PENGARUH PEMANFAATAN METODE DEMONSTRASI JUMPUTAN DAN METODE DEMONSTRASI MEMBATIK TERHADAP KREATIVITAS ANAK USIA DINI DI TK B DHARMA BAKTI I YOGYAKARTA.

(1)

i

PENGARUH PEMANFAATAN METODE DEMONSTRASI JUMPUTAN DAN METODE DEMONSTRASI MEMBATIK TERHADAP

KREATIVITAS ANAK USIA DINI DI TK B DHARMA BAKTI I

YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan kepada Falkutas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh Dewi Setyowulan NIM 12105244031

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENDIDIKAN JURUSAN KURIKULUM DAN TEKNOLOGI PENDIDIKAN

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA


(2)

(3)

(4)

(5)

v MOTTO Success is My Right

Jadi jangan ragu lagi melakukan sesuatu karena kita punya hak untuk sukses maka perjuangkan itu dan yakinlah sukses ada ditangan kita


(6)

vi

PERSEMBAHAN

Skripsi ini ku persembahkan kepada kedua orang tuaku, Bapak Bardi dan Ibu Sulinem, Almamaterku, Universitas Negeri Yogyakarta serta


(7)

vii

PENGARUH PEMANFAATAN METODE DEMONSTRASI JUMPUTAN DAN METODE DEMONSTRASI MEMBATIK TERHADAP

KREATIVITAS ANAK USIA DINI DI TK B DHARMA BAKTI I

YOGYAKARTA Oleh Dewi Setyowulan NIM 12105244031

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat perbedaan pengaruh pemanfaatan metode demonstrasi jumputan dan metode demonstrasi membatik terhadap kreativitas anak usia dini di TK Kelompok B Dharma Bakti I Yogyakarta.

Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah replication design (pola replikasi) untuk menilai perbedaan tingkat kreativitas anak usia dini di TK Kelompok B Dharma Bakti I Yogyakarta dengan menggunakan metode demonstrasi jumputan dan metode demonstrasi membatik terhadap kreativitas. Subyek penelitiana ini adalah anak usia dini di TK Kelompok B Dharma Bakti I Yogyakarta yang berjumlah 20 anak. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah observasi dan dokumentasi. Data yang di peroleh dianalisis dengan menggunakan uji t-test.

Hasil penelitian menunjukkan (1) Terdapat perbedaan mean nilai kreativitas posttest pada kelompok metode demontrasi jumputan dengan kelompok metode demonstrasi membatik, dan (2) Terdapat perbedaan pengaruh pemanfaatan metode demonstrasi membatik dibandingan dengan metode demonstrasi jumputan hal ini terbukti pada tingkat perbedaan mean nilai gain tingkat kreativitas antara metode demontrasi jumputan dan metode demontrasi membatik. Metode demonstrasi membatik (Mean = 6,60) lebih efektif dibandingkan metode demontrasi jumputan (Mean = 3,35) untuk meningkatkan kreativitas anak usia dini di TK Kelompok B Dharma Bakti I Yogyakarta.

Kata kunci : Kreativitas, metode demontrasi jumputan, metode demontrasi membatik.


(8)

viii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir Skripsi yang berjudul “Pengaruh Pemanfaatan Metode Demonstrasi Jumputan dan Metode Demonstrasi Membatik Terhadap Kreativitas Anak Usia Dini Di TK B Dharma Bakti I Yogyakarta” dengan baik.

Penyusunan Tugas Akhir Skripsi ini tentunya tidak luput dari bimbingan, arahan, bantuan serta dukungan dan motivasi dari banyak pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan kali ini penulis menghaturkan ucapan terima kasih kepada: 1. Rektor Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan dukungan

selama penulis menimba ilmu di Universitas Negeri Yogyakarta.

2. Dekan Falkutas Ilmu Pendidikan yang telah memberikan ijin penelitian. 3. Ketua Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan FIP UNY yang telah

memberikan dukungan dan ijin penelitian.

4. Dr. Haryanto, M.Pd selaku Dosen Pembimbing yang telah dengan sabar memberikan bimbingan, arahan, dukungan, dan saran-saran yang membangun kepada penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

5. Dr. Sugeng Bayu Wahyono, M.Si. selaku pembimbing akademik yang telah memberikan dukungan dan pembinaan selama masa studi.

6. Kepala Taman Kanak-kanak dan guru-guru Taman Kanak-kanak Dharma Bakti I yang telah memberikan ijin penelitian dan dukungannya kepada penulis.

7. Anak-anak Kelompok B Taman Kanak-kanak Dharma Bakti I yang telah suka rela menjadi subjek penelitian ini.

8. Orang tuaku Bapak Bardi dan Ibu Sulinem serta kakak-kakakku yang telah memberikan dukungan, motivasi dan do’a yang luar biasa kepada penulis hingga tugas akhir skripsi ini dapat terselesaikan.

9. Mas Coco yang sudah sabar mendengarkan keluhanku, selalu memberikan dukungan dan motivasi dalam menyelesaikan skripsi.


(9)

(10)

xi DAFTAR ISI

hal

HALAMAN JUDUL ... i

PERSEYUJUAN ... ii

PERNYATAAN ... iii

PENGESAHAN ... iv

MOTTO ... v

PERSEMBAHAN ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 6

C. Pembatasan Masalah ... 6

D. Rumusan Masalah ... 6

E. Tujuan Penelitian ... 7

F. Manfaat Penelitian ... 7

BAB II KAJIAN TEORI A. Metode Pembelajaran ... 9

1. Pengertian Model Pembelajaran ... 9

2. Metode Demonstrasi ... 10

a. Pengertian Metode Demonstrasi ... 10

b. Syarat Pelaksanaan Metode Demonstrasi ... 11

c. Prinsip-Prinsip Metode Demonstrasi ... 15

d. Kelebihan Metode Demonstrasi ... 18


(11)

xii

f. Langkah-Langkah Pelaksanaan Metode Demonstrasi ... 21

3. Metode Demonstrasi Jumputan ... 23

4. Metode Demonstrasi Membatik ... 24

B. Pendidikan Anak Usia Dini ... 26

1. Landasan Pendidikan Anak Usia Dini ... 26

a. Landasan Yuridis ... 27

b. Landasan Filosofi ... 27

2. Hakekat Pendidikan Anak Usia Dini ... 28

a. Pengertian ... 28

b. Tujuan ... 28

c. Karakteristik Anak Usia Dini ... 29

d. Prinsip-Prinsip dalam Pendidikan Anak Usia Dini ... 35

C. Kreativitas ... 37

1. Pengertian Kreativitas ... 37

2. Karakteristik Anak Kreatif ... 39

3. Manfaat Kreativitas ... 43

4. Faktor yang Mempengaruhi Kreativitas Anak ... 46

D. Kerangka Berpikir ... 47

E. Pengajuan Hipotesis ... 48

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Desain Penelitian ... 50

1. Jenis Penelitian ... 50

2. Desain Penelitian ... 50

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 51

C. Populasi dan Sampel Penelitian ... 52

D. Variabel Penelitian ... 53

E. Prosedur Penelitian ... 54

F. Tehnik dan Instrumen Pengumpulan Data ... 58

1. Teknik Pengumpulan Data ... 58

2. Instrumen Pengumpulan Data ... 59

G. Teknik Analisis Data ... 61


(12)

xiii

2. Uji Persyaratan ... 61

3. Uji Hipotesis ... 62

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAAN A. Hasil Penelitian ... 64

1. Demonstrasi Jumputan 1... 64

2. Demonstrasi Jumputan 2 ... 65

3. Demonstrasi Jumputan 3 ... 67

4. Demonstrasi Jumputan 4 ... 68

5. Demontrasi Membatik 1 ... 70

6. Demontrasi Membatik 2 ... 71

7. Demontrasi Membatik 3 ... 73

B. Analisis Data ... 75

1. Hasil Analisis Uji Prasyarat ... 75

a. Hasil Uji Normalitas ... 75

b. Hasil Uji Homogenitas ... 76

2. Hasil Analisis Data ... 77

a. Uji Kesamaan Dua Rata-rata Data Berpasangan ... 77

b. Uji Kesamaan Dua Rata-rata Data Gain ... 78

C. Pembahasan 1. Tingkat Kreativitas Anak dengan Menggunakan Metode Demonstrasi Jumputan ... 79

2. Tingkat Kreativitas Anak dengan Menggunakan Metode Demonstrasi Membatik ... 81

D. Keterbatasan Peneliti ... 83

BAB V KESIMPULAN A. Kesimpulan ... 84

B. Implikasi ... 84

C. Saran ... 85 1. Bagi Pihak Sekolah


(13)

xiv

DAFTAR PUSTAKA ... 86 LAMPIRAN ... 88


(14)

xv

DAFTAR TABEL

hal

Tabel 1. Prosedur Pola Penelitian Eksperimen Replication Design ... 53

Tabel 2. Pedoman Observasi Kreativitas Metode Demonstrasi Jumputan dan Metode Demonstrasi Membatik ... 60

Tabel 3. Hasil Uji Normalitas Pretest, Posttest 1 dan Posttest 2 ... 75

Tabel 4. Hasil Uji Homogenitas Posttest 1 dan Posttest 2 ... 76

Tabel 5. Paired Sample t-Test Antara Pretest dan Posttest ... 77

Tabel 6. Independent Sample t-Test Gain Kreativitas Pada Metode Demonstrasi Jumputan dan Metode Demonstrasi Membatik ... 78


(15)

xvi

DAFTAR GAMBAR

hal Gambar 1. Diagram Rancangan Penelitian ... 51 Gambar 2. Grafik Tingkat Kreativitas Anak Setelah Demonstrasi Jumputan Pertama ... 64 Gambar 3. Grafik Tingkat Kreativitas Anak Setelah Demonstrasi Jumputan Kedua ... 66 Gambar 4. Grafik Tingkat Kreativitas Anak Setelah Demonstrasi Jumputan Ketiga ... 68 Gambar 5. Grafik Tingkat Kreativitas Anak Setelah Demonstrasi Jumputan Keempat .. 69 Gambar 6. Grafik Tingkat Kreativitas Anak Setelah Demonstrasi Membatik Pertama ... 71 Gambar 7. Grafik Tingkat Kreativitas Anak Setelah Demonstrasi Membatik Kedua ... 72 Gambar 8. Grafik Tingkat Kreativitas Anak Setelah Demonstrasi Membatik Ketiga ... 74


(16)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

hal

Lampiran ... 88

Lampiran 1. Peragkat Pembelajaran... 89

1.1Data Anak... 90

1.2RKM ... 91

1.3RKH ... 93

1.4Daftar Hadir ... 114

Lampiran 2. Kisi-kisi Instrumen dan Lembar Observasi ... 116

1.1 Pedoman Observasi ... 117

1.2 Rubrik Penilaian Kreativitas... 118

1.3 Lembar Obervasi ... 121

Lampiran 3. Hasil Penelitian ... 123

1.1 Data Demonstrasi Jumputan 1 ... 124

1.2 Data Demonstrasi Jumputan 2 ... 125

1.3 Data Demonstrasi Jumputan 3 ... 126

1.4 Data Demonstrasi Jumputan 4 ... 127

1.5 Data Demonstrasi Membatik 1 ... 128

1.6 Data Demonstrasi Membatik 2 ... 129

1.7 Data Demonstrasi Membatik 3 ... 130

Lampiran 4. Analisis Uji Statistik ... 131

1.1Hasil Analisis Deskriptif ... 132

1.2Hasil Uji Normalitas ... 133

1.3Hasil Uji Homogenitas ... 134

1.4Hasil Uji Beda t-Test ... 135

Lampiran 5. Dokumentasi ... 137

1.1Pelaksanaan Metode Demonstrasi Jumputan dan Metode Demonstrasi Membatik ... 138

1.2Hasil Karya ... 141

Lampiran 6. Surat-Surat Penelitian ... 149

1.1Surat Ijin Penelitian dari UNY... 150


(17)

xviii

1.3Surat Ijin Penelitian dari BAPPEDA... 152 1.4Surat Ijin Penelitian dari TK Dharma Bakti I... 154


(18)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan perlu dimulai sejak dini, terlebih untuk mengejar ketertinggalan kita memasuki era globalisasi, terutama masalah kualitas sumber daya manusia. Melalui pendidikan usia dini dapat dibangun pilar-pilar sumber daya manusia mampu bersaing dengan sumber daya manusia dari negara lain. Usia dini merupakan usia awal yang paling penting dan mendasar sepanjang pertumbuhan dan perkembangan kehidupan manusia. Pada usia ini memberikan pendidikan sejak dini sangat penting untuk perkembangan kemampuan anak. Undang-undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 Ayat 14, Pendidikan Anak Usia Dini adalah upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan memasuki pendidikan lebih lanjut.

