mulai dari berbagai kelompok umur, kelas, sosial, gaya hidup, dan profesi.


(43)

G.Hipotesis

Perilaku merupakan respon individu yang disebabkan adanya stimulus atau suatu tindakan. Salah satu stimulus yang dapat mempengaruhi perilaku kesehatan yaitu iklan obat sakit kepala. Stimulus dari iklan pada akhirnya akan berujung pada keputusan pembelian yang dilakukan konsumen. Iklan obat sakit kepala di televisi merupakan suatu stimulus yang dapat mempengaruhi aspek pengetahuan dan sikap mengenai iklan obat sakit kepala di televisi, hal ini tentunya mungkin berpengaruh terhadap tindakan penggunaan obat sakit kepala di kalangan mahasiswa Universitas Sanata Dharma.

Terdapat hubungan positif dan signifikan antara tingkat pengetahuan dan sikap mengenai iklan obat sakit kepala di televisi terhadap tindakan penggunaan obat sakit kepala di kalangan mahasiswa Universitas Sanata Dharma.


(44)

23 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A.Jenis dan Rancangan Penelitian

Jenis penelitian ini adalah observasional dengan rancangan penelitian

cross-sectional. Dalam penelitian observasional tidak dilakukan pemberian perlakuan atau manipulasi terhadap subyek uji. Subyek uji diobservasi menurut keadaan apa adanya (in nature). Penelitian cross-sectional yaitu penelitian yang pengambilan datanya dilakukan dengan model pendekatan atau observasi dalam satu waktu atau point time approach (Swarjana, 2012).

B.Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 1. Variabel penelitian

a. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah tingkat pengetahuan dan sikap mahasiswa Kampus III Universitas Sanata Dharma mengenai iklan obat sakit kepala di televisi.

b. Variabel tergantung dalam penelitian ini adalah tindakan penggunaan obat sakit kepala di kalangan mahasiswa Kampus III Universitas Sanata Dharma. 2. Definisi operasional

a. Responden adalah mahasiswa Kampus III Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi.

b. Iklan obat sakit kepala di televisi adalah semua iklan obat sakit kepala yang diiklankan oleh industri farmasi melalui media elektronik televisi.


(45)

c. Pengetahuan adalah semua hal yang dimiliki dan dipahami oleh mahasiswa mengenai iklan obat sakit kepala di televisi, meliputi definisi, penyelengggaraan, persyaratan, tata karma, dan tata cara periklanan. Hasil pengukuran pengetahuan dapat dibedakan atas 3 tingkatan yaitu tinggi, sedang dan rendah yang mengacu ke Arikunto (2006) terlihat pada Tabel I dibawah ini. Skor nilai untuk pengkategorian tersebut dihitung dari persentase jawaban yang benar.

Tabel I. Hasil pengukuran pengetahuan

Skor Nilai Kriteria

76-100% Tinggi

56-75% Sedang

<56% Rendah

d. Sikap adalah jawaban atau respon responden terhadap pernyataan-pernyataan dalam kuesioner mengenai iklan obat sakit kepala di televisi. Sikap diukur dengan range penilaian menggunakan mean score, sebagai berikut:

1) Sikap negatif, apabila termasuk dalam kategori skor antara 1-2,50 yang artinya responden lebih bersifat memihak atau mendukung pernyataan yang tidak sesuai dengan kriteria periklanan berdasarkan undang-undang yang berlaku.

2) Sikap positif, apabila termasuk dalam kategori skor antara 2,51-4, yang artinya responden memihak atau mendukung pernyataan yang sesuai dengan kriteria periklanan berdasarkan undang-undang yang berlaku.


(46)

e. Tindakan penggunaan obat sakit kepala adalah keputusan penggunaan obat sakit kepala oleh mahasiswa yang diambil berdasarkan pengetahuan dan sikapnya terhadap iklan obat sakit kepala di televisi. Tindakan diukur dengan range penilaian menggunakan mean score, sebagai berikut:

1) Tindakan yang tidak sesuai, apabila termasuk dalam kategori skor antara 1-2,50 yang artinya responden cenderung memutuskan untuk tidak menggunakan obat sakit kepala berdasarkan yang di iklankan di televisi. 2) Tindakan yang sesuai, apabila termasuk dalam kategori skor antara 2,51-4, yang artinya responden cenderung memutuskan untuk menggunakan obat sakit kepala berdasarkan iklan obat sakit kepala di televisi.

f. Karakteristik demografi yang dikategorikan dalam penelitian ini, adalah: 1) Jenis kelamin responden dikategorikan pria dan wanita.

2) Umur responden berada pada rentang 17-24 tahun yang dikategorikan menjadi 2 yaitu ≤ 20 tahun dan > 20 tahun.

3) Fakultas responden adalah Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Psikologi, Sains dan Teknologi.

4) Uang saku perbulan responden dikategorikan menjadi 2, yaitu ≤ Rp 1.000.000,00 dan > Rp 1.000.000,00.

g. Pola melihat iklan obat sakit kepala di televisi dalam penelitian ini adalah: 1) Lama waktu responden menonton televisi

2) Frekuensi responden melihat iklan obat sakit kepala di televisi 3) Iklan obat sakit kepala yang pernah dilihat oleh responden 4) Iklan obat sakit kepala yang paling sering dilihat oleh responden


(47)

5) Pola penggunaan obat sakit kepala oleh responden selama 1 bulan terakhir

6) Obat sakit kepala yang digunakan oleh responden

7) Sumber informasi yang paling mendukung responden dalam memilih obat sakit kepala.

