STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS BUAH MERAH (Pandanus conoideus lam) DI KABUPATEN TOLIKARA PROVINSI PAPUA.

(1)

STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS

BUAH MERAH (Pandanus conoideus Lam)

DI KABUPATEN TOLIKARA PROVINSI PAPUA

TESIS

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-2

Diajukan Oleh :

BEEN KOGOYA

0764020077

MAGISTER MANAJEMEN AGRIBISNIS

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”

JAWA TIMUR


(2)

Yang dipersiapkan dan disusun oleh :

BEEN KOGOYA

Telah dipertahankan di depan penguji

pada tanggal 12 Desember 2009 dan dinyatakan telah memenuhi syarat untuk diterima

SUSUSNAN DEWAN PENGUJI

Surabaya, Desember 2009 UPN “Veteran” Jawa Timur

Program Pascasarjana Direktur,

Prof. Dr. Djohan Mashudi, MS Pembimbing Utama

Dr.Ir. Sudiyarto, MM Pembimbing pendamping

Dr.Ir. Sumartono, MS

Anggota Dewan Penguji

Drs.Ec. Prasetyo Hadi, MM

Ir. Sri Tjondro Winarno, MM

Ir. A. Rachman Waliulu, MS


(3)

In fear of God is start of knowledge

trust to God with your heart and soul

don't thou assume x'self your own wise

activity is what God will better from at

searching and job to x'self joint

(Longevity be on-hand right its, on-hand left its the rich

to respect )

Who is the land;ground its, will fully filled with the

food but who did who did for the goods the useless witless

kindness

Better become the little man from at behave with

swank people

Each and everyone incoming to God and listen the

the infinite word and also do its God will expressed to

whom just He analogous


(4)

atas karunia dan rahmatNya penulis dapat menyelesaikan Tesis dengan judul :

STRATEGI PEMASARAN PENGEMBANGAN AGRIBISNIS BUAH MERAH

(Pandanus conoideus lam) DI KABUPATEN TOLIKARA PROVINSI PAPUA.

Tesis ini disusun sebagai satu persyaratan dalam menyelesaikan pendidikan

program pascasarjana Magister Manajemen Agribisnis di Universitas

Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Dr. Ir. Sudiyarto, MM. selaku

pembimbing Utama, dan Ketua program studi Magister Manajemen Agribisnis,

Dr.Ir. Soemartono, MS, selaku pembimbing pendamping, dan sebagai staf

pengajar pada program pascasarjana. Ucapan terima kasih juga penulis

sampaikan kepada :

1. Rektor Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

2. Direktur beserta staf, dan seluruh Dosen program pascasarjana Universitas

Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

3. Gubernur Provinsi Papua yang telah membantu memberikan beasiswa

kepada penulis untuk melanjutkan studi ke jenjang Strata-2 di program studi

Magister Manajemen Agribisnis, program pascasarjana Universitas

Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

4. Bupati Kabupaten Jayawijaya telah membantu memberikan dana guna

menyelesaikan studi program pascasarjana Universitas Pembangunan

Nasional “Veteran” Jawa Timur.


(5)

6. Secara khusus sampaikan kepada Rekan-rekan PD 21 Lidah wetan yang

telah mendoakan dan memberikan motivasi untuk terus maju.

Tesis ini masih jauh dari sempurna karena terbatasnya kemampuan dan

pengalaman penulis. Namun demikian penulis berharap semoga dalam

melaksanakan tugas penelitian banyak masukan dari orang-orang lapangan

memberikan manfaat dalam membangun keilmuan, masyarakat, bangsa dan

negara.

Surabaya, ... Nopember, 2009

Penulis


(6)

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL ... iv

DAFTAR GAMBAR ... v

I : PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah Penelitian ... 13

1.3. Tujuan Penelitian ... 15

1.4. Kegunaan Penelitian ... 15

II : TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Penelitian Terdahulu ... 17

2.2. Landasan Teori ... 18

2.2.1. Strategi pengembangan bisnis ... 18

2.2.2.1. Pengertian strategi ... 18

2.2.2.2. Manajemen strategi ... 20

2.2.2.4. Macam-macam strategi ... 21

2.2.2.5. Manfaat manajemen strategi ... 23

2.2.2.6. Proses manajemen strategi ... 24

2.2.3. Analisis Lingkungan Internal dan Eksternal ... 25

2.2.4. Analisis SWOT sebagai alat formulasi strategi ... 38

2.2.1. Konsep Promosi ... 29


(7)

2.2.1.4. Biaya Promosi ... 38

2.2.5. Komoditas buah merah ... 39

2.2.6. Konsep Agribisnis ... 44

2.3. Kerangka pikiran ... 48

III: METODE PENELITIAN

3.1. Tempat dan wantu penelitian ... 52

3.2. Populasi dan Sampel ... 52

3.3. Sumber Data ... 53

3.4. Pengumpulan Data ... 53

3.5. Analisis Data ... 54

3.6. Definisi dan pengukuran Variabel ... 54

3.6.1. Analisis IFAS dan EFAS ... 54

3.6.2. Matrik SWOT ... 57

IV : HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Analisis Faktor Internal ... 62

4.1.1. Kekuatan (Strengths) ... 63

4.1.2. Kelemahan (Weaknesses) ... 68

4.2. Analisis Faktor Eksternal ... 73

4.2.1. Peluang (Opportunities) ... 74

4.2.2. Ancaman (Threats) ... 79

4.3. Perumusan Alternatif Strategi ... 83


(8)

5.2. Saran ... 100

DAFTAR PUSTAKA ... 101

DAFTAR TABEL


(9)

3. Analisis Strategi faktor Eksternal ... 57

4. Matrik Analisis Strategi Faktor Internal ... 63

5. Matrik Analisis Strategi Faktor Eksternal ... 73

6. Kandungan senyawa aktif dalam buah merah ... 89

7. Kandungan Nutrisi per 100 gram buah merah ... 89


(10)

1. Tahap-tahap proses manajemen ... 25

2. Skema sistematis produksi ... 49

3. Kerangka pikiran ... 50

4. Matrik SWOT ... 57

5. Diagram analisis SWOT ... 59

6. Diagram Matrik SWOT Perumusan Alternatif Strategi ... 84

7. Diagram SWOT Posisi pemilihan strategi dan Implementasi ... 87


(11)

“Veteran” Jawa Timur, 21 Desember 2009. Strategi Pengembangan Agribisnis Buah Merah (Pandanus conoideus lam) di Kabupaten Tolikara Provinsi Papua; Pembimbing Utama : Dr. Ir. Sudiyarto, MM; Pembimbing Pendamping : Dr.Ir. Sumartono, MS

Tujuan penelitian antara lain : (1) Mengidentifikasi potensi tanaman buah merah ditinjau dari pengembangan luas areal, produksi dan menghitung tingkat efisiensi usaha buah merah (2) mengidentifikasi lingkungan internal dan eksternal yang mempengaruhi pengembangan Agribisnis Buah merah di Kabupaten Tolikara, (3) Untuk strategi pengembangan Agribisnis buah merah dalam upaya meningkatkan nilai tambah bagi petani di Kabupaten Tolikara

Penelitian dilakukan di Kabupaten Tolikara dengan metode pengumpulan data kewilayahan dengan menggunakan metode analisis data yang digunakan adalah analisis trend linear, analisis R/C ratio, analisis SWOT dan analisis deskriptif tanaman buah merah.

Hasil penelitian antara lain : (1) Perkembangan luas areal tanam, produksi buah merah dari tahun 2001 - 2007 di Kabupaten Tolikara mempunyai kecenderungan meningkat, serta Industri Rumah tangga merupakan kegiatan usaha yang efisien dan mampu meningkatkan nilai tambah, (2) Faktor internal yang mempengaruhi pengembangan agribisnis buah merah di Kabupaten Tolikara antara lain (a) faktor Kekuatan : potensi kebun, Varietas unggul, merek produk, biaya produksi dan Harga (b) faktor kelemahan : Promosi produk, Teknologi pengolahan , Rendahnya kualitas sumber daya manusia, modal dan informasi pasar . Sedangkan faktor eksternal yang mempengaruhi pengembangan agribisnis di Kabuopaten Tolikara antara lain (a) Faktor peluang : Khasiat produk, Agroklimat , hubungan kemitraan , dukungan pemerintah dan loyalitas pelangga, (b) faktor ancaman : daerah pemasaran ,transportasi ,Buah merah Instan dan pergesran penggunaan lahan, (3) Strategi pengembangan merah dalam upaya peningkatan nilai tambah bagi petani di Kabupaten Tolikara membutuhkan upaya peningkatan produksi dilakukan sumberdaya manusia yang trampil , kebijakan perkreditan, pengembangan manajemen agribisnis dan pengembangan sentra produksi dalam upaya pengembangan kelembagaan usaha dan transportasi antar daerah pengembangan kualitas sumberdaya manusia, pengembangan jaminan mutu produksi dan pengembangan kemitraan usaha perlu melakukan perbaikan.


(12)

BEEN KOGOYA. Postgraduate Program university of national development “veteran" East Java, 21 December 2009. Strategy of development Agribisnis Red fruit (Pandanus conoideus lam) in sub-province Tolikara Province Papua. Supervisor : Dr. Ir. Sudiyarto, MM; Co-Supervisor : Dr.Ir. Sumartono, MS.

Purpose of research for example: (1) identify potency of crop red fruit evaluation from development wide areal, production and count to mount efficiency of effort red fruit (2) identify internal environment and eksternal which influence the development Agribisnis red fruit in sub-province Tolikara, (3) To strategy of development Agribisnis red fruit in the effort the added value for the farmer in sub-province Tolikara.

Research do in sub-province Tolikara with method data collecting the regional by using method analysis of date which use is analysis trend linear, analysis R/C ratio, analysis SWOT and descriptive analysis red fruit crop.

Result of research for example: (1) wide growth areal plant, red fruit production from year 2001-2007 in sub-province Tolikara have the have the tendency, and also home industry represent the which business activity efficient and can added value. (2) internal factor which influence the development agribisnis red fruit in sub-province Tolikara for example (a) factor of strength: potency of garden, Varietas pre-eminent, Red fruit benefit, brand of product, production cost (b) factor of weakness: promotion of product, technology of processing, lower the human resource quality capital and information of market. While factor eksternal which influence the development agribisnis in sub-province Tolikara for example (a) factor of opportunity: price of product, regional condition, relation business, government support and loyalities consumer, (b) factor of threat: area of marketing red fruit transportation Instan and friction of usage farm (3) red development strategy in the effort improvement added value for the farmer in sub-province Tolikara require to strive product increase do the which human resource skilled, policy of credit, development of management agribisnis and development sentra production in the effort development institute of effort and interregional transportation development of quality human resource, development of best quality production and development of partner effort require to did repair.


(13)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Buah merah (Pandanus conoideus lam) merupakan salah satu jenis tumbuhan tropik yang dikenal memiliki banyak khasiat untuk kesehatan bagi umat manusia, dalam masyarakat di tanah papua bagian pedalaman lebih dikenal dengan sebutan tawi, sedangkan penduduk di pesisir pantai menyebutnya dengan sebutan buah merah dan saat ini telah dimasyarakatkan dengan sebutan minyak/sari buah merah papua. Buah merah sebagai bahan makanan dan bahan pewarna secara tradisional sejak dahulu masyarakat telah mengkonsumsi sebagai makanan sehari-hari terutama masyarakat yang bermukim di wilayah pegunungan jayawijaya dan sekitarnya yang menggunakan teknologi budidaya dan pascapanen yang sederhana merupakan warisan secara ilmu turun-temurun dari nenek moyang.

