PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN CTL MELALUI MEDIA PEMBELAJARAN ANIMASI DAN KIT IPA DITINJAU DARI GAYA BELAJAR DAN MOTIVASI BERPRESTASI SISWA

(1)

commit to user

i

PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN CTL MELALUI MEDIA PEMBELAJARAN ANIMASI DAN KIT IPA DITINJAU

DARI GAYA BELAJAR DAN MOTIVASI BERPRESTASI SISWA

(Studi Kasus Materi Suhu dan Kalor Pada Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Masbagik Tahun Pelajaran 2010/2011)

TESIS

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister

Program Studi Pendidikan Sains Minat Utama: Pendidikan Fisika

Oleh: TARPIN JUANDI

S831002034

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA 2011


(2)

commit to user


(3)

commit to user


(4)

commit to user

iv

PERNYATAAN

NAMA : Tarpin Juandi

NIM : S831002034

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tesis saya berjudul “Pembelajaran

Fisika Dengan CTL Melalui Media pembelajaran animasi dan KIT IPA Ditinjau Dari Gaya Belajar dan Motivasi Berprestasi Siswa (Studi Kasus Materi Suhu dan Kalor Pada Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Masbagik Tahun Pelajaran 2010/2011)” adalah betul-betul karya sendiri. Hal-hal yang bukan karya saya dalam tesis ini diberi tanda citasi dan ditunjukkan dalam daftar pustaka.

Apabila dikemudian hari terbukti peryataan saya tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan tesis dan gelar yang saya peroleh melalui tesis tersebut.

Surakarta, Mei 2011 Yang membuat pernyataan


(5)

commit to user

v

KATA PENGANTAR

Puji syukur alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Allah SWT. yang telah melimpahkan karunia-Nya sehingga tesis dengan judul

“Pembelajaran Fisika Dengan CTL Melalui Media pembelajaran Animasi dan KIT IPA Ditinjau dari Gaya Belajar dan Motivasi Berprestasi Siswa” dapat diselesaikan. Tesis ini disusun dalam rangka memenuhi sebagian persyaratan untuk mencapai gelar magister Pendidikan Sains Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Tesis ini disusun atas bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Untuk itu kami mengucapkan terimakasih kepada:

1. Prof. Drs. Suranto, M.Sc, Ph.D. selaku Direktur Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan bantuan berupa fasilitas dan kelancaran dalam menempuh pendidikan program pascasarjana.

2. Prof. Dr. H. Widha Sunarno, M.Pd. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Sains Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta sekaligus sebagai pembimbing I yang telah memberikan bimbingan, arahan, masukan dan pemikiran yang berharga dalam penyusunan tesis ini.

3. Dra. Suparmi, M.A, Ph.D. sebagai pembimbing II yang telah mencurahkan segenap perhatian beliau dalam proses bimbingan.

4. Segenap dosen Pascasarjana Program Studi Pendidikan Sains yang telah memberikan bimbingan selama diperkuliahan.


(6)

commit to user

vi

5. Temam-teman mahasiswa Pendidikan Sains Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret yang selalu memberikan motivasi dan masukan.

6. Semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian tesis ini.

Penulis menyadari bahwa tesis ini masih terdapat kekurangan. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sagat diharapkan guna perbaikan selanjutnya. Pada akhirnya semoga tesis ini dapat memberikan manfaat bagi siapa saja terutama bagi penulis.

Surakarta, Mei 2011


(7)

commit to user

vii M O T T O

Hidup adalah Pengabdian,

Sesungguhnya Allah tidak membebani urusan kepada suatu kaum apabila mereka tidak mampu melaksanakannya


(8)

commit to user

viii

PERSEMBAHAN

Tesis ini kupersembahkan kepada: Kedua orang tua dan mertuatercinta

Ayahanda, H. Seridahim dan ibunda,Mari un serta mertua,Hj. Siti Fatimah

Istriku tersayangSinawati

Adik-adiku yang ku banggakan

Khumairi Hamzah danIlhamuddin


(9)

commit to user

ix ABSTRAK

Tarpin Juandi. S831002034. Pembelajaran Fisika Dengan CTL Melalui

Media pembelajaran animasi dan KIT IPA Ditinjau Dari Gaya Belajar dan Motivasi Berprestasi Siswa”(Studi Kasus Materi Suhu dan Kalor pada Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Masbagik Tahun Pelajaran 2010/2011). Tesis. Program Studi Pendidikan Sains, Program Pascasarjana, Universitas Sebelas Maret. Pembimbing: 1) Prof. Dr. H. Whida Sunarno, M.Pd, 2) Dra. Suparmi, M.A, Ph.D. Surakarta. 2011.

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui: (1) Pengaruh penggunaan media pembelajaran animasi dan KIT IPA terhadap prestasi belajar siswa. (2) Pengaruh gaya belajar visual dan kinestetik terhadap prestasi belajar siswa. (3) Pengaruh motivasi berprestasi tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar siswa. (4) Interaksi antara media pembelajaran animasi dan KIT IPA dengan gaya belajar terhadap prestasi belajar siswa. (5) Interaksi antara media pembelajaran animasi dan KIT IPA dengan motivasi berprestasi terhadap prestasi belajar siswa. (6) Interaksi antara gaya belajar dengan motivasi berprestasi terhadap prestasi belajar siswa. (7) Interaksi antara media pembelajaran animasi dan KIT IPA, gaya belajar, dan motivasi berprestasi terhadap prestasi belajar siswa.

Penelitian ini menggunakan metode eksperimen, populasi penelitian adalah seluruh siswa kelas X SMA Negeri 1 Masbagik tahun pelajaran 2010/2011, sejumlah tujuh kelas. Sampel penelitian ditentukan dengan teknik cluster random sampling yang terdiri dari dua kelas. Satu kelas eksperimen I dengan media pembelajaran animasi dan satu kelas eksperimen II dengan KIT IPA. Pengumpulan data menggunakan teknik tes untuk ranah kognitif, observasi untuk ranah afektif dan angket untuk gaya belajar dan motivasi berprestasi. Uji hipotesis penelitian menggunakan anava dengan desain faktorial 2 x 2 x 2.

Dari hasil analisis data dapat disimpulkan bahwa: (1) Tidak terdapat pengaruh penggunaan media pembelajaran animasi dan KIT IPA terhadap prestasi belajar siswa. (2) Tidak terdapat pengaruh gaya belajar visual dan kinestetik terhadap prestasi belajar siswa. (3) Tidak terdapat pengaruh motivasi berprestasi tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar siswa. (4) Tidak terdapat interaksi antara media pembelajaran animasi dan KIT IPA dengan gaya belajar terhadap prestasi belajar siswa. (5) Tidak terdapat interaksi antara media pembelajaran animasi dan KIT IPA dengan motivasi berprestasi terhadap prestasi belajar siswa. (6) Tidak terdapat interaksi antara gaya belajar dengan motivasi berprestasi terhadap prestasi belajar siswa. (7) Tidak terdapat interaksi antara media pembelajaran animasi dan KIT IPA, gaya belajar, dan motivasi berprestasi terhadap prestasi belajar siswa.

Kata kunci: CTL, Animasi, KIT IPA, Gaya Belajar, Motivasi Berprestasi, Prestasi Belajar, Suhu dan Kalor


(10)

commit to user

x ABSTRACT

Tarpin Juandi. S831002034. Physics Learning Using CTL Through

Animation and Science KIT Media Overviewed From Learning Styel and Students’ Achievement Motivation” (A case study of heat and

temperature for 10th grade students SMA Negeri 1 Masbagik academic year of 2010/2011). Thesis. Science Education Program, Post Graduate Program, Sebelas Maret University. Advisors: 1) Prof. Dr. H. Widha Sunarno, M.Pd, 2) Dra. Suparmi, M.A, Ph.D., Surakarta, 2011.

The purposes of this research were to know: (1) the effect of animation learning and science KIT media toward students’ achievement.

(2) The effect of visual and kinesthetic toward students’ achievement. (3)

The effect of high achievement motivation and low achievement motivation toward students’ achievement. (4) The interaction between animation learning and science KIT media with learning styel toward students’

achievement. (5) The interaction between the animation learning and science KIT media with the achievement motivation toward students’ achievement.

(6) The interaction between learning styel and achievement motivation toward students’ achievement. (7) The interaction among animation learning and science KIT media, learning styel, and achievement motivation toward students’ achievement.

The method of this research used experimental method, the population was all students in 10th grade SMA Negeri 1 Masbagik academic years 2010/2011, consisted of seven classes. The sample was taken by using cluster random sampling consisting of two classes. The first class was treated using animation media and the second class was treated using science KIT. The data was using test technique for cognitive achievement, observation for affective, and questionnaires for Learning Styel and achievement motivation. Hypotheses were tested using ANOVA with 2 x 2 x 2 factorial design.

From the data analysis could be concluded that: (1) There was no effect of the use animation learning and science KIT media toward students’

achievement. (2) There was no effect of visual and kinesthetic toward students’ achievement. (3) There was no effect of high achievement motivation and low achievement motivation toward students’ achievement.

(4) There was no interaction between animation learning and science KIT media with learning styel toward students’ achievement. (5) There was no interaction between animation learning and science KIT media with achievement motivation toward students’ achievement. (6) There was no interaction between learning styel with achievement motivation toward students’ achievement. (7) There was no interaction among animation learning and science KIT media, learning styel, and achievement motivation toward students’ achievement.

Key words: CTL, Animation, science KIT, Learning Styel, Achievement Motivation, Student Achievement, Heat and Temperature.


(11)

commit to user

xi DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL... i

HALAMAN PERSETUJUAN... ii

HALAMAN PENGESAHAN... iii

HALAMAN PERNYATAAN ... iii

KATA PENGANTAR ... v

MOTTO ... vii

PERSEMBAHAN ... viii

ABSTRAK ... ix

ABSTRACT... x

DAFTAR ISI... xi

DAFTAR TABEL... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Identifikasi Masalah ... 7

C. Pembatasan Masalah ... 9

D. Perumusan Masalah... 9

E. Tujuan Penelitian ... 10


(12)

commit to user

xii

BAB II LANDASAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS

A. Kajian Teori... 12

1. Hakikat Fisika... 12

2. Belajar dan Pembelajaran ... 13

3. Teori Belajar ... 16

4. Contextual Teaching and Learning (CTL) ... 22

5. Media Pembelajaran ... 26

6. Media Pembelajaran Animasi... 28

7. KIT IPA ... 30

8. Gaya Belajar ... 33

9. Motivasi Berprestasi ... 36

10. Prestasi Belajar ... 42

11. Materi Pembelajaran ... 44

B. Penelitian yang Relevan ... 50

C. Kerangka Berpikir ... 53

D. Hipotesis ... 58

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 59

B. Populasi dan Sampel... 60

C. Metode Penelitian ... 60

D. Variabel dan Rancangan Penelitian... 61

E. Teknik Pengambilan Data... 65


(13)

commit to user

xiii

G. Uji Coba Instrumen Pengambilan Data ... 67

H. Teknik Analisis Data ... 74

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data ... 78

1. Data Gaya Belajar... 78

2. Data Motivasi Berprestasi... 79

3. Preatasi Belajar Aspek Kognitif ... 80

B. Uji Prasyarat Analisis ... 88

1. Uji Normalitas ... 88

2. Uji Homogenitas ... 89

C. Pengujian Hipotesis ... 90

D. Pembahasan Hasil Penelitian... 92

E. Keterbatasan Penelitian... 103

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Kesimpulan... 105

B. Implikasi ... 109

C. Saran-Saran... 110

DAFTAR PUSTAKA ... 113 LAMPIRAN-LAMPIRAN


(14)

commit to user

xiv DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Koefisien Muai Panjang Beberapa Zat Pada Suhu Kamar... 45