C.Subyek penelitian, besar sampel, dan teknik sampling 1. Subyek penelitian

Subyek penelitian yang digunakan adalah mahasiswa Kampus III Universitas Sanata Dharma yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Subyek penelitian selanjutnya disebut responden.

Kriteria inklusi yang digunakan sebagai acuan untuk memilih subyek adalah mahasiswa kampus III Universitas Sanata Dharma, pernah menonton iklan obat sakit kepala, dan bersedia mengisi kuesioner yang diberikan peneliti. Kriteria eksklusi adalah mahasiswa Fakultas Farmasi karena dalam penelitian ini mahasiswa Fakultas Farmasi dianggap sudah mengerti dan memahami mengenai cara pemilihan obat yang baik dan benar, mahasiswa Fakultas Farmasi juga mempunyai pengetahuan yang lebih daripada mahasiswa fakultas lain yang tidak mempelajari hal-hal khusus mengenai peraturan periklanan obat, obat dan pengobatan, tidak pernah menonton iklan obat sakit kepala, dan tidak bersedia mengisi kuesioner yang diberikan peneliti.


(48)

2. Besar sampel

Sampel adalah bagian dari populasi yang menjadi sumber data sebenarnya dalam penelitian. Populasi adalah keseluruhan penelitian yang terdiri dari manusia sebagai sumber data yang mempunyai karakteristik tertentu dalam suatu penelitian (Eriyanto, 2007). Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa Kampus III Universitas Sanata Dharma.

Rumus untuk menentukan jumlah sampel dari populasi yang kecil atau populasi yang diketahui jumlah anggota populasi adalah sebagai berikut (Eriyanto, 2007):

Keterangan:

Z : Nilai Z merupakan tingkat kepercayaan (tingkat kepercayaan yang dipakai 90%, nilai Z adalah 1,65).

P (1-p) : Proporsi suatu kasus tertentu terhadap populasi, bila tidak diketahui proporsinya ditetapkan 50%.

E : Kesalahan sampel yang dikehendaki (sampling error 10%). N : Jumlah populasi 3574 (diperoleh dari data BAA tahun 2014).

Berdasarkan rumus di atas, diperoleh hasil jumlah sampel minimal dalam penelitian ini adalah 67 orang. Dengan penambahan sampel 20% untuk mengantisipasi terjadinya kekurangan sampel, maka jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 81 orang, berikut perhitungannya:


(49)

Total responden = 67 + 14 = 81 orang. 3. Teknik sampling

Pengambilan sampel pada penelitian ini adalah secara non-random sampling dengan jenis purposive sampling. Pengambilan sampel secara non-random sampling yang berarti tidak semua orang memiliki kesempatan yang sama untuk dijadikan responden penelitian.

Pengambilan sampel secara purposive sampling didasarkan pada suatu pertimbangan tertentu yang dibuat oleh peneliti sendiri, berdasarkan ciri atau sifat-sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya. Teknik pengambilan sampel secara purposive sampling ini didasarkan pada pertimbangan tertentu (Eriyanto, 2007).


(50)

D.Tempat dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah lingkungan Kampus III Universitas Sanata Dharma Paingan Maguwoharjo Yogyakarta. Penelitian dilakukan pada bulan Oktober 2014.

E.Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan adalah kuesioner. Kuesioner adalah sebuah form yang berisikan pernyataan-pernyataan yang telah ditentukan yang dapat digunakan untuk mengumpulkan informasi (data) dari dan tentang orang- orang sebagai bagian dari sebuah survei (Swarjana, 2012).

Kuesioner terdiri dari 54 pernyataan yang terdiri dari 2 bagian. Bagian pertama merupakan pertanyaan mengenai karakteristik demografi responden yang meliputi nama, jenis kelamin, fakultas, umur, uang saku per bulan dan pola melihat iklan yang terdiri dari 8 pertanyaan. Pertanyaan bagian ini meliputi: Lama waktu menonton televisi, frekuensi melihat iklan obat sakit kepala, iklan obat sakit kepala yang pernah dilihat, iklan obat sakit kepala yang paling sering dilihat, pola penggunaan obat sakit kepala selama 1 bulan, obat sakit kepala yang digunakan dan sumber yang paling mendukung dalam memilih obat sakit kepala.

Pernyataan bagian kedua terbagi atas tiga aspek yaitu: Aspek pengetahuan, sikap dan tindakan. Aspek pengetahuan terdiri dari 18 pernyataan, sikap terdiri dari 14 pernyataan, dan tindakan terdiri dari 14 pernyataan. Aspek pengetahuan menggunakan skala Guttman yang terdiri dari 2 alternatif jawaban, yaitu benar dan salah. Jawaban responden yang benar di beri skor (1) dan jawaban


(51)

responden yang salah diberi skor (0) (Siregar, 2010). Pada aspek sikap dan tindakan disusun dengan modifikasi skala likert yang terdiri dari empat alternatif jawaban, yaitu sangat setuju (SS), setuju (S), tidak setuju (TS), dan sangat tidak setuju (STS). Nilai skor bergerak dari angka 1 sampai dengan 4, dengan tidak adanya respon netral. Hal tersebut dimaksudkan dengan tujuan untuk menghindari kecenderungan responden memilih jawaban tengah dan agar responden lebih tegas dalam memilih jawaban.

Selain itu pernyataan-pernyataan yang diberikan disusun berdasarkan sifat favorable dan unfavorable untuk melihat konsistensi jawaban responden. Pernyataan favorable adalah pernyataan yang isinya mendukung dan memihak atau mengatakan hal-hal positif tentang obyek. Sedangkan, pernyataan

unfavorable adalah pernyataan yang isinya tidak mendukung atau mengatakan hal-hal negatif terhadap obyek.