Buah-buahan tropik khususnya buah merah merupakan sumber daya alam yang belum banyak dimanfaatkan untuk kesejahteraan masyarakat dengan sebaik-baiknya. Kabupaten Tolikara dapat memanfaatkan buah merah sebagai salah satu sumber pendapatan ekonomi yang cukup besar. Volume buah merah yang cukup dan selalu tersedia setiap musim panen terbuang begitu saja, karena cara pemasaran masih tradisional yaitu petani panen langsung dijual di kebun dalam bentuk buah segar dan harga ditentukan oleh pemilik modal, karena banyak kendala yang di hadapi petani adalah faktor penunjang yang tidak memandai yaitu sumber daya manusia, teknologi, sarana


(14)

yang tidak mendukung yang mengakibatkan daya saing lemah, taraf hidup masyarakat tidak dapat berubah dari tahun ke tahun tetap, karena tingkat pengetahuan petani tentang produksi, pemasaran, modal dan tenaga kerja sangat rendah dan petugas tehnis lapangan atau penyuluh pertanian lapangan tidak berfungsi dengan baik sehingga petani belum mampu berproduksi secara optimal sekalipun luas lahan milik petani sangat tersedia. Kendala-kendala yang dihadapi masyarakat tersebut perlu dicarikan jalan keluarnya, pencapaian tujuan pemerintah Kabupaten Tolikara untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat pedalaman papua.

Mencermati komoditas buah merah merupakan buah-buahan tropik yang mempunyai keunggulan komparatif (comparative advantage) sebagai salah satu kekayaan sumber daya alam di Tolikara yang belum banyak masyarakat mengenal sebagai tanaman yang memiliki berkhasiat obat perlu dikembangkan.

Di tengah-tengah kondisi perekonomian yang sedang sulit ber-kepanjangan, dan berakibat terhadap harga obat-obatan generik yang melambung, dimana obat generik mengalami kenaikan hingga 75 % banyak masyarakat tidak bisa mengobati penyakit sebab tidak memiliki dana akhirnya banyak yang harus berakhir dengan kematian. untuk mengangkat derajat kesehatan seluruh lapisan masyarakat tanpa terkecuali, diperkenalkan sari buah merah yang telah dibuktikan oleh penelitian iptek (ilmu pengetahuan dan teknologi), berkhasiat sebagai obat multiguna untuk mengatasi berbagai penyakit. Untuk tanaman obat seperti buah merah ini potensi pasar dalam negeri khususnya untuk memasok bahan baku bagi industri makanan,minuman


(15)

dan kosmetik.

Sistem agribisnis merupakan penyumbang terbesar dalam pembentukan produk domestik bruto (PDB), peluang penyerapan kesempatan kerja dan ikut serta dalam peningkatan ekspor. Hasil analisis Deptan (2001) menyatakan bahwa kontribusi sistem agribisnis dalam produk domestik bruto mencapai sekitar 48 %, dalam penyerapan tenaga kerja mencapai 77 %, dan dalam total ekspor menyumbang 50-80 % dari nilai ekspor non migas. Sistem agribisnis juga mempunyai peran penting dalam pelestarian lingkugan hidup karena mampu meratakan penyebaran penduduk dan segala aktivitasnya sehigga dapat mencegah tekanan penduduk yang berlebihan pada daerah tertentu, tekanan penduduk dan aktivitasnya yang berlebihan hanya pada daerah tertentu dapat mengakibatkan ketidakseimbangan ekosistem karena eksploitasi yang berlebihan sehigga dapat merusak lingkungan hidup daerah tersebut.

Pembangunan sistem agribisnis sebagai penggerak utama pembangunan ekonomi nasional (agribisnis led development) maka persoalan ekonomi Indonesia saat ini seperti pertumbuhan ekonomi, perluasan kesempatan kerja, peningkatan devisa, pemerataan kesejahteraan dan percepatan pembangunan ekonomi daerah yang dapat membangun ketahanan pangan serta pelestarian lingkungan hidup, seharusnya dapat dipecahkan dilakukan dengan baik dan dilakukan secara berkelanjutan. Sebetulnya saat ini di Papua merupakan saat yang sangat tepat untuk mengembangkan komoditi Buah Merah melalui pembangunan sistem agribisnis perkebunan buah merah.


(16)

Dilihat dari persyaratan untuk pengembangan komoditas , maka komoditas yang akan dikembangkan melalui sistem agribisnis ( sa’id dan Intan, 2001), harus memenuhi kriteria sebagai berikut :

1. Dapat mendukung pertumbuhan ekonomi

2. Teknologi untuk pengembanganya telah dikuasai

3. Manfaat pengembangan dapat dirasakan secara merata oleh petani produsen, pengusaha dan konsumen.

4. Dapat menjamin ketersedian produk dan perbaikan gizi masyarakat

Peningkatan nilai tambah (added value) produk Nasional dan memperkokoh struktur perekonomian kita maka pengembangan ekonomi harus dilaksanakan sesuai dengan kompetensi dan produk unggulan disetiap daerah. Pengambangan produk unggulan daerah disesuaiakan dengan kompetensi daerah akan mendorong tumbuhnya agribisnis. Pengmbangan produk unggulan daerah yang sebagian besar adalah produk pertanian akan semakin dikembangkan dan dipercepat dengan berlakunya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang pemerintah daerah. Komoditas pertanian hendaknya bukan lagi dipadang sebagai komoditas perdagangan, tetapi sebagai bahan baku industri dengan mengoptimalkan pendayagunaan seluruh komponen yang terdapat dalam komoditas tersebut, hal inilah sebagai salah satu faktor mendukung berkembangnya agribisbis.

Komoditas buah merah Papua khususnya di Kabupaten Tolikara memiliki keunggulan komparatif yang diindikasikan oleh luas lahan dan produksi terbesar buah merah di Papua sebagai komoditas handalan, buah merah memegang peranan penting di kabupaten Tolikara karena memiliki,


(17)

nilai sosial ekonomi dan sosial budaya masyarakat setempat dari turun-temurun terpelihara dengan baik sampai saat ini, namun belum mengetahui jumlah luas areal dan luas produksi pertahun karena Kabupaten Tolikara merupakan salah satu Kabupaten pemakaran baru dari Kabupaten Jayawijaya. Buah merah merupakan salah satu komoditas handalan di Kabupaten Tolikara yang masih mempunyai beberapa kelemahan dalam mengembangkan melalui sistem agribisnisnya. Kelemahan agribisnis buah di Kabupaten Tolikara ialah:

1. Daya saing dengan produsen dari daerah lain sangat lemah karena tidak ada kontinyuitas produksi

2. pertanaman buah merah masih dibudidayakan dengan teknologi yang relatif sederhana

3. Teknologi produksi dan pasca panen belum dilakukan secara maksimal dalam pengelolahan kebun

4. Sistem dan strategi pemasaran masih lemah dari dukungan pemerintah daerah setempat.

5. Prasaran dan sarana penunjang produksi tidak mendukung seperti transportasi, pasar, perbankan, teknologi sangat tidak memenuhi.

Untuk itu penelitian ini difokuskan pada kajian untuk mengetahui Pengembangan Agribisnis buah merah di Kabupaten Tolikara Provinsi Papua.

1.2. Rumusan Masalah Penelitian

Papua merupakan provinsi dengan tingkat kemiskinan paling tinggi di Indonesia walaupun potensi lahan yang tersedia sangat luas dan juga kaya


(18)

pada rangking ke 30 dari 33 provinsi seluruh Indonesia (BPS, 2007). Angka kemiskinan di daerah perdesaan berkisar 59,17 %, sedangkan di perkotaan 27, 32 %. Sektor pertanian menyumbang 30 % pendapatan daerah regional bruto (PDRB), dengan tingkat pertumbuhan yang relatif rendah 3,5 % antara tahun 2005-2007. Penduduk dengan basis ekonomi rumah tangga dari pertanian 90 %. Hal ini memberi indikasi bahwa kemiskinan terjadi kalangan penduduk perdesaan dengan mata pencaharian bertani (Hendayana dan Hutabarat, 2004).

Ketertinggalan pembangunan sektor pertanian di Papua disebabkan oleh interaksi berganda antara faktor-faktor biofisik (sumber daya lahan), sosial budaya (sumberdaya manusia dan kelembagaan), tekno-ekonomi dan faktor politis. Rumitnya interaksi faktor-faktor tersebut penyebab proses adopsi inovasi sangat lambat yang bermuara pada tinggi tingkat kemiskinan, rendahnya tingkat kesejahteraan serta rendahnya ketahanan pangan. Berbagai faktor keterbelakangan tersebut seperti keterbatasan infrastruktur penunjang pertanian (transportasi maupun irigasi), belum berkembangnya kelembagaan pertanian, keterbatasan jumlah maupun tingkat keterampilan sumberdaya manusia pertanian, rendah minat investor/pengusaha, tidak kuatnya kepastian hukum berkenaan dengan penggunaan lahan, belum berkembangnya teknologi pasca panen dan agroindustri dan rendahnya akses petani terhadap pasar ( Supriadi, 2007).

Sejak enam tahun terakhir ini Papua telah menjadi pusat produksi minyak buah merah di Indonesia. Produksi buah merah dari kabupaten Tolikara ini mencapai 70 % dari total produksi di Papua. Minyak buah merah yang


(19)

diproduksi dari petani di Kabupaten Tolikara pada umumnya di pasarkan ke beberapa kota besar di Indonesia seperti Jayapura, Makassar, Manado, Bali, Surabaya, Yogyakarta, Bandung, Bogor dan Jakarta menjadi pasar pengumpul dan distribusi ke daerah lain bahkan eksport ke luar negeri dengan harga jual sangat mahal, namun petani sebagai produsen tidak dapat menikmati dari hasil produksi minyak buah merah, karena penetapan harga dari pemilik modal, distribusi produk pasar sulit sehingga keadaan petani dari jaman baru sampai erahnya teknologi dan informasi seperti saat ini tidak dapat berubah peningkatan kesejahteran petani setempat.

Berdasarkan urain pada latar belakang, maka Kabupaten Tolikara sebagai salah satu daerah sentra produksi buah merah di Papua memiliki potensi dan peluang untuk mengembangkan agribisnis tanaman buah merah cukup besar. Untuk pengembangan tanaman buah merah di Kabupaten Tolikara, maka masalah penelitian ini dirumuskan sebagai berikut :

1. Bagaimana potensi dan pengembangan agribisnis buah merah ditinjau dari luas areal, produksi dan menghitung tingkat efisiensi usaha buah merah ?

2. Bagaimana lingkungan Internal dan Eksternal yang mendukung strategi pengembangan Agribisnis buah merah di Kabupaten Tolikara ?

3. Bagaimana strategi pengembangan agribisnis buah merah dalam upaya meningkatkan nilai tambah di Kabupaten Tolikara ?

4. Banagimana merumuskan strategi kebijakan dalam upaya pengembangan Agribisnis buah merah di Kabupaten Tolikara ?


(20)

1.3. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengidentifikasi potensi buah merah dan di tinjau dari luas areal, produksi dan menghitung tingkat efisiensi usaha buahmerah.

2. Untuk Mengidentifikasi lingkungan Internal dan Eksternal yang mendukung strategi pengembangan agribisnis buah merah di Kabupaten Tolikara.

3. Untuk strategi pengembangan agribisnis buah merah dalam upaya meningkatkan nilai tambah di Kabupaten Tolikara

4. Untuk merumuskan strategi kebijakan dalam upaya pengembangan agribisnis buah merah di Kabupaten Tolikara.

1.4. Kegunaan Penelitian

1. Sebagai bahan masukan kepada Pemerintah daerah Kabupaten Tolikara untuk penetapan kebijakan pengembangan agribisnis tanaman buah merah sebagai komoditas keunggulan daerah Kabupaten Tolikara.

2. Sebagai bahan masukan dan informasi peluang investasi bagi investor/perusahaan yang menanamkan mondalnya dalam rangka pengembangan agribisnis buah merah di Papua khususnya Kabupaten Tolikara.

