Tempat dan Waktu Penelitian Metode Penelitian Keterbatasan Penelitian

commit to user 61

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di MTs Negeri Tulung kelas VIII semester Genap Tahun pelajaran 20102011 dimulai bulan Januari 2011 sd Juni 2011. Jadwal penelitiannya sebagai berikut : Tabel 3.1. Jadwal Pelaksanaan Penelitian No Kegiatan Januari Pebruari Maret April Mei Juni 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 Usulan judul x x x x 2 Penyusunan proposal x x x x 3 Seminar proposal x x 4 Revisi proposal x x X x x x 5 Uji Coba Instrumen x 6 Pelaksanaan penelitian x x x 7 Pengolahan data x x 8 Penyusunan laporan x x

B. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimen dengan dua perlakuan. Pada penelitian ini terdapat dua kelompok eksperimen yaitu kelompok I merupakan kelompok yang diberi perlakuan menggunakan media Satket dan kelompok II merupakan kelompok yang diberi perlakuan menggunakan media interaktif. commit to user 62 Kedua kelompok diberi tes prestasi belajar setelah diberi perlakuan. Hasil tes prestasi belajar kedua kelompok dibandingkan untuk menentukan media yang tepat pada pembelajara fisika materi sifat-sifat cahaya dan hubungannya dengan cermin dan lensa sesuai karakteristik siswa. Rancangan penelitian dapat dilihat pada tabel desain faktorial seperti berikut: Tabel 3.2. Desain faktorial penelitian 2x2x2 Variabel Media Pembelajaran Media Satket A1 Media Interaktif A2 Motivasi belajar B Tinggi B1 A1 B1 A2 B1 Rendah B2 A1 B2 A2 B2 Gaya Belajar C Visual C1 A1 C1 A2 C1 Kinestetik C2 A1 C2 A2 C2

C. Populasi dan Sampel 1.

Populasi Penelitian Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian Suharsimi Arikunto 2002. Populasi penelitian ini adalah siswa kelas VIII MTs Negeri Tulung Tahun pelajaran 20102011 sejumlah 3 kelas.

2. Penarikan sampel

Dalam penelitian ini sampel yang digunakan 2 kelas. Kelompok I, 1 kelas 32 siswa dan kelompok II, 1 kelas 32 siswa. Penentuan sampel menggunakan teknik cluster random sampling secara undian yaitu undian kelas. Secara random sampling maksudnya dalam menentukan anggota sampel dilakukan secara acak commit to user 63 dan sembarang, dengan cara setiap populasi diberi kesempatan yang sama untuk dipilih menjadi sampel penelitian.

D. Variabel Penelitian

Variabel pada penelitian ini melibatkan variabel bebas dan variabel terikat sebagai berikut:

1. Variabel bebas

Media pembelajaran berperan sebagai variabel bebas yang terdiri dari dua sesuai dengan media yang digunakan yaitu media Satket dan media interaktif. a. Pembelajaran menggunakan media Satket Peranan : Variabel aktif Simbol : A1 Definisi Operasional: Pembelajaran dengan media Satket yaitu cara penyajian pelajaran yang runtun melalui eksperimen menggunakan media Satket dan diselingi dengan tugas yang harus dikerjakan siswa. Tugas tersebut diberikan untuk memperkuat konsep siswa agar pemahaman dapat terbentuk melalui pengamatan dan pengalaman langsung siswa. Deskripsi Media satket : 1. Fungsi Media satket adalah untuk memvisualkan berkas cahaya pada hukum pemantulan dan pembiasan cahaya serta proses terbentuknya bayangan benda pada cermin dan lensa. 2. Prinsip kerja media satket adalah memanfaatkan salah satu sifat koloid yang commit to user 64 berupa efek tyndal yaitu penghamburan berkas cahaya oleh partikel-partikel koloid. 3. Alat dan bahan untuk membuat media. a. Kotak kaca tanpa tutup ukuran panjang ± 40 cm, lebar ± 25 cm, dan tinggi ± 20 cm b. Tutup kotak kaca dengan panjang ± 40,25 cm dan lebar ± 25,25 cm c. Alat-alat optik berupa cermin datar, cermin lengkung, lensa dan kaca plan parallel. d. Plastisin untuk tempat dudukan cermin atau lensa atau benda. e. Lampu senterlampu laser sebagai sumber cahaya. f. Asap sebagai koloid untuk menghamburkan berkas cahaya. 4. Cara Kerja. Letakkan cermin atau lensa pada dudukan dari plastisin, kemudian masukan kedalam kotak kaca, segera tutup kotak setelah asap dimasukkan ke dalam media. Nyalakan lampu lampu laser dan arahkan sinarnya pada cermin atau lensa yang ada didalam kotak satket. Berkas sinar laser dapat terlihat dengan jelas, baik itu sinar datang, sinar pantul, maupun sinar bias. Gambar atau Foto media satket terdapat dalam lampiran 25. b. Pembelajaran dengan media interaktif . Peranan : Variabel aktif Simbol : A2 Definisi Operasional: Pembelajaran dengan media interaktif yaitu cara penyajian pelajaran yang commit to user 65 runtut dengan perintah yang jelas melalui media pembelajaran interaktif sehingga siswa dapat membaca dan memahami materi yang diuraikan serta mengerjakan tugas dengan benar. Pada setiap bagian akan terdapat tugas yang harus dikerjakan atau dijawab oleh siswa untuk mengukur sejauh mana penguasaan materi yang diberikan. Siswa akan segera memperoleh feedba ck dari jawaban yang diberikan melalui interaksi dengan komputer. Media pembelajaran interaktif memberikan pengalaman belajar pada siswa melalui panduan pembelajaran langsung melalui komputer.

2. Variabel atributmoderator

Ada dua jenis variabel atribut yang dijadikan sebagai variabel moderator pada penelitian ini yaitu motivasi belajar dan gaya belajar siswa. Pada penelitian ini akan diteliti interaksi variabel moderator dengan variabel bebas terhadap variabel terikat. a. Motivasi belajar Skala : Ordinal tinggi, rendah Peranan : Variabel aktif Simbol : B 1 untuk motivasi tinggi B 2 untuk motivasi rendah Definisi Operasional : Motivasi belajar adalah dorongan yang muncul dalam diri seseorang untuk melakukan serangkaian kegiatan yang berkaitan dengan tujuan dan hasil maksimal yang ingin dicapai. Dorongan ini muncul dikarenakan adanya kebutuhan untuk berhasil. commit to user 66 b. Gaya Belajar Skala Pengukuran : Skala Nominal Skor pengambilan : gaya belajar visual dan kinestetik Simbol gaya belajar : Visual : C 1 ; b Kinestetik: C 2 Definisi Operasional : Gaya belajar adalah kemampuan seseorang untuk menyerap informasi tertentu untuk kemudian diolah pada otak menjadi informasi yang utuh dan sesuai dengan apa yang disampaikan. Tiga gaya belajar yang umum yaitu visual, auditori dan kinestetik. Setiap orang memiliki ketiga gaya belajar namun pasti ada satu yang paling menonjol.

3. Variabel terikat

Prestasi belajar siswa pada bidang studi fisika merupakan variabel terikat dalam penelitian ini. Secara khusus prestasi belajar siswa VIII MTs Negeri Tulung Tahun pelajaran 20102011 pada bidang studi fisika. Peranan : Variabel terikat Aspek penilaian adalah : ranah kognitif dan ranah afektif Simbol prestasi belajar IPA : Y Definisi Operasional: Prestasi belajar siswa adalah hasil belajar yang dicapai oleh siswa setelah melakukan kegiatan belajar. Prestasi belajar menunjukkan seberapa jauh siswa dapat mencapai tujuan pembelajaran. Prestasi belajar siswa pada bidang studi fisika adalah hasil usaha belajar siswa yang menunjukkan kecakapan yang dicapai dalam bentuk angka yang diambil dari hasil tes fisika dengan kompetensi dasar sifat-sifat cahaya dan hubungannya dengan cermin dan lensa. Prestasi belajar commit to user 67 aspek kognitif ini dianalisis dengan uji anava menggunakan program SPSS 17 untuk menguji hipotesis yang diajukan. Sedangkan prestasi belajar afektif tidak dianalisis menggunakan uji anava karena tidak digunakan untuk pengujian hipotesis. Pada penelitian ini prestasi belajar afektif di kelas satket akan dibandingkan dengan kelas interaktif sehingga akan diketahui lebih baik mana nilai sikap siswa dikelas satket atau di kelas interaktif. Skala yang digunakan dari variabel terikat merupakan data interval. Dalam data ini ada perbedaan nilai yang diperoleh antara siswa yang satu dengan yang lainnya menurut interval 1 sampai 100.

E. Teknik Pengambilan Data

a. Metode Tes Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan yang digunakan untuk mengukur ketrampilan, pengetahuan, intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki individu atau kelompok Arikunto 1998. Pengumpulan data dengan metode tes digunakan untuk mendapatkan informasi tentang kemampuan intelektual siswa setelah mengikuti pembelajaran. Pada penelitian ini hasil prestasi belajar fisika aspek kognitif diukur menggunakan soal-soal pilihan ganda. b. Metode Angket Pengambilan data menggunakan angket untuk motivasi belajar, gaya belajar, dan prestasi afektif. Angket Motivasi belajar diperoleh dengan penyebaran angket motivasi belajar. Format pilihan pada angket motivasi belajar terdiri dari sangat tidak setujutidak pernah, tidak setujusangat jarang, Entahlahkadang-kadang, commit to user 68 setujusering, sangat setujusangat sering. Skor untuk pernyataan positif 1, 2, 3, 4, 5. Dari data yang diperoleh dijumlahkan untuk membedakan motivasi belajar masing-masing siswa termasuk kategori memiliki motivasi belajar tinggi atau memiliki motivasi belajar rendah. Data gaya belajar digunakan untuk mengetahui gaya belajar siswa dalam mengikuti mata pelajaran IPA. Pengambilan data gaya belajar menggunakan angket dengan memberikan tanda centang pada format pilihan yaitu tidak pernahtidak, jarangkadang-kadang, sering dan selaluya. Pernyataan gaya belajar positif diberi skor berturut-turut 1, 2, 3 dan 4. Skor seluruhnya dijumlahkan kemudian dikategorikan sesuai dengan kecenderungan siswa yaitu gaya belajar visual ataupun kinestetik. Dengan acuan nilai yang lebih tinggi menunjukkan kecenderungan siswa pada gaya belajar tersebut Prestasi afektif yang digunakan pada penelitian ini menekankan pada aspek kesenangan pada sains, perhatian, kejujuran, keterbukaan, keingintahuan, dan respon yang dimiliki oleh siswa dengan pilihan pernyataan ada empat yaitu : Tidak pernah 1, Kadang-kadang 2, Sering 3 dan Selalu 4. F. Instrumen Penelitian Instrumen penelitian terdiri dari instrumen pelaksanaan penelitian dan instrumen pengambilan data.