Tabel II. Pemberian skor untuk aspek pengetahuan

Jawaban Responden *) Skor

Benar 1

Salah 0

Keterangan *) artinya: responden yang menjawab benar sesuai dengan kunci jawaban. Tabel III. Pemberian skor untuk aspek sikap dan tindakan Alternatif Jawaban Pernyataan

Favorable

Pernyataan Unfavorable

Sangat Setuju (SS) 4 1

Setuju (S) 3 2

Tidak Setuju (TS) 2 3


(52)

Tabel IV. Blue Print pernyataan favorable dan unfavorable pada aspek pengetahuan, sikap, dan tindakan.

Aspek Sub Pokok Bahasan Nomor Pernyataan

Favorable Unfavorable

Pengetahuan Definisi 1 dan 2 -

Penyelenggaraan 3 dan 4

Persyaratan 5 dan 8 6 dan 7 Tata krama dan tata

cara periklanan Indonesia

11, 13, 14, 15, 16, 17,

dan 18

9, 10, dan 12

Jumlah item 13 5

Sikap Tata krama dan tata cara periklanan

indonesia

1, 2, 3, 4, 5, 6, dan 10

7, 8, dan 9 Persyaratan - 11, 12, 13, dan

14

Jumlah item 7 7

Tindakan Pola Penggunaan 1, 2, 9, 10, 12, dan 13

3, 4, 5, 6, 7, 8, 11, dan 14

Jumlah item 6 8

1. Uji validitas dan reliabilitas

Setelah kuesioner dibuat, dilakukan uji validitas terhadap kuesioner tersebut. Validitas menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur itu mengukur apa yang ingin diukur. Jenis validitas yang digunakan adalah validitas isi suatu alat pengukur ditentukan oleh sejauh mana isi alat pengukur tersebut mewakili semua aspek yang dianggap sebagai aspek kerangka konsep (Singarimbun dan Effendi, 2006).

Dalam penelitian ini uji validitas yang dilakukan dengan menggunakan pendapat ahli (professional judgement) oleh seorang apoteker untuk melihat isi dari pernyataan telah valid untuk mengukur pengetahuan, sikap, dan tindakan responden mengenai iklan obat sakit kepala di televisi. Arikunto (2006) menyatakan bahwa jumlah responden untuk uji coba alat ukur pada sekelompok


(53)

responden yang memiliki karakteristik yang mirip dengan karakteristik responden dari populasi yang akan diteliti selanjutnya disyaratkan minimal 30 orang. Kuesioner ini diuji coba terhadap 32 mahasiswa Kampus II Universitas Sanata Dharma.

Reliabilitas merupakan derajat yang menunjukkan bahwa instrumen penelitian layak digunakan karena sudah terbukti dapat diandalkan dan terpercaya. Hal ini dapat dilihat berdasarkan konsistensi hasil dari suatu instrumen pengukuran, bahwa berapa kali pun pengukuran maupun pengujian dilakukan, maka hasil yang diberikan bersifat konsisten dan tak berubah-ubah (Notoadmojo, 2010). Koefisien reliabilitas dalam penelitian ini diukur dengan analisis reliabilitas yang menggunakan koefisien Alpha Cronbach.

Tabel V. Hasil uji reliabilitas pada tingkat pengetahuan, sikap, dan tindakan Variabel Hasil uji Alpha Cronbach Keterangan

Pengetahuan 0,721 Reliabel

Sikap 0,681 Reliabel

Tindakan 0,707 Reliabel

F. Bahan Penelitian

Bahan penelitian yang digunakan adalah jawaban responden di kuesioner yang telah dijawab dengan lengkap dan benar serta dikembalikan kepada peneliti.

G.Tata Cara Penelitian 1. Observasi awal

Observasi awal dilakukan dengan mencari informasi tentang jumlah mahasiswa Kampus III Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.


(54)

2. Perijinan

Perijinan dilakukan dengan cara mengusulkan atau memasukkan surat permohonan ijin penelitian ke Biro Administrasi Akademik (BAA) Universitas Sanata Dharma.

3. Pembuatan kuesioner

Pembuatan kuesioner dilakukan dengan cara merancang kuesioner yang akan peneliti gunakan, kemudian dilakukan uji validasi dan reliabilitas.

4. Penyebaran kuesioner

Penyebaran kuesioner dilakukan pada pagi sampai siang hari, dimana waktu tersebut merupakan waktu kuliah. Pengisian kuesioner dilakukan sendiri oleh responden yang diberi kesempatan mengerjakan kuesioner saat itu juga dan langsung dikembalikan.

5. Pengolahan data

a. Editing

Melakukan pemilihan kuesioner yang memenuhi kriteria inklusi sampel untuk digunakan dalam pengolahan data selanjutnya. Selain itu, dilakukan juga pemeriksaan kelengkapan isi kuesioner.

b. Processing

Dalam penelitian ini, data diolah dengan cara mengelompokkan item pertanyaan dalam kuesioner didasarkan pada variabel-variabel yang akan diteliti, yaitu: Pengetahuan, sikap, dan tindakan. Kemudian menjumlahkan angka pada tiap variabel yang akan diteliti yang dijawab oleh responden. Lalu data dipindahkan ke program komputer.


(55)

c. Cleaning

Tahapan terakhir dalam pengolahan data yaitu tahap cleaning. Pada tahap ini dilakukan pengecekan kembali kelengkapan data dan adakah kesalahan dalam proses pemasukkan data ke dalam program komputer.