3. Untuk kebutuhan penelitian lanjutan tentang explorasi sistem Agribisnis bauh merah di Kapupaten Tolikara.


(21)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN EMPIRIS

2.1. Penelitian Terdahulu

Penelitian (Budi, 2002), mengenai analisa kandungan Buah merah. Tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui kandungan karotenoid, betakaroten, alfatokoferol, asam oleat, asam linoleat, asam linolenat dan dekanoat, memiliki omega 3 dan omega 9. Selain itu, buah merah mengandung banyak kalori untuk menambah energi, kalsium, serat, protein, vitamin B1, vitamin C Vitamin E, dan lainnya. Hasilnya bahwa buah merah memiliki kandungan senyawa antioksidan serta lemak pada buah merah sebagai salah satu alternatif untuk membantu memperbaiki daya tahan tubuh. Daya tahan tubuh ini disebabkan oleh kandungan kimia dari minyak buah merah yang aktif memiliki kandungan betakaroten dan tokoferol serta senyawa minyak lemak jenuh maupun tak jenuh yang dapat bermanfaat sebagai obat untuk yang dapat menyembuhkan penyakit seperti kanker atau tumor, stroke/darah tinggi, asam urat, diabetes, osteoporosis, gangguan mata, keningkatkan kecerdasan, meningkatkan gairah kesuburan dan menghambat AIDS

Penelitian Setyawan (2003), mengenai analisis strategi pengembangan usaha Jamur di CV. Agro Mitra Abadi Surabaya menyimpulkan bahwa faktor-faktor internal yang paling berpengaruh adalah kekuatan (strength), yaitu modal, teknologi, tenaga kerja yang murah, bahan baku mudah didapatkan, informasi melalui internet dalam pemasaran maupun budidaya dan kualitas jamur. Faktor-faktor eksternal yang paling berpengaruh adalah peluang


(22)

(opportunities), yaitu pasar ekspor jamur, konsumen menyukai makanan yang praktis dan siap saji, konsumen mengutamakan kesehatan mengkonsumsi makanan, budidaya jamur bebas pestisida dan pupuk buatan sehingga dapat menjaga kelestarian alam dan permintaan jamur yang banyak. Strategi yang harus dilakukan CV.Agro Mitra Abadi Surabaya adalah pengembangan usaha, pengolahan dan peningkatan produksi jamur. Dalam analisis daya saing melihat dari sisi produk, pasar dan pesaingnya, jamur yang paling menguntungkan untuk dibudidayakan atau diproduksi adalah jamur kuping. Analisis nilai tambah yang paling besar didapatkan pada jamur kuping dengan rasio nilai tambah 96 %.

Penelitian Siswoto (2000), mengenai strategi pengembangan Agribisnis Mangga di Jawa Timur menyatakan pengembangan agribisnis mangga pada kondisi pertumbuhan sedang. Pemasaran dalam negeri cukup kuat, sedangkan untuk ekspor mempunyai prospek yang cerah. Berdasarkan analisis SWOT posisi agribisnis mangga jawa timur pada kuadrat I yang berarti grand strategi atau strategi utamanya adalah strategi agresif, sedangkan berdasarkan matrik internal dan eksternalnya berada pada kuadrat IV yang berarti strategi pengembangan agribisnis mangga di jawa timur pada strategi pertumbuhan dan stabilitas.

Penelitian Ngaliman (2003), mengenai kajian Manajemen pemasaran jeruk pada Commanditaire Vennotschap Tani Jaya Kabupaten Blora, menyatakan bahwa faktor-faktor internal yang berpengaruh terhadap pemasaran jeruk adalah faktor kekuatan meliputi kualitas produk, teknologi pengolahan, harga jual, brand image, packaging dan distribusi fisik. Faktor


(23)

kelemahan meliputi produksi, nilai jual, margin penjualan, karket share, inovasi dalam produk, promosi serta riset dan pengembangan. Sedangkan faktor eksternal yang berpengaruh adalah faktor peluang meliputi teknologi informasi, peluang pasar bisnis, kebijakan pemerintah, biaya transportasi, pajak penghasilan, suku bunga pendatang baru. Strategi yang sesuai dengan kondisi CV. Tani Jaya saat ini adalah strategi penekanan biaya produksi (efisien), strategi ekstensifikasi, strategi pemotongan harga dan strategi stake holder aktif (pihak yang terkait).

2.2. Landasan Teori

Dalam landasan Teori penulis mengemukakan beberapa tinjauan teoritis yang melandasi akan melakukan penelitian ini diantaranya adalah :

2.2.1. Strategi Pengembangan Bisnis.

Menurut Glueck (1989), mendefinisikan strategi sebagai suatu kesatuan rencana terpadu dan menyeluruh serta terintegrasi yang menghubungkan keunggulan strategis perusahaan dengan lingkungan yang dihadapinya agar dapat mencapai tujuan perusahaan. Pengertian ini memberi arti bahwa strategi adalah penyesuaian organisasi dengan lingkungannya. Dengan menggunakan tolak ukur waktu dan perkembangan di negara maju, Aekar (1988), mengelompokan dalam 4 kelompok model perencanaan sebagai berikut :

1. Anggaran dan pengawasan (Budget and control) 2. Perencanaan jangka panjang (long renge planning) 3. Perencanaan strategis (strategic planning)


(24)

4. Manajemen strategic (strategic management)

Proses strategis manajemen merupakan metode teknik para perencana stretegis untuk menentukan sasaran dan membuat kesimpulan strategis. Dilihat dari aspek penentuan kegiatan yang akan datang, perencanaan strategis diartikan sebagai suatu proses indensifikasi peluang (opportunities) dan ancaman (threat), disamping diupayakan berbagai data untuk dasar keputusan yang lebih baik guna memanfaatkan peluang yang lebih baik dan mengatasi ancaman (Rangkuti, 2006). Dari aspek proses, perencana strategis diartikan strategi sebagai proses yang dimulai dari tujuan dasar, perumusan strategi dan kebijakan guna mencapai tujuan tersebut, serta menyusun rencana terinci sehingga strategi dapat dilaksanakan. Adapun manajemen strategi yang dapat memberikan manfaat antara lain :

1. Mengambil keputusan menjadi lebih efektif.

2. Orang yang ada dalam organisasi memahami kemana bisnis akan dibawah dan dimana mereka dapat menyesuaikan rencana dengan tujuan yang akan dicapai.

3. Sebagai sarana mengkomunikasikan tujuan perusahaan dan jalan yang akan ditempuh untuk mencapai tujuan tersebut dengan pemilik, eksekutif, karyawan dan pihak-pihak yang berkepentingan lainnya.

4. memperbaiki tujuan dan sasaran strategi

Sebagaimana dikemukakan diatas, bahwa perumusan strategi mensyaratkan adanya analisa mendalam terhadap lingkungan. Analisis lingkungan dimaksudkan untuk mencoba mengidentifikasi peluang yang perlu mendapatkan perhatian dan pada saat yang sama diarahkan untuk mengetahui


(25)

ancaman yang perlu mendapat antisipasi. Untuk keperluan tersebut analisis lingkungan berusaha untuk mengidentifikasi sejumlah variabel pokok yang berada di luar kendali yang dipikirkan memiliki pengaruh nyata.

Menurut Giensberg (1997), bahwa adalah sesuatu hal yang penting bagi manajemen puncak organisasi. Wahyudi (1996), menambahkan bahwa strategi merupakan suatu pola atau rencana yang mengintegrasikan sasaran utama organisasi, kebijakan-kebijakan dan serangkaian pelaksanaannya dalam keseluruhan perpaduan.

Rangkuti (2006), menyatakan bahwa strategi adalah perencanaan induk yang komprehensif yang menjelaskan bagaimana perusahaan akan mencapai semua tujuan yang telah ditetapkan berdasarkan misi yang telah ditentukan sebelumnya. Berdasarkan kajian dari 3 (tiga) peneliti, maka dalam penelitian yang dimaksud dengan strategi adalah suatu rencana yang komprehensif dalam suatu organisasi untuk mencapai suatu tujuan yang telah ditentukan.

2.2.2. Manajemen Strategi

Menurut David (2004), concept of strategic management didefinisikan sebagai seni dan pengetahuan untuk merumuskan, mengimplemantasikan dan mengevaluasi keputusan lintas fungsional yang membuat organisasi mempu mencapai obyektifitasnya. Proses manajemen strategis terdiri dari 3 (tiga) tahap yaitu :

a. Perumusan Strategi

Perumusan Strategi termasuk mengembangkan misi bisnis, mengali peluang dan ancaman eksternal perusahaan, menetapkan kekuatan dan


(26)

kelemahan internal, menetapkan obyek jangka panjang, menghasilkan strategi alternatif, dan memilih strategi tertentu untuk dilaksanakan.

b. Implementasi Strategi

Implementasi Strategi menuntut perusahaan untuk menetapkan obyek tahunan, memperlengkapi dengan kebijakan, memotivasi karyawan, dan mengalokasikan sumber daya sehingga strategi yang dirumuskan dapat dilaksanakan. Implementasi strategi termasuk mengembangkan budaya mendukung strategi, menciptakan struktur organisasi yang efektif, mengubah arah usaha pemasaran, mengembangkan dan memanfaatkan sistem informasi dan menghubungkan kompensasi karyawan dengan prestasi organisasi.

c. Evaluasi Strategi

Evaluasi strategi adalah tahap akhir dalam manajemen strategis. Evaluasi strategi berarti usaha untuk memperoleh informasi semua strategi dapat dimodifikasi di masa depan karena faktor-faktor internal dan eksternal selalu berubah. Ada 3 (tiga) macam aktivitas mendasar untuk mengevaluasi strategi adalah :

1. meninjau faktor-faktor internal dan eksternal yang menjadi dasar strategi yang sekarang

2. mengukur prestasi dan 3. mengambil tindakan korektif.

2.2.3. Macam-macam strategi

Munurut David (2004), macam-macam strategi ada empat yaitu strategi integrasi, strategi intensif, strategi diversifikasi, dan strategi defensif.


(27)

a. Strategi integrasi dibagi menjadi 3 (tiga) yaitu integrasi ke depan, integrasi kebelakang, dan integrasi horisntal yang disebut sebagai strategi integrasi vertikal.

1. Integrasi ke depan adalah strategi untuk memperoleh kepemilikan atau meningkatkan kendali pada distributor atau pengencer.

2. Integrasi ke belakang adalah strategi yang mencari kepemilikan atau kendali lebih besar pada perusahaan pemasok.

3. Integrasi horisantal adalah strategi mencari kepemilikan dari atau kendali lebih besar atas perusahaan pemasok.

b. Strategi intensif ada 3 (tiga) yaitu penetrasi pasar, pengembangan pasar, dan pengembangan produk.

1. Penetrasi pasar adalah dengan strategi meningkatkan pangsa pasar untuk produk atau jasa yang sudah ada di pasar yang telah lewat usaha pemasaran yang lebih gentar.

2. Pengembangan pasar adalah strategi memperkenalkan produk atau jasa yang sudah ada wilayah geografi baru.

3. Pengembangan produk adalah strategi yang mencari peningkatan penjualan dengan memperbaiki atau memodifikasi produk atau jasa yang telah ada.

c. Strategi diversifikasi ada 3 (tiga) yaitu konsentrik, horisontal dan konglomerat.

1. Diversifikasi konsentrik adalah strategi dengan menambah produk atau atau jasa baru yang tidak berkaitan secara luas.


(28)

2. Deversifikasi horisontal adalah strategi menambah produk atau jasa baru yang tidak berkaitan untuk pelanggan yang sudah ada.

3. Diversifikasi konglomerat adalah strategi menambah produk atau jasa baru.

d. Strategi defensif ada 3 (tiga) yaitu suatu organisasi yang dapat melakukan usaha patungan, penghematan, divestasi atau likuidasi.

Usaha patungan adalah strategi populer yang terjadi kalau dua perusahaan atau lebih membentuk kemitraan atau konsorsium sementara dengan tujuan kapitalisasi atau beberapa peluang.

1. Penciutan adalah usaha terjadi ketika suatu organisasi mengubah kelompok lewat penghematan biaya dan aset untuk mendongkrak penjualan dan laba yang menurun.

2. Likuidasi adalah menjual semua aset perusahaan, bagian demi bagian untuk nilai dari aset berwujudnya.

3. Kombinasi adalah organisasi yang mengusahakan kombinasi dari dua atau lebih strategi secara simultan.

2.2.4. Manfaat Manajemen Strategi

Manajemen strategi merupakan suatu organisasi yang mengawali dan mempengaruhi aktivitas dan berusaha untuk mengendalikan tujuan itu sendiri, manfaat prinsip dari manajemen strategi adalah membantu organisasi membuat strategi yang lebih baik dengan menggunakan pendekatan yang lebih sistematis, logis dan rasional pada pilihan strategis. David (2004), menyatakan bahwa manfaat strategi manajemen adalah sebagai berikut :


(29)

1. Memungkinkan mengenali, menetapkan prioritas, dan memanfaatkan berbagai peluang.

2. Menyediakan pandangan obyektif mengenai masalah manajemen. 3. Menjadi kerangka kerja untuk memperbaiki koordinasi dan pengendalian

aktivitas.