Anak TK usia 4-5 tahun termasuk dalam pendidikan anak usia dini karena usia anak pra sekolah yang masih harus mendapatkan rangsangan pendidikan untuk pertumbuhan dan perkembangan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. Rasyid, dkk (2009: 1) menyatakan bahwa perkembangan anak usia dini merupakan perkembangan usia emas yang sangat memiliki makna bagi kehidupan mereka kelak, bila usia emas tersebut dioptimalkan pertumbuhannya. Masa pertumbuhan dan perkembangan anak


(19)

2

usia dini harus dipantau secara terus menerus sehingga akan cepat diketahui kematangan dan kesiapannya, baik yang menyangkut perkembangan kemampuan dasar seperti kognitif, bahasa, dan motorik maupun perkembangan kemampuan lainnya yangakan membentuk karakter mereka kelak.

Pendidikan bertanggung jawab untuk memandu (mengidentifikasi dan membina) serta memupuk (mengembangkan dan meningkatkan) potensi-potensi pada diri anak, maka dari itu pendidikan merupakan cermin suksesnya suatu bangsa. Kesuksesan dalam suatu bangsa dapat ditandai dengan peningkatan mutu pendidikan. Perbaikan mutu dalam pendidikan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perkembangan pembangunan bangsa, karena sumber daya manusia adalah salah satu faktor penting dalam perbaikan kondisi dan situasi bangsa. Aspek penting dalam proses pembelajaran adalah mencapai sebuah tujuan dengan peran aktif atau partisipasi antara guru dan anak. Partisipasi antara keduanya ini sangat berpengaruh terhadap pencapaian sebuah tujuan dari pembelajaran yang diharapkan.

Guru harus menguasai bahan dan materi pelajaran, mengetahui cara pengelolaan kelas yang efektif dan menyampaikan dengan baik sesuai dengan perkembangan anak serta karakteristik anak. Seorang guru harus terampil dan kreatif dalam penyajian materi sehingga anak dapat belajar dengan suasana yang menyenangkan dan menarik. Penerapan metode yang kurang tepat dapat menimbulkan kebosanan, sulit dipahami, kemandirian anak dalam mengerjakan tugas menjadi kurang optimal, kreativitas anak tidak timbul dan


(20)

3

pembelajaran menjadi monoton sehingga anak kurang termotivasi untuk belajar.

Peran pendidik sebenarnya sangat dibutuhkan dalam upaya mengembangkan potensi anak. Upaya pengembangan tersebut melalui kegiatan bermain sambil belajar, belajar seraya bermain, dengan demikian anak akan memiliki kesempatan untuk bereksplorasi, menemukan, mengekspresikan perasaan dan berkreasi. Masing-masing anak mempunyai modal kreativitas dalam dirinya, guru hanya perlu menyediakan sarana dan prasarana untuk menyalurkan seluruh potensi anak tersebut. Rangsangan dapat diberikan dengan cara memberikan kesempatan pada anak untuk menjadi kreatif. Biarkan anak dengan bebas melakukan, memegang, menggambar, membentuk maupun membuat dengan caranya sendiri. Munculkan daya kreatifitas anak dengan membiarkan anak menuangkan imajinasinya. Ketika anak mengembangkan keterampilan kreatif, maka anak tersebut juga dapat menghasilkan ide-ide yang inovatif dan jalan keluar dalam menyelesaikan masalah serta meningkatkan kemampuan dalam mengingat sesuatu.

Perkembangan kreativitas anak bisa dirangsang melalui jalan yang dapat menarik minat anak tersebut secara sukarela, berangkat dari hatinya yang paling tulus. Jadi jalan yang paling mudah adalah melalui kegiatan yang digemari dan menjadi kehidupan anak-anak pada saat itu yaitu bermain. Pengembangan kreatifitas melalui kegiatan bermain haruslah diarahkan untuk merangsang kemampuan anak agar dapat membuat kombinasi baru, sebagai kemampuan untuk memproduksi respon yang tidak bisa, serta merangsang


(21)

4

agar anak berfikir. Dalam pencapaian tujuan pendidikan TK, salah satu yang harus dikembangkan adalah kreatifitas, kreativitas ini dapat dikembangkan melalui kegiatan yang menyenangkan. Guru harus memberi kesempatan pada anak untuk menemukan sendiri apa yang mereka lakukan.

Berdasarkan pengamatan peneliti di TK B Dharma Bakti I Yogyakarta pada tanggal 3-7 November 2015 adalah kurangnya sarana dan prasarana untuk mendukung kreativitas anak, ini tampak pada beberapa kegiatan dan alat main anak yang tidak ada pembaharuan sehingga kurang menarik untuk dimainkan contohnya dalam kegiatan belajar dengan painting finger guru menggunakan satu warna, dalam kegiatan bermain plastisin yang digunakan adalah plastisin lama atau bekas sehingga susah dibentuk dan warna sudah tidak menarik, beberapa alat mainan di kelas karena terlihat kusam warnanya dan berdebu sehingga jarang anak yang memainkan alat permainan tersebut. Rendahnya kreativitas anak dapat dilihat pada saat guru memberikan penugasan anak masih banyak yang mencontoh pekerjaan temannya. Disamping itu pemberdayaan potensi guru dalam mengajar masih kurang dalam mengembangkan kegiatan-kegiatan pembelajaran, ini tampak dari kegiatan harian setiap harinya hampir sama karena guru terlihat banyak urusan sehingga dalam rencana kegiatan harian membuat yang simple. Sarana dan prasarna yang dimiliki oleh TK B Dharma Bakti I Yogyakarta belum lengkap namun penggunaannya juga belum maksimal. Alat-alat atau bahan yang ada disekitar TK sebenarnya dapat digunakan untuk mendukung kegiatan pembelajaran.


(22)

5

Metode demonstrasi yang digunakan guru kurang memperhatikan prinsip-prinsipnya yaitu prinsip memusatkan perhatian anak sehingga dalam menjalankan penugasan anak kurang mandiri dan selalu mencontoh karya guru tidak ada ketertarikan dalam berkreatifitas dan setiap ditanya kenapa membuat karyanya sama seperti yang dicontohkan kebanyakan dari anak menjawab karena tidak bisa. Metode demontrasi yang digunakan pada kegiatan balajar dimaksudkan untuk mencoba melatih kembali kreativitas anak. Peneliti dan guru mengambil inisiatif untuk mendemonstrasikan secara langsung kegiatan membatik dan jumputan dengan langkah-langkah pembuatannya. Jumputan menggunakan bermacam warna serta bahan dan alat yang aman untuk anak usia dini yaitu menggunakan tisu, pewarna makanan dan menggunakan kuas, sedangkan membatik menggunakan tisu, pewarna makanan dan menggunakan cotton bud. Metode demontrasi yang digunakan tidak hanya mengajarkan anak untuk mencontoh/meniru yang berarti kreativitas atau kebebasan berekspresi bagi anak tidak dapat tersalurkan. Pengembangkan kreativitas anak perlu ditumbuhkembangkan kebebasan, keberanian, spontanitas, orisionalitas pada diri anak tersebut.

Mungkinkah melalui pengunaan metode demonstrasi membatik dan metode demonstrasi jumputan dapat meningkatkan kreativitas anak. Jadi penulis tertarik melakukan penelitian eksperimen tentang “Pengaruh Pemanfaatan Metode Demonstrasi Membatik Jumputan dan Metode Demontrasi Membatik Terhadap Kreativitas Anak Usia Dini di TK Kelompok


(23)

6 B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian di atas dapat dilihat beberapa permasalahan yang masih terjadi pada kegiatan belajar diTK Kelompok B Dharma Bakti I Yogyakarta, diantaranya:

1. Kurangnya sarana dan prasarana dalam mengajar 2. Masih ditemukan anak yang kurang kreatif

3. Pemberdayaan potensi guru yang kurang dalam membuat rancangan kegiatan harian

4. Metode demontrasi yang digunakan guru kurang memperhatikan prinsip-prinsipnya yaitu prinsip memusatkan perhatian anak saat demonstrasi berjalan.

C. Batasan Masalah

Permasalahan yang teridentifikasi di atas, penelitian ini dibatasi pada pada perlakuan dengan mengimplementasikan metode demontasi jumputan dan metode demontasi membatik terhadap kreativitas anak dengan upaya meminimalisir permasalahan no (2) pada identifikasi masalah di atas.

D. Perumusan Masalah

Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah ada perbedaan pengaruh metode demonstrasi jumputan dan metode demonstrasi membatik terhadap tingkat kreativitas anak usia dini di TK Kelompok B Dharma Bakti I Yogyakarta?


(24)

7 E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang diajukan dalam penelitian ini, maka tujuan dari pelaksanaan penelitian ini adalah mengetahui tingkat perbedaan tingkat kreativitas anak usia dini di TK Kelompok B Dharma Bakti I Yogyakarta dengan menggunakan metode demonstrasi jumputan dan metode demonstrasi membatik.

F. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat atau kegunaan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagi Guru TK

Perlakuan yang diterapkan dalam penelitian ini dapat digunakan oleh guru sebagai alternatif dalam proses pembelajaran dalam rangka meningkatkan kreativitas anak.

2. Bagi Anak Usia Dini

a. Meningkatkan motivasi dan semangat dalam belajar. b. Meningkatkan kreativitas.

3. Bagi Peneliti

a. Penelitian ini dapat memberikan pengalaman langsung kepada peneliti dalam menerapkan metode demontrasi jumputan dan metode demontrasi membatik.

b. Sebagai wahana pelatihan untuk menambah pengetahuan dan kemampuan peneliti mewujudkan suatu karya ilmiah.


(25)

8

a. Hasil penelitian ini dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan di bidang pendidikan, khususnya dalam proses pembelajaran di Taman Kanak-kanak

b. Secara teoritis, penelitian ini akan sangat bermanfaat bagi pengembangan model dan pendekatan pembelajaran di TK


(26)

9 BAB II KAJIAN TEORI A. Metode Pembelajaran

1. Pengertian Model Pembelajaran

Metode pembelajaran adalah cara yang digunakan untuk mengimplentasikan rencana yang sudah disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun tercapai secara optimal, dalam kata lainmetode sebagai alat untuk merealisasikan strategi yang telah ditetapkan. Dengan demikian, metode dalam rangkaian sistem pembelajaran memegang peran yang sangat penting.