1. Instrumen pelaksanaan penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa Rencana pelaksanaan pembelajaran RPP, silabus, media Satket, dan CD pembelajaran yang berisi media interaktif yang telah dirancang secara khusus agar menarik bagi siswa commit to user 69 dengan materi sifat-sifat cahaya dan hubungannya dengan cermin dan lensa

2. Instrumen pengambilan data

Instrumen yang digunakan untuk pengambilan data meliputi: a. Instrumen motivasi belajar berupa angket motivasi belajar. b. Instrumen gaya belajar berupa angket dari Bobbi DePorter, Mark Reardon, dan Sarah Singger-Nourie, Quanttum Teaching : 2001. Instrumen yang digunakan untuk gaya belajar visual dan kinestetik c. Instrumen tes prestasi belajar kognitif berupa soal obyektif. d. Instrumen tes prestasi belajar afektif berupa angket prestasi afektif.

G. Uji Coba Instrumen

Sebelum eksperimen yang sebenarnya dilakukan perlu terlebih dahulu dilakukan uji coba terhadap instrumen yang akan digunakan dalam penelitian. Hal ini dilakukan dengan maksud untuk mendapatkan tes yang handal. Pelaksanaan uji coba instrumen harus dilakukan pada madrasah yang mempunyai level yang sama dengan madrasah sebagai tempat penelitian. Uji coba instrumen dilaksanakan di MTsN Bibrik dengan alasan MTsN Bibrik Jiwan setara dengan MTsN Tulung dalam hal input siswa. Instrumen yang diujicobakan meliputi tes prestasi belajar, angket motivasi belajar, dan angket gaya belajar.

1. Instrumen Tes Prestasi Belajar Kognitif

a Uji Validitas Sebuah instrumen tes tersebut valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan, dapat mengungkap data variabel yang teliti dan tepat sehingga commit to user 70 diperoleh validitas tinggi. Hasil prestasi belajar kognitif jika siswa menjawab benar mendapat skor 1 dan salah skor 0. Uji validitas butir soal tes kognitif yang digunakan penelitian ini adalah korelasi biserial r pbis . Suharsimi Arikunto: 1992:231-232 sebagai berikut: r pbis = Mp – MtS t √pq Keterangan : R pbis = koefisien korelasi pont biserial Mp = mean siswa yang menjawab benar item yang dicari korelasinya Mt = mean skor total skor rata-rata dari seluruh pengikut tes St = standar deviasiskor total St = √∑X-Xrata-rataN P = proporsi subyek yang menjawab betul Q = 1 - p Taraf signifikan yang dipakai dalam penelitian ini adalah 0,05 kriteria validitas suatu tes r xy selanjutnya disebut r hitung . Kemudian hasil perhitungan dapat dikonsultasikan dengan tabel. Soal dikatakan valid bila harga r hitung  r tabel. Hasil validitas instrumen penilaian kognitif yang dilakukan terangkum dalam Tabel 3.3. Tabel 3.3 Rangkuman Hasil Uji Validitas Instrumen Penilaian tes prestasi Variabel Jumlah Soal Kriteria Valid Tidak Valid Soal tes prestasi belajar 40 34 6 Hasil uji validitas instrumen penilaian kognitif soal yang tidak valid adalah soal nomor: 4, 21, 25, 29, 34, dan 40 dan tidak dipakai untuk penelitian sedangkan commit to user 71 soal yang valid nomor : 1, 2, 3, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 22, 23, 24, 26, 27, 28, 30, 31, 32, 33, 35, 36, 37, 38, dan 39 dan soal ini digunakan untuk instrumen penelitian. b Uji Reliabilitas Uji reliabilitas skor tes digunakan untuk mengetahui tingkat ketepatan precision dan keajegan consistency skor tes. Semakin tinggi koefisien reliabilitas suatu tes mendekati 1, maka makin tinggi pula ketepatankeajegannya. Jika instrumen soal itu diteskan kembali memberikan hasil yang relatif tidak berbeda. Analisis uji reliabilitas tes prestasi belajar IPA kognitif penilitian ini mengunakan rumus Kuder Richadson 20 KR-20 dan cronba ch alpha untuk angket motivasi belajar. Adapun rumusan persamaan KR-20 adalah sebagai berikut : KR-20 = {kk-1} {V t -  pqv t } Keterangan: KR-20 : Koefisen reliabilitas K : Jumlah butir soal yang dianalisa V t : Varians total P : Proporsi siswa yang menjawab betul pada suatu butir proporsi siswa yang mendapat skor 1 p : Banyaknya siswa yang skor 1 dibagi N jumlah siswa q : Proporsi siswa yang mendapat skor 0 yaitu q = 1-p Hasil uji reliabilitas instrumen penilaian kognitif yang dilakukan terangkum dalam Tabel 3.4. commit to user 72 Tabel 3.4 Rangkuman Hasil Uji Reliabelitas Instrumen Penilaian Kognitif Variabel Jumlah soal Reliabilitas Kriteria Soal tes prestasi belajar 40 0,89 Tinggi Hasil uji reliabelitas instrumen penilaian kognitif yang lebih rinci dapat dilihat pada lampiran. c Tingkat Kesukaran TK. Tingkat kesukaran TK soal tes adalah peluang untuk menjawab benar suatu soal pada tingkat kemampuan tertentu yang dinyatakan dengan indeks dengan angka antara 0,00-1,00. Semakin tinggi angka indeks TK, semakin mudah soal tes tersebut dan sebaliknya. Analisa TK butir soal oleh Nitko 1996 yang dikutip oleh Diknas Perangkat Penilaian KTSP SMA 2008 sebagai berikut : Tingkat Kesukaran TK = jumlah siswa yang menjawab benar butir soal dibagi dengan jumlah siswa yang mengikuti tes. N B IK N  Keterangan : IK = derajat kesukaran B N = banyaknya siswa yang menjawab dengan benar N = jumlah seluruh peserta tes Seperti tertera dalam tabel 3.6 Soal yang digunakan untuk penelitian dengan kriteria sukar sebanyak 3 butir soal, kriteria sedang 22 butir soal dan kriteria mudah sebanyak 9 total sebanyak jadi total sebanyak 34 butir soal. commit to user 73 Tabel 3.5 Indeks Taraf Kesukaran TK No Indeks TK Keterangan 1 0,00 Terlalu sukar 2 0,00 – 0,30 Sukar 3 0,31 – 0,70 Sedang 4 0,71 – 1,00 Mudah 5 1,00 Terlalu mudah Tabel 3.6 Rangkuman Taraf Kesukaran Soal Instrumen Penilaian Kognitif Jumlah Soal Taraf Kesukaran Soal Sukar Sedang Mudah 40 3 25 12 d Daya Pembeda DP Daya pembeda DP soal tes adalah kemampuan suatu butir soal dapat membedakan antara kelompok siswa yang telah menguasai materi yang ditanyakan dan kelompok siswa yang tidakkurangbelum menguasai materi yang ditanyakan. Indeks daya pembeda setiap butir soal dinyatakan dalam angka -1,00 sampai +1.00. semakin tinggi daya pembeda DP suatu soal, soal tersebut adalah semakin baik. Jika indeksnya negatif maka soal tidak baik artinya siswa banyak belum menguasai. Untuk analisa daya pembeda dengan rumus sebagai berikut : B B A A N B N B DP   Keterangan : DP = Daya Pembeda B A = jumlah jawaban benar dalam kelompok atas N A = banyaknya siswa kelompok atas commit to user 74 B B = jumlah jawaban benar dalam kelompok bawah N B = banyaknya siswa kelompok bawah Tabel 3.7 Daya pembeda DP No Indeks DP Keterangan 1 0, 00DP≤0,20 Jelek 2 0, 20 DP≤0,40 Cukup 3 0,40 DP≤ 0,29 Baik 4 0,70 DP ≤ 10 sangat baik Hasil uji coba instrumen penilaian kognitif diperoleh soal dengan daya pembeda baik sebanyak 13 butir soal, cukup sebanyak 22 butir soal dan jelek sebanyak 5 butir soal, total sebanyak 40 butir soal. Soal yang tidak dipakai berdasarkan daya beda sebanyak 5 butir soal dengan kriteria jelek, sedangkan soal no 40 dengan kriteria cukup juga tidak dipakai karena tidak memenuhi kriteria validitastidak valid. Tabel 3.8 Rangkuman daya beda soal instrumen penilaian kognitif. No Indek Kesukaran Kualifikasi No. Soal Jumlah 1 0,00 ≤ DP 0,20 Jelek 4, 13, 21, 29, 34 5 2 0,20 ≤ DP 0,40 Cukup 1, 2, 3, 7, 8, 9, 11, 12, 14, 18, 22, 24, 25, 26, 27, 28, 30, 31, 33, 35, 36, 40 22 3 0,40 ≤ DP 0,70 Baik 5, 6, 10, 15, 16, 17, 19, 20, 23, 32, 37, 38, 39 13 4 0,70 ≤ DP 1,00 baik sekali - - JUMLAH 40 Secara keseluruhan hasil uji coba instrumen yang meliputi: Validitas, Reliabelitas, Taraf kesukaran, dan daya beda soal yang diterima adalah soal commit to user 75 nomor: 1, 2, 3, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 22, 23, 24, 25, 26, 27, 28, 29, 30, 31, 32, 33, 35, 36, 37, 38, dan 39 , tidak dipakai adalah 4, 13, 21, 29, 34, dan 40.