4. Meminimalkan pengaruh kondisi dan perubahan yang merugikan

5. Memungkinkan keputusan utama yang lebih baik mendukung sasaran yang telah ditetapkan

6. Memungkinkan alokasi waktu dan sumber daya yang lebih efektif untuk mengenali peluang.

7. Memungkinkan sumberdaya yang lebih kecil dan waktu lebih sedikit dicurahkan untuk mengoreksi kesalahan keputusan.

8. Menciptakan kerangka kerja untuk komunikasi internal di antara staff. 9. Membantu memandukan tingkah laku individu menjadi usaha total. 10. Menjediakan dasar untuk penjelasan tanggung jawab individu. 11. Memberikan dorongan untuk memperbaiki kedepan

12. Menyediakan pendekatan kerja sama, terpadu, dan antusias dalam menangani berbagai masalah dan peluang.

13. Mendorong sikap yang menerima perubahan.

14. Memberikan tingkat disiplin dan formalitas yang tepat pada manajemen dari suatu bisnis.

Pimpinan perusahaan dapat mengantisipasi perubahan dan menyiapkan petunjuk serta pengendali yang memungkinkan perusahaan untuk membuat


(30)

cara baru dari adanya peluang yang tersedia dalam lingkungan. Disamping itu juga dapat mengurangi resiko karena telah mengantisipasi lebih dulu ke depan.

2.2.5. Proses Manajemen Strategi

Proses manajemen strategi merupakan kerangka gabungan dari tahap-tahap kegiatan guna mengantisipasi hambatan utama, mengidentifikasi peluang, memperbaiki kekuatan yang dapat dipergunakan dan kelemahan harus diperbaiki. Kegiatan-kegiatan tersebut di dalam penerapannya disesuaikan dengan kebutuhan dan ruang lingkup yang ada pada perusahaan masing-masing.

Tahap-tahap tersebut disederhanakan menurut (Setiawan,1996) berikut ini :

Gambar 2.1. Tahap-tahap proses manajemen strategi

(Setiawan, Manajemen Strategi : Sebuah Konsep, 1996)

Sebagaimana telah digambarkan diatas bahwa manajemen strategi merupakan suatu proses, maka tentu saja akan terikat dari rangkaian tahap-tahap. Dari hasil penelitian tersebut diatas dapat dijelaskan bahwa penelitian pengembangan bersifat eksploratif yaitu mengungkapkan tentang profil dari suatu produk dengan melihat kekuatan, kelemahan, peluang serta ancaman.

Analisis Lingkungan Lingkungan Eksternal Umum Industri Lingkungan Internal Menentukan dan Menetapkan arah Perusahaan Strategi architecture Misi Tujuan Strategi Internal Formulasi Strategi Tingkat Korporat Tingkat Bisnis Tingkat Fungsional Implementasi Strategi Struktur Organisasi Budaya perusahaan kepemimpinan Pengendalian Srtategi Tradisional Aditif


(31)

2.3. Analisis Lingkungan Internal dan Eksternal

Dalam kaitannya dengan pengertian lingkungan, David (2004), menjelaskan bahwa lingkungan meliputi berbagai faktor di luar (eksternal) yang dapat merupakan oppurtunity (peluang) atau threat (ancaman), sedangkan (Supriyono, 1993), mendefinisikan lingkungan suatu perusahaan dalam bisnis, seperti halnya pada organisasi lain adalah semua kondisi eksternal dan pengaruh-pengaruh yang mempengaruhi kehidupan dan pengembangan perusahaan. Sapp dan Smith (1984), menyatakan bahwa kesuksesan perencanaan strategi membutuhkan pengamatan terhadap lingkungan eksternal dan analisis situasi internal.

Analisis lingkungan lebih lanjut David (2004) diartikan sebagai suatu proses yang digunakan perencanaan strategis dalam memantau lingkungan untuk menentukan peluang-peluang atau ancaman-ancaman terhadap perusahaan. Pemantauan lingkungan menurut Sapp dan Smith (1984), itu terdiri dari 6 (enam) tahap yaitu :

1. Menentukan kekuatan lingkungan yang akan memiliki dampak dalam perencanaan kegiatan yang akan datang.

2. Mengidentifikasi faktor-faktor kunci sukses strategis. 3. Mengumpulkan dan menganalisis data yang relevan.

4. Mengidentifikasi sesuatu yang terjadi ancaman-ancaman dari lingkungan dan peluang-peluang untuk pertumbuhan profitalitas.

5. Menyiapkan peramalan untuk tiap-tiap faktor sukses, ancaman dan peluang.


(32)

6. Membawa seluruh hasil pemantauan bersama-sama pada suatu laporan keadaan lingkungan.

Faktor-faktor lingkungan yang dapat menimbulkan peluang dan ancaman bagi perusahaan terdapat berbagai macam penggolongan antara lain, sektor sosial ekonomi, teknologi, pemasok, pesaing dan pemerintah. Disamping itu analisis lingkunagan (eksternal), yang akan memunculkan peluang dan ancaman, perumusan strategis juga menuntut adanya pemahaman yang cermat terhadap faktor internal perusahaan. Perusahaan dihadapkan dapat dengan teliti melakukan identifikasi dan evaluasi keseluruhan variabel internalnya untuk mengetahui kekuatan dan kelemahannya. Jikan variabel internal yang dievaluasi mampu menjadikan perusahaan memiliki keunggulan tertentu sehingga perusahaan mampu mengerjakan sesuatu dengan baik dan lebih murah dibanding dengan pesaingnya disebut kekuatan. Jika sebaliknya disebut kelemahan, dengan kekuatan yang ada, dapat digunakan untuk memanfaatkan peluang dan menghadapi ancaman lingkungan sehingga dapat mempercepat pencapaian tujuan perusahaan. Sebaliknya dengan kelemahan yang ada menghambat pemanfaatan peluang lingkungan yang atau memperlemah perusahaan di dalam menghadapi ancaman lingkungan sehingga dapat menghambat pencapaian tujuan perusahaan, jadi dengan analisis faktor internal dihadapkan perusahaan lebih mampu menghadapi lingkungan dengan efektif.

Pada dasarnya analisis faktor internal terdiri dari 2 (dua) tahap yaitu : tahap pertama, identifikasi variabel internal dan evaluasi terhadap variabel-variabel tersebut. Pada tahap pertama berusaha mengetahui secara


(33)

mendalam komponen variabel internal yang secara strategis bertanggung jawab terhadap kemungkinan keberhasilan perusahaan. Sedangkan pada tahap kedua diperlukan standar agar suatu variabel dapat dikategorikan sebagai kekuatan atau kelemahan bagi perusahaan.

Menurut Suwarsono (2002), ada 4 (empat) macam pedekatan sebagai pedoman evaluasi yaitu :

1. Bandingkan dengan kinerja masa lalu 2. Perbandingan evaluasi

3. Perbandingan dengan pesaing 4. Faktor keberhasilan industri

Menurut David (2004), pendekatan untuk analisis dan penialian posisi ini dimulai dengan mengembangkan dan mendokumentasi gambaran komprehensif dari perusahaan, selanjutnya identifikasi dan evaluasi kekuatan dan kelemahan perusahaan. Langkah tersebut diikuti dengan menyesuaikan kekuatan dan kele-mahan dengan peluang dan ancaman lingkungan. Rangkuman kekuatan, kelemahan dengan peluang dan ancaman dapat digunakan sebagai dasar untuk perumusan strategis.

Lebih lanjut (David, 2004) dengan melakukan analisis SWOT, yakni membandingkan antara kekuatan dan kelemahan atau yang disebut profil keuntungan strategis dengan peluang dan ancaman lingkungan, maka selanjutnya dapat ditemukan petunjuk tentang strategi yang dipilih perusahaan, apakah akan ekspansi, pemiciutan atau tetap mempertahankan stabilitas.

Menurut Rangkuti (2006), analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi perusahaan. Analisis ini


(34)

didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kukuatan (strenghts) dan peluang (opportunity) secara bersama dapat meminimalkan kelemahan (weaknesses) dan ancaman (threats). Proses pengambilan keputusan strategi selalu berkaitan dengan pengembangan misi, tujuan, strategis dan kebijakan perusahaan. Dengan demikian perencanaan strategis harus menganalisis faktor-faktor strategis perusahaan (kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman), dalam kondisi yang ada saat ini. Hal ini disebut dengan analisis situasi. Model yang paling populer untuk analisis situasi adalah analisis situati adalah SWOT.

Menurut David (2004) menjelaskan bahwa perubahan pada kekuatan eksternal dapat menimbulkan perubahan dalam permintaan konsumen terhadap produk atau jasa baik untuk industri maupun konsumsi rumah tangga. Kekuatan eksternal mempengaruhi jenis produk yang dibuat, strategi penempatan (positioning) dan segmentasi pasar, jenis jasa yang ditawarkan dan pilihan bisnis untuk diakuisisi atau dijual. Kekuatan eksternal mempengaruhi pemasok maupun distribusi secara langsung mengidentifikasi dan evaluasi peluang dan ancaman memungkinkan organisasi membuat misi yang jelas, merancang strategi untuk mencapai tujuan jangka panjang, dan membuat kebijakan untuk mencapai sasaran tahunan kekuatan eksternal dapat dibagi menjadi lima kategori yaitu (1). Kekuatan Ekonomi, (2). Kekuatan sosial, budaya, demografi dan lingkungan, (3). Kekuatan politik, pemerintahan dan hukum, (4). Kekuatan teknologi, (5). Kekuatan persaingan.


(35)

2.4. Komoditas Buah Merah

Tanaman Buah Merah (Pandanus conoideus Lam ), termasuk tanaman keluarga pandan-pandanan dengan pohon menyerupai pandan, tinggi tanaman dapat mencapai 8-13 m dengan tinggi batang bebas cabang sendiri setinggi 5 – 8 m yang diperkokoh dengan jenis akar tunjang pada batang bagian sebelah bawah. Tanaman berkayu tumbuh bercabang mencapai 5-12 cabang, daunnya berbentuk pita yang pinggirnya berduri-duri kecil tersusu rapih seperti gargaji, tanaman ini berbuah 4-5 tahun setelah tanam. Buah buah berbentuk lonjong dengan kuncup tertutup daun buah. Panjang buahnya mencapai 50-80 cm, diameter buah 10-15 cm, dan bobot 4- 20 kg. Buah dibungkus daun pelindung berbentuk melancip dengan duri pada tulang utama sepanjang 8/10 bagain dari ujung. Warnanya saat matang berwarna merah moren terang. Ada 3 macam jenis tanaman buah merah berwarna coklat, merah dan kuning. Pada dasarnya terdapat lebih dari 2 Varietas buah merah di Papua. Namun, secara garis besar diketahui ada 4 kultivar yang dikembangkan karena memiliki nilai ekonomis, yakni kultivar merah panjang, merah pendek, cokelat dan kuning. Warna, bentuk, dan ukuran buah masing-masing 10 jenis berbeda-beda.

Klasifikasi tanaman buah merah adalah sebagai berikut : Kingdom : Plant/tumbuhan

Divisi : Spermaophyta Kelas : Angiospermae Subkelas : Monocotyledonae Ordo : Pandanales Famili : Pandanaceae


(36)

Genus : Pandanus

Spesies : Pandanus conoideus Lam

Buah merah termasuk tanaman endemik. Secara umum habitat asal tanaman ini adalah hutan sekunder dengan kondisi tanah lembab. Tanaman ini ditemukan tumbuh liar di wilayah Papua dan Papua New Guinea. Di wilayah Papua, tanaman buah merah ditemukan tumbuh di daerah dengan ketinggian antara 0-3.300 meter di atas permukaan laut. bahwa tanaman buah merah dapat tumbuh di seluruh wilayah Papua, mulai dataran rendah hingga dataran tinggi.