Menurut Sanjaya (2006: 145-158) ada beberapa macam metode pembelajaran yang sering digunakan dalam pelajaran, antara lain: (1) Metode Ceramah yaitu cara penyajian pembelajarannya melalui penuturan secara lisan atau penjelasan langsung kepada anak, (2) Metode demonstrasi yaitu cara penyajian pelajaran dengan memperagaakan dan mempertunjukan kepada siswa tentang suatu proses, situasi atau benda tertentu, baik sebenarnya atau hanya sekadar tiruan, (3) Metode diskusi yaitu cara penyajian pelajaran dengan menghadapkan anak pada suatu masalah. Menurut Killen (1998) yang dikutip oleh Sanjaya (2006: 152), tujuan utama dalam metode ini adalah untuk memecahkan suatu permasalahan, menjawab pertanyaan, menambah dan memahami pengetahuan anak, serta untuk membuat keputusan, (4) Metode simulasi yaitu penyajian pelajaran dengan dengan cara berpura-pura atau


(27)

seakan-10

akan, sehingga dapat diartikan juga cara penyajian pengalaman belajar dengan menggunakan situasi tiruan untuk memahami tentang konsep, prinsip, atau ketrampilan tertentu. Pemanfaatkan metode demonstrasi dalam kegiatan membatik jumputan dan membatik, karena metode demonstrasi dirasa paling efektif digunakan pada kegiatan praktek seperti yang sudah dijelaskan oleh Sanjaya (2006: 150), maka dapat disimpulkan bahwa metode demontrasi berarti menunjukan, memperagakan, menjelaskan langkah-langkah suatu pelaksanaan membatik.

2. Metode Demontrasi

a. Pengertian Metode Demonstrasi

Menurut Syah (2002: 208), metode demonstrasi adalah metode mengajar dengan cara memperagakan barang, kejadian, aturan dan urutan melakukan suatu kegiatan, baik secara langsung maupun melalui penggunaan media pembelajaran yang relevan dengan pokok bahasan atau materi yang sedang disajikan. Menurut Djamarah (2006: 102), metode demonstrasi adalah metode yang digunakan untuk memperlihatkan sesuatu proses atau cara kerja suatu benda yang berkenaan dengan bahan pelajaran. Menurut Syah (2007: 152), metode demonstrasi adalah cara yang digunakan dalam penyajian pelajaran dengan cara meragakan bagaimana membuat, mempergunakan serta mempraktekan suatu benda atau alat baik asli maupun tiruan atau bagaimana mengerjakan sesuatu perbuatan atau


(28)

11

tindakan yang mana dalam meragakan disertai dengan penjelasan lisan.

Metode demonstrasi merupakan cara penyajian pelajaran dengan memperagakan atau mempertunjukan kepada siswa tentang suatu proses, situasi atau benda tertentu, baik sebenarnya ataupun tiruan. Sebagai metode penyajian, metode demonstrasi tidak terlepas dari penjelasan secara oleh guru. Walaupun dalam proses demonstrasi peran anak hanya sekedar memperhatikan akan tetapi demonstrasi dapat menyajikan bahan pelajaran lebih konkret. Manfaat psikologis dari metode demonstrasi adalah (Syah, 2002: 209) :

1) Perhatian siswa dapat lebih dipusatkan.

2) Proses belajar siswa lebih terarah pada materi yang sedang dipelajari.

3) Pengalaman dan kesan sebagai hasil pembelajaran lebih melekat dalam diri siswa.

b. Syarat Pelaksanaan Metode Demonstrasi

Menurut Djajadisastra (2001: 96), agar metode demonstrasi dapat dilaksanakan secara maksimal maka perlu diperhatikan beberapa syarat sebagai berikut:

1) Menetapkan tujuan demonstrasi

Dalam melakukan penetapan tujuan demonstrasi harus dilakukan agar tidak terjadi pemborosan waktu, materi, dan tenaga. Selain itu, dapat digunakan untuk mengetahui output apa yang diharapkan akan dimiliki murid setelah demonstrasi dilaksanakan.


(29)

12

2) Guru harus mempersiapkan diri sebaik-baiknya

Persiapan yang matang dalam mendemonstrasikan sesuatu akan menghasilkan pemahaman yang sempurna. Sebelum guru melakukan atau mendemonstrasikan sesuatu, ia harus mempelajari teorinya dan berlatih mempraktekkannya terlebih dahulu. Hal ini dilakukan supaya tidak terjadi kesalahan pada saat melaksanakan demonstrasi. Jadi, guru harus mempersiapkan diri baik secara teoritis maupun praktis. Misalkan saja, seorang guru harus membongkar dan memasangkan kembali suatu alat peraga. Untuk itu, guru harus benar-benar memahami seluk beluk dari alat tersebut.

3) Mempersiapkan alat-alat peraga yang akan digunakan

Alat-alat peraga adalah salah satu faktor penting yang perlu dipersiapkan supaya tidak mengganggu ketertiban maupun sistematika penyajian materi dan praktek pada waktu demonstrasi.

4) Mempersiapkan tempat pelaksanaan demonstrasi

Tempat pelaksanaan demonstrasi adalah salah satu faktor penting yang harus dipersiapkan dengan memperhitungkan bagaimana murid mengikuti jalannya demonstrasi dan kondisi ruang kelas yang dapat mendukung jalannya demonstrasi. Hal tersebut sangat perlu diperhatikan supaya murid merasa nyaman


(30)

13

dalam mengikuti jalannya demonstrasi sehingga materi yang disampaikan benar-benar dipahami murid.

5) Memperhatikan jatah waktu yang tersedia

Managemen waktu dalam proses demonstrasi menjadi salah satu hal yang penting. Demi keberhasilan tujuan dari demonstrasi, guru harus dapat membagi waktu yang disediakan untuk penjelasan teoritis, menjelaskan obyek yang didemonstrasikan, dan menarik kesimpulan atau inti/prinsip-prinsip dari hal-hal yang telah dipertunjukkan. Dalam pembagian waktu harus memperhatikan jenis kegiatan atau obyek yang akan didemonstrasikan. Waktu yang diberikan untuk demonstrasi harus yang terbanyak karena pada metode demonstrasi memang dimaksudkan agar murid-murid memperoleh kesempatan untuk belajar langsung dari pengamatan langsung terhadap obyeknya sehingga murid-murid dapat melakukan pengamatan dengan cermat, teliti, dan dilakukan berkali-kali serta benar-benar memahami prinsip-prinsip dari obyek yang didemonstrasikan. 6) Fokus pada satu hal/obyek

Fokus adalah salah satu faktor yang penting untuk tercapainya tujuan dari suatu demonstrasi. Hal ini bertujuan agar tidak mengacaukan tanggapan murid-murid mengenai benda yang diamatinya. Demonstrasi diadakan guna memperjelas sesuatu yang tidak dapat dijelaskan dengan kata-kata.


(31)

14

7) Memberikan kesempatan pada murid untuk melakukan demonstrasi

Demonstrasi tidak selalu dilakukan oleh guru tetapi guru mencoba memberikan kesempata pada siswa yag ingin melakukan demonstrasi. Demonstrasi ini akan lebih baik apabila murid melakukan demonstrasi sendiri meskipun tidak semua hal yang didemonstrasikan dapat dilakukan oleh murid.

8) Memberikan kesempatan bertanya kepada murid

Pemberian kesempatan bertanya pada siswa setelah guru melakukan demonstrasi adalah suatu hal yang penting karena untuk membangun pembelajaran yang interaktif. Pada waktu guru mendemonstrasikan suatu obyek, murid harus betul-betul memperhatikan hal-hal yang dijelaskan oleh guru. Tetapi itu tidak berarti bahwa murid-murid harus diam saja dan hanya menerima informasi dari guru. Murid hendakanya diajak atau dipancing serta dirangsang untuk menanyakan apa yang kurang dimengerti dan yang kurang dipahami sehingga mereka puas dan memahami apa yang mereka amati.

9) Guru tidak boleh malas dalam melakukan demonstrasi

Sifat malas merupakan suatu penghalang bagi kesuksesan guru dalam mengajar. Oleh sebab itu, guru harus mampu mengatasi rasa malas pada dirinya.


(32)

15

c. Prinsip-Prinsip Metode Demonstrasi

Untuk melaksanakan metode demonstrasi dengan benar, kita perlu memperhatikan prinsip-prinsip pelaksaannya. Menurut Hamalik (1989: 148), demonstrasi akan lebih efektif bila dilaksanakan mengikuti prinsip-prinsip sebagai berikut:

1) Setiap langkah demonstrasi harus bisa dilihat dengan jelas oleh murid.

Agar siswa mengetahui bagaimana suatu proses itu dilakukan, maka guru harus memastikan bahwa semua siswa dapat mengikuti setiap langkah proses demonstrasi dengan jelas. Hal ini dimaksudkan agar siswa satu dengan siswa yang lain memiliki pengetahuan yang secara umum sama mengenai cara kerjanya, tanpa ada yang tertinggal sehingga guru tidak perlu mengulangi langkah-langkah yang telah dilakukan.

2) Semua penjelasan secara lisan hendaknya dapat didengar dengan jelas oleh semua murid.

Sedapat mungkin guru harus mengusahakan agar suaranya dapat didengar oleh seluruh siswa. Oleh sebab itu, guru harus mampu memilih cara yang tepat agar murid-muridnya dapat menerima penjelasannya dengan baik dan jelas. Dengan demikian tidak akan terjadi kesalahpahaman terhadap materi yang didemonstrasikan.


(33)

16

3) Anak-anak (murid) harus tahu apa yang sedang mereka amati. Demonstrasi dilakukan untuk memberi pemahaman yang lebih jelas pada siswa. Untuk itu mereka harus mengetahui apa yang sedang mereka amati dalam proses demonstrasi, sehingga murid benar-benar mengerti apa yang sedang didemonstrasikan dan bagaimana proses demonstrasi itu berjalan.

4) Demonstrasi harus direncanakan dengan teliti.

Tugas guru adalah melakukan demonstrasi di depan murid-muridnya. Oleh sebab itu, agar tidak terjadi kesalahan pemahaman mengenai proses demonstrasi, guru harus mengerjakan demonstrasi dengan teliti dan hati-hati.

5) Guru sebagai demonstrator harus mengerjakan tugasnya dengan lancar dan efektif.

Sebagai demonstrator berarti seorang guru telah menguasai proses demonstrasi secara menyeluruh. Untuk itu sebisa mungkin gurulah yang mengontrol proses demonstrasi agar dapat berjalan lancar sehingga siswa pun dapat belajar secara efektif melalui demonstrasi tersebut.

6) Demonstrasi dilaksanakan pada waktu yang tepat.

Untuk melaksanakan demonstrasi, guru perlu memperhitungkan atau menentukan waktu yang tepat agar demonstrasi benar-benar berjalan lancar tanpa ada hambatan.


(34)

17

Guru dan siswa memiliki kesempatan yang luas untuk melaksanakan demonstrasi tanpa terdesak oleh sesuatu hal.

7) Berikan kesempatan kepada anak-anak untuk melatih apa yang telah mereka amati.

Demonstrasi dilaksanakan untuk membantu siswa dalam memahami suatu materi tertentu dan akan lebih baik jika siswa dapat mengalaminya sendiri. Untuk itu berilah kesempatan kepada siswa untuk melatih apa yang telah mereka amati dengan kemampuan yang mereka miliki.

8) Sebelum demonstrasi dimulai, hendaknya semua alat telah tersedia.

Agar tidak terjadi kekeliruan atau kesalahan dalam menggunakan alat, maka guru harus siap menyediakan alat-alat yang akan digunakan untuk demonstrasi.

9) Sebaiknya demonstrasi disertai dengan ringkasannya di papan tulis.

Agar siswa tidak mengalami kebingungan dalam menulis hasil demonstrasi atau kesimpulan, maka sebaiknya guru menulis secara ringkas hasil atau kesimpulannya di papan tulis sehingga seluruh siswa dapat melihat dan mencatat.

10)Jangan melupakan tujuan pokok.

Pelaksanaan demonstrasi memiliki tujuan yang akan dicapai sebagai tercapainya keberhasilan belajar siswa. Untuk itu,


(35)

18

tujuan pokok merupakan hal terpenting yang harus diperhatikan guru dan menjadi hal utama dalam pelaksanaan demonstrasi. 11)Jika diperkirakan demonstrasi itu sulit supaya sebelumnya dicoba

terlebih dulu.

Kesalahan dapat terjadi saat melakukan demonstrasi. Untuk menghindarinya, guru mencoba terlebih dahulu sebelum demonstrasi dilakukan di kelas sehingga tidak terjadi kesalahpahaman terhadap pemahaman siswa.

