Rancangan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Team Achievement Division) untuk meningkatkan motivasi belajar siswa dan prestasi belajar siswa.
RANCANGAN PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN
KOOPERATIF TIPE STAD (STUDENT TEAM
ACHIEVEMENT DIVISION) UNTUK MENINGKATKAN
MOTIVASI BELAJAR SISWA DAN PRESTASI BELAJAR
SISWA
Mice Listina Nesi Universitas Sanata Dharma
2016
Tujuan dari tulisan ini adalah mendiskusikan kesiapan rancangan penerapan kooperatif tipe STAD untuk meningkatkan motivasi dan prestasi belajar siswa digunakan di kelas. Dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD ini diharapkan mengaktifkan siswa dalam proses pembelajaran.
Rancangan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD merupakan penelitian tindakan kelas. Dalam melakukan rancangan tindakan, dilakukan langkah-langkah: merumuskan masalah, mengkaji teori, dan merumuskan hipotesis tindakan.
Rancangan model pembelajaran kooperatif tipe STAD sudah disusun sesuai dengan teori sehingga rancangan tersebut dapat digunakan untuk meningkatkan motivasi dan prestasi belajar siswa. Rancangan model pembelajaran kooperatif tipe STAD sangat cocok digunakan sekolah yang memiliki siswa yang heterogen dan sekolah yang memiliki relatif banyak siswa.
(2)
DESIGN OF APPLICATION OF COOPERATIVE
LEARNING MODEL STAD (STUDENT TEAM
ACHIEVEMENT DIVISION)
TO INCREASE STUDENTS’
MOTIVATION AND STUDENTS’ ACHIEVEMENT
Mice Listina NesiSanata Dharma University 2016
The purpose of this paper is to discuss the design of the application of cooperative readiness of STAD to increase motivation and students’ achievement in the classroom. Using STAD cooperative learning model is expected to activate students in learning process.
Design of implementation of STAD cooperative learning model is a class action research. By applying the draft there were some steps to be done: formulating the problem, examining the theory, and formulating hypotheses actions.
Draft of STAD cooperative learning model has been prepared in accordance with the theory so that the design can be used to increase motivation and student achievement. Draft of STAD cooperative learning model is very suitable for schools that have heterogeneous students and schools that have relatively many students.
(3)
i
RANCANGAN PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN
KOOPERATIF TIPE STAD (STUDENT TEAM ACHIEVEMENT
DIVISION) UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR
SISWA DAN PRESTASI BELAJAR SISWA
TUGAS AKHIR
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi
Oleh: Mice Listina Nesi
NIM: 101334077
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI
BIDANG KEAHLIAN KHUSUS PENDIDIKAN AKUNTANSI
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2016
(4)
(5)
(6)
iv
PERSEMBAHAN
Dengan penuh rasa syukur dan terima kasih kupersembahkan tugas akhir ini kepada Tuhan Yesus yang Maha Baik yang selalu setia mendampingi setiap langkah perjalanan hidupku terkhusus dalam perjalanan menempuh studiku.
Untuk segenap keluargaku, bapak Lakuri, ibu Wilin, adik, dan saudara-saudaraku, terima kasih atas segala doa, dukungan, bantuan, dan support yang selama ini diberikan.
Semua sahabatku, teman-teman, dan para dosen Program Studi Pendidikan Ekonomi BKK Pendidikan Akuntansi terima kasih atas segala doa, dukungan, dan perhatian.
Almamaterku Program Studi Pendidikan Ekonomi BKK Pendidikan Akuntansi Jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Kupersembahkan karya ini untuk almamaterku: Universitas Sanata Dharma
(7)
v
MOTTO
(8)
(9)
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMISI
Yang bertanda tangan dibawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dhanna: Nama : Mice Listina Nesi
Nomor Mahasiswa : 101334077
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dhanna karya ilmiah saya yang berjudul:
RANCANGAN PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD (STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISION) UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA DAN PRESTASI
BELAJAR SISWA
Beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dhanna hak untuk menyimpan, untl1k mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas dan mempublikasikanya di internet atau media lain untuk kepentingan akademisi tanpa perlu ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal: OC) ~(JveMber.,1O\ ~
Yang menyatakan
Mice Listina Nesi
(10)
vii ABSTRAK
RANCANGAN PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD (STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISION) UNTUK
MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA DAN PRESTASI BELAJAR SISWA
Mice Listina Nesi Universitas Sanata Dharma
2016
Tujuan dari tulisan ini adalah mendiskusikan kesiapan rancangan penerapan kooperatif tipe STAD untuk meningkatkan motivasi dan prestasi belajar siswa digunakan di kelas. Dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD ini diharapkan mengaktifkan siswa dalam proses pembelajaran.
Rancangan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD merupakan penelitian tindakan kelas. Dalam melakukan rancangan tindakan, dilakukan langkah-langkah: merumuskan masalah, mengkaji teori, dan merumuskan hipotesis tindakan.
Rancangan model pembelajaran kooperatif tipe STAD sudah disusun sesuai dengan teori sehingga rancangan tersebut dapat digunakan untuk meningkatkan motivasi dan prestasi belajar siswa. Rancangan model pembelajaran kooperatif tipe STAD sangat cocok digunakan sekolah yang memiliki siswa yang heterogen dan sekolah yang memiliki relatif banyak siswa.
(11)
viii ABSTRACT
DESIGN OF APPLICATION OF COOPERATIVE LEARNING MODEL STAD (STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISION) TO INCREASE
STUDENTS’ MOTIVATION AND STUDENTS’ ACHIEVEMENT Mice Listina Nesi
Sanata Dharma University 2016
The purpose of this paper is to discuss the design of the application of cooperative readiness of STAD to increase motivation and students’ achievement in the classroom. Using STAD cooperative learning model is expected to activate students in learning process.
Design of implementation of STAD cooperative learning model is a class action research. By applying the draft there were some steps to be done: formulating the problem, examining the theory, and formulating hypotheses actions.
Draft of STAD cooperative learning model has been prepared in accordance with the theory so that the design can be used to increase motivation and student achievement. Draft of STAD cooperative learning model is very suitable for schools that have heterogeneous students and schools that have relatively many students.
(12)
ix
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat karunia dan kesempatan yang telah diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini dengan lancar. Tugas Akhir dengan judul “Rancangan Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Student
Team Achievement Division) Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Dan
Prestasi Belajar Siswa.”
Tugas Akhir ini disusun untuk memenuhi syarat dalam memperoleh gelar sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi di Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Ilmu Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Dalam pembuatan Tugas Akhir ini penulis banyak mendapatkan bantuan dan dukungan baik secara moril, materiil, bimbingan maupun kerja sama, untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Rohandi, Ph.D selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
2. Bapak Ignatius Bondan Suratno, S.Pd., M.Si selaku Ketua Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi Universitas Sanata Dharma.
3. Bapak Ignatius Bondan Suratno, S.Pd., M.Si selaku dosen pembimbing yang telah memberikan saran, bimbingan, arahan dalam penyusunan Tugas Akhir ini, serta dukungan baik secara moril maupun materiil yang diberikan kepada penulis.
(13)
x
4. Segenap dosen Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi yang telah memberikan ilmunya selama penulis menempuh pendidikan di Universitas Sanata Dharma.
5. Mbak Aris selaku staf sekretariat Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi yang selama ini telah membantu melayani administrasi.
6. Kedua orang tua Bapak Lakuri dan Ibu Wilin, adik, dan saudara yang selalu mendampingi, memberikan doa, semangat, dukungan baik moril maupun materiil.
7. Sahabat-sahabat seperjuanganku selama menempuh studi di Universitas Sanata Dharma Maria Nage Pajo dan teman-teman semua terima kasih atas segala dukungan dan doa yang diberikan. Terima kasih sudah bersedia aku repotkan selama ini.
(14)
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
HALAMAN MOTTO ... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii
ABSTRAK ... viii
ABSTRACT ... ix
KATA PENGANTAR ... x
DAFTAR ISI ... xi
DAFTAR LAMPIRAN ... xiii
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 4
C. PemecahanMasalah ... 4
D. BatasanMasalah ... 4
E. TujuanPenelitian ... 5
F. Manfaat Penelitian ... 5
BAB II KAJIAN TEORI A. Penelitian Tindakan Kelas ... 7
1. Pengertian PTK ... 7
2. Tujuan PTK ... 10
3. ManfaatPTK ... 10
4. Karakteristik PTK ... 11
5. Prinsip-Prinsip PTK ... 13
6. ButirKunci PTK ... 14
xi
(15)
xii
9. Perbedaan Antara PTK dan Non PTK ... 18
10.Langkah-Langkah PTK ... 19
B. Motivasi Belajar ... 20
1. Pengertian Motivasi Belajar ... 20
2. Aspek-Aspek Motivasi Belajar ... 21
3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Motivasi Belajar ... 22
C. Prestasi Belajar ... 24
1. Pengertian Prestasi ... 24
2. Pengertian Belajar ... 24
3. Pengertian Prestasi Belajar ... 25
D. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD ... 26
1. Pengertian Pembelajaran ... 27
2. Pengertian Model Pembelajaran ... 28
3. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD ... 31
E. Kerangka Berpikir ... 44
F. Indikator Keberhasilan ... 45
BAB III PEMBAHASAN A. Rancanangan Tindakan ... 45
B. Pembahasan ... 50
1. Merasakan Adanya Masalah ... 50
2. Identifikasi Masalah ... 52
3. Analisis Masalah ... 53
4. Merumuskan Masalah ... 55
5. Mengkaji Teori ... 55
6. Merencanakan Tindakan ... 56
BAB IV Kesimpulan ... 57
DAFTAR PUSTAKA ... 58
(16)
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Lembar Observasi ... 60 Lampiran 2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 66
(17)
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Ada kecenderungan dalam dunia pendidikan dewasa ini peserta didik akan belajar lebih baik jika lingkungan diciptakan secara alamiah, belajar akan lebih bermakna jika peserta didik mengalami sendiri apa yang dipelajarinya. Mengajar bukan hanya guru yang bercerita dan memberikan pengetahuan kepada siswa, tetapi siswalah yang harus lebih aktif dikelas. Pembelajaran konvensional ini kurang memberikan hasil yang maksimal, siswa merasa jenuh, motivasi siswa menjadi rendah dan nilai yang diperoleh kurang maksimal, selain itu pembelajaran konvensional membuat siswa hanya duduk diam,mendengar, mencatat dan menghafal.
Dalam kegiatan belajar mengajar tidak semua peserta didik mampu berkonsentrasi dalam waktu yang relatif lama. Daya serap yang dimiliki oleh peserta didik sangat bervariasi, ada yang cepat, ada yang sedang dan ada yang lambat.Cepat lambatnya penerimaan peserta didik terhadap pelajaran sangat bervariasi, sehingga sangat berpengaruh terhadap prestasi yang diperoleh peserta didik.