Menurut Budi (2002) menyatakan bahwa senyawa-senyawa yang terkandung dalam buah merah berkhasiat obat dan bersifat aktif. Betakaroten dan alfatokoferol dikenal sebagai senyawa antioksidan yang ampuh mencegah penyakit. Senyawa ini mampu menetralisir zat-zat radikal bebas dalam tubuh, yang merupakan sumber pemicu timbulnya berbagai penyakit, terutama penyakit degeneratif. Dengan tingginya kadar antioksidan, buah merah memiliki efek antikanker dan tumor yang kuat. Di dalam tubuh, antioksidan mampu menangkal dan memutus rantai radikal bebas-senyawa karsinogen penyebab kanker dan tumor. Perbaikan sistem kekebalan tubuh dapat dihasilkan oleh kehadiran tokoferol, sel limposit, dan mononuklear di dalam tubuh sehingga akan dapat mengurangi morbiditas dan mortalitas. alfatokoferol mampu mengatasi pembentukan karsinogen atau menghambat karsinogen sel sasaran sehingga akan dapat menghambat terjadinya kasus kanker.

Abdul el.al (2005), meneliti tentang uji hambatan tumorigenesis membuktikan khasiat sari buah merah sebagai penghambat karsinogesis pada


(37)

tikus yang diuji analisis statistik yang dilakukan terhadap data pengamatan histologi paru untuk sepuluh sampel dari tiap-tiap kelompok perlakuan secara kruskal-willis menunjukkan hasil tidak terdapat perbedaan yang bermakna, pada hasil pengukuran berat badan terdapat bermakna pada pengamatan terakhir. Pengaruh betakaroten terhadap pertumbuhan tumor di uji pada musang dengan pemberian betakaroten pada dosis tinggi 2,4 mg /kg BB per hari selama enam bulan dapat menyebabkan perkembangan poliferasi sel alveolar dan metaplasia skuamosa.

Kesadaran masyarakat mengetahui akan kesehatan, maka nilai kandungan gizi dan manfaat bagi kesehatan dari sari buah merah yang mendukung peluang pasar ekspor antara lain:

1. Daya asing ekspor sari buah merah Papua cukup komparatif. Komoditi buah merah strategis peluang pasar dunia sangat besar untuk pengembagan komoditi buah merah di Papua dan bersaing pasar Internasional.

2. Daya saing yang belum baik, Papua diperkirakan tidak akan mampu memanfaatkan peluang pasar yang cukup terbuka pada masa yang akan datang melalui komoditas buah merah

3. Liberialitasi pandangan juga diperkirakan akan memperkuat posisi sari buah merah Papua di pasar Internasional, pengurangan bantuan domestik, subdisi ekspor dan perluasan akses pasar akan memberi peluang yang lebih besar pada sari minyak buah merah Papua di pasar Internasional. Agribisnis sari minyak buah merah Papua pada saat ini hampir tidak diproteksi atau mendapat subdisi. Indonesia diperkirakan


(38)

salah satu yang akan memperoleh manfaat liberialitasi perdangangan komoditas buah merah.

4. Sari buah merah olahan, produk yang lebih strategis untuk dikembangkan adalah sari buah merah sebagai produk yang lebih stratgis untuk dikembangkan didasarkan pada beberapa pertimbangan seperti aspek perluasan lapangan kerja/mengurangi tingkat pengangguran, memberikan nilai tanbah, peluang pasar yang luas. Hal ini didukung oleh bahan baku atau komoditas buah merah tidak dimiliki oleh negera lain di dunia kecuali Indonesia sebagai satu-satunya negera produsen sari buah merah.

5. Pasar domestik, peluang untuk subsitusi impor dengan sari minyak lain masih sulit karena buah merah yang ada hanya di Indonesia yang berkaitan dengan keunikan aroma dan krateristik sulit untuk disubsitusi sari minyak buah merah Indonesia.

Kebijakan arah pengembangan sistem dan usaha Agribisnis buah merah adalah membangun sistem dan usaha agribisnis yang berdaya saing, berkerakyatan, berkelanjutan dan lebih desentralistik. Hal ini mengandung makna sebagai berikut :

1. Membangun sistem agribisnis yang berdaya saing dipengaruhi oleh dua faktor utama yakni sisi permintaan dan sisi penawaran. Sisi permintaan ditandai oleh pasar yang berubah sangat cepat, tuntutan mutu, aman, menarik dan terjamin kesinambungan pasokkannya. Oleh sebab itu pradigma yang berorientasi pada produksi, baru mencari pasar diubah menjadi memproduksi yang diinginkan pasar. Sebaliknya dari sisi penawaran, produk yang dihasilkan petani dan perusahaan agribisnis


(39)

buah merah harus mampu bersaing dalam hal mutu, harga dan pelayanan. Upaya ini perlu didukung promosi investasi dan pasar yang proaktif, pengembangan jaringan distribusi pemasaran serta teknologi yang dinamik.

2. Agribisnis buah merah dibangun dengan mendayagunakan sumberdaya alam dan manusia yang beragam setiap daerah di Papua. Pengelolaannya dilakukan secara lokal dan mengedepankan partisipasi dan kreatifitas rakyat serta organisasi ekonomi yang ada di setiap daerah. Peranan pemerintah baik di pusat maupun di daerah lebih bersifat memberdayakan dan memfasilitasi untuk mewujudkan sistim agribisnis yang berkerakyatan diupayakan untuk meningkatkan kemampuan sumberdaya manusia, karena ada kecenderungan petani hanya menguasai mata rantai yang memberikan nilai tambah terkecil yakni sub sistem usaha tani. Mata rantai agribisnis yang memberikan nilai tambah terbesar yakni subsistem agribisnis hulu dan hilir yang mana tidak dikuasai oleh petani, akibatnya petani tetap berpendapatan rendah dan usahatani dikuasai oleh kekuatan non petani.

3. Membangun sistem agribisnis berarti mengelola sumberdaya secara berkelanjutan artinya bukan hanya untuk satu generasi melainkan juga untuk generasi berikutnya. Pemanfaatan sumberdaya lahan, hayati, air dan lingkungan harus tunduk pada kaidah pengelolaan lingkungan dan pengelolaan sumberdaya pertanian. Salah satu ciri sistem agribisnis yang berkelanjutan adalah tidak meningkat inputnya untuk menghasilkan sejumlah produk dan tetap terjaminnya kontinuitas produk.


(40)

4. Pembangunan sistem agribisnis pada hakekatnya merupakan pembangunan ekonomi daerah dengan mengandalkan kreatifitas dan partisipasi masyarakat di daerah. Pemerintah lebih berperan memfasilitasi, mendorong dan memberdayakan kemampuan kreatif masyarakat.

Belakangan ini mulai banyak bermunculan produsen pengolahan Buah Merah dengan skala pabrikan diantaranya mereka mulai mengolah dan memproduksi Buah Merah di Wamena (Jayawijaya), Manado, Makassar, Surabaya, Bali, Jakarta, Karawang, Bogor dan Bandung. Legalitas sangat penting sebagai jaminan atas produk yang dijual maupun beli. Produk yang direkomendasikan secara nasional adalah produksi CV. Papua Cendrawasih Industries, karena telah memiliki ijin legalitas dari Departemen Kesehatan (DEPKES RI. P.IRT. No. 214911202004). Disamping itu perusahaan ini termasuk pelopor dalam produksi Buah Merah sejak 3 tahun silam (Buah merah Papua htt:// www. kompas. co.id/new/.rabu 12 juni, 2009).

2.5. Konsep Aribisnis

Agribisnis terbentuk dari dua unsur kata yaitu agri yang berasal dari kata agriculture (pertanian) dan bisnis dari kata business (usaha). Jadi agribisnis adalah suatu kesatuan usaha yang meliputi salah satu atau keseluruan dari mata rantai produksi, pengolahan hasil dan pemasaran yang berhumbungan dengan pertanian dalam arti luas, yaitu usaha yang di tunjang oleh kegiatan petani (Soekartawi,1991).


(41)

Agribisnis sebagai mega sektor (Sa’id, E. Gumbira dan Intan, H. 2001) terdiri atas empat sub-sektor yaitu :

1. Sub-sektor agribisnis hulu (up-stream agribusiness), yakni seluruh kegiatan yang menghasilkan sarana produksi pertanian primer, termasuk didalamnya adalah agroindustri hulu seperti industri pembibitan-pembenihan, industri obat-obatan pertanian, industri pupuk, industri mesin dan peralatan pertanian;

2. Sub-sektor (non farm agribusuness) atau usaha tani, yakni kegiatan yang mengunakan sarana produksi untuk menghasilkan komoditi pertania primer;

3. Sub-sektor agribisnis hilir (down-stream agribusuness), yakni seluruh kegiatan yang mengolah komoditas pertanian primer produksi akhir (finish product), dan

4. Sub-sektor jasa penunjang agribisnis, yakni kegiatan yang menyediakan jasa yang dibutuhkan agribisnis seperti perbankan, asuransi, penelitian pengembangan, perguruan tinggi, transportasi, infrastruktur, penyuluhan, komunikasi dan kebijakan pemerintah, baik tingkat marko, regional maupun mikro.

Konsep agribisnis adalah konsep yang utuh yaitu mulai dari proses suplai input, produksi uashatani, pengolahan dan pemasaran hasil. Pengertian agribisnis yang telah dikemukakan diatas menunjukkan bahwa usahatani merupakan salah satu subsistem dalam sistem agribisnis yang meliputi : 1). pengadaan dan penyaluran sarana produksi, teknologi serta pengembangan sumberdaya pertanian, 2). produksi pertanian (uashatani), 3) pengolahan


(42)

hasil-hasil pertanian dan pemasaran hasil-hasil-hasil-hasil; pertanian (Anonim, 1994).

Perbedaan dalam pengelompokan kegiatan agribisnis tersebut, Downey dan Ericson (1992) dalam Sa’id dan intan (2001), membagi agribisnis menjadi tiga sektor, yaitu sektor masukan (input), produksi (farm) dan sektor keluaran (output). Pusat studi pembangunan intitut pertanian Bogor (Pambudy,1999) lebih tingkat lagi membagi agribisnis menjadi dua sektor yaitu on-farm activities dan off-farm activities.on-farm activities adalah subsistem pengadaan sarana produksi, dan off-farm activities adalah subsistem lainnya.

Sejalan dengan peningkatan produksi sebagai dampak positif penerapan teknologi dan input lainnya muncul berbagai permasalahan yang berkaitan dengan proses produksi, pascapanen (pengeringan, sortasi, dan lain-lain), penyimpanan, pengangkutan dan pemasaran. Sejauh ini proses produksi dan penanganan hasil panen komoditas lebih banyak menekankan pada kemampuan dan keterampilan individu. Proses yang melibatkan kelembagaan, baik dalam bentuk lembaga organisasi maupun kelembagaan norma dan tata pengaturan, pada umumnya masih terpusat pada proses pengumpulan dan pemasaran dalam skala tertentu. Bagi sebagian besar wilayah eksistensi kelembagaan pertanian dan petani belum terlihat perannya. Padahal fungsi kelembagaan pertanian sangat beragam, antara lain adalah sebagai penggerak, penghimpun, penyalur sarana produksi, pembangkit minat dan sikap, dan lain-lain.

