6
F. SISTEMATIKABPENULISANB
Untuk memperoleh gambaran singkat isi skripsi ini, penulis akan menguraikan pokok-pokok atau garis besar skripsi secara ringkas dalam empat
bab sebagai berikut:
BABBI:B
Bab I merupakan pendahuluan yang berisi latar belakang, rumusan permasalahan, tujuan penulisan, manfaat penulisan, metode penulisan, dan
gambaran singkat penulisan.
BABBII:B
Pada bab II, penulis menyajikan pengertian Ekaristi, dasar dan sejarah Ekaristi, makna Ekaristi, pengertian tentang musik secara umum, unsur-unsur
dasar musik, jenis lagu rohani, peranan lagu rohani Ekaristi, serta pengertian
kaum muda katolik.B
BABBIII:B
Pada bab III berisi tentang gambaran umum Paroki St. Antonius Kotabaru diantaranya sejarah terbentuknya Paroki St. Antonius Kotabaru, visi dan misi
Paroki St. Antonius Kotabaru, gambaran Perayaan Ekaristi Paroki St. Antonius Kotabaru dan gambaran umum kaum muda Katolik Paroki St. Antonius Kotabaru.
Selain itu juga terdapat penjabaran tentang metodologi penelitian yang mencakup latar belakang penelitian, permasalahan penelitian, tujuan penelitian, manfaat
penelitian, jenis penelitian, teknik dan instrumen pengumpulan data, tempat dan
7
waktu penelitian, responden penelitian, definisi operasional, variabel penelitian, kisi-kisi penelitian, laporan hasil penelitian, pembahasan hasil penelitian,
kesimpulan penelitian.
BABBIV:B
Pada bab IV berisi tentang refleksi pastoral dari hasil penelitian, gambaran kegiatan Workshon “Lagu Rohani Ekaristi”, contoh persiapan salah satu sesi dari
kegiatan Workshon “Lagu Rohani Ekaristi”.
BABBV:B
Pada bab V berisi penutup yang mencakup kesimpulan dan saran.
B
BABBIIB MAKNABPERAYAANBEKARISTIBDANBLAGUBROHANIBEKARISTIB
A. EkaristiBB 1. PengertianBEkaristiB
Ekaristi berasal dari kata Yunani Eucharistein yang berarti: mengagumi, bersyukur, berterima kasih, lebih menunjukkan aspek syukur dan pujian dalam
perayaan itu dengan Doa Syukur Agung sebagai intinya Kirchberger, 1991: 195. Ekaristi merupakan kata yang dipakai untuk menyebut seluruh upacara misa,
khususnya bagian kedua sesudah perayaan sabda yang mencapai puncaknya pada konsekrasi roti dan anggur menjadi tubuh dan darah Kristus dan berakhir
dengan komuni. Ekaristi juga menunjukkan kehadiran nyata Kristus dalam roti dan anggur. Dalam Ekaristi suci tercakuplah seluruh kekayaan Rohani Gereja,
yakni Kristus sendiri, Paskah kita PO art 5 bdk KGK art 1324. Ekaristi yang diadakan oleh kristus pada perjamuan terakhir, adalah yang paling agung diantara
sakramen-sakramen yang lain dan merupakan pusat hidup Gereja Gerald O’ Collins SJ, 1996: 643. Selain itu dalam Lumen Gentium, konstitusi Dogmatis
tentang Gereja art 11, mengatakan bahwa Ekaristi merupakan sumber dan puncak seluruh hidup Kristiani.
Paus Yohanes Paulus II dalam Dokumen Ecclesia de Eucharistia, art 10 menjelaskan bahwa Ekaristi sebagai sumber kehadiran Kristus dalam persekutuan
umat beriman dan menjadi santapan rohaninya adalah milik Gereja yang paling
9
berharga dalam perjiarahannya sepanjang sejarah. Ini juga merupakan ungkapan komitmennya yang hidup terhadap misteri Ekaristi.
Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa sakramen Ekaristi merupakan sebuah perayaan syukur untuk mengenangkan, menghadirkan,
menghayati akan karya keselamatan Allah yang telah terwujud dalam diri Yesus Kristus serta mengenangkan penderitaan Yesus sebelum wafat di kayu salib.
Melalui perayaan Ekaristi kita diajak untuk menghayati seluruh karya keselamatan Allah dengan cara ikut ambil bagian di dalamnya dimana Ekaristi
sumber serta puncak seluruh kehidupan umat Kristiani yang sejati.
2. DasarBdanBSejarahBEkaristiBB
Dalam Perjanjian Lama, Ekaristi memiliki latar belakang yang kuat, terutama dalam tradisi Yahudi. Berikut adalah dasar dan sejarah Ekaristi.
a. PaskahB YahudiB SebagaiB KenanganB AkanB PembebasanB DariB MesirB EksodusB
Setiap bangsa mempunyai kenangan akan peristiwa yang menentukan perjalanan hidup bersama. Bagi bangsa Israel, kenangan yang tak dapat dilupakan
adalah peristiwa pembebasan dari Mesir. Peristiwa pembebasan dari Mesir yang tertulis dalam Kitab Keluaran menjadi sangat penting karena diikuti oleh
penggambaran di padang gurun dan pembentukan bangsa Israel sebagai umat Allah dalam ikatan perjanjian Prasetyantha 2008: 19.
Perayaan Ekaristi Gereja berakar pada tradisi perjamuan makan Paskah Yahudi. Adapun Inti pokok tradisi perjamuan makan Yahudi adalah doa sebelum
10
perjamuan yang berisi doa syukur atas Roti, perjamuan makan, lalu doa sesudah perjamuan yang berisi doa syukur atas piala Martasudjita, 2005: 273.
b. PerkembanganBPerayaanBPaskahBdanBRotiBTakBBeragiB
Secara kronologis, umat Israel menempatkan titik awal terjadinya Perayaan Paskah dan roti tak beragi pada peristiwa keluaran dari Mesir. Hari Raya
Paskah dan Roti Tak Beragi bersama-sama diberi nama perayaan Paskah. Perayaan Paskah mempunyai akarnya pada tradisi para gembala, sedangkan
perayaan Roti Tak Beragi pada mulanya berakar pada perayaan di lingkungan para petani Prasetyantha 2008: 22.
c. PerjamuanBPaskahBYahudiBpadaBZamanBYesusB
Pada Zaman Yesus, Perayaan Paskah tetap menjadi perayaan keagamaan Yahudi yang utama. Pada pagi hari, umat mengumpulkan semua ragi,
membawanya ke Bait Allah untuk dibakar bersama-sama oleh para imam. Dan pada sore hari dilaksanakan penyembelihan kambing dan domba yang dilakukan
di Bait Allah, dan setelah matahari terbenam dimulailah perjamuan Paskah yang dilaksanakan di dalam keluarga atau di dalam kelompok, dengan cara
mengelilingi meja perjamuan Paskah dengan jumlah paling sedikit sepuluh orang. Namun jika di dalam satu keluarga tidak memenuhi jumlah minimal tersebut,
mereka dapat mengundang keluarga lain untuk bergabung. Adapun tujuannya yaitu agar anak domba Paskah dapat disantap sampai habis, tanpa sisa. Sesuai
dengan peraturan, seluruh daging kurban harus habis, dimakan dan tulang-
11
tulangnya dibakar. Adapun peserta perjamuan biasanya memakai pakaian putih, menyantap makanan dengan setengah berbaring, mengitari meja perjamuan yang
berukuran rendah Prasetyantha, 2008: 25. Peristiwa makan bersama ini merupakan gambaran dari perjamuan Paskah
Yahudi di zaman Yesus. Di dalam perjanjian lama peraturan tentang perjamuan paskah ini dapat kita temukan pada Kel 12: 1-13: 6. Macam-macam makanan
yang disantap di dalam perjamuan Paskah mempunyai maknanya masing-masing. Semuanya dikaitkan dengan peristiwa keluaran dari Mesir Eksodus. Anak
domba Paskah dipakai sebagai kenangan akan belas kasih Allah yang telah “ melewati” rumah-rumah nenek moyang Israel di tanah Mesir dan tidak
membinasakan anak-anak sulung mereka Kel 12: 27. Adapun beberapa lambang yang digunakan dalam paskah yang dapat dilihat antara lain; sayur pahit
melambangkan kondisi perbudakan yang membawa kepahitan hidup bangsa Israel karena bangsa Mesir Kel 1: 14 sedangkan Roti tak beragi melambangkan
penderitaan di masa lalu dan dikaitkan dengan situasi yang tergesa-gesa ketika bangsa Israel hendak meninggalkan Mesir Prasetyantha 2008: 28.
d. PerjamuanBMalamBTerakhirBYesusBB
Hari Kustono. Pr, dalam buku yang disunting Prasetyantha 2008: 29 mengatakan bahwa pada awal berkembangnya jemaat Kristiani, perjamuan Tuhan
sudah menjadi salah satu faktor utama yang meneguhkan ikatan persaudaraan antar anggota jemaat dan antar komunitas Gerejani. Perjamuan Tuhan menjadi
sarana utama untuk menyatukan umat dengan Kristus sang penebus. Dalam Mat
12
26: 18 Kisah perjamuan malam terakhir dapat kita duga bahwa Yesus telah merencanakan perjamuan tersebut dengan meminta salah seorang pengikutnya
untuk menyiapkan tempat untuk perjamuan malam.
e. EkaristiBMenurutBPandanganBBapa-bapaBGerejaBB
Santo Yustinus Martir dalam buku karangan Martasudjita 2005: 205. memandang Ekaristi sebagai suatu ibadah atau liturgi Kristiani. Ekaristi
merupakan kurban rohani sebab Ekaristi merupakan doa yang benar dan pujian syukur yang tepat. Pujian syukur tersebut meliputi kurban kepada Allah, kenangan
akan penderitaan Yesus, akan penciptaan dan penebusan. Yustinus yakin bahwa santapan Ekaristi adalah tubuh dan darah Yesus Kristus sendiri
Santo Ignatius dari Antiokhia, dalam suratnya kepada umat Philadelpia mengatakan untuk mengusahakan merayakan satu Ekaristi, karena ini hanyalah
tubuh Tuhan kita Yesus Kristus dan hanya satu piala untuk persatuan dengan darah-Nya dan hanya satu Altar Martasudjita, 2005: 249. Selain itu Santo
Ignatius mengajarkan bahwa Roti Ekaristi sebagai tubuh Tuhan sendiri, yakni Yesus Kristus yang telah mempersembahkan diri dalam roti dan anggur Ekaristi.
Menurut santo Ireneus Lyon, Ekaristi pertama-tama adalah kurban pujian syukur. Dalam Ekaristi diungkapkan pujian syukur atas penciptaan, dan atas
penebusan Yesus Kristus. Adapun tujuan makanan Ekaristi adalah penyampaian Sang Logos. Artinya dengan menerima santapan Ekaristi orang disatukan dalam
kebersamaan abadi dengan Yesus Kristus Martasudjita, 2005: 250-251.
13
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa dalam pandangan Perjanjian Lama, Ekaristi merupakan perayaan karya keselamatan Allah dalam
suatu perayaan syukur yang dilakukan oleh Bangsa Israel yang berhasil keluar dari Mesir. Perayaan Syukur itu berupa perjamuan makan Paskah dengan
menyantap santapan roti tak beragi dan domba yang telah dipersembahkan. Sedangkan Ekaristi pada jaman Yesus dan pandangan para Bapa Gereja sebagai
perayaan Syukur atas karya Keselamatan Allah dan pengampunan dosa yang telah hadir melalui diri Yesus. Ekaristi sebagai kenangan akan perjamuan malam
terakhir Yesus bersama dengan para Rasul, penderitaan Yesus serta penebusanNya melalui tubuh dan darahNya yang disimbolkan melalui Roti dan
Anggur yang telah Ia berkati, dipecah dan dibagikan kepada para murid.
3. MaknaBEkaristiB a. EkaristiBsebagaiBUngkapanBCintaBKasihBYesusByangBSehabis-habisnyaB
Kasih Yesus kepada muridNya ia curahkan selama masa hidupNya seperti halnya yang tertulis dalam dalam Yoh 13: 1 yang berbunyi ”sementara itu
sebelum hari raya paskah mulai, Yesus telah tahu, bahwa saat-Nya sudah tiba untuk beralih dari dunia ini kepada Bapa. Sama seperti Ia senantiasa mengasihi
murid-murid-Nya demikianlah sekarang Ia mengasihi sampai kepada kesudahannya”. Ia mengasihi murid-murid-Nya dengan kasih yang sungguh luar
biasa, tanpa batas hingga rela memberikan nyawa-Nya demi keselamatan para Murid serta seluruh umat beriman.
14
Dengan wafat-Nya di kayu salib mengungkapkan cinta kasih-Nya yang total kepada para Murid serta seluruh manusia demi persatuan dengan Allah. Ia
mengorbankan diri di kayu salib demi memenuhi karya keselamatan dari Allah bagi umatNya. Ia memiliki jiwa pengorbanan yang sungguh luar biasa dan
memiliki kasih yang total terhadap sahabat-sahabat-Nya. Yesus telah memberikan kemenangan sejati dan keselamatan bagi semua
orang dengan anugerah cinta kasih yang tanpa batas kepada para murid serta umat-Nya. Oleh karena itu untuk mengenang anugerah-Nya Gereja mengabadikan
dan mengenang-Nya dalam Ekaristi suci. Ekaristi menjadi suatu kenangan untuk hidup rohani yang bersumber dari Allah Martasudjita, 2005: 295-296.
b. EkaristiB sebagaiBPerjamuanByangB MempersatukanB UmatB denganBAllah,B UmatBdenganBumatB
Dalam Ekaristi, umat mengenangkan janji Kristus yang diberikan yaitu TubuhNya yang diserahkan demi keselamatan manusia dan DarahNya dicurahkan
sebagai jaminan perjanjian baru demi pengampunan dosa semua orang Kirchberger, 1991: 195. Ekaristi menjadi sarana bagi umat kristiani untuk
mengadakan perjamuan pengenangan akan misteri Kristus. Ekaristi merupakan suatu perjamuan pengenangan karena umat yang turut membawakan kurban
dipersatukan dengan Allah. Menurut Grun 1998: 29 perjamuan adalah pengalaman kebersamaan
yang paling mendalam dengan para peserta perjamuan dan sekaligus dengan Allah. Allah mengundang para murid dan juga umat-Nya dalam sebuah
15
perjamuan untuk menjadikan mereka satu keluarga dalam kerajaan-Nya. Perjamuan menjadi tanda bahwa Allah peduli dengan umat-Nya, disamping itu
juga memampukan umat untuk menjalin relasi dengan sesamanya. Ekaristi menjadi daya kekuatan bagi umat untuk senantiasa merindukan kesatuan dengan
Allah. Oleh karena itu umat yang mengikuti perjamuanperayaan Ekaristi diajak untuk bersatu dengan Allah melalui terang Roh Kudus Koinonia. Koinonia
adalah suatu bentuk keterlibatan umat untuk bersatu dengan Allah melalui Ekaristi dan membentuk suatu persaudaraan antar umat beriman dalam terang Roh Kudus.
Dalam pemecahan Ekaristi, kita secara nyata ikut serta dalam tubuh Tuhan; maka kita pun diangkat untuk bersama-sama bersatu dengan Dia dan
bersatu antara kita LG 7. Hal ini menjadi tempat persatuan antara umat dengan Allah, umat dengan umat yang membentuk suatu Gereja. Allah sendiri selalu
hadir di tengah hidup umat dalam setiap perkumpulan yang melibatkan kehadiranNya Martasudjita, 2005: 358. Hal ini dapat kita lihat ketika Tuhan
Yesus bersabda “sebab dimana dua atau tiga orang berkumpul dalam nama-Ku disitu Aku ada ditengah-tengah mereka” Mat 18: 20.
Konstitusi Konsili Vatikan II tentang Liturgi Suci. Sacrosanctum Concilium, art 47, mengatakan bahwa Ekaristi sebagai perjamuan Paskah. Hal ini
dimengerti dalam keseluruhan perayaan Ekaristi sehingga Ekaristi menjadi tempat untuk mengenang seluruh karya keselamatan Yesus Kristus yang berakhir dengan
wafat dan kebangkitanNya Martasudjita, 2005: 297-298.
16
c. EkaristiBsebagaiBSumberBdanBPuncakBKehidupanBGerejaB
Ekaristi tidak hanya pusat seluruh liturgi Gereja, tetapi juga menjadi sumber dan puncak kehidupan Gereja Martasudjita 2003: 297. Dalam hal ini LG
art 11 mengatakan demikian: “Dengan ikut serta dalam kurban Ekaristi, sumber dan puncak seluruh
hidup kristiani, mereka mempersembahkan Anak Domba Ilahi dan diri sendiri bersama dengan-Nya kepada Allah; demikianlah semua
menjalankan peranannya sendiri dalam perayaan liturgis, baik dalam persembahan maupun dalam komuni suci, bukan dengan campur baur,
melainkan masing-masing dengan caranya sendiri. Kemudian, sesudah memperoleh kekuatan dari tubuh Kristus dalam perjamuan suci, mereka
secara konkret menampilkan kesatuan Umat Allah, yang oleh sakramen mahaluhur itu dilambangkan dengan tepat dan diwujudkan secara
mengagumkan.” Ekaristi sebagai sumber dan puncak seluruh hidup Kristiani menunjukkan
sebuah pemahaman dari Konsili Vatikan II, yang tidak dapat memisahkan Ekaristi dengan kehidupan sehari-hari. Hidup sehari-hari memperoleh kekuataan dan
dasarnya dari Ekaristi sebagai sumber. Dari Ekaristilah mengalir kekuatan yang menjiwai dan menggerakkan seluruh hidup orang Kristiani dalam mengarungi
suka duka kehidupannya. Selain itu Ekaristi juga menjadi puncak dari seluruh kegiatan umat Kristiani. Artinya, semua bidang kehidupan yang dijalani umat
Kristiani tertuju dan mengarah kepada Ekaristi sebagai puncaknya.
d. EkaristiBMemampukanBKitaBUntukBTinggalBBdalamBKristusBB
Di dalam injil Yoh 1: 39 Yesus bersabda: ”Marilah dan kamu akan melihatnya. Mereka pun datang dan melihat di mana Ia tinggal, dan hari itu
mereka tinggal bersama-sama dengan Dia”. Yesus mengundang para murid untuk
17
tinggal bersama Dia. Hal ini bertujuan agar para murid mengalami, merasakan menghidupi dan mengalami sendiri misteri pribadi dan hidup Kristus. Dengan
demikian mereka dapat bersatu dalam persekutuan denganNya. Sehingga para Murid memiliki suatu pengalaman pribadi tinggal bersama Kristus dan
pengalaman itu menjadi suatu misi perutusan dalam mewartakan kabar gembira ke seluruh dunia Martasudjita 2012: 21.
Di dalam Ekaristi Yesus menjadi roti Hidup yang diserahkan bagi umatNya. Roti hidup ini memberikan kehidupan bagi umat dimanapun berada.
Melalui Ekaristi umat diajak untuk tinggal bersama Kristus, masuk dan bersatu di dalam misteri Ekaristi, yakni misteri wafat dan kebangkitanNya. Peristiwa tinggal
bersama Kristus terwujud dalam penyambutan Komuni suci. Kita merayakan Ekaristi, menyambut tubuh dan darahNya dalam komuni suci menjadi tanda
bahwa kita” tinggal di dalam Kristus dan Kristus di dalam kita” Martasudjita 2012: 23.
B. LaguBRohaniBEkaristiB 1. MusikB
a. PengertianBMusikB
Menurut Levinson yang disunting oleh Karina Andjani 2014: 47 di dalam buku berjudul Apa itu Musik?, mengatakan bahwa musik merupakan suara
yang secara temporal diorganisir oleh seseorang, yang dimaksudkan untuk memperkaya pengalaman melalui keterlibatan aktif, seperti mendengarkan,
menari, menampilkan, dengan suara yang dianggap sebagai suara. Martasudjita
18
1999: 135 dalam bukunya yang berjudul Pengantar Liturgi, Makna, Sejarah dan Teologi Liturgi, mengatakan secara Etimologis istilah “musik” berasal dari bahasa
Yunani mousike yang diterjemahkan ke dalam bahasa Latin musica. Kata musik tidak dapat didefinisikan hanya dari suatu segi tertentu. Musik
bukan merupakan sebuah bentuk gagasan maupun hasil pemikiran, karena musik memiliki estetika tersendiri. Nilai keindahan dalam musik ditunjukan secara lugas
ketika musik itu dibunyikan dan diperdengarkan. Nilai keindahan musik ditujukan kepada orang lain dan dirinya sendiri. Musik merupakan perpaduan dari bunyi
akustis bunyi yang bersifat riilhanya bunyi yang dialami dalam suatu dimensi ruang dan waktu. Musik memiliki dimensi waktunya tersendiri. Musik terjadi
ketika berjalan sesuai dengan waktu dan keteraturan irama. Menurut Prier 1983: 9 dalam buku Liturgi Perayaan Keselamatan
berpendapat bahwa musik dapat mengungkapkan perasaan manusia. Melalui musik, orang dapat mengekspresikan diri. Musik dapat menjadi tanda cinta bagi
orang lain. Dengan musik, orang menjadi tahu apa yang sedang dialami seseorang. Ungkapan kegembiraan, kesedihan, keputusasaan, kehilangan arah,
dan lain-lain, dapat ditunjukkan melalui musik. Musik disebut juga sebagai bahasa universal yang dapat diterima dan dimengerti oleh setiap orang dari segala lapisan
masyarakat. Musik mengatasi perbedaan batas usia manusia, jenis kelamin, dan ras. Irama dalam musik melampaui bahasa, suku, Negara, bahkan agama. Musik
mampu dinikmati oleh semua kalangan karena musik merupakan suatu bentuk komunikasi antar manusia.
19
Bernstein Picker 1972: 1 dalam bukunya An Introduction To Music mengatakan bahwa musik adalah suara-suara yang diorganisasikan dalam waktu
dan memiliki nilai seni dan dapat digunakan sebagai alat untuk mengekspresikan ide dan emosi. Musik dibentuk dari berbagai nada, melodi, ritme dan akor yang
tersusun harmonis dan didukung oleh warna suara tertentu yang diterima oleh telinga. Telinga manusia mudah menerima dan menikmati akor-akor harmonis.
Telinga manusia mampu menilai musik sebagai bunyi kualitatif yang mengandung arti tertentu. Musik mampu memuat arti yang luas. Makna yang
terkandung dalam musik merupakan makna yang tersirat bukan tersurat. Hal ini dikarenakan makna dalam musik tidak sejelas ketika diungkapkan dengan
lambang atau kata-kata. Prier, 2010: 1
b. UnsurBDasarBMusikB
Musik merupakan suatu peristiwa bunyi. Musik yang paling mudah dikenali dan paling sederhana diawali oleh munculnya suara manusia. Suara
manusia dihasilkan dari adanya getaran pita suara pada tenggorokan. Getaran yang dihasilkan oleh pita suara diresonansikan dalam rongga mulut. Sedangkan
sura yang berasal dari luar pribadi diterima oleh sistem pendengaran manusia yakni telinga sebagai suatu bunyi Harder, 1979: 1. Setiap bunyi yang muncul
tidak begitu saja disebut sebagai musik hendaknya. Pada dasarnya musik memiliki unsur pembentuk yakni melodi, iramatempo dan harmonisasi Banoe, 2003: 288.
20
1 MelodiB
Melodi dipahami sebagai sebuah urutan nada dengan jarak tertentu dan membawa makna dalam penyampaiannya. Istilah melodi dikemukakan sebagai
suatu unsur utama dalam penentuan kualitas suatu karya musik Mack, 1994: 7. Melodi berasal dari bahasa Yunani Melos yang bermakna arus. Dari akar kata
inilah, melodi dalam musik dipahami sebagai sebuah cara untuk mengatur musik dengan perhitungan waktu. Penentuan pembentukan melodi disusun dengan
persyaratan dalam penyampaiannya. Nada-nada yang disusun sebagai suatu melodi memiliki jarak dan ukuran tertentu. Perbedaan urutan nada didasarkan dari
hasil perbandingan proporsi pada dawai gitar yang dimunculkan oleh Phytagoras. Dalam pengenalan suatu melodi tertentu harus dilihat ciri-ciri yang dimilikinya.
Melodi memiliki bentuk nada yang jelas, memiliki suatu ungkapan tertentu dan nada-nadanya mampu dinyanyikan dengan baik dan jelas.
2 IramaB
Irama berkaitan erat dengan panjang pendeknya nada dan tekanan bagi melodi Prier, 2009: 76. Irama merupakan salah satu unsur pokok musik yang
mampu menghidupkan suasana dalam pembentukan lagu. Menurut Dieter Mack 1994: 7 dalam bukunya Sejarah Musik III mengatakan bahwa irama berkaitan
erat dengan kesan fungsional pada musik. Selain itu kesan fungsional yang dihasilkan dari pembentukan irama mampu menunjukkan kesan tertentu dari lagu
tersebut. Irama yang menggunakan nada-nada panjang memberikan kesan
21
kesedihan atau keputusasaan, sedangkan irama yang riang yang dibentuk dari nada-nada pendek dapat memberi nuansa kebahagiaan, keceriaan.
Irama berbeda dengan tempo. Tempo berhubungan dengan jumlah ketukan atau hitungan permenit dalam sebuah lagu. Tempo juga berhubungan erat dengan
tebentuknya birama dalam lagu. Tempo secara mendasar dibagi menjadi dua yakni cepat dan lambat. Hingga pada abad 19 ditemukan metronom yakni sebuah
alat yang digunakan untuk menghitung ketukan permenit. Dengan alat ini tempo dapat diperkirakan cepat lambatnya. Tempo paling cepat disebut dengan
Prestissimo 220-240 ketukan per menit hingga yang paling lambat yakni largo 40-44 ketukan per menit Prier, 2009b: 108.
3 HarmoniB
Harmoni termasuk satu unsur yang dapat mengkomposisikan musik. Harmoni dapat juga disebut sebagai bentuk keselarasan. Sesuatu terlihat indah
apabila ada keteraturan dan keselarasan antara yang satu dengan yang lain. Phytagoras pernah menyatakan dalil mengenai harmoni yaitu “semua yang
ditunjukkan dengan angka dan harmoni di dalam musik maupun di dalam alam semesta” Prier, 1991: 30. Hal ini menunjukkan bahwa harmonisasi tidak hanya
membentuk musik, namun juga membentuk keselarasan hidup. harmonisasi dalam musik membentuk suasana vertikal, keselarasan antar suara yang satu dengan
yang lain ataupun suara vokal dengan instrumental. Selain harmonisasi musik dan alam, hidup manusia memiliki harmoninya tersendiri. Harmoni dalam hidup
manusia terlihat dalam keselarasan antara jiwa dan badan. Harmoni kehidupan
22
manusia sering disebut dengan Musica Humana atau musik manusiawi Prier, 2009b: 61.
Musik memiliki variasi tersendiri. Akor-akor tonika do-mi-sol dikenal sebagai bunyi harmonis. Namun musik sendiri hidup dari bentuk yang harmonis
dan disharmonis. Musik yang disharmonis disebut juga suara disonan. Akor disonan merupakan suatu kejanggalan dalam musik. Akor disonan yang memiliki
kejanggalan merupakan suatu bentuk variasi yang ingin diselaraskan dengan akor konsonan sehingga membentuk musik yang harmoni Prier, 2010: 2 Prier,
2009b: 123.
2. LaguBRohaniBEkaristiB a. SejarahBdanBPerkembanganBLaguBRohaniB
Menurut W. Blankenburg yang disunting Karl E. Prier dalam buku berjudul Musik Gereja Zaman Sekarang 2009: 14 menggolongkan musiklagu
rohani sebagai bagian dari musik Gereja. Secara musik Gereja sendiri merupakan musik yang dipakai dalam gedung gereja atau musik khusus dari umat sebagai
suatu persekutuan. Pada zaman gereja awal, abad 1-4, musik Gereja dikenal dengan musik
emosional. Musik emosional memiliki unsur emosional atau segi musikal yang selalu melebihi peranan liturgis ke arah apresiasi dan seni. Musik emosional selalu
berhubungan dengan Allah dan karya penciptaan-Nya. Pandangan baru mengenai musik Gereja pada zaman Renaissance untuk menjadikan manusia penting, bahwa
komponis dengan ungkapan perasaan subyektif ingin menggerakkan perasaan
23
pendengar affectus movere; dan penyanyi yang mementaskan sebuah karya musik berusaha untuk menggemakan kembali perasaan sang komponis affectus
exprimere. Pada zaman barok abad 16-17 istilah liturgi dalam musik Gereja semakin di geser ke latar belakang dan diganti dengan istilah sakral. Dimana pada
abad-abad sebelumnya liturgi termasuk menjadi bagian yang pokok dalam ibadat. Pengaruh dari opera dan konser mempengaruhi afek perasaan dalam komponis,
interpreter dan pendengar musik, sehingga arti musik gereja bergeser kearah musik religius dan rohani. Musik Gereja Protestan menjadi awal lahirnya kantata,
passio dan juga oratorio yakni karya musik dengan syair rohani yang berkembang di Gereja Protestan. Dalam Gereja Protestan abad 18, musik mendapat fungsi
sebagai sarana dan bukan lagi sebagai bagian dari liturgi; ia bertujuan menimbulkan devosisuasana khidmat, hal ini yang menjadika karya musik rohani
pindah dari Gereja ke gedung pertunjukkan; bahwa musik gereja disesuaikan dengan tuntutan zaman. Kemudian pada zaman klasik nyanyian rohani yang
menjadi bagian dari musik rohani bukan nyanyian ibadat muncul Prier, 2009: 14-41.
Musik rohani merupakan musik yang diciptakan dan dipakai di luar ibadat Prier, 2009: 14. Musik rohani merupakan hasil produk karya musik dari Gereja
Protestan. Semenjak Gereja paska konsili mampu mengaburkan batas antara sakral dan profan, musik Gereja, khususnnya musik liturgi memperoleh berbagai
macam inkulturasi. Inkulturasi dalam musik liturgi tersebut tidak hanya mencakup budaya kedaerahan saja namun juga masuknya budaya pop dan juga musik rohani
24
dengan kekhasan Gereja Protestan. Proses inkulturasi liturgi inilah yang membuat munculnya musik rohani Ekaristi.
b. JenisBLaguBRohaniB 1 LaguBGerejaniB
Menurut Bernardus B. Ujan yang tulisannya dimuat dalam Inspirasi; Lentera Yang Membebaskan 2006: 26, menjelaskan bahwa lagu Gerejani atau
musik Gereja, dalam bahasa latin musica eccelsiastica adalah istilah yang digunakan oleh para pengikut Kristus atau Gereja ketika persekutuan beriman ini
menyadari kekhasannya dalam mengekspresikan iman lewat musiklagu terutama dalam ibadat atau liturgi. Istilah ini mengacu pada tatanan bunyi dengan melodi
tertentu tanpa teks atau sesuai dengan bentuk teks yang mengungkapkan baik isi hati umat beriman maupun ajaran dan iman Gereja.
Musik ini dapat dihasilkan dengan bantuan alat atau instrument maupun dengan suara vokal penyanyi. Karena mengungkapkan iman yang diajarkan dan
dihayati oleh umat beriman maka musik Gereja memiliki kekhasan dibandingkan dengan musik dari umat yang beragama lain meskipun dipengaruhi juga oleh
musik agama lain misalnya dari musik orang Yahudi. Musiklagu Gereja pada umumnya adalah salah satu bentuk dari musik religus atau musik rohani.
2 LaguBRohaniB
Lagu Rohani atau musik religius musica religiosa adalah musik yang mengungkapkan atau mengandung tema-tema rohani Ujan, 2006: 26-27. Musik
25
atau lagu rohani ini dimiliki umat agama manapun. Bahkan ada tema musik- rohani yang umum diterima oleh umat manapun karena bersifat universal. Baik
melodi maupun teksnya mengungkapkan pengalaman rohani yang diterima oleh orang beriman dari berbagai agama. Ketika suatu musiklagu rohani
mengungkapkan pengalaman khusus dari umat agama tertentu, maka ia menjadi musiklagu yang khas misalnya lagu rohani khas Yahudi atau khas Hindu dan
Budha atau khas Kristen dan Islam. Lagu rohani itu jadi khas Kristiani bila mengungkapkan keyakinan iman
akan Kristus Tuhan dan Penyelamat atau akan Tritunggal Mahakudus serta pokok iman lain yang diyakini orang Kristiani. Di dalam lingkup Gereja sendiri, lagu
rohani dalam arti sempit berarti segala macam musiklagu yang mengungkapkan pengalaman rohani khas Gereja tetapi tidak dimaksudkan untuk digunakan dalam
perayaan-perayaan liturgis Ujan, 2006: 26.
3 LaguBRohaniBLiturgis
Lagu Liturgis atau musik suci musica sacra oleh Gereja Katolik merupakan segala macam musiklagu Gerejani atau musiklagu rohani yang
digubah khusus untuk ibadat atau perayaan-perayaan liturgis Ujan, 2006: 26. Kini istilah yang lebih populer adalah lagu rohani Ekaristi. Lagu rohani liturgis
atau lagu rohani Ekaristi dalam arti tertentu mengacu pada semua macam musik yang inspirasinya atau maksud dan tujuan serta cara membawakannya mempunyai
hubungan dengan iman Gereja. Tema-tema yang digunakan dalam lagu rohani Ekaristi menunjuk pada salah satu bagian dalam Perayaan Ekaristi.
26
Berikut merupakan hasil pemaparan oleh Bernardinus. B. Ujan 2006: 26- 27 tentang ciri-ciri lagu rohani Ekaristi
Lagu rohani Ekaristi dapat dilagukan dengan suara dan bunyi alat-alat musik sebagai pengiring. Baik teks maupun musik dengan melodinya yang secara
khas mengekspresikan iman Gereja yang dirayakan dalam liturgi yaitu tentang apa yang dilakukan Allah karya agung Allah yang menyelamatkan dan tanggapan
manusia beriman syukur-pujian, sembah-sujud, dan permohonan. Istilah lagu liturgi dipandang Gereja sebagai sebuah bagian utuh dari perayaan liturgi dan
bukan sebagai suatu unsur luar yang dicopot dan dimasukkan ke dalam perayaan liturgis seakan-akan suatu barang asing atau hal lain dari liturgi lalu diletakkan di
tengah perayaan liturgi. Sebagai bagian utuh dari liturgi, lagu rohani Ekaristi itu merupakan doa
dan bukan sekedar suatu ekspresi seni yang jadi bahan tontonan. MusikLagu liturgi itu mesti indah dan memenuhi persyaratan-persyaratan seni
musiknyanyian pada umumnya, namun lebih dari itu musiklagu liturgi mengungkapkan doa manusia beriman. Bahkan musik atau nyanyian liturgis
sebagai doa mempunyai nilai tinggi. Sebab musik-liturgi menggerakkan seluruh diri manusia yang menyanyi atau yang menggunakan alat-alat musik budi,
perasaan-hati, mata, telinga, suara, tangan atau kaki dll. Sekaligus demi harmoni dituntut kurban untuk meninggalkan diri sendiri dan menyesuaikan diri dengan
orang lain, dengan tempat, dengan situasi, dengan maksud-tujuan musiknyanyian liturgis yaitu demi Tuhan dan sesama. Hal ini sesuai dengan hakekat dari liturgi
sebagai perayaan bersama yang melibatkan banyak orang demi kepentingan
27
umum kemuliaan Tuhan dan keselamatan manusia, bukan hanya demi diri sendiri.
c. KedudukanBLaguBRohaniBdalamBEkaristiB
Lagu rohani Ekaristi merupakan bentuk musik rohani yang dipakai dan digunakan dalam Ekaristi. Sama halnya dengan musik liturgi, musik rohani
Ekaristi mampu memberikan suasana batiniah. Lagu rohani Ekaristi tidak dapat menggantikan bagian integral dalam liturgi SC art. 112. Namun dalam
Sacrosanctum Concilium, Dokumen Konsili Vatikan II tentang konstitusi Liturgi, artikel 118, mengatakan Nyanyian rohani umat hendaknya dikembangkan secara
ahli, sehingga kaum beriman dapat bernyanyi dalam kegiatan-kegiatan devosional dan perayaan-perayaan ibadat, menurut kaidah-kaidah dan ketentuan-ketentuan
rubrik. Berikut merupakan peranan dan tujuan lagu rohani menurut nilai
pentingnya dan frekwensi seringknya kita pakai, kita memilih dan mengambil Perayaan Ekaristi.
1 Nyanyian Pembukaan, digunakan untuk membuka Perayaan Ekaristi, membina kesatuan umat yang berhimpun, mengantar masuk ke dalam misteri
iman yang dirayakan. 2 Nyanyian Persiapan Persembahan, berperan sebagai pengiring perarakan
persembahan, maka digunakan nyanyian dengan tema persembahan. 3 Nyanyian Komuni tujuannya adalah agar umat secara batin bersatu dalam
komuni juga untuk menyatakan persatuannya saceara lahiriah dalam nyanyian
28
bersama. Maka lagu komuni harus bertemakan komuni atau Tubuh dan Darah Kristus.
4 Nyanyian penutup berperan untuk mengahantarkan imam dan para pembantu- pembantunya meninggalkan altar dan menuju ke sakristi fakultatif
C. KaumBMudaBKatolikB
Sebelum membahas tentang pengertian kaum muda Katolik, terlebih dahulu akan dibahas mengenai pengertian kaum muda secara umum. Charles M.
Shelton, S.J, 1988: 10 dalam bukunya Menuju Kedewasaan Kristiani, yang mengutip definisi tentang kaum muda dari persekutuan psikiater Amerika dalam
Psychiatric Glossary, memberikan batasan kaum muda sebagai berikut: “Kaum muda adalah suatu periode kronologis yang dimulai dengan proses
psikis dan emosional yang membawanya ke kematangan seksual dan psikososial, diakhiri dengan terbentuknya seseorang individu yang telah
mencapai kebebasan dan produktivitas sosial.” Selanjutnya beliau mengatakan bahwa yang dapat digolongkan sebagai
kaum muda tidak hanya para pelajar sekolah lanjutan atas, tetapi mereka juga yang senior di perguruan tinggi, karena kelompok orang tersebut masih dalam
taraf kedewasaan. Sejalan dengan hal ini, Mangunhardjana 1986: 11-12 dalam bukunya Pendampingan Kaum Muda juga menambahkan bahwa kaum muda
adalah mereka yang oleh ilmu psikologi disebut adolescent, yang mencakup para muda-mudi di usia sekolah menengah tingkat atas SMTA, serta dalam umur
studi di perguruan tinggi PT semester I-IV. Menurut mangunhardjana, 1986: 11 kata ‘kaum muda’ digunakan untuk
menunjuk golongan, atau kelompok kaum muda yang berumur antara 15-21
29
tahun. Menurut undang-undang perkawinan RI tahun 1974, kaum muda meliputi para muda-mudi yang sudah melewati umur kanak-kanak dan belum mencapai
batasan umur yang ditentukan oleh undang-undang untuk menikah, bagi pemuda minimal berumur 19 tahun dan pemudi minimal berumur 16 tahun.
Dari segi usia, Dr. J. Riberu 1977: 183 memberikan batasan kaum muda- mudi mereka yang lebih kurang berusia 12-24 tahun dan “bagi mereka yang
bersekolah, usia ini sesuai dengan usia sekolah lanjutan dan perguruan tinggi”. Sedangkan bila ditinjau dari segi sosiologis Dr. J. Riberu mengatakan bahwa
sesorang tergolong kaum muda atau orang-orang dewasa: “Sering kali berjalan dengan status berdikari di bidang nafkah atau status
keluarga. Umur sosial ini menyebabkan seseorang yang menurut usianya masih dalam jangkauan usia muda bisa dianggap sudah dewasa dan
sebaliknya orang muda yang sudah melampaui usia tersebut masih dianggap muda-mudi.”
Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa kaum muda adalah sekelompok orang yang berumur 15-24 tahun yakni dari golongan umur
pelajar hingga mahasiswa. Sehingga yang dimaksud dengan kaum muda Katolik sama seperti gambaran sebelumnya, hanya saja kaum muda Katolik lebih spesifik
menunjuk pada orang-orang dalam suatu paroki yang sering dikenal sebagai “MUDIKA” MUda-muDi KAtolik.
Dari paparan teori di atas, penulis terdorong untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan tentang makna Ekaristi dan lagu rohani Ekaristi dimengerti
oleh umat, khususny bagi kaum muda Katolik. Dan juga sejauh mana lagu rohani Ekaristi berperan bagi kaum muda katolik dalam pemaknaan Perayaan Ekaristi.
BABBIIIB B
PENELITIANBTENTANGBPERANANBLAGUBROHANIBEKARISTIB BDALAMBPEMAKNAANBPERAYAANBEKARISTIBB
BAGIBKAUMBMUDABKATOLIKB BDIBPAROKIBST.BANTONIUSBKOTABARUB
Dalam bab II telah diuraikan tentang pengertian Ekaristi baik secara umum maupun secara khusus. Pada bab II juga telah diuraikan tentang lagu rohani
Ekaristi dan juga perannya dalam perayaan Ekaristi. Pada bab III ini penulis akan membahas perihal penelitian tentang lagu rohani Ekaristi dalam pemaknaan
Perayaan Ekaristi bagi kaum muda Katolik paroki St. Antonius Kotabaru. Dalam bab III ini penulis mengawali dengan memberikan gambaran umum Paroki St.
Antonius Kotabaru, Perayaan Ekaristi, dan juga kaum muda Katolik di paroki tersebut berikut perkembangannya.
Bagian selanjutnya penulis menjelaskan metodologi penelitian yang nantinya akan dilaksanakan. Sesudah melaksanakan penelitian, penulis membahas
hasil penelitian yang terlah diperoleh dalam laporan penelitian. Dengan penelitian yang penulis lakukan, diharapkan dapat memberikan gambaran lagu rohani
Ekaristi yang dapat membantu umat, khususnnya kaum muda dalam meningkatkan pemaknaan Perayaan Ekaristi di Paroki St. Antonius Kotabaru
sendiri.
31
A. GambaranBUmumBParokiBSt.BAntoniusBKotabaruB 1. SejarahBterbentuknyaBParokiBSt.BAntoniusBKotabaruB
Berikut merupakan pemaparan yang disusun oleh A. Hani Rudi Hartoko, S.J 2013: 167-171. Profil Paroki SJ mengenai sejarah terbentuknya Paroki St.
Antonius Kotabaru. Terbentuknya Paroki Santo Antonius Kotabaru diawali dengan kegiatan
misi Katolik abad 20. Pada awalnya pewartaan iman Katolik di Kotabaru dimulai pada Tahun 1918 oleh Rama F. Strater, S.J. Beliau menyewa rumah di seberang
Masjid Syuhada sekarang. Rumah itu berfungsi sebagai pastoran, tempat mengajar, novisiat yang kemudian dibuka, dan sekaligus gereja. Rama Strater
kemudian membeli tanah lapang dan juga kuburan dimana sekarang berdiri gereja St. Antonius, Kolese Santo Ignasius KOLSANI., dan IPPAK. Kompleks ini
diresmikan pada tanggal 18 Februari 1923, dan mulai berfungsi pada tangal 16 Juni 1923.
Sebelum gereja St. Antonius Kotabaru berdiri, gedung gereja masih berupa kapel yang terbuka untuk umum dan dikelola oleh Kolsani. Seiring dengan
berkembangnya misi, umat Kotabaru semakin bertambah jumlahnya maka gedung gereja baru didirikan. Gereja St. Antonius diresmikan pada tanggal 26 September
1926 oleh Mgr. A. Van Velsen, S.J. Gereja diberi nama Santo Antonius dari Padua sesuai dari intensi donatur dari Belanda. Pada awalnya, Gereja Santo
Antonius adalah gereja rektorat. Pastor Kepala adalah Rektor Kolese Santo Ignasius KOLSANI.. Selain untuk ibadat, gereja juga berfungsi sebagai tempat
latihan pelayanan bagi calon imam. Sampai tahun 1933, Gereja Santo Antonius
32
Kotabaru masih berstatus sebagai stasi Senopati, Loji Kecil. Baru sejak tanggal 1 Januari 1934 terpisah dari paroki Senopati, namun tetap milik Kolese.
Pada zaman penjajahan Jepang, gereja St. Antonius Kotabaru, Kolsani dan IPPAK waktu itu Seminari Tinggi. dialihfungsikan sebagai gudang,
penampungan interniran dan kantor. Maka, gereja mengalihfungsikan sebuah rumah kuno di Kumetiran sebagai gereja. Pada tahun 1945, Kumetiran mekar
sebagai paroki. Setelah proklamasi, gereja dan Kolsani kembali berfungsi seperti sediakala dan gedung IPPAK menjadi kantor pemerintahan RI dan kemudian
sebagai Kantor Departemen Penerangan dan Pertahanan. Setelah pengakuan kemerdekaan, Gereja mengalami perkembangan yang berarti baik melalui sekolah
maupun kelas katekumen. Perkembangan pendidikan di lingkungan naungan Gereja St. Antonius Kotabaru meliputi SD, SMP dan SMA. Pada tahun 1955,
IKIP Sanata Dharma mengawali kiprahnya di wilayah Kotabaru. Begitu juga dengan Skolastikat MSF dan SCJ. Dalam perkembangan selanjutnya, kedua
skolastikat itu dan juga seminari tinggi berpindah ke Kentungan. Sampai dengan tahun 1965, paroki Kotabaru telah melahirkan Gereja
Kumetiran, Baciro, Jetis dan Banteng. Pada tahun 1966, Gereja telah membeli tanah di Jl. I Dewa Nyoman Oka no. 18 untuk dijadikan pastoran. Para imam
mulai menempati pastoran itu pada tahun 1967. Sejak tahun 1976, kolsani menyerahkan Gereja Kepada paroki. Pemisahan penuh dari Kolsani baru terjadi
pada tahun 1975. Sejak itu, Gereja Santo Antonius Kotabaru lepas dari Kolsani. Pada tahun 1985, sebuah angket telah diberikan terhadap mereka yang
datang Misa di gereja Kotabaru. Dari 6.011 umat yang mengisi angket, ternyata
33
3.296 54,8. berasal dari luar paroki dan 2.715 45,2. berasal dari paroki Kotabaru. Rama F.X. Wiryopranata, S.J. mencanangkan Gereja Kotabaru sebagai
Gereja terbuka, Paroki Kotabaru membuka lebar-lebar pintunya bagi siapapun yang ingin berperan aktif dalam semua kegiatan gerejani. Menurut Rama F.X.
Wiryopranata, S.J. kebijakan ini sesuai dengan semangat Konsili Vatikan II.
2. VisiBdanBMisiBParokiBSt.BAntoniusBKotabaruB
Menurut M. Hari Prasetyo yang disunting oleh P. Mutiara Andalas, S.J 2011: 26. Bertumbuh Untuk Berbagi; 85
Tahun Gereja Santo Antonius Kotabaru Yogyakarta, dipaparkan Visi dan Misi Paroki Santo Antonius Kotabaru sebagai
berikut; Visi: Paroki St. Antonius Kotabaru, sebagai bagian umat Allah KAS,
menjadi pribadi-pribadi umat beriman yang berlandaskan nilai-nilai Injil terutama belas kasih, keterbukaan, kebenaran, empati dan pelayanan untuk
mengembangkan persekutuan umat Allah yang mampu memajukan persaudaraan sejati dengan siapapun yang berkehendak baik.
Misi: Bersumber pada persekutuan Allah Tritunggal, umat Allah Paroki Santo Antonius Kotabaru dipanggil untuk:
Menghidupkan iman umat, terutama di kalangan kaum muda sebagai daya kekuatan dalam kehidupan menggereja dan bermasyarakat.
Mengembangkan semangat pewartaan kabar gembira. Mengembangkan pelayaanan yang lelahanan.
Memelihara kehidupan dan keutuhan alam ciptaan. Mewujudkan kepedulian umat kepada kaum kecil, lemah, miskin,
tersingkir dan difabel. Membangun sikap terbuka umat pada siapapun saja yang berkehendak
baik dalam keberagaman kelompokgolongan, aneka budaya, dan keyakinan demi terwujudnya persaudaraan sejati.
Meningkatkan wawasan
dan keterampilan
umat guna
mengembangkan pelayanan.
34
3. PerayaanBEkaristiBParokiBSt.BAntoniusBKotabaruB
Pada bagian ini akan dipaparkan mengenai gambaran Perayaan Ekaristi di Paroki St. Antonius Kotabaru. Data yang berhubungan dengan hal-hal tersebut
diperoleh dari penelitian yang dilakukan oleh Supriyanto 2006: 79. Usulan Katekese Sebagai Tanggapan Atas Penghayatan Ekaristi Kaum Muda Paroki
Santo Antonius Kotabaru Yogyakarta. Paroki St. Antonius Kotabaru dikenal sebagai paroki yang kreatif dalam
hal pengembangan iman umatnya. Di tengah gejolak zaman dan tantangan dunia masa kini, paroki ini selalu ingin mewujudkan suatu Gereja yang terbuka. Selain
Ekaristi harian dan mingguan, paroki yang memilki basis kaum muda yang kuat ini mengadakan model Ekaristi yang disesuaikan dengan keinginan umat, diantara
Ekaristi Kaum Muda EKM., Ekaristi Kaum Remaja EKR., Ekaristi Kaum Anak EKA., Ekaristi Karismatik, dan juga Ekaristi bahasa Jawa. Model-model Ekaristi
tersebut merupakan upaya dari pihak paroki demi menampung keinginan umat yang mungkin jenuh dengan Perayaan Ekaristi yang biasanya. Waktu Perayaan-
perayaan Ekaristi tersebut telah terjadwal dan diberitakan pada umat. Sehingga umat lebih leluasa memilih waktu Perayaan Ekaristi yang diminati.
Ekaristi anak diadakan sebulan sekali. Perayaan ini biasanya dihadiri anak- anak sekolah minggu lingkungan. Kekhasan perayaan ini yakni liturginya yang
sengaja dikemas dalam versi anak-anak, baik rumusan doa maupun lagu-lagunya. Maka dari itu, dalam perayaan ini kerap melibatkan anak, mulai dari koor,
pengantar persembahan, hingga lektor dan lektrisnya. Selain itu juga Injil dibawakan dengan berbagai bentuk seperti drama, sendra tari maupun monolog.
35
Berikutnya Ekaristi Kaum Remaja EKR., hanya saja perayaan ini biasanya dihadiri dan diselenggarakan oleh anak-anank kelompok usia sekolah
dasar dan menengah pertama. Sama halnya dengan EKR, Ekaristi Kaum Muda merupakan salah satu model Perayaan Ekaristi yang banyak menarik perhatian
khususnya kaum muda. Ekaristi Kaum Muda ini biasanya diselenggarakan oleh Sekolah Menengah Atas Katolik maupun komunitas-komunitas. Bagi komunitas
tersebut EKM dijadikan ajang mengembangkan kreativitas kaum muda. Kaum muda diberi kebebasan dalam berliturgi dengan melihat batas kewajaran.
Kelompok pengisi EKM tetap didampingi dalam pengemasan Perayaan Ekaristi. Selain EKA, EKR dan juga EKM, paroki St. Antonius Kotabaru juga
mengadakan Ekaristi Karismatik. Perayaan ini diadakan mengingat terdapat banyak umat yang tergabung dalam kemompok Persekutuan Doa Karismatik
Katolik PDKK., namun perayaan Ekaristi ini juga terbuka bagi umat yang cocok dengan model dan gayanya. Ekaristi bahasa Jawa diperuntukkan bagi mereka
yang masih menyukai bahasa Jawa. Ekaristi bahasa Jawa tersebut mengunakan rumusan tata perayaan Ekaristi dalam bahasa Jawa, mulai dari rumusan doa
hingga homili dan biasanya Ekaristi ini dilaksanakan pada Ekaristi Pertama di hari Minggu pukul 05.30. Selain itu terdapat Ekaristi Lansia yang banyak diikuti oleh
para orang tua maupun para lansia. Dari keseluruhan model Ekaristi yang ada di paroki St. Antonius Kotabaru
bukan mengharuskan umat untuk menyesuaikan umur, misalnya Ekaristi Kaum Muda maka umatnya haruslah kaum muda. Model- model Ekaristi diadakan untuk
36
mengupayakan kecocokan ungkapan iman dan juga ekspresi rasa syukur kepada Allah. Dengan demikian umat diberikan kebebasan dalam bersyukur.
4. GambaranBUmumBKaumBMudaBKatolikBParokiBSt.BAntoniusBKotabaruB
Berikut adalah pemaparan tentang kaum muda Paroki St. Antonius Kotabaru berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Engelbertha Ranolat 2005:
57. Penghayatan Sakramen Krisma Dalam Hidup Menggereja Kaum Muda di Paroki Santo Antonius Kotabaru Yogyakarta.
Gereja St. Antonius Kotabaru Yogyakarta sering disebut sebagai Gereja Kaum Muda, karena kebanyakan dari umat yang hadir mengikuti Perayaan
Ekaristi mingguan merupakan kaum muda. Gereja St. Antonius Kotabaru dikenal memiliki basis kaum muda yang kuat. Melihat kenyataan yang ada, maka Gereja
St. Antonius Kotabaru mendedikasikan dirinya sebagai “Gereja Kaum Muda”. Keterlibatan kaum muda dalam hidup menggereja tidak murni dari berasal
lingkup teritorial tetapi kebanyakan dari mereka berasal dari lingkup kategorial. Gereja ini terbuka bagi siapa saja yang ingin terlibat dalam hidup menggereja
melalui komunitas-komunitas yang ada baik anak-anak, remaja, kaum muda, orang dewasa maupun lansia.
Paroki konsisten dalam hal pengembangan iman umat banyak melibatkan umat khususnya kaum muda dalam hal kehidupan menggereja. Sebagai Gereja
Kaum Muda, Gereja ini menawarkan kepada kaum muda keterlibatan penuh dalam komunitas-komunitas yang ada, bahkan memberikan peluang yang besar
bagi kaum muda untuk mengembangkan pribadi serta imannya lewat
37
keterlibatannya dalam hidup menggereja melalui wadah yang ada. Diantaranya dengan adanya komunitas kerja liturgi, seperti kelompok lektor, koor, organis
hingga Patemon. Dengan demikian kaum muda diharapakan dapat menyalurkan bakat, kemampuan dan inspirasinya sebagai orang muda untuk dapat
mengekspresikan iman mereka sebagai kaum muda. Melalui wadah-wadah tersebut, banyak dari kaum muda yang merasa diperhatikan serta mendapatkan
tempat untuk mengekspresikan imannya. Selain itu kaum muda dapat menambah relasi dengan rekan muda yang lain dari berbagai paroki, sehingga kaum muda
dapat berproses bersama rekan-rekan muda lainnya.
B. MetodologiBPenelitianB 1. LatarBBelakangBPenelitianB
Gereja St. Antonius Kotabaru dikenal dengan “Gereja kaum muda”, dimana sebagian besar dari jumlah umatnya ialah kaum muda. Gereja St.
Antonius ini sangat bernuansakan kaum muda sehingga tidak jarang umat yang hadir dalam Perayaan Ekaristi, baik harian ataupun mingguan, mayoritas adalah
kaum muda. Gereja ini mendedikasikan dirinya sebagai “Gereja Kaum Muda” karena melihat realita yang ada dimana sebagian besar umatnya adalah kaum
muda atau kurang lebih 70 adalah umat yang berusia muda Praba, 2001: 11. Dari hasil wawancara singkat yang dilakukan oleh penulis sebelum
penelitian, penulis menemukan bahwa alasan kaum muda merayakan Ekaristi hanya sebagai pemenuhan kewajiban dan formalitas saja. Selain itu beberapa
diantara kaum muda, datang ke gereja hanya karena memiliki permohonan yang mendesak, juga karena merasa hatinya tidak tenang. Dari data tersebut diketahui
38
bahwa kaum muda cenderung mementingkan hal-hal yang dapat dilihat, ditangkap dan disentuh dengan panca indra.
Gereja St. Antonius Kotabaru adalah salah satu Gereja yang memiliki kepedulian besar kepada iman umat. Gereja St. Antonius Kotabaru
memberlakukan 7 kali misa mingguan di gereja paroki termasuk misa harian di pagi dan sore hari. Melihat relitas yang ada saat ini, Paroki St. Antonius Kotabaru
melalui para aktivis parokinya telah mengupayakan berbagai macam cara supaya umat tidak merasa bosan untuk merayakan Ekaristi. Salah satunya ialah membuat
variasi dalam Ekaristi guna meningkatkan partisipasi umat dalam merayakan Ekaristi. Bentuk variasi yang sering dipakai oleh paroki ini adalah melalui lagu
atau nyanyian Ekaristi yang disusun dengan menarik setiap minggunya. Untuk hal liturgi, pihak Gereja memberikan kebebasan bagi umat dalam
menggunakan lagu rohani Ekaristi dalam setiap Perayaan Ekaristi. Bidang liturgi membebaskan pemilihan lagu rohani Ekaristi kepada umat yang bertugas koor
selain lagu-lagu dan rumusan doa yang telah ditentukan. Walaupun paroki ini membebaskan umat dalam menggunakan lagu rohani
Ekaristi saat Perayaan Ekaristi, beberapa kaum muda mengungkapkan bahwa akan cenderung untuk diam ketika dinyanyikan lagu rohani Ekaristi yang belum
mereka tahu saat Perayaan Ekaristi berlangsung. Atas dasar keprihatinan di atas, melalui penelitian ini penulis mencoba
memaparkan sejauh mana kaum muda Katolik Paroki St. Antonius Kotabaru mampu memaknai Ekaristi sebagai puncak kehidupan Kristiani. Apakah dengan
39
bantuan lagu rohani Ekaristi dapat membantu meningkatkan pemakanaan mereka akan Ekaristi.
2. PermasalahanBpenelitianB
Berdasarkan pembatasan masalah di atas maka rumusan masalahnya adalah sebagai berikut:
a. Sejauh mana pengetahuan tentang peranan lagu Rohani Ekaristi dimengerti oleh kaum muda Katolik Paroki St. Antonius Kotabaru?
b. Sejauh mana kaum muda Katolik Paroki St. Antonius Kotabaru mampu memaknai Ekaristi sebagai puncak kehidupan Kristiani?
3. TujuanBPenelitianB
Penelitian ini diadakan untuk mendapatkan gambaran lagu rohani Ekaristi yang dapat membantu kaum muda dalam memaknai Perayaan Ekaristi. Tujuannya
adalah sebagai berikut: a. Mendapatkan gambaran tentang peranan lagu rohani Ekaristi menurut kaum
muda Katolik Paroki St. Antonius Kotabaru. b. Mengetahui sejauh mana orang muda Katolik Paroki St. Antonius Kotabaru
mampu memaknai Ekaristi sebagai puncak kehidupan Kristiani.
40
4. ManfaatBPenelitianB
Diharapkan dengan penelitian ini dapat memberikan wawasana serta pemahaman kepada mengenai makna Ekaristi, makna liturgi dan lagu rohani
dalam perayaan Ekaristi. Penulisan skripsi ini juga diharapkan dapat membantu pihak terkait, dalam
hal ini paroki dan pemerhati kaum muda Katolik, untuk mengembangkan lagu rohani Ekaristi, sehingga dapat semakin membantu kaum muda Katolik dalam
menemukan makna Perayaan Ekaristi.
5. JenisBPenelitianB
Jenis penelitian yang akan penulis gunakan adalah penelitian kualitatif deskriptif. Jenis penelitian yang akan penulis gunakan adalah penelitian kualitatif.
Penelitian kualitatif adalah suatu penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan dan menganalisis fenomena, peristiwa, aktifitas, sikap, kepercayaan, persepsi,