H.Tata Cara Analisis

Analisis data dilakukan dengan menggunakan dua metode yaitu statistik deskriptif dan statistik korelasi. Statistik deskriptif menggunakan teknik persentase, yaitu jumlah responden yang memberikan jawaban sejenis dibagi dengan jumlah responden total dikalikan 100%. Metode ini digunakan untuk menganalisis karakteristik responden dan pola melihat iklan obat sakit kepala. Penyajian hasil data karakteristik responden dan pola melihat iklan obat sakit kepala disajikan dalam bentuk diagram bar atau pie.

Analisis korelasi digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan antara tingkat pengetahuan dan sikap mengenai iklan obat sakit kepala di televisi terhadap tindakan penggunaan obat sakit kepala oleh mahasiswa Kampus III Universitas Sanata Dharma.

Untuk uji normalitas distribusi data menggunakan uji Shapiro-Wilk dengan taraf kepercayaan 95%. Menurut Supangat (2007), data terdistribusi normal jika memiliki nilai p (p-value) lebih dari 0,05. Uji normalitas pada tingkat pengetahuan dan tindakan responden tidak terdistribusi normal, sedangkan pada sikap terdistribusi normal.


(56)

Tabel VI. Hasil uji normalitas pada tingkat pengetahuan, sikap, dan tindakan

Variabel Hasil uji Kolmogorov-Smirnov Keterangan

Pengetahuan 0,000 Tidak normal

Sikap 0,272 Normal

Tindakan 1,296e-05 Tidak normal

Pada penelitian ini digunakan korelasi Product Moment Pearson. Besar kecilnya korelasi selalu dinyatakan dengan angka. Angka korelasi ini disebut koefisien korelasi. Koefisien korelasi bergerak antara 0,000 dan ± 1,000. Koefisien korelasi dari 0,000 sampai + 1,000 menunjukkan korelasi yang positif, sedang dari 0,000 sampai – 1,000 menunjukkan korelasi yang negatif. Korelasi positif yang paling sempurna adalah + 1,000 dan korelasi negatif yang tertinggi adalah – 1,000 (Hadi, 2004).

Supangat (2007) memberikan pedoman untuk menginterpretasikan koefisien korelasi (r) yang ditemukan tersebut mempunyai hubungan yang besar atau kecil. Pedoman untuk memberikan interpretasi terhadap koefisien korelasi

Product Moment Pearson dapat dilihat pada tabel VIII.

Tabel VIII. Interpretasi terhadap koefisien korelasi Koefisien Korelasi Tingkat Hubungan

0,00 – 0,55 tidak kuat 0,56 – 0,65 cukup kuat

0,66 – 0,75 Kuat

0,76 – 0,99 sangat kuat


(57)

I. Keterbatasan Penelitian

Dalam penentuan validitas konten instrumen penelitian melalui

professional judgement hanya dilakukan oleh satu orang, seharusnya dilakukan minimal dua orang. Pilihan jawaban pada kuesioner mengenai merek obat sakit kepala masih bersifat umum, belum spesifik untuk obat sakit kepala misalnya Bodrex® Extra, Panadol® Extra, dan Oskadon® SP. Responden yang digunakan dalam penelitian ini kemungkinan tidak pernah menggunakan obat sakit kepala, sedangkan dalam penelitian ini yang diukur adalah tindakan penggunaan obat sakit kepala.


(58)

37 BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil penelitian ini terdiri dari 6 bagian yang dibahas sesuai dengan urutan tujuan penelitian yaitu karakteristik demografi responden, pola melihat iklan obat sakit kepala di televisi, tingkat pengetahuan mahasiswa mengenai iklan obat sakit kepala di televisi, sikap mahasiswa mengenai iklan obat sakit kepala di televisi, tindakan penggunaan obat sakit kepala di televisi, dan hubungan tingkat pengetahuan dan sikap mahasiswa terhadap tindakan penggunaan obat sakit kepala di televisi di kalangan mahasiswa Kampus III Universitas Sanata Dharma.

A.Karakteristik Demografi Responden

Karakteristik demografi responden pada penelitian ini meliputi jenis kelamin, umur, fakultas dan uang saku perbulan pada mahasiswa Kampus III Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

1. Jenis kelamin responden

Hasil penelitian menunjukkan persentase responden yang berjenis kelamin perempuan lebih banyak dibandingkan persentase responden yang berjenis kelamin laki-laki, yaitu 74% responden perempuan dan 26% responden laki-laki. Hasil ini menggambarkan bahwa mahasiswa yang sering menonton televisi adalah perempuan.

Menurut Anna dan Chandra (2011) pada dasarnya wanita lebih peduli terhadap kesehatan dibanding kaum pria sehingga pengetahuan mengenai kesehatan lebih banyak dimiliki kaum wanita dibanding kaum pria.


(59)

Gambar 1. Karakteristik demografi responden berdasarkan jenis kelamin

2. Umur responden

Hasil penelitian menunjukkan persentase responden yang memiliki umur ≤ 20 tahun (69,1%) dan umur > 20 tahun (30,9%). Menurut Baharuddin (2009) periodisasi perkembangan umur 17-24 tahun dapat disebut masa academia, saat seseorang memasuki perguruan tinggi atau akademik. Tahap ini merupakan tahap perkembangan fungsi kemampuan berdikari, self direction, dan self control.

Seorang remaja dapat mengalami proses pembudayaan dengan menghayati nilai-nilai ilmiah, disamping mempelajari macam-macam ilmu pengetahuan. Umur tersebut dapat juga dikatakan sebagai umur dewasa sehingga sudah dapat mengambil keputusan sendiri dan bertanggung jawab atas keputusan tersebut.