Berkaitan dengan hal tersebut, kegiatan-kegiatan secara langsung berkaitan dengan kegiatan budidaya pertanian (on farm) adalah bercocok tanam ,pemeliarahan ternak, pemeliarahan, ikan,dan lain-lain. Kegiatan


(43)

pendukung proses produksi (off farm) adalah penyediaan sarana produksi, pengolahan hasil, dan lain-lain,sedangkan kegiatan pendukung pertanian yang tidak berkaitan dengan proses pertanian (non farm) adalah pengangkutan, perdagangan, perkreditan, dan lain-lain (Pambudy, 1999)

Agribisnis meliputi semua aktivitas sebagai suatu subsistem antara lain: subsistem pengadaan dan penyaluran sumberdaya pertanian, subsistem pertanian dan usaha tani budidaya, subsistem pengolahan hasil-hasil pertanian (agroindustri) dan subsistem distribusi dan pemasaran hasil pertanian. Saleh (1999) mengidentifikasi krateristik agribisnis di Indonesia adalah terbesarnya usaha tani skala kecil dan produksi, mata rantai pemasaran yang panjang. Akses pertanian terhadap pasar lemah, harga yang diterima pertanian rendah, dan infrastruktur pemasaran tidak mendukung. Selanjutnya, dikatakan bahwa konsep agribisnis meliputi subsistem yang terintegrasi mencakup :a) organisasi, b) produksi, c) keuangan, d) pemasaran, e) pengelolahan, f) sumberdaya manusia.

Menurut Sa’id . E. Gumbira dan Intan . H, (2001) dalam Meutiya (2006), kegiatan usaha pertanian adalah mencakup kegiatan usahatani perkebunan, peternakan, kehutanan dan perikanan. Dari skala usaha, jumlah usaha berskala kecil mencapai 90 % dari seluruh usaha agribisnis Indonesia, dengan demikian pengembangan sektor agribisnis berorientasi pada komersialisasi usaha atau industri perdesaan dan pertanian rakyat yang modern dapat dilakukan melalui aplikasi konsep pengembangan berdasarkan sistem agribisnis terpadu.


(44)

Selanjutnya (Meutiya, 2006) dijelaskan bahwa kajian mengenai sistem agribisnis dan agroindustri dapat dilakukan dengan dua pendekatan analisis yaitu yang pertama pendekatan analisis makro yang memandang agribisnis sebagai unit sistem industri dari suatu komoditas tertentu yang membentuk sektor ekonomi secara regional atau nasional. Sistem agribisnis secara makro dipengaruhi oleh lingkungan ekonomi, politik, social budaya, hankam dan teknologi baik nasional, regional maupun Internasional, sehingga membangun sistem agribisnis nasional yang tangguh peran kebijakan pemerintah adalah menjadi penuntun, pendorong, pengawas dan pengendali sistem. Kedua pendekatan analisis mikro yang memandang agribisnis sebagai suatu unit perusahaan yang bergerak baik dalam salah satu subsistem agribisnis maupun bergerak pada lebih dari satu subsistem agribisnis, baik hanya satu atau lebih subsistem dalam satu lini komoditas atau lebih dari satu lini komoditas.

Untuk mengoperasionalisasikan pembangunan sistem dan usaha agribisnis, perlu dikembangkan atau diorganisasikan dalam bentuk pusat-pusat pertumbuhan agribisnis di daerah sesuai dengan keunggulan masing-masing daerah. Pengembangan pusat-pusat agribisnis tersebut harus dikaitkan dengan ekonomi regional sedemikian rupa sehingga secara bertahap agribisnis daerah yang bersangkutan makin terintegrasi dengan perekonomian regional dan dunia, untuk itu disamping penumbuhan pusat-pusat agribisnis secara fisik, pengembangan sistem informasi agribisnis juga perlu dilakukan. Pada pusat-pusat pertumbuahan agribisnis perlu diperlengkapi infrastruktur yang diperlukan seperti jalan, baik menghubungkan industri pengolahan dengan subsistem on-farm maupun antar pusat pertumbuhan agribisnis dengan


(45)

pelabuhan ekspor, selain itu juga dikembangkan fasilitas pergudangan, terminal agribisnis dan bursa komoditas/produk agribisnis beserta fasilitas lain yang diperlukan untuk berkembangnya sistem dan usaha agribisnis (Sa’id,Gumbira, E. dan Intan.H, 2001)

2.5.1. Produksi Agribisnis

Faktor produksi terdiri dari lahan, modal, teknologi, pengandaan bibit, pupuk, obat-obatan, tenaga kerja dan aspek manajemen merupakan faktor produksi lainnya ( Soekarwti,1991). Selanjutanya (Sa’id, Gumbira, E. dan Intan.H, 2001) menyatakan bahwa produksi agribisnis dapat diartikan sebagai seperangkat prosedur dan kegiatan yang terjadi dalam penciptaan produksi agribisnis. Berdasarkan hal tersebut, maka manajemen agribisnis dapat diartikan sebagai seperangkat keputusan untuk mendukung proses produksi agribisnis, mulai dari keputusan perencanaan, penorganisasian, pelaksanaan, pengawasan, pengedalian hingga evaluasi proses produksi.

Setiap aktivitas dalam proses produksi harus memberikan nilai tambah (value added), agar dalam setiap aktivitas berproduksi selalu menghidari pemborosan (waste). Pemborosan adalah segala aktivitas yang tidak memberikan nilai tambah tetapi hanya mengeluarkan biaya yang dikeluarkan untuk membiaya aktivitas itu (Vincent, 2005). Dengan demikian produksi dapat dikatakan sebagai suatu aktivitas dalam perusahaan industri berupa penciptaan nilai tambah dari input menjadi output secara efektif dan efisien, sehingga produk sebagai output dari proses penciptaan nilai tambah itu dapat dijual dengan harga yang kompetitif di pasar.


(46)

Sistem produksi selalu berada dalam lingkungan, sehingga aspek-aspek lingkungan seperti perkembangan Teknologi, sosial dan ekonomi, serta kebijakan pemerintah akan sangat mempengaruhi keberadaan sistem produksi itu. Secara skematis sederhana, sistem produksi dapat digambarkan sebagai berikut :

Lingkungan

Gambar 2.2 : Skema Sistematis Produksi.

(Concept continuous improverment production, Vincent, 2004) Gambar diatas, maka tampak bahwa elemen-elemen utama dalam sistem produksi adalah input, proses dan ouput serta adanya suatu mekanisme umpan balik untuk pengendalian sistem produksi itu agar mampu meningkatkan perbaikan terus menerus didefinisikan sebagai integrasi dari tenaga kerja, material, informasi, metode kerja, dan mesin atau peralatan dalam suatu lingkungan guna menghasilkan nilai tambah bagi produk agar

Input

Proses

Output

1.Tenaga kerja 2.Modal 3.Material 4.Energi 5.Tanah 6.Informasi 7.Manajerial

Proses Transpormasi

Nilai Tambah

Produk (Barang dan/atau jasa)

Umpan Balik untuk pengendalian Input, Proses, dan Teknologi


(47)

dapat dijual dengan harga kompetitif di pasar. Definisi lain dari proses adalah suatu kumpulan tugas yang dikaitkan melalui suatu aliran meterial dan informasi yang mentransformasikan berbagai input ke dalam output yang bermanfaat atau bernilai tambah tinggi.

Produksi agribisnis dapat diartikan sebagai seperangkat prosedur dan kegiatan yang terjadi dalam penciptaan produk agribisnis (produk usaha pertanian), maka agribisnis dapat diartikan sebagai seperangkat keputusan untuk mendukung proses produksi agribisnis, mulai dari keputusan prencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, pengawasan, pengedalian hingga evaluasi proses produksi.

Produksi memiliki dampak menyeluruh dan terkait dengan berbagai fungsi seperti fungsi personalia, keuangan, penelitian dan pengembangan, pengadaan dan penyimpanan segala sesuatu yang berkaitan dengan produksi memiliki dampak terhadap fungsi-fungsi lainnya bahkan memiliki dampak menyeluruh terhadap perusahaan. Terutama menyangkut keputusan lokasi, ukuruan atau volume, tata letak fasilitas,pembelian, penyediaan dan penjadwalan serta mutu produk. Usaha produksi pertanian, produksi primer sangat variatif tergantung pada jenis komoditas yang diusahakan.

2.5.2. Sifat-sifat produksi pertanian

Menurut Sa’id,Gumbira, E. dan Intan. H, (2001) bahwa Produksi pertanian umumnya bersifat musiman, pasokan produk bervariasi dan tidak stabil dari waktu ke waktu, jumlah produksinya sulit untuk ditentukan dan terdapat variasi antara pusat-pusat produksi secara geografis, dan sifat-sifat


(48)

walaupun ada yang dapat berproduksi terus-menerus sepanjang tahun tetapi produksinya berfluktuasi dimana dikenal adanya musim panen raya dan paceklik.

Produksi pertanian juga bervariasi dalam jumlah dari waktu ke waktu. Variasi jumlah produksi dalam suatu periode tertentu disebabkan oleh tangkapan petani terhadap tingkat harga, program-program pemerintah mengenai pengembangan komoditas seperti program pewilayahan komoditas, peningkatan produksi, dan program lainnya serta pengaruh dari faktor-faktor yang sulit atau tidak dapat dikontrok seperti banjir dan erosi, gempa bumi, angin topan, letusan gunung berapi, kebakaran areal serta serangan hama dan penyakit yang kuat. Variasi jumlah tersebut menyebabkan terjadinya variasi jumlah nilai atau harga produk sepanjang tahun misalnya pada bulan Ramadan dan menjelang hari Raya harga dapat meningkat dratis dibandingkan pada bulan-bulan lainnya.

Wilayah sentra produksi pertanian untuk suatu komoditas tertentu sifatnya unik, tergantung pada jenis komoditasnya. Ada komoditas yang cocok ditanam di ataran tinggi dengan suhu rendah, ada juga cocok dataran rendah disamping itu dikenal pula adanya tanaman tropis dan subtropis. Semuanya itu menunjukkan bahwa wilayah produksi untuk suatu komoditas tertentu bersifat unik. Oleh karena suatu komoditas tertentu yang diproduksi pada daerah yang berbeda memiliki perbedaan biaya produksi per unit yang satu dan daerah produksi lainnya terjadi karena berbagai faktor yang mempengaruhi. Ada daerah yang berproduksi efisien dan daerah yang berproduksi tidak efisien untuk suatu komoditas tertentu.


(49)

Produk pertanian umumnya memiliki sifat rawan terhadap kerusakan dan ukuran yang besar per tumpukannya sangat dan keaneka ragam mutunya. Kerawanan terhadap kerusakan dan ukurannya yang besar per tumpukannya sangat berperan untuk menentukan metode dan tempat penyimpanan, metode dan alat pengangkutan, serta penjadwalan dan dilain pihak keaneka ragaman mutu memerlukan standarisasi, penyortiran dan pengelompokan berdasarkan standar produk yang baku atau diinginkan oleh konsumen.

2.5.3. Lembaga-Lembaga Pendukung Pengembangan Agribisnis

Keberadaan kelembagaan pendukung pengembangan agribisnis Na-sional sangat penting untuk menciptakan agribisnis Indonesia yang tangguh dan kompotitif. Lembaga-lembaga pendukung tersebut sangat menentukan dalam upaya menjamin terciptanya integrasi agribisnis dalam mewujudkan tujuan pengembangan agribisnis.

a. Pemerintah

Pemerintah memegang peranan yang sangat penting dalam menciptakan lingkungan usaha agribisnis yang kondusif dan mampu mendukung pengembangan agribisnis yang tangguh. Lembaga Pemerintah mulai dari tingkat pusat sampai daerah memiliki wewenang regulasi dalam menciptakan lingkungan agribisnis yang kompotitif dan adil. Regulasi Pemerintah tersebut dapat dikelompokkan dalam beberapa kelompok antara lain.

1. Regulasi untuk menjamin terciptanya lingkungan bisnis dan mencegah monopoli harga


(50)

2. Regulasi untuk mengontrol kondisi-kondisi monopoli yang diizinkan seperti Bulog, yang menangani komoditas strategis dan beberapa usaha badan milik negara (BUMN) yang mengelola usah public utility

3. Regulasi untuk fasilitas perdagangan ekspor dan impor produk agribisnis.

4. Regulasi dalam penyediaan pelayanan publik terutama untuk fasilitas pelayanan yang terkait baik secara langsung maupun tidak langsung dengan agribisnis.

5. Regulasi untuk proteksi baik terhadap konsumen maupun prudusen. 6. Regulasi yang terkait langsung dengan harga komoditas agribisnis, input

dan peralatan agribisnis.