2. Instrumen Motivasi Belajar Siswa

a Penyusunan kisi-kisi angket Setelah aspek dan indikator kemudian disusun kisi-kisi angket yang memuat tentang ruang lingkup variabel bebas dari dasar teori. Kisi-kisi angket tersebut dijadikan pedoman pembuatan pertanyaan. b Penyusunan item angket Meliputi pembuatan pertanyaan, alternatif, dan petunjuk pengisian angket. Soal-soal disesuaikan dengan indikator yang telah dirumuskan. Kriteria penilaian tiap soal pernyataan adalah sebagai berikut : Untuk angket motivasi belajar dengan skala 1 sampai 5, untuk item yang mengarah jawaban positif, pemberian skornya sebagai berikut : skor 5 untuk jawaban paling baik, skor 4 untuk jawaban baik, skor 3 untuk jawaban sedang, skor 2 untuk jawaban kurang skor 1 untuk jawaban paling kurang. Soal yang mengarah pada jawaban negatif, pemberian skornya sebagai berikut : skor 1 untuk jawaban paling baik, skor 2 untuk jawaban baik, skor 3 untuk jawaban sedang, skor 4 untuk jawaban kurang, skor 5 untuk jawaban paling kurang. Sebelum digunakan untuk mengambil data penilaian, instrumen penilaian motivasi belajar diuji cobakan terlebih dahulu di MTsN Bibrik, Jiwan, Madiun untuk mengetahui kualitas item angket, dengan menguji validitas dan realibilitas. commit to user 76 1 Uji Validitas Untuk menghitung validitas butir soal angket dicari dengan menghitung indeks korelasi X dan Y yang dapat dirumuskan korelasi product moment dengan dengan rumus sebagai berikut : r xy = 2 2 2 2 Y X N X X N Y X XY N           Keterangan : r xy : Koefisien korelasi antara variabel X dan Y, dua variabel yang dikorelasikan Taraf signifikan yang dipakai dalam penelitian ini adalah 0,05 kriteria validitas suatu tes r xy selanjutnya disebut r hitung . Kemudian hasil perhitungan dapat dikonsultasikan dengan tabel r product moment. Soal dikatakan valid bila harga r hitung  r tabel. Tabel 3.9 Rangkuman Hasil Uji Validitas Intrumen Motivasi Belajar Siswa Variabel Jumlah Soal Kriteria Valid Tidak Valid Motivasi belajar 40 36 4 Hasil uji coba instrumen motivasi belajar yang tidak valid dan tidak dipakai sebanyak 4 butir soal yaitu soal nomor 4, 9, 20 dan 36. Sedangkan soal yang valid dan digunakan sebanyak 36 soal yaitu 1, 2, 3, 5, 6, 7, 8, 10, 11, 12, 13, 14, 15,16, 17, 18, 19, 21, 22, 23, 24, 25, 26, 27, 28, 29, 30, 31, 32, 33, 34, 35, 37, 38, 39, dan 40. commit to user 77 2 Uji Reliabilitas Untuk mengetahui reliabilitas tes digunakan rumus alpha digunakan untuk mencari reliabilitas yang skornya bukan 1 dan 0 yaitu sebagai berikut: r 11 =               2 1 2 1 1   n n Keterangan : R 11 : Reliabilitas yang dicari n : Banyak butir pertanyaan atau banyak soal  2  : Jumlah varians skor tiap-tiap item 2 1  : N N X X    2 1 2 1 2 1  : Varians total 2 1  :            N X N X 2 1 2 1 Selanjutnya pemberian interprestasi terhadap koefesien reliabilitas digunakan patokan sebagai berikut : 1 r 0.70; reliabel, 2 r0.70; tidak reliabel Tabel 3.10 Rangkuman Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Motivasi Belajar Siswa Variabel Jumlah Soal Reliabilitas Kriteria Motivasi belajar siswa 40 1,015 Reliabelitas tinggi

3. Instrumen gaya belajar Siswa

a Penyusunan kisi-kisi angket Setelah aspek dan indikator kemudian disusun kisi-kisi angket yang memuat tentang ruang lingkup variabel bebas dari dasar teori. Kisi-kisi angket tersebut dijadikan pedoman pembuatan pertanyaan dan persyaratan commit to user 78 b Penyusunan item angket Meliputi pembuatan pertanyaan, alternatif, dan petunjuk pengisian angket. Soal-soal disesuaikan dengan indikator yang telah dirumuskan. Kriteria penilaian tiap soal pernyataan adalah sebagai berikut : Untuk angket gaya belajar dengan skala 1 sampai 4, untuk item yang mengarah jawaban positif, pemberian skornya sebagai berikut : skor 4 untuk jawaban baik, skor 3 untuk jawaban sedang, skor 2 untuk jawaban kurang skor 1 untuk jawaban paling kurang. Soal yang mengarah pada jawaban negatif, pemberian skornya sebagai berikut : skor 1 untuk jawaban paling baik, skor 2 untuk jawaban baik, skor 3 untuk jawaban sedang, skor 4 untuk jawaban kurang. Sebelum digunakan untuk mengambil data penilaian, instrumen penilaian gaya belajar diuji coba terlebih dahulu di MTsN Bibrik, Jiwan, Kabupaten Madiun untuk mengetahui kualitas item angket, dengan menguji validitas dan realibilitas. 1 Uji Validitas Untuk menghitung validitas butir soal angket dicari dengan menghitung indeks korelasi X dan Y yang dapat dirumuskan korelasi product moment dengan angka kasar dengan rumus sebagai berikut : r xy = 2 2 2 2 Y X N X X N Y X XY N           Keterangan : r xy : Koefisien korelasi antara variabel X dan Y, dua variabel yang dikorelasikan Taraf signifikan yang dipakai dalam penelitian ini adalah 0,05 kriteria validitas suatu tes r xy selanjutnya disebut r hitung . Kemudian hasil perhitungan dapat dikonsultasikan dengan tabel r product moment. Soal dikatakan valid bila harga r hitung  r tabel. commit to user 79 Tabel 3.11 Rangkuman Hasil Uji Validitas Intrumen Gaya Belajar Siswa Variabel Jumlah Soal Kriteria Valid Tidak Valid Gaya belajar visual 25 22 3 Gaya belajar kinestetik 25 21 4 Hasil uji coba instrumen gaya belajar belajar visual, yang tidak valid dan tidak dipakai karena r hitung lebih kecil dari r tabel sebanyak 3 butir soal yaitu soal nomor 6, 11, dan 21. Untuk instrumen gaya belajar kinestetik yang tidak valid dan tidak dipakai sebanyak 4 butir yaitu nomor 3, 11, 17, dan 22. 2 Uji Reliabilitas Untuk mengetahui reliabilitas tes digunakan rumus alpha digunakan untuk mencari reliabilitas yang skornya bukan 1 dan 0 yaitu sebagai berikut: r 11 =               2 1 2 1 1   n n Keterangan : R 11 : Reliabilitas yang dicari n : Banyak butir pertanyaan atau banyak soal  2  : Jumlah varians skor tiap-tiap item 2 1  : N N X X    2 1 2 1 2 1  : Varians total 2 1  :            N X N X 2 1 2 1 Suharsimi Arikunto, 2006 Selanjutnya pemberian interprestasi terhadap koefesien reliabilitas digunakan patokan sebagai berikut : 1 r 0.70; reliabel, 2 r0.70; tidak reliabel commit to user 80 Tabel 3.12 Rangkuman Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Gaya Belajar Belajar Siswa Variabel Jumlah Soal Reliabilitas Kriteria Gaya belajar visual 25 0,829 Reliabelitas tinggi Gaya belajar kinestetik 25 0,817 Reliabelitas tinggi

H. Teknik Analisis Data 1. Uji Prasyarat Analisis

Pada penelitian ini akan digunakan dua macam uji prasyarat analisis yaitu uji normalitas data dan uji homogenitas varians.

a. Uji Normalitas

Uji normalitis digunakan untuk menngetahui normal atau tidaknya populasi yang menjadi subyek penelitian. Uji normalitas menggunakan SPSS 17 dengan prosedur sebagai berikut : 1 Hipotesis H = Sampel tidak berasal dari populasi yang berdistribusi normal H 1 = Sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal 2 Statistik uji Perhitungan menggunakan program SPSS 17. 3 Taraf signifikansi Taraf signifikansi adalah angka yang menunjukkan seberapa besar peluang terjadinya kesalahan analisa. Taraf signifikansi yang digunakan pada penelitian ini adalah 0.05. Artinya jika probabilitas α maka Ho ditolak data tidak normal dan jika probabilitas α maka Ho diterima datanya normal. commit to user 81 4 Daerah kritik DK DK = F F F α,n Harga F α,n dapat diperoleh dari tabel Lilliefors pada tingkat signifikansi α dan derajat kebebasan n ukuran sampel. 5 Keputusan uji H ditolak jika F DK

b. Uji Homogenitas

Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui sampel yang diambil berasal dari populasi yang homogen atau tidak. 1 Hipotesis H : populasi tidak homogen H 1 : populasi homogen 2 Taraf signifikansi Taraf signifikansi dinotasikan dengan huruf Yunani α 3 Keputusan uji Daerah penolakan adalah p-value α p-value α, H ditolak; populasi homogen p-value ≤ α, H tidak ditolak; populasi tidak homogen 4 Uji statistik yang digunakan adalah Uji Barlett dan Uji Levene. Untuk dua level, Uji Barlett sama dengan Uji F. Rumus Uji Levene adalah : commit to user 82                2 2 1 i ij i ij i v v k v v n k N L