Dengan adanya motivasi yang berbeda-beda dimiliki oleh peserta didik sebagaimana dijelaskan diatas, maka diperlukan strategi pembelajaran yang tepat yang harus dilakukan oleh pendidik agar peserta didik memiliki prestasi yang baik. Berbagai macam model pembelajaran yang diberikan oleh pendidik
(18)
supaya motivasi dan prestasi belajar peserta didik bisa lebih baik. Untuk sekelompok peserta didik boleh jadi mereka memiliki motivasi yang kuat dalam mengikuti pelajaran disekolah, tetapi untuk sebagian peserta didik yang lain memiliki motivasi yang rendah dalam mengikuti pembelajaran yang diberikan oleh pendidik disekolah.
Pendidik harus memiliki strategi dalam mengajar supaya peserta didik dapat belajar secara efektif dan efisien, sehingga tercapai tujuan yang diharapkan. Salah satu strategi yang dilakukan oleh pendidik adalah harus menguasai berbagai macam model pembelajaran supaya peserta didik termotivasi untuk selalu belajar sehingga tercapai prestasi yang memuaskan. Dengan demikian, model pembelajaran yang diberikan oleh pendidik merupakan strategi untuk mencapai tujuan yang diharapkan.
Materi, pendekatan, strategi, metode dan teknik pembelajaran harus disusun sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan peserta didik agar proses pembelajaran berjalan efektif dan efisien sehingga tercapai kompetensi yang sesuai sasaran. Untuk itu seorang guru membutuhkan sebuah metode yang tepat dalam mengoptimalkan ketrampilan peserta didik dalam pembelajaran. Guru berperan aktif dalam dunia pendidikan sehingga mampu menghasilkan lulusan yang berkompeten. Selain itu, siswa mampu mengikuti kegiatan belajar mengajar dengan baik,aktif dan menyenangkan.
Berdasarkan uraian diatas, diperlukan adanya suatu pembelajaran yang menarik, mudah dipahami, membuat aktif siswa dan tidak membosankan yang dapat menumbuhkan interaksi dengan siswa lain guna mencapai tujuan
(19)
pembelajaran yang efektif dan efisien. Menurut Isjoni (2007: 66)pembelajaran kooperatif sebagai pembelajaran yang melibatkan siswa untuk bekerjasama dalam kelompok-kelompok untuk mengerjakan tugas atau mencari penyelesaian masalah terhadap suatu masalah untuk mencapai tujuan bersama. Sedangkan menurut Slavin (2009: 4) pembelajaran kooperatif merujuk pada berbagai metode pengajaran dimana para peserta didik belajar dalam kelompok-kelompok kecil untuk saling membantu satu sama lain dalam mempelajari materi pelajaran. Pembelajaran kooperatif menekankan pada kerja sama antar siswa dalam kelompok untuk mencapai tujuan pembelajaran. Melalui belajar secara kelompok, peserta didik memperoleh kesempatan untuk saling berinteraksi dengan teman-temanya.
Tipe pembelajaran kooperatif ada beberapa macam, salah satunya adalah
Student Team Achievement Division (STAD). Peneliti akan menggunakan
model pembelajaran ini sebagai strategi dalam meningkatkan motivasi dan prestasi belajar siswa dikelas. Pada dasarnya model ini dirancang untuk memotivasi siswa agar saling membantu antara siswa satu dengan yang lainya dalam mengusasi materi yang diberikan oleh guru, model pembelajaran kooperatif tipe STAD juga menuntut siswa untuk aktif dan dapat memahami materi.
Berdasarkan pernyataan diatas, peneliti akan merancang Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif tipe Student Team Achievement Division (STAD) untuk meningkatkan motivasi dan prestasi belajar siswa.
(20)
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis merumuskan permasalahanya sebagai berikut: Apakah rancangan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD untuk meningkatkan motivasi dan prestasi belajar siswa siap digunakan dikelas.
C. Pemecahan Masalah
Pemecahan masalah yang diterapkan dalam penelitian ini adalah dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD untuk meningkatkan motivasi dan prestasi belajar siswa. Dengan menerapkan model pembelajaran ini diharapkan motivasi dan prestasi belajar siswa dapat meningkat.
D. Batasan Masalah
Oleh karena adanya keterbatasan waktu, maka dilakukan pembatasan masalah yang meliputi :
1. Penelitian ini hanya dikenakan pada siswa kelas XI SMK tahun pembelajaran 2015/2016.
2. Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tahun pemmbelajaran 2015/2016
(21)
E. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan permasalahan diatas, penelitian ini bertujuan untuk: Mengetahui rancangan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD untuk meningkatkan motivasi dan prestasi belajar siswa siap digunakan dikelas.
F. Manfaat Penelitian
Adapun maksud penulis mengadakan penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai :
1. Secara Teoritis
Penelitian ini digunakan untuk mengetahui penerapan model pembelajaran Kooperatif Tipe STAD sebagai model pembelajaran kelompok yang dapat mempermudah peserta didik dalam memahami dan menyerap pelajaran sehingga dapat meningkatkan motivasi dan prestasi belajar siswa.
2. Secara Praktis
a. Bagi siswa, hasil penelitian ini dapat digunakan untuk membantu pelajaran peserta didik untuk meningkatkan motivasi dan prestasi belajar siswa.
b. Membuat suasana yang menyenangkan, proses belajar lebih efektif dan efisien
c. Bagi guru dan calon guru, penelitian dapat dijadikan referensi dan tambahan pengetahuan tentang model pembelajaran khususnya untuk meningkatkan motivasi dan prestasi belajar siswa.
(22)
d. Bagi pihak sekolah, penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk meningkatkan kualitas proses belajar mengajar disekolah serta menciptakan peserta didik yang berkualitas.
(23)
BAB II KAJIAN TEORI
A. Penelitian Tindakan Kelas
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) merupakan bentuk penelitian yang
paling sesuai untuk mengatasi berbagai permasalahan pembelajaran yang
dihadapi guru. Seorang guru yang melaksanakan PTK akan memperoleh
manfaat ganda, baik bagi dirinya, para siswanya, maupun bagi institusi
pendidikan. Bagi guru, PTK akan meningkatkan kualitas kinerjanya,
meningkatkan kemampuan dalam menyelesaikan masalah pembelajaran,
sekaligus meningkatkan kemampuan dalam kegiatan pengembangan profesi,
khususnya dalam kegiatan penelitian pendidikan. Bagi siswa, dengan PTK,
kualitas proses dan hasil belajarnya akan meningkat. Jika kemampuan guru
dan siswa meningkat, sekolah juga akan memperoleh keuntungan karena
memiliki guru yang profesional dan menghasilkan lulusan yang lebih
berkualitas.
1. Pengertian PTK
Terkait dengan pengertian PTK ini, ada beberapa rumusan definisi PTK
yang perlu disiasati dan dipahami.
a) Hopkins (1993): PTK adalah suatu bentuk yang bersifat reflektif, yang
dilakukan oleh pelaku tindakan untuk meningkatkan kemampuan rasional
dari tindakan-tindakannya dalam melaksanakan tugas dan memperdalam
pemahaman terhadap kondisi dalam praktik pembelajaran.
(24)
b) Kemmis dan Mc. Taggart (1988): PTK adalah studi yang dilakukan untuk
memperbaiki diri sendiri, pengalaman kerja sendiri, yang dilaksanakan
secara sistematis, terencana, dan dengan sikap mawas diri.
c) Rochman Natawijaya (1977): PTK adalah pengkajian terhadap
permasalahan praktis yang bersifat situasional dan kontekstual, yang
ditujukan untuk menentukan tindakan yang tepat dalam rangka pemecahan
masalah yang dihadapi, atau memperbaiki sesuatu.
d) Suyanto (1997): PTK adalah suatu bentuk penelitian yang bersifat reflektif
dengan melakukan tindakan-tindakan tertentu agar dapat memperbaiki
dan/atau meningkatkan praktik-praktik pembelajaran dikelas secara
profesional.
e) Tim PGSM (1999): PTK sebagai suatu bentuk kajian yang bersifat
reflektif oleh pelaku tindakan yang dilakukan untuk meningkatkan
kemantapan rasional dari tindakan mereka dalam melaksanakan tugas,
memperdalam pemahaman terhadap tindakan-tindakan yangdilakukan,
serta memperbaiki kondisi dimana praktik pembelajaran dikelas secara
profesional.
Dari kelima rumusan di atas dapat ditemukan kata-kata kunci (key words)
yang terkait dengan PTK.
1) PTK bersifat reflektif. Maksudnya adalah PTK diawali dari proses
perenungan atas dampak tindakan yang selama ini dilakukan oleh guru
(25)
diketahui apakah tindakan yang selama ini telah dilakukan telah
berdampak positif dalam pencapaian tujuan pembelajaran atau tidak.
2) PTK dilakukan oleh pelaku tindakan. Maksudnya adalah PTK dirancang,
dilaksanakan, dan dianalisis oleh guru yang bersangkutan dalam rangka
ingin memecahkan masalah pembelajaran yang dihadapinya di kelas.
Kalaupun dilakukan secara kolaboratif, pelaku utama PTK tetap oleh guru
yang bersangkutan.
3) PTK dilakukan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. Maksudnya
adalah dengan PTK ini diharapkan dapat meningkatkan kualitas berbagai
aspek pembelajaran sehingga kompetensi yang menjadi target
pembelajaran dapat tercapai secara maksimal (efektif dan efisien).
4) PTK dilaksanakan secara sistematis, terencana, dan dengan sikap mawas
diri. Maksudnya adalah setiap langkah yang dilakukan dalam PTK harus
dilakukan dengan terprogram dan penuh kesadaran sehingga dapat
diketahui aspek-aspek mana yang perlu ditingkatkan dan diperbaiki demi
ketercapaian kompetensi yang di targetkan.
5) PTK bersifat situasional dan kontekstual. Maksudnya adalah PTK selalu
dilakukan dalam situasi dan kondisi tertentu, untuk kelas dan topik mata
pelajaran tertentu sehingga simpulan atau hasilnya pun hanya diarahkan
(26)
2. Tujuan PTK
Berdasarkan pengertian di atas, PTK bertujuan untuk memperbaiki dan
meningkatkan kualitas pembelajaran serta membantu memberdayakan guru
dalam memecahkan masalah pembelajaran di sekolah.
Pada sisi lain, PTK akan mendorong para guru untuk memikirkan apa
yang mereka lakukan sehari-hari dalam menjalankan tugasnya. Mereka akan
kritis terhadap apa yang mereka lakukan tanpa tergantung pada teori-teori
yang muluk-muluk dan bersifat universal yang ditemukan oleh para pakar
peneliti yang sering kali tidak cocok dengan situasi dan kondisi kelas. Bahkan,
keterlibatan mereka dalam PTK sendiri akan menjadi pakar peneliti di
kelasnya, tanpa bergantung pada para peneliti lain yang tidak tahu mengenai
permasalahan dikelasnya sehari-hari.