7. Regulasi terhadap peningkatan ekonomi dan kemajuan sosial

8. Regulasi terhadap sistem pembiayaan agribisnis, seperti permodalan dari perbankan, pasar modal dan lain-lain

9. Regulasi terhadap sistem pengembangan resiko agribisnis seperti keberadaan asuransi pertanian dan bursa komoditas dengan berbagai instrumennya.

b. Lembaga Pembiayaan

Lembaga pembiayaan agribisnis memegang peranan yang sangat penting dalam pengembangan usaha agribisnis terutama dalam penyediaan modal investasi dan modal kerja mulai dari sektor hulu sampai hilir. Pembiayaan bukan hanya dilakukan untuk produsen primer (usaha tani) melainkan juga usaha yang ada di hulu dan di hilir. Usaha yang berada di hulu harus dibiayai untuk memperlancar harus distribusi dan penyediaan input


(51)

pertanian seperti usaha pembibitan, industri obat-obatan dan pupuk, dan peralatan pertanian. Begitu juga biaya di sektor hilir disamping agroindustrinya juga lembaga-lembaga pemasaran yang menangani distribusi hasil produk primer, sekunder dan tersier. Para pedagang perantara harus dibiayai untuk memperlancar arus distribusi dari produsen menuju ke konsumen.

Fenomena yang menjadi penghambat berkembangnya usaha jasa distribusi terutama bisnis informal, adalah terbatasnya modal operasi, sementara kredit usaha kecil (KUK) yang diintroduksi oleh pemerintah ternyata tidak gampang untuk menyentuh para informal bisnis tersebut. Program pembiayaan yang dicanangkan pemerintah masih mensyaratkan angunan berupa sertifikat tanah untuk memperoleh fasilitas pembiayaan sehingga para pelaku bisnis baik disektor produksi agribisnis sulit tersentuh oleh program pembiayaan tersebut.

c. Lembaga Pemasaran dan Distribusi

peran lembaga pemasaran dan distribusi menjadi ujung tombak kemberhasilan pengembangan agribisnis, karena fungsinya sebagai fasilitator yang menghubungkan antara produsen menghasilkan barang dan dan konsumen yang membutuhkan produk tersebut.

Lembaga pemasaran dan distribusi juga memegang peranan yang sangat penting dalam memperkuat integrasi antar sub-sistem dalam sistem agribisnis. Dengan demikian pengembangan yang terpadu juga harus mampu memperkuat peranan dan memperdayakan lembaga pemasaran dan distribusi secara efektif dan efisien. Pembinaan terhadap lembaga pemasaran dan


(52)

utama besarnya margin antara harga di tingkat produsen dan harga di tingkat konsumen.

d. Koperasi

Koperasi sebagai badan ekonomi rakyat yang lahir sebagai kekuatan ekonomi memiliki peranan yang sangat penting dalam menghimpun kekuatan ekonomi anggota bersama. Dalam hal ini peranan pengembangan agribisnis dapat dilihat dari fungsinya sebagai penyalur input pertanian dan lembaga pemasaran hasil-hasil pertanian. Keberadaan koperasi unit desa (KUD) menjadi suatu kekuatan untuk membantu pengembangan agribisnis karena hampir di setiap desa memiliki KUD namun banyak tidak berdaya untuk membantu pengembangan agribisnis yang berbasis pedesaan.

2.7. Kerangka Pemikiran

Kabupaten Tolikara merupakan salah satu kabupaten penghasil buah merah di Propinsi Papua dengan luas areal produksi buah merah yang terluas dari beberapa Kabupaten di wilayah pegunungan Jayawijaya. Sebagai salah satu daerah sentra produksi buah merah di Papua, kabupaten Tolikara memiliki potensi untuk mengembangkan agribisnis buah merah, selain itu pelaku tataniaga buah merah yang berasal dari daerah sentra produksi yang berada di sekitar wilayah kabupaten Tolikara yang ingin memasarkan bahan baku buah merah di kota Wamena sebagai pusat perdagangan buah merah akan melalui Wilayah Kabupaten Tolikara, sehingga dengan adanya pengembangan agribisnis buah merah di Kabupaten Tolikara, maka rantai distribusi atau tataniaga buah merah akan diperpendek atau dengan kata lain mendekatkan


(53)

industri ke sentra produksi atau produsen Untuk mendukung pengembangan agribisnis buah merah perlu peningkatan produksi, sistem pemasaran yang baik/berkeadilan melalui dukungan teknologi budidaya dan kemitraan usaha.

Dalam alur pikir strategi pengembangan agribisnis buah merah di Kabupaten Tolikara seperti digambarkan dalam gambar 3 (tiga), pada tahap awal dilakukan identifikasi faktor-faktor strategi pengembangan agribisnis buah merah dalam kondisi saat ini yang berhubungan dengan permintaan dan penawaran. Dari identifikasi selanjutnya dilakukan evaluasi secara keseluruhan untuk menentukan faktor-faktor internal maupun faktor-faktor eksternal Kabupaten Tolikara. Setalah faktor-faktor kritis internal maupun eksternal didapatkan selanjutnya dibuat matrik SWOT yang digunakan untuk mencocokan peluang dan ancaman eksternal dengan kekuatan dan kelemahan internal. Dengan melalui analisis SWOT, maka akan diperoleh strategi alternatif yang layak untuk pengembangan agribisnis buah merah di Kabupaten Tolikara.

Dari beberapa alternatif strategi pihak pemerintah kabupaten Tolikara menentukan strategi kebijakan alternatif sesuai dengan visi dan misi Kabupaten Tolikara. Dari strategi alternatif yang akan dilakukan, pemerintah dapat menentukan langkah-langkah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat Tolikara menjadi lebih sejaterah, maju dan mandiri sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia ”masyarakat yang sejaterah, adil dan makmur”.


(54)

Evaluasi

Gambar 2.3 : Kerangka Pemikiran

Berdasarkan kerangka berpikir pada Gambar 3, dapat dinyatakan bahwa potensi pengembangan agribisnis buah merah dalam penelitiaan ini mengacu pada karakteristik pemasaran dalam hal ini tingkat produk merk dan kemasan, harga, distribusi, promosi, produksi dalam hal ketersediaan luas lahan,

Dinas Pertanian Kabupaten Tolikara Analisis Situasi

Analisis SWOT

FAKTOR INTERNAL Kekuatan Kelemahan Luas lahan Varietas unggul Merek produk Biaya Harga Promosi Teknologi Rendahnya SDM Modal Informasi pasar FAKTOR EKSTERNAL Peluang Ancaman Globalisasi perdagangan Potensi daerah Kemitraan Dukungan pemerintah Pertmintaan Pemasaran terbatas Transportasi Buah merah Instan Kemasan produk Kondisi ekonomi nasion al

Alternatif Strategi


(55)

teknologi budidaya dan pascapanen, modal, sumberdaya manusia, dan strategi pengembangan dalam hal ini faktor sosial budaya, ekonomi dan politik masyarakat setempat, permintaan konsumen, letak geografis dan kebijakan pemerintah daerah tentang pengembangan sentra dengan dukungan kelembagaan petani yang terkait dengan agribisnis akan digunakan untuk menyusun suatu strategi pengembangan agribisnis di Kabupaten di Tolikara melalui teknologi budidaya dan kemitraan usaha. Untuk itu analisis yang digunakan untuk melihat potensi pengembangan agribisnis buah merah, sistem pemasaran dalam menyusun kebijakan pengembangan agribisnis di Kabupaten Tolikara.


(56)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1.Tempat dan Waktu penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Tolokara Propinsi Papua. Penelitian dilaksanakan selama dua bulan mulai pada bulan September sampai dengan Oktober 2009, dengan dasar pertimbangan bahwa Kabupaten Tolikara adalah sentra komoditas buah merah di kawasan wilayah pegunungan tengah Jayawijaya dengan jangkauan transportasi udara yang agak sulit dari Provinsi Papua

3.3. Jenis Data

Pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini berasal dari data primer dan data sekunder.

a. Data Primer

Data primer merupakan sumber data penelitian yang diperoleh secara langsung dari sumber asli (tidak melalui media perantara), dan belum melalui proses pengolahan dari pihak lain.

b. Data sekunder

Data sekunder merupakan sumber data penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak langsung melalu media perantara (diperoleh pihak lain dan telah terkumpul) atau data primer yang telah diolah pihak lain.

3.4. Pengumpulan Data Informasi Wilayah di Kabupaten Tolikara

Pengkajian menerapkan metode pendekatan interaktif Rapid Appraisal of Agricultural Knowledge Systems (RAAKS) yang dikembangkan oleh Engel,


(57)

Salomon and Fernandez (1994). Ciri utama RAAKS adalah pendekatan partisipatif yang luwes untuk mendefinisikan situasi, masalah dan menemukan upaya pemecahannya. RAAKS merupakan pengembangan lanjut dari metode partisipatif RRA dan PRA dari Chambers (1992) dan Pretty (1994). Di Indonesia RAAKS yang dikembangkan untuk sub-sektor perikanan telah diterapkan dalam bentuk Rapid Appraisal of Fishery Information Systems (RAFIS) oleh Suradisastra, Blowfield dan Syafa'at (1995).

Pemilihan sumber informasi dilakukan secara terarah (purpose sampling) dengan penekanan pada sumber informasi kunci. Sumber informasi kunci adalah tokoh kunci di lembaga formal, di lokasi penelitian. Tokoh kunci formal adalah lembaga pemerintahan di kantor Kabupaten Tolikara di Dinas Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan, serta nonformal yang berlaku (peraturan, tata tertib organisasi, hukum, undang-undang, dan lain-lain).

Data yang dihimpun merupakan data dan informasi kuantitatif dan kualitatif yang bersumber pada lembaga organisasi. Data dikumpulkan dengan penggunaan Faktor Internal dan Eksternal untuk mengetahui keragaman peubah-peubah di bawah ini:

Keragaman lingkungan Internal :

• Keadaan dan kondisi agro-ekologi dan sistem produksi lokal, luas lahan Tekanan eksternal:

• Keterbukaan terhadap pasar • Tekanan politis dan kebijakan

Faktor Internal dan Eksternal dituangkan dalam bentuk kuesioner struktur berdasar topik pengamatan (topic list). Informasi dihimpun melalui


(58)

teknik wawancara langsung kepada Kepala Dinas Pertanian, Perkebuna dan Kehutanan Kabupaten Tolikara dan topik pertanyaan dipusatkan pada dinamika kelembagaan yang berkaitan dengan kegiatan yang berlangsung pada subsistem agribisnis, mulai dari subsistem pengadaan input produksi, subsistem produksi, subsistem pengolahan hasil, dan subsitem pemasaran. Sementara itu, di lokasi pengolahan hasil buah merah topik pertanyaan difokuskan pada dinamika proses awal pembelian buah sampai hasil di pasarkan yang berkaitan dengan kemitraan pada subsistem pengadaan input dan subsistem pemasaran.

Pengumpulan data dan informasi meliputi kegiatan pengumpulan data primer , sekunder dan observasi lapangan. Data primer diperoleh dari kepala Dinas Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan serta rumah tangga petani atau pedagang yang sedang memproduksi minyak buah merah bahkan sedang jualan di pasar Jibama (wamena dan karubaga).

3.5. Analisis Data

Berdasar tujuan yang ingin dicapai, maka terdapat beberapa bentuk analisis sebagai berikut :

3.5.1. Analisis Trend

Untuk menganalisis tingkat perkembangan luas areal, produksi usahatani buah merah di Kabupaten Tolikara dalam kurun waktu 7 tahun (2001 – 2007) dalam penelitian ini menggunakan analisis Trend

Metode analisis Trend mengikuti scatter diagram data yang tersedia selama 7 tahun. Jika sebaran data mengikuti garis lurus, maka menggunakan rumus :


(59)

a. Y = a + bx ……….. (Trend Linear)

dimana y = Perkembangan luas areal dan produksi buah merah

a = Intensif / bilangan konstanta

b = Koefisien arah (scope) atau koefisien trend yang menunjukkan arah

x = Periode waktu

b. Y = a + bx1 + cx12 ……….. (Trend Polynomial)

Trend ini jika sebaran data mengikuti garis lengkung (Sugiyono, 2004).