12)Perlu ada laporan hasil demonstrasi.

Untuk mengetahui kebenaran hasil demonstrasi, maka perlu ada laporan pelaksanaannya. Hal tersebut dimaksudkan agar guru tahu sejauh mana keberhasilan demonstrasi itu.

d. Kelebihan Metode Demonstrasi

Adapun kelebihan dalam penggunaan metode demonstrasi adalah sebagai berikut:

1) Merupakan cara yang ilmiah sesuai dengan proses perkembangan jiwa anak.

Pemahaman mengenai materi pelajaran akan lebih jelas dan mudah dipahami (secara konkret) daripada hanya diterangkan secara lisan saja (abstrak)

2) Menanamkan, memupuk, dan mengembangkan hasrat untuk ingin mengetahui sesuatu.


(36)

19

Dengan mengamati sendiri obyek yang didemonstrasikan, akan timbul keinginan untuk mengetahui lebih dalam dan terperinci mengenai obyek yang dilihatnya. Hal ini secara tidak langsung berarti telah mengembangakan sikap ilmiah dan rasa ingin tahu siswa.

3) Murid dididik untuk mengamati sesuatu dengan sikap yang kritis. Pada saat mengikuti demonstrasi, murid dididik untuk mau mengamati sesuatu dengan penuh perhatian pada obyek. Tentunya agar dapat memahami dengan baik obyek yang diamati. Untuk itu diperlukan konsentrasi dari seluruh pikiran, perasaan, dan kemauan dari murid.

4) Murid mengetahui dengan tepat bagaimana hubungan struktural atau urutan susunan suatu obyek.

Ketika guru mempertunjukkan suatu proses, langkah demi langkah guru melakukan proses tersebut. Setelah murid memperhatikan langkah-langkahnya, murid dapat melakukan proses tersebut karena telah memahami urutan dan susunannya. 5) Murid mengetahui dengan tepat bagaimana keadaan perbandingan

suatu obyek.

Misalnya ketika guru atau murid di bawah pengawasan guru mendemontrasikan bahwa satu kilogram sama dengan dua pon, pada waktu mengajar timbangan berat pada murid-murid.


(37)

20

6) Murid dapat melakukan dengan segera dan tepat, suatu kecakapan yang memerlukan keterampilan motoris.

Misalnya setelah guru mendemontrasikan bagaimana caranya menyugu kayu segera setelah demontrasi itu dilakukan murid sendiri dapat melakukan dengan baik dan tepat. Demikian pula pada pelajaran memotong pakaian, pada pelajaran memasak murid-murid dapat sendiri melakukan pekerjaan yang baru saja mereka lihat.

7) Perhatian murid dapat dipusatkan pada pokok bahasan yang dianggap penting oleh guru dapat diartikan seperlunya.

Misalnya dengan melihat sendiri bahwa satu kilogram besi sama beratnya dengan satu kilogram beras walaupun kalau dilihat besarnya bungkusan lebih besar sebungkus beras dari satu kilogram dari pada sebungkus besi yang juga satu kilogram beratnya. Dari letak keadaan timbangan murid-muid percaya bahwa kedua benda kedua benda tadi benar-benar sama beratnya. e. Kelemahan Metode Demonstrasi

Adapun kelemahan dalam pelaksanaan metode demonstrasi adalah sebagai berikut:

1) Demontrasi menjadi tidak efektif bila tidak semua murid dapat ikut serta, misalnya alat terlalu kecil sedangkan jumlah murid besar.


(38)

21

2) Perkembangan berfikir murid menjadi tertahan sehingga menetap pada taraf berfikir konkrit saja.

3) Mengamati sesuatu dengan cermat menggunakan seluruh alat indera bukan pekerjaan yang mudah bagi murid, sehingga sering terjadi kekeliruan tanggapan dan pengertian mengenai obyek yang diamati.

4) Tidak semua hal yang didemonstrasikan guru dapat diualang berkali-kali.

5) Jumlah murid yang terlalu besar menimbulkan kesulitan dalam mengatur tempat duduk.

6) Tidak semua obyek dapat digambarkan dengan mudah sehingga dapat menimbulkan kesalahpahaman.

7) Bila tidak dilanjutkan dengan eksperimen ada kernungkinan murid. menjadi lupa, dan pelajaran tidak akan berarti karena tidak menjadikan pengalaman bagi murid.

f. Langkah-langkah Pelaksanaan Metode Demonstrasi

Adapun langkah-langkah dalam pelaksanaan metode demonstrasi menurut Sanjana (2006: 151) sebagai berikut:

1) Tahap Persiapan

Pada tahap persiapan ada beberapa yang harus dilakukan:

a) Merumuskan tujuan yang harus dicapai oleh anak setelah proses demonstrasi berakhir, seperti halnya berikut ini:


(39)

22

b) Persiapkan garis besar langkah-langkah demonstrasi yang akan di lakukan.

c) Melakukan uji coba demonstrasi meliputi segala peralatan yang diperlukan.

2) Tahap Pelaksanaan a) Langkah pembukaan

Sebelum melakukan demonstrasi ada beberapa hal yang harus diperhatikan, diantaranya:

i. Mengatur tempat duduk yang memungkinkan semua anak dapat memerhatikan dengan jelas apa yang dideonstrasikan oleh guru.

ii. Mengemukaan tujuan apa yang harus dicapai oleh anak. iii. Mengemukakan tugas apa yang harus dilakukan oleh

anak, seperti

b) Langkah pelaksanaan demonstrasi

i. Memulai demonstrasi dengan kegiatan-kegiatan yang merangsang anak untuk berpikir, msalnya melalui pertanyaan yang mengandung teka-teki sehingga mendorong anak tertarik memerhatikan demonstrasi. ii. Menciptakan suasana yang menyejukan dengan

menghindari suasana menengangkan.

iii. Menyakinkan bahwa semua anak mengikuti jalannya demonstrasi dengan memerhatikan reaksi seluruh anak.


(40)

23

iv. Memberikan kesempatan anak untuk memikirkan atau berimajinasi sesuai dengan apa yang dilihat dari prose demonstrasi.

c) Langkah terakhir demonstrasi

Pemberikan tugas yang berkaitan dengan pelaksanaan demonstrasi dan proses pencapaian tujuan pembelajaran. Misalnya perlu diyakinkan apakah anak memahami proses demonstrasi itu atau tidak. Serta itu guru melakukan evaluasi bersama tentang jalannya proses demonstrasi itu untuk perbaikan selanjutnya.

3. Metode Demontrasi Jumputan

Menurut Dwi Handoyo (2008: 19) nama jumputan berasal dari kata

“jumput”. Kata ini mempunyai pengertian berhubungan dengan cara

pembuatan kain yang dicomot (ditarik) atau dijumput (bahasa Jawa). Jumputan merupakan cara memberi motif pada kain putih dengan teknik celupan. Dasar pembuatan motifnya adalah adanya bagian-bagian yang tertutup sehingga pada proses pencelupan bagian tersebut tidak terkena cairan warna. Cara menutup bagian itu adalah mengikat erat-erat sehingga rembesan warna celupan tertahan oleh ikatan tersebut.

Jadi pada penelitian ini metode demonstrasi jumputan merupakan batik yang dikerjakan dengan cara penjumputan pada kain lalu diikat dan pemberian pewarnaan. Kombinasi dalam pengikatan akan menghasilakan motif-motif tertentu. Prosedur membatik jumputan sebagai berikut:


(41)

24 a. Alat dan bahan:

1) Tisu (Tisu dapur) 2) Air

3) Pewarna makanan

4) Karet gelang atau tali rafiah 5) Kuas

6) Agua gelas b. Cara pembuatannya:

1) Siapkan selembar tisu.

2) Pewarna makanan dan air di campur dan diaduk rata. 3) Cubit bagian pada tisu.

4) Ikat menggunakan karet gelang pada bagian yang inginkan. 5) Kuaskan pewarna makanan yang sudah dicampur dengan air pada

bagian-bagian tisu yang diinginkan (sesuai dengan kreativitas anak) dan tunggu hingga sedikit mengering.

6) Buka ikatan karet gelang dan buka lembaran tisu tersebut. 7) Selanjutnya jemur agar cepat mengering.

4. Metode Demontrasi Membatik

Menurut Musman dan Arini (2011: iii) yang menyatakan, batik

merupakan rangkaian kata “mbat” dan “tik”. “Mbat” dalam bahasa Jawa

diartikan sebagai “ngembat” atau melempar tali-tali, sedangkan “tik” berasal dari kata titik. Jadi membatik memiliki arti melempar titik-titik yang banyak dan berkali-kali pada kain. Sehingga akhirnya


(42)

bentuk-25

bentuk titik-titik tersebut berhimpitan menjadi bentuk garis. Menurut Anita Chairul (2013: 83), batik adalah sehelai kain yang dibuat secara tradisional yang di dalamnya terkandung doa, harapan tuntunan, dan tatanan dalam kehidupan manusia. Hamzuri (1994: VI), menegaskan kembali bahwa batik adalah lukisan atau gambar pada mori (kain berkolin) yang dibuat dengan menggunakan alat bernama canting atau kuas, membatik menghasilkan barang batikan berupa macam-macam motif dan mempunyai sifat-sifat khusus dengan melalui proses pelilinan, pewarnaan, pelorodan (menghilangkan lilin).

Pada penelitian ini membatik adalah teknik membatik yang dilakukan dengan cara di tutul-tutul (titik-titik) serta menggunakan sedikit penekanan agar pewarna menyerap sampai ke tisu. Prosedur membatik sebagai berikut:

a. Alat dan bahan: 1) Tisu

2) Pewarna makanan 3) Cotton bud

4) Aqua gelas b. Cara pembutannya:

1) Siapkan tisu.

2) Lipat tisu sesuai kreativitas anak.

3) Membuat desain dengan mentutul-tutulkan cotton bud yang sudah diberikan pewarna ke permukaan tisu hingga membentuk desain


(43)

26

yang sesuai dengan kreativitas anak (dengan sedikit penekanan agar warnanya meresap ke dalam tisu).

4) Lakukan teknik tutul-tutul pada sebaliknya dari permukaan yang sudah ditutul-tutul.

5) Buka lipatan tisu

6) Selanjutnya jemur agar cepat mengering. B. Pendidikan Anak Usia Dini

1. Landasan pendidikan Anak Usia Dini a. Landasan Yuridis

1) Amademen UUD dalam pembukaan alinea ke 4 menyatakan bahwa salah satu tujuan kemerdekaan adalah

“ . . . mencerdaskan hidupan bangsa” dan pada pasal 28 B ayat 2

yang menyatakan “setiap anak berhak atas kelangsungan hidup,

tumbuh dan berkembang, serta berhak atas perlindungan dari

kekerasan dan diskriminasi”.

2) UU No. 23 Tahun 2002 pasal 9 ayat 1 tentang Perlindungan Anak.

“Setiap anak berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran

dalam rangka pengembangan pribadinya dan tingkat

kecerdasaannya sesuai minat dan bakatnya”.

3) UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikn Nasional, bab 1, pasal 1, butir 14, yang menegaskan:

“Pendidikan usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang

ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia 6 tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan


(44)

27

untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki

pendidikan lebih lanjut”.