3. Manfaat PTK
Banyak manfaat yang dapat dipetik dari pelaksanaan PTK. Manfaat tersebut
antara lain sebagai berikut.
a. Dengan pelaksanaan PTK akan terjadi peningkatan kompetensi guru
dalam mengatasi masalah pembelajaran yang menjadi tugas utamanya.
b. Dengan pelaksanaan PTK akan terjadi peningkatan sikap profesional guru.
c. Dengan pelaksanaan PTK akan terjadi perbaikan dan/atau peningkatan
kinerja belajar dan kompetensi siswa.
d. Dengan pelaksanaan PTK akan terjadi perbaikan dan/atau peningkatan
(27)
e. Dengan pelaksanaan PTK akan terjadi perbaikan dan/atau peningkatan
kualitas pengguna media, alat bantu belajar, dan sumber belajar lainnya.
f. Dengan pelaksanaan PTK akan terjadi perbaikan dan/atau peningkatan
kualitas prosedur dan alat evaluasi yang digunakan untuk mengukur proses
dan hasil belajar siswa.
g. Dengan pelaksanaan PTK akan terjadi perbaikan dan/atau pengembangan
pribadi siswa di sekolah.
h. Dengan pelaksanaan PTK akan terjadi perbaikan dan/atau peningkatan
kualitas penerapan kurikulum.
4. Karakteristik PTK
Apabila dirumuskan, karakteristik PTK dapat dijabarkan sebagai berikut.
a. Masalah PTK berawal dari guru
PTK haruslah diilhami oleh permasalahan praktis yang dihayati oleh guru
sebagai pelaku pembelajaran di kelas. Guru merasakan adanya masalah di
kelasnya ketika dia mengajar. Guru berusaha untuk mengatasi masalah di
kelas itu dengan sebuah penelitian yang disebut PTK. PTK bukanlah
penelitian yang dilakukan oleh pihak luar yang tidak tahu tentang
seluk-beluk yang terjadi di dalam kelas. PTK bukan penelitian yang disarankan
oleh pihak lain kepada guru, melainkan muncul dari dalam diri guru
sendiri yang merasakan adanya masalah.
b. Tujuan PTK adalah memperbaiki pembelajaran
Dengan PTK, guru akan berupaya untuk memperbaiki praktik
(28)
mengorbankan proses pembelajaran karena melakukan PTK. PTK tidak
boleh menjadi proses pembelajaran terganggu. Guru tidak perlu mengubah
jadwal rutin di kelas yang sudah direncanakan hanya untuk PTK. PTK
haruslah sejalan dengan rencana rutin Anda sebagai guru. Bahkan, PTK
juga diharapkan tidak lagi memberikan beban tambahan yang lebih berat
dari anda. PTK justru harus dikerjakan terintegrasi di kelas.
(Suyanto,1997).
c. PTK adalah penelitian yang bersifat kolaboratif
Guru tidak harus sendirian dalam upaya memperbaiki praktik
pembelajaran di kelas. Namun, dapat Anda laksanakan dengan cara
berkolaborasi dengan dosen LPTK maupun dengan teman sejawat. Dengan
cara itu, sebagai guru, Anda akan banyak menerima masukan tentang
prosedur PTK yang benar. Dosen dapat bertindak sebagai mitra diskusi
yang baik untuk merumuskan masalah yang tepat, menentukan hipotesis
tindakan yang baik, serta membantu analisis data penelitian. Sebaiknya,
dosen LPTK dapat memperoleh masukanyang berharga dari orang yang
benar-benar berkecimpung dikancah yang tahu secara persis tentang
permasalahan yang terjadi dikelasnya. Hal yang paling penting lagi ialah
terbentuknya hubungan kesejawatan yang harmonis antara guru dengan
guru ataupun antara guru dengan dosen LPTK. Kehadiran dosen LPTK
dalam PTK adalah sebagai mitra sejawat dan bukan sebagai sosok yang
(29)
d. PTK adalah jenis penelitian yang memunculkan adanya tindakan tertentu untuk memperbaiki proses belajar mengajar di kelas
Tindakan-tindakan tertentu tersebut dapat berupa penggunaan metode
pembelajaran tertentu, penerapan strategi pembelajaran tertentu,
pemakaian media dan sumber belajar tertentu, jenis pengelolaan kelas
tertentu, atau hal-hal yang bersifat inovatif lainnya. Oleh karena itu,
pelitian dikelas yang tanpa memberikan tindakan apa-apa di kelas untuk
perbaikan praktik pembelajaran bukanlah PTK.
e. PTK dapat menjembatani kesenjangan antara teori dan praktik
pendidikan.
Hal itu dapat terjadi karena setelah anda meneliti kegiatan-sendiri di kelas
Anda-dengan melibatkan siswa-anda akan memperoleh balikan yang
bagus dan sistematis untuk perbaikan praktik pembelajaran. Dengan
demikian, Anda dapat membuktikan apakah suatu teori pembelajaran
dapat diterapkan dengan baik atau tidak di kelas. Anda juga dapat
mengadaptasi atau mengadopsi teori tersebut untuk diterapkan di kelas
agar pembelajarannya efektif dan efisien, optimal, serta fungsional.
5. Prinsip – Prinsip PTK
Beberapa prinsip yang dianut dalam Penelitian Tindakan Kelas: a. Tidak mengganggu komitmen mengajar;
b. Tidak menuntut waktu tertentu untuk pengamatan secara khusus; c. Metode pemecahan masalah riil;
(30)
e. Pekerjaan guru ialah mengajarkan perlu ada peningkatan, perubahan sesuai dengan kondisi peserta didik;
f. Masalah penelitian didasarkan atas tanggung jawab profesional;
g. Kepedulian yang tinggi atas prosedur etika pekerjaannya, diketahui oleh pimpinan, disosialisasikan kepada rekan–rekan, tata krama penelitian akademik; dan
h. Permasalahan tidak hanya kelas, tetapi juga mencakup perspektif visi dan misi sekolah.
6. Butir Kunci PTK
a. Memperbaiki hal-hal yang menjadi penyebab timbulnya permasalahan; b. Partisipatori (tidak bekerja sendiri, ada andil dari pihak-pihak lain); c. Berkembang melalui proses refleksi yang bersifat spiral;
d. Kolaboratif, kerjasana dengan subjek tindakan yang dibimbing; e. Proses pembelajaran sistematis karena dirancang dengan cermat; f. Membangun teori secara induktif menentukan praktek/kegiatan belajar ; g. Memerlukan bukti-bukti yang dapat memeriksa gagasan dalam praktek; h. Mendeskripsikan apa yang terjadi, melakukan analisis, kolaborasi, dan
penilaian;
i. Ada kemungkinan resistensi/penolakan baik dari diri sendiri maupun orang lain yang terkena dampak.
(31)
7. Fungsi PTK
Fungsi PTK sebagai alat untuk meningkatkan kualitas pelaksanaan kerja di sekolah dan ruang kelas, misalnya, penelitian tindakan dapat memiliki lima kategori fungsi sebagai (Cohen dan Manion, 1980) :
a. Alat untuk memecahkan masalah yang didiagnosis dalam situasi tertentu; b. Alat pelatihan dalam jabatan, dengan demikian membekali guru yang bersangkutan serta keterampilan dan metode baru, mempertajam kemampuan analisisnya, dan perubahan;
c. Alat untuk mengenalkan pendekatan tambahan atau inovasi pada pengajaran dan pembelajaran ke dalam sistem sekolah yang biasanya menghambat inovasi dan perubahan;
d. Alat untuk meningkatkan komunikasi yang biasanya kurang lancar antara guru lapangan dengan penelitian akademis, dan memperbaiki kegagalan penelitian tradisional dalam memberikan deskripsi yang jelas; dan
e. Alat untuk menyediakan alternatif yang lebih baik daripada pendekatan yang lebih subjektif dan impresionistik pada pemecahan masalah di dalam kelas.
Dari lima kategori di atas, kalau direduksi fungsi penelitian tindakan tersebut sebenarnya sebagai alat untuk meningkatkan kualitas, dan efisiensi pelaksanaan kegiatan pendidikan.
Selanjutnya Cohen dan Manion, (1980) menyatakan bahwa bidang garapan penelitian tindakan meliputi:
(32)
b. strategi belajar; c. prosedur evaluasi;
d. perubahan sikap dan nilai; e. pengembangan jabatan guru; f. pengelolaan dan pengendalian; dan g. administrasi
Bidang garapan penelitian tindakan lainnya yang juga perlu mendapat perhatian ialah :
a. Media pembelajaran, baik cetak maupun non cetak, elektronik dan non elektronik;
b. Lingkungan belajar (setting); c. Materi pembelajaran;
d. Kurikulum; dan
e. Model–model pembelajaan.
8. Kelebihan dan Kekurangan PTK
Penelitian tindakan, seperti halnya jenis pnelitian lain, memiliki kelebihan dan kekurangan. Peneliti dapat mengurangi kekurangannya dan
memaksimalkan kelebihannya. Shumsky (1982) telah mencatat kelebihan penelitian tindakan sebagai berikut:
a. kerja sama dalam penelitian tindakan menimbulkan rasa memiliki;
b. kerja sama dalam penelitian tindakan mendorong kreativitas dan pemikiran kritis;
(33)
d. kerja sama dalam penelitian meningkatkan kesepakatan.
Meskipun memiliki kelebihan–kelebihan sepeti disebutkan di atas, penelitian tindakan memiliki beberapa kelemahan, sebagai berikut:
a. Berkaitan dengan kurangnya pengetahuan dan keterampilan dalam teknik dasar penelitian tindakan pada pihak peneliti
b. Berkenaan dengan waktu. Karena itu, penelitian tindakan memerlukan komitmen peneliti untuk terlibat dalam prosesnya, faktor waktu ini dapat menjadi kendala yang besar. Praktisi yang ingin melakukan tugas rutinnya dan untuk melakukan penelitian.
Untuk mengatasi setiap permasalahan yang muncul atau mungkin terjadi dalam proses pembelajaran, guru harus selalu membuat perencanaan terlebih dahulu, baru kemudian pelaksanaan tindakan sebagai implementasi perencanaan tersebut. Pelaksanaan tindakan selalu disertai dengan pengamatan, baik oleh pelaku sendiri maupun oleh observer lain. Dalam hal ini, observer yang dimaksud juga boleh siswa, rekan guru, kepala sekolah, atau orang lain. Namun sebaiknya siswa tidak mengamati lengsung pada guru supaya tidak mengganggu proses berpikirnya, tetapi dapat menggunakan angket. Observer dilakukan sebagai upaya pengumpulan data. Observer berperan melihat, mendengar, dan mencatat segala yang terjadi selama pelaksanaan tindakan berlangsung, baik dengan atau tanpa menggunakan alat bantu pengamatan. Obsever hendaknya tidak menyalahkan tetapi bersifat mendukung. Observer juga bukan menilai tetapi mencatat fakta yang ada.