74% 26%

Perempuan


(60)

Gambar 2. Karakteristik demografi responden berdasarkan umur 3. Fakultas responden

Hasil penelitian menunjukkan responden terbanyak dari FKIP (50,6%), selanjutnya FST (27,2%) dan Fakultas Psikologi (22,2%).

Gambar 3. Karakteristik demografi responden berdasarkan Fakultas 4. Uang saku perbulan responden

Hasil penelitian menunjukkan persentase responden yang memiliki uang saku perbulan Rp ≤ 1.000.000,00 (85,2%) dan uang saku perbulan Rp >

69.1% 30.9%

≤ tahun

>20 tahun

51%

27% 22%

FKIP

FST


(61)

1.000.000,00 (14,8%). Tingkat uang saku perbulan dari responden dikatakan mempengaruhi sikap seseorang dalam memelihara kesehatan. Tingkat pendapatan turut menentukan pengambilan keputusan dalam pengobatan sendiri. Tingkat pendapatan seseorang dapat mempengaruhi motivasi seseorang untuk mengambil suatu tindakan, dengan kata lain bahwa tingkat pendapatan yang tinggi maka motivasi seseorang untuk melakukan suatu tindakan juga tinggi, demikian juga sebaliknya jika tingkat penghasilan rendah maka motivasi untuk melakukan suatu tindakan juga rendah (Lubis, 2009).

Gambar 4. Karakteristik demografi responden berdasarkan uang saku perbulan

B.Pola Melihat Iklan Obat Sakit Kepala di Televisi

Data penelitian yang dihasilkan dalam penelitian ini tidak valid secara konten karena instrumen pada penelitian ini hanya menggunakan professional judgement yang dilakukan oleh satu orang ahli. Menurut Waltz (2007) pengujian validitas konten setidaknya melibatkan dua orang ahli dibidangnya.

85.2% 14.8%

Rp ≤ . . ,


(62)

1. Lama waktu responden menonton televisi setiap hari

Hasil penelitian menunjukkan responden terbanyak menghabiskan waktu dalam satu hari untuk menonton televisi selama < 1 jam (26,0%). Berdasarkan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Sulistiyawati (2004) yang meneliti Hubungan antara Penilaian Iklan Obat Salesma di Televisi dengan Pemilihan Obat Salesma di Kalangan Pengunjung 11 Apotek di Kota Yogyakarta, semakin lama menonton televisi maka semakin besar kemungkinan untuk melihat dan memperhatikan iklan obat. Menurut Azwar (2009), dalam penyampaian informasi, iklan membawa pesan-pesan yang berisi sugesti yang mempengaruhi pengetahuan, sikap, maupun tindakan.

Tabel IX. Lama waktu responden menonton televisi setiap hari No Lama waktu menonton

televisi setiap hari

Jumlah Responden

Persentase (%)

1 < 1 jam 21 26,0

2 2≤ lama < 3 jam 19 23,4

3 1 ≤ lama < 2 jam 16 19,7

4 3≤ lama < 4jam 9 11,1

5 ≥ 5 jam 9 11,1

6 4≤ lama < 5 jam 7 8,6

Total responden 81 100

2. Frekuensi melihat iklan obat sakit kepala di televisi dalam tiga hari terakhir

Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden terbanyak melihat iklan obat sakit kepala yaitu 1-2 kali (47,0%). Kesadaran konsumen terhadap suatu produk yang diiklankan berbanding lurus dengan frekuensi penayangan iklan. Semakin sedikit frekuensi penayangan iklan maka frekuensi melihat iklan dan perhatian konsumen terhadap produk yang diiklankan juga semakin sedikit


(63)

(Kotler, 2002). Semakin tinggi frekuensi penayangan iklan semakin sering penonton menerima informasi produk dalam iklan dan merasakan manfaat iklan tersebut (Indriarto, 2006).

Tabel X. Frekuensi responden melihat iklan obat sakit kepala di televisi dalam tiga hari terakhir

No Frekuensi melihat iklan obat sakit kepala di

televisi

Jumlah Responden

Persentase (%)

1 1-2 kali 38 47,0

2 3-4 kali 27 33,3

3 5-6 kali 11 13,6

4 7-8 kali 2 2,5

5 >10 kali 2 2,5

6 9-10 kali 1 1,2

7 Total responden 81 100

3. Iklan obat sakit kepala yang pernah dilihat dalam tiga hari terakhir

Pada pertanyaan ini responden diminta untuk menjawab iklan obat sakit kepala di televisi yang pernah dilihat, maka jawaban responden boleh lebih dari satu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa produk obat sakit kepala terbanyak yaitu Bodrex® (64,2%). Iklan televisi mengandung unsur suara, gambar, dan gerak sehingga pesan yang disampaikan melalui media ini sangat menarik perhatian. Produk obat sakit kepala yang diiklankan oleh industri farmasi di televisi akan diperhatikan seseorang apabila iklan tersebut mudah diingat (Widyatama, 2005).