Tabel 2.2 Kalor Jenis Beberapa Jenis Benda ... 47

Tabel 3.1 Jadwal Rencana Penelitian... 59

Tabel 3.2 Rancangan Penelitian... 64

Tabel 3.3 Klasifikasi Validitas Item... 68

Tabel 3.4 Rangkuman Hasil Uji Validitas Instrumen ... 68

Tabel 3.5 Interpretasi koefesien Korelasi... 70

Tabel 3.6 Rangkuman Hasil Uji Reliabilitas Instrumen ... 71

Tabel 3.7 Klasifikasi Daya Pembeda Soal ... 72

Tabel 3.8 Item Soal Pengambilan Data Berdasarkan Penghitungan Daya Pembeda ... 72

Tabel 3.9 Klasifikasi Indeks Kesukaran... 73

Tabel 3.10Instrumen Prestasi Kogniti Berdasarkan Penghitungan Indeks Kesukaran Soal... 73

Tabel 3.11 Tata Letak Data ... 77

Tabel 4.1 Rangkuman Gaya Belajar Siswa... 79

Tabel 4.2 Rangkuman Data Motivasi Berprestasi Siswa ... 79

Tabel 4.3 Rangkuman Data Prestasi Belajar Kognitif Siswa... 80

Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Aspek Kognitif Kelompok Eksperimen I... 81

Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Aspek Kognitif Kelompok Eksperimen II... 82


(15)

commit to user

xv

Tabel 4.6 Rangkuman Data Prestasi Kognitif Siswa Berdasarkan Kategori

Gaya Belajar ... 83

Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Data Prestasi Kognitif Siswa Berdasarkan Kategori Gaya Belajar Visual... 83

Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Data Prestasi Kognitif Siswa Berdasarkan Kategori Gaya Belajar Kinestetik... 84

Tabel 4.9 Rangkuman Data Prestasi Kognitif Siswa Berdasarkan Kategori Motivasi Berprestasi ... 85

Tabel 4.10 Distribusi Frekuensi Data Prestasi Kognitif Siswa Berdasarkan Kategori Motivasi Berprestasi Tinggi ... 85

Tabel 4.11 Distribusi Frekuensi Data Prestasi Kognitif Siswa Berdasarkan Kategori Motivasi Berprestasi Rendah... 86

Tabel 4.12 Rangkuman Data Prestasi Kognitif Siswa Berdasarkan Kategori Gaya Belajar pada Kelompok Eksperimen I dan II ... 86

Tabel 4.13 Rangkuman Data Prestasi Kognitif Siswa Berdasarkan Kategori Motivasi Berprestasi pada Kelompok Eksperimen I dan II... 87

Tabel 4.14 Rangkuman Data Prestasi Kognitif Siswa Berdasarkan Kategori Gaya Belajar dan Motivasi Berprestasi pada Kelompok Eksperimen I dan II ... 87

Tabel 4.15 Hasil Uji Normalitas ... 88

Tabel 4.16 Hasil Uji Homogenitas... 89

Tabel 4.17 Rangkuman Uji Anava... 91


(16)

commit to user

xvi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1 Histogram Prestasi Belajar Kognitif Kelompok Eksperimen I 81 Gambar 4.2 Histogram Prestasi Belajar Kognitif Kelompok Eksperimen II 82 Gambar 4.3 Histogram Prestasi Kognitif Berdasarkan Kategori Gaya Belajar

Visual ... 83 Gambar 4.4 Histogram Prestasi Kognitif Berdasarkan Kategori Gaya Belajar

Kinestetik ... 84 Gambar 4.5 Histogram Prestasi Belajar Kognitif Berdasarkan Kategori

Motivasi Berprestasi Tinggi... 95 Gambar 4.6 Histogram Prestasi Belajar Kognitif Berdasarkan Kategori


(17)

commit to user

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 01 Silabus Mata Pelajaran Fisika... 116

Lampiran 02 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Eksperimen I... 122

Lampiran 03 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Eksperimen II ... 134

Lampiran 04 Lembar Kerja Siswa (KIT IPA )... 146

Lampiran 05 Lembar Kerja Siswa (Animasi) ... 159

Lampiran 06 Kisi-Kisi Soal Fisika Materi Suhu dan Kalor... 171

Lampiran 07 Soal Uji Kognitif Materi Suhu dan Kalor... 172

Lampiran 08 Kisi-Kisi Angket Gaya Belajar Fisika ... 179

Lampiran 09 Angket Gaya Belajar Fisika... 182

Lampiran 10 Kisi-Kisi Angket Motivasi Berprestasi ... 188

Lampiran 11 Angket Motivasi Berprestasi ... 189

Lampiran 12 Uji Validitas dan Reliabilitas Angket Gaya Belajar ... 195

Lampiran 13 Uji Validitas dan Reliabilitas Angket Motivasi Berprestasi.... 197

Lampiran 14 Uji Instrumen Tes Kognitif ... 199

Lampiran 15 Data Prestasi Belajar Kelompok Eksperimen I dan II... 201

Lampiran 16 Data Prestasi Kognitif Kategori Gaya Belajar... 203

Lampiran 17 Data Prestasi Kognitif Kategori Motivasi Berprestasi ... 205

Lampiran 18 Uji Normalitas ... 207

Lampiran 19 Uji Homogenitas dan Anava ... 210

Lampiran 20 Dokumentasi Penelitian... 211

Lampiran 21 Surat Ijin Penelitian ... 213

Lampiran 22 Surat Keterangan Pengujian Istrumen ... 214


(18)

commit to user

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan kebutuhan yang fitrah bagi manusia, dengan pendidikan manusia dapat mengembangkan dan memanfaatkan potensi yang telah diberikan oleh sang pencipta kepadaya. Di Indonesia telah di terapkan pendidikan pada berbagai lini dan tingkatan mulai dari pendidikan anak usia dini sampai tingkat perguruan tinggi, inilah salah satu wujud komitmen pemerintah untuk menyelenggarakan pendidikan wajib belajar sembilan tahun sebagaimana yang tercantum dalam Undang-Undang Dasar 1945.

Pendidikan nasional berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Peningkatan mutu pendidikan diarahkan untuk meningkatkan kualitas manusia Indonesia seutuhnya melalui olahhati, olahpikir, olahrasa dan olahraga agar memiliki daya saing dalam menghadapi tantangan global. Peningkatan efisiensi manajemen pendidikan dilakukan melalui penerapan manajemen berbasis sekolah dan pembaharuan pengelolaan pendidikan secara terencana, terarah, dan berkesinambungan.


(19)

commit to user

Dalam pelaksanaan pendidikan di sekolah, harus memperhatikan prinsip penyelenggaraannya. Salah satu prinsip tersebut adalah pendidikan diselenggarakan sebagai proses pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat. Dalam proses tersebut diperlukan guru yang memberikan keteladanan, membangun kemauan, dan mengembangkan potensi dan kreativitas peserta didik. Implikasi dari prinsip ini adalah pergeseran paradigma proses pendidikan, yaitu dari paradigma pengajaran ke paradigma pembelajaran. Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan guru dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Proses pembelajaran perlu direncanakan, dilaksanakan, dinilai, dan diawasi agar terlaksana secara efektif dan efisien.

Di lingkungan sekolah, guru adalah orang yang memengang peranan cukup besar. Guru sebagai tenaga profesional harus memiliki kemandirian dalam seluruh kegitan pendidikan baik dalam jalur sekolah maupun luar sekolah. Dalam tingkatan operasional, guru merupakan penentu keberhasilan pendidikan melalui kinerjanya pada tingkat institusional, instruksional, dan eksperiensial (Surya, 2005: 142). Guru merupakan sumberdaya manusia yang mampu membawa pengaruh terhadap peserta didik. Berdasarkan PP No 74 Tahun 2008 setidaknya ada 5 tugas guru yaitu: Merencanakan pembelajaran, Melaksanakan pembelajaran, Menilai hasil pembelajaran, Membimbing dan melatih peserta didik, dan Melaksanakan tugas tambahan. Tugas berat yang diemban oleh guru menyebabkan ia menjadi tolak ukur keberhasilan dalam pendidikan.

Namun demikian, bangsa ini masih dilanda dengan berbagai masalah pendidikan nasional, tidak cukup bicara pada tatanan pembelajaran tetapi jauh lebih


(20)

commit to user

3

luas dari itu. Mulai dari kualitas lulusan yang rendah dalam segala asfek sampai pengelolaan sistem pendidikan yang tidak berorientasi pada pembangunan nasional, sebagaimana yang diungkapkan oleh Tilaar dalam E. Mulyasa (2008: 6) mengatakan

“tujuh masalah pokok sistem pendidikan nasional yaitu: menurunnya akhlak dan

moral peserta didik, pemerataan kesempatan belajar, masih rendahnya efisiensi internal sistem pendidikan, status kelembagaan, manajemen pendidikan yang tidak sejalan dengan pembangunan nasional, dan sumber daya yang belum profesional”. Realitas pendidikan Indonesia kenyataannya demikian, pendidikan yang diamanatkan oleh undang-undang seperti yang telah disebutkan di atas masih jauh dari kesempurnaan. kebanyakan guru masih belum mengimplementasikan tugasnya sebagai pendidik dengan maksimal, mulai dari merencanakan pembelajaran sampai melaksanakan tugas tambahan. Salah satu akibat dari kelemahan tersebut adalah rendahnya kompetensi yang dimiliki siswa baik dalam tataran konsep maupun aplikasi dalam kehidupan sehari-hari.

Fisika adalah salah satu mata pelajaran yang berkaitan dengan produk, proses, dan sikap. Seorang guru harus memperhatikan ketiga komponen ini sebagai satu hirarki pembelajaran, menekankan aktivitas pembelajaran pada siswa sebagai proses pencarian konsep-konsep ilmu pengetahuan, mengembangkan sikap ilmiah siswa, menjadi fasilitator yang baik, menjadi teladan dalam bersikap sebagai aplikasi hasil pembelajaran yang telah dilakukan/diketahui. Tetapi faktanya, pembelajaran tidak lebih dari proses transformasi pengetahuan dari guru kepada peserta didik.

Kelemahan guru dalam melaksanakan pembelajaran diantaranya, kurang menerapkan pembelajaran yang berbasis pada aktivitas siswa, kurang memanfaatkan


(21)

commit to user

fungsi media dalam pembelajaran/malas membuat media pembelajaran yang menarik, kurang mengembangkan sikap ilmiah siswa, pembelajaran selalu dilakukan di dalam kelas. Untuk melaksanakan komponen fisika (produk, proses, dan sikap) dituntut kreativitas pendidik yang tinggi sehingga dapat mendesain pembelajaran mencakup ketiga komponen tersebut. Setidaknya dibutuhkan media baik berbasis komputer maupun riil untuk menerapkan ketiga komponen tersebut dalam pembelajaran. Sulitnya membuat media pembelajaran berbasis komputer membuat guru enggan melakukan pembelajaran dengan media ini, jika mengandalkan alat-alat praktikum, jumlahnya terbatas, harganya mahal, resiko kecelakaan lebih besar dan lain sebagainya. Dengan berbagai alasan tersebut dilakukanlah pembelajaran yang gampang dilaksanakan seperti, ceramah, mencatat diskusi, dan latihan.

Pembelajaran fisika dapat menggunakan berbagai macam model dan media pembelajaran, seperti: CTL, cooperative learning, problem based instruction, direc

instruction,media pembelajaran animasi, komik, video interaktif, modul, LKS, film,

dan lain sebagainya. Pemilihan dan penggunaan model dan media pembelajaran harus memiliki relevansi dengan materi pelajaran, agar ketiga komponen fisika dalam pembelajaran fisika dapat terakumulasi dengan utuh. Ketidaktepatan dalam menyusun perangkat pembelajaran dapat berdampak negatif terhadap prestasi belajar siswa baik menyangkut konsep, proses maupun sikap. Prestasi belajar siswa tidak hanya dipengaruhi oleh faktor ekternal tetapi juga dipengaruhi oleh faktor internal siswa seperti: penglihatan, pendengaran, motivasi belajar, intelegensi, emosi, kreatifitas dan lain sebagainya.