Pernyataan dari UU No. 20 Tahun 2003 diperkuat oleh pasal lain, yaitu pasal 28 tentang Pendidikan Anak Usia Dini yang menegaskan:

“(1) Pendidikan anak usia dini diselenggarakan sebelum

jenjang pendidikan dasar, (2) Pendidikan anak usia dini dapat diselenggarakan melalui jalur pendidikan formal, dan/atau informal, (3) Pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan formal berbentuk Taman Kanak-kanak (TK), Raudatul Athfal (RA), atau bentuk lain yang sederajat, (4) pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan nonformal berbentuk Kelompok Bermain (KB), Taman Penitipan Anak (TPA), atau bentuk lain yang sederajat, (5) Pendidikan anak dini usia dini pada jalur pendidikan informal berbentuk pendidikan keluarga atau pendidikan

yang diselenggarakan oleh lingkungan”.

b. Landasan Filosofis

Menurut Suyadi (2010: 10) dalam buku Psikologi Belajar PAUD menyatakan bahwa:

“Anak sebagai makhluk individu dan sosial, sangat berhak untuk mendapatkan pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan anak, dengan pendidikan yang diberikan, diharapkan anak dapat tumbuh cerdas sesuai dengan potensi yang dimilikinya, sehingga kelak menjadi anak bangsa yang memiliki SDM yang berkualitas”.

Melalui pendidikan yang dibangun atas dasar falsafah Pancasila yang didasarkan pada semangat Bhineka Tunggal Ika tersebut, diharapkan bangsa Indonesia dapat menjadi bangsa yang tahu akan hak dan kewajibannyauntuk dapat hidup berdampingan, saling


(45)

tolong-28

menolong dan saling menghargai dalam sebuah harmoni sebagai bangsa yang bermartabat.

2. Hakikat Pendidikan Anak Usia Dini a. Pengertian

Menurut Suyadi (2010: 12) menyatakan bahwa Pendidikan Anak Usia Dini adalah serangkaian upaya sistematis dan terprogram dalam melakukan pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia 6 tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani serta rohani agar anak memiliki kesiapan untuk memasuki pendidikan lebih lanjut. Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa pendidikan anak usia dini adalah salah satu penyelenggaraan pendidikan bagi anak usia 0-6 tahun yang memfokuskan pada proses pertumbuhan dan perkembangan anak.

b. Tujuan

Tujuan dari pendidikan anak usia dini secara umum adalah mengembangkan berbagai potensi anak sejak dini sebagai persiapan untuk hidup dan dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Menurut Sujiono (2009: 43) tujuan pendidikan anak usia dini adalah sebagi berikut:

1) Untuk membentuk anak Indonesia yang berkualitas, yaitu anak yang tumbuh dan berkembang sesuai dengan tingkat


(46)

29

perkembangannya, sehingga memiliki kesiapan yang optimal di dalam memasuki pendidikan dasar serta mengarungi kehidupan di masa dewasa.

2) Untuk membantu menyiapkan anak menyiapkan anak mencapai kesiapan belajar (akademik) di sekolah.

3) Intervensi dini dengan memberikan rangsangan, sehingga dapat menumbuhkan potensi-potensi yang tersembunyi (hidden potency) yaitu dimensi perkembangan anak (bahasa, intelektual, emosi, sosial, motorik, konsep diri, minat dan bakat).

4) Melakukan deteksi dini terhadap kemungkinan terjadinya gangguan dalam pertumbuhan dan perkembangan potensi-potensi yang dimiliki anak.

c. Karakteristik Anak Usia Dini

Karakteristik anak usia dini berbeda dengan karakteristik orang dewasa karena anak usia dini memiliki karakteristik yang khas seperti yang dikemukakan oleh Richard D. Kellough dalam Hartanti (2005: 8) sebagai berikut:

1) Anak bersifat egosentris

Pada umumnya anak usia dini melihat dan memahami sesuatu dari sudut pandang dan kepentingannya sendiri, bukan sudut pandang orang lain. Hal ini dapat diperhatikan dari perilaku anak misalnya berebut mainan dan menangis apabila


(47)

30

keinginannya tidak dipenuhi. Untuk mengurangi egosentris hendaknya anak diajarkan untuk mendengarkan orang lain 2) Anak memiliki rasa ingin tahu yang besar

Menurut persepsi anak, dunia dipenuhi dengan hal-hal yang menarik dan menakjubkan. Hal ini menimbulkan rasa keingintahuan anak yang tinggi. Rasa keingintahuan anak sangat bervariasi sesuai dengan apa yang menarik perhatian anak. seperti contohnya anak yang sering membongkar pasang segala sesuatu untuk memenuhi rasa ingin tahunya, anak juga sering bertanya meski dalam bahasa yang masih sederhana. 3) Anak adalah makhluk sosial

Anak usia dini senang bermain dengan teman sebayanya. Mereka senang bekerja sama dalam membuat rencana dan menyelesaikan pekerjaannya. Anak membangun konsep diri melalui interaksi sosial di sekolah. Anak juga belajar bersosialisasi dan belajar untuk dapat diterima di lingkungannya.

4) Anak bersifat unik

Anak adalah individu yang unik dimana masing-masing memiliki bawaan, minat, kapasitas, dan latar belakang kehidupan yang berbeda-beda.


(48)

31

Anak dalam bercerita melibihi pengalaman-pengalaman aktualnya dan bertanya tentang hal-hal gaib. Hal ini disebabkan imajinasi anak berkembang melibihi apa yang dilihatnya. Sebagai contoh, ketika anak melihat gambar robot, maka imajinasinya berkembang bagaimana robot itu berjalan dan bertempur dan sebagainya.

6) Anak memiliki daya konsentrasi yang pendek

Pada umumnya anak sulit untuk berkonsentrasi pada suatu kegiatan dalam jangka waktu yang lama. Anak selalu cepat mengalihkan perhatian paa kegiatan lain yang lebih menyenangkan dan tidak membosankan.

7) Anak merupakan masa belajar yang paling potensial

Anak usia dini merupakan masa peka bagi pertumbuhan dan perkembangan anak, oleh karena itu pada masa ini anak sangat membutuhkan stimulasi dan rangsangan dari lingkungannya. Masa pada anak usia dini sering disebut dengan istilah golden age atau usia emas.

Menurut Steinberg (1995), Hughes (1995) dan Piaget (1966) yang dikutip oleh Waluyo Adi (2002: 29-32) menyebutkan ciri-ciri perkembangan anak usia dini meliputi fisik, emosi dan sosial serta kemampuan mental sebagai berikut:

1. Ciri-ciri anak usia empat tahun a. Ciri-ciri phisik/fisik


(49)

32

2) Tidak mengetahui kiri kanan.

3) Menunjukan peningkatan yang jelas dalam menggunakan alat manipulatif dan konstruktif.

4) Mulai membuat desain dan bentuk-bentuk huruf dalam lukisannya.

5) Bereksperimen dengan jari, tangan dan lengan.

6) Memungut benda dengan tangan yang bukan dominan dan memindahkan ke lengan yang dominan.

7) Dapat menyanyikan lagu yang sederhana. 8) Lari berjingkat dengan kaki satu.

9) Berdiri diatas satu kaki selama 4-8 detik. 10)Dapat mengikat tali sepatu.

b. Ciri-ciri emosional dan sosial 1) Sangat antusias.

2) Lebih menyukai bekerja dengan 2 atau 3 teman yang dipilihnya sendiri.

3) Menyukai menggunakan baju orang tua atau kostum alin. 4) Tidak menyukai bila dipegang tangannya.

5) Penyesuaian diri dengan sekolah kurang baik, tergantung persiapan dari rumah.

6) Ada kecenderungan berlari lepas di lapangan sekolahan. 7) Ada keinginan untuk membawa pulang barang-barang

milik sekolah.

8) Menyukai hasil pekerjaannya dan ingin membawa pulang. c. Ciri-ciri mental

1) Imajinas aktif dan berpindah-pindah sewaktu melukis. 2) Makin meningkat kemampuan menerangkan

gamabr-gambar.

3) Minat tinggi untuk dramatisasi. 4) Membuat lagu sambil bermain. 5) Dapat diajk berdiskusi.

6) Banyak mengajukan pertanyaan kenapa.

7) Menggambar orang dalam dua bagian kepala dan kaki, kepala dan mata.

8) Menyukai warna hijau dan merah. 2. Ciri-ciri anak usia lima tahun

a. Ciri-ciri phisik/fisik

1) Gerakannya lebih tangkas, berjalan dan melagkah lebih tegap.

2) Memungut alat tulis dengan tangan yang dominan. 3) Dapat menulis nama sendiri.

4) Menulis bilangan dan huruf dengan ukuran besar. 5) Berdiri dengan satu kaki selama lebih dari 8 detik. 6) Melepas dan menggunakan baju tanpa bantuan. 7) Lari berjingkat dengan dua kai bergantian. 8) Menatap denga tidak berkedip.


(50)

33

9) Mampu bernyanyi dengan suara yang jelas. 10)Menulis lambang bilangan dengan bolak-balik. 11)Dapat mengikat sepatunya.

b. Ciri-ciri emosional dan sosial 1) Senang di dekat rumh ibu.

2) Ingin diberitahu tentang apa yang dikerjakan, ingin disuruh, penurut, suka membantu, dan berulang-ulang minta izin. 3) Senang pergi ke sekolah, tetapi ingin mendapat kepastian

dan kepercayaan bahwa bila datang di sekolah ibunya sudah di rumah.

4) Kelihatan gembira pergi dan pulang dari sekolah. 5) Kadang-kadang malu dan sukar bicara.

6) Semua “mudah” meskipun belum dicoba.

7) Menyukai pakaian orang dewasa.

8) Bermain dengan kelompok dua sampai lima orang teman. 9) Persahabatan makin erat.

10)Bekerja terpacu oleh kopetisi dengan yang lain. 11)Berminat dalam karya wisata.

12)Sering merasa kurang dalam menggambarkan suatu keadan. 13)Berkeinginan membawa pulang pekerjaan yang ia hasilkan.

c. Ciri-ciri mental

1) Ia siap untuk bekerja kelompokdan tantangan inteleknya. 2) Dapat menghitung sampai dua puluh, tahu bagian-bagian

huruf.

3) Mulai sadar dengan kata-kata baru.

4) Ia pendengar yang baik dan dapat mendengar instruksi. 5) Mudah terganggu konsentrasinya.

6) Menggambar orang dengan bagian-bagian tubuh, kaki, tagan, badan, kepala, mata dan telinga.

7) Dapat mencontoh segitga, segiempat dan garis silang. 8) Mengetahui wara dan dapat menyebutkan nama warna. 9) Menyukai menggunting, menempel, dan membuat

pekerjaan tertentu, berminat menyelesaikan pekerjaan meskipun membutuhkan waktu beberapa hari.

10)Berminatakan berfungsi dan dari mana asal atau perbuatan benda-benda.

11)Dalam melukis ia memulai dengan suatu ide dan gambarnya mempunyai betuk.

12)Gambarnya biasanya sederhana dengan beberapa hal yang lebih rinci.

13)Gambarnya biasanya dibuat dengan ukuran besar.

14)Subyek gambar biasanya rumah orang, binatang perahu, mobil dan pemandangan.

15)Benda-benda yang diciptakan dari tanah liat mulai tampak bentuknya.


(51)

34

17)Dapat dipastikanselalu dari “satu” dalam menghitung.

18)Dapat menunjukkan dan menghitung sampai sepuluh. 19)Dapat membedakan bagian depan dan belakang baju. 3. Ciri-ciri anak usia lima setengah tahun

a. Ciri-ciri phisik/fisik

1) Waktu bekerja dengan kertas dan pensil, kepala bergerak dari kiri ke kanan tanga yang tidak dominan tidak terlalu kaku seperti ketika usia lima tahun.

2) Lidah menjulur dan menyapu bibir dari kiri ke kanan. 3) Mata tidak lagi natap kosong melainkan tampak lebih

bebas.

4) Membuat lingkaran dengan gerakan yang berlawanan dengan arah jarum jam mulai dari atas.

b. Ciri-ciri emosional dan sosial

1) Mulai melawan, menentang, memaksa dan menuntut. 2) Mengerjakan begitu banyak dari hal yang sedikit. 3) Mempunyai kemampuan untuk berdiri sendiri. 4) Mampu berbicara dan bertanya bila ada kesempatan. 5) Senang bekerja berpasangan.