(64)

Tabel XI. Iklan obat sakit kepala yang pernah dilihat responden No Merek dagang *) yang

pernah dilihat di televisi

Jumlah Responden

Persentase(%)

1 Bodrex® 52 64,2

2 Panadol® 35 43,2

3 Paramex® 28 34,6

4 Oskadon® 20 24,7

5 INZA® 16 19,7

6 Lainnya 1 1,2

7 Total 152 187,6

Keterangan *) artinya: jawaban responden boleh lebih dari satu 4. Iklan obat sakit kepala yang paling sering dilihat

Pada pertanyaan ini responden menjawab iklan obat sakit kepala yang paling sering dilihat di televisi, maka jawaban responden juga boleh lebih dari satu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa produk obat sakit kepala yang iklannya di televisi paling sering dilihat oleh responden yaitu Bodrex® (44,4%). Hal yang membuat iklan sering dilihat responden adalah intensitas penayangan iklan. Semakin sering iklan ditayangkan semakin sering pula seseorang melihat iklan tersebut dan dampak dari iklan tersebut juga semakin kuat. Berdasarkan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Primantana (2001) mengenai Pengaruh Iklan Obat Sakit Kepala di Televisi terhadap Pemilihan Obat Sakit Kepala di Kalangan Mahasiswa Angkatan 1997-2000 Kampus III Universitas Sanata Dharma menemukan bahwa iklan obat sakit kepala yang paling sering diperhatikan yaitu Bodrex® dengan persentase 23,09%.


(65)

Tabel XII. Iklan obat sakit kepala yang paling sering dilihat responden No Merek dagang *) yang

paling sering dilihat di televisi Jumlah Responden (N=81) Persentase (%)

1 Bodrex® 36 44,4

2 Panadol® 23 28,4

3 Paramex® 23 28,4

4 Oskadon® 11 13,6

5 INZA® 9 11,1

6 Lainnya 0 0

Keterangan *) artinya: jawaban responden boleh lebih dari satu

5. Pola penggunaan obat sakit kepala oleh responden selama satu bulan terakhir

Hasil penelitian menunjukkan responden yang pernah menggunakan obat sakit kepala selama satu bulan terakhir sejak pengisian kuesioner yang dilakukan pada bulan oktober yaitu 27,2%, sedangkan responden yang tidak pernah menggunakan obat sakit kepala yaitu 72,8%. Sebagian besar responden memilih untuk membiarkan sakit kepala tersebut atau beristirahat untuk menghilangkan rasa nyeri daripada menggunakan obat sakit kepala.

6. Obat sakit kepala yang pernah digunakan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa merek obat sakit kepala yang paling banyak digunakan oleh responden adalah Panadol® (12,3%). Menurut Kotler (2001), melalui pengumpulan informasi, konsumen mengetahui merek-merek bersaing, dan keistimewaan masing-masing merek kemudian akan mempertimbangkan, dan memilih produk yang sesuai. Konsumen cenderung memilih produk yang telah terkenal, ataupun yang telah terbukti khasiat, dan keamanannya. Oleh karena itu konsumen harus selektif dalam memilih, dan mengambil keputusan untuk menggunakan obat sakit kepala.


(66)

7. Sumber informasi yang paling mendukung dalam memilih obat sakit kepala

Hasil penelitian menunjukkan bahwa keluarga (63,0%) merupakan sumber informasi yang paling mendukung responden dalam memilih obat sakit kepala. Keluarga mempunyai pengaruh yang besar dalam memilih obat sakit kepala mana yang cocok dengan dirinya. Selanjutnya dokter atau tenaga kesehatan lainnya (34,6%), dan pengalaman sendiri (19,7%). Keluarga termasuk kelompok primer yang memungkinkan untuk berinteraksi dengan responden secara terus menerus dan informal (Kotler, 2001) dan menurut Ali (2009), tugas keluarga dalam pemeliharaan kesehatan adalah mengambil keputusan untuk tindakan kesehatan yang tepat, dan memberikan perawatan kepada anggota keluarga yang sakit.

Tabel XIII. Sumber informasi yang paling mendukung responden dalam memilih obat sakit kepala.

No Sumber Informasi *) Jumlah

Responden (N=81)

Persentase (%)

1 Keluarga 51 63,0

2 Dokter atau tenaga kesehatan lainnya

28 34,6

3 Pengalaman sendiri 16 19,7

4 Iklan televisi 10 12,3

5 Teman 8 9,9

6 Lainnya (internet) 1 1,2


(67)

C.Tingkat Pengetahuan, Sikap mengenai Iklan Obat Sakit Kepala di Televisi dan Tindakan Penggunaan Obat Sakit Kepala

1. Tingkat pengetahuan responden mengenai iklan obat sakit kepala di televisi

Variabel pengetahuan mengenai iklan obat sakit kepala di televisi ini terdiri dari 18 pernyataan yang digunakan untuk mengukur seberapa paham responden tentang definisi, penyelenggaraan, persyaratan, tata karma, dan tata cara periklanan.

Tabel XIV. Gambaran jawaban responden aspek pengetahuan mengenai iklan obat sakit kepala di televisi

No Pernyataan Persentase jawaban

responden (%)

Benar Salah

1 Definisi sakit kepala 42,0 58,0

2 Definisi iklan 98,8 1,2

3 Memberikan informasi yang mendidik, bertanggung jawab

98,8 1,2

4 Pembuatan iklan harus berdasarkan peraturan per UU

97,5 2,5

5 Bahasa yang sederhana 96,3 3,7

6 Diperbolehkan memberikan informasi keunggulan 7,4 92,6

7 Diperankan oleh tenaga kesehatan 26,0 74,0

8 Dilarang memberikan informasi yang menyesatkan 92,6 7,4 9 Diperbolehkan anjuran dari profesi kesehatan 19,8 80,2

10 Diperbolehkan mendorong penggunaan berlebihan atau terus menerus

88,9 11,1

11 Mencantumkan informasi baca aturan pakai jika sakit berlanjut hubungi dokter

97,5 2,5

12 Diperbolehkan menunjukkan efek menyembuhkan 24,7 75,3

13 Adanya informasi kandungan zat aktif 97,5 2,5 14 Adanya informasi indikasi/khasiat obat 98,8 1,2

15 Adanya informasi perhatian 96,3 3,7

16 Adanya informasi nama industri farmasi 98,8 1,2

17 Adanya informasi kontraindikasi 98,8 1,2


(68)