(22)

commit to user

5

Guru sebaiknya menyusun perangkat pembelajaran yang sesuai metode, model, pendekatan, tujuan serta relevan dengan materi pembelajaran. Dalam penelitian ini materi yang akan dibahas adalah suhu dan kalor, materi suhu dan kalor banyak ditemui siswa dalam kehidupan sehari-hari. Walaupun demikian, siswa tidak belajar langsung dari lapangan tetapi materi suhu dan kalor akan dipelajari dengan menggunakan media pembelajaran animasi dan KIT IPA. Penggunaan media pembelajaran animasi bertujuan untuk memberikan gambaran lebih mendetail dan rill terhadap materi pelajaran, karena disamping memiliki konsep-konsep yang konkrit, pada materi suhu dan kalor juga terdapat konsep-konsep yang bersifat absrtak. Sedangkan penggunaan KIT IPA bertujuan untuk mengaplikasikan secara sederhana konsep-konsep suhu dan kalor yang banyak diterapkan dalam kehidupan sehari-hari agar siswa lebih memahami konsep dari aplikasi tersebut.

Sebagaimana yang telah disebutkan di atas, bahwa prestasi belajar siswa juga dipengaruhi oleh faktor internal siswa. Salah satu faktor tersebut adalah gaya belajar dan motivasi. Siswa memiliki perbedaan dalam menyerap dan mengelola informasi yang disampaikan oleh guru, perbedaan inilah yang disebut gaya belajar. Gaya belajar adalah cara seseorang untuk lebih mudah menangkap dan mengelola

informasi. Disebutkan dalam artikel ilmiah dari Cisco System (2008) bahwa “rata

-rata kemampuan orang menyerap informasi adalah 10% dari membaca, 20% dari mendengar, 30% dari melihat, 50% dari melihat dan mendengar, 70% dari yang

diucapkan, dan 90% dari yang diucapkan dan lakukan”. Data di atas menggambarkan

betapa pentingnya menemukan cara belajar yang baik dan memaksimalkan fungsi indra dalam proses pembelajaran.


(23)

commit to user

Berdasarkan penelitian, gaya belajar siswa terindikasi dalam tiga kategori yaitu: gaya belajar visual, gaya belajar auditori, dan gaya belajar kinestetik (Merlot Journal; vol 3, no. 4, 2007: 449). Pelajar visual baik belajar dengan melihat gambar, grafik, slides, demonstrasi, film dan lain-lain. Pelajar auditori senang belajar melalui mendengarkan orang lain berbicara dan mendengarkan rekaman suara. Pelajar kinestetik, pelajar yang paling baik belajar melalui sentuhan dan gerakan. Berdasarkan mata pelajaran, bahan ajar yang akan dibahas dan media pembelajaran yang akan digunakan maka sangat penting untuk memperhatikan gaya belajar siswa.

Begitu juga dengan motivasi, Motivasi sangat dibutuhkan untuk menimbulkan semangat yang tinggi dalam belajar. A. Kosasih (2007: 34)

mengemukakan bahwa “motivasi adalah suatu proses psikologis yang mencerminkan

interaksi antara sikap, kebutuhan, persepsi dan keputusan yang terjadi pada diri

seseorang”. Sedangkan menurut Hamzah B. Uno (2006: 3) menyatakan bahwa

“motivasi dapat diartikan sebagai dorongan yang terdapat dalam diri seseorang untuk melakukan aktivitas tertentu demi untuk mencapai tujuan tertentu”. McCullag dan Willson menyatakan bahwa “ motivasi yang tinggi akan membuat belajar semakin bersemangat, penampilan, pemaknaan, dan ketekunan dalam berolahraga” (Artikel

ilmiah, 2005: 1). Berdasarkan definisi di atas seseorang akan lebih maksimal dalam belajarnya jika sesuai dengan gaya belajar yang dimilikinya ketika mimiliki motivasi yang tinggi.

Semangat kompetisi harus selalu ditumbuhkan dalam diri siswa agar timbul obsesi untuk menjadi yang terbaik. Dengan demikian siswa selalu memanfaatkan waktunya untuk belajar, karena ia menyadari bahwa dirinya dalam kompetisi. Jika


(24)

commit to user

7

semangat kompetisi sudah ada dalam diri siswa maka motivasi berprestasi dengan sendirinya tumbuh dan menjadi karakter pada siswa, prestasi belajar merupakan hasil pencapaian kompetensi peserta didik yang meliputi pengetahuan, keterampilan, dan sikap sebagai hasil proses pembelajaran. Menurut taksonomi Bloom dan kawan-kawan dalam Winkel (1996) hasil belajar meliputi tiga ranah yaitu ranah kognitif, psikomotor, dan afektif.

Berdasarkan uraian di atas, pembelajaran dalam penelitian ini dirancang dengan menggunakan model CTL melalui media pembelajaran animasi dan KIT IPA yang dilengkapi LKS, model CTL memiliki tujuh komponen yaitu: konstruktivisme, inkuiri, bertanya, masyarakat belajar, pemodelan, refleksi, dan penilaian sebenarnya (Trianto, 2007: 105-106). Pemilihan CTL sebagai model dalam penelitian ini didasarkan atas karakteristik materi suhu dan kalor, materi suhu dan kalor banyak dijumpai oleh siswa dalam kehidupan sehari-hari, dengan demikian diharapkan siswa dapat menghubungkan pengalaman yang telah didapatkan dengan konsep-konsep yang dipelajari.

B. Indentifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas dapat diidentifikasi beberapa masalah yang terkait dengan penelitian ini yaitu:

1. Prestasi belajar fisika siswa masih rendah (rerata kelas diwabah KKM) khususnya di sekolah SMA Negeri 1 Masbagik.

2. Profesionalisme tenaga pendidik belum dipahami secara sungguh-sungguh oleh guru, padahal merupakan salah satu syarat utama dalam mencapai pembelajaran yang berkualitas.


(25)

commit to user

3. Hakikat fisika sebagai produk, proses, dan sikap belum diterapkan pada pembelajaran fisika di SMA Negeri 1 Masbagik. Pembelajaran masih berorientasi pada tujuan kognitif.

4. Banyak model dan media pembelajaran yang dapat digunakan dalam pembelajaran fisika seperti; CTL, cooperative learning, problem based

instruction, direc instruction, media pembelajaran animasi, komik, video

interaktif, modul, film, dan lain sebagainya.

5. Sulitnya membuat/menciptakan media pembelajaran sering menjadi kendala dalam melakukan pembelajaran yang berbasis pada aktifitas siswa.

6. Beberapa faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa seperti: gaya belajar, kretifitas, sikap ilmiah, motivasi, perhatian orang tua, kondisi sosial budaya tempat siswa tinggal, namun faktor-faktor tersebut belum diperhatikan secara serius oleh guru.

7. Guru cenderung memberikan penilaian pada aspek kognitif saja, padahal pada pelajaran fisika seharusnya penilaian mencakup aspek kognitif, psikomotor dan afektif

8. Materi pembelajaran fisika pada kelas X diantaranya: gerak melingkar, dinamikan dan hukum Nowton, gelombang dan optik, suhu dan kalor, listrik dinamis. Materi-materi tersebut diajarkan masih menggunakan sistem konvensional.

9. Ada beberapa materi pembelajaran fisika bersifat abstrak sehingga menyebabkan siswa kesulitan untuk menyelidiki dan memahami bahan ajar tersebut.


(26)

commit to user

9

C. Pembatasan Masalah

Untuk mengarahkan penelitian ini supaya lebih fokus pada permasalahan yang diteliti maka perlu adanya pembatasan masalah. Mengacu pada indentifikasi masalah di atas penelitian ini dibatasi pada hal-hal berikut:

1. Model pembelajaran yang digunakan adalah CTL dengan media pembelajaran animasi dan KIT IPA yang dilengkapi LKS.

2. Foktor internal siswa dibatasi pada gaya belajar (visual, kinestetik) dan motivasi berprestasi (tinggi, rendah).

3. Prestasi belajar fisika siswa yang diukur, dibatasi pada aspek kognitif dan aspek afektif.

4. Materi pembelajaran dibatasi pada pokok bahasan suhu dan kalor.

D. Perumusan Masalah

Rumusan masalah penelitian ini secara umum yaitu “apakah terdapat

pengaruh penggunaan media pembelajaran animasi dan KIT IPA terhadap prestasi

belajar siswa jika dilihat dari gaya belajar dan motivasi berprestasi siswa?”. Secara

rinci dijabarkan sebagai berikut:

1. Apakah terdapat pengaruh penggunaan media pembelajaran animasi dan KIT IPA terhadap prestasi belajar siswa?

2. Apakah terdapat pengaruh gaya belajar visual dan kinestetik terhadap prestasi belajar siswa?

3. Apakah terdapat pengaruh motivasi berprestasi tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar siswa?


(27)

commit to user

4. Apakah terdapat interaksi antara media pembelajaran animasi dan KIT IPA dengan gaya belajar terhadap prestasi belajar siswa?

5. Apakah terdapat interaksi antara media pembelajaran animasi dan KIT IPA dengan motivasi berprestasi terhadap prestasi belajar siswa?

6. Apakah terdapat interaksi antara gaya belajar dengan motivasi berprestasi terhadap prestasi belajar siswa?

7. Apakah terdapat interaksi antara media pembelajaran animasi dan KIT IPA, gaya belajar, dan motivasi berprestasi terhadap prestasi belajar siswa?

E. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan perumusan masalah yang telah diajukan maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui:

1. Pengaruh penggunaan media pembelajaran animasi dan KIT IPA terhadap prestasi belajar siswa.

2. Pengaruh gaya belajar visual dan kinestetik terhadap prestasi belajar siswa. 3. Pengaruh motivasi berprestasi tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar siswa. 4. Interaksi antara media pembelajaran animasi dan KIT IPA dengan gaya belajar

terhadap prestasi belajar siswa.

5. Interaksi antara media pembelajaran animasi dan KIT IPA dengan motivasi berprestasi terhadap prestasi belajar siswa.

6. Interaksi antara gaya belajar dengan motivasi berprestasi terhadap prestasi belajar siswa.

7. Interaksi antara media pembelajaran animasi dan KIT IPA, gaya belajar, dan motivasi berprestasi terhadap prestasi belajar siswa.


(28)

commit to user

11

F. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan memiliki manfaat baik secara teoritis maupun praktis.

1. Manfaat teoritis:

a. Untuk menambah dan mengembangkan ilmu pengetahuan dalam mendukung teori-teori yang telah ada sehubungan dengan masalah yang diteliti.

b. Dengan memanfaatkan potensi yang ada diharapkan dapat mendorong fenomena penerimaan sains pada masyarakat dan menumbuhkan kreativitas. c. Hasil penelitian ini bisa dijadikan referensi bagi peneliti yang ingin melakukan

penelitian yang terkait.

2. Manfaat Praktis

a. Masukan kepada guru maupun tenaga kependidikan lainnya agar lebih mencermati dalam menentukan metode, model, maupun media pembelajaran sehingga mencapai tujuan dengan baik.

b. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai acuan dalam melakuan preoses pembelajaran.

c. Hasil penelitian ini dapat menjadi inspirasi bagi peneliti lain untuk melakukan pengembangan penelitian yang sejenis.