6) Menyenangkan untuk mengajar. c. Ciri-ciri mental

1) Mulai melawan, tetapi lama kelamaan ia mampu mengertai dan memulai dari beberapa sudut pandang

2) Dengan instruksi lebih sedikit ia sudah dapat melakukan tugasnya.

4. Ciri-ciri anak usia enam tahun a. Ciri-ciri phisik/fisik

1) anak mengukur segala sesuatu dari dirinya dengan bahasa, tangan dan dengan cara menggambar sesuatu.

2) Sangat memperhatikan keseimbangan tubuh karena sering sekali tidak seimbang.

3) Tangan dan kakinya bergerak-gerak dan labil. 4) Mudah jatuh disebabkan kakinya sendiri.

5) Membutuhkan istirahat karena menggunakan energi yang berlimpah.

6) Sewaktu menggambar atau menulis ia tidak mengubah kertasnya ke arah tangan yang dominan, melainkan ia menggerakkan kepalanya ke arah tangan yang tidak dominan.

7) Tidak dapat duduk dengan tenang dikursi, melainkan bersandar di atas dua kaki kursi dan sering kali jatuh. 8) Lidah sudah tidak keluar maelainkan ditekan pada bibir

bawah atau pada pipinya.

9) Menggit pensil atau bagian baju yang lepas.

10)Menekankan pensilnya keras-keras sewaktu menulis sampai patah.


(52)

35

11)Menggunakan gerakan tangan pada waktu menjawab. 12)Gerakan mata menyapu dan sulit untuk memusatkan pada

satu tempat.

13)Melompat 30 sentimeter dan mendarat diatas jari kakinya. 14)Mampu mengikat tali sepatu.

15)Mengetahui kiri kanan b. Ciri-ciri emosional dan sosial 1) Mulai lepas dari ibu.

2) Menjadi pusatnya sendiri.

3) Sangat mementingkan diri sendiri, mau yang paling besar, selalu ingin menang, dan selalu nomor satu.

4) Antusiasme yang impulsive dan kegembiraan yang meluap menular ke teman.

5) Dapat menjadi faktor pengganggu kelas.

6) Menarik perhatian teman dengan tingkah lakunya yang lucu.

7) Mengerjakan pekerjaan dengan ingin dipuji, pujian buat anak usia 6 tahun bagaikan air dan matahari buat tanaman. c. Ciri-ciri mental

1) Senang belajar.

2) Dapat menggambar dengan baik.

3) Dapat mendengarkan certa dan dengan spontan mendramatisirkan.

4) Dengan sepenuh hati mencurahkan perhatian dan pekerjaan yang bersifat intelektual.

5) Imajinasi membumbung tinggi.

6) Dapat memberikan angka lima pada satu tanggan. 7) Mengurangi dan menjumlah angka sampai lima. 8) Membedakan siang dan malam.

9) Dapat menghitung sampai 30

10)Jarang membuat kesalahan dalam menghitung benda hingga hitungan ke 13

11)Binatang buas dan kebun binatang menjadi fokus usia ini. Pada penelitian ini anak usia dini yang digunakan sebagai subjek penelitian adalah umur 5 sampai 6 tahun setara dengan anak Taman Kanak-kanak kelompok B.


(53)

36

d. Prinsip-Psinsip dalam Pendidikan Anak Usia Dini

Dalam melaksankan pendidikan anak usia dini terdapat beberapa prinsip-prinsip utama yang harus diperhatikan menurut Suyadi (2010: 12-13) sebagai berikut:

1) Mengutamakan kebutuhan anak. kegiatan pembelajaran pada anak harus senantiasa berorientasu kepada kebutuhan anak. anak usia dini adalah anak yang sedang membutuhkan anak. anak usia dini adalah anak yang sedang membutuhkan upaya-upaya pendidikan untuk mencapai optimalisasi semua aspek perkembangan, baik perkembangan fisik maupun psikis, yaitu intelektual, bahasa, motorik dan sosio-emosional.

2) Belajar melalui bermain atau beramin seraya belajar. Bermain merupakan sarana belajar anak usia dini. Melalui permainan, anak diajak untuk berekplorasi, menemukan, memanfaatkan, dan mengambil kesimpulan mengenai benda di sekitar.

3) Lingkungan yang kondusif dan matang. Lingkungan harus diciptakan sedemikian rupa sehingga menarik dan menyenangkan, sekaligus menantang dengan memerhatikan keamanan serta kenyamanan yang dapat mendukung kegiatan belajar melalui bermain.

4) Menggunakan pelajaran terpadu dalam bermain. Pembelajaran pada anak usia dini harus menggunakan konsep pembelajaran terpadu yang dilakukan melalui tema. Tema yang dibangun


(54)

37

harus menarik dan dapat membangkitkan minat anak, serta bersifat kontekstual. Hal ini dimaksudkan agar anak mampu mengenalkan berbagai konsep secara mudah dan jelas sehingga pembelajaran menjadi mudah dan bermakna bagi anak didik. 5) Mengembangkan berbagai kecakapan atau ketrampilan hidup

(life skills). Mengembangkan ketrampilan hidup dapat dilakukan melalui berbagai proses pembiasaan. Hal ini dimaksudkan agar anak belajar untuk menolong diri sendiri, mandiri, dan bertanggung jawab, serta memiliki disiplin diri. 6) Menggunakan berbagai media atau permainan edukatif dan

sumber belajar. Media dan sumber pembelajaran dapat berasal dari lingkungan alam sekitar atau bahan-bahan yang sengaja disiapkan oleh pendidik, guru, dan orang tua.

7) Dilaksanakan secara bertahap dan berulang-ulang. Pembelajaran bagi anak-anak usia dini hendaknya dilakukan secara bertahap, dimulai dari konsep yang sederhana dan dekat dengan anak. agar konsep dapat dikuasai dengan baik, hendaknya guru menyajikan kegiatan-kegiatan yang dilakukan berulang kali.

C. Kreativitas

1. Pengertian Kreativitas

Pengertian kreativitas menurut kamus bahasa Indonesia berarti hasil dari kemampuan mencipta. Banyak hal yang dilakukan manusia ada


(55)

38

unsur kreativitasnya. Hal ini sesuai dengan program kegiatan yang dikembangkan di Pendidikan anak usia dini, yaitu pengembangan daya cipta. Kreativitas itu terjadi karena kebiasaan menciptakan sesuatu yang baru (Sudono, 1997: 1). Dunia pendidikan anak usia dini adalah dunia pendidikan kreativitas, artinya aktivitas guru senantiasa dituntut kreativitasnya. Secara ideal konseptual, pendidikan di masa usia dini adalah proses pembelajaran yang dirancang secara sadar dan sistematis untuk memberi peluang kepada anak didik agar dapat megembangkan potensi daya ciptanya untuk mengungkapkan apa yang ada dalaam dirinya ataupun yang di luar dirinya. Kreativitas dapat pula dilihat sebagai suatu proses dan mungkin inilah yang lebih esensial dan yang perlu dibina pada anak didik sejak dini untuk bersibuk diri secara kreatif (Conny, 1996:8).

Kreativitas adalah kemampuan seseorang untuk menghasilkan suatu komposisi, produk atau gagasan yang pada dasarnya baru (Hurlock, 2009:4). Kretivitas ini dapat berupa kegiatan imaginative atau sintesis pemikiran yang hasilnya bukan hanya rangkuman, tapi mencakup pemebentukan pola baru dan menggabungkan informasi yang diperoleh dari pengalaman sebelumnya, yang dihubungkan dengan situasi baru. Kreativitas ini mempunyai maksud dan tujuan yang ditentukan bukan fatansi semata, tetapi merupakan hasil yang sempurna dan lengkap. Kreativitas ini dapat berupa produk, kesusastraan, seni produk ilmiah bahkan bisa bersifat metodologi dan prosedural.


(56)

39

Pendapat lain menyatakan bahwa kreativitas merupakan kemampuan untuk memberikan gagasan-gagasan baru dan menerapkannya dalam pemecahan, keaslian atau orisinalitas dalam pemikiran. Kreativitas ini juga memiliki ciri lain yaitu afektif, seperti rasa ingin tahu, senang mengajukan pertanyaan dan ingin mencari pengalam baru (Munandar, 2009:7). Berdasarkan pendapat ini menunjukan bahwa kreativitas adalah suatu proses yang menghasilkan sesuatu yang baru, yang berupa gagasan atau berupa suatu objek dalam suatu bentuk atau susunan baru. Kretivitas sebagai konsep baru dari dua konsep tersebut dapat berupa sesuatu yang abstrak atau benda kokrit yaitu berupa produk atau jasa, cara serta tehnik atau berupa metodologi. Dan menurut hasil penelitian Sri Kuwawi (2013) yang menyatakan bahwa kegiatan membatik pada anak usia Taman Kanak-kanak dapat mengembangkan motorik halus dan kreativitas dan menurut hasil penelitian Endang Permata Sari (2014) menyatakan bahwa kegiatan jumputan dapat meningkatkan kemampuan kreativitas anak usia Taman Kanak-kanak.

Kreativitas yang dimaksud adalah kemampuan daya cipta anak sebagai perwujudan aspek produk kreatif dan aspek kepribadian kreatif. Perwujudan aspek tersebut terdiri dari berbagai indikator diantaranya komposisi warna, kecepatan, modifikasi bentuk, rasa ingin tahu, bersikap imajinatif, berani mengambil resiko, ulet. Berbagai pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa kreativitas merupakan suatu kemampuan yang


(57)

40

dapat sesuatu yang baru, yang berupa gagasan-gagasan atau pemikiran-pemikiran yang masih berupa abstrak atau benda-benda yang konkrit. 2. Karakteristik Anak Kreatif

Pada dasarnya anak selalu mencontoh orang tuanya dan orang terdekatnya serta ingin mandiri seperti apa yang diperbuat ole orang yang berada di sekililingnya. Dengan mencontoh atau meniru orang tua, anak akan menunjukan kreativitasnya, anak yang kreatif biasanya lebih percaya diri, penuh inisiatif, terbuka terhadap pengalaman yang baru, luwes dalam berpikir dan selalu ingin mandiri. Pada dasarnya anak yang ingin mandiri merupakan anak yang ingin mendapatkan pengakuan dari orang tua bahwa pada diri anak tersebut sudah tumbuh menuju ke arah kedewasaan. Ditandai dengan anak yang sudah mulai tidak suka diatur dan dikekang apalagi dipaksa. Kebebasan merupakan sesuatu yang dibutuhkan dalam diri anak. kreativitas anak juga ditunjukan dengan anak menarik perhatian orang lain, ini bertujuan ingin mengetahui bagaimana reaksi oarang lain karean anak tersebut ingin diperhatikan oleh orang tua maupun orang yang ada disekelilingnya bahwa kehadirannya perlu mendapat perhatian dan pengakuan. Hal itu mencerminkan kreativitas anak usia dini.


(58)

41

Menurut Guilfort (Munandar, 2009: 10), menjelaskan ciri-ciri kreativitas antara lain sebagai berikut:

a. Ciri-ciri yang berhubungan dengan kemampuan berpikir kreatif atau kognitif (aptitude) antara lain:

1) Ketrampilan berpikir lancar, yaitu mencetuskan banyak gagasan, jawaban, penyelesaian masalah, pertanyaan, memberikan banyak cara atau saran untuk melakukan berbagai hal serta selalu memikirkan lebih dari satu jawaban.

2) Ketrampilan berpikir luwes atau fleksible, yaitu menghasilkan gagasan, jawaban atau pertanyaan yang bervariasi, dapat melihat suatu masalah dari bebarapa sudut pandang, serta mampu mengubah cara pendekatan atau cara pemikirannya.

3) Ketrampilan berpikir orisional, yaitu mampu melahirkan ungkapan yang baru dan unik, memikirkan cara yang tidak lazim untuk mengungkapkan diri, serta mampu membentuk kombinasi-kombinasi yang lazim dari bagian-bagian atau unsur-unsur.