2. Uji Hipotesis

a. Anava tiga jalan

Pengujian hipotesis dilakukan untuk mengetahui apakah hipotesis yang telah diajukan diterima atau tidak. Rancangan uji hipotesis dalam penelitian ini terdiri dari tiga variabel bebas yang meliputi media pembelajaran, motivasi belajar, dan gaya belajar siswa. Media pembelajaran menggunakan media satketA1 dan media interaktif A2. Motivasi belajar siswa dikelompokkan dalam 2 kategori, tinggi B1 dan rendah B2. Gaya belajar yang diteliti berupa 2 kategori, Visual C1 dan Kinestetik C2. Variabel terikat dalam penelitian ini yaitu prestasi belajar kognitif siswa kelas VIII MTsN Tulung. Tabel 3.13.Analisis Varian Hubungan antara Media Pembelajaran A terhadap Motivasi belajar B dan Gaya belajar Siswa C Variabel Media Pembelajaran Media Satket A1 Media Interaktif A2 Gaya Belajar Visual C1 Motivasi belajar Tinggi B1 A1 B1 C1 A2 B1 C1 Motivasi belajar Rendah B2 A1 B2 C1 A2 B2 C1 Gaya Belajar Kinestetik C2 Motivasi belajar Tinggi B1 A1 B1C2 A2 B1 C2 Motivasi belajar Rendah B2 A1 B2 C2 A2 B2 C2 Pengujian hipotesis dilakukan dengan langkah sebagai berikut : 1 Menentukan hipotesis a Hipotesis null H commit to user 83 H 0A : Tidak ada pengaruh pembelajaran fisika menggunakan media Satket dan media interaktif terhadap prestasi belajar. H 0B : Tidak Ada pengaruh motivasi belajar tinggi dan rendah siswa terhadap prestasi belajar. H 0C : Tidak Ada pengaruh gaya belajar visual dan kinestetik yang dimiliki siswa terhadap prestasi belajar. H 0AB : Tidak Ada interaksi antara media pembelajaran dengan motivasi belajar terhadap prestasi belajar. H 0AC : Tidak Ada interaksi antara media pembelajaran dengan gaya belajar terhadap prestasi belajar. H 0BC : Tidak Ada interaksi antara motivasi belajar dan gaya belajar siswa terhadap prestasi belajar. H 0ABC : Tidak ada interaksi antara media pembelajaran, motivasi belajar dan gaya belajar siswa terhadap prestasi belajar b Hipotesis alternatif H 1 H 1A : Ada pengaruh pembelajaran fisika menggunakan media Satket dan media interaktif terhadap prestasi belajar. H 1B : Ada pengaruh motivasi belajar tinggi dan rendah siswa terhadap prestasi belajar. H 1C : Ada pengaruh gaya belajar visual dan kinestetik yang dimiliki siswa terhadap prestasi belajar. H 1AB : Ada interaksi antara media pembelajaran dengan motivasi belajar terhadap prestasi belajar. commit to user 84 H 1AC : Ada interaksi antara media pembelajaran dengan gaya belajar terhadap prestasi belajar. H 1BC : Ada interaksi antara motivasi belajar dan gaya belajar siswa terhadap prestasi belajar. H 1ABC : Ada interaksi antara media pembelajaran, motivasi belajar dan gaya belajar siswa terhadap prestasi belajar. 2 Menetapkan statistic uji Uji hipotesis dalam penelitian ini menggunakan analisis varians anava dengan General Linear Mode GLM, yang perhitungannya dilakukan dengan program SPSS 17 3 Menentukan taraf signifikansi Taraf signifikansi merupakan angka yang menunjukkan seberapa besar peluang terjadinya kesalahan analisis. Pada uji hipotesis ini taraf signifikansi α ditetapkan = 0,05 4 Menetapkan keputusan uji Keputusan uji hipotesis ditentukan dengan kriteria uji : tolak hipotesis null, jika p-value 0,05

b. Uji lanjut Anava

Uji lanjut anava merupakan tindak lanjut dari analisis varian. Uji lanjut anava dilakukan jika Ho ditolak atau ada pengaruh yang signifikan antara media Satket dan media interaktif , motivasi belajar tinggi dan rendah, gaya belajar visual dan kinestetik terhadap prestasi belajar. commit to user 85 Dalam penelitian ini digunakan uji lanjut anava metode komparasi ganda dengan uji Scheffe, langkahnya sebagai berikut: 1. Mengidentifikasikan semua pasangan komparasi rataan yang ada. Jika terdapat k perlakuan, maka ada kk-1 2 pasangan rataan. 2. Merumuskan hipotesis yang bersesuaian dengan komparasi tersebut. H OA : µ A1 = µ A2 Tidak ada pengaruh pembelajaran fisika menggunakan media Satket dan media interaktif terhadap prestasi belajar. H IA : µ A1 ≠ µ A2 Ada pengaruh pembelajaran fisika menggunakan media Satket dan media interaktif terhadap prestasi belajar H OB : µ B1 = µ B2 Tidak ada pengaruh tinggi dan rendahnya motivasi belajar siswa terhadap prestasi belajar yang dicapai. H IB : µ B1 ≠ µ B2 Ada pengaruh tinggi dan rendahnya motivasi belajar siswa terhadap prestasi belajar yang dicapai H OC : µ C1 = µ C2 Tidak Ada pengaruh gaya belajar visual dan kinestetik yang dimiliki siswa terhadap prestasi belajar. H OC : µ C1 ≠ µ C2 Ada pengaruh gaya belajar visual dan kinestetik yang dimiliki siswa terhadap prestasi belajar. 3. Menentukan tingkat signifikansi α 4. Mencari statistik uji F 5. Menentukan daerah kritis dengan rumus sebagai berikut: commit to user 86 Komparasi rataan antar baris DK i-j = Fi- j ≥ p – 1 F α; p-1; N-pq Komparasi rataan antar kolom DK i-j = Fi- j ≥ q – 1 F α; q-1; N-pq Komparasi rataan antar sel pada kolom yang sama sel ij dan sel kj DK ij-kj = Fij- kj ≥ pq – 1 F α; pq-1; N-pq Komparasi rataan antar sel pada baris yang sama sel ij dan sel ik DK ij-ik = Fij- ik ≥ pq – 1 F α; p-1q-1; N-pq 6. Menentukan keputusan uji 7. Menentukan kesimpulan dari keputusan uji yang ada Ketentuan pengambilan kesimpulan, H ditolak ketika p-Value 0,05 selain itu H 1 akan diterima. Tingkat signifikansi α yang digunakan 0,05. commit to user 87 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April – Mei 2011 di MTsNegeri Tulung Madiun. Data mentah didapat dari hasil penelitian berupa nilai tes prestasi belajar, nilai tes motivasi, dan nilai tes gaya belajar siswa. Kemudian dilakukan analisis pada data yang didapatkan. Analisis yang dilakukan meliputi uji prasyarat dan uji hipotesis. Uji prasyarat meliputi uji normalitas dan uji homogenitas. Pada bab ini disajikan deskripsi data penelitian, pengujian hipotesis, dan pembahasan hasil penelitian.

A. Deskripsi Data

Data mentah terkumpul pada penelitian ini berupa kumpulan lembar jawaban siswa dari dua kelas yaitu kelas VIII A dan kelas VIII C. Lembar jawaban yang terkumpul tersebut terdiri dari tes prestasi, tes motivasi dan tes gaya belajar siswa. Data-data tersebut kemudian dianalisis dengan program SPSS17 sehingga menghasilkan uraian sebagai berikut: Jumlah total siswa pada penelitian ini adalah 64 siswa, yang terbagi pada dua kelas yaitu kelas VIII A dan kelas VIII C. Kedua kelas tersebut memiliki jumlah siswa yang sama yaitu 32 orang. Kelas VIII A diberi perlakuan dengan pembelajaran menggunakan media Satket, sedang kelas VIII C dengan menggunakan media interaktif. Berikut ini ditunjukkan hubungan prestasi yang dihasilkan oleh seorang siswa dengan media pembelajaran, motivasi dan gaya belajarnya. commit to user 88 1. Prestasi Belajar Prestasi belajar terdiri atas prestasi kognitif, afektif dan psikomotor. Pada penelitian ini yang dibahas adalah prestasi kognitif dan afektif.