(29)

commit to user

12 BAB II

KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS

A. Kajian Teori 1. Hakikat Fisika

Fisika merupakan salah satu bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam atau dikenal dengan sains. Pengertian fisika menurut Brockhaus dalam Frietz Siemsen, dkk (1986: 3) adalah “pelajaran tentang kejadian alam yang memungkinkan penelitian dengan percobaan, pengukuran apa yang didapat, penyajian secara matematis dan berdasarkan peraturan-peraturan umum”. Definisi ini memberi pengertian bahwa fisika merupakan cabang pengetahuan yang dibangun berdasarkan pengamatan dan klasifikasi data, biasanya disusun dan diverifikasi dalam hukum-hukum yang bersifat kuantitatif, yang melibatkan aplikasi penalaran matematis dan analisis data terhadap gejala-gejala alam. Dengan demikian, pada hakikatnya fisika merupakan ilmu pengetahuan tentang gejala alam yang terdiri dari fakta, konsep, prinsip, teori, dan hukum yang teruji kebenarannya melalui suatu rangkaian kegiatan dengan metode ilmiah.

Bradt dan Dehmen (1977) menyatakan “fisika merupakan suatu uraian tentang semua kejadian fisikalis yang berdasarkan hukum dasar (Druxes et al. 1980 :3). Uraian tentang peristiwa-peristia diperoleh berdasarkan metode ilmiah yang dikembangkan dari prinsip, teori, hukum sebelumnya. Proses selanjutnya juga demikian, sehingga fisika/ilmu pengetahuan mengalami perkembangan. Piaget


(30)

commit to user

13

mengelompokkan ilmu fisika sebagai pengetahuan fisis. “Pengetahuan fisis adalah

pengetahuan akan sifat-sifat fisis dari suatu objek atau kejadian dalam bentuk, besar kekasaran, berat serta bagaimana objek-objek itu berinteraksi satu dengan yang

lainnya” (Paul Suparno, 1997: 12). Ilmu fisika merupakan sesuatu yang berkaitan

dengan objek nyata, sifat-sifat objek tersebut dapat diketahui dari pengamatan/penyelidikan dan saling berinteraksi satu sama lain berdasarkan hukum alam yang berlaku.

Fisika terdiri dari proses, produk, dan sikap. Proses fisika merupakan upaya pengumpulan dan penggunaan bukti untuk menguji dan mengembangkan gagasan dengan metode ilmiah yang terdiri dari; merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, mengumpulkan data, mengolah data, dan membuat kesimpulan. Produk merupakan konsep-konsep yang dihasilkan dari proses yang telah dilakukan seperti; konsep suhu dan kalor, besaran dan satuan, gelombang dan optik, kelistrikan, mekanika, dan lain sebagainya. Sedangkan sikap merupakan prilaku yang ditunjukkan oleh seseorang sebagaimana layaknya saintis seperti; berpikir logis, kritis, rasa ingin tahu yang tinggi, jujur, objektif, tekun, dan lain-lain. Suatu teori pada mulanya berupa gagasan imajinatif dan gagasan itu akan tetap sebagai gagasan imajinatif selama belum bisa menyajikan sejumlah bukti yang mendukung gagasan tersebut.

2. Belajar dan Pembelajaran

Pendidikan merupakan kebutuhan dasar bagi manusia, sejak keberadaannya di muka bumi manusia secara kontinue selalu dalam proses pendidikan. Sekolah sebagai lembaga formal tempat dilaksanakannya pendidikan menjadi keharusan


(31)

commit to user

untuk diadakan, karena ia adalah simbol adanya pendidikan dalam perspektif modern. Di sekolah, kegiatan pembelajaran merupakan kegiatan yang paling pokok, bahkan secara ekstrim bisa dikatakan tidak ada pendidikan tanpa proses pembelajaran. Beberapa definisi pembelajaran dikemukakan oleh pakar diantaranya sebagai berikut.

Walter Dick Lou Carey dalam Benny A. Pribadi (2009: 11) mendefinisikan

pembelajaran sebagai ”rangkaian peristiwa atau kegiatan yang disampaikan secara terstruktur dan terencanan dengan menggunakan sebuah atau beberapa jenis media”.

Selanjutnya, pembelajaran merupakan komunikasi dua arah, mengajar dilakukan oleh pihak guru sebagai pendidik, sedangkan belajar dilakukan oleh peserta didik atau murid (Saiful Sagala, 2008: 61). Berarti dalam pembelajaran terjadi interaksi antara guru dan siswa yang saling menguntungkan, mengarahkan, membimbing, memberi masukan, dan mengevaluasi dengan bantuan sebuah atau beberapa jenis media. Jika diperhatikan ada dua kata kunci dalam pembelajaran yaitu belajar dan mengajar. Berikut diuraikan pengertian belajar dan mengajar manurut beberapa ahli.

Belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu didapatkannya kecakapan baru yang disebabkan oleh usaha (Sumadi Suryabrata, 2004: 232). Perubahan dalam tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, perubahan-perubahan tersebut teraktualisasi dalam seluruh aspek tingkah laku. Sedangkan menurut Margono dalam Ngalim Purwanto (2006:

84) mendefinisikan “belajar adalah setiap perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman”. Dalam


(32)

commit to user

15

selama tidak ada pengetahuan lain yang bertentangan dengan pengetahuan tersebut. Sejalan dengan itu C. Witherington dalam Ngalim Purwanto (2006) berpendapat

bahwa “belajar adalah perubahan pada seluruh kepribadian seseorang yang

dinyatakan melalui penguasaan-penguasaan, pola respon, atau tingkah laku yang

baru, yang berupa perubahan ketrampilan, sikap, kebiasaan dan kesanggupan”. Jadi

belajar merupakan usaha untuk mendapatkan suatu kompetensi yang dengannya seseorang bisa mengalami perubahan tingkah laku dalam berinteraksi dengan lingkungannya.

Mengajar merupakan istilah yang umum dalam pendidikan, adanya pembelajaran karena adanya proses belajar mengajar. William H Burton dalam Syaiful Sagala (2003: 61) berpendapat “mengajar adalah upaya memberikan

stimulus, bimbingan pengetahuan, dan dorongan kepada siswa agar terjadi proses

belajar”. Mengajar yang efektif adalah mengajar yang dapat membawa belajar siswa

yang efektif pula, belajar disini adalah suatu aktifitas mencari, menemukan dan melihat pokok masalah. Rohmannata Wijaya dalam Gino dkk (1997: 23)

memberikan batasan “mengajar sebagai upaya guru untuk membangkitkan, yang

berarti menolong seseorang siswa belajar”. Gagne dalam Gino dkk (1997: 23)

memberikan pernyataan bahwa “mengajar sebagai suatu usaha sadar untuk membuat siswa belajar yaitu usaha sadar untuk terjadinya perubahan tingkah laku”. Jadi

mengajar merupakan suatu kegiatan yang dilakukan oleh seseorang kepada orang lain untuk membantunya sehingga terjadi perubahan tingkah laku pada diri seseorang tersebut.


(33)

commit to user 3. Teori Belajar

a. Teori Kognitif Jean Piaget

Piaget merupakan salah seorang tokoh yang disebut sebagai pelopor aliran konstruktivisme. Ia membedakan pengertian belajar menjadi dua yaitu belajar dalam arti sempit dan belajar dalam arti luas. Ginsburg dan Opper dalam Paul Suparno

(2000) memberikan pengertian “belajar dalam arti sempit adalah belajar yang hanya

menekankan perolehan informasi baru dan pertambahan. Sedangkan belajar dalam arti luas adalah belajar untuk memperoleh dan menemukan struktur pemikiran yang lebih umum yang dapat digunakan pada bermacam-macam situasi”. Belajar

merupakan aktifitas yang melibatkan proses berpikir yang sangat kompleks. Proses belajar terjadi antara lain mencakup pengaturan stimulus yang diterima dan menyesuaikannya dengan struktur kognitif yang sudah dimiliki dan terbentuk di dalam pikiran seseorang berdasarkan pemahaman dan pengalaman-pengalaman sebelumnya.

Salah satu sumbangan pemikirannya yang banyak digunakan sebagai rujukan untuk memahami perkembangan kognitif individu yaitu teori tentang tahapan perkembangan individu. Menurut Piaget perkembangan kognitif individu meliputi empat tahap yaitu: Sensorimotor (sensorymotor), Praoperasional

(preoperational), Operasional konkrit (concrete operational), dan Operasional

formal (formal operational).

Tahap sensori motor dimulai dari 0 - 2 tahun dalam kehidupan individu, pada periode ini individu mengatur alam dengan indera-inderanya (sensory) dan


(34)

commit to user

17

pada umur ini individu belum mampu melaksanakan operasi-operasi mental seperti menambah ataupun mengurangi. Tahapan ini terdiri dari dua bagian yaitu antara umur 2 – 4 tahun disebut pralogis dan antara umur 4 – 7 disebut tahap pemikir intuitif. Tahap operasional konkrit adalah tahap antara 7 – 11 tahun, tahap ini merupakan permulaan berpikir rasional yaitu memiliki operasi-operasi logis yang dapat diterapkan pada masalah-masalah konkrit. Tahap perkembangan kongnitif yang terakhir yaitu tahap operasional formal dimulai dari 11 tahun ke atas. Pada tahap ini individu sudah dapat menggunakan operasi-operasi konkritnya untuk membentuk operasi-operasi yang lebih kompleks atau sudah dapat berpikir abstrak.

Pemikiran lain dari Piaget tentang proses rekonstruksi pengetahuan individu yaitu asimilasi dan akomodasi. Asimilasi adalah proses kognitif dimana seseorang mengintegrasikan persepsi, konsep, atau pengalaman baru ke dalam skema atau pola yang sudah ada di dalam pikirannya. Sedangkan akomodasi adalah pembentukan skema baru atau mengubah skema lama (the difference made to one’s mind or concepts by the process of assimilation).

Dikemukakannya pula, bahwa belajar akan lebih berhasil apabila disesuaikan dengan tahap perkembangan kognitif peserta didik. Peserta didik hendaknya diberi kesempatan untuk melakukan eksperimen dengan obyek fisik, yang ditunjang oleh interaksi dengan teman sebaya dan dibantu oleh pertanyaan tilikan dari guru. Sebagai fasilitator yang baik, guru hendaknya banyak memberikan rangsangan kepada peserta didik agar mau berinteraksi dengan lingkungan secara aktif, mencari dan menemukan berbagai hal dari lingkungan untuk menemukan konsep-konsep baru kemudian dikonstruk menjadi pengetahuan.


(35)

commit to user

Implikasi teori perkembangan kognitif Piaget dalam pembelajaran adalah bahasa dan cara berpikir anak berbeda dengan orang dewasa, oleh karena itu guru mengajar dengan menggunakan bahasa yang sesuai dengan cara berpikir anak. Anak-anak akan belajar lebih baik apabila dapat menghadapi lingkungan dengan baik, guru harus membantu anak agar dapat berinteraksi dengan lingkungan sebaik-baiknya. Bahan yang harus dipelajari anak hendaknya dirasakan baru tetapi tidak asing. Berikan peluang agar anak belajar sesuai tahap perkembangannya. Di dalam kelas, anak-anak hendaknya diberi peluang untuk saling berbicara dan diskusi dengan teman-temanya.