(34)
Setelah pembelajaran selesai dan diperoleh hasil pengamatan lengkap mungkin dilakukan diskusi balikan dengan guru yang melaksanakan tindakan. Pelaksanaan diskusi tentang data yang diperoleh dari hasil pengamatan maupun dari tes dan angket, akan diseleksi, disederhanakan, diorganisasikan secara sistematik dan rasional serta dengan teknik tri-angulasi untuk akan memperoleh suatu kesimpulan secara mantap. Kegiatan tersebut merupakan kegiatan refleksi. Refleksi dilakukan secara bersama–sama untuk mengetahui hal–hal mana saja yang sudah harus dipertahankan dan hal–hal mana yang masih harus ditingkatkan atau ditinggalkan. Jika kegiatan yang disebut refleksi ini dilakukan dengan benar dengan telah melibatkan semua pihak yang terkait, maka kegiatan pembelajran atau pelaksanaan tindakan kelas akan selalu bermuara pada hasil suatu tindakan yaitu penyusunan perencanaan dan tindakan perbaikan berikutnya.
Pengkajian seperti membuat perencanaan pembelajaran yang berorientasi pada suatu tujuan melaksanakan perencanaan tersebut yang disertai pengamatan guna memperoleh data tentang pelaksanaan pembelajaran, baik tentang kelebihan maupun kelemahannya, hasilnya dianalisis, dan dikaji secara bersama–sama guna pelaksanaan penyusunan perencanaan tindakan perbaikan. Inilah yang disebut dengan satu siklus dalam PTK.
9. Perbedaan Antara PTK dan Non PTK
Terdapat beberapa perbedaan antara Penelitian Tindakan Kelas dengan jenis penelitian lainnya, seperti ditampilkan pada tabel berikut:
(35)
Tabel Perbedaan PTK dan NonPTK
Non PTK PTK
Dilakukan oleh pihak luar Dilakukan oleh guru; Ketat terhadap syarat–syarat
formal, seperti ukuran sampel, populasi harus representative
Fleksibel terhadap ukuran sampel dan populasi
Instrumen dikembangkan hingga valid dan reliabel
Tidak dituntut pengembangan Instrumen seperti penelitian jenis lain dengan uji validitas dan reliabilitas
Rumusan masalah hanya satu kalimat tertuju ke hasil
Rumusan masalah terdiri dari lebih dari satu kalimat, tertuju ke proses dilanjutkan ke hasil
Menggunakan analisis statistik yang lebih rumit
Tidak menggunakan analisis Statistik yang rumit
Mensyaratkan hipotesis penelitian Tidak menggunakan hipotesis penelitian kecuali hipotesis tindakan dapat memperbaiki proses/praktek
Tidak langsung memperbaiki praktek proses pembelajaran
Pembelajaran secara langsung diperbaiki
Diarahkan pada generalisasi. Tidak diarahkan pada generalisasi.
10.Langkah-langkah PTK
a. Mengidentifikasi masalah
b. Menganalisis masalah
c. Merumuskan masalah
d. Merencanakan PTK
(36)
B. Motivasi Belajar
Kata motivasi berasal dari bahasa Latin yaitu movere, yang berarti bergerak (move). Motivasi menjelaskan apa yang membuat orang melakukan sesuatu, membuat mereka tetap melakukannya, dan membantu mereka dalam menyelesaikan tugas-tugas. Hal ini berarti bahwa konsep motivasi digunakan untuk menjelaskan keinginan berperilaku, arah perilaku (pilihan), intensitas perilaku (usaha, berkelanjutan), dan penyelesaian atau prestasi yang sesungguhnya (Pintrich, 2003).
Menurut Santrock, motivasi adalah proses yang memberi semangat, arah, dan kegigihan perilaku. Artinya, perilaku yang memiliki motivasi adalah perilaku yang penuh energi, terarah, dan bertahan lama (Santrock, 2007). Dalam kegiatan belajar, maka motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat tercapai (Sardiman, 2000).
Sejalan dengan pernyataan Santrock di atas, Brophy (2004) menyatakan bahwa motivasi belajar lebih mengutamakan respon kognitif, yaitu kecenderungan siswa untuk mencapai aktivitas akademis yang bermakna dan bermanfaat serta mencoba untuk mendapatkan keuntungan dari aktivitas tersebut. Siswa yang memiliki motivasi belajar akan memperhatikan pelajaran yang disampaikan, membaca materi sehingga bisa memahaminya, dan menggunakan strategi-strategi belajar tertentu yang mendukung. Selain itu,
(37)
siswa juga memiliki keterlibatan yang intens dalam aktivitas belajar tersebut, rasa ingin tahu yang tinggi, mencari bahan-bahan yang berkaitan untuk memahami suatu topik, dan menyelesaikan tugas yang diberikan.
Siswa yang memiliki motivasi belajar akan bergantung pada apakah aktivitas tersebut memiliki isi yang menarik atau proses yang menyenangkan. Intinya, motivasi belajar melibatkan tujuan-tujuan belajar dan strategi yang berkaitan dalam mencapai tujuan belajar tersebut (Brophy, 2004).
1. Aspek-Aspek Motivasi Belajar
Didalam motivasi belajar ada berbagai macam aspek-aspek yang mempengaruhi. Terdapat dua aspek dalam teori motivasi belajar yang dikemukakan oleh Santrock (2007).
a. Motivasi ekstrinsik, yaitu melakukan sesuatu untuk mendapatkan sesuatu yang lain (cara untuk mencapai tujuan). Motivasi ekstrinsik sering dipengaruhi oleh insentif eksternal seperti imbalan dan hukuman. Misalnya, murid belajar keras dalam menghadapi ujian untuk mendapatkan nilai yang baik. Terdapat dua kegunaan dari hadiah, yaitu sebagai insentif agar mau mengerjakan tugas, dimana tujuannya adalah mengontrol perilaku siswa, dan mengandung informasi tentang penguasaan keahlian.
b. Motivasi intrinsik, yaitu motivasi internal untuk melakukan sesuatu demi sesuatu itu sendiri (tujuan itu sendiri). Misalnya, murid belajar menghadapi ujian karena dia senang pada mata pelajaran yang diujikan itu. Murid termotivasi untuk belajar saat mereka diberi pilihan, senang
(38)
menghadapi tantangan yang sesuai dengan kemampuan mereka, dan mendapat imbalan yang mengandung nilai informasional tetapi bukan dipakai untuk kontrol, misalnya guru memberikan pujian kepada siswa. Terdapat dua jenis motivasi intrinsik, yaitu:
1) Motivasi intrinsik berdasarkan determinasi diri dan pilihan personal. Dalam pandangan ini, murid ingin percaya bahwa mereka melakukan sesuatu karena kemauan sendiri, bukan karena kesuksesan atau imbalan eksternal. Minat intrinsik siswa akan meningkat jika mereka mempunyai pilihan dan peluang untuk mengambil tanggung jawab personal atas pembelajaran mereka.
2) Motivasi intrinsik berdasarkan pengalaman optimal. Pengalaman optimal kebanyakan terjadi ketika orang merasa mampu dan berkonsentrasi penuh saat melakukan suatu aktivitas serta terlibat dalam tantangan yang mereka anggap tidak terlalu sulit tetapi juga tidak terlalu mudah.
2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Motivasi Belajar
Ada berbagai macam faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi belajar. Menurut Brophy (2004), terdapat lima faktor yang dapat mempengaruhi motivasi belajar siwa, yaitu:
a. Harapan guru
Guru selalu mengharapkan agar supaya siswa dapat memahami apa yang diberikan dan bisa mempraktikan kedalam kehidupan sehari-hari.
(39)
b. Instruksi langsung
Guru memberikan saran-saran dan masukan kepada siswa supaya siswa bisa mengikuti pembelajaran dengan baik.
c. Umpan balik (feedback) yang tepat
Adanya kerjasama yang saling menguntungkan antara guru dan siswa didalam proses pembelajaran berlangsung.
d. Penguatan dan hadiah
Guru memberikan hadiah dan penguatan kepada semua siswa yang aktif dan bisa mengerjakan tugas dengan baik dan benar.
e. Hukuman
Didalam belajar mengajar seorang guru akan memberikan hukuman kepada siswa yang tidak mengikuti aturan-aturan yang diberikan oleh sekolah.
Sebagai pendukung kelima faktor di atas, Sardiman (2000) menyatakan bahwa bentuk dan cara yang dapat digunakan untuk menumbuhkan motivasi dalam kegiatan belajar adalah:
a. Pemberian angka, hal ini disebabkan karena banyak siswa belajar dengan tujuan utama yaitu untuk mencapai angka/nilai yang baik.
b. Persaingan/kompetisi.
c. Memberi ulangan, hal ini disebabkan karena para siswa akan menjadi giat belajar kalau mengetahui akan ada ulangan.
d. Memberitahukan hasil, hal ini akan mendorong siswa untuk lebih giat belajar terutama kalau terjadi kemajuan.
(40)
e. Pujian, jika ada siswa yang berhasil menyelesaikan tugas dengan baik, hal ini merupakan bentuk penguatan positif.
C. Prestasi Belajar
Prestasi belajar merupakan hasil usaha belajar yang diperoleh siswa yang berupa nilai-nilai sebagai ukuran dari hasil usaha belajar yang telah dicapai oleh siswa, prestasi belajar ditunjukan dengan jumlah nilai raport.
1. Pengertian Prestasi
Prestasi adalah hasil yang telah dicapai seseorang dalam melakukan kegiatan. Gagne (1985: 40) menyatakan bahwa prestasi belajar dibedakan menjadi lima aspek, yaitu: kemampuan intelektual, strategi kognitif, informasi verbal, sikap dan keterampilan. Menurut Bloom dalam Suharsimi Arikunto (1990: 110) bahwa hasil belajar dibedakan menjadi tiga aspek yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik.
Prestasi merupakan kecakapan atau hasil kongkrit yang dapat dicapai pada saat atau periode tertentu. Berdasarkan pendapat tersebut, prestasi dalam penelitian ini adalah hasil yang telah dicapai siswa dalam proses pembelajaran.