Hasil menunjukkan persentase yang besar terhadap tingkat pengetahuan pada mahasiswa, ditunjukkan dengan sebagian besar dari pernyataan di jawab benar oleh responden. Pernyataan nomor 1, 6, 7, 9, dan 12 tentang definisi sakit kepala, diperbolehkan memberikan informasi keunggulan, iklan diperankan oleh tenaga kesehatan, diperbolehkan anjuran dari profesi kesehatan, dan diperbolehkan menunjukkan efek menyembuhkan pada kuesioner cenderung di jawab salah oleh responden. Hal ini disebabkan karena fakultas responden bukan merupakan Fakultas Farmasi yang mempelajari tentang peraturan periklanan obat sehingga pengetahuan responden akan peraturan periklanan juga kurang. Menurut Wawan dan Dewi (2010), faktor-faktor internal yang mempengaruhi pengetahuan salah satunya adalah pendidikan. Pendidikan diperlukan untuk mendapatkan informasi yang nantinya dapat meningkatkan kualitas hidup. Pendidikan dapat mempengaruhi seseorang maupun perilaku seseorang, dimana makin tinggi pendidikan seseorang maka makin mudah menerima informasi sehingga pengetahuan seseorang juga meningkat.


(69)

Gambar 5. Tingkat pengetahuan responden mengenai iklan obat sakit kepala di televisi

Berdasarkan pernyataan-pernyataan untuk mengukur tingkat pengetahuan responden tentang iklan obat sakit kepala di televisi, sebagian besar responden memiliki tingkat pengetahuan yang tinggi yaitu dengan jumlah persentase 63,0 %, sedangkan responden yang lainnya memiliki tingkat pengetahuan yang sedang dengan persentase sebesar 37,0 %. Notoatmodjo (2003) mengatakan bahwa pengetahuan atau kognitif merupakan faktor yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Tindakan yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Sebelum seseorang mengambil tindakan, ia harus tahu terlebih dahulu apa arti atau tahu manfaat tindakan tersebut bagi dirinya atau keluarganya.

2. Sikap responden mengenai iklan obat sakit kepala

Variabel sikap mengenai iklan obat sakit kepala di televisi ini terdiri dari 14 pernyataan. Setiap pernyataan sikap pada penelitian ini dianalisis untuk

0 10 20 30 40 50 60 70

Rendah Sedang Tinggi

0

37.0 %


(70)

mengetahui kecenderungan jawaban responden ke arah positif ataupun negatif, mengenai peraturan periklanan obat yang meliputi persyaratan, tata karma, dan tata cara periklanan.

Tabel XV. Gambaran jawaban responden aspek sikap mengenai iklan obat sakit kepala di televisi

No Pernyataan Persentase jawaban

responden (%)

Kecenderungan (SS+S)/(TS+STS)

SS S TS STS

1 Mencantumkan nama industri farmasi

21,0 59,2 17,3 2,5 Setuju 2 Mencantumkan kandungan

zat aktif obat

43,2 45,7 9,9 1,2 Setuju 3 Mencantumkan informasi

peringatan

51,8 42,0 5,0 1,2 Setuju 4 Mencantumkan informasi

perhatian

45,7 48,1 5,0 1,2 Setuju 5 Mencantumkan efek

samping obat

49,4 44,4 6,2 - Setuju 6 Mencantumkan

kontraindikasi

50,6 40,7 7,4 1,2 Setuju 7 Menunjukkan efek cepat

menyembuhkan

8,6 49,4 34,6 7,4 Setuju 8 Mencantumkan kata

“segera” 2,5 19,7 61,7 16,0 Tidak Setuju

9 Iklan obat yang sering muncul di televisi dapat menjamin keamanannya

5,0 33,3 46,9 14,8 Tidak Setuju

10 Iklan obat sakit kepala di televisi tidak menarik perhatian

16,0 42,0 38,3 3,7 Setuju

11 Rekomendasi tenaga kesehatan menjamin khasiat manjur

7,4 58,0 27,2 7,4 Setuju

12 Iklan obat yang diperankan tenaga kesehatan dapat menjamin keamanannya

6,2 51,8 35,8 6,2 Setuju

13 Ketidakpahaman akan informasi iklan obat sakit kepala

8,6 35,8 49,4 6,2 Tidak Setuju

14 Iklan obat di televisi tidak membantu dalam pemilihan obat sakit kepala


(1)