Sesuai dengan subjek penelitian yaitu tinggkat SMA yang pada umumnya sudah berusia 11 tahun keatas, maka tahapan perkembangan kognitif mereka ada pada fase operasional formal, artinya siswa sudah dapat berpikir logis, berpikir dengan pemikiran teoritis formal berdasarkan hipotesis-hipotesis, dan dapat mengambil kesimpulan dari apa yang diamatinya. Dalam pembelajaran sub bab pengaruh kalor terhadap suatu benda, siswa sering melihat/melakukan proses pemanasan air dalam kehidupan sehari-hari. Ketika air diberi kalor lama-kelamaan air akan panas dan mendidih bahkan sampai tumpah, pengalaman seperti ini didapatkan dalam proses pembelajaran, dari pembelajaran siswa mengetahui suhu air akan naik dan air akan mengalami pemuaian dan bahkan habis jika terus diberikan kalor. Antara pengalaman dan hasil pembelajaran kemudian dipadukan dalam struktur kognitif siswa. Jika konsep tersebut sesuai dengan pengalaman siswa maka terjadi proses asimilasi, tetapi jika konsep tersebut tidak sesuai dengan pengalaman siswa maka terjadi proses akomodasi. Disinilah letak peran model CTL dalam


(36)

commit to user

19

pembelajaran fisika yang didukung dengan menggunakan media pembelajaran animasi dan KIT IPA.

b. Teori Belajar Robert Gagne

Asumsi yang mendasari teori ini adalah bahwa pembelajaran merupakan faktor yang sangat penting dalam perkembangan. Perkembangan merupakan hasil kumulatif dari pembelajaran. Menurut Gagne dalam pembelajaran terjadi proses penerimaan informasi, untuk kemudian diolah sehingga menghasilkan keluaran dalam bentuk hasil belajar. Dalam pemrosesan informasi terjadi adanya interaksi antara kondisi-kondisi internal dan kondisi-kondisi eksternal individu. Kondisi internal yaitu keadaan dalam diri individu yang diperlukan untuk mencapai hasil belajar dan proses kognitif yang terjadi dalam individu. Sedangkan kondisi eksternal adalah rangsangan dari lingkungan yang mempengaruhi individu dalam proses pembelajaran.

Gagne dalam Ratna Wilis Dahar (1989) mengemukakan, ada lima kemampuan yang didapatkan dari hasil belajar yaitu: keterampilan intelektual, strategi kognitif, sikap, informasi verbal, dan keterampilan motorik. Kelima hasil

belajar

ini akan tercermin pada diri siswa melalui penampilan-penampilan ketika berinteraksi dengan lingkungannya, penampilan-penampilan yang dapat diamati sebagai hasil-hasil belajar disebut kemampun-kemampuan (capabilities).

Kemampuan-kemampuan tersebut perlu dibedakan, karena kemampuan-kemampuan itu memungkinkan berbagai macam penampilan manusia, dan juga karena kondisi untuk memperoleh berbagai kemampuan tersebut berbeda-beda.


(37)

commit to user

Bertitik tolak dari model belajarnya, yaitu model pemrosesan informasi. Gagne mengemukakan delapan fase dalam satu tindakan belajar yaitu: motivasi, pengenalan, pemerolehan, penyimpanan, pengingatan kembali, generalisasi, penampilan, dan umpan balik. Jadi untuk memperoleh kelima kemampuan-kemampuan yang telah disebutkan di atas, siswa harus melalui kedelapan tahapan proses fase tersebut.

Jika diperhatikan dengan seksama, komunikasi yang terjadi dalam interaksi belajar mengajar merupakan proses penerimaan dan pengolahan informasi oleh peserta didik. Dalam melakukan interaksi, tidak hanya terjadi dengan sesama manusia tetapi lebih luas dari itu, pada saat melakukan pembelajaran interaksi terjadi antara siswa dengan media pembelajaran. Siswa melakukan pengamatan/percobaan terhadap suatu permasalahan, dari hasil tersebut kemudian siswa diharapkan mampu mengolah informasi yang didapatkan selanjutnya disampaikan kepada orang lain. Hal tersebut sesuai dengan prinsip CTL yang memperhatikan penerimaan dan pengolahan informasi dalam pembelajaran, untuk membantu siswa dalam mendapatkan informasi diperlukan media pembelajaran yang sesuai dengan model pembelajaran yang digunakan yaitu media pembelajaran animasi dan KIT IPA. c. Teori Belajar Ausubel

David Ausubel seorang ahli psikologi pendidikan memberikan penekanan pada belajar bermakna. Sesuatu yang bermakna secara umum dapat diartikan sebagai sesuatu yang mempunyai nilai lebih. Ausubel dalam Ratna Wilis Dahar (1989) menyatakan bahwa, belajar dapat diklasifikasikan ke dalam dua dimensi yaitu dimensi pertama adalah belajar penemuan/penerimaan, dan dimensi kedua adalah


(38)

commit to user

21

belajar bermakna/hafalan. Dimensi pertama berhubungan dengan cara informasi atau materi pelajaran disajikan pada siswa melalui penerimaan atau penemuan. dimensi kedua berhubungan dengan cara bagaimana siswa dapat mengaitkan informasi pada struktur kognitif yang telah ada. Struktur kognitif meliputi fakta-fakta, konsep-konsep serta generalisasi yang telah dipelajari dan diingat oleh siswa.

Dalam belajar siswa menghubungkan atau mengaitkan informasi baru yang dipelajari dengan pengetahuan yang telah dimilikinya, dalam hal ini terjadi belajar bermakna. Dengan kata lain belajar bermakna merupakan suatu proses belajar dimana informasi baru yang dimasukkan bisa diterima atau sesuai dengan konsep-konsep yang terdapat dalam struktur kognitifnya. Hal ini dapat berlangsung apabila melalui belajar konsep dan perubahan konsep baru akan mengakibatkan perkembangan dan perubahan struktur konsep yang telah ada atau dimiliki siswa. Dalam belajar siswa juga dapat menghafalkan informasi tersebut tanpa menghubungkannya dengan konsep-konsep atau pengetahuan yang telah ada dalam struktur kognitifnya, dalam hal ini terjadi belajar hafalan. Belajar menghafal diperlukan apabila dalam struktur kognitif siswa belum ada konsep atau informasi baru yang dipelajari.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa belajar bermakna pada intinya merupakan proses mengkaitkan informasi baru yang diperoleh siswa pada konsep-konsep relevan yang terdapat dalam struktur kognitif siswa tersebut. Belajar dengan mengasosiasikan konsep atau informasi baru ke dalam skema yang dimiliki siswa adalah sangat penting. Dalam kegiatan belajar, siswa mengkonstruksi apa yang dipelajari oleh siswa sendiri, sehingga siswa dapat mengembangkan skema yang ada


(39)

commit to user

dan bahkan mengubahnya. Belajar tidak hanya sekedar proses menghafal semata tetapi lebih pada kebermaknaan/memberi manfaat pada siswa.

Teori ini sesuai dengan komponen CTL yang pertama yaitu konstruktivis. Suatu contoh pembelajaran pada sub bab perpindahan kalor, siswa sering memengang alat dapur yang dilapisi plastik dengan yang tidak dilapisi plastik ketika alat tersebut digunakan untuk memasak. Dari pengalaman tersebut diperoleh pengetahuan bahwa, alat yang tidak dilapisi plastik akan terasa panas dan sebaliknya alat yang dilapisi plastik akan terasa tidak panas, setalah melakukan pembelajaran diperoleh konsep bahwa plastik termasuk benda yang jelek menghantarkan kalor sedangkan logam termasuk benda yang baik menghantarkan kalor. Kemudian kedua pengalaman tersebut dikonstrukkan/dikaitkan sehingga menjadi pengetahuan yang kuat, dengan demikian terjadilah belajar bermakna.

4. Contextual Teaching and Learning (CTL)

Pembelajaran kontekstual adalah pembelajaran yang memungkinkan siswa TK sampai SMA untuk menguatkan, memperluas, dan menerapkan pengetahuan dan keterampilan akademik mereka dalam berbagai macam tatanan dalam sekolah dan luar sekolah agar dapat memecahkan masalah dunia nyata atau masalah-masalah yang disimulasikan (university of Washington dalam Trianto, 2007).

Menguatkan pengetahuan dapat terjadi dalam pembelajaran kontekstual karena siswa menghubungkan teori baru yang didapat dengan pengalaman yang sudah diperoleh sebelumnya. Memperluas pengetahuan dapat terjadi karena dalam pembelajaran kontekstual siswa diharapkan dapat belajar dalam kelompok belajar (learning


(40)

commit to user

23

Pembelajaran kontekstual adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari, dengan melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran kontekstual yakni: pemodelan (modeling), inkuiri

(inquiry), konstruktivisme (contructivism), bertanya (questioning), masyarakat

belajar (learning community), refleksi (reflection), dan penilaian autentik (authentic

assesment).

a. Pemodelan(modeling)

Dalam sebuah pembelajaran keterampilan atau pengetahuan tertentu, ada model yang bisa ditiru oleh siswanya, misalnya guru memodelkan langkah-langkah melakukan percobaan pemuaian panjang dengan demonstrasi sebelum siswa melakukan suatu tugas tertentu. Guru bukan satu-satunya model, pemodelan dapat dirancang dengan melibatkan siswa, seorang bisa ditunjuk untuk memodelkan sesuatu berdasarkan pengalaman yang diketahuinya.

b. Inkuiri(inquiry)

Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa diharapkan bukan hasil mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi hasil dari menemukan sendiri. Guru harus merancang kegiatan yang merujuk pada kegiatan menemukan, misalnya: melakukan penyelidikan terhadap perubahan wujud zat, dari pemodelan yang dilakukan guru siswa diharapkan dapat merumuskan masalah, membuat hipotesis, kemudian melakukan penyelidikan untuk mendapatkan data, analisis data, dan menarik kesimpulan. Guru mengarahkan siswa untuk mengamati setiap kejadian-kejadia pada


(41)

commit to user

setiap fase perubahan wujud. Menurut Kinsvatter, Wilen, dan Ishler dalam Paul Suparno (2007: 65), “langkah-langkah metode inkuiri meliputi, identifikasi persoalan, membuat hipotesis, mengumpulkan data, menganalisa data, dan membuat kesimpulan”. Langkah-langkah tersebut hampir sama dengan metode ilmiah, karena pada dasarnya kegiatan inkuiri merupakan kegiatan ilmiah.

c. Bertanya(questioning)

Belajar dalam pembelajaran dipandang sebagai kegiatan guru untuk mendorong, membimbing, dan menilai kemampuan berpikir siswa. Bagi siswa, kegiatan bertanya merupakan bagian penting dalam melaksanakan pembelajaran yang berbasis inkuiri, yaitu menggali informasi, mengkonfirmasikan sesuatu yang sudah diketahui, dan mengarahkan perhatian pada aspek yang belum diketahuinya. Misalnya dalam proses perubahan wujud zat, pertanyaan yang dapat diajukan adalah mengapa, bagaimana, perubahan wujud zat dapat terjadi dan lain sebagainya.

d. Konstruktivisme(contructivism)

Pendekatan ini pada dasarnya menekankan pentingnya siswa membangun sendiri pengetahuan mereka lewat keterlibatan aktif proses belajar mengajar. Proses belajar mengajar lebih diwarnaistudent centered daripada teacher centred. Sebagian

besar waktu proses belajar mengajar berlangsung dengan berbasis pada aktifitas siswa. Misalnya siswa melakukan pengamatan/percobaan tentang kesetimbangan panas, dari aktifitas tersebut siswa dapat membangun sendiri pengetahuannya terhadap konsep kesetimbangan panas dibantu oleh guru sebagai fasilitator proses belajar dengan menjadikan pengetahuan bermakna dan relevan bagi siswa, memberi


(42)

commit to user

25

kesempatan siswa menemukan dan menerapkan idenya sendiri, dan menyadarkan siswa agar menerapkan strategi mereka sendiri dalam belajar.

e. Masyarakat belajar(learning community)

Konsep masyarakat belajar menyarankan agar hasil pembelajaran diperoleh dari kerjasama dengan orang lain. Hasil belajar yang diperoleh dari sharing antar

teman, antar kelompok, dan antara yang tahu ke yang belum tahu. Di ruang ini, di kelas ini, disekitar sini, juga orang-orang yang ada di luar sana, semuanya adalah anggota masyarakat belajar. Misalnya setelah melakukan pengamatan/percobaan mengenai pengaruh kalor terhadap suatu zat, siswa diharapkan melakukan diskusi dengan teman-temannya tentang hasil pengamatan/percobaan yang diperoleh. Dari hasil diskusi-diskusi yang dilakukan didapatkan kesimpulan-kesimpulan, kesimpulan-kesimpulan itulah yang menjadi hasil pembelajaran.