4) Ketrampilan memerinci atau mengelaborasi, yaitu mampu memperkaya dan mengembangkan suatu gagasan atau produk, dan menambahkan atau merincikan secara detail dari suatu obyek gagasan, atau situasi sehingga menjadi lebih menarik.

5) Ketrampilan menilai, yaitu menentukan patokan penilaian sendiri dan penentu apakah pertanyaan benar, suatu rencana sehat, atau suatu tindakan bijaksana, mampu mengambil keputusan terhadap


(59)

42

situasi yang terbuka, seta tidak hanya mencetuskan gagasan tetapi juga melaksanakannya.

b. Ciri-ciri yang menyangkut sikap dan perasaan seseorang atau afektif (nonaptitude) antara lain adalah :

1) Rasa ingin tahu, meliputi suatu dorongan untuk mengetahui lebih banyak, mengajukan banyak petanyaan, selalu memperhatikan orang lain, obyek dan situasi serta peka dalam pengamatan dan ingin mengetahui atau meneliti.

2) Bersifat imajinatif, meliputi kemampuan untuk memperagakanatau membayangkan hal-hal yang tidak atau belum pernah terjadi, dan menggunakan khayalan tetapi mengetahui perbedaan antara khayalan dan kenyataan.

3) Merasa tertantang oleh manjemukan, meliputi dorongan untuk mengatasi masalah yang sulit, merasa tertantang oleh situasi-situasi yang rumit, serta lebih tertarik pada tugas-tugas yang sulit.

4) Sikap berani mengambil resiko, meliputi berani memberikan jawaban meskipun belum tentu benar, tidak takut gagal atau mendapat kritik, serta tidak menjadi ragu-ragu karena ketidakjelasan hal-hal yang tidak konvensional, atau yang kurang berstruktur.

5) Sikap menghargai, meliputi tindakan dapat menghargai bimbingan dan pengarahan dalam hidup, serta menghargai kemampuan dan bakat-bakat sendiri yang sedang berkembang.


(60)

43

Ada beberapa ciri perilaku yang mencerminkan kreativitas alamiah anak usia dini adalah, seperti:

a. Senang menjajaki lingkungannya.

b. Gemar mengamati dan memegang segala sesuatu, mendekati segala macam tempat atau pojokan, seakan-akan haus akan pengalaman. c. Rasa ingin tahu yang besar, ditunjukan dengan suka menajukan

pertanyaan, dan sekan-akan tidak pernah puas dengan jawaban yang diberikan.

d. Anak usia taman kanak-kanak bersifat spontan dan cenderung menyatakan pikiran dan perasaannya secara apa adanya, tanpa merasakan hambatan, tidak seperti orang dewasa yang harus memikirkan positif dan negatifnya.

e. Anak usia taman kanak-kanak selalu ingin mendapatkan pengalaman-pengalaman baru, gemar berpetualang, terbuka terhadap rangsangan-rangsangan baru yang mana sering mencemaskan orang yang ada di sekililingnya.

f. Anak usia taman kanak-kanak juga suka dengan hal melakukan eksperimen, hal ini nampak dari perilakunya yang sering mencoba-coba dan melakukan hal-hal yang sering membuat orang di sekelilingnya terheran-heran dan tak jarang membuat orang disekelilingnya merasa tidak berdaya menghadapi tingkah laku anak tersebut.


(61)

44

g. Anak usia taman kanak-kanak jarang merasa bosan, mereka senang melakukan bermacam-macam hal dan ada-ada saja yang ingin dilakukan.

h. Biasanya anak usia taman kanak-kanak mempunyai daya imajinasi tinggi dan nyata, jika orang di sekelilingnya menyempatkan untuk mendengarkan ungkapan-ungkapan dan mengamati perilaku anak. 3. Manfaat Kreativitas

Ada beberapa alasan mengapa kreativitas menjadi perlu dan penting dalam dikembangkan kepada ada sejak usia dini. Menurut Munandar (2009: 5), telah merumuskan empat alasan mengapa kreativitas perlu dikembangkan sejak usia dini, adalah sebagai berikut:

a. Kreativitas untuk merealisasikan perwujudan diri

Perwujudan diri adalah menjadi salah satu kebutuhan pokok manusia. Untuk mewujudkan dirinya manusia perlu berkreasi sehingga dapat diakui karyanya oleh orang lain. Menurut Maslow diperlukan kreativitas yang berfungsi untuk memanifestasikan dirinya untuk perwujudan diri.

b. Kreativitas untuk memecahkan suatu permasalahan

Kreativitas atau pikiran yang berdaya atau berpikir kreatif merupakan kemampuan untuk melihat berbagai kemungkinan penyelesaian terhadap sutau permasalahan.


(62)

45 c. Kreativitas untuk memuaskan diri

Keberhasilan anak dalam melakukan suatu percobaan, penelurusan, dan berbagai upaya lainnya akan memberikan kepuasan tersendiri bagi yang bersangkutan.

d. Kreativitas untuk meningkatkan kualitas hidup

Orang yang memiliki banyak ide, memiliki penemuan-penemuan baru, dan menguasai teknologi baru jelas akan memiliki peluang pendapatan yang lebih baik jika dibandingkan yang tidak memilikinya.

Pendapat diatas dikuatkan dengan pendapat menurut Hurlock (2009: 6) yang menyatakan bahwa kreativitas memiliki banyak nilai yang penting bagi anak, namun nilai-nilai kreativitas yang terpenting ini hampir sama sekali diabaikan. Berikut ini penjelasan nilai kreativitas tersebut bagi anak:

a. Kreativitas memberikan anak kesenangan dan kepuasan pribadi yang sangat besar. Penghargaan mempunyai pengaruh nyata terhadap perkembangan kepribadiannya.

b. Menjadi kreatif juga penting artinya bagi anak kecil karena menambah bumbu dalam permainannya yang merupakan pusat kegiatan hidup mereka. Karena kreativitas dapat membuat permainan lebih menyenangkan, mereka akan merasa bahagia da puas.

c. Dengan bertambahnya usia anak, prestasi merupakan kepentingan utama dalam penyesuaian hidup mereka. Kreativitas yang membantu


(63)

46

mereka mencapai keberhasilan di bidang yang berarti bagi mereka dan dipandang baik oleh orang yang berarti baginya akan menjadi sumber kepuasan ego yang besar.

d. Kreativitas memberikan sumbangan pada kepemimpinan. Pada setiap tingkat usia pemimpin harus menyumbangkan sesuatu kepada kelompok yang penting artinya bagi anggota kelompok. Di samping kepuasan pribadi yang diperoleh anak dari kreativitas, apabila kreativitas itu memberi rasa puas dalam memainkan peran sebagai pemimpin, hal ini akan menjamin adegan penyesuaian sosial dan pribadi yang baik.

Dari uraian tersebut diatas maka dapat ditarik kesimpulan, bahwa kreativitas menggambarkan memiliki banyak manfaat bagi anak. bagi perkembangnya, kreativitas memberikan kesenangan, kepuasan, dan kegembiraan, karena merupakan media eksperi untuk mengungkapkan keinginan, perasaan, dan pikiran. Kreativitas juga memberikan kebebasan untuk mengembangkan perasaan dan ketrampilan saat anak melakukan kegiatan karena menjadi media untuk anak bermain.

4. Faktor yang Mempengaruhi Kreativitas Anak

Berikut faktor-faktor yang mempengaruhi kreativitas menurut Hurlock (2009: 8-9) adalah sebagai berikut:

a. Jenis kelamin

Anak laki-laki menunjukan kreativitas yang lebih besar dari anak perempuan, terutama setalah berlalunya masa kanak-kanak. Untuk sebagian besar hal ini disebabkan oleh perbedaan perlakuan terhadap anak laki-laki dan anak perempuan. Anak laki-laki lebih diberi kesempatan untuk mandiri, di desak oleh teman sebayanya untuk


(64)

47

lebih mengambil resiko, dan didorong oleh para orang tua dan guru untuk lebih menunjukan inisiatif dan orisinalitas.

b. Status sosioekonomi

Anak dari kelompok sosioekonomi yang lebih tinggi cenderung lebih kreatif dari anak kelompok sosioekonomi yang lebih rendah. Yang pertama, kebanyakan dibesarkan dengan cara mendidik anak secara demokratis, sedangkan yang terakhir mungkin mengalami pendidikan yang otoriter. Kontrol demokratis mempertinggi kreativitas karena memberi kesempatan yang lebih banyak bagi anak untuk menyatakan individualitas, mengembangkan minat dan kegiatan yang dipilihnya sendiri. Lebih penting lagi lingkungan anak kelompok sosioekonomi yang lebih tinggi memberi lebih banyak kesempatan untuk memperoleh pengetahuan dan pengalaman yang diperlukan bagi kreativitas. Misalnya, anak kecil dari lingkungan yang kekurangan hanya mempunyai sedikit bahan kreatif untuk bermain dan sedikit dorongan untuk bereksperimen dengan lilin, lukisan, dan boneka dibandingan dengan mereka yang mempunyai lingkungan sosial ekonomi yang lebih baik.

c. Urutan kelahiran

Penjelasan mengenai perbedaan ini lebih menekankan lingkungan daripada bawaan. Anak yang lahir di tengah, lahir belakang dan anak tunggal mungkin lebih kreatif daripada anak yang pertama. Umumnya, anak yang lahir pertama lebih ditekan untuk menjadi panutan daripada pencipta. Anak tunggal agak bebas dari tekanan yang ada saudara kandung lainnya dan juga diberikan kesmpatan untuk mengembangkan kreativitasnya.

d. Lingkungan kota vs lingkungan pedesaan

Anak dari lingkungan kota cenderung lebih kreatif daripada anak lingkungan pedesaan. Di pedesaan, anak-anak lebih umum dididik secara otoriter dan lingkungan pedesaan kurang merangsang kreativitas dibandingkan lingkungan kota dan sekitarnya.

e. Intelligensi

Pada setiap umur, anak yang pandai menunjukan kreativitas yang lebih besar dari anak yang kurang pandai. Mereka mempunyai lebih bayak gagasan baru untuk menangani suasana konflik tersebut. Ini merupakan salah satu alasan mengapa mereka lebih sering terpilih sebagai pemimpin dibandingkan teman seusia mereka yang kurang pandai.

f. Keluarga

Anak dari keluarga kecil, bilamana kondisi lain sama, cenderung lebih kreatif dari anak keluarga besar. Dalam keluarga besar, cara mendidik anak otoriter dan kondisi sosioekonomi yang kurang menhuntungkan mungkin lebih mempengaruhi dan menghalangi perkembangan kreativitas. Untuk dapat menumbuhkan kreativitas anak, maka peran orang tua sangat dibutuhkan dalam hal membimbing anak agar kreatif.


(65)

48 D. Kerangka Berpikir

Metode demonstrasi merupakan metode mengajar dengan menggunakan peragaan untuk memperjelas suatu pengertian atau untuk memperlihatkan bagaimana berjalannya atau berkerjanya suatu proses atau langkah-langkah dari suatu alat atau instrumen tertentu kepada anak. Pengertian metode demonstrasi dilakukan dengan cara memperagakan barang, kejadian, aturan, dan urutan melakukan suatu kegiatan, baik secara langsung maupun melalui penggunaan media pengajaran yang relevan dengan pokok bahasan atau materi yang disajikan. Tujuan metode demontrasi ini ada keterlibatan anak dalam proses pembelajaran sehingga anak akan lebih mudah memahami materi yang diajarkan. Adanya keterlibatan anak secara aktif dalam proses pembelajaran, maka anak akan mengalami atau bahkan menemukan ilmu pengetahuan secara mandiri. Apa yang siswa ketahui dan pahami akan menjadi pengetahuan yang mempribadi. Penerapan metode pembelajaran harus sesuai dan selaras dengan karakteristik siswa, materi, kondisi lingkungan di mana pengajaran berlangsung. Penggunaan metode demonstrasi akan meningkatkan aktivitas siswa dalam pembelajaran.