a. Prestasi Belajar Kognitif

Data prestasi belajar dalam penelitian ini adalah hasil post tes yang diberikan kepada sampel setelah diberikan perlakuan pembelajaran menggunakan media Satket dan media Interaktif. Deskripsi data prestasi belajar dapat disajikan dalam Tabel 4.1 Tabel 4.1 Deskripsi Nilai Prestasi Belajar Siswa Kelas Jumlah Data Nilai Tertinggi Nilai Terendah Rata-rata SD Media Satket 32 88 53 70,75 6,89 Media Interaktif 32 85 53 68,91 7,05 Berdasarkan pada tabel 4.1 setelah dilakukan proses belajar-mengajar dengan menggunakan media Satket dan media Interaktif, maka dapat diperoleh rata-rata prestasi belajar kognitif siswa kelas media Satket sedikit lebih tinggi jika dibandingkan dengan rata-rata kelas media interaktif. Berikut ini disajikan tabel beserta grafik penyebararan frekuensi pada masing-masing kelas. Tabel 4.2 Penyebaran frekuensi nilai prestasi belajar siswa kelas Satket Nilai Nilai Tengah Frekuensi Frekuensi Kumulatif 53-58 55,5 1 1 59-64 61,5 3 4 65-70 67,5 15 19 71-76 73,5 8 27 77-82 79,5 3 30 83-88 85,5 2 32 commit to user 89 Dari Tabel 4.2 di atas maka dapat digambarkan grafik hubungan antara frekuensi dengan nilai yang diperoleh oleh siswa sebagai berikut ini: Gambar 4.1 Grafik prestasi belajar kognitif siswa kelas Satket Berdasarkan grafik di atas maka dapat diperoleh gambaran bahwa kisaran nilai antara 65 – 70 memiliki frekuensi yang paling banyak yaitu 15 siswa, sedangkan pada kisaran nilai 53 – 58 memiliki frekuensi paling sedikit yaitu 1 siswa. Tabel 4.3 Penyebaran frekuensi nilai prestasi belajar siswa kelas Interaktif Nilai Nilai Tengah Frekuensi Frekuensi Kumulatif 53-57 55 1 1 58-62 60 4 5 63-67 65 7 12 68-72 70 9 21 73-77 75 7 28 78-82 80 3 31 83-87 85 1 32 Dari Tabel 4.3 di atas maka dapat digambarkan grafik hubungan antara frekuensi dengan nilai yang diperoleh oleh siswa sebagai berikut ini: 1 3 15 8 3 2 2 4 6 8 10 12 14 16 53-58 59-64 65-70 71-76 77-82 83-88 fr e ku e n s i nilai commit to user 90 Gambar 4.2 Grafik prestasi belajar kognitif siswa kelas Interaktif Berdasarkan grafik prestasi kognitif maka dapat diperoleh gambaran bahwa kisaran nilai antara 68 – 72 memiliki frekuensi yang paling banyak yaitu 9 siswa, sedangkan pada kisaran nilai 53 – 57 dan kisaran nilai 83-87 memilki frekuensi paling sedikit yaitu masing-masing 1 siswa.

b. Prestasi belajar afektif

Pada penelitian ini selain prestasi kognitif juga didapatkan prestasi afektif. Hasil dari prestasi belajar afektif siswa kelas media satket disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut ini: Tabel 4.4 Penyebaran nilai afektif kelas Satket Nilai Nilai Tengah Frekuensi Frekuensi Kumulatif 58-63 60,5 4 4 64-69 66,5 7 11 70-75 72,5 9 20 76-81 78,5 6 26 82-87 84,5 5 31 88-93 90,5 1 32 1 4 7 9 7 3 1 2 4 6 8 10 53-57 58-62 63-67 68-72 73-77 78-82 83-87 fr e ku e n s i nilai commit to user 91 Dari Tabel 4.4 di atas maka dapat digambarkan grafik hubungan antara frekuensi dengan nilai yang diperoleh oleh siswa sebagai berikut ini: Gambar 4.3 Grafik nilai afektif kelas satket Berdasarkan Gambar 4.3 didapatkan bahwa frekuensi nilai afektif terbanyak antara 70 sampai dengan 75 sebanyak 9 siswa sedangkan frekuensi nilai paling sedikit adalah 88 sampai dengan 93 yaitu sebanyak 1 siswa. Hasil dari prestasi belajar afektif siswa kelas media interaktif disajikan dalam bentuk tabel 4.5 sebagai berikut ini: Tabel 4.5 Penyebaran nilai afektif kelas Interaktif Nilai Nilai Tengah Frekuensi Frekuensi Kumulatif 58-63 60,5 3 3 64-69 66,5 7 10 70-75 72,5 9 19 76-81 78,5 5 24 82-87 84,5 7 31 88-93 90,5 1 32 4 7 9 6 5 1 2 4 6 8 10 58-63 64-69 70-75 76-81 82-87 88-93 fr e ku e n s i nilai commit to user 92 Dari Tabel 4.5 di atas maka dapat digambarkan grafik hubungan antara frekuensi dengan nilai yang diperoleh oleh siswa sebagai berikut ini: Gambar 4.4 Grafik nilai afektif kelas Interaktif Berdasarkan grafik didapatkan bahwa frekuensi nilai afektif terbanyak antara 70 sampai dengan 75 sebanyak 9 siswa sedangkan frekuensi nilai paling sedikit adalah 88 sampai dengan 93 yaitu sebanyak 1 siswa. Perbandingan rata-rata hasil pembelajaran pada prestasi afektif untuk kelas media satket dan kelas media interaktif disajikan dalam grafik berikut: Gambar 4.5 Grafik perbandingan nilai afektif kelas Satket dan kelas Interaktif. 3 7 9 5 7 1 2 4 6 8 10 58-63 64-69 70-75 76-81 82-87 88-93 fr e k u e n s i nilai 73.30 73.40 73.50 73.60 73.70 73.80 73.90 74.00 Kelas satket Kelas Interaktif commit to user 93 Berdasarkan grafik tersebut didapatkan bahwa rata-rata hasil belajar dalam aspek afektif untuk kelas Interaktif lebih tinggi dibandingkan dengan kelas Satket. Jadi media interaktif memberikan nilai sikap yang lebih baik meliputi aspek kesenangan pada sains, perhatian, kejujuran, keterbukaan, keingintahuan, dan respon