f. Refleksi(reflection)

Refleksi adalah cara berpikir tentang konsep-konsep yang baru dipelajari atau berpikir ke belakang tentang apa-apa yang sudah dilakukan dimasa yang lalu. Siswa mengendapkan apa yang baru dipelajarinya sebagai struktur pengetahuan baru, yang merupakan pengayaan atau revisi dari pengetahuan sebelumnya. Refleksi merupakan respon terhadap kejadian, aktifitas, atau pengetahuan yang baru diterima. Misalnya siswa melakukan perenungan kembali terhadap proses pembelajaran perpindahan kalor, pada tahap tersebut apakah siswa mengendapkan pengetahuan baru dengan tidak membuang pengetahuan lama atau terjadi konflik kognitif pada diri siswa. Jika pengetahuan yang baru didapatkan sesuai dengan struktur kognitifnya maka pengetahuan itu semakin kuat, tetapi jika tidak sesuai dengan struktur kognitif


(43)

commit to user

yang sudah ada maka akan terjadi struktur kognitif baru dengan mengganti struktur lama. Realisasi refleksi berupa, pertanyaan langsung tentang apa-apa yang diperolehnya hari itu, catatan atau jurnal di buku siswa, kesan dan saran siswa mengenai pembelajaran hari itu, diskusi, dan hasil karya.

g. Penilaian autentik(authentic assesment)

Assesment adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa memberikan

gambaran perkembangan belajar siswa. Karena assesment merupakan proses

pembelajaran, maka data yang dikumpulkan harus diperoleh dari kegiatan nyata yang dikerjakan siswa pada saat melakukan proses pembelajaran. Penilaian autentik menilai pengetahuan dan ketempilan yang diperoleh siswa. Penilaian tidak hanya guru, tetapi bisa juga teman lain atau orang lain. Misalnya pada saat melakukan percobaan perubahan wujud zat, aspek yang dinilai seperti, cara siswa merangkai alat, merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, melakukan pengukuran suhu, menyimpulkan hasil pengamatan dan lain-lain. Karakteristik penilain autentik adalah dilaksanakan selama dan sesudah proses pembelajaran berlangsung, bisa digunakan untuk formatif maupun sumatif, yang diukur keterampilan dan performansi, bukan mengingat fakta, berkesinambungan, terintegrasi, dan dapat digunakan sebagai feed

back.

5. Media Pembelajaran

Proses pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru kepada siswa merupakan interaksi dua arah yaitu antara guru dan siswa. Dalam interaksi tersebut tidak terlepas dari peran media sebagai alat bantu untuk mempermudah penyampaian informasi kepada siswa. Menurut Wina Sanjaya (2008) “media adalah segala sesuatu yang


(44)

commit to user

27

dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima yang dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat sehingga proses belajar dapat terjadi”. Media berkembang sebagai alat bantu mengajar yang dapat memberikan pengalaman konkrit, meningkatkan pemahaman materi dan daya serap yang cukup tinggi. Setidaknya ada empat fungsi media pembelajaran khususnya media visual menurut Levied dan Lentz dalam Azhar Arsyad yaitu; fungsi atensi, fungsi afektif, fungsi kognitif, dan fungsi kompensatoris. Fungsi atensi mengarahkan perhatian siswa untuk berkonsentrasi kepada isi pelajaran yang berkaitan dengan makna visual. Fungsi afektif yaitu gambar atau lambang visual dapat menggugah emosi dan sikap siswa. Fungsi kognitif yaitu gambar atau lambang visual dapat memperlancar pencapaian tujuan untuk memahami dan mengingat informasi atau pesan. Fungsi kompensatoris yaitu media pembelajaran berfungsi untuk mengakomodasi siswa yang lambat menerima dan memahami isi pelajaran yang disajikan dengan teks atau disajikan secara verbal.

Banyak manfaat yang dapat diambil dari media pembelajaran, seperti: pembelajaran menjadi lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar. Bahan ajar yang disampaikan dalam pembelajaran menjadi lebih jelas maknanya terutama pada materi-materi yang bersifat abstrak. Penyajian yang disampaikan guru dalam pembelajran menjadi lebih bervariasi, sehingga tidak membosankan.

Media memengang peranan penting dalam pembelajaran pada hal-hal tertentu. Untuk obyek yang terlalu besar dapat diganti dengan media gambar, film atau model. Untuk obyek yang terlalu kecil dapat dibantu dengan proyektor mikro, film bingkai,


(45)

commit to user

film atau gambar. Untuk gerak yang terlalu lambat atau terlalu cepat dapat dibantu dengan rekaman ulang yang dipercepat atau diperlambat. Kejadian atau peristiwa masa lalu bisa ditampilkan lagi lewat rekaman film, video, film bingkai atau foto. Obyek yang terlalu kompleks dapat disajikan dengan model atau diagram. Konsep dengan cakupan yang terlalu luas dapat disajikan dalam bentuk film atau video. Film atau video juga memiliki keunggulan karena bersifat lebih menghibur.

Berdasarkan karakteristiknya media dibagi menjadi: a) Media grafis termasuk didalamnya adalah gambar/foto, sketsa, diagram, bagan, grafik, kartun dan KIT IPA, poster, papan panel dan bulletin; b) Media audio termasuk dalam jenis ini adalah radio, tape recorder, laboratorium bahasa; c) Media proyeksi termasuk dalam jenis transparansi, proyektor dan film.

6. Media Pembelajaran Animasi

Kata animasi berasal dari kata animation yang berasal dari kata dasar to

anime di dalam kamus berarti menghidupkan. Secara umum animasi merupakan

suatu kegiatan menghidupkan, menggerakkan benda mati. Suatu benda mati diberi dorongan, kekuatan, semangat dan emosi untuk menjadi hidup atau hanya berkesan hidup. Perkembangan dunia animasi komputer yang pesat dewasa ini memerlukan waktu puluhan tahun dalam proses penciptaannya. Animasi secara harfiah berarti membawa hidup atau bergerak. Secara umum menganimasi suatu objek merupakan kegiatan untuk menggerakkan objek tersebut agar menjadi hidup. Animasi mulai dikenal sejak populernya media televisi yang mampu menyajikan gambar-gambar bergerak hasil rekaman kegiatan dari makhluk hidup, baik manusia, hewan, maupun tumbuhan.


(46)

commit to user

29

Perkembangan animasi semenjak munculnya pertelevisian, pada awalnya diciptakan animasi berbasis dua dimensi (2D Animation). Realisasi nyata dari

perkembangan animasi dua dimensi yang cukup revolusioner berupa dibuatnya film-film kartun. Pembuatan animasi film-film kartun tersebut pada awalnya dikerjakan dengan membuat sketsa gambar yang digerakkan satu demi satu, jadi kesimpulannya animasi merupakan suatu gambar objek yang dapat bergerak. Pendesain animasi di komputer yang lebih umum disebut dengan animator, hanya perlu menganimasikan objek antar keyframe tidak perlu lagi membuat animasi frame demi frame seperti dalam

pembuatan animasi gambar demi gambar dalam pembuatan kartun film konvensional. Sedangkan frame-frame antar keyframe tersebut akan diterjemahkan

sendiri oleh komputer menjadi sebuah gerakan seperti yang diinginkan animator. Perkembangan dunia animasi komputer sekarang sudah sangat pesat, apalagi sejak diciptakannya animasi berbasis tiga dimensi (3D Animation) yang mempunyai

ukuran panjang, lebar, dan tinggi (Z-axis) maka objek dan pergerakkannya hampir

mendekati kenyataan aslinya. Hanya saja objek tersebut dibuat dunia maya (Virtual

reality). Perkembangan ini juga dilengkapi dengan berbagai perangkat lunak yang

mendukung seperti misalnya Macromedia flash, GIF animation dan corel Rave

sebagai software-software pendukung animasi dua dimensi, sedangkan 3D MAX

Studio, Alias Wave Front AMA, Light Wave, dan cinema 4D, sebagai software

-softwareinti popular pendukung animasi 3 dimensi. Keuntungan yang diperoleh bagi

para pekerja atau bisa juga disebut sebagai animator adalah dalam pembuatan sekuel film, pembuatan sebuah iklan multimedia, pengisi spesial effect dalam pembuatan


(47)

commit to user

Mendesain sebuahweb yang dinamis dan interaktif atau jika dikaji lebih jauh

bahwa seorang animator dapat mengkreasi sebuah objek atau efek yang tidak mampu dihasilkan camera man misalnya seorang animator mampu membuat visualisasi

angin topan, gunung meletus yang mengeluarkan lava panas, menghidupkan kembali monster dinosaurus yang sudah punah beberapa abad silam, merobohkan gedung, membuat pesawat semahal F-16 meledak dan terbakar

Peranan animasi terutama animasi dalam dunia komputer dan peranan animator sebagai sang arsitek pendesain sebuah animasi cukup memberikan kemudahan dalam dunia maya. Dengan adanya dukungan software animasi berbasis

3 dimensi ini, maka sutradara tidak perlu lagi mendatangkan seorang aktris atau aktor yang bayarannya mahal dalam pembuatan film. misalnya cukup dengan mempunyai foto tampak samping dan tampak depan maka dapat kelihatan mirip dengan aslinya, dalam bentuk tiga dimensi (3D).

7. KIT IPA

Alat peraga KIT Ilmu Pengetahuan Alam adalah peralatan IPA yang diproduksi dan dikemas dalam kotak unit pengajaran, yang menyerupai rangkaian peralatan uji coba keterampilan proses pada bidang studi IPA serta dilengkapi dengan buku pedoman penggunaannya. Wibawa dan Mukti (1992: 52) mengatakan bahwa “Media/alat peraga KIT Ilmu Pengetahuan Alam atau loan boxes merupakan salah satu dari media tiga dimensi”. Media tiga dimensi dapat memberi pengalaman yang mendalam dan pemahaman yang lengkap akan benda-benda nyata. Loan boxes adalah kotak yang mempunyai bentuk dan besarnya sesuai dengan keperluan. Kotak ini diisi dengan item-item yang berhubungan dengan unit pelajaran.


(48)

commit to user

31

KIT Ilmu Pengetahuan Alam adalah kotak yang berisi alat-alat IPA. Seperangkat peralatan Ilmu Pengetahuan Alam tersebut mengarah pada kegiatan yang berkesinambungan atau berkelanjutan. Peralatan Ilmu Pengetahuan Alam yang dirancang dan dibuat ini menyerupai rangkaian peralatan uji coba ketrampilan proses pada bidang studi Ilmu Pengetahuan Alam. Sebagai alat yang dirancang dan dibuat secara khusus, maka dapat diartikan bahwa KIT Ilmu Pengetahuan Alam merupakan suatu sistem yang didesain atau dirancang secara khusus untuk suatu tujuan tertentu.

KIT IPA dibagi menjadi beberapa jenis antara lain: KIT IPA untuk siswa yang dibutuhkan oleh kelompok-kelompok siswa untuk percobaan, KIT IPA untuk guru yang dibutuhkan oleh guru untuk percobaan, KIT IPA daftar nama benda-benda dan bahan-bahan dari lingkungan yang diperlukan untuk percobaan tertentu. KIT IPA sangat diperlukan dalam pembelajaran IPA karena dengan menggunakan alat peraga guru dapat terbantu dalam menjelaskan fenomena, fakta mengenai alam. Menurut winata putra (1999: 272)“Alat peraga dapat membantu siswa untuk berpikir logis dan sistematis sehingga mereka pada akhirnya mempunyai pola pikiran yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari”. Alat peraga berfungsi membantu guru dalam memberikan penjelasan konsep, merumuskan dan membentuk konsep, melatih siswa dalam keterampilan memberi/percobaan, penguatan konsep pada siswa, melatih siswa dalam pemecahan masalah, dan mendorong siswa berpikir kritis.