Jumputan merupakan batik yang dikerjakan dengan cara penjumputan pada kain lalu diikat dan pemberian pewarnaan. Jumputan akan melatih siswa untuk menuangkan ide dan warna pada selembar tisu. Pada teknik jumputan, anak dapat memberikan warna pada selember tisu yang telah diikat dengan karet gelang. hasil dari teknik jumputan akan terlihat setelah dibukanya ikatan tersebut. Anak dapat mengikat tisu pada bagian pinggir, tengah atau bagaian


(66)

49

lainnya dan kemudian memberi warna sesuai dengan keinginannya. Anak dapat mencoba-coba sendiri tanpa merasa takut. Disini fungsi seorang guru untuk memotivasi dan memberikan pengertian tidak ada salah dan benar dalam jumputan. Anak dapat berkembang sendiri dan berkreasi sesuai dengan idenya sendiri. Guru hanya bertugas untuk memberikan contoh demontrasi saja, sedangkan anak dapat tumbuh kreativitasnya dengan mencobanya sendiri. Penelitian Cahyani dkk (2015) membuktikan bahwa metode demonstrasi dapat meningkatkan perkembangan kognitif anak artinya kreativitas anak akan meningkat.

Membatik adalah teknik membatik yang dilakukan dengan cara di tutul-tutul (titik-titik) dengan menggunakan cotton bud serta menggunakan sedikit penekanan agar pewarna menyerap sampai ke tisu. Pada teknik membatik anak dapat membuat desain dengan menggunakan pensil terlebih dahulu kemudian memberikan warna dengan cara melipat tisu. Guru disini hanya menunjukkan atau mendomontrasikan bagaimana cara melipat tisu saja dan memberikan motivasi kepada anak. Selebihnya anak akan berimajinasi sendiri pada bagian mana dari kertas tisu tersubut yang dilipat dan bagaian mana pula yang harus diberi warna. Anak dapat menentukan dan mengkombinasikan warna sesuai dengan idenya sendiri, dengan demikian akan tumbuh kreativitas pada membatik. Penelitian Partani dkk (2014) membuktikan bahwa metode demonstrasi dapat meningkatkan perkembangan kognitif anak artinya kreativitas anak akan meningkat. Berdasarkan uraian di atas, demontrasi jumputan dan membatik akan membantu anak untuk


(67)

50

meningkatkan kreativitas, dimna anak dapat membuat design, melipat atau mengikat tisu, memberi warna dan mencapur warna sesuai dengan keinginan, ide dan gagasannya sendiri. Metode demontrasi tersebut dengan sendirinya akan memacu dan mendorong anak untuk berkreasi sehingga akan meningkatka kreativitas anak.

E. Hipotesis

Hipotesis yang ditetapkan dalam penelitian ini adalah terdapat perbedaan tingkat kreativitas anak usia dini di TK Kelompok B Dharma Bakti I Yogyakarta dengan menggunakan metode demonstrasi membatik dan metode demonstrasi jumputan.


(68)

51 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN 1. Jenis dan Desain Penelitian

5. Jenis penelitian

Jenis penelitian dapat dilihat dari pendekatan penelitian yang dipergunakan oleh peneliti. Pendekatan penelitian terbagi menjadi dua yaitu pendekatan kualitatif dan pendekatan kuantitatif. Kedua pendekatan ini terkadang pelaksanaannya dilakukan secara terpisah, dan terkadang dilakukan secara terpadu dalan suatu penelitian. Jenis penkuantitatif membutuhkan perhitungan data dengan menggunakan metode statistika dengan hasil yang berupa angka-angka, sedangkan pendekatan kualitatif tidak memerlukan kuantifikasi yang berupa angka-angka melainkan cenderung pada upaya dalam mengkomunikasikan ungkapan yang berbentuk kualitatif yang dapat dipahami oleh pemakai hasil penelitian. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dikarenakan data yang akan diperoleh dan diolah berupa angka dengan menggunakan analisis statistik dan metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian eksperimen.

6. Desain penelitian

Penelitian ini menggunakan desain penelitian replication design (pola replikasi) untuk menilai perbedaan tingkat kreativitas anak usia dini di TK Kelompok B Dharma Bakti I Yogyakarta dengan menggunakan metode demonstrasi membatik dan metode demonstrasi jumputan


(69)

52

terhadap kreativitas. Menurut Hadi (2004: 490), replication design merupakan eksperimen yang menggunakan pola R-R tidak membagi subjek menjadi satu kelompok eksperimen yang utuh dan satu kelompok kontrol yang utuh. Perlakuan diberikan kepada subgrup-subgrup dan pengaruhnya dinilai secara terpisah untuk tiap replikasi sebelum dinilai dalam keseluruhan replikasi. Pada umumnya untuk tiap-tiap subgrup treatment ditentukan secara random untuk mengetahui terjadinya kesesatan tipe R. Adapun desain dalam penelitian ini dapat dilihat pada gambar 1 berikut:

Gambar 1.

Diagram Rancangan Penelitian Keterangan:

R : Replikasi

2. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di TK B Dharma Bakti I yang beralamatkan di Kweni, Panggungharjo, Sewon, Bantul, Yogyakarta. Penelitian dilaksanakan pada semester genap tahun pelajaran 2015/2016, yaitu pada tanggal 29 Januari 2016 sampai 11 Maret 2016.

Jumputan Membatik


(70)

53 3. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi dari penelitian adalah seluruh anak usia dini di TK B Dharma Bakti I Yogyakarta pada semester genap tahun pelajaran 2015/2016. Jumlah anak usia dini di TK B Dharma Bakti I Yogyakarta saat pelaksanaan penelitian adalah 20 anak yang terdiri 11 perempuan dan 9 laki-laki. Penelitian ini menggunakan metode replikasi atau pengulangan. Pertama kali guru mendemontrasikan jumputan dan anak memperhatikan dengan seksama. Setelah demontrasi jumputan selesai, anak diberikan tugas untuk melakukan kegitan jumputan yang pertama. Kreativitas anak dapat dilihat dari hasil karya anak tersebut. Kegiatan kedua guru mendemontrasikan jumputan (replikasi-1) dan anak disuruh memperhatikan. Setelah demontrasi jumputan ke-2, anak diberikan tugas untuk melakukan kegiatan jumputan yang kedua, dan guru menilai hasil karya anak tersebut. Kegiatan ketiga guru mendemontrasikan jumputan (replikasi-2) dan anak disuruh memperhatikan. Setelah demontrasi jumputan ke-3, anak diberikan tugas untuk melakukan kegiatan jumputan yang ketiga, dan guru menilai hasil karya anak tersebut. Kegiatan keempat guru mendemontrasikan jumputan (replikasi-3) dan anak disuruh memperhatikan. Setelah demontrasi jumputan ke-4, anak diberikan tugas untuk melakukan kegiatan jumputan yang keempat, dan guru menilai hasil karya anak tersebut.

Kegiatan kelima guru mendemontrasikan membatik dan anak disuruh memperhatikan. Setelah demontrasi membatik pertama, anak diberikan tugas untuk melakukan kegiatan membatik yang pertama, dan guru menilai hasil


(71)

54

karya anak tersebut. Kegiatan keenam guru mendemontrasikan membatik (replikasi-1) dan anak disuruh memperhatikan. Setelah demontrasi membatik ke-2, anak diberikan tugas untuk melakukan kegiatan membatik yang kedua, dan guru menilai hasil karya anak tersebut. Kegiatan ketujuh guru mendemontrasikan membatik (replikasi-2) dan anak disuruh memperhatikan. Setelah demontrasi membatik ke-3, anak diberikan tugas untuk melakukan kegiatan membatik yang ketiga, dan guru menilai hasil karya anak tersebut. Kegiatan ketujuh guru mendemontrasikan membatik (replikasi-3) dan anak disuruh memperhatikan. Setelah demontrasi membatik ke-3, anak diberikan tugas untuk melakukan kegiatan membatik yang ketiga, dan guru menilai hasil karya anak tersebut.

4. Variabel Penelitian

Penelitian ini terdiri dari variabel bebas (independent) dan variabel terikat (dependent). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pembelajaran dengan metode demontrasi jumputan dan metode demontrasi membatik, sedangkan variabel terikat dalam penelitian ini adalah kreativitas anak usia dini. Definisi operasional diperlukan untuk menghindari timbulnya perbedaan persepsi terhadap variabel tersebut.

1. Metode demonstrasi jumputan adalah cara penyajian kegitan membatik dengan cara jumputan. Batik jumputan adalah membatik dengan cara dijumput pada bagian tertentu untuk menghasilkan suatu motif batik.


(1)

149

ALH

NNF

ABG


(2)

150

LAMPIRAN 6

1.1 Surat Ijin Penelitian dari Fakultas Ilmu

Pendidikan.

1.2 Surat Ijin Penelitian dari Kepatihan,

Kantor Gubernur Yogyakart.

1.3 Surat Ijin Penelitian dari BAPPEDA

Bantul.

1.4 Surat Keterangan Penelitian dari TK


(3)

151


(4)

152 Lampiran Surat Ijin Penelitian dari Kepatiahan


(5)

153


(6)

154


Dokumen yang terkait

Pengaruh metode demonstrasi terhadap prestasi belajar siswa dalam bidang study fiqih (tayamum) di MTS. al-Hidayah Jakarta

2 40 100

Efektifitas metode demonstrasi terhadap pembelaaran bidang studi Fiqih pada Siswa kelas VII di MTS al Falah

1 9 118

PENANGANAN ANAK SLOW LEARNER MELALUI METODE DEMONSTRASI PADA KELOMPOK B DI TK ANGKASA Penanganan Anak Slow Learner Melalui Metode Demonstrasi Pada Kelompok B Di TK Angkasa Colomadu Karanganyar Tahun Ajaran 2013/2014.

0 1 15

PENANGANAN ANAK SLOW LEARNER MELALUI METODE DEMONSTRASI PADA KELOMPOK B DI TK ANGKASA Penanganan Anak Slow Learner Melalui Metode Demonstrasi Pada Kelompok B Di TK Angkasa Colomadu Karanganyar Tahun Ajaran 2013/2014.

0 2 10

PENGARUH MEMBATIK JUMPUTAN TERHADAP PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS ANAK KELOMPOK B DI TK KEMIRI 03 Pengaruh Membatik Jumputan Terhadap Perkembangan Motorik Halus Anak Kelompok b di TK Kemiri 03 Kecamatan Kebakkramat Kabupaten Karanganyar tahun ajaran 2013/2

0 2 15

MENINGKATKAN MOTORIK HALUS ANAK USIA DINI KELOMPOK B MELALUI PENERAPAN METODE DEMONSTRASI DI PAUD ALAMANDA TAHUN AJARAN 2012/2013.

0 0 21

PENGEMBANGAN KEMANDIRIAN ANAK MELALUI METODE DEMONSTRASI UNTUK ANAK DI TK PERTIWI I Pengembangan Kemandirian Anak Melalui Metode Demonstrasi Untuk Anak Di TK Pertiwi I Canden Sambi Boyolali Tahun 2013.

0 3 15

PENGEMBANGAN KEMANDIRIAN ANAK MELALUI METODE DEMONSTRASI UNTUK ANAK DI TK PERTIWI I Pengembangan Kemandirian Anak Melalui Metode Demonstrasi Untuk Anak Di TK Pertiwi I Canden Sambi Boyolali Tahun 2013.

0 0 12

NASKAH PUBLIKASI IMPLEMENTASI METODE DEMONSTRASI Implementasi Metode Demonstrasi Untuk Meningkatkan Kemandirian Anak Kelompok B Di Tk Aisyiyah 3 Mojo Andong Boyolali Tahun Pelajaran 2012/2013.

0 1 16

PENERAPAN METODE DEMONSTRASI MELALUI KEGIATAN MEMBATIK UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MOTORIK HALUS PADA ANAK KELOMPOK B TK BERINGIN, PURWOREJO TAHUN 2013/2014.

0 0 1