2. Motivasi Belajar

Pada penelitian ini data motivasi belajar diperoleh dari pemberian angket kepada sampel. Penentuan kriteria nilai motivasi tinggi dan rendah didasarkan pada rata-rata yang diperoleh dari seluruh sampel. Motivasi belajar dikatagorikan tinggi apabila skor yang diperoleh siswa lebih besar dari rata-rata dan motivasi belajar dikatagorikan rendah apabila skor yang diperoleh siswa  mean . Deskripsi data motivasi belajar siswa disajikan dalam tabel 4.6 Tabel 4.6 Deskripsi Motivasi Belajar dan Media terhadap Prestasi Motivasi Media Satket Rata- rata SD Media Interaktif Rata- rata SD N N Tinggi 17 53 73,88 6,18 16 50 73,38 5,73 Rendah 15 47 67,20 6,01 16 50 64,44 5,22 Jumlah 32 100 70,75 6,89 32 100 68,91 7,05 Berdasarkan deskripsi data motivasi belajar siswa, kelas dengan media Satket motivasi belajar tinggi lebih banyak dari pada yang mempunyai motivasi rendah. Rerata prestasi motivasi tinggi 73,88 dan motivasi rendah 67,20. Sedangkan kelas dengan media Interaktif siswa dengan motivasi belajar tinggi sama jumlahnya dengan siswa bermotivasi belajar rendah. Rata-rata pretasi belajar motivai belajar tinggi 73,38 dan motivasi belajar rendah 64,44. commit to user 94 Prestasi belajar siswa yang mempunyai motivasi belajar tinggi ditunjukkan pada tabel 4.7 berikut: Tabel 4.7 Tabel prestasi belajar siswa dengan motivasi tinggi Nilai Nilai Tengah Frekuensi Frekuensi Kumulatif 65-68 66,5 7 7 69-72 70,5 6 13 73-76 74,5 11 24 77-80 78,5 5 29 81-84 82,5 2 31 85-88 86,5 2 33 Dari Tabel 4.7 di atas maka dapat digambarkan grafik hubungan antara banyak siswa dengan nilai yang diperoleh oleh siswa kategori motivasi belajar tinggi sebagai berikut: Gambar 4.6 Grafik prestasi belajar motivasi tinggi Prestasi belajar siswa yang mempunyai motivasi belajar rendah ditunjukkan pada tabel 4.8 berikut: 7 6 11 5 2 2 2 4 6 8 10 12 65-68 69-72 73-76 77-80 81-84 85-88 Fr e ku e n s i Nilai commit to user 95 Tabel 4.8: Prestasi belajar siswa dengan motivasi rendah Nilai Nilai Tengah Frekuensi Frekuensi Kumulatif 53-56 54,5 2 2 57-60 58,5 5 7 61-64 62,5 3 10 65-68 66,5 12 22 69-72 70,5 5 27 73-76 74,5 4 31 Dari tabel 4.8 di atas maka dapat digambarkan grafik hubungan antara banyak siswa dengan nilai yang diperoleh oleh siswa kategori motivasi belajar rendah sebagai berikut: Gambar 4.7. Grafik prestasi belajar kognitif motivasi rendah 3. Data Gaya Belajar Data gaya belajar siswa diperoleh sebelum kelas dilakukan perlakuan dalam proses belajar mengajar dengan melalui angket. Data gaya belajar 2 5 3 12 5 4 2 4 6 8 10 12 14 53-56 57-60 61-64 65-68 69-72 73-76 fr e ku e n s i Nilai commit to user 96 diperoleh setelah pemberian angket. Data ini dapat dikategorikan gaya belajar visual dan gaya belajar kinestetik. Siswa yang mempunyai skor lebih tinggi pada instrumen gaya belajar visual dari pada skor gaya belajar kinestetik dikategorikan mempunyai gaya belajar visual. Siswa yang mempunyai skor lebih tinggi pada gaya belajar kinestetik dari pada skor visual dikelompokkan dalam gaya belajar kinestetik. Berdasarkan kategori tersebut distribusi gaya belajar yang diperoleh ditunjukkan dalam tabel 4.9 berikut : Tabel 4.9 Deskripsi Gaya Belajar dan Media terhadap Prestasi Belajar Gaya Belajar Media Satket Rata- rata SD Media Interaktif Rata- rata SD N N Visual 16 50 74,12 6,51 18 56 71,56 6,08 Kinestetik 16 50 67,38 5,62 14 44 65,50 6,91 Jumlah 32 100 32 100 Setelah dikategorikan berdasarkan kriteria pengelompokan pada kelas eksperimen I media Satket dari sampel 32 siswa yang termasuk kelompok visual 16 siswa, dengan rata-rata nilai 74,12, sedangkan kelompok kinestetik 16 siswa dengan rata- rata nilai 67,38. Pada kelas eksperimen II media interaktif dari 32 siswa yang termasuk kelompok visual 18 siswa memperoleh prestasi rata-rata 71,56, yang termasuk kelompok kinestetik 14 siswa dengan rerata prestasi 65,50. Penyebaran nilai kognitif siswa untuk kelompok gaya belajar visual ditunjukan pada tabel 4.10 berikut: commit to user 97 Tabel 4.10. Penyebaran nilai kognitif gaya belajar visual Nilai Nilai Tengah Frekuensi Frekuensi Kumulatif 61-64 62,5 1 1 65-68 66,5 10 11 69-72 70,5 5 16 73-76 74,5 10 26 77-80 78,5 4 30 81-84 82,5 2 32 85-88 86,5 2 34 Dari tabel 4.10 di atas maka dapat digambarkan grafik hubungan antara banyak siswa dengan nilai yang diperoleh oleh siswa kategori belajar visual sebagai berikut: Gambar 4.8 Grafik prestasi belajar kognitif gaya belajar visual Penyebaran nilai kognitif siswa untuk kelompok gaya belajar kinestetik ditunjukan pada tabel 4.11 berikut: 1 10 5 10 4 2 2 2 4 6 8 10 12 61-64 65-68 69-72 73-76 77-80 81-84 fr e ku e n s i nilai commit to user 98 Tabel 4.11. Penyebaran nilai kognitif gaya belajar kinestetik Nilai Nilai Tengah Frekuensi Frekuensi Kumulatif 53-56 54,5 2 2 57-60 58,5 4 6 61-64 62,5 3 9 65-68 66,5 9 18 69-72 70,5 6 24 73-76 74,5 5 29 77-80 78,5 1 30 Dari Tabel 4.11 di atas maka dapat digambarkan grafik hubungan antara banyak siswa dengan nilai yang diperoleh oleh siswa kategori belajar visual sebagai berikut: Gambar 4.9 Grafik prestasi belajar kognitif gaya belajar kinestetik B. Uji Prasyarat Analisis 1. Uji Normalitas Uji ini digunakan untuk mengetahui data sampel random berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Dengan menggunakan α = 0,05 maka H 2 4 3 9 6 5 1 2 4 6 8 10 53-56 57-60 61-64 65-68 69-72 73-76 77-80 fr e ku e n s i Nilai commit to user 99 sampel terdistribusi normal akan diterima apabila sig daripada 0,05. Sebaliknya H akan ditolak sampel tidak terdistribusi normal apabila sig 0,05. Untuk mengetahui lebih lanjut hasil dari uji normalitas maka dapat dideskripsikan pada tabel 4.12 di bawah ini: Tabel 4.12 Hasil Uji Normalitas No Kriteria Kelompok jml Kognitif Ket. sig P – value 1 Prestasi belajar Media Satket 32 0,132 0,05 normal 2 Prestasi belajar Media Interaktif 32 0,200 0,05 normal 3 Prestasi belajar motivasi belajar tinggi 33 0,130 0,05 normal 4 Prestasi belajar motivasi belajar rendah 31 0,152 0,05 normal 5 Prestasi belajar gaya belajar visual 34 0,091 0,05 normal 6 Prestasi belajar gaya belajar kinestetik 30 0,200 0,05 normal 7 Prestasi belajar Media Satket Motivasi Tinggi 17 0,200 0,05 normal 8 Prestasi belajar Media Satket Motivasi Rendah 15 0,200 0,05 normal 9 Prestasi belajar Media Interaktif Motivasi Tinggi 16 0,200 0,05 normal 10 Prestasi belajar MediaInteraktif Motivasi Rendah 16 0,200 0,05 normal 11 Prestasi belajar Media Satket GB visual 16 0,185 0,05 normal 12 Prestasi belajar Media Satket GB kinestetik 16 0,063 0,05 normal 13 Prestasi belajar Media Interaktif GB visual 18 0,200 0,05 normal 14 Prestasi belajar Media nteraktif GB kinestetik 14 0,200 0,05 normal 15 Prestasi belajar motivasi tinggi GB visual 16 0,195 0,05 normal 16 Prestasi belajar motivasi rendah GB visual 18 0,142 0,05 normal 17 Prestasi belajar motivasi tinggi GB kinestetik 17 0,200 0,05 normal commit to user 100 18 Prestasi belajar motivasi rendah GB kinestetik 13 0,200 0,05 normal 19 Prestasi belajar Media Satket motivasi Tinggi GB Visual 7 0,200 0,05 normal 20 Prestasi belajar Media Satket motivasi Tinggi GB Kinestetik 10 0,200 0,05 normal 21 Prestasi belajar Media Satket motivasi Rendah GB Visual 9 0,179 0,05 normal 22 Prestasi belajar Media Satket motivasi Rendah GB Kinestetik 6 0,200 0,05 normal 23 Prestasi belajar Media Interaktif motivasi Tinggi GB Visual 9 0,200 0,05 normal 24 Prestasi belajar Media Interaktif motivasi Tinggi GB Kinestetik 7 0,200 0,05 normal 25 Prestasi belajar Media Interaktif motivasi Rendah GB Visual 9 0,200 0,05 normal 26 Prestasi belajar Media Interaktif motivasi Rendah GB Kinestetik 7 0,200 0,05 normal Dari Tabel 4.12 di atas telah dilakukan 26 uji normalitas dan dapat diinterprestasikan bahwa nilai sig 0,05 sehingga data yang diperoleh terdistribusi normal.

2. Uji Homogenitas

Setelah melakukan uji normalitas maka langkah berikutnya melakukan uji homogenitas. Uji ini digunakan untuk mengetahui sampel yang digunakan homogen atau tidak. Sampel dikatakan homogen jika harga signifikansi 0,05 dan tidak homogen jika harga signifikansi 0,05. Hasil uji homogenitas dengan menggunakan program SPSS 17 diperoleh nilai signifikansi yang lebih besar dari 0,05 yaitu 0,642. Dari hasil itu artinya sampel homogen. Hasil data uji homogenitas selengkapnya dapat dideskripsikan dalam tabel 4.13. Dari Tabel 4.13 diperoleh semua nilai sig 0,05 dari hasil seperti ini maka dapat disimpulkan commit to user 101 bahwa intersepsi dari prestasi belajar, motivasi belajar dan gaya belajar adalah homogen. Tabel 4.13 Hasil uji homogenitas No Kriteria kelompok Kognitif Keterangan sig P-value signifikansi 1 Prestasi belajar Media Satket dan Media Interaktif 0,813 0,05 homogen 2 Prestasi belajar kelompok motivasi belajar tinggi dan rendah 0,857 0,05 homogen 3 Prestasi belajar kelompok gaya belajar visual dan kinestetik 0,908 0,05 homogen 4 Prestasi belajar Media dan motivasi 0,944 0,05 homogen 5 Prestasi belajar Media dan gaya belajar 0,946 0,05 homogen 6 Prestasi belajar motivasi belajar dan gaya belajar 0,558 0,05 homogen 7 Prestasi belajar, Media, motivasi belajar dan gaya belajar 0,642 0,05 homogen

C. Pengujian Hipotesis

1. Analisis Variansi Tiga Jalan ANAVA 2 x 2 x 2

Dengan dipenuhinya dua syarat sebagaimana pada point B yaitu sampel terdistribusi normal dan homogen maka dapat dilakukan uji hipotesis. Uji hipotesis yang digunakan adalah anava 3 jalan. Pemetaan katagori analisis dengan menggunakan anava 3 jalan adalah sebagai berikut ini: commit to user 102 Tabel 4.14 Pemetaan analisis menggunakan anava Media Motivasi belajar tinggi Motivasi belajar rendah Gaya Belajar Visual Gaya Belajar Kinestetik Gaya Belajar Visual Gaya Belajar Kinestetik Satket 7 siswa 10 siswa 9 siswa 6 siswa Interaktif 9 siswa 7 siswa 9 siswa 7 siswa Pemetaan ini kemudian dianalisis menggunakan program SPSS 17 menggunakan GLM General Linier Model . Kriteria penerimaan hipotesis adalah jika nilai sig 0,05 maka H diterima dan sebaliknya jika nilai sig 0,05 maka H ditolak dan H 1 diterima. Hasil dari uji hipotesis anava tiga jalan 2 x 2 x 2 secara terperinci dapat dilihat pada tabel 4.15 Tabel 4.15 Rangkuman Uji Anava Source df Mean Square F Sig. Keputusan Media 1 68.860 3.279 .076 H diterima Motivasi 1 1156.868 55.090 .000 H ditolak GayaBelajar 1 789.951 37.617 .000 H ditolak Media Motivasi 1 2.690 .128 .722 H diterima Media GayaBelajar 1 17.831 .849 .361 H diterima Motivasi GayaBelajar 1 1.679 .080 .778 H diterima Media Motivasi GayaBelajar 1 20.430 .973 .328 H diterima Dari hasil rangkuman analisis varian menunjukkan bahwa : 1 H 0A diterima, sehingga tidak ada pengaruh pembelajaran fisika menggunakan media Satket dan media Interaktif terhadap prestasi belajar yang dicapai siswa. 2 H 0B ditolak, sehingga ada pengaruh motivasi belajar tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar yang dicapai siswa. commit to user 103 3 H 0C ditolak, sehingga terdapat pengaruh gaya belajar visual dan kinestetik yang terhadap prestasi belajar. 4 H 0AB diterima,sehingga tidak ada interaksi antara media pembelajaran dengan motivasi belajar terhadap prestasi belajar yang dicapai siswa. 5 H 0AC diterima, sehingga tidak ada interaksi interaksi antara media pembelajaran dengan gaya belajar terhadap prestasi belajar yang dicapai siswa. 6 H 0BC diterima, sehingga tidak ada interaksi antara motivasi belajar dan gaya belajar siswa terhadap prestasi belajar siswa. 7 H 0ABC diterima, sehingga tidak ada interaksi antara media pembelajaran, motivasi belajar dan gaya belajar siswa terhadap prestasi belajar