2. Pengertian Belajar
Belajar menurut (Nasution, 1986: 85) adalah perubahan-perubahan dalamsistem urat syaraf, penambahan ilmu pengetahuan, belajar sebagai perubahan kelakuan berkat pengalaman dan latihan. Menurut (Purwanto, 1990: 85) mengatakan bahwa belajar adalah tingkah laku seseorang yang terjadi sebagai hasil latihan atau pengalaman yang telah dilalui, jadi belajar
(41)
akan membawa perubahan-perubahan pada individu baik fisik maupun psikis, perubahan tersebut akan nampak tidak hanya berkaitan dengan aspek pengetahuan saja, tetapi juga berkaitan dengan percakapan, ketrampilan dan sikapnya.
Menurut Winkel, (1996: 242) mengemukakan bahwa belajar adalah suatu aktivitas mental/psikis yang berlangsung dalam interaksi yang aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, ketrampilan dan nilai sikap. Perubahan itu bersifat secara relatif konstan. Kemudian (Hamalik, 1993: 83) mendefinisikan belajar adalah suatu pertumbuhan atau perubahan dalam diri seseorang yang dinyatakan dalam cara-cara bertingkah laku yang baru berkat pengalaman dan latihan.
Berdasarkan pengertian diatas, maka dapat diartikan bahwa prestasi belajar siswa adalah hasil yang dicapai atau diperoleh oleh siswa yang berupa pengetahuan, ketrampilan dan sikap berkat pengalaman dan latihan yang telah dilalui oleh individu.
3. Pengertian Prestasi Belajar
Menurut (Poerwanto, 1986: 28) pengertian prestasi belajar yaitu hasil yang dicapai oleh seseorang dalam usaha belajar sebagaimana yang dinyatakan dalam raport. Selanjutnya menurut (Winkel, 1996: 17) prestasi belajar adalah suatu bukti keberhasilan belajar atau kemampuan seseorang siswa dalam melakukan kegiatan belajarnya sesuai dengan bobot yang dicapainya. Sedangkan menurut (S. Nasution, 1996:17) prestasi belajar adalah kesempurnaan yang dicapai dalam berfikir, merasa dan berbuat. Prestasi
(42)
belajar dikatakan sempurna apabilamemenuhi tiga aspek yakni: kognitif, afektif dan psikomotor. Sebaliknya dikatakan prestasi kurang memuaskan jika seseorang belum mampu memenuhi target dalam kriteria tersebut.
Berdasarkan pengertian diatas, maka dapat dijelaskan bahwa prestasi belajar merupakan tingkat kemanusiaan yang dimiliki oleh siswa dalam menerima, menolak dan menilaki informasi-informasi yang diperoleh dalam proses belajar mengajar. Prestasi belajar seseorang sesuai dengan tingkat keberhasilan dalam mempelajari sesuatu materi pelajaran biasanya dinyatakan dalam bentuk nilai atau raport setiap bidang studi. Prestasi belajar siswa dapat diketahui setelah diadakan evaluasi. Hasil dari evaluasi dapat memperlihatkan tentang tinggi atau rendahnya prestasi belajar siswa.
D. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Student Team Achievement Division)
Pembelajaran kooperatif tipe STAD merupakan salah satu pendekatan pembelajaran yang dapat diterapkan guru di sekolah sesuai dengan tuntutan materi pelajaran yang mengandung unsur kerjasama antara siswa dalam kelas dalam melakukan kerja kelompok. Penekanan pendekatan model pembelajaran kooperatif tipe STAD ini adalah mengaktifkan siswa dalam pembelajaran melalui kerjasama antar siswa dalam suasana belajar berkelompok.
(43)
1. Pengertian pembelajaran
Istilah belajar dan pembelajaran merupakan suatu istilah yang memiliki keterkaitan yang sangat erat dan tidak dapat dipisahkan satu sama lain dalam proses pendidikan. Pembelajaran seharusnya merupakan kegiatan yang dilakukan untuk menciptakan suasana atau memberikan pelayanan agar siswa belajar. Untuk itu, harus dipahami bagaimana siswa memperoleh pengetahuan dari kegiatan belajarnya. Jika guru dapat memahami proses pemerolehan pengetahuan, maka guru akan dapat menentukan strategi pembelajaran yang tepat bagi siswanya.
Menurut Sudjana (Sugihartono, dkk 2007: 80) pembelajaran merupakan setiap upaya yang dilakukan dengan sengaja oleh pendidik yang dapat menyebabkan peserta didik melakukan kegiatan belajar. Sedangkan Nasution (Sugihartono, dkk 2007: 80) mendefinisikan pembelajaran sebagai suatu aktifitas mengorganisasi atau mengatur lingkungan sebaik-baiknya dan menghubungkannya dengan anak didik sehingga terjadi proses belajar. Lingkungan dalam pengertian ini tidak hanya ruang belajar, tetapi juga meliputi guru, alat peraga, perpustakaan, laboratorium, dan sebagainya yang relevan dengan kegiatan belajar siswa.
Menurut Dimyati dan Mudjiono (Syaiful Sagala 2006: 62) pembelajaran adalah kegiatan guru secara terprogram dalam desain intruksional, untuk membuat siswa belajar secara aktif, yang menekankan pada penyediaan sumber belajar. Pembelajaran sebagai proses belajar yang dibangun oleh guru untuk mengembangkan kreatifitas berfikir yang dapat meningkatkan
(44)
kemampuan berfikir siswa, serta dapat meningkatkan kemampuan mengkonstruksi pengetahuan baru sebagai upaya meningkatkan penguasaan yang baik terhadap materi pelajaran.
Dari berbagai pengertian pembelajaran di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran merupakan suatu upaya yang dilakukan dengan sengaja oleh pendidik untuk mentransfer ilmu pengetahuan, mengorganisasi dan menciptakan sistem lingkungan dengan berbagai metode sehingga siswa dapat melakukan kegiatan belajar secara efektif dan efisien sehingga akan mendapatkan hasil yang seoptimal mungkin.
2. Pengertian model pembelajaran
Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas. Model pembelajaran mengacu pada pendekatan pembelajaran yang akan digunakan, termasuk di dalamnya tujuan-tujuan pengajaran, tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran, lingkungan pembelajaran, dan pengelolaan kelas (Arends dalam Trianto, 2010: 51).
Sedangkan menurut Joyce & Weil (1971) dalam Mulyani Sumantri, dkk (1999: 42) model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu, dan memiliki fungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan aktifitas belajar mengajar.
(45)
Berdasarkan dua pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur sistematik dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu dan berfungsi sebagi pedoman bagi perancang pembelajaran dan para guru dalam merancang dan melaksanakan proses belajar mengajar.
Menurut Trianto (2010: 53) fungsi model pembelajaran adalah sebagai pedoman bagi perancang pengajar dan para guru dalam melaksanakan pembelajaran. Untuk memilih model ini sangat dipengaruhi oleh sifat dari materi yang akan diajarkan, dan juga dipengaruhi oleh tujuan yang akan dicapai dalam pengajaran tersebut serta tingkat kemampuan peserta didik. Di samping itu pula, setiap model pembelajaran juga mempunyai tahap-tahap (sintaks) yang dapat dilakukan siswa dengan bimbingan guru. Antara sintaks yang satu dengan sintaks yang lain juga mempunyai perbedaan. Perbedaan-perbedaan ini, diantaranya pembukaan dan penutupan pembelajaran yang berbeda antara satu dengan yang lain. Oleh karena itu, guru perlu menguasai dan dapat menerapkan berbagai keterampilan mengajar, agar dapat mencapai tujuan pembelajaran yang beraneka ragam dan lingkungan belajar yang menjadi ciri sekolah pada dewasa ini.
Menurut Kardi dan Nur (Trianto 2011: 142) istilah model pembelajaran mempunyai makna yang lebih luas daripada strategi, metode, atau prosedur. Model pengajaran mempunyai empat ciri khusus yang tidak dimiliki oleh strategi, metode, atau prosedur. Ciri-ciri khusus model pembelajaran adalah:
(46)
1. Rasional teoritis logis yang disusun oleh para pencipta atau pengembangnya. Model pembelajaran mempunyai teori berfikir yang masuk akal. Maksudnya para pencipta atau pengembang membuat teori dengan mempertimbangkan teorinya dengan kenyataan sebenarnya serta tidak secara fiktif dalam menciptakan dan mengembangankannya.
2. Landasan pemikiran tentang apa dan bagaimana siswa belajar (tujuan pembelajaran yang akan dicapai). Model pembelajaran mempunyai tujuan yang jelas tentang apa yang akan dicapai, termasuk di dalamnya apa dan bagaimana siswa belajar dengan baik serta cara memecahkan suatu masalah pembelajaran.
3. Tingkah laku mengajar yang diperlukan agar model tersebut dapat dilaksanakan dengan berhasil. Model pembelajaran mempunyai tingkah laku mengajar yang diperlukan sehingga apa yang menjadi cita-cita mengajar selama ini dapat berhasil dalam pelaksanaannya.
4. Lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran itu dapat tercapai. Model pembelajaran mempunyai lingkungan belajar yang kondusif serta nyaman, sehingga suasana belajar dapat menjadi salah satu aspek penunjang apa yang selama ini menjadi tujuan pembelajaran.
Pada akhirnya setiap model pembelajaran memerlukan sistem pengelolaan dan lingkungan belajar yang berbeda. Setiap pendekatan memberikan peran yang berbeda kepada siswa, pada ruang fisik, dan pada sistem sosial kelas. Sifat materi dari sistem syaraf banyak konsep dan informasi-informasi dari teks buku bacaan, materi ajar siswa, di samping itu banyak kegiatan
(47)
pengamatan gambar-gambar. Tujuan yang akan dicapai meliputi aspek kognitif (produk dan proses) dari kegiatan pemahaman bacaan dan lembar kegiatan siswa (Trianto, 2010: 55).
3. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
Pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Division (STAD) yang dikembangkan oleh Robert Slavin dan teman-temannya di Universitas John Hopkin (Slavin, 1995) merupakan pembelajaran kooperatif yang paling sederhana, dan merupakan pembelajaran kooperatif yang cocok digunakan oleh guru yang baru mulai menggunakan pembelajaran kooperatif.
STAD adalah salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang paling sederhana. Siswa ditempatkan dalam tim belajar beranggotakan empat orang yang merupakan campuran menurut tingkat kinerjanya, jenis kelamin dan suku. Guru menyajikan pelajaran kemudian siswa bekerja dalam tim untuk memastikan bahwa seluruh anggota tim telah menguasai pelajaran tersebut. Akhirnya seluruh siswa dikenai kuis tentang materi itu dengan catatan, saat kuis mereka tidak boleh saling membantu.
Model Pembelajaran Koperatif tipe STAD merupakan pendekatan
Cooperative Learning yang menekankan pada aktivitas dan interaksi diantara
siswa untuk saling memotivasi dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran guna mencapai prestasi yang maksimal. Guru yang menggunakan STAD mengajukan informasi akademik baru kepada siswa setiap minggu mengunakan presentasi Verbal atau teks.