Sebagai langkah awal dalam menggunakan Alat peraga KIT IPA, guru harus meyakinkan diri bahwa siswa mengetahui nama dari bagian-bagian peralatan yang berbeda dengan benar. Siswa juga harus mengetahui cara merakit peralatan sesuai dengan petunjuk dari buku/guru serta memperagakan cara merakit peralatan. Selain


(49)

commit to user

itu, siswa juga diminta untuk mengamati dengan teliti sehingga dapat menunjukkan bagaimana teknik yang digunakan dalam mengamati hasil percobaan serta fokus perhatian. Dari hasil pengamatan, siswa menuliskan kedalam buku catatan atau lembar pengamatan yang telah disediakan. Dengan demikian siswa selalu termotivasi dalam belajar ketika menggunakan KIT IPA.

KIT Ilmu Pengetahuan Alam mempunyai kedudukan yang sangat penting dalam pembelajaran IPA, yaitu: membantu pengembangan konsep-konsep Ilmu Pengetahuan Alam, media dapat memberi dasar yang konkrit untuk berpikir sehingga dapat mengurangi terjadinya verbalisme, memberikan pengalaman nyata yang dapat menumbuhkan kegiatan sendiri, dan menimbulkan pemikiran yang teratur dan berkesinambungan. Menurut Budiningsih dalam Jurnal Teknologi Pendidikan (1996: 51) mengemukakan bahwa “media yang diproduksi dan dikemas dalam bentuk kotak unit pengajaran (KIT) yang dilengkapi dengan buku petunjuk penggunaannya adalah untuk menanamkan konsep atau pemahaman siswa terhadap suatu objek atau peristiwa-peristiwa pembelajaran secara utuh”. Berdasarkan definisi tersebut dapat dikatakan, KIT IPA merupakan suatu alat praktikum yang komplit tentang suatu pokok bahasan tertentu yang dikemas dalam kotak disertai pedoman penggunaannya.

Pemakaian atau penggunaan alat peraga Komponen Instrumen Terpadu Ilmu Pengetahuan Alam tersebut disesuaikan dengan jenis percobaan yang akan diajarkan guru di sekolah. Hal-hal yang harus dipertimbangkan dalam memilih atau menentukan alat-alat pembelajaran dari KIT IPA yang akan digunakan pada waktu mengajar, diantaranya adalah materi yang akan diajarkan, tujuan pembelajaran,


(50)

commit to user

33

spesifikasi alat yang akan digunakan, proses urutan mendemonstasikan alat, serta validitas alat.

Ciri-ciri keberhasilan siswa dalam penggunaan KIT IPA adalah siswa menyadari arah yang dituju dalam proses pembelajaran, siswa merasa mendapat tanggung jawab pada beban yang diberikan, siswa merasa tidak bosan, mengantuk, dan berkonsentrasi terhadap materi yang diberikan guru, motivasi siswa banyak tumbuh dari dalam diri siswa, dan kreatifitas siswa berkembang dengan baik.

8. Gaya Belajar

a. Pengertian gaya belajar

Seseorang memiliki perbedaan dalam menyerap, mengatur dan mengolah informasi. Seseorang yang menyadari bahwa bagaimana caranya menyerap dan mengolah informasi, maka akan menjadikan dirinya lebih mudah belajar dan berkomunikasi dengan gayanya sendiri. Gaya belajar seseorang (siswa) merupakan kunci untuk mengembangkan kinerja dalam pekerjaan di sekolah dan dalam situasi antar pribadi. Dengan mengetahui gaya belajar yang berbeda akan membantu guru dalam mendekati siswa-siswanya untuk menyampaikan informasi dengan gaya yang berbeda pula.

Rita Dum, seorang pelopor bidang gaya belajar menemukan beberapa variabel yang mempengaruhi cara belajar seseorang. Variabel itu meliputi beberapa faktor yaitu: fisik, emosional, sosiologis, dan lingkungan. Telah disebutkan di atas bahwa gaya belajar seseorang berbeda satu dengan yang lain, ada yang belajar dengan baik bila mendengarkan musik, tetapi ada yang lebih senang belajar bila di


(51)

commit to user

ruangan yang sepi, ada yang suka belajar bila lingkungan belajarnya teratur dan rapi tetapi ada pula yang menggelar segala sesuatunya untuk dapat dilihatnya.

Para peneliti telah bersepakat dan menemukan berbagai cara untuk mengatasi berbagai gaya belajar seseorang, yang secara umum dikategorikan menjadi dua yaitu pertama bagaimana kita menyerap informasi dengan mudah (modalitas), kedua bagaimana cara kita mengatur dan mengelola informasi tersebut. Deporter dan Hernacki (2005: 111-112) menyatakan bahwa “gaya belajar seseorang adalah kombinasi dari bagaimana ia menyerap dan kemudian mengatur serta mengolah informasi”. Jadi gaya belajar erat kaitannya dengan media yang membantu seseorang untuk mendapat informasi dengan lebih mudah dan tahan lama kemudian ia mampu mengelola informasi tersebut dengan baik sebagai sebuah pengetahuan serta mampu dikomunikasikan kembali sebagai informasi baru.

b. Teori Gaya Belajar

Pada awal pengalaman belajar, salah satu di antara langkah-langkah pertama guru adalah mengenali modalitas seseorang/siswa sebagai modalitas visual, auditorial, atau kinestetik. Kolb (1995) berpendapat bahwa

Gaya belajar dapat diperingkat disepanjang kontinu yang diawali dari: pengalaman konkrit (yang terlihat di dalam sebuah pengalaman baru) yang dilalui, observasi reflektif (mengamati orang lain atau mengembangkan pengalaman sendiri), konseptualisasi abstrak (menciptakan teori untuk menjelaskan observasi) untuk melakukan, eksperimentasi aktif (dengan menggunakan berbagai teori untuk mengatasi masalah dan mengambil keputusan.

Meier (2005: 97) menyatakan “ketajaman visual, lebih menonjol pada sebagian orang dan sangat kuat dalam diri seseorang. Alasannya adalah bahwa di dalam otak terdapat lebih banyak perangkat untuk memproses informasi visual


(52)

commit to user

35

daripada semua indera yang lain”. Lebih lanjut Meier (2005: 98) menyatakan bahwa “setiap orang (terutama pelajar visual) lebih mudah belajar jika dapat melihat apa yang sedang dibicarakan seseorang penceramah atau sebuah buku atau program komputer”. Berkaitan dengan hal di atas, Deporter dan Hernacki (2005: 116-117) menyebutkan ciri-ciri orang visual adalah sebagai berikut: rapi dan teratur, perencana dan pengatur jangka panjang yang baik, teliti terhadap detail, mengingat apa yang dilihat daripada yang didengar, mengingat dengan asosiasi visual, mempunyai masalah untuk mengingat instruksi verbal kecuali jika ditulis.

Masih dalam konteks yang sama Meier (2005: 95) juga memberikan komentarnya terhadap gaya belajar auditori, ia menyatakan bahwa “pikiran auditori kita lebih kuat daripada yang kita sadari, telinga kita terus menerus menangkap dan menyimpan informasi auditori, bahkan tanpa kita sadari kita membuat suara sendiri dan berbicara, beberapa area penting di otak kita menjadi aktif”. Akan tetapi, semua pembelajar terutama yang memiliki kecenderungan auditori yang kuat belajar dari suara, dialog, membaca keras, menceritakan kepada orang lain apa yang baru saja mereka alami, berbicara dengan diri sendiri, mengingat bunyi dan irama, mendengarkan kaset, dan mengulang suara dalam hati.

Gaya belajar yang selanjutnya adalah gaya belajar kinestetik, dalam hal ini Meier (2005: 95) juga mengutarakan pemahamannya sebagai berikut “belajar somatis berarti belajar dengan indera peraba, kinestetis, praktis melibatkan fisik dan menggunakan serta menggerakkan tubuh sewaktu belajar”. Kemudia DePorter dan Hernacki (2005: 119-200) menyebutkan ciri-ciri orang kinestetik: selalu berorientasi pada fisik dan banyak bergerak, belajar melalui manipulasi dan praktik,


(53)

commit to user

menggunakan jari sebagai penunjuk ketika membaca, banyak menggunakan isyarat bahasa tubuh, ingin melakukan segala sesuatu, dan menyukai permainan yang menyibukkan.

Jadi dari uraian di atas dapat disimpulakan bahwa ada tiga kategori gaya belajar yaitu gaya belajar visual, gaya belajar auditorial, dan gaya belajar kinestetik. Pelajar visual yaitu pelajar belajar baik dengan melihat gambar, grafik, slides, demonstrasi, film, grafis warna-warni dapat membantu mereka menyimpan informasi. Pelajar auditori, senang belajar melalui mendengarkan orang lain berbicara dan mendengarkan rekaman suara, mereka akan mendapat manfaat dari misalkan menyiapkan rekaman suara untuk ditulis. Pelajar taktil/kinestetis yaitu pelajar yang belajar paling baik melalui sentuhan dan gerakan, dan oleh karenanya senang bekerja denganhans on manipulative.Mereka juga senang bermain peran dan

kegiatan yang menggunakan anggota tubuh sebagai alat pengingat, misalnya isyarat tangan.

9. Motivasi Berprestasi a. Pengertian Motivasi

Motivasi berasal dari kata motif yang dapat diartikan sebagai kekuatan yang terdapat dalam diri individu, yang menyebabkan individu tersebut bertindak atau berbuat. Sedangkan motivasi dapat diartikan “sebagai dorongan yang terdapat dalam diri seseorang untuk melakukan aktifitas tertentu demi mencapai tujuan tertentu” (Hamzah B. Uno, 2006: 3). Menurut McDonald dalam Hamalik (2001:106) motivasi adalah suatu perubahan energi dalam diri pribadi seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan”. Sedangkan menurut David


(54)

commit to user

37

Mc. Clelland, Abraham Maslow dalam Angkono A. Kosasih (2007: 34) mengemukakan bahwa “motivasi adalah suatu prosespsikologis yang mencerminkan interaksi antara sikap, kebutuhan, persepsi dan keputusan yang terjadi pada diri seseorang”. Sedangkan menurut Raymond J Corsini (1987: 76) menyatakan “in simple term, motivation deals with the of behavior. It revers to internal states of

organism that lead it instigation, persistence, energi and direction of behavior”.

Pendapat tersebut dapat diartikan bahwa secara sederhana motivasi berkaitan dengan keadaan internal yang mendorong suatu organisme bertindak, tekun dan menghasilkan energi yang mengatur perilaku. Sedangkan menurut Mohamad Ali (1996: 5) menyatakan

Motif dapat diartikan sebagai suatu pola alasan atau penyebab yang melatarbelakangi perilaku individu. Motif juga diartikan sebagai suatu keinginan dorongan (need) atau getaran-getaran diri seseorang yang menyebabkan orang tersebut terdorong untuk melakukan sesuatu kegiatan atau dorongan untuk berperilaku.

Sedangkan menurut Toeti Sukamto (1996: 39) menyatakan bahwa “motivasi dapat disimpulkan dari adanya observasi tingkahlaku. Apabila manusia mempunyai motivasi positif, maka ia akan: 1) Memperhatikan minat, mempunyai perhatian, ingin ikut serta; 2) Bekerja keras serta memberikan waktu pada usaha tersebut; serta 3) Terus bekerja sampai tugas terselesaikan”. Dengan demikian motivasi dapat diartikan sebagai suatu proses kejiwaan yang berupa keinginan atau dorongan yang berasal dari individu yang menghasilkan suatu energi dan menimbulkan rasa senang, penuh perhatian dan rela bekerja keras sehingga individu tergerak untuk bertindak atau melakukan suatu aktifitas demi mencapai tujuan tertentu. Tujuan yang dimaksud adalah sesuatu yang berada di luar diri manusia


(55)

commit to user

sehingga kegiatan manusia lebih terarah karena seseorang akan berusaha lebih semangat dan giat dalam melakukan suatu aktifitas.