2. Uji Lanjut Anava

Pada hipotesis nomor 2 dan 3, perlu diadakan uji lanjut anava. Uji lanjut anava yang dilakukan adalah menggunakan uji Scheffe. Uji ini hanya dilakukan pada hipotesis yang terjadi penolakan H 0, yaitu hipotesis nomor 2 dan 3. Uji Scheffe pada penelitian ini menggunakan aplikasi program SPSS 17. Hasil uji Scheffe secara terperinci dapat dilihat pada tabel 4.16 Tabel 4.16 Rangkuman Hasil Uji Lanjut Anava I faktor J faktor Mean Difference I-J Std. Error Sig. Keputusan Uji Motivasi Tinggi Gaya Belajar Visual Motivasi Tinggi Gaya Belajar Kinestetik -3.64 2.007 .357 H diterima Motivasi Rendah Gaya Belajar Visual 6.11 2.165 .057 H diterima Motivasi Rendah Gaya Belajar Kinestetik 7.85 2.126 .006 H ditolak commit to user 104 Motivasi Tinggi Gaya Belajar Kinestetik Motivasi Tinggi Gaya Belajar Visual 3.64 2.007 .357 H diterima Motivasi Rendah Gaya Belajar Visual 9.75 2.084 .000 H ditolak Motivasi Rendah Gaya Belajar Kinestetik 11.49 2.043 .000 H ditolak Motivasi Rendah Gaya Belajar Visual Motivasi Tinggi Gaya Belajar Visual -6.11 2.165 .057 H diterima Motivasi Tinggi Gaya Belajar Kinestetik -9.75 2.084 .000 H ditolak Motivasi Rendah Gaya Belajar Kinestetik 1.74 2.199 .889 H diterima Motivasi Rendah Gaya Belajar Kinestetik Motivasi Tinggi Gaya Belajar Visual -7.85 2.126 .006 H ditolak Motivasi Tinggi Gaya Belajar Kinestetik -11.49 2.043 .000 H ditolak Motivasi Rendah Gaya Belajar Visual -1.74 2.199 .889 H diterima Dari hasil uji Scheffe dengan faktor i dan j maka dapat diartikan sebagai berikut ini: 1. Tidak ada perbedaan yang signifikan nilai siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi dan gaya belajar visual dengan siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi dan gaya belajar kinestetik. Dibuktikan dari nilai signifikansi yang lebih besar dari 0,05 yaitu 0,357. 2. Tidak ada perbedaan yang signifikan nilai siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi dan gaya belajar visual dengan siswa yang memiliki motivasi belajar rendah dan gaya belajar visual. Dibuktikan dari nilai signifikansi yang lebih besar dari 0,05 yaitu 0,057. 3. Ada perbedaan yang signifikan nilai siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi dan gaya belajar visual dengan siswa yang memiliki motivasi belajar rendah dan gaya belajar kinestetik. Dibuktikan dari nilai signifikansi yang lebih kecil dari 0,05 yaitu 0,006. commit to user 105 4. Tidak ada perbedaan nilai siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi dan gaya belajar kinestetik dengan siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi dan gaya belajar visual. Dibuktikan dari nilai signifikansi yang lebih besar dari 0,05 yaitu 0,357. 5. Ada perbedaan nilai siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi dan gaya belajar kinestetik dengan siswa yang memiliki motivasi belajar rendah dan gaya belajar visual. Dibuktikan dari nilai signifikansi yang lebih kecil dari 0,05 yaitu 0,000. 6. Ada perbedaan nilai siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi dan gaya belajar kinestetik dengan siswa yang memiliki motivasi belajar rendah dan gaya belajar kinestetik. Dibuktikan dari nilai signifikansi yang kurang dari 0,05 yaitu 0,000. 7. Tidak ada perbedaan nilai siswa yang memiliki motivasi belajar rendah dan gaya belajar visual dengan siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi dan gaya belajar visual. Dibuktikan dari nilai signifikansi yang lebih dari 0,05 yaitu 0,057. 8. Ada perbedaan yang signifikan nilai siswa yang memiliki motivasi belajar rendah dan gaya belajar visual dengan siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi dan gaya belajar kinestetik. Dibuktikan dari nilai signifikansi yang kurang dari 0,05 yaitu 0,000. 9. Tidak ada perbedaan yang signifikan nilai siswa yang memiliki motivasi belajar rendah dan gaya belajar visual dengan siswa yang memiliki motivasi belajar rendah dan gaya belajar kinestetik. Dibuktikan dari nilai signifikansi yang lebih dari 0,05 yaitu 0,889. 10. Ada perbedaan yang signifikan nilai siswa yang memiliki motivasi belajar rendah dan gaya belajar kinestetik dengan siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi dan gaya belajar visual. Dibuktikan dari nilai signifikansi yang lebih kecil dari 0,05 yaitu 0,006. 11. Ada perbedaan yang signifikan nilai siswa yang memiliki motivasi belajar rendah dan gaya belajar kinestetik dengan siswa yang memiliki motivasi commit to user 106 belajar tinggi dan gaya belajar kinestetik. Dibuktikan dari nilai signifikansi yang lebih kecil dari 0,05 yaitu 0,000. 12. Tidak ada perbedaan yang signifikan nilai siswa yang memiliki motivasi belajar rendah dan gaya belajar kinestetik dengan siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi dan gaya belajar visual. Dibuktikan dari nilai signifikansi yang lebih besar dari 0,05 yaitu 0,889.

D. Pembahasan Hasil Penelitian

1. Hipotesis pertama

“Tidak ada pengaruh pembelajaran fisika menggunakan media Satket dan media interaktif terhadap prestasi belajar ” Hasil analisis General Linier Model GLM untuk hipotesis pertama yang ditunjukkan pada tabel 4.11 diperoleh harga p-value 0,076 atau lebih besar dari taraf signifikansi α = 0,05, ini berarti bahwa H o diterima atau H 1 ditolak. Hal ini menunjukkan “tidak ada pengaruh pembelajaran fisika menggunakan media Satket dan media interaktif terhadap prestasi belajar ”. Hal ini tidak sesuai dengan dugaan peneliti yaitu ada perbedaan prestasi belajar yang signifikan antara siswa yang diberi pembelajaran menggunakan media satket dan media interaktif. Hasil uji hipotesis ini dapat dipahami, dilihat dari rata-rata nilai prestasi belajar kognitif antara kelas ekpserimen I kelas media satket dengan kelas eksperimen II kelas media interaktif hampir sama kelas media Satket = 70,75 dan kelas media interaktif =68,91. Bahwa siswa di kelas dengan perlakuan menggunakan media satket rata-rata prestasinya lebih tinggi dibanding dengan media interaktif ini tidak dapat diartikan bahwa media satket lebih baik dibanding dengan media interaktif. Hal tersebut karena penggunaan media interaktif untuk siswa masih minim, siswa commit to user 107 dirumah belum ada komputer untuk belajar mandiri, sedangkan saat pembelajaran di madrasah 1 komputer digunakan rata-rata oleh 4 siswa Faktor yang menyebabkan H o diterima antara lain kedua kelas masih asing dengan penggunaan media pembelajaran yang dipakai. Pembelajaran IPA yang biasa dilakukan guru dengan metode ceramah tanpa menggunakan alat peraga ataupun media. Sedangkan kegiatan eksperimen dilaboratorium tidak pernah dilakukan. Hal ini tentu mempengaruhi prestasi belajar IPA. Penggunaan media satket dan media interaktif sama-sama menekankan pada aktifitas siswa untuk menggali informasi dari media pembelajaran yang ada. Hal ini yang menyebabkan tidak ada pengaruh pembelajaran fisika menggunakan media satket dan media interaktif terhadap prestasi belajar yang dicapai siswa.

2. Hipotesis kedua

“Terdapat pengaruh motivasi belajar tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar siswa ” Hasil pengujian untuk hipotesis kedua yang ditunjukkan pada tabel 4.11 diperoleh harga p-value 0,000 atau lebih kecil dari taraf signifikansi α = 0,05, ini berarti bahwa H o ditolak atau H 1 diterima. Berarti ini menunjukkan terdapat pengaruh motivasi belajar tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar siswa. Hal ini dapat dijelaskan dari rata-rata prestasi belajar siswa yang mempunyai motivasi tinggi sebesar 73,64 sedangkan rata-rata prestasi siswa yang mempunyai motivasi rendah adalah 65,77. Dari data tersebut menunjukkan bahwa siswa yang mempunyai motivasi tinggi menunjukkan prestasi yang lebih tinggi daripada siswa yang mempunyai motivasi rendah. commit to user 108 Motivasi merupakan dorongan kepada diri sendiri untuk melakukan sesuatu. Dorongan untuk mencapai tujuan ini berasal dari dalam diri sendiri maupun ditumbuhkan dari luar. Dengan adanya motivasi seorang siswa cenderung berupaya memperoleh suatu tujuan dengan hasil yang maksimal. Dalam proses pembelajaran menggunakan media satket dan media interaktif siswa dituntut untuk mempunyai motivasi belajar yang tinggi karena proses ini merupakan proses pembelajaran yang berpusat pada siswa. Dengan demikian siswa yang mempunyai motivasi belajar tinggi memperoleh prestasi yang tinggi sedangkan siswa yang mempunyai motivasi rendah memperoleh prestasi yang lebih rendah.