(48)
Menurut Slavin (Noornia, 1997: 21) ada lima komponen utama dalam pembelajaran kooperatif metode STAD:
a. Penyajian Kelas. Penyajian kelas merupakan penyajian materi yang dilakukan guru secara klasikal dengan menggunakan presentasi verbal atau teks. Penyajian difokuskan pada konsep-konsep dari materi yang dibahas. Setelah penyajian materi, siswa bekerja pada kelompok untuk menuntaskan materi pelajaran melalui tutorial, kuis atau diskusi.
b. Menetapkan siswa dalam kelompok. Kelompok menjadi hal yang sangat penting dalam STAD karena didalam kelompok harus tercipta suatu kerja kooperatif antar siswa untuk mencapai kemampuan akademik yang diharapkan. Fungsi dibentuknya kelompok adalah untuk saling meyakinkan bahwa setiap anggota kelompok dapat bekerja sama dalam belajar. Lebih khusus lagi untuk mempersiapkan semua anggota kelompok dalam menghadapi tes individu. Kelompok yang dibentuk sebaiknya terdiri dari satu siswa dari kelompok atas, satu siswa dari kelompok bawah dan dua siswa dari kelompok sedang. Guru perlu mempertimbangkan agar jangan sampai terjadi pertentangan antar anggota dalam satu kelompok, walaupun ini tidak berarti siswa dapat menentukan sendiri teman sekelompoknya.
c. Tes dan Kuis. Siswa diberi tes individual setelah melaksanakan satu atau dua kali penyajian kelas dan bekerja serta berlatih dalam kelompok. Siswa harus menyadari bahwa usaha dan keberhasilan mereka nantinya akan memberikan sumbangan yang sangat berharga bagi kesuksesan kelompok.
(49)
d. Skor peningkatan individual. Skor peningkatan individual berguna untuk memotivasi agar bekerja keras memperoleh hasil yang lebih baik dibandingkan dengan hasil sebelumnya. Skor peningkatan individual dihitung berdasarkan skor dasar dan skor tes. Skor dasar dapat diambil dari skor tes yang paling akhir dimiliki siswa, nilai pretes yang dilakukan oleh guru sebelumnya melaksanakan pembelajaran kooperatif metode STAD. e. Pengakuan kelompok. Pengakuan kelompok dilakukan dengan
memberikan penghargaan atas usaha yang telah dilakukan kelompok selama belajar. Kelompok dapat diberi sertifikat atau bentuk penghargaan lainnya jika dapat mencapai kriteria yang telah ditetapkan bersama. Pemberian penghargaan ini tergantung dari kreativitas guru.
1). Tahap Pelaksanaan Pembelajaran Model STAD.
Menurut Maidiyah (1998: 7-13) langkah-langkah pembelajaran kooperatif metode STAD adalah sebagai berikut.
a. Persiapan STAD
1) Materi. Materi pembelajaran kooperatif metode STAD dirancang sedemikian rupa untuk pembelajaran secara kelompok. Sebelum menyajikan materi pembelajaran, dibuat lembar kegiatan (lembar diskusi) yang akan dipelajari kelompok kooperatif dan lembar jawaban dari lembar kegiatan tersebut.
2) Menetapkan siswa dalam kelompok. Kelompok siswa merupakan bentuk kelompok yang heterogen. Setiap kelompok beranggotakan 4-5 siswa yang terdiri dari siswa yang berkemampuan tinggi, sedang dan rendah. Bila
(50)
memungkinkan harus diperhitungkan juga latar belakang, ras dan sukunya. Guru tidak boleh membiarkan siswa memilih kelompoknya sendiri karena akan cenderung memilih teman yang disenangi saja. Sebagai pedoman dalam menentukan kelompok dapat diikuti petunjuk berikut (Maidiyah, 1998: 7-8):
a) Merangking siswa
Merangking siswa berdasarkan hasil belajar akademiknya di dalam kelas. Gunakan informasi apa saja yang dapat digunakan untuk melakukan rangking tersebut. Salah satu informasi yang baik adalah skor tes.
b) Menentukan jumlah kelompok
Setiap kelompok sebaiknya beranggotakan 4-5 siswa. Untuk menentukan berapa banyak kelompok yang dibentuk, bagilah banyaknya siswa dengan empat. Jika hasil baginya tidak bulat, misalnya ada 42 siswa, berarti ada delapan kelompok yang beranggotakan empat siswa dan dua kelompok yang beranggotakan lima siswa. Dengan demikian ada sepuluh kelompok yang akan dibentuk.
c) Membagi siswa dalam kelompok
Dalam melakukan hal ini, seimbangkanlah kelompok- kelompok yang dibentuk yang terdiri dari siswa dengan tingkat hasil belajar rendah, sedang hingga hasil belajarnya tinggi sesuai dengan rangking. Dengan
(51)
demikian tingkat hasil belajar rata- rata semua kelompok dalam kelas kurang lebih sama.
d) Mengisi lembar rangkuman kelompok
Isikan nama-nama siswa dalam setiap kelompok pada lembar rangkuman kelompok (format perhitungan hasil kelompok untuk pembelajaran kooperatif metode STAD).
3) Menentukan Skor Awal
Skor awal siswa dapat diambil melalui Pre Test yang dilakukan guru sebelum pembelajaran kooperatif metode STAD dimulai atau dari skor tes paling akhir yang dimiliki oleh siswa.Selain itu, skor awal dapat diambil dari nilai raport siswa pada semester sebelumnya.
4) Kerja sama kelompok Sebelum memulai pembelajaran kooperatif, sebaiknya diawali dengan latihan-latihan kerja sama kelompok. Hal ini merupakan kesempatan bagi setiap kelompok untuk melakukan hal-hal yang menyenangkan dan saling mengenal antar anggota kelompok.
5) Jadwal Aktivitas
STAD terdiri atas lima kegiatan pengajaran yang teratur, yaitu penyampaian materi pelajaran oleh guru, kerja kelompok, tes penghargaan kelompok dan laporan berkala kelas.
b. Mengajar
Setiap pembelajaran dalam STAD dimulai dengan presentasi kelas, yang meliputi pendahuluan, pengembangan, petunjuk praktis, aktivitas kelompok, dan kuis.
(52)
Dalam presentasi kelas, hal-hal yang perlu diperhatikan adalah: 1) Pendahuluan
a. Guru menjelaskan kepada siswa apa yang akan dipelajari dan mengapa hal itu penting untuk memunculkan rasa ingin tahu siswa. Hal ini dapat dilakukan dengan cara memberi teka-teki, memunculkan masalah-masalah yang berhubungan dengan materi dalam kehidupan sehari-hari, dan sebagainya.
b. Guru dapat menyuruh siswa bekerja dalam kelompok untuk menentukan konsep atau untuk menimbulkan rasa senang pada pembelajaran.
2) Pengembangan
a. Guru menentukan tujuan-tujuan yang ingin dicapai dari pembelajaran. b. Guru menekankan bahwa yang diinginkan adalah agar siswa
mempelajari dan memahami makna, bukan hafalan.
c. Guru memeriksa pemahaman siswa sesering mungkin dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan.
d. Guru menjelaskan mengapa jawabannya benar atau salah.
e. Guru melanjutkan materi jika siswanya memahami pokok masalahnya. 3) Praktek terkendali
a) Guru menyuruh siswa mengajarkan soal-soal atau jawaban pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh guru.
b) Guru memanggil siswa secara acak untuk menjawab pertanyaan atau menyelesaikan soal-soal yang diajukan oleh guru. Hal ini akan
(53)
menyebabkan siswa mempersiapkan diri untuk menjawab pertanyaan atau soal-soal yang diajukan.
c) Guru tidak perlu memberikan soal atau pertanyaan yang lama penyelesaiannya pada kegiatan ini. Sebaliknya siswa mengerjakan satu atau dua soal, dan kemudian guru memberikan umpan balik.
c. Kegiatan Kelompok
Kegiatan kelompok, kegiatan yang harus dilakukan oleh semua orang yang berada didalam suatu kelompok dan semua orang harus berpartisipasi guna untuk mencapai hasil yang maksimal.
1) Pada hari pertama kegiatan kelompok STAD, guru sebaiknya menjelaskan apa yang dimaksud bekerja dalam kelompok.
a) Siswa mempunyai tanggung jawab untuk memastikan bahwa teman dalam kelompoknya telah mempelajari materi dalam lembar kegiatan yang diberikan oleh guru.
b) Tidak seorang pun siswa selesai belajar sebelum semua anggota kelompok menguasai pelajaran.
c) Mintalah bantuan kepada teman satu kelompok apabila seorang anggota kelompok mengalami kesulitan dalam memahami materi sebelum meminta bantuan kepada guru.
d) Dalam satu kelompok harus saling berbicara sopan.
2) Guru dapat mendorong siswa dengan menambahkan peraturan- peraturan lain sesuai kesepakatan bersama. Selanjutnya kegiatan yang dilakukan guru adalah:
(54)
a) Guru meminta siswa berkelompok dengan teman sekelompoknya; b) Guru memberikan lembar kegiatan (lembar diskusi) beserta lembar
jawabannya;
c) Guru menyarankan siswa agar bekerja secara berpasangan atau dengan seluruh anggota kelompok tergantung pada tujuan yang dipelajarinya. Jika mereka mengerjakan soal-soal maka setiap siswa harus mengerjakan sendiri dan selanjutnya mencocokkan jawabannya dengan teman sekelompoknya. Jika ada seorang teman yang belum memahami, teman; sekelompoknya bertanggung jawab untuk menjelaskan;
d) Tekankanlah bahwa lembar kegiatan (lembar diskusi) untuk diisi dan dipelajari. Dengan demikian setiap siswa mempunyai lembar jawaban untuk diperiksa oleh teman sekelompoknya.
3) Guru melakukan pengawasan kepada setiap kelompok selama siswa bekerja dalam kelompok. Sesekali guru mendekati kelompok untuk mendengarkan bagaimana anggota kelompok berdiskusi.
d. Kuis atau Tes
Setelah siswa bekerja dalam kelompok selama kurang lebih dua kali penyajian, guru memberikan kuis atau tes individual.Setiap siswa menerima satu lembar kuis. Waktu yang disediakan guru untuk kuis adalah setengah sampai satu jam pelajaran. Hasil dari kuis itu kemudian diberi skor dan akan disumbangkan sebagai skor kelompok.
(55)
e. Penghargaan Kelompok
Penghargaan yang diberikan oleh guru kepada kelompok yang telah berhasil dalam mengerjakan tugas-tugas yang diberikan oleh guru, yaitu dengan cara : 1. Menghitung skor individu dan kelompok
Setelah diadakan kuis, guru menghitung skor perkembangan individu dan skor kelompok berdasarkan rentang skor yang diperoleh setiap individu. Skor perkembangan ditentukan berdasarkan skor awal siswa.