Jika seseorang telah termotivasi maka akan menimbulkan dorongan manusia untuk melakukan suatu akivitas yang didasarkan atas pemenuhan kebutuhan. Dalam hal ini motivasi yang dilakukan akan berusaha dan tidak akan berhenti jika tujuan yang diinginkan belum tercapai, motivasi juga mendorong seseorang unuk menentukan perbuatan yang harus dilakukan. Hal ini berarti bahwa dengan adanya motivasi seseorang akan berusaha menentukan langkah apa yang harus ditempuh agar kebutuhan yang diinginkan dapat tercapai.

Konsep motivasi yang berhubungan dengan tingkah laku seseorang dapat diklasifikasikan menjadi dua bagian, pertama seseorang senang terhadap sesuatu, apabila ia dapat mempertahankan rasa senangnya maka akan termotivasi untuk melakukan kegiatan tersebut. Kedua, Apabila orang merasa yakin mampu menghadapi tantangan maka orang tersebut terdorong untuk melakukan kegiatan tersebut (Hamzah B. Uno, 2008: 8). Dari sudut sumber yang menimbulkan motivasi dibedakan menjadi dua macam, yaitu motivasi instrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi instrinsik adalah berasal dari dalam individu dan tidak memerlukan rangsangan dari luar karena telah ada dalam indivudu itu sendiri, yaitu sesuai atau sejalan dengan kebutuhannya. Motif ekstrinsik adalah motivasi yang timbul biasanya didorong oleh adanya tujuan yang kadang kala tidaklah esensial, misalnya keinginan belajar siswa karena hanya ingin mendapatkan hadiah atau mendapatkan pujian dari seseorang, jadi bukan karena ingin mencari sesuatu yang lebih esensial.


(56)

commit to user

39

b. Motivasi Belajar

Motivasi dan belajar merupakan dua hal yang saling mempengaruhi. Belajar bentuk perubahan tingkah laku secara relatif tetap dan secara potensial terjadi sebagi hasil dari praktik atau penguatan (reinforced practice) yang dilandasi untuk

mencapai tujuan tertentu. Motivasi belajar juga dapat ditimbulkan oleh faktor instrinsik dan ekstrinsik. Faktor instrinsik adalah dorongan yang berasal dari individu yang belajar berupa hasrat dengan keinginan untuk dapat berhasil dan dorongan kebutuhan belajar itu sendiri serta harapan dan cita-cita. Sedangkan motivasi ekstrinsik adalah dorongan yang berasal dari luar individu yang belajar seperti berusaha belajar hanya untuk mengharapkan penghargaan, lingkungan belajar yang kondusif dan kegiatan belajar yang menarik. Oleh para ahli mengemukakan bahwa motivasi instrinsik lebih kuat dari pada motivasi ekstrinsik, karena motivasi instrinsik lebih bersifat permanen dan tahan lama. Oleh kerena itu proses pembelajaran harus berusaha untuk menimbulkan motif instrinsik dengan menumbuhkan dan mengembangkan minat mereka terhadap bidang studi yang relevan. Ada beberapa hal yang dapat menimbulkan motivasi instrinsik dalam belajar. Dikemukakan oleh Hamzah B Uno (2008: 4) yang mengatakan bahwa hal-hal yang dapat menumbuhkan motivasi belajar antara lain:

Pertama, pendidik perlu memperlakukan anak didiknya sebagai manusia yang berpribadi, menghargai pendapatnya, pikirannya, perasaannya maupun keyakinannya. Kedua pendidik senantiasa memberikan bimbingan dan pengarahan dan membantu apabila mengalami kesulitan baik secara pribadi maupun akademis. Ketiga pendidik harus memiliki rasa cinta dan sifat pengabdian kepada profesinya sebagai pendidik.

Peters dan Willey (1981:193) mengemukakan bahwa, “dilihat dari sumbernya, motivasi dapat dibagi dua yaitu motivasi intrinsik yaitu motivasi yang


(57)

commit to user

berasal dari dalam diri siswa dan motivasi ektrinsik yaitu motivasi dari luar diri siswa”. Dari dua motivasi tersebut motivasi instrinsik lebih besar pengaruhnya terhadap keberhasilan belajar. Lebih lanjut Morgen dalam Soekamto dan Udin S. Winataputra (1999: 80) menyatakan “dengan mengatur kondisi dan situasi belajar menjadi kondusif dan diberikan pengetahuan-pengetahuan diharapkan akan dapat mengubah dari motivasi ekstrinsik menjadi motivasi instrinsik”. Agar dapat memberikan pengaruh yang tahan lama, sesorang dapat mengubah motivasi ekstrinsik menjadi motivasi intrinsik dengan pengaturan-pengaturan dan pengetahuan yang dimilikinya.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa aktifitas belajar dapat dipengaruhi oleh faktor motivasi, baik yang berasal dari dalam atau dari luar individu yang belajar. Faktor yang berasal dari dalam individu lebih kuat pengaruhnya dari pada faktor yang berasal dari luar individu. Oleh karena itu bagaimana agar seseorang pendidik dapat memanipulasi agar faktor yang berasal dari luar dapat diubah menjadi faktor dari dalam individu, sehingga proses pembelajaran akan dapat berhasil karena anak telah termotivasi untuk melakukan aktifitas pembelajaran.

Siswa memerlukan motivasi dalam proses pembelajaran yang bertujuan untuk membangkitkan minat dan semangat, karena mengingat betapa pentingnya motivasi dalam belajar. Selain itu motivasi juga merupakan pengarah untuk perbuatan belajar, terlebih bagi siswa yang memiliki masalah pribadi dan sosial, untuk itu membangkitkan motivasi dalam pembelajaran adalah sangat diperlukan. Ada beberapa peranan penting dari motivasi dalam belajar dan pembelajaran. seperti


(58)

commit to user

41

diungkapkan oleh Hamzah B. Uno (2008) yaitu: menentukan hal-hal yang dapat dijadikan penguat belajar, memperjelas tujuan belajar yang hendak dicapai, dan menentukan ketekunan belajar. Jadi motivasi dapat membangkitkan semangat hidup, mengarahkan seseorang untuk mencapai kesuksesan.

Motivasi dapat berperan dalam penguat belajar apabila seorang siswa dihadapkan pada suatu masalah yang memerlukan pemecahan, sehingga masalah tersebut hanya dapat dipecahkan berkat bantuan hal-hal yang pernah dilaluinya. Peran motivasi dalam memperjelas tujuan belajar erat kaitannya dengan kebermaknaan dalam belajar. Siswa akan tertarik untuk belajar sesuatu jika yang dipelajari itu akan memberikan manfaat dan paling tidak dapat dinikmati bagi yang melakukan belajar. Peran motivasi dalam menentukan ketekunan belajar siswa, jika siswa telah termotivasi maka mereka akan berusaha mempelajari sesuatu dengan baik dan tekun, dengan harapan mereka akan dapat memperoleh hasil yang diharapkan. Akan tetapi sebaliknya jika tidak ada motivasi maka belajar tidak akan tahan lama dan mudah terpengaruh untuk melakukan kegiatan yang lain. Hal itu berarti bahwa motivasi dapat menentukan ketekunan dalam belajar. Dari uraian di atas jelaslah bahwa motivasi memiliki peranan yang sangat penting dalam proses pembelajaran, karena dengan motivasi akan membangkitkan minat dalam sikap siswa yang akan terdorong untuk melakukan kegiatan belajar yang lebih giat, bersemangat, tekun dan belajar juga dapat bertahan lebih lama, terutama bagi siswa yang memiliki masalah.


(1)

(2)

(3)

(4)

209

Hasil Uji Homogenitas

Between-Subjects Factors

Value Label N

1 Animasi 34

Media

2 2 35

1 Tinggi 37

Motivasi

2 2 32

1 Visual 39

Gaya

2 2 30

Levene's Test of Equality of Error Variancesa

Dependent Variable:Prestasi

F df1 df2 Sig.

.642 7 61 .720

Hasil Uji Anava

Tests of Between-Subjects Effects

Dependent Variable:Prestasi

Source

Type III Sum of

Squares df Mean Square F Sig. Corrected Model 486.486a 7 69.498 .727 .649 Intercept 283172.489 1 283172.489 2963.292 .000

Media 9.421 1 9.421 .099 .755

Motivasi 70.121 1 70.121 .734 .395

Gaya 90.368 1 90.368 .946 .335

Media * Motivasi .001 1 .001 .000 .998

Media * Gaya 115.731 1 115.731 1.211 .275 Motivasi * Gaya 61.425 1 61.425 .643 .426 Media * Motivasi * Gaya .257 1 .257 .003 .959

Error 5829.167 61 95.560

Total 390849.000 69

Corrected Total 6315.652 68 a. R Squared = .077 (Adjusted R Squared = -.029)


(5)

Suasana pembelajaran pada kelompok yang menggunakan

media pembelajaran animasi

Diskusi setelah melakukan pengamatan pada kelompok yang

menggunakan media pembelajaran animasi


(6)

211

Suasana pembelajaran pada kelompok yang menggunakan

KIT IPA

Suasana ujian pada saat pengambilan data prestasi kognitif

pokok bahasan suhu dan kalor


Dokumen yang terkait

PEMBELAJARAN IPA MELALUI METODE DEMONSTRASI MENGGUNAKAN MEDIA ANIMASI DAN 2D DITINJAU DARI KEMAMPUAN TINGKAT BERPIKIR DAN GAYA BELAJAR SISWA

0 11 133

PEMBELAJARAN FISIKA MENGGUNAKAN KIT MULTIMEDIA DAN MEDIA INTERAKTIF BERBASIS KOMPUTER DITINJAU DARI MOTIVASI BERPRESTASI DAN MODALITAS BELAJAR SISWA

1 12 154

PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN MODEL INKUIRI TERBIMBING DAN CTL DITINJAU DARI KEMAMPUAN BERPIKIR ABSTRAK DAN MOTIVASI BERPRESTASI SISWA

2 15 123

PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN METODE DEMONSTRASI MELALUI MEDIA ANIMASI DAN KIT IPA DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL DAN MOTIVASI BELAJAR SISWA

0 10 134

PEMBELAJARAN KIMIA DENGAN MENGGUNAKANPENDEKATAN CTL MELALUI METODE EKSPERIMEN DAN PEMBERIAN TUGAS DITINJAU DARI MOTIVASI BERPRESTASI DAN KREATIVITAS SISWA

0 5 130

Pembelajaran Fisika dengan Pendekatan Inkuiri melalui Metode Eksperimen dan Metode Demonstrasi ditinjau dari Kreativitas dan Motivasi Berprestasi Siswa.

0 0 17

PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) MELALUI MEDIA RIIL DAN VIRTUIL DITINJAU DARI KEMAMPUAN BERFIKIR ABSTRAK DAN MOTIVASI BERPRESTASI.

0 1 1

PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN MEDIA SATKET DAN MEDIA INTERAKTIF DITINJAU DARI MOTIVASI BELAJAR DAN GAYA BELAJAR SISWA.

0 1 9

Pembelajaran fisika dengan media satket dan media interaktif ditinjau dari motivasi belajar dan gaya belajar siswa saiful

0 9 137

Pembelajaran Ipa Model Tutor Sebaya Dengan Peta Konsep Dan Modul Ditinjau Dari Gaya Belajar Dan Motivasi Belajar Siswa SUKEMI S831002033

4 11 135