Jika koefisien b > 0, maka arah trend positif

Jika koefisien b < 0, maka arah trend negatif (menurun)

3.5.2. Analisis Efisiensi Usaha (R/C Ratio)

Untuk menjawab tujuan yang ketiga, maka digunakan perhitungan biaya, penerimaan, pendapatan dan efisiensi usaha dari buah merah antara lain a. Biaya yang di perhitungkan sebagai biaya tidak tetap meliputi biaya

bahan baku dan bahan penolong, tenaga kerja. Besarnya biaya tidak tetap dihitung sebagai berikut :

n TVC = Σ VC i = 1 keterangan :

TVC : Total biaya tidak tetap


(60)

VC = Pxi . Xi Keterangan :

Pxi : Harga input ke-i Xi : Jumlah input ke-I

Maka :

n

TVC = Σ Pxi . Xi i = 1 b. Biaya Tetap

Besarnya biaya tetap dihitung dengan cara sebagai berikut : n

TFC = Σ FC i = 1 Keterangan :

TFC : Total biaya tetap

FC : Biaya tetap untuk input-input n : Banyaknya input

c. Biaya Total

Biaya total dihitung sebagai berikut : TC = TVC + TFC

Keterangan : TC : Total biaya TVC : Biaya tidak tetap TFC : Biaya tetap d. Analisis Penerimaan


(61)

TR = Y . Py Keterangan :

TR : Total penerimaan usaha (Rp) Y : Jumlah produksi (Rp)

Py : Harga penjualan (Rp/kg) e. Analisis Keuntungan

Analisis keuntungan ditunjukkan melalui pengurangan antar penerimaan dengan total biaya untuk sekali produksi, dengan rumus:

π = TR – TC TR = p . q

TC = TFC + TVC Keterangan :

π : Keuntungan (Rp)

TR : Total penerimaan usaha (Rp) TC : Total biaya usaha (Rp) P : Harga produksi (Rp/liter) q : Jumlah produksi (liter) TFC : Total biaya tetap (Rp) TVC : Total biaya variabel (Rp)

f. Dengan diketahui besarnya penerimaan dan biaya produksi yang dikeluarkan sebagai korbanan dalam proses produksi, maka seorang pengusaha dapat melakukan analisa efisiensi usahanya dengan menggunakan analisa R/C ratio, yang dirumuskan dengan :


(1)

 Peluang (Opportunities) yaitu pontensi wilayah yang sangat mendukung, penggunaan varietas Unggul serta hubungan kemitraan yang dijalin.

 Faktor ancaman (Threaths) yaitu daerah pemasaran terbatas, transportasi antar daerah kurang memadai dan animo masyarakat terhadap produk buah merah tentang dicampur dengan produk lain. 3. Strategi pengembangan agribisnis buah merah dalam upaya peningkatan

nilai tambah bagi petani di Kabupaten Tolikara membutuhkan upaya peningkatan produksi, kebijakan perkreditan, pengembangan manajemen agribisnis dan pengembangan sentra produksi dalam upaya pengembangan kelembagaan usaha.

saran

1. Membina dan mengembangkan sumberdaya manusia secara sistematis baik level pelaksana, teknis, maupun manajer melalui pendidikan dan latihan (magang) harus di luar Papua agar dapat mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi termasuk bioteknologi pada setiap subsistem agribisnis.

2. Melakukan pengamatan dan evaluasi terhadap unit agribisnis yang ada di Kabupaten Tolikara dan merekomendasikan pola kemitraan yang berhasil berdasarkan dampaknya terhadap petani, peserta, masyarakat, investor, ekonomi kerakyatan, kontribusinya terhadap pendapatan asli daerah (PAD) atau devisa, dan lain-lain.


(2)

3. Pemerintah perlu memfasilitasi terjalinnya integrasi vertikal dan orizontal antar subsistem agribisnis, sehingga dapat ditingkatkan efisiensi dan nilai tambah

4. Melakukan promosi yang menarik atau gentar melalui media masa dan media elektronok termasuk internet untuk menarik investor baru

5. Upaya peningkatan pengetahuan petani melalui penyuluhan yang bersifat inovasi teknologi dibidang buah merah perlu dilakukan untuk memperbaiki sistem budidaya dan pengolahan hasil yang pada umumnya masih tradisional.

6. Perlu menerapkan teknologi tepat guna dengan memperhatikan efektif dan efisien harus tetap dipertahankan dan ditingkatkan untuk menumbuhkan keunggulan komparatif dalam peningkatan produksi. 7. Perlu melakukan penelitian secara mendalam tentang explorasi

Tanaman buah merah.

8. Implikasi kebijakan penting dari kondisi diatas adalah untuk pengembangan Agribisnis Buah Merah yang mempunyai tujuan pasar yang luas dan melalui peningkatkan Intensifikasi dan ekstensifikasi lahan.


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 1994. Pembangunan Agribisnis. Badan Agribisnis, Direktorat Jendral Perkebunan Jakarta

, 2003. Peluang Investasi di Papua. Badan Promosi dan Investasi Daerah Provinsi Papua. Penerbit badan Promusi dan Investasi Papua.

Abdul, M. Ratnosari, Andrajati dan Susilowati, Heni, 2006. Uji Hambatan Tumorigenesis Sari Buah Merah (Pandanus Conoideus lamk) terhadap Tikus Putih betina yang Diindikasi 7,12 Dimetilbenz (a) Antrasen (DMBA). Departemen Farmasi Fakultas MIPA Universitas Indonesia Jakarta. Majalah Ilmu Kefarmasian, Vol. III. No. 3. 153-158 hal.

Balai Pusat Statistik, 2007. Buku Statistik Perkebunan Departemen Pertanian. Jakarta.

Buah Merah Papua, 2006. http:/www.buah merahonline.com

Chambers, Robert. 1992. Rural Appraisal: Rapid, Relaxed and Participatory. IDS Discussion Paper 311. IDS, Brighton.

David, R. Fred. 2004. Konsep-konsep Manajemen Strategis. Edisi kesembilan. Penerbit, PT. Intan Sejati Klaten

Deptan, 2001. Pembangunan Sistem Agribisnis sebagai Penggerak Ekonomi Nasional. Departemen Pertanian. Jakarta.

Downey, W. D. and S.T. Erickson. 1992. Manajemen Agribisnis. (Terjemahan). Erlangga, Jakarta

Engel, Paul. G.H. Monique, L. Salomon and Maria, E. Fernandez,1994. RAAKS: A Participatory Methodology for Improving Performance in Extension. WAU/CTA/IAC, Wageningen.

Giensberg, 1997. Strategic planning, Teori and practice. Business publication inc. Texas.

Gumbira, Sa’id. E. dan A. Nuraini, 1998. prospek Boiteknologi dalam memperkuat daya saing agribisnis era Asia Pasifik. Jurnal Agribisnis Asia Pasifik. Vol. XXVII. 197. Hal

Glueck, W.F,1989. Manajemen Strategi dan kebijakan perusahaan, edisi II. Penerbit Airlangga. Jakarta.


(4)

Hendayana dan Hutabarat, 2004. Identifikasi Wilayah Miskin di Provinsi Papua. Dalam Kemiskinan di Pedesaan : Masalah dan Alternatif Penanggulangannya. Prosiding Pengembangan Hasil Penelitian. Pusat penelitian Sosial Ekonomi Pertanian. Bogor.

Budi, I. Made, 2002. Panduan Praktis Buah Merah Bukti Empiris dan Ilmiah. Depok. Penebar Swayada. 3, 21-29, 45-61, 63-94 Hal

Irma dan Gilang, 2005. Tanaman Obat untuk Penderita Kanker. www.pdpersi.co.id. Senin, 4 juni, pk 45.15

Koentjaraningrat 1992. Irian Jaya Membangun Masyarakat Majemuk. Seri Etnografi Indonesia. Penerbit Jambatan.44-85 hal.

Lee, J.Y. Hwang, WI. dan Lim, S.T. 2004. Antioxidant and anticancer of organic extracts from platycodongrandiflorum A. De Candolle roots. Journal of Ethnopharmacology. 93 hal

Meutiya, 2006. Pengembangan Agribisnis Perikanan di Kabupaten Gresik : suatu pendekatan ekonomi Regional. Tesis, Program Studi Magister Manajemen Agribisnis. Pascasarjana, Universitas Pembangunan Nasional ”Veteran” Jawa Timur. Surabaya. Nasution, H. 2004. Kelembagaan pendukung Bagi pengembangan Agribisnis

di bidang Tanaman Pangan dan hortikultura. Refleksi pertanian tanaman pangan dan hortikultura nusantara. PT. Pustaka Sinar harapan. Jakartan.

Ngaliman, 2003. Kajian Manajemen Pemasaran Jeruk pada Commanditaire Vennotschap Tani Jaya Kabupaten Blora, Tesis MMA UPN Veteran Jawa Timur, Surabaya.

Morissan, 2007. Periklanan dan komunikasi pemasaran terpadu. Penerbit, Ramdina prakarsa. Tangerang

Pambudy, 1999. Karakteristik Personal, prilaku Komunikasi, Prilaku Wirausaha dan Penyuluhan dalam Agribisnis pertebunan. Disertasi (Tidak dipublikasikan), IPB, Bogor.

Pretty, Jules. N. 1994. Alternative System of Inquiry for Sustainable Agriculture. IDS Bulletin 25(2): 37-48. IDS, University of Sussex.

Penggu, P, 2004. Identifikasi sifat fisik tanah tempat tumbuh buah merah (Pandanus conoideus lam) distrik Bokondisi Kabupaten Tolikara. Sekolah Tinggi Ilmu pertanian (STIPER), Santo Thomas Aquino Jayapura.


(5)

Rangkuti, F, 2006. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis. PT. Gramedia Pustaka Utama Jakarta.

Sa’id, E.Gumbira dan Intan.H,2001. Manajemen Agribisnis. Penerbit Ghalia Indoesia. Jakarta.

Saono, S. wijsnuprapto, Karossi, A.T. dan Sukara, E. 1994. Indonesian Derectory of Biotechnology, Jakarta : LIPI

Saleh, K. 1999. Pemberdayaan Otonomi Daerah melalui Peningkatan peran Agribisnis dan Agroindustri. Program studi Agribisnis, PPS UNHAS. Makassar.

Sapp dan Smith. 1984. Strategic Management for Banker. Planning Executive Institute. Ohio.

Setiawan, 1996. Manajemen strategi : Sebuah konsep pengantar, penerbit FEUI, Jakarta.

Setyawan, A. Dwi, 2003. Analisis Strategi Pengembangan Usaha Jamur di Surabaya. Tesis MMA UPN Veteran Jawa Timur, Surabaya. Siswono, 2005. Buah Merah belum terbukti sembuhkan kanker. http://www.

gizi.net/ berita/fullnews. newsed

Siswoto, 2000. Strategi Pengembangan Agribisnis Mangga di Jawa Timur, Tesis MMA UPN Veteran Jawa Timur, Surabaya.

Solahuddin, S. 2009. pertanian Harapan Masa Depan Bangsa. Penerbit Institut Pertanian Bogor Press.

Soekartawi, 1991. Agribisnis. Rajawali Pers. Jakarta.

Sugiyono, 2004. Statistika Untuk Penelitan, Penerbit : CV. Alfabeta, Bandung. Supriadi, H. 2007. Strategi Kebijakan Pembangunan di Papua. Pusat Analisis

Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian. Bogor.

Supriyono, 1993. Manajemen strategi dan kebijakan bisnis, Edisi pertama. Penerbit. Gramedi utama Jakarta.

Sutawi, 2002. Manajemen Agribisnis. Edisi pertama, penerbit Bayu media dan UMM press. Jakarta.

Suwarsono, 2002. Manajemen strategik . UPP AMP YKPN press. Yogyakarta, edisi ketiga.


(6)

Vincent.G, 2005. Ekonomi manajerial, pembuatan keputusan bisnis. Edisi Revisi dan perluasan. Penerbit. PT. Gramedi Pustaka Utama. Jakarta.

Wahyudi, 1996. Manajemen strategik, pengantar proses berpikir strategik , penerbit Bina rupa aksara. Jakarta.