2. Menghargai hasil belajar kelompok
Setelah guru menghitung skor perkembangan individu dan skor kelompok, guru mengumumkan kelompok yang memperoleh poin peningkatan tertinggi. Setelah itu guru memberi penghargaan kepada kelompok tersebut yang berupa sertifikat atau berupa pujian. Untuk pemberian penghargaan ini tergantung dari kreativitas guru.
f. Mengembalikan kumpulan kuis yang pertama
Guru mengembalikan kumpulan kuis pertama kepada siswa
2) . Kebaikan dan Kelemahan Pembelajaran Kooperatif tipe STAD Setiap model pembelajaran mempunyai kelebihan dan kekurangan, begitu juga dengan cooperative learning. Menurut Slavin dalam Hartati (1997:21)
cooperative learning mempunyai kelebihan dan kekurangan sebagai berikut:
Kelebihan:
a. Dapat mengembangkan prestasi siswa, baik hasil tes yang dibuat guru maupun tes baku.
(56)
b. Rasa percaya diri siswa meningkat, siswa merasa lebih terkontrol untuk keberhasilan akademisnya.
c. Strategi kooperatif memberikan perkembangkan yang berkesan pada hubungan interpersonal di antara anggota kelompok yang berbeda etnis. Keuntungan jangka panjang yang dapat dipetik dari pembelajaran kooperatif menurut Nurhadi (2004: 115-116) adalah sebagai berikut :
a. Meningkatkan kepekaan dan kesetiakawanan sosial;
b. Memungkinkan para siswa saling belajar mengenai sikap, keterampilan, informasi, perilaku sosial, dan pandangan-pandangan;
c. Memudahkan siswa melakukan penyesuaian;
d. Memungkinkan terbentuk dan berkembangnya nilai-nilai sosial dan komitmen;
e. Menghilangkan sifat mementingkan diri sendiri dan egois;
f. Membangun persahabatan yang dapat berkelanjutan hingga masa dewasa; g. Berbagai keterampilan sosial yang diperlukan untuk memelihara
hubungan saling membutuhkan dapat diajarkan dapat dipraktekkan; h. Meningkatkan rasa saling percaya kepada sesama manusia;
i. Meningkatkan kemampuan memandang masalah dan situasi dari berbagai perspektif;
j. Meningkatkan kesediaan menggunakan ide orang lain yang dirasakan lebih baik;
(57)
k. Meningkatkan kegemaran berteman tanpa memandang perbedaan kemampuan, jenis kelamin, normal ataucacat, etnis, kelas sosial, agama, dan orientasi tugas.
Sedangkan keuntungan model pembelajaran kooperatif metode STAD untuk jangka pendek menurut Soewarso (1998:22) sebagai berikut.
a. Model pembelajaran kooperatif membantu siswa mempelajari isi materi pelajaran yang sedang dibahas.
b. Adanya anggota kelompok lain yang menghindari kemungkinan siswa mendapat nilai rendah, karena dalam tes lisan siswa dibantu oleh anggota kelompoknya.
c. Pembelajaran kooperatif menjadikan siswa mampu belajar berdebat, belajar mendengarkan pendapat orang lain, dan mencatat hal-hal yang bermanfaat untuk kepentingan bersama-sama.
d. Pembelajaran kooperatif menghasilkan pencapaian belajar siswa yang tinggi menambah harga diri siswa dan memperbaiki hubungan dengan teman sebaya.
e. Hadiah atau penghargaan yang diberikan akan memberikan dorongan bagi siswa untuk mencapai hasil yang lebih tinggi.
f. Siswa yang lambat berpikir dapat dibantu untuk menambah ilmu pengetahuan.
g. Pembentukan kelompok-kelompok kecil memudahkan guru untuk memonitor siswa dalam belajar bekerja sama
(58)
Menurut Slavin dalam Hartati (1997: 21) cooperative learning mempunyai kekurangan sebagai berikut.
a. Apabila guru terlena tidak mengingatkan siswa agar selalu menggunakan keterampilan-keterampilan kooperatif dalam kelompok maka dinamika kelompok akan tampak macet.
b. Apabila jumlah kelompok tidak diperhatikan, yaitu kurang dari empat, misalnya tiga, maka seorang anggota akan cenderung menarik diri dan kurang aktif saat berdiskusi dan apabila kelompok lebih dari lima maka kemungkinan ada yang tidak mendapatkan tugas sehingga hanya membonceng dalam penyelesaian tugas.
c. Apabila ketua kelompok tidak dapat mengatasi konflik-konflik yang timbul secara konstruktif, maka kerja kelompok akan kurang efektif. Selain di atas, kelemahan-kelemahan lain yang mungkin terjadi menurut Soewarso (1998:23) adalah bahwa pembelajaran kooperatif bukanlah obat yang paling mujarab untuk memecahkan masalah yang timbul dalam kelompok kecil, adanya suatu ketergantungan, menyebabkan siswa yang lambat berpikir tidak dapat berlatih belajar mandiri. Dan juga pembelajaran kooperatif memerlukan waktu yang lama sehingga target mencapai kurikulum tidak dapat dipenuhi, tidak dapat menerapkan materi pelajaran secara cepat, serta penilaian terhadap individu dan kelompok dan pemberian hadiah menyulitkan bagi guru untuk melaksanakannya.
Kesimpulan yang dapat diambil dari uraian di atas bahwa untuk mengatasi kelemahan-kelemahan dalam pelaksanaan model pembelajaran kooperatif
(59)
metode STAD, sebaiknya dalam satu anggota kelompok ditugaskan untuk membaca bagian yang berlainan, sehingga mereka dapat berkumpul dan bertukar informasi. Selanjutnya, pengajar mengevaluasi mereka mengenai seluruh bagian materi. Dengan cara inilah maka setiap anggota merasa bertanggung jawab untuk menyelesaikan tugasnya agar berhasil mencapai tujuan dengan baik.
Pada dasarnya model ini dirancang untuk memotivasi siswa agar saling membantu antara siswa satu dengan yang lainya dalam mengusasi materi yang diberikan oleh guru, model pembelajaran kooperatif tipe STAD juga menuntut siswa untuk aktif dan dapat memahami materi. Adapun kelebihan dari pembelajaran kooperatif tipe STAD yaitu dapat: 1) meningkatkan motivasi siswa dalam belajar; 2) meningkatkan prestasi belajar siswa; 3) meningkatkan kreativitas siswa; 4) mendengar, menghormati, serta menerima pendapat siswa lain; 5) mengurangi kejenuhan dan kebosanan; 6) menyakinkan dirinya untuk orang lain dengan membantu orang lain dan meyakinkan dirinya untuk saling mengerti dan saling memahami.
E. Kerangka Berpikir
Upaya yang diperlukan untuk meningkatkan motivasi siswa dalam kegiatan belajar mengajar dikelas bisa dilihat selama proses pembelajaran yang akan berdampak pada prestasi belajar siswa yang bersangkutan. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD lebih mendorong kemandirian, keaktifan dan tanggung jawab dalam diri siswa. Dalam kegiatan pembelajaran berlangsung siswa lebih banyak berperan selama kegiatan. Melalui penerapan
(60)
model pembelajaran kooperatif tipe STAD ini diharapkan siswa dapat meningkatkan motivasi dan prestasi belajar siswa.
Berdasarkan penjelasan diatas, maka kerangka penelitian tindakan kelas ini dapat digambarkan sebagai berikut :
F. Indikator Keberhasilan
Indikator keberhasilan penelitian ini adalah meningkatnya motivasi dan prestasi belajar siswa. Peningkatan motivasi belajar siswa dilihat dari aktivitas belajar selama kegiatan belajar mengajar berlangsung. Sedangkan peningkatan prestasi belajar siswa dilihat dari hasil tes siswa melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD.
Keadaan awal
Evaluasi Awal Model pembelajaran masih berorientasi pada guru sehingga siswa kurang aktif selama kegiatan
pembelajaran akibatnya motivasi dan prestasi belajar siswa masih rendah
Hasil Akhir Tindakan
Evaluasi Akhir Evaluasi Efek
Penjelasan tentang penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD
Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD
Refleksi dari hasil siklus mengenai penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD
Peningkatan motivasi belajar siswa dilihat dari aktivitas belajar selama kegiatan belajar berlangsung (proses belajar)
Peningkatan prestasi belajar siswa dilihat dari hasil belajar siswa
(61)
BAB III PEMBAHASAN A. Rancangan Tindakan
Rancangan pada dasarnya merupakan keseluruhan proses pemikiran dan penentuan matang tentang hal yang akan dilakukan. Ia merupakan landasan berpijak, serta dapat pula dijadikan dasar penilaian baik oleh peneliti itu sendiri maupun orang lain terhadap kegiatan penelitian. Rancangan penelitian adalah rencana dan struktur penyelidikan yang disusun sedemikian rupa sehingga peneliti akan memperoleh jawaban untuk pertanyaan penelitianya (Kerlinger, 1990:483).
Dengan demikian rancangan penelitian bertujuan untuk memberi pertangguangjawaban terhadap semua langkah yang akan diambil. Dalam melakukan rancangan tindakan, banyak hal yang harus dilakukan yaitu
merumuskan masalah, mengkaji teori, dan merumuskan hipotesis tindakan,tahap
berikutnya adalah merencanakan tindakan. Kegiatan merencanakan tindakan
meliputi:
a. Membuat skenario pembelajaran yang berisikan langkah-langkah kegiatan
dalam pembelajaran. langkah-langkah ini sama dengan di RPP (RPP
dilampirkan).
1) Kegiatan awal Pembelajaran.
a) Guru memeriksa kesiapan ruang, alat pembelajaran dan media pembelajaran.
b) Guru memeriksa kesiapan siswa mengikuti proses pembelajaran.
(62)
c) Guru melakukan kegiatan apersepsi pembelajaran (absensi, doa). d) Guru menyampaikan kompetensi yang akan dicapai dan rencana
kegiatannya.
e) Pemberian motivasi menggunakan berbagai pertanyaan yang berhubungan dengan materi yang akan diajarkan.
f) Pre tes.
2) Kegiatan Inti Pembelajaran
Berikut ini merupakan gambaran secara garis besar kegiatan inti pembelajaran yang dilakukan guru antara lain:
a) Presentasi di kelas
Materi pembelajaran disajikan oleh guru melalui presentasi di kelas. Presentasi dilakukan melalui pengajaran langsung seperti yang biasa dilakukan atau melalui diskusi pelajaran yang dipimpin oleh guru. Dalam implementasi PTK ini presentasi dilakukan melalui diskusi kelompok yang dipimpin oleh guru.
b) Tim (Teams)
(a) Guru membacakan nama-nama siswa dan meminta mereka menempati tempat duduk sesuai dengan kelompoknya masing-masing.
(b) Guru membagikan handout dan soal dan menyampaikan prosedur pelaksanaan diskusi kelompok.
(63)
(d) Guru bersama-sama dengan siswa membahas soal yang diberikan.
c) Penghargaan kelompok (team recognition)
(a) Fasilitator menjumlahkan skor hasil diskusi kelompok untuk menentukan ranking. Berdasarkan jumlah skor yang didapat, guru menentukan tim yang mendapat juara 1, 2, dan 3.
(b) Guru mengumumkan hasil pencapaian skor yang didapat selama diskusi kelompok dan selanjutnya memberikan penghargaan. 3) Kegiatan Penutup.
(1) Guru bersama-sama dengan siswa membuat kesimpulan mengenai kegiatan belajar mengajar yang dilakukan pada hari tersebut.
(2) Guru dibantu fasilitator membagikan soal post-test.
(3) Guru dibantu fasilitator membagikan kuesioner dan lembar refleksi.
b. Mempersiapkan sarana pembelajaran yang mendukung terlaksananya
tindakan.
Peneliti bersama dengan guru mempersiapkan perangkat pembelajaran, seperti: materi pembelajaran, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP),
handout, post-test, alat dan media pembelajaran seperti LCD, spidol, laptop,
kertas manila, white board, no. urut, penghapus, soal evaluasi, lembar kerja siswa.
c. Mempersiapkan instrumen penelitian, seperti lembar observasi, koisioner,
(64)
Adapun instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Instrumen Pendahuluan. a. Observasi pada guru b. Observasi pada siswa c. Observasi pada kelas
d. Pedoman wawancara pada guru e. Pedoman wawancara pada siswa 2. Pelaksanaan Tindakan
a. Perencanaan
1) Daftar pembagian kelompok
2) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) 3) Materi pembelajaran
4) Soal
5) Lembar Kerja Terstruktur
6) Kuesioner Skenario pembelajaran b. Observasi
1) Lembar observasi aktivitas guru selama penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD
2) Lembar observasi aktivitas siswa di dalam kelas selama penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD
3) Lembar observasi kondisi kelas selama penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD
(65)
c. Evaluasi dan refleksi
1) Lembar refleksi bagi siswa setelah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD
2) Lembar refleksi bagi guru setelah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD
3) Lembar pedoman wawancara siswa setelah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD
4) Lembar pedoman wawancara guru setelah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD
B. Pembahasan
Hal pertama yang harus dilakukan dalam merancang PTK adalah menetapkan
fokus masalah penelitian. Ada lima langkah yang harus dilakukan dalam tahap
ini.
1. Merasakan Adanya Masalah
Banyak guru yang mungkin bertanya bagaimanakah memulai penelitian
tindakan kelas. Untuk menjawab pertanyaan tersebut, guru harus memiliki
perasaan tidak puas terhadap praktik pembelajaran yang dilakukannya. Jika guru
merasa selalu puas terhadap apa yang dilakukannya, meskipun sebenarnya
masih sangat benyak kekurangan dan hambatan dalam proses pengelolaan, sulit
kiranya bagi guru untuk memiliki inisiatif memulai PTK.
Oleh karena itu, agar guru dapat mempraktikkan PTK, ia dituntut untuk
(66)
kekurangan dalam proses pembelajaran yang dikelolanya. Dengan kata lain,
guru harus merefleksi, merenung, serta berpikir balik mengenai apa saja yang
telah dilakukannya dalam proses pembelajaran dalam rangka mengidentifikasi
sisi-sisi lemah yang mungkin ada.
Untuk membantu merasakan adanya masalah, guru dapat mengajukan
pertanyaan: Apakah kompetensi awal siswa yang mengikuti pembelajaran cukup
memadai? Apakah proses pembelajaran yang dilakukan sudah cukup efektif?
Apakah hasil pembelajaran cukup berkualitas? Jika pertanyaan-pertanyaan
tersebut dijawab dengan jujur, akan muncul masalah yang dapat dijadikan
pijakan awal untuk melakukan PTK karena pada dasarnya tidak ada satu pun
keadaan guru, siswa, atau kelas yang sempurna.
Merasakan adanya masalah sudah dijelaskan di bab I yaitu adanya
permasalahan yang dialami oleh siswa didalam dunia pendidikan terutama
dalam hal belajar disekolah guru umumnya mengajar menggunakan
pembelajaran kovensional yang kurang efektif dan efisien.
Pembelajaran konvensional ini kurang memberikan hasil yang maksimal, siswa merasa jenuh, motivasi siswa menjadi rendah dan nilai yang diperoleh kurang maksimal, selain itu pembelajaran konvensional membuat siswa hanya duduk diam, mendengar mencatat dan menghafal.
Dalam kegiatan belajar mengajar tidak semua peserta didik mampu berkonsentrasi dalam waktu yang relatif lama. Daya serap yang dimiliki oleh peserta didik sangat bervariasi, ada yang cepat, ada yang sedang dan ada yang lambat. Cepat lambatnya penerimaan peserta didik terhadap pelajaran sangat
(67)
bervariasi, sehingga sangat berpengaruh terhadap prestasi yang diperoleh peserta didik.Untuk mengatasi kurangnya efektif dan efisien dengan menggunakan pembelajaran konvensional maka peneliti menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD supaya pembelajaran bisa berjalan dengan baik sesuai dengan apa yang diharapkan oleh guru dan siswa sehingga pembelajaran bisa berjalan dengan efektif dan efisien.
2. Identifikasi Masalah
Pada tahap ini, guru berusaha menghasilkan gagasan-gagasan awal
mengenai permasalahan awal yang dalam pembelajaran. Masalah tersebut dapat
berkaitan dengan manajemen kelas dan iklim belajar, proses pembelajaran, dan
perkembangan personal. Tiap-tiap kelompok tersebut dapat dijabarkan ke dalam
tema-tema yang lebih operasional.
Cara melakukan identifikasi masalah dapat menggunakan langkah berikut:
a. Menuliskan semua hal yang dirasakan memerlukan perhatian dan kepedulian
karena akan berdampak kurang baik, terutama yang terkait dengan
pembelajaran.
b. Pilahkan dan klasifikasikan masalah menurut jenis/bidang permasalahnnya,
jumlah siswa yang mengalami, dan tingkat frekuensi timbulnya masalah
c. Urutkan dari yang ringan, jarang terjadi, dan banyaknya siswa yang
mengalami permasalahan yang teridentifikasi
d. Ambil 3-5 masalah dan konfirmasikan dengan guru mata pelajaran yang
(1)
B. Penilaian Afektif Skala Sikap
No. Pernyataan Pilihan
Sikap S R TS 1. Perusahaan merupakn penghasil barng
2. Perusahaan menyebabkan kerusakan lingkungan
Keterangan :
S : Setuju, dengan skor 3 R : Ragu-ragu, dengan skor 2 TS : Tidak Setuju, dengan skor 1 C. Penilaian Psikomotor
Lembar Observasi
No. Kegiatan Benar Salah
1. Mengelompokan perusahaan yang menghasilakn barang 2. Mengelompokan perusahaan yang merusak lingkungan
Keterangan :
Benar mendapat skor 2 Salah mendapat skor 1
(2)
A. Penilaian Kognitif 1. Penilaian Produk
NO NAMA SISWA ASPEK YANG DINILAI Jumlah
Perolehan skor
Nilai akhir
1* 2* 3* 4* 5*
SKOR SKOR SKOR SKOR SKOR 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Imran Hidayat Arisandi Salmin Ramadhan Neni Triana. N Iwan Suryadi La Saleh Rian Hidayat
Keterangan: Aspek yang dinilai: 1*. Soal no. 1 2*. Soal no. 2 3*. Soal no. 3 4*. Soal no. 4 5*. Soal no. 5
(3)
Catatan Skor :
Skor maksimum : 10, Nilai akhir = Skor Perolehan x 100 10
Soal no. 1. Apabila menjawab benar, mendapat skor 2 Apabila menjawab salah, mendapat skor 1 Soal no. 2. Apabila menjawab benar, mendapat skor 2 Apabila menjawab salah, mendapat skor 1 Soal no. 3. Apabila menjawab benar, mendapat skor 2 Apabila menjawab salah, mendapat skor 1 Soal no. 4. Apabila menjawab benar, mendapat skor 2 Apabila menjawab salah, mendapat skor 1 Soal no. 5. Apabila menjawab benar, mendapat skor 2 Apabila menjawab salah, mendapat skor 1
(4)
2. Penilaian Proses
NO. NAMA SISWA ASPEK YANG DINILAI Jumlah
Perolehan Skor
Nilai Akhir
1* 2* 3* 4*
SKOR SKOR SKOR SKOR B TB B TB B TB B TB 1.
2. 3. 4. 5. 6. 7.
Imran Hidayat Arisandi Salmin Ramadhan Neni Triana. N Iwan Suryadi La Saleh Rian Hidayat
Aspek yang dinilai:
1*. Kemampuan mengemukakan pendapat 2*. Kemampuan bertanya
3*. Kemampuan mempertahankan pendapat 4*. Penguasaan substansi materi
Catatan skor:
Skor maksimum: 8 , Nilai akhir = Skor Perolehan x 100 8
1. Apabila kemampuan mengemukakan pendapat siswa baik, maka mendapat skor 2 dan apabila tidak baik mendapat skor 1
(5)
2. Apabila kemampuan bertanya siswa baik, maka mendapat skor 2 dan apabila tidak baik mendapat skor 1
3. Apabila mempertahankan pendapat siswa baik, maka mendapat skor 2 dan apabila tidak baik mendapat skor 1
4. Apabila penguasaan substansi materi siswa baik, maka mendapat skor 2 dan apabila tidak baik mendapat skor 1
Keterangan: B : Baik TB : Tidak Baik B. Penilaian Afektif
Skala Sikap
NO. NAMA SISWA ASPEK YANG DINILAI Jumlah
Perolehan Skor
Nilai Akhir
1* 2*
SKOR SKOR
S R TS S R TS 1.
2. 3. 4. 5. 6. 7.
Imran Hidayat Arisandi Salmin Ramadhan Neni Triana. N Iwan Suryadi La Saleh Rian Hidayat
(6)
Keterangan: Sikap yang dinilai:
1*. Dapat memanfaatkan sumber daya alam dengan sebaik-baiknya. 2*. Menjaga kelestarian sumber daya alam.
Catatan skor:
Skor maksimum : 6, Nilai akhir = Skor Perolehan x 100 6
Keterangan skala sikap: S : Setuju, dengan skor 3 R : Ragu-ragu, dengan skor 2 TS : Tidak Setuju, dengan skor 1