3. Hipotesis ketiga

“Tidak Ada pengaruh gaya belajar visual dan kinestetik yang dimiliki siswa terhadap prestasi belajar ”. Hasil analisis General Linier Model GLM untuk hipotesis ketiga yang ditunjukkan pada tabel 4.11 diperoleh harga p-value 0,000 atau lebih kecil dari taraf signifikansi α = 0,05, ini berarti bahwa H o ditolak atau H 1 diterima. Hal ini menunjukkan “Ada pengaruh gaya belajar visual dan kinestetik yang dimiliki siswa terhadap prestasi belajar ”. Hal ini sesuai dengan dugaan peneliti yaitu ada pengaruh gaya belajar visual dan kinestetik terhadap prestasi belajar. Rata-rata nilai prestasi belajar siswa yang mempunyai gaya belajar visual 72,76 sedangkan siswa yang mempunyai gaya belajar kinestetik 66,50. Secara statistik siswa yang yang mempunyai gaya belajar visual dan kinestetik pada penelitian ini menunjukkan ada perbedaan pengaruh terhadap prestasi belajar. commit to user 109 Menurut Bobby De Porter Mike Hernacki 2005 orang dengan gaya belajar visual mempunyai ciri antara lain teliti, mengingat apa yang dilihat daripada yang didengar, suka membaca, menjawab pertanyaan dengan singkat ya atau tidak, suka melakukan demontrasi, sedangkan orang dengan gaya belajar kinestetik mempunyai ciri-ciri belajar manipulasi dan praktik, banyak menggunakan isyarat tubuh, menghafal dengan berjalan atau melihat, menggunakan jari sebagai penunjuk ketika membaca. Dalam penelitian ini siswa dengan gaya belajar visual prestasi belajarnya lebih baik dikarenakan karakteristik dari materi sifat-sifat cahaya yang bersifat konkret. Materi pemantulan dan pembiasan cahaya akan diterima lebih baik oleh siswa jika disajikan secara visual, sehingga siswa dengan gaya belajar visual lebih mudah mengingatnya dibanding siswa dengan gaya belajar kinestetik. Hal ini yang menyebabkan ada perbedaan pengaruh prestasi belajar antara siswa yang mempunyai gaya belajar visual dan kinestetik.

4. Hipotesis keempat

“Tidak ada interaksi antara media pembelajaran dengan motivasi belajar terhadap prestasi belajar ”. Hasil analisis General Linier Model GLM untuk hipotesis keempat yang ditunjukkan pada tabel 4.11 diperoleh harga p-value 0,722 atau lebih besar dari taraf signifikansi α = 0,05, ini berarti bahwa H o diterima atau H 1 ditolak. Berarti ini menunjukkan tidak ada interaksi antara media pembelajaran dengan motivasi belajar terhadap prestasi belajar siswa. commit to user 110 Menurut M.Asrori 2007 motivasi belajar yang dimiliki oleh siswa akan cenderung mendorong siswa untuk berupaya melakukan sampai berhasil dan memilih kegiatan yang mengarah pada tujuan dan mengarah pada keberhasilan. Dalam kegiatan pembelajaran baik yang menggunakan media Satket maupun media interaktif keaktifan siswa dalam belajar cenderung sama, baik siswa yang bermotivasi tinggi maupun yang bermotivasi rendah. Hal ini yang memungkinkan diterimanya H o , artinya tidak ada interaksi antara media pembelajaran dengan motivasi belajar terhadap prestasi belajar siswa.

5. Hipotesis kelima

Hasil analisis General Linier Model GLM untuk hipotesis kelima yang ditunjukkan pada tabel 4.11 diperoleh harga p-value 0,269 atau lebih dari taraf signifikansi α = 0,05, ini berarti bahwa H o diterima. Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada interaksi media pembelajaran dengan gaya belajar terhadap peningkatan prestasi belajar yang dicapai siswa. Hal ini dapat dilihat pada prestasi belajar siswa baik yang menggunakan media satket maupun media interaktif dengan gaya belajar visual dan kinestetik. Terdapat perbedaan prestasi belajar siswa dengan gaya belajar visual dan kinestetik dalam penelitian yang sudah dilakukan. Siswa dengan gaya belajar visual saat pembelajaran baik yang menggunakan media satket maupun media interaktif hasil belajarnya lebih baik bila dibanding dengan siswa yang bergaya belajar kinestetik. Sedangkan saat dalam pembelajarannya, baik menggunakan media satket ataupun media interaktif, siswa terlibat langsung dengan kegiatan yang dipandu dengan lembar kerja siswa dan dibimbing oleh guru, sehingga siswa yang commit to user 111 menggunakan media satket maupun media interaktif sama-sama aktif sehingga tidak mempengaruhi prestasi belajar. Ini yang menyebabkan tidak adanya interaksi antara media pembelajaran dengan gaya belajar terhadap peningkatan prestasi belajar siswa.

6. Hipotesis keenam

“Tidak ada interaksi antara motivasi belajar dan gaya belajar terhadap peningkatan prestasi belajar siswa ” Hasil analisis General Linier Model GLM untuk hipotesis keenam yang ditunjukkan pada tabel 4.11 diperoleh harga p-value 0,690 atau lebih dari taraf signifikansi α = 0,05, ini berarti bahwa H o diterima atau H 1 ditolak. Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada interaksi gaya belajar, dan motivasi belajar terhadap peningkatan prestasi belajar yang dicapai siswa. Kalau ditinjau baik motivasi belajar dan gaya belajar berpengaruh terhadap prestasi belajar. Namun demikian secara bersama-sama tidak cukup kuat untuk menunjukkan adanya interaksi antara motivasi belajar dan gaya belajar terhadap peningkatan prestasi belajar.

7. Hipotesis ketujuh

“Tidak ada interaksi antara media pembelajaran, motivasi belajar dan gaya belajar siswa terhadap prestasi belajar .” Hasil analisis General Linier Model GLM untuk hipotesis keenam yang ditunjukkan pada tabel 4.11 diperoleh harga p-value 0,307 atau lebih dari taraf signifikansi α = 0,05, ini berarti bahwa H o diterima atau H 1 ditolak. commit to user 112 Model dan media pembelajaran banyak diterapkan guru agar proses pembelajaran menjadi penuh dengan makna, mulai yang berorientasi pada hasil akhir sampai dengan berorientasi pada suatu proses penemuan. Pembelajaran yang dilakukan tidak memberikan interaksi yang baik antara motivasi belajar dan gaya belajar terhadap peningkatan prestasi belajar. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah pembelajaran menggunakan media satket memiliki hasil prestasi belajar yang sedikit lebih tinggi jika dibandingkan dengan pembelajaran menggunakan media interaktif. Pada masing-masing kelas diperoleh bahwa siswa yang memiliki motivasi tinggi memperoleh prestasi yang tinggi sedangkan siswa mempunyai motivasi rendah memiliki prestasi yang rendah, dengan gaya belajar visual maupun kinestetik. Dalam penelitian yang dilakukan ini tidak ada interaksi pembelajaran menggunakan media satket dan media interaktif, motivasi belajar, dan gaya belajar siswa terhadap peningkatan prestasi belajar siswa.

E. Keterbatasan Penelitian

Penelitian yang telah dilakukan ini tidak terlepas dari keterbatasannya, walaupun sudah direncanakan dengan maksimal dan melalui proses evaluasi sebelum pelaksanaan. Berikut yang menjadi keterbatasan penelitian ini antara lain adalah : 1. Pada uji coba instrumen, kepengawasan terhadap pelaksanaan kurang maksimal karena dilakukan di Madrasah lain yang karakteristik anak ada kemungkinan belum sepenuhnya sama dengan Madrasah tempat penelitian. Ada commit to user 113 kemungkinan soal terasa sulit di sekolah uji coba tetapi tidak di sekolah tempat penelitian, atau sebaliknya. 2. Tingkat kejujuran siswa dalam mengerjakan tes prestasi ataupun pada angket belum maksimal. 3. Pada penggunaan media Satket, proses terbentuknya bayangan benda tidak maksimal terbentuk seperti pada media interaktif hal ini karena pengukuran yang dilakukan siswa tidak akurat, sehingga guru harus memberi penjelasan tambahan berupa ceramah dan mengerjakan LKS 4. Pada penggunaan media interaktif, seharusnya semua isi berupa animasi tetapi ada beberapa bagian yang berupa gambar saja. 4. Faktor yang mempengaruhi prestasi belajar terdiri atas faktor internal dari diri pribadi siswa dan faktor eksternal dari luar pribadi siswa. Pada penelitian ini faktor ekternal yang dipakai hanya satu yaitu media pembelajaran sedang faktor internal yang dipakai dua yaitu motivasi belajar dan gaya belajar, padahal masih banyak faktor internal dan eksternal lain yang juga mempangaruhi prestasi belajar tersebut misal metode pembelajaran, kemampuan abstrak, kemampuan numerik, aktifitas belajar siswa dan lain-lain 5. Prestasi belajar yang diuji dan dibahas hanya satu aspek saja yaitu aspek kognitif, sedang aspek afektif hanya dibahas rata-rata penyebarannya dikelas satket dan kelas interaktif, sementara aspek psikomotorik tidak dilakukan penilaian sama sekali. commit to user 114

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari penelitian yang telah dilakukan maka diperoleh suatu simpulan sebagai berikut ini: 1. Penggunaan media satket dan media interaktif pada pembelajaran materi sifat- sifat cahaya dalam penelitian ini dapat memperjelas pemahaman materi sifat- sifat cahaya dan hubungannya dengan cermin dan lensa. Penggunaan media satket dan media interaktif memberi suasana belajar yang baru, lebih mengaktifkan siswa dan menarik. Dari hasil penelitian ini baik media satket maupun media interaktif sama-sama disenangi oleh siswa MTsN Tulung mean media satket = 70,75 dan media interaktif = 68,91. Dari hasil uji anava, pembelajaran menggunakan media satket dan media interaktif tidak berpengaruh terhadap prestasi belajar yang dicapai siswa. 2. Motivasi belajar tinggi dan rendah memberikan pengaruh terhadap prestasi belajar siswa. Hal ini dilihat dari rata-rata nilai prestasi belajar antara siswa yang mempunyai motivasi tinggi rerata = 73,64 dan motivasi rendah rerata = 65,77 cukup jauh berbeda. 3. Gaya belajar visual dan kinestetik memberikan pengaruh terhadap prestasi belajar yang dicapai siswa. Faktor yang menyebabkan adanya pengaruh gaya belajar terhadap peningkatan prestasi belajar fisika adalah karakteristik pokok bahasan cahaya adalah konkrit yang lebih menekankan pada indra