Lampiran 6. Gambaran jawaban kuesioner aspek tindakan uji reliabilitas

Resp Item Total

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14

1 2 3 3 3 4 3 2 2 3 2 2 3 3 2 37

2 4 4 3 3 4 4 3 2 3 4 4 3 4 2 47

3 3 2 3 2 3 2 2 2 3 3 2 2 3 3 35

4 3 2 2 2 4 3 3 2 4 4 2 3 3 2 39

5 4 2 4 3 4 4 2 4 4 4 3 2 2 3 45

6 3 3 3 2 3 2 3 3 3 3 3 4 3 3 41

7 3 3 2 2 2 2 2 2 3 3 2 2 3 2 33

8 3 3 2 2 3 2 2 2 3 3 3 3 2 2 35

9 2 3 3 2 2 3 3 3 3 3 2 2 2 3 36

10 2 2 3 2 3 2 3 3 3 3 2 3 2 2 35

11 3 3 3 2 2 2 2 2 3 3 2 3 3 2 35

12 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 38

13 3 3 2 2 2 2 2 2 3 3 2 3 3 2 34

14 3 2 3 3 3 2 2 2 3 3 2 3 2 3 36

15 4 3 2 2 4 3 3 3 4 4 3 2 3 4 44

16 3 4 3 3 3 3 2 3 3 3 2 3 3 2 40

17 4 3 4 2 4 4 3 2 4 4 3 4 4 4 49

18 3 4 3 2 3 3 2 3 3 3 2 3 3 2 39

19 3 2 2 2 2 3 3 3 4 4 2 2 3 2 37

20 3 3 2 3 3 2 2 3 3 3 3 3 3 2 38

21 2 2 4 2 3 2 4 2 3 3 3 4 2 3 39

22 2 3 4 3 2 2 3 3 2 4 3 4 2 3 40

23 3 2 3 3 2 3 4 2 3 3 4 3 3 2 40

24 2 2 2 2 4 2 2 2 2 3 2 2 2 4 33

25 2 3 4 2 3 2 2 2 2 3 2 4 2 2 35

26 3 2 2 3 3 3 3 3 3 4 3 3 2 4 41

27 4 3 2 2 3 2 4 2 3 3 2 3 3 3 39

28 3 3 2 2 2 2 2 2 3 3 2 4 2 3 35

29 3 3 2 2 4 2 2 2 3 3 2 3 3 2 36

30 2 3 3 2 3 2 3 2 2 3 3 3 2 2 35

31 4 2 3 3 2 3 4 4 4 4 2 3 3 2 43


(2)

Lampiran 7. Hasil uji reliabilitas kuesioner aspek pengetahuan

Lampiran 8. Hasil uji reliabilitas kuesioner aspek sikap


(3)

Lampiran 10. Hasil uji normalitas data penelitian aspek pengetahuan

Lampiran 11. Hasil uji normalitas data penelitian aspek sikap


(4)

Lampiran 13. Korelasi aspek pengetahuan dan aspek tindakan


(5)

Lampiran 15. Surat permohonan ijin penelitian ke Biro Administrasi Akademik (BAA)

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta


(6)

BIOGRAFI PENULIS

Rambu Roku Sowi, dilahirkan di Galumarada, Sumba

Tengah pada tanggal 12 Desember 1993, putri kedua dari

pasangan Bapak Yulius Umbu Sili dan Ibu Dorkas Rambu Edda.

Penulis menempuh pendidikan di SDM Waibakul (1999-2005),

SMP Kristen Waikabubak (2005-2008), SMA Negeri 1

Waingapu (2008-2011) dan penulis melanjutkan pendidikan di

Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Selama menempuh pendidikan di perguruan tinggi, penulis

terlibat dalam beberapa kegiatan kemahasiswaan seperti

kepanitiaan Pengambilan Sumpah/Janji Apoteker Angkatan

XXV dan XXVI,

kepanitiaan Seminar Nasional “Young

Generation with No More HIV

Infections, Discriminations, and AIDS Related Deaths 2012

, kepanitiaan Seminar Nasional

“Menyongsong Penerapan Sistem Jaminan Sosial Nasional 2014”, dan kepanitiaan Desa

Mitra 2013. Prestasi yang pernah diraih penulis yaitu lolos seleksi dan didanai hibah oleh

DIKTI pada tahun 2013 dalam Program Kreativitas Mahasiswa (PKM-M).


Dokumen yang terkait

Gambaran Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Penggunaan Obat Pencahar Sebagai Obat Pelangsing di Kalangan Ibu-ibu di Kota Medan

2 44 98

Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Kepatuhan Pasien pada Penggunaan Obat Tuberkulosis di Rumah Sakit Dr. Soepraoen Malang

1 30 23

Hubungan tingkat pengetahuan dan sikap mengenai persepsi periklanan obat di televisi terhadap tindakan penggunaan obat di kalangan ibu Rumah Tangga di Kecamatan Cangkringan Kabupaten Sleman pada tahun 2014 : studi kasus obat sakit kepala.

0 1 171

Hubungan tingkat pengetahuan dan sikap mengenai iklan obat sakit kepala di televisi terhadap tindakan penggunaan obat sakit kepala di kalangan ibu rumah tangga di Kecamatan Depok Kabupaten Sleman Yogyakarta pada tahun 2014.

0 2 196

MANAJEMEN WAKTU MAHASISWA TERHADAP KURIK

0 1 17

OBAT SAKIT KEPALA PANADOL EXTRA

0 0 8

Gambaran Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Penggunaan Obat Pencahar Sebagai Obat Pelangsing di Kalangan Ibu-ibu di Kota Medan

1 0 13

TINGKAT PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERSEPSI TENAGA KESEHATAN TERHADAP KEHALALAN OBAT DI RUMAH SAKIT KABUPATEN BANYUMAS

0 1 15

Hubungan antara karakteristik sosio-demografi terhadap tingkat pengetahuan, sikap, dan tindakan penggunaan antibiotika tanpa resep di kalangan mahasiswa Universitas Sanata Dharma Yogyakarta - USD Repository

0 1 161

Hubungan antara pengetahuan dan sikap mengenai obat tradisional dan obat modern terhadap tindakan pemilihan obat pada pengobatan mandiri di kalangan mahasiswa Universitas Sanata Dharma Yogyakarta - USD Repository

0 3 139