STUDI KOMPARASI MODEL PEMBELAJARAN BERDASARKAN MASALAH DENGAN MODEL EKSPOSITORI TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN AKUNTANSI KELAS XI IS SEMESTER 2 SMA AL ISLAM I SURAKARTA TAHUN AJARAN 2010 2011

(1)

commit to user

STUDI KOMPARASI MODEL PEMBELAJARAN BERDASARKAN MASALAH DENGAN MODEL EKSPOSITORI TERHADAP

HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN AKUNTANSI KELAS XI IS SEMESTER 2

SMA AL ISLAM I SURAKARTA TAHUN AJARAN 2010/2011

SKRIPSI

SKRIPSI

Oleh:

DYAH SETIANINGRUM NIM K7407068

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2011


(2)

commit to user

ii

STUDI KOMPARASI MODEL PEMBELAJARAN BERDASARKAN MASALAH DENGAN MODEL EKSPOSITORI TERHADAP

HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN AKUNTANSI KELAS XI IS SEMESTER 2

SMA AL ISLAM I SURAKARTA TAHUN AJARAN 2010/2011

Oleh:

DYAH SETIANINGRUM NIM K7407068

Skripsi

Ditulis dan diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Ekonomi

Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2011


(3)

commit to user


(4)

commit to user


(5)

commit to user


(6)

commit to user

vi ABSTRAK

Dyah Setianingrum. STUDI KOMPARASI MODEL PEMBELAJARAN

BERDASARKAN MASALAH DENGAN MODEL EKSPOSITORI

TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN AKUNTANSI KELAS XI IS SEMESTER 2 SMA AL ISLAM I SURAKARTA TAHUN AJARAN 2010/2011, Skripsi. Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret Surakarta, Juni 2011.

Tujuan Penelitian ini adalah (1) Mengetahui ada tidaknya perbedaan hasil belajar akuntansi antara siswa yang diajar dengan menggunakan model Pembelajaran Berdasarkan Masalah dengan model ekspositori pada siswa kelas XI IPS SMA Al Islam 1 Surakarta Tahun Ajaran 2010/2011. (2) Mengetahui apakah model Pembelajaran Berdasarkan Masalah menghasilkan hasil belajar akuntansi yang lebih baik dibandingkan dengan model ekspositori pada siswa kelas XI IPS SMA Al Islam 1 Surakarta Tahun Ajaran 2010/2011.

Penelitian ini menggunakan metode eksperimental yaitu eksperimen semu (Quasi eksperimental research). Populasi adalah seluruh siswa kelas XI IPS SMA Al Islam 1 Surakarta tahun ajaran 2010/1011 sejumlah 202 siswa yang terbagi

dalam 5 kelas. Sampel diambil dengan Cluster random Sampling sejumlah dua

kelas, yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Kelompok eksperimen

berjumlah 40 siswa dan kelompok kontrol berjumlah 38 siswa. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik dokumentasi dan teknik tes.

Teknik analisis data yang digunakan adalah uji-t dengan prasyarat yaitu t-matching.

Berdasarkan hasil analisis yang diperoleh harga Me = 79,75 dan Mk = 74,76 hal ini menunjukkan nilai rata-rata kelompok eksperimen lebih tinggi dari nilai rata-rata kelompok kontrol. Hasil analisis data juga menunjukkan harga

thitung = 2,303 hasil tersebut dikonsultasikan dengan ttabel dengan n = 78 dan taraf

signifikasi 5% dengan db = 75 sebesar 1,995. Berdasarkan hasil analisis tersebut dapat disimpulkan bahwa (1) Berdasarkan analisis data yang dilakukan dengan menggunakan uji-t ditunjukkan dengan thitung > ttabel yaitu 2,303 > 1,995 pada taraf signifikasi 5% dan db = 75, berarti bahwa terdapat perbedaan hasil belajar akuntansi antara siswa yang diajar dengan menggunakan model Pembelajaran Berdasarkan Masalah dengan model ekspositori pada siswa kelas XI IPS SMA Al Islam 1 Surakarta Tahun Ajaran 2010/2011, (2) Pada kelompok eksperimen

rata-rata nilai post-test sebesar 79,75 sedangkan pada kelompok kontrol sebesar 74,76.

Dengan adanya hasil belajar yang lebih tinggi pada kelompok eksperimen dibandingkan dengan hasil yang dicapai kelompok kontrol, berarti metode pembelajaran berdasarkan masalah lebih efektif diterapkan daripada model pembelajaran ekspositori.


(7)

commit to user

vii ABSTRACT

Dyah Setianingrum. A COMPARATIVE STUDY OF PROBLEM BASED

LEARNING MODEL AND EXPOSITORY MODEL ON STUDENT LEARNING ACHIEVEMENT IN ACCOUNTING LEARNING OF THE XI IPS GRADERS OF SEMESTER 2 OF SMA AL ISLAM I SURAKARTA IN THE SCHOOL YEAR OF 2010/2011. Thesis. Surakarta. Teacher Training and Education Faculty of Sebelas Maret University, Surakarta, June 2011.

The objectives of research are (1) to find out whether or not there is difference of accounting learning achievement between the students taught using Problem-Based Learning model and those taught using Expository Learning in the XI IPS graders of SMA Al Islam I Surakarta in the school year of 2010/2011, and (2) to find out whether or not the Problem Based Learning model provides the better accounting learning achievement than expository model does in the XI IPS graders of SMA Al Islam I Surakarta in the school year of 2010/2011.

This study employed a quasi experimental research. The population of research was all XI IPS graders of SMA Al Islam I Surakarta in the school year of 2010/2011, consisting of 202 students divided into 5 classes. The sample was taken using cluster random sampling of two classes as experiment group and control group. The experiment group contains 40 students and the control one contains 38 students. Techniques of collecting data used were documentation and test. Technique of analyzing data used was t-test with prerequisite, t-matching.

Considering the result of analysis, it can be found Me value = 79.75 and Mk = 74.76; it indicates that the mean value of experiment group is higher than that of control group. The result of data analysis shows that the tstatistic value =

2.303 is consulted with the ttable with n = 78 and significance level of 5% with db

= 75 of 1.995. Considering the result of analysis, it can be concluded that (1) based on the data analysis carried out using t-test indicated with tstatistic > ttable 2.303 > 1.995 at significance level of 5% and db = 75, meaning that there is a difference of accounting learning achievement between the students taught using Problem-Based Learning model and those taught using Expository Learning in the XI IPS graders of SMA Al Islam I Surakarta in the school year of 2010/2011, (2) in the experiment group, the mean posttest value is 79.75 while in the control group it is 74.76. The higher learning achievement in experiment group compared the result obtained by the control group means that problem based learning is more effective to apply than the expository learning model.


(8)

commit to user

viii MOTTO

“...Setiap terjatuh, pasti akan terasa sakit. Namun, ketika mulai bangkit dan

melangkah, rasa sakit pasti akan tergantikan dan menjadi pembelajaran untuk

perjalanan yang akan datang...”

(Penulis)

“...Perubahan bukan hanya sekedar ucapan, tapi harus diwujudkan...”

(Penulis)

“....Tidak ada hal yang sia-sia jika didasari niat, kemauan, usaha, dan do’a untuk

menjadikannya menjadi nyata...”

(Penulis)


(9)

commit to user

ix

PERSEMBAHAN

Kupersembahkan sebuah karya dari hasil kerjaku untuk jiwa yang merangkul ragaku dan untuk orang-orang yang menghiasi jejak-jejak nafasku. Tak pernah kuhenti ucap syukur alhamdulillah karena aku memiliki kalian. Skripsi ini penulis persembahkan untuk:

- Ibu dan Bapak tersayang yang selalu memberikan

semangat, doa dan kasih sayang yang tak terputus.

- Mbak Lie`, De’ Iin dan De’ Fajarku tersayang yang

selalu memberiku semangat dan inspirasi.

- Dian, Anjani, Erlin, Dessy, Nurul, Pipit atas semua hal

yang telah diberikan untukku, dan persahabatan kita yang indah.

- Pak Sigit Santosa dan Ibu Laily Faiza Ulfa, terima kasih

atas bimbingan dan motivasinya.

- Sahabat-sahabatku CaKA (Bu Lurah dan yang lainnya).

- Teman-teman prodi Ekonomi angkatan 2007.


(10)

commit to user

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat, taufik dan hidayah-Nya, sehingga skipsi ini dapat diselesaikan dengan baik oleh penulis untuk memenuhi sebagian persyaratan untuk mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.

Hambatan dan kesulitan yang penulis hadapi dalam menyelesaikan penulisan skipsi ini dapat diatasi berkat bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu, atas segala bentuk bantuannya penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd., selaku Dekan Fakultas Keguruan

dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Drs. Saiful Bachri, M.Pd., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan

Sosial yang telah memberikan ijin penulisan skripsi ini.

3. Drs. Wahyu Adi, M.Pd., selaku Ketua Bidang Keahlian Khusus Pendidikan

Akuntansi yang telah memberikan bimbingan, pengarahan dengan bijaksana.

4. Prof. Dr. Sigit Santosa, M.Pd., selaku Pembimbing I yang telah memberikan

arahan, bimbingan dan motivasi sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

5. Laily faiza Ulfa,S.E, M.M, selaku Pembimbing II yang telah memberikan

dukungan, semangat, dan bimbingan dalam penyusunan skripsi

6. Riyanto, S.Pd., selaku Kepala Sekolah SMA Al Islam I Surakarta dan Slamet

Widodo, S.Pd., selaku guru pembimbing beserta seluruh keluarga besar SMA Al Islam I Surakarta yang telah banyak memberikan bantuan bagi penulis dalam penyusunan skripsi ini.

7. Bapak Ibu tercinta, yang selalu memberikan semangat, kasih sayang serta doa

dan dukungan yang tak henti-hentinya mengiringi penulis hingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

8. Tim Penguji, yang telah banyak memberikan bantuan dan masukan bagi


(11)

commit to user

xi

Penulis menyadari dalam penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan, namun penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan perkembangan ilmu pengetahuan pada khususnya.

Surakarta, Juni 2011


(12)

commit to user

xii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGAJUAN ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

HALAMAN ABSTRAK ... v

HALAMAN ABSTRACT ... vi

HALAMAN MOTTO ... vii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 4

C. Pembatasan Masalah ... 4

D. Perumusan Masalah ... 5

E. Tujuan Penelitian ... 6

F. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II LANDASAN TEORI ... 8

A. Tinjauan Pustaka ... 8

1. Proses Belajar Mengajar ... 8

2. Pembelajaran dan Model Pembelajaran ... 9

a. Pembelajaran ... 9

b. model Pembelajaran ... 10

3. Hasil Belajar ... 11

4. Pembelajaran Akuntansi ... 12


(13)

commit to user

xiii

b. Definisi Akuntansi ... 13

c. Laporan Keuangan ... 14

d. Jenis laporan Keuangan ... 15

5. Pembelajaran Berdasarkan Masalah ... 17

a. Pengertian Problem Based Learning ... 17

b. Karakteristik Problem Based Learning ... 19

c. Keunggulan Problem Based Learning ... 19

d. Kelemahan Problem Based Learning ... 20

e. Tahapan Pembelajaran Berdasarkan Masalah ... 20

f. Prinsip-prinsip dalam Penerapan Pembelajaran Berdasarkan Masalah ... 21

6. Pembelajaran Ekspositori ... 22

a. Pengertian Pembelajaran Ekspositori ... 22

b. Karakteristik Pembelajaran Ekspositori ... 22

c. Keunggulan Pembelajaran Ekspositori ... 23

d. Kelemahan Pembelajaran Ekspositori ... 23

e. Langkah-langkah Pembelajaran Ekspositori ... 24

f. Prinsip Penggunaan Pembelajaran Ekspositori ... 26

B. Penelitian Yang Relevan ... 26

C. Kerangka Berpikir ... 28

D. Hipotesis ... 30

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 32

A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 32

1. Tempat Penelitian... 32

2. Waktu Penelitian ... 32

B. Populasi dan Sampel ... 33

1. Populasi ... 33

2. Sampel ... 33

3. Teknik Sampling ... 33

C. Teknik Pengumpulan Data ... 34


(14)

commit to user

xiv

2. Sumber Data ... 34

a. Metode Tes ... 34

b. Metode Dokumentasi ... 35

3. Instrumen Penelitian ... 35

a. Tingkat Kesukaran Soal ... 35

b. Daya Pembeda ... 36

c. Uji Validitas ... 37

d. Uji Reabilitas ... 38

D. Rancangan Penelitian ... 39

E. Teknik Analisis Data ... 42

1. Uji Prasyarat Analisis ... 42

2. Uji Hipotesis ... 43

BAB IV HASIL PENELITIAN ... 45

A. Deskripsi Data ... 45

1. Deskripsi Data Umum ... 45

a. Sejarah Singkat SMA Al Islam 1 Surakarta ... 45

b. Tujuan, Visi dan Misi Sekolah ... 46

c. Struktur organisasi Sekolah ... 47

d. Data Peserta Didik ... 48

e. Struktur Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan ... 48

f. Proses Pembelajaran SMA Al Islam 1 Surakarta ... 49

g. Sistem Penilaian Hasil Belajar ... 50

h. Kriteria ketuntasan Minimum ... 50

i. Kondisi Lingkungan Belajar ... 51

2. Deskripsi Data khusus ... 51

a. Data Nilai Kemampuan Awal ... 51

b. Data Nilai Prestasi Belajar Akuntansi ... 54

c. Data Nilai Peningkatan Prestasi Belajar Akuntansi ... 56

B. Pengujian Persyaratan Analisis ... 59

C. Pengujian Hipotesis ... 60


(15)

commit to user

xv

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN ... 63

A. Simpulan ... 63

B. Implikasi ... 63

C. Saran ... 64

DAFTAR PUSTAKA ... 66


(16)

commit to user

xvi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Siklus Akuntansi . ... 14 Gambar 2. Kerangka Berpikir . ... 30

Gambar 3. Rancangan mengenai Nonrandomized Control-Group,

Pretest-Posttest Design . ... 41 Gambar 4. Struktur Organisasi SMA Al Islam 1 Surakarta . ... 47 Gambar 5. Histogram Dist. Frek. Kemampuan Awal Kelompok Kontrol ... 52 Gambar 6. Histogram Dist. Frek. Kemampuan Awal Kelompok Eksperimen 53 Gambar 7. Histogram Dist. Frek. Prestasi Belajar Kelompok Kontrol . ... 55 Gambar 8. Histogram Dist. Frek. Prestasi Belajar Kelompok Eksperimen . ... 56 Gambar 9. Histogram Dist. Frek. Peningkatan Nilai Kelompok Kontrol ... 57 Gambar10. Histogram Dist. Frek. Peningkatan Nilai Kelompok Eksperimen 59


(17)

commit to user

xvii

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Tahapan Pembelajaran Berdasarkan Masalah ... 20

Tabel 2. Jadwal pelaksanaan Penyusunan Skripsi . ... 32

Tabel 3. Rangkuman Hasil Uji Taraf Kesukaran Suatu Item ... 36

Tabel 4. Rangkuman Hasil Uji Taraf Pembeda Suatu Item . ... 37

Tabel 5. Rangkuman Hasil Uji Validitas Instrumen Penelitian . ... 38

Tabel 6. Rangkuman Hasil Uji Reabilitas Instrumen Penelitian ... 39

Tabel 7. Data Siswa SMA Al Islam I Surakarta . ... 48

Tabel 8. Struktur Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. ... 49

Tabel 9. Dist. Frek. Kemampuan Awal Kelompok Kontrol . ... 52

Tabel 10. Dist. Frek. Kemampuan Awal Kelompok Eksperimen ... 53

Tabel 11. Dist. Frek. Prestasi Belajar Kelompok Kontrol . ... 54

Tabel 12. Dist. Frek. Prestasi Belajar Kelompok Eksperimen . ... 56

Tabel 13. Dist. Frek. Peningkatan Nilai Kelompok Kontrol . ... 57


(18)

commit to user

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Daftar Nama Siswa Kelompok Kontrol . ... 69

Lampiran 2. Daftar Nama Siswa Kelompok Eksperimen . ... 70

Lampiran 3. Daftar Nama Siswa Kelompok Try out . ... 71

Lampiran 4. Daftar Nama Siswa Kelompok Diskusi . ... 72

Lampiran 5. RPP Kelompok Kontrol . ... 73

Lampiran 6. RPP Kelompok Eksperimen . ... 88

Lampiran 7. Nilai Kemampuan Awal Kelompok Kontrol . ... 103

Lampiran 8. Nilai Kemampuan Awal kelompok Eksperimen . ... 104

Lampiran 9. Analisis Instrumen Penelitian . ... 105

Lampiran 10. Perhitungan uji kesetaraan (t-matching) . ... 108

Lampiran 11. Perhitungan uji-t . ... 113

Lampiran 12. Soal Post-test . ... 120

Lampiran 13. Lembar Jawab Siswa . ... 128

Lampiran 14. Nilai Post-test kelompok Kontrol . ... 129

Lampiran 15. Nilai Post-Test Kelompok Eksperimen . ... 130

Lampiran 16. Dist. Frek. Kemampuan Awal Kelompok Kontrol . ... 131

Lampiran 17. Dist. Frek. Kemampuan Awal Kelompok Eksperimen . ... 133

Lampiran 18. Dist. Frek. Prestasi Belajar Kelompok Kontrol. ... 135

Lampiran 19. Dist. Frek. Prestasi Belajar Kelompok Eksperimen. ... 137

Lampiran 20. Dist. Frek. Peningkatan Nilai Kelompok Kontrol. ... 139

Lampiran 21. Dist. Frek. Peningkatan Nilai Kelompok Eksperimen . ... 140

Lampiran 22. Foto-Foto Penelitian. ... 141


(19)

commit to user 1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pada suatu negara, pendidikan merupakan sarana yang penting untuk dapat menunjang kecerdasan bangsa. Melalui pendidikan yang bermutu, maka akan tercipta sumberdaya manusia yang berkualitas dan berkompeten untuk menghadapi persaingan dalam dunia nyata. Pada era Globalisasi, melalui sumber daya manusia yang bermutu diharapkan suatu bangsa dapat menghadapi berbagai perubahan dan tantangan yang sedang dan akan terjadi. Undang-undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 mengenai Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlaq mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Oleh karena itu, kualitas pendidikan perlu ditingkatkan untuk menunjang perkembangan bangsa menuju perbaikan yang lebih baik.

Pada saat sekarang ini pendidikan cenderung hanya mengutamakan pada tercapainya tujuan pendidikan, tetapi kurang memperhatikan proses untuk menuju tercapainya tujuan tersebut. Proses pembelajaran sebagai aktivitas pendidikan dalam bentuk yang paling sederhana selalu melibatkan siswa dan guru. Kegiatan belajar mengajar merupakan suatu proses yang rumit karena tidak hanya sekedar menyerap informasi dari guru, akan tetapi juga melibatkan berbagai kegiatan maupun tindakan yang harus dilakukan jika menginginkan hasil belajar yang lebih baik. Guna mendapatkan hasil belajar yang lebih baik, hendaknya pendidik dapat memilih serta menggunakan metode mengajar yang tepat sehingga dapat menumbuhkan minat peserta didik dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar. Guru yang baik harus dapat menguasai berbagai macam metode mengajar,


(20)

commit to user

sehingga dapat memilih serta menentukan metode serta pendekatan yang tepat untuk diterapkan dalam proses pembelajaran.

Berdasarkan pengamatan awal dengan guru mata pelajaran bahwa metode mengajar yang sering digunakan dalam proses belajar mengajar pada saat ini adalah metode ceramah. Karena metode ini dinilai lebih praktis, mudah dilaksanakan, dan tidak perlu peralatan serta dapat dilakukan untuk mengajar siswa yang jumlahnya relatif besar. Didalam pembelajaran, guru dianggap sebagai sumber segala informasi, guru yang mendominasi kelas, guru langsung membuktikan dalil-dalil, dan guru memberikan contoh-contoh soal. Sedangkan siswa harus mendengarkan, melaksanakan pola-pola yang diterapkan guru, mencontoh cara-cara yang dilakukan guru dalam menyelesaikan soal-soal yang dapat mengakibatkan siswa bertindak pasif. Hal ini dapat menimbulkan kurangnya kemandirian siswa, sehingga kemampuan siswa untuk menganalisa dan menyelesaikan suatu permasalahan kurang berkembang secara baik.

Akibat permasalahan tersebut menyebabkan para siwa kurang termotivasi dalam mengikuti pelajaran. Sehingga ada siswa yang mendapatkan hasil belajar yang belum memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Oleh karena itu, guru diharapkan mampu memilih strategi pembelajaran yang tepat dan efektif yang sesuai dengan kondisi sekolah dan siswa. Dengan pemilihan strategi yang tepat, guru dapat menyampaikan pelajaran akuntansi dengan lebih menarik, interaktif, dan menyenangkan. Sehingga siswa akan lebih dapat termotivasi selama mengikuti proses belajar mengajar.

Berkaitan dengan permasalahan diatas, maka perlu diupayakan pemilihan model pembelajaran yang dapat mengaktifkan siswa serta penyajian materi yang menarik. Sehingga dari pemilihan model pembelajaran yang tepat diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa serta dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar yaitu siswa menerapkan pengetahuan, belajar menganalisa dan memecahkan permasalahan, berdiskusi dengan teman, belajar menyampaikan ide atau gagasan, serta bertanggung jawab terhadap tugas.

Alternatif model pembelajaran yang menarik serta dapat menjadikan siswa aktif adalah model Pembelajaran Berdasarkan Masalah serta model Ekspositori.


(21)

commit to user

Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah merupakan suatu pendekatan dimana peserta didik mengerjakan permasalahan yang otentik dengan maksud untuk menyusun pengetahuan mereka sendiri, mengembangkan inkuiri dan ketrampilan berpikir tingkat lebih tinggi, mengembangkan kemandirian dan percaya diri. Pelaksanaan model Pembelajaran Berdasarkan Masalah menuntut para siswanya untuk ikut aktif dalam berdiskusi dan mandiri pada saat guru memberikan tugas pada proses belajar mengajar di kelas. Dalam memecahkan masalah maupun menyelesaikan tugas yang diberikan guru, tiap anggota harus saling bekerja sama dan saling membantu untuk memahami suatu pokok bahasan. Sehingga nanti diharapkan seluruh siswa dapat memahami pokok bahasan. Ibrahim dalam Triyanto (2009: 98) mengemukakan tahap-tahap Pembelajaran Berdasarkan Masalah, yaitu:

1. Orientasi pada masalah

2. Mengorganisasi siwa untuk belajar

3. Membimbing penyelidikan individual atau kelompok

4. Mengembangkan dan menyajikan hasil karya

5. Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah

Model Ekspositori adalah model pembelajaran yang menekankan kepada proses penyampaian materi secara verbal dari seorang guru kepada sekelompok siswa dengan maksud agar siswa dapat menguasai materi pelajaran secara optimal. Dalam sistem ini, guru menyampaikan bahan dalam bentuk yang telah dipersiapkan secara rapi, sistematik, secara lengkap sehingga siswa tinggal menyimak dan mencernanya secara teratur dan tertib. Dalam memberikan informasi dan penjelasan kepada siswa, guru menggunakan alat bantu seperti gambar, bagan, grafik, dan lain-lain disamping memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengajukan pertanyaan. Adapun tahap-tahap pelaksanaan model pembelajaran Ekspositori yaitu:

1. Preparasi, guru menyiapkan bahan/materi pembelajaran

2. Apersepsi diperlukan untuk penyegaran

3. Presentasi (penyajian) materi pembelajaran

4. Resitasi, pengulangan pada bagian yang menjadi kata kunci kompetensi


(22)

commit to user

Melalui penerapan model Pembelajaran Berdasarkan Masalah serta model ekspositori, diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa dan mampu memotivasi siswa untuk memahami konsep akuntansi dengan lebih baik. Selain

itu, siswa diharap dapat melatih dan meningkatkan keterampilan berkomunikasi

dan berinteraksi dengan siswa lain agar tercipta suasana yang menarik, menyenangkan dan aktivitas sosial siswa di kelas dapat terwujud dengan baik.

Oleh karena itu, penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang dilakukan di SMA Al Islam 1 Surakarta tahun ajaran 2010/2011 dengan judul:

“Studi Komparasi Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah Dengan Model

Ekspositori Terhadap Hasil Belajar Siswa Dalam Pembelajaran Akuntansi Kelas XI IS Semester 2 SMA Al Islam I Surakarta Tahun Ajaran 2010/2011“.

B. IDENTIFIKASI MASALAH

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, dapat diidentifikasikan beberapa masalah antara lain sebagai berikut :

1. Apakah rendahnya hasil belajar akuntansi siswa dipengaruhi oleh

kurangnya motivasi siswa pada saat mengikuti proses belajar mengajar?

2. Apakah rendahnya pencapaian hasil belajar akuntansi siswa mungkin

dikarenakan siswa mengalami kesulitan belajar?

3. Apakah model Pembelajaran Masalah dapat meningkatkan hasil belajar

siswa?

4. Apakah model ekspositori dapat meningkatkan hasil belajar siswa?

5. Diantara model Pembelajaran Berdasarkan Masalah dan model Ekspositori

manakah yang lebih efektif dan tepat diterapkan?

6. Apakah ada perbedaan hasil belajar akuntansi dengan menggunakan model

Pembelajaran Berdasarkan Masalah dan model Ekspositori?

C. PEMBATASAN MASALAH

Berdasarkan identifikasi masalah yang ada, maka dalam penelitian ini dilakukan pembatasan masalah yaitu model pembelajaran dan hasil belajar akuntansi. Penjelasan dari masalah yang diberikan adalah sebagai berikut:


(23)

commit to user

1. Model pembelajaran

Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan pembelajaran. Model pembelajaran merupakan kerangka konseptual yang menggambarkan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk dapat mencapai tujuan belajar. Dalam hal ini adalah perbandingan antara model Pembelajaran Berdasarkan Masalah dengan model pembelajaran Ekspositori.

a. Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah adalah suatu pendekatan

dimana peserta didik diberi permasalahan untuk dipecahkan dalam rangka penncapaian tujuan pembelajaran.

b. Model pembelajaran Ekspositori adalah adalah strategi pembelajaran yang

menekankan kepada proses penyampaian materi secara verbal dari seorang guru kepada sekelompok siswa dengan maksud agar siswa dapat menguasai materi pelajaran secara optimal.

2. Hasil Belajar

Hasil Belajar merupakan tingkat keberhasilan yang dicapai siswa setelah mengikuti suatu proses pembelajaran. Hasil Belajar adalah suatu puncak dari proses pembelajaran. Pada penelitian ini, pembahasan hasil belajar difokuskan pada segi kognitif.

D. PERUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dirumuskan permasalahan sebagai berikut:

1. Apakah terdapat perbedaan hasil belajar akuntansi antara siswa yang diajar

dengan menggunakan model Pembelajaran Berdasarkan Masalah dengan model Ekspositori pada siswa kelas XI IPS SMA Al Islam 1 Surakarta Tahun Ajaran 2010/2011?

2. Apakah model Pembelajaran Berdasarkan Masalah menghasilkan hasil

belajar akuntansi yang lebih baik dibandingkan dengan model Ekspositori pada siswa kelas XI IPS SMA Al Islam 1 Surakarta Tahun Ajaran 2010/2011?


(24)

commit to user

E. TUJUAN PENELITIAN

Berdasarkan perumusan masalah diatas maka dirumuskan tujuan dari penelitian ini, yaitu:

1. Untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan hasil belajar akuntansi antara

siswa yang diajar dengan menggunakan model Pembelajaran Berdasarkan Masalah dengan model Ekspositori pada siswa kelas XI IPS SMA Al Islam 1 Surakarta Tahun Ajaran 2010/2011.

2. Untuk mengetahui apakah model Pembelajaran Berdasarkan Masalah

menghasilkan hasil belajar akuntansi yang lebih baik dibandingkan dengan model Ekspositori pada siswa kelas XI IPS SMA Al Islam 1 Surakarta Tahun Ajaran 2010/2011.

F. MANFAAT PENELITIAN

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat praktis dan teoretis, yaitu :

1. Manfaat Teoretis

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan kontribusi keilmuan yang bermanfaat dalam dunia pendidikan mengenai pemilihan metode pengajaran yang tepat dalam upaya meningkatkan hasil belajar.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi siswa

Untuk meningkatkan keaktifan siswa dalam pembelajaran akuntansi, sehingga siswa akan merasa lebih termotivasi dalam mengikuti pembelajaran akuntansi.

b. Bagi Guru

Sebagai bahan pertimbangan bagi guru untuk menentukan alternatif pendekatan pembelajaran yang tepat dan efektif yang sesuai dengan karakteristik siswa di tiap-tiap kelas, sehingga pembelajaran akan terasa lebih menyenangkan serta tingkat keaktifan dan prestasi belajar siswa akan meningkat.


(25)

commit to user

c. Bagi Peneliti

Sebagai masukan bagi peneliti sebagai calon guru dalam menentukan dan menggunakan model pembelajaran yang sesuai untuk menyampaikan materi ajar.


(26)

commit to user

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka 1. Proses Belajar Mengajar

Proses belajar mengajar merupakan interaksi antar individu yang dapat membawa perubahan. Belajar merupakan kegiatan penting bagi setiap individu yang dapat memberikan pengalaman serta perubahan kearah yang baik. Belajar dalam arti yang luas yaitu proses perubahan tingkah laku yang dinyatakan dalam bentuk penguasaan, penggunaan, serta kecakapan dasar yang terdapat dari berbagai mata pelajaran atau lebih khusus lagi dalam aspek kehidupan maupun pengalaman yang terorganisasi. Menurut W.Gulo (2004: 8) menyatakan belajar merupakan suatu proses yang berlangsung didalam diri seseorang yang mengubah tingkah lakunya, baik tingkah laku dalam berpikir, bersikap, dan berbuat. Menurut Hilgard dalam Wina Sanjaya (2009: 112) belajar adalah proses perubahan melalui kegiatan atau prosedur latihan, baik latihan didalam laboratorium naupun dalam lingkungan ilmiah. Menurut Slameto (1995: 2) belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Belajar merupakan suatu kegiatan yang dapat mengubah pola perilaku peserta didik yang lebih baik. Belajar adalah suatu kegiatan yang menghasilkan perubahan tingkah laku, baik potensial maupun aktual. Belajar merupakan proses mental dalam diri individu yang terjadi karena adanya interaksi individu dengan lingkungan yang disadari sehingga menyebabkan timbulnya perubahan tingkah laku.

Untuk membuat kegiatan belajar dapat berlangsung secara optimal perlu diciptakan situasi yang dapat merangsang belajar, mengarahkan kegiatan belajar, serta mengelola kegiatan belajar secara efisien dan kegiatan inilah yang disebut dengan mengajar. Menurut W. Gulo (2004: 8) mengajar adalah usaha untuk menciptakan sistem lingkungan yang memungkinkan terjadinya proses belajar secara optimal. Menurut Smith dalam Wina Sanjaya (2009: 96) mengajar adalah


(27)

commit to user

menanamkan pengetahuan atau ketrampilan. Menurut Abin Syamsuddin Makmun (2004: 156) Proses belajar mengajar dapat diartikan sebagai suatu rangkaian interaksi antara siswa dan guru dalam rangka mencapai tujuannya. Perilaku belajar pada pihak siswa dan perilaku mengajar pada pihak guru tidak berlangsung satu arah, akan tetapi secara timbal baik dimana kedua pihak berperan dan berbuat secara aktif dalam suatu kerangka kerja dengan menggunakan cara dan kerangka berpikir yang dipahami dan disepakati bersama. Proses belajar mengajar yang terarah pada peningkatan kualitas manusia secara utuh adalah meliputi dimensi-dimensi kognitif intelektual, ketrampilan dan nilai-nilai. Pembentukan kepribadian melalui proses belajar-mengajar ialah usaha untuk menampilkan dan memperoleh nilai-nilai tertentu dalam kegiatan belajar mengajar.

Berdasarkan urain tersebut, dapat disimpulkan bahwa proses belajar mengajar merupakan suatu hubungan timbal balik antara guru dan peserta didik dalam suatu kondisi yang mendukung sehingga dapat menghasilkan perubahan tingkah laku, baik tingkah laku dalam berpikir, bersikap, dan berbuat.

2. Pembelajaran dan Model Pembelajaran a. Pembelajaran

Pembelajaran sebagai usaha sadar dan aktif dari pendidik terhadap peserta didik agar peserta didik berkeinginan untuk belajar. Pembelajaran merupakan proses untuk membantu peserta didik agar dapat mencapai tujuan belajar. Undang-undang No. 20 Tahun 2003 mengenai Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa “Pembelajaran merupakan proses interaksi antara peserta didik dengan pendidik serta sumber belajar pada suatu lingkungan belajar”. Dalam hal ini berarti didalam pembelajaran terdapat interaksi antara pendidik dengan peserta didik sehingga dapat tercapai tujuan belajar. Menurut Gino (1997: 32) Pembelajaran merupakan usaha sadar dan disengaja oleh guru untuk membuat siswa belajar dengan jalan mengaktifkan faktor intern dan faktor ekstern dalam kegiatan belajar mengajar.


(28)

commit to user

Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah usaha sadar dari guru yang bertujuan untuk membelajarkan peserta didik dan didalam prosesnya melibatkan berbagai komponen yaitu tujuan, materi, metode atau strategi, media, serta evaluasi sehingga terjadi perubahan tingkah laku dengan didapatkannya kemampuan baru yang berlaku dalam waktu yang relatif lama karena adanya usaha.

b. Model pembelajaran

Istilah “model” diartikan sebagai kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan suatu kegiatan. Pada proses belajar-mengajar diperlukan model pembelajaran agar peserta didik mampu memahami materi yang disampaikan oleh pengajar secara optimal. Menurut Aunurrahman (2009: 146) Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para guru untuk merencanakan dan melaksanakan aktivitas pembelajaran. Menurut Joyce dalam Trianto (2009: 22) Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran dikelas atau pembelajaran dalam tutorial dan untuk menentukan perangkat-perangkat pembelajaran termasuk didalamnya buku-buku, film, komputer, kurikulum, dan lain-lain. Model pembelajaran merupakan kerangka konseptual yang menggambarkan prosedur sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman untuk mencapai tujuan belajar. Menurut Arends dalam Triyanto (2009: 22) Istilah model pengajaran mengarah pada suatu pendekatan pembelajaran tertentu termasuk tujuannya, sintaksnya, lingkungannya, dan sistem pengelolaannya. Model pembelajaran berfungsi sebagai pedoman bagi guru dalam merancang dan melaksanakan kegiatan pembelajaran, mengelola lingkungan pembelajaran dan mengelola kelas. Penggunaan model pembelajaran yang tepat dapat menumbuhkan motivasi peserta didik, menumbuhkan minat, serta memberi kemudahan peserta didik dalam


(29)

commit to user

memahami materi pelajaran yang disampaikan sehingga memungkinkan bagi peserta didik mendapatkan hasil belajar yang lebuh baik.

Menurut Kardi dan Nur dalam Triyanto (2009: 23) Model pembelajaran memiliki empat ciri khusus, yaitu :

1) Rasional teoretis logis yang disusun oleh para pencipta atau

pengembangnya.

2) Landasan pemikiran tentang apa dan bagaimana siswa belajar (tujuan

pembelajaran yang akan dicapai).

3) Tingkah laku mengajar yang diperlukan agar model tersebut dapat

dilaksanakan dengan berhasil.

4) Lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran itu dapat

dicapai.

3. Hasil Belajar

Setiap proses belajar-mengajar diukur dengan seberapa jauh

perkembangan hasil belajar yang dicapai peserta didik, dengan kata lain hasil belajar merupakan hasil dari proses belajar. Hasil belajar merupakan kemampuan-kemampuan peserta didik setelah mendapatkan pengalaman belajar. Hasil belajar dapat dilihat dari dua sisi, yaitu dari sisi guru dan dari sisi peserta didik. Dari sisi guru, hasil belajar merupakan akhir dari proses belajar mengajar yang berwujud evaluasi. Sedang dari peserta didik, hasil belajar merupakan puncak dari kegiatan belajar sebagai wujud dari usaha yang telah dilakukan. Hasil belajar merupakan ukuran dari keberhasilan suatu proses pembelajaran yang berupa penguasaan ilmu pengetahuan, sikap dan ketrampilan.

Menurut Oemar Hamalik (1992: 58), hasil belajar adalah apabila seseorang telah belajar, akan terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak mengerti menjadi mengerti. Menurut Dimyati dan Mudjion, hasil belajar dapat dipandang dari dua sisi yaitu dari sisi siswa dan dari sisi guru. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik jika dibandingkan pada saat sebelum belajar. Tingkat perkembangan mental tersebut terwujud pada ranah-ranah kognitif, afektif dan psikomotor. Sedangkan dari sisi guru, hasil belajar merupakan saat terselesaikannya bahan pelajaran. Menurut Ngalim Purwanto


(30)

commit to user

(1987: 54) mengatakan bahwa hasil belajar adalah nilai yang dapat dicapai siswa terhadap materi pelajaran yang telah diajarkan dan dapat diukur dengan menggunakan suatu tes.

Menurut Bloom dalam Gino dkk (1997: 19) Hasil belajar dapat diklasifikasikan menjadi tiga ranah yaitu: ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotor. Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek yakni pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi. Ranah afektif berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek yakni penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi, dan internalisasi. Ranah psikomotor berkenaan dengan hasil belajar ketrampilan dan kemampuan bertindak.

Hasil belajar digunakan oleh guru untuk dijadikan ukuran atau kriteria dalam mencapai suatu tujuan pendidikan. Hal ini dapat tercapai apabila peserta didik telah memahami belajar dengan diiringi oleh perubahan tingkah laku yang lebih baik jika dibandingkan dengan sebelum belajar. Menurut Howard Kingsley dalam Nana Sudjana (2006: 22), tiga macam hasil belajar yang menunjukkan hasil perubahan dari proses belajar terdiri dari :

a) Ketrampilan dan kebiasaan

b) Pengetahuan dan pengertian

c) Sikap dan cita-cita

Berdasarkan pengertian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah kemampuan dicapai siswa secara optimal setelah mengikuti proses belajar yang diwujudkan dalam bentuk nilai. Hasil belajar akan tersimpan dalam waktu yang lama karena hasil belajar berperan dalam pembentukan pribadi individu untuk menjadi lebih baik. Hasil belajar yang diamati dalam penelitian ini adalah hasil belajar pada aspek kognitif berupa tes formatif pada kelas eksperimen.

4. Pembelajaran Akuntansi

Mata pelajaran akuntansi merupakan mata pelajaran yang diajarkan kepada siswa SMA Al Islam 1 Surakarta untuk jurusan Ilmu Sosial. Akuntansi


(31)

commit to user

merupakan mata pelajaran pokok pada jurusan Ilmu Sosial. Mata Pelajaran akuntansi telah diajarkan kepada siswa mulai dari kelas X sebagai dasar, serta pendalaman materi dilakukan setelah peserta didik melalui proses penjurusan pada kelas XI. Pada kelas XI mata pelajaran akuntansi diberikan kepada setiap kelas sebanyak tiga kali pertemuan dalam satu minggu.

a. Sejarah Perkembangan Akuntansi

Perkembangan akuntansi terjadi bersamaan dengan ditemukan sistem yang

berpasangan (double entry sistem) oleh pedagang-pedagang venesia yang

merupakan kota dagang yang merupakan kota dagang yang terkenal di Italia. Pada 1949 diterbitkan sebuah buku tentang pelajaran pembukuan berpasangan yang ditulis oleh seorang pemuka agama dan ahli matematika bernama Luca

Pacioli. Buku tersebut berjudul summa de arithmatica, Geometrica,

Proportioni et proportionalita dan membahas pelajaran ilmu pasti. Dalam buku tersebut terdapat beberapa bagian yang berisi pelajaran pembukuan untuk para

pengusaha yang berjudul Tractatus de Computis et Scriptorio.

b. Definisi Akuntansi

Istilah akuntansi mempunyai pengertian yang berbeda-beda oleh para ahli.

Dalam Agus Suranto dkk (2005: 2), American Institute of Certified Public

Accountans (AICPA) mendefinisikan Accounting is the art of recording, classifying, and summarizing in a significant manner and in the terms of money, transactions, and events which are in part at least of a financial character and interpreting the result theoreof (Akuntansi adalah seni dari pencatatan, penggolongan dan peringkasan dengan suatu cara tertentu dan dalam nilai uang terhadap kejadian atau transaksi yang paling sedikit atau sebagian bersifat keuangan dan penafsiran hasil-hasilnya). Dan menurut American Accounting Association (AAA) mendefinisikan Accounting is the process of identifying, measuring, and communicating economic information to permint informed judgements and decisions by users of the information (Akuntansi adalah proses pengidentifikasian, pengukuran dan penyampaian informasi ekonomi yang memungkinkan dilakukannya penilaian dan keputusan


(32)

commit to user

yang tepat bagi para pemakai informasi tersebut). Tujuan dari akuntansi adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi.

Proses akuntansi akan menghasilkan sebuah laporan yang disebut laporan keuangan. Tahap-tahap kegiatan didalam akuntansi dilakukan mulai dari penyediaan dokumen sumber transaksi sampai dengan penyusunan laporan keuangan disebut dengan siklus akuntansi. Hal ini disebabkan kegiatan tersebut akan berulang kembali selama tiap-tiap periode berikutnya. Siklus akuntansi pada perusahaan jasa maupun perusahaan lainnya dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 1. Bagan Siklus Akuntansi c. Laporan Keuangan

Laporan keuangan merupakan laporan yang berisi informasi tentang kondisi keuangan dari hasil perusahaan pada periode tertentu. Laporan keuangan memiliki tujuan sebagai berikut:

1) Menyajikan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja serta

perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi.

2) Untuk memenuhi kebutuhan bersama sebagian besar pemakai walaupun

tidak menyediakan semua informasi yang memuaskan karena secara umum menggambarkan pengaruh keuangan dari kejadian masa lalu, dan tidak diwajibkan untuk menyediakan informasi non keuangan.

3) Untuk menyatakan apa yang telah dilakukan manajemen atau pertanggung

jawaban atas sumber daya yang dipercayakan kepadanya.


(33)

commit to user d. Jenis Laporan Keuangan

Jenis dari laporan keuangan meliputi:

1) Laporan Laba Rugi

Laporan laba Rugi merupakan ringkasan pendapatan dan beban suatu

perusahaan dalam jangka waktu tertentu. laporan laba rugi

menggambarkan hasil usaha selama satu periode. Hasil usaha tersebut diperoleh dengan cara membandingkan antara jumlah pendapatan dengan jumlah beban. Jika jumlah pendapatan lebih besar dari jumlah beban, maka berarti laba. Sebaliknya, jika jumlah pendapatan lebih kecil dari jumlah beban berarti rugi.

Unsur-unsur Laporan Laba Rugi:

a) Penghasilan (income), yaitu kenaikan manfaat ekonomi selama

satu periode akuntansi dalam bentuk pemasukan atau penambahan aktiva atau penurunan kewajiban yang mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak berasal dari kontribusi penanaman modal.

b) Beban (expenses), yaitu penurunan manfaat ekonomi selama satu

periode akuntansi salam bentuk arus keluar atau berkurangnya aktiva atau terjadinya kewajiban yang mengakibatkan penurunan ekuitas yang tidak menyangkut pembagian kepada penanam modal. Beban terdiri dari:

(1) Beban operasional

(2) Beban non operasional

2) Neraca

Neraca merupakan daftar yang memuat secara terperinci keadaan aktiva perusahaan, keadaan kewajiban perusahaan kepada pihak ketiga, dan besar modal pemilik perusahaan tersebut pada suatu periode tertentu.

Unsur-unsur neraca:

a) Aktiva, yaitu sumber daya yang dikuasai oleh perusahaan sebagai

akibat peristiwa masa lalu dan diharapkan dapat memberikan manfaat ekonomi di masa depan. Terdiri dari:


(34)

commit to user

(1) Aktiva lancar (kas, surat berharga, piutang usaha, wesel tagih,

perlengkapan, beban dibayar dimuka, pendapatan yang akan diterima, serta persediaan barang dagangan).

(2) Investasi jangka panjang (penanaman modal dalam saham,

penanaman modal dalam obligasi, penanaman modal dalam bentuk dana).

(3) Aktiva tetap (kendaraan, peralatan kantor, mesin-mesin,

gedung, tanah yang digunakan untuk lokasi usaha).

(4) Aktiva tidak berwujud (hak paten, hak cipta, hak merk,

waralaba, goodwill).

(5) Aktiva lain-lain

b) Kewajiban, yaitu suatu tugas atau tanggung jawab untuk bertindak

atau untuk melaksanakan sesuatu dengan cara tertentu. Kewajiban dibagi menjadi dua golongan, yaitu:

(1) Kewajiban jangka pendek (utang usaha, wesel bayar, beban

yang masih harus dibayar, serta pendapatan diterima dimuka).

(2) Kewajiban jangka panjang (pinjaman jangka panjang, utang

hipotek).

c) Ekuitas, yaitu hak residual atas aktiva perusahaan setelah dikurangi

semua kewajiban.

3) Laporan Perubahan Ekuitas

Laporan Perubahan Ekuitas merupakan ringkasan tentang perubahan ekuitas yang terjadi dalam suatu periode tertentu. Laporan Perubahan Ekuitasmemberikan informasi mengenai penambahan atau pengurangan ekuitas selama periode tertentu. penambahan ekuitas berasal dari investasi dan laba. Pengurangan ekuitas biasanya terjadi karena adanya kerugian dan pengambilan untuk kepentingan pribadi.

4) Laporan Arus kas

Laporan arus kas memberikan informasi mengenai arus kas masuk dan arus kas keluar dalam suatu periode tertentu, sesuai dengan periode laporan lain. Laporan ini menerangkan saldo kas awal perusahaan berubah


(35)

commit to user

dengan penambahan dan pengurangan uang kas hingga mencapai saldo akhir per tanggal neraca. Penambahan dan pengurangan kas dikategorikan dalam tiga kelompok, yaitu:

a) Kelompok Operasi, yaitu perkiraan yang terkait dengan

operasional perusahaan.

b) Kelompok investasi, yaitu semua transaksi yang terkait dengan

investasi perusahaan berupa pembelian aktiva tetap atau aktiva lainnya.

c) Kelompok Pembiayaan, yaitu perkiraan yang terkait dengan

aktivitas utang dan modal.

Berdasarkan uraian tersebut, dapat diambil kesimpulan bahwa akuntansi merupakan suatu proses identifikasi, pengukuran, pencatatan, penggolongan dan peringkasan yang dapat memberikan informasi serta manfaat untuk penilaian dan pengambilan keputusan bagi para pemakainya. Sedangkan pembelajaran akuntansi merupakan proses interaksi antara peserta didik dengan guru serta sumber belajar untuk mempelajari serta mengembangkan kemampuan akuntansi yang dimiliki oleh siswa.

5. Pembelajaran Berdasarkan Masalah (Problem Based Learning) a. Pengertian Problem Based Learning

Problem Based Learning merupakan suatu model pembelajaran yang melibatkan siswa untuk memecahkan suatu masalah melalui tahap-tahap metode ilmiah sehingga siswa dapat mempelajari pengetahuan yang berhubungan dengan masalah tersebut dan sekaligus memiliki ketrampilan untuk memecahkan masalah. Menurut Arends dalam Triyanto (2009: 92) Pembelajaran berdasarkan masalah merupakan suatu pendekatan pembelajaran dimana siswa mengerjakan permasalahan yang autentik dengan maksud untuk menyusun pengetahuan mereka sendiri, mengembangkan inkuiri dan kemampuan berpikir tingkat lebih tinggi, mengembangkan kemandirian, dan

percaya diri. Menurut Dutch dalam M. Taufiq Amir (2010: 21) Problem Based


(36)

commit to user

“belajar untuk belajar” bekerjasama dalam suatu kelompok untuk mencari solusi bagi masalah yang nyata. Pelaksanaan metode Pembelajaran Berdasarkan Masalah menuntut para siswanya untuk ikut aktif dalam berdiskusi dan mandiri pada saat guru memberikan tugas pada proses belajar mengajar di kelas.

Menurut Dewey dalam Trianto (2009: 91) Belajar berdasarkan masalah adalah interaksi antara stimulus dan respon, merupakan hubungan antara dua arah belajar dan lingkungan. Lingkungan memberikan masukan kepada siswa berupa bantuan dan masalah, sedangkan sistem saraf otak berfungsi menafsirkan bantuan itu secara efektif sehingga masalah yang dihadapi dapat diselidiki, dinilai, dianalisis, serta dicari pemecahannya dengan baik. Pembelajaran berdasarkan masalah merupakan pendekatan yang efektif untuk pengajaran proses berpikir tingkat tinggi. Pembelajaran ini membantu siswa untuk memproses informasi yang sudah jadi dalam benaknya dan menyusun pengetahuan mereka sendiri tentang dunia sosial dan sekitarnya. Pembelajaran ini cocok untuk mngembangkan pengetahuan dasar maupun kompleks (Rantumanan dalam Triyanto, 2009: 92).

Pembelajaran berdasarkan masalah (problem based learning) adalah

konsep pembelajaran yang membantu guru menciptakan lingkungan pembelajaran yang dimulai dengan masalah yang penting dan relevan bagi siswa, dan memungkinkan siswa memperoleh pengalaman belajar yang lebih realistik (nyata). Pembelajaran berdasarkan masalah dapat diartikan sebagai rangkaian aktivitas pembelajaran yang menekankan kepada proses penyelesaian masalah yang dihadapi secara ilmiah. Pembelajaran berdasarkan masalah memberikan dorongan kepada peserta didik untuk tidak hanya sekedar berpikir sesuai yang bersifat konkrit, akan tetapi lebih dari itu berpikir terhadap ide-ide yang abstrak dan kompleks. Terdapat 3 ciri dalam pembelajaran berdasarkan masalah, yaitu:

1. Pembelajaran berdasarkan masalah merupakan serangkaian aktifitas

pembelajaran.


(37)

commit to user

3. Pemecahan masalah dilakukan dengan menggunakan pendekatan

berpikir secara ilmiah.

b. Karakteristik Problem Based Learning

Menurut Arends dalam Trianto (2009: 93), Karakteristik dari pembelajaran berdasarkan masalah terdiri dari :

1. Pengajuan pertanyaan atau masalah.

Pembelajaran berdasarkan masalah mengorganisasikan pengajaran di sekitar pertanyaan dan masalah yang keduanya secara sosial penting dan secara pribadi bermakna untuk siswa.

2. Berfokus pada keterkaitan antar disiplin.

Masalah yang akan diselidiki telah dipilih benar-benar nyata agar dalam pemecahannya, siswa meninjau masalah itu dari banyak mata pelajaran

3. Penyelidikan autentik.

Pembelajaran berdasarkan masalah mengharuskan siswa melakukan penyelidikan autentik untuk mencari penyelesaian nyata terhadap masalah nyata. Mereka harus menganalisis dan mendefinisikan masalah, mengembangkan hipotesis, dan membuat ramalan, mengumpul dan menganalisa informasi, melakukan eksperimen (jika diperlukan), membuat inferensi, dan merumuskan kesimpulan.

4. Menghasilkan produk dan memamerkannya.

Pembelajaran berdasarkan masalah menuntut siswa untuk menghasilkan produk tertentu dalam bentuk karya nyata atau artefak dan peragaan yang menjelaskan atau mewakili bentuk penyelesaian masalah yang mereka temukan.

5. Kolaborasi.

Pembelajaran berdasarkan masalah dicirikan oleh siswa yang bekerja sama satu dengan yang lainnya, paling sering secara berpasangan atau dalam kelompok kecil.

c. Keunggulan Problem Based Learning

Menurut Wina Sanjaya (2010: 220), Pembelajaran berdasarkan masalah dalam pengajaran memiliki keunggulan, yaitu:

1) Pemecahan masalah merupakan teknis yang cukup bagus untuk memahami

isi pelajaran.

2) Pemecahan masalah menantang kemampuan siswa serta memberikan

kepuasan untuk menemukan pengetahuan baru bagi siswa.

3) Pemecahan masalah dapat meningkatkan aktivitas pembelajaran siswa.

4) Pemecahan masalah dapat membantu siswa bagaimana mentrasfer

pengetahuan mereka untuk memahami masalah dalam kehidupan nyata.

5) Pemecahan masalah dapat membantu siswa mengembangkan pengetahuan


(38)

commit to user

lakukan. Selain itu pemecahan masalah juga dapat mendorong untuk melakukan evaluasi sendiribaik terhadap hasil maupun proses belajarnya.

6) Melalui pemecahan masalah bisa memperlihatkan kepada siswa bahwa

setiap mata pelajaranpada dasarnya merupakan cara berpikir, dan sesuatu yang harus dimengerti siswa, bukan hanya belajar dari guru atau dari buku-buku saja.

7) Pemecahan masalah dianggap lebih menyenangkan dan disukai siswa.

8) Pemecahan masalah dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk

berpikir kritis dan mengembangkan kemampuan mereka untuk menyesuaiakan dengan pengetahuan baru.

9) Pemecahan masalah memberikan kesempatan pada siswa untuk

mengaplikasikan pengetahuan yang mereka miliki dalam dunia nyata.

10) Pemecahan masalah mengembangkan minat siswa untuk secara terus

menerus belajar.

d. Kelemahan Problem Based Learning

Menurut Wina Sanjaya (2010: 220), Pembelajaran berdasarkan masalah dalam pengajaran memiliki kelemahan, yaitu:

1) Manakala siswa tidak memiliki minat ataupun tidak mempunyai

kepercayaan bahwa masalah yang dipelajari sulit untuk dipecahkan, maka mereka enggan untuk mencobanya.

2) Keberhasilan strategi pembelajaran melalui pemecahan masalah

membutuhkan cukup waktu untuk persiapan.

3) Tanpa pemahaman mengapa mereka berusaha untuk memecahkan masalah

yang sedang dipelajari, maka siswa tidak akan belajar apa yang mereka ingin pelajari.

e. Tahapan Pembelajaran Berdasarkan Masalah (Problem Based Learning) Tabel 1. Tahapan Pembelajaran Berdasarkan Masalah

Tahap Indikator Kegiatan guru

1. Orientasi siswa pada

masalah

Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistik yang dibutuhkan, mengajukan fenomena atau demonstrasi atau cerita untuk memunculkan masalah, memotivasi siswa untuk aktif terlibat dalam pemecahan masalah yang telah dipilih.


(39)

commit to user

untuk belajar dan mengorganisasi tugas belajar yang

berhubungan dengan masalah tersebut.

3. Membimbing penyelidikan

individual maupun kelompok

Guru mendorong siswa untuk

mengumpulkan informasi yang sesuai,

melaksanakan eksperimen, untuk

mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah.

4. Mengembangkan dan

menyajikan hasil karya

Guru membantu siswa dalam

merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, video dan model, serta membantu mereka berbagi tugas dengan teman.

5. Menganalisis dan

mengevaluasi proses pemecahan masalah

Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap proses penyelesaian masalah.

(Ibrahim dan M. Nur dalam Triyanto, 2009: 98)

f. Prinsip-Prinsip Dalam Penerapan Pembelajaran Berdasarkan Masalah Pembelajaran berdasarkan masalah dirancang agar siswa belajar merumuskan dan memecahkan masalah dengan menggunakan berbagai pengetahuan yang dimiliki. Masalah disiapkan sebagai konteks peembelajaran yang baru. Guru bersama siswa membahas konsep teori yang diperlukan dalam membahas pemecahan masalah, kemudian melaksanakan tahapan-tahapan dalam pembelajaran berdasarkan masalah. Analisis serta penyelesaian terhadap masalah menghasilkan pengetahuan dan ketrampilan dalam pemecahan masalah.

Guru berperan sebagai pengawas kelompok agar situasi interaksi belajar menjadi aktif dan produktif serta membantu siswa mengidentifikasi pengetahuan yang dibutuhkan untuk memecahkan permasalahan. Proses


(40)

commit to user

pembelajaran berdasarkan masalah akan dianggap lengkap jika siswa melaporkan pengetahuan apa yang didapat dari proses pemecahan masalah sebagai hasil penelitian.

6. Pembelajaran Ekspositori a. Pengertian Pembelajaran Ekspositori

Pembelajaran ekspositori adalah strategi pembelajaran yang menekankan kepada proses penyampaian materi secara verbal dari seorang guru kepada sekelompok siswa dengan maksud agar siswa dapat menguasai materi pelajaran secara optimal. Dalam sistem ini, guru menyampaikan bahan dalam bentuk yang telah dipersiapkan secara rapi, sistematik, secara lengkap sehingga siswa tinggal menyimak dan mencernanya secara teratur dan tertib (Abin Syamsuddin Makmun, 2004: 233).

Pada model ini dalam memberikan informasi dan penjelasan kepada siswa, guru menggunakan alat bantu seperti gambar, bagan, grafik, dan lain-lain disamping memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengajukan pertanyaan. Guru hanya memberi informasi pada saat tertentu jika diperlukan, misalnya pada permulaan pelajaran, memberi contoh soal serta menjawab pertanyaan siswa. Karena model ekspositori lebih menekankan kepada proses bertutur, maka sering juga dinamakan strategi ”chalk and talk”.

b. Karakteristik Pembelajaran Ekspositori

Terdapat beberapa karakteristik strategi ekspositori di antaranya:

1) Strategi ekspositori dilakukan dengan cara menyampaikan materi pelajaran

secara verbal, artinya bertutur secara lisan merupakan alat utama dalam melakukan strategi ini, oleh karena itu sering orang mengidentikannya dengan ceramah.

2) Biasanya materi pelajaran yang disampaikan adalah materi pelajaran yang

sudah jadi, seperti data atau fakta, konsep-konsep tertentu yang harus dihafal sehingga tidak menuntut siswa untuk berpikir ulang.

3) Tujuan utama pembelajaran adalah penguasaan materi pelajaran itu


(41)

commit to user

dapat memahaminya dengan benar dengan cara dapat mengungkapkan kembali materi yang telah diuraikan.

Strategi pembelajaran ekspositori merupakan bentuk dari pendekatan

pembelajaran yang berorientasi kepada guru (teacher centered approach).

Sebab dalam model ini guru memegang peran yang sangat dominan. Melalui strategi ini guru menyampaikan materi pembelajaran secara terstruktur dengan harapan materi pelajaran yang disampaikan itu dapat dikuasai siswa dengan baik. Fokus utama strategi ini adalah kemampuan akademik (academic achievement ) siswa.

c. Keunggulan Model Ekspositori

Strategi pembelajaran ekspositori merupakan model pembelajaran yang banyak dan sering digunakan. Hal ini disebabkan model ini memiliki beberapa keunggulan, di antaranya:

1) Dengan strategi pembelajaran ekspositori guru bisa mengontrol urutan dan

keluasan materi pembelajaran, ia dapat mengetahui sampai sejauh mana siswa menguasai bahan pelajaran yang disampaikan.

2) Strategi pembelajaran ekspositori dianggap sangat efektif apabila materi

pelajaran yang harus dikuasai siswa cukup luas, sementara itu waktu yang dimiliki untuk belajar terbatas.

3) Melalui strategi pembelajaran ekspositori selain siswa dapat mendengar

melalui penuturan (kuliah) tentang suatu materi pelajaran, juga sekaligus siswa bisa melihat atau mengobservasi (melalui pelaksanaan demonstrasi).

4) Keuntungan lain adalah strategi pembelajaran ini bisa digunakan untuk

jumlah siswa dan ukuran kelas yang besar. d. Kelemahan Model Ekspositori

Model Ekspositori disamping memiliki kelebihan juga terdapat kelemahan. Kelemahan model pembelajaran ekspositori, yaitu:

1) Strategi pembelajaran ini hanya mungkin dapat dilakukan terhadap

siswa yang memiliki kemampuan mendengar dan menyimak secara baik.


(42)

commit to user

2) Strategi ini tidak mungkin dapat melayani perbedaan setiap individu

baik perbedaan kemampuan, perbedaan pengetahuan, minat dan bakat, serta perbedaan gaya belajar.

3) Strategi ini lebih banyak dilakukan dengan ceramah, maka akan sulit

mengembangkan kemampuan siswa dalam hal kemampuan sosialisasi, hubungan interpersonal, serta kemampuan berpikir kritis.

4) Keberhasilan strategi ini sangat bergantung pada apa yang dimiliki guru,

serta persiapan, pengetahuan, rasa percaya diri, semangat, antusiasme, motivasi dan berbagai kemampuan guru dalam mengelola kelas.

5) Strategi pembelajaran ini lebih banyak terjadi satu arah, maka

kesempatan untuk mengontrol pemahaman siswa akan materi pembelajaran akan sangat terbatas pula.

e. Langkah-langkah Pelaksanaan Model Ekspositori

Ada beberapa langkah dalam penerapan model ekspositori, yaitu:

1) Persiapan (Preparation)

Tahap persiapan berkaitan dengan mempersiapkan siswa untuk menerima pelajaran. Dalam strategi ekspositori, langkah persiapan merupakan langkah yang sangat penting. Keberhasilan pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan strategi ekspositori sangat tergantung pada langkah persiapan. Beberapa hal yang harus dilakukan dalam langkah persiapan di antaranya adalah:

a.) Berikan sugesti yang positif dan hindari sugesti yang negatif. b.) Mulailah dengan mengemukakan tujuan yang harus dicapai. c.) Bukalah file dalam otak siswa.

2) Penyajian (Presentation)

Langkah penyajian adalah langkah penyampaian materi pelajaran sesuai dengan persiapan yang telah dilakukan. Guru dalam melakukan penyajian ini harus berusaha agar materi pelajaran dapat dengan mudah ditangkap dan dipahami oleh siswa. Hal yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan langkah ini, yaitu:


(43)

commit to user a.) Penggunaan bahasa

b.) Intonasi suara

c.) Menjaga kontak mata dengan siswa

d.) Menggunakan joke-joke yang menyegarkan

3) Korelasi (Correlation)

Langkah korelasi adalah langkah menghubungkan materi pelajaran dengan pengalaman siswa atau dengan hal-hal lain yang memungkinkan siswa dapat menangkap keterkaitannya dalam struktur pengetahuan yang telah dimilikinya. Langkah korelasi dilakukan untuk memberikan makna terhadap materi pelajaran, baik makna untuk memperbaiki struktur pengetahuan yang telah dimilikinya maupun makna untuk meningkatkan kualitas kemampuan berpikir dan kemampuan motorik siswa.

4). Menyimpulkan (Generalization)

Menyimpulkan adalah tahapan untuk memahami inti (core) dari materi

pelajaran yang telah disajikan. Langkah menyimpulkan merupakan langkah yang sangat penting dalam strategi ekspositori, sebab melalui langkah menyimpulkan siswa akan dapat mengambil inti sari dari proses penyajian.

5). Mengaplikasikan (Application)

Langkah aplikasi adalah langkah unjuk kemampuan siswa setelah mereka menyimak penjelasan guru. Langkah ini merupakan langkah yang sangat penting dalam proses pembelajaran ekspositori, sebab melalui langkah ini guru akan dapat mengumpulkan informasi tentang penguasaan dan pemahaman materi pelajaran oleh siswa. Teknik yang biasa dilakukan pada langkah ini diantaranya :

a.) Dengan membuat tugas yang relevan dengan materi yang telah

disajikan.

b.) Dengan memberikan tes yang sesuai dengan materi pelajaran yang

telah disajikan.


(44)

commit to user

Strategi pembelajaran bisa diamati dari efektifnya strategi yang digunakan dalam mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditentukan. Pertimbangan pertama penggunaan strategi pembelajaran adalah tujuan apa yang harus dicapai. Dalam Wina Sanjaya (2010: 181) penggunaan model pembelajaran ekspositori terdapat beberapa prinsip yang harus diperhatikan oleh setiap guru, antara lain :

1) Berorientasi pada Tujuan

Penyampaian materi pelajaran merupakan ciri utama dalam strategi pembelajaran ekspositori melalui metode ceramah, namum tanpa meninggalakan tujuan pembelajaran. Justru tujuan pembelajaranlah yang harus menjadi pertimbangan utama dalam penggunaan strategi Ekspositori. Tujuan pembelajaran harus dirumuskan dalam bentuk tingkah laku yang dapat diukur atau berorientasi pada kompetensi yang harus dicapai oleh siswa. Hal ini sangat penting untuk karena tujuan yang spesifik

me-mungkinkan bisa mengontrol efektivitas penggunaan strategi

pembelajaran.

2) Prinsip komunikasi

Dalam proses komunikasi guru berfungsi sebagai sumber pesan dan siswa berfungsi sebagai penerima pesan. Sistem komunikasi dikatakan efektif manakala pesan itu dapat mudah ditangkap oleh penerima pesan secara utuh. prinsip komunikasi merupakan prinsip yang sangat penting untuk diperhatikan, dalam upaya yang bisa dilakukan agar setiap guru dapat

menghilangkan setiap gangguan (noise) yang bisa mengganggu proses

komunikasi.

3) Prinsip Kesiapan

Siswa dapat menerima informasi sebagai stimulus yang kita berikan,terlebih dahulu kita harus memposisikan mereka dalam keadaan siap baik secara fisik maupun psikis untuk menerima pelajaran.

4) Prinsip Berkelanjutan

Proses pembelajaran ekspositori harus dapat mendorong siswa untuk mempelajari materi pelajaran lebih lanjut. Pembelajaran bukan hanya berlangsung pada saat itu, akan tetapi juga untuk waktu selanjutnya. Keberhasilan penggunaan model ekspositori sangat tergantung pada kemampuan guru untuk bertutur atau menyampaikan materi pelajaran.

B. Penelitian Yang Relevan

Penelitian yang relevan merupakan hasil penelitian orang lain yang relevan untuk dijadikan titik tolak penelitian dalam mencoba melakukan pengulangan,


(45)

commit to user

revisi, modifikasi, dan sebagainya. Adapun penelitian yang relevan sebagai titik tolak penelitian adalah sebagai berikut:

1. Tri Hastuti Septiyaningsih (2007), Studi Komparasi antara Pengajaran

Metode Problem Solving dengan Metode Konvensional terhadap Prestasi

Belajar Akuntansi Pada Siswa Kelas XI program IPS SMA Negeri 7 Surakarta Tahun Ajaran 2006/2007. Hasil dari penelitian yang dilakukan menyatakan bahwa 1) Terdapat perbedaan prestasi belajar akuntansi antara

pengajaran metode Problem Solving dengan metode konvensional pada siswa

kelas XI program IPS SMA Negeri 7 Surakarta Tahun Ajaran 2006/2007.

2) Metode Problem solving lebih efektif diterapkan daripada metode

konvensional.

2. Utut Udiyanto (2008), Studi Perbandingan antara Metode Pemecahan

Masalah dengan Metode Ceramah terhadap Prestasi Belajar Siswa Kelas VIII pada Mata Pelajaran IPS Terpadu SMP Negeri 2 Pulokulon Kabupaten Grobogan Tahun Pelajaran 2008/2009. Hasil dari penelitian yang dilakukan menyatakan bahwa 1) Terdapat perbedaan prestasi belajar akuntansi antara Metode Pemecahan Masalah dengan Metode Ceramah terhadap Prestasi Belajar Siswa Kelas VIII pada Mata Pelajaran IPS Terpadu SMP Negeri 2 Pulokulon Kabupaten Grobogan Tahun Ajaran 2008/2009. 2) Metode Pemecahan Masalah lebih efektif diterapkan dibandingkan dengan Metode Ceramah.

3. Sugiyarti (2009), Pengaruh Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah dan

Ekspositori terhadap Prestasi Belajar Pendidikan Kewarganegaraan Ditinjau dari Motivasi Siswa (Studi Eksperimen pada Siswa SMA Negeri Kecamatan Wonogiri Tahun Pelajaran 2008/2009). Hasil dari penelitian yang dilakukan menyatakan bahwa Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah memiliki pengaruh yang lebih baik daripada Model Ekspositori terhadap Prestasi Belajar Pendidikan Kewarganegaraan.

4. Gino S (2007), Pengaruh Model Problem Based Learning, Cooperative

Learning dan Ekspositori terhadap Prestasi Belajar Pendidikan


(46)

commit to user

Jatisrono Wonogiri. Hasil dari penelitian yang dilakukan menyatakan bahwa

Model Problem Based Learning memiliki pengaruh yang lebih baik

kemudian diikuti Cooperative Learning dan Ekspositori.

C. Kerangka Berpikir

Kerangka berpikir pada dasarnya merupakan olahan penalaran untuk dapat memberikan jawaban sementara atas masalah yang dirumuskan. Kerangka berpikir merupakan alur penalaran yang sesuai dengan tema dan masalah penelitian, serta didasarkan pada kajian teoretis. Dalam penelitian ini kerangka pemikirannya sebagai berikut:

1. Perbedaan hasil belajar siswa antara yang diajar dengan menggunakan model

pembelajaran berdasarkan masalah dengan yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran ekspositori.

Proses pembelajaran merupakan aktivitas pendidikan yang melibatkan siswa dan guru. Kegiatan belajar mengajar merupakan suatu proses yang rumit karena tidak hanya sekedar menyerap informasi dari guru, akan tetapi juga melibatkan berbagai kegiatan maupun tindakan yang harus dilakukan jika menginginkan hasil belajar yang lebih baik. Sebagai pengajar, guru bertugas menyampaiakan materi yang dipelajari kepada siswa. Dengan demikian guru bertanggung jawab terhadap keberhasilan pengajaran. Akan tetapi, pengajaran yang dilakukan oleh guru tidak selamanya berhasil. Hal ini ditunjukkan dengan masih adanya hasil belajar siswa yang berada dibawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM).

Keberhasilan proses belajar-mengajar untuk mencapai tujuan pengajaran dapat dilihat dari hasil belajar yang diperoleh siswa. Banyak faktor yang mempengaruhi keberhasilan siswa, salah satunya adalah model pembelajaran yang digunakan oleh guru. Penggunaan model pembelajaran memiliki pengaruh terhadap keberhasilan guru dalam mengajar. Pemilihan model pembelajaran yang tepat akan menghambat tercapainya tujuan pembelajaran.


(47)

commit to user

Dengan demikian, pemilihan model pembelajaran sangat

mempengaruhi hasil belajar yang diperoleh siswa terutama pada mata pelajaran akuntansi. Dalam hal ini terlihat pada materi-materi yang menuntut pemikiran yang melibatkan aspek kognitif, afektif bahkan psikomotorik. Pendekatan yang dianggap baik belum tentu cocok digunakan untuk mengajarkan suatu materi. Sehingga untuk menyampaikan suatu pokok bahasan diperlukan pendekatan yang tertentu.

2. Model pembelajaran berdasarkan masalah lebih efektif diterapkan dari pada

model pembelajaran ekspositori.

Pemilihan model pembelajaran sangat mempengaruhi hasil belajar yang diperoleh siswa terutama pada mata pelajaran akuntansi. Dalam hal ini terlihat pada materi-materi yang menuntut pemikiran yang melibatkan aspek kognitif, afektif bahkan psikomotorik. Pendekatan yang dianggap baik belum tentu cocok digunakan untuk mengajarkan suatu materi. Sehingga untuk menyampaikan suatu pokok bahasan diperlukan pendekatan yang tertentu.

Guna mendapatkan hasil belajar yang lebih baik, hendaknya pendidik dapat memilih serta menggunakan metode mengajar yang tepat sehingga dapat menumbuhkan minat peserta didik dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar. Guru yang baik harus dapat menguasai berbagai macam metode mengajar, sehingga dapat memilih serta menentukan metode serta pendekatan yang tepat untuk diterapkan dalam proses pembelajaran. Salah satu dari model pembelajaran yaitu model pembelajaran berdasarkan masalah (Problem Based Learning), dimana seorang guru harus berusaha melibatkan

siswa dalam pemecahan masalah. Penggunaan model Problem Based

Learning akan menghasilkan proses belajar yang efektif. Hal ini dikarenakan

dalam model Problem Based Learning siswa dituntut untuk lebih aktif dalam

proses pembelajaran.

Pada penelitian ini pengajaran dilakukan dengan menggunakan model pembelajaran berdasarkan masalah dan model pembelajaran ekspositori. Tujuan dilaksanakannya kedua model ini adalah sama, yaitu untuk


(48)

commit to user

mendapatkan pencapaian hasil belajar. Model pembelajaran berdasarkan masalah dilakukan dengan melibatkan siswa dalam pemecahan masalah. Sedangkan model ekspositori, model yang digunakan adalah metode ceramah. Dari kedua model pembelajaran ini, dibandingkan kemudian dicari mana yang lebih baik digunakan dan diterapkan dalam pembelajaran akuntansi.

Untuk dapat memperjelas kerangka pemikiran tersebut diatas, maka dapat dibuatkan bagan paradigma sebagai berikut:

Gambar 2. Kerangka Berpikir tentang Perbandingan Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah Dengan Model Ekspositori Terhadap Hasil Belajar

D. Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban yang bersifat sementara terhadap suatu permasalahan penelitian sampai terbukti melalui data yang terkumpul. Hipotesis merupakan suatu pendapat yang kebenarannya masih harus dibuktikan terlebih dahulu.

Berdasarkan uraian diatas, maka hipotesis yang akan diuji dalam penelitian ini adalah :

Siswa Model

Pembelajaran

Hasil Belajar

Hasil Belajar

Model Ekspositori Model PBL


(49)

commit to user

1. Terdapat perbedaan hasil belajar akuntansi antara metode Pembelajaran

Berdasarkan Masalah dengan metode Ekspositori pada pada siswa kelas XI IS SMA Al Islam 1 Surakarta Tahun Ajaran 2010/2011.

2. Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah lebih efektif digunakan

dibandingkan dengan model Ekspositori pada siswa kelas XI IPS SMA Al Islam 1 Surakarta Tahun Ajaran 2010/2011.


(50)

commit to user

BAB III

METODE PENELITIAN

A.Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMA Al Islam 1 Surakarta. Adapun alasan penulis memilih SMA Al Islam 1 Surakarta sebagai tempat penelitian adalah :

1. Di SMA Al Islam 1 Surakarta belum pernah dilakukan penelitian yang

berjudul Studi Komparasi Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah Dengan Model Ekspositori Terhadap Hasil Belajar Siswa Dalam Pembelajaran Akuntansi Kelas XI IS Semester 2 SMA Al Islam I Surakarta Tahun Ajaran 2010/2011, sehingga hasilnya dapat digunakan sebagai masukan baik bagi guru maupun manajemen sekolah.

2. Penulis ingin mengetahui apakah model Pembelajaran Berdasarkan Masalah

cukup efektif dilaksanaka pada siswa kelas XI IPS SMA Al Islam 1 Surakarta Tahun Ajaran 2010/2011.

2. Waktu Penelitian

Waktu yang peneliti rencanakan untuk kegiatan penelitian ini selama kurang lebih 6 bulan, dengan jadwal pelaksanaan sebagai berikut:

Tabel 2. Jadwal Pelaksanaan Penyusunan Skripsi Jenis Kegiatan

Tahun 2010/1011

Jan Feb Mar Apr Mei Juni

a. Persiapan Penelitian

1. Pengajuan Judul

2. Penyusunan Proposal

3. Izin Penelitian

4. Pelaksanaan Tindakan

b. Implementasi Tindakan

1. Pengumpulan Data

2. Penganalisaan Data

c. Pembuatan Laporan


(1)

commit to user

dalam proses belajar mengajar lebih tinggi dibandingkan dengan menggunakan model pembelajaran ekspositori. Pembelajaran berdasarkan masalah adalah salah satu pendekatan yang menuntut para siswan untuk ikut aktif dalam berdiskusi dan mandiri pada saat guru memberikan tugas pada proses belajar mengajar di kelas, sehingga partisipasi atau keaktifan siswa sangat dibutuhkan. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan dikelompok eksperimen selama pengajaran berlangsung keaktifan siswa sangat terlihat. Keaktifan siswa tersebut antara lain adanya keaktifan bertanya kepada teman maupun kepada guru, serta keaktifan mengerjakan soal latihan yang diberikan guru. Lain halnya dengan pengamatan yang dilakukan dikelompok kontrol, dikelas ini siswa hanya mendengarkan penjelasan dari guru dan jarang sekali siswa mengajukan pertanyaan kepada guru.

Model pembelajaran berdasarkan masalah selain dapat meningkatkan partisipasi atau keaktifan siswa, juga dapat meningkatkan motivasi siswa. Hal ini dapat dilihat dari adanya rasa senang dan semangat dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar. berdasar pada pengamatan yang dilakukan dikelompok eksperimen siswa mengerjakan tugas yang diberikan guru dengan semangat dan rasa senang. Dengan penerapan model pembelajaran berdasarkan masalah, siswa juga dapat meningkatkan kerjasama antar kelompok, siswa dengan kemampuan yang lemah dapat dibantu oleh siswa lain yang kemampuannya lebih tinggi, selain itu proses pembelajaran yang dilakukan guru menjadi lebih bervariasi, pembelajaran menjadi lebih menarik dan hidup. Berbeda dengan pengamatan yang dilakukan dikelompok kontrol, siswa merasa kurang bersemangat dalam mengerjakan tugas yang diberikan guru.

Berdasarkan hasil pengamatan dapat dilihat bahwa penggunaan model pembelajaran berdasarkan masalah lebih dapat meningkatkan prestasi belajar siswa dari pada pembelajaran dengan mengunakan model ekspositori. Hal ini juga didukung oleh data-data kuantitatif yang telah dikemukakan diatas.


(2)

commit to user

BAB V

SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan pembahasan yang telah dikemukakan, maka simpulan yang dapat disampaikan adalah sebagai berikut:

1. Terdapat perbedaan hasil belajar akuntansi yang signifikan antara siswa yang diajar dengan menggunakan model Pembelajaran Berdasarkan Masalah dengan model Ekspositori pada siswa kelas XI IPS SMA Al Islam 1 Surakarta Tahun Ajaran 2010/2011. Hal ini di tunjukkan dari hasil belajar yang dicapai pada kelompok eksperimen lebih tinggi daripada hasil yang dicapai oleh kelompok kontrol.

2. Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah menghasilkan hasil belajar akuntansi yang lebih baik dibandingkan dengan model Ekspositori pada siswa kelas XI IPS SMA Al Islam 1 Surakarta Tahun Ajaran 2010/2011. Hal ini dilihat dari pencapaian hasil belajar pada kelompok eksperimen lebih baik dibandingkan pada kelompok kontrol.

B. Implikasi

Berdasarkan simpulan yang telah dikemukakan, maka implikasi yang dapat disampaikan adalah sebagai berikut:

1. Implikasi Teoretis

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pembelajaran akuntansi dengan model pembelajaran berdasarkan masalah lebih efektif dibandingkan dengan pembelajaran akuntansi menggunakan model ekspositori. Keefektifan model pembelajaran berdasarkan masalah ini ditunjukkan dengan pencapaian hasil belajar siswa yang lebih baik dibandingkan dengan model ekspositori. Pembelajaran menggunakan pembelajaran berdasarkan masalah mendorong siswa untuk memiliki kemampuan yang baik dalam berkomunikasi dan dapat membantu


(3)

commit to user

siswa meningkatkan kreativitas dalam memecahkan masalah baik secara individu maupun kelompok.

2. Implikasi Praktis

Hasil penelitian dapat digunakan sebagai masukan bagi guru, khususnya guru akuntansi sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas proses belajar mengajar dan peningkatkan hasil belajar siswa. Selain itu guru harus memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi proses belajar mengajar baik faktor dari dalam maupun faktor dari luar. Serta harus mengetahui kelebihan dan kekurangan masing-masing metode mengajar, khususnya pada mata diklat akuntansi sehingga dengan pemilihan metode mengajar yang tepat dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

C. Saran

Berdasarkan simpulan dan implikasi hasil penelitian yang telah penulis sampaikan di atas, maka peneliti menyampaikan saran-saran yang diharapkan dapat memberikan keberhasilan bagi siswa pada saat mengikuti proses belajar mengajar.

1. Bagi Guru

Guru dapat menggunakan pembelajaran berdasarkan masalah dalam pembelajaran mata diklat akuntansi, pada saat proses belajar mengajar guru akan mengkoordinasikan kelas sesuai dengan sistem sosial yang berlaku di masyarakat sehingga siswa akan lebih mudah dalam memahami materi yang dipelajari. Guru hendaknya mampu membuat suasana belajar yang terpusat kepada siswa sehingga siswa dapat berperan secara aktif dalam proses belajar mengajar sehingga tujuan dapat dicapai dengan baik.

2. Bagi Siswa

Siswa hendaknya secara aktif terlibat dalam proses belajar mengajar baik fisik, mental maupun pikiran untuk benar-benar memahami, mengerti dan dapat


(4)

commit to user

menerapkan ilmu pengetahuan dalam kehidupan bermasyarakat. Siswa harus dibiasakan untuk memecahkan masalah baik secara individu maupun kelompok sehingga siswa mendapatkan pengetahuan optimal bukan hanya dari guru tetapi siswa menemukan langsung dan membangun sendiri pengetahuan mereka melalui membaca, latihan soal maupun sumber- sumber belajar yang lain.

3. Bagi Sekolah

Sekolah hendaknya mampu menyediakan guru-guru yang profesional dan berpengalaman dalam menggunakan berbagai metode mengajar. Selain itu sekolah harus menyediakan sarana dan prasarana yang memadai untuk menunjang proses pembelajaran. Dengan demikian akan mampu meningkatkan prestasi siswa secara optimal sehingga tujuan dapat tercapai.


(5)

commit to user

DAFTAR PUSTAKA

Agus Suranto, Kardiman. 2005. Prinsip-Prinsip Akuntansi I SMA Kelas XI. Jakarta: Yudhistira.

Aunurrahman. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.

Dimyanti, Mudjiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT.Rineka Cipta.

Emzir. 2008. Metodologi Penelitian Pendidikan (Kuantitatif dan Kualitatif).

Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Gino, Suwarni, Suripto. 2000. Belajar dan Pembelajaran I. Surakarta: UNS Press. Gulo, W. 2002. Strategi belajar Mengajar. Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana

Indonesia.

Masidjo. 1995. Penilaian Pencapaian Hasil Belajar Siswa di Sekolah. Yogyakarta: Kanisius.

Nana Sudjana. 1995. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.

Ngalim Purwanto. 1990. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT.Remaja Rosdakarya. Oemar Hamalik. 1992. Psikologi Belajar dan Mengajar. Bandung: Sinar Baru. Oktia fajri Puji Hidayati. 2007. Studi Komparasi Hasil Belajar Geografi Antara

Pembelajaran Berbasis Masalah Dengan Pembelajaran Konvensional Pada Siswa Kelas XI Program Ilmu Sosial SMA Negeri 9 Semarang Tahun 2006/2007. Skripsi. Universitas Negeri Semarang.

Richard Dunne, Ted Wragg. 1996. Pembelajaran Efektif. Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana Indonesia.

Richard I. Arends. 2004. Learning to Teach. Mc graw Hill.

Sigit Santosa. 2011. Penelitian Pendidikan. Surakarta: UNS Press.

Slameto. 1995. Belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Jakarta: PT. Rineka Cipta.


(6)

commit to user

Suci Lestari. 2009. Upaya Peningkatan kualitas Pembelajaran Akuntansi Melalui Penerapan Metode Problem Based Learning Pada Siswa Kelas X SMK Batik 2 Surakarta tahun Ajaran 2008/2009. Skripsi. Universitas Sebelas Maret.

Sudjana. 1986. Metoda Statistik. Bandung: Tarsito. ______. 2001. Metode Statistik. Bandung: Tarsito.

Suharno, Sukardi et al. 2000. Belajar dan Pembelajaran II. Surakarta: UNS Press. Suharsimi Arikunto. 2002. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek.Edisi

Revisi V. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

_______________. 2005. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan Edisi Revisi V.

Jakarta: PT. Bumi aksara.

Saifuddin Azwar. 1996. Tes Prestasi: Fungsi dan Pengembangan Pengukuran Prestasi Belajar. Edisi II. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Syamsuddin Makmun. 2004. Psikologi Kependidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Taufiq Amir. 2010. Inovasi Pendidikan Melalui Problem Based Learning. Jakarta: PT. Kencana Prenada Media Group.

Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif: Konsep, Landasan dan Implementasi pada Kurikulum Tingkat satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: PT. Kencana Prenada Media Group.

Tri Hastuti septianingsih. 2007. Studi Komparasi Antara Pengajaran Metode Problem Solving Dengan Metode Konvensional Terhadap Prestasi Belajar Akuntansi Pada Siswa Kelas XI Program IPS SMA Negeri 7 Surakarta Tahun Ajaran 2006/2007. Skripsi. Universitas Sebelas Maret. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem

Pendidikan Nasional. Semarang: PT. Rineka Cipta.

Wina Sanjaya. 2010. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar proses Pendidikan. Jakarta: PT. Kencana Prenada Media Group.


Dokumen yang terkait

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF DENGAN METODE JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR AKUNTANSI SISWA KELAS XI AKUNTANSI SMK KANISIUS SURAKARTA TAHUN AJARAN 2010 2011

0 8 83

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM POSING DAN MODEL PEMBELAJARAN EKSPOSITORI TERHADAP HASIL BELAJAR AKUNTANSI SISWA KELAS XI AK SMK SWASTA JAMBI TAHUN PEMBELAJARAN 2015/2016.

0 2 29

STUDI KOMPARASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW DENGAN MODEL EKSPOSITORI TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATA PELAJARAN AKUNTANSI SISWA KELAS XI IS S M A NE GE RI 2

0 15 109

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CREATIVE PROBLEM SOLVING UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR AKUNTANSI SISWA KELAS XI IS 1 SMA SWASTA AL-MAKSUM MEDAN TAHUN PEMBELAJARAN 2010/2011.

0 2 26

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN CREATIVE PROBLEM SOLVING TERHADAP HASIL BELAJAR AKUNTANSI KELAS XI IS SMA NEGERI 1 KISARAN, TAHUN AJARAN 2011/2012.

0 4 22

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN REVIEW OVERVIEW PRESENTATION EXERSICE SUMMARY TERHADAP HASIL BELAJAR AKUNTANSI SISWA KELAS XI IS SMA NEGERI 4 BINJAI TAHUN AJARAN 2011/2012.

3 6 26

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN TWO STAY TWO STRAY TERHADAP HASIL BELAJAR AKUNTANSI SISWA KELAS XI IS SMA NEGERI 1 BALIGE TAHUN PEMBELAJARAN 2011/2012.

0 1 20

ANALISIS KESULITAN BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN AKUNTANSI (Studi Kasus di SMA Muhammadiyah 2 Surakarta Kelas XI IS Semester Gasal Tahun Ajaran 2008/2009).

0 1 8

PEMBELAJARAN KEMAMPUAN BERSASTRA PADA SISWA KELAS XI IPA SMA MUHAMMADIYAH 2 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2010/2011 Pembelajaran Kemampuan Bersastra Pada Siswa Kelas Xi Ipa Sma Muhammadiyah 2 Surakarta Tahun Ajaran 2010/2011.

0 0 12

Model Pembelajaran Ekspositori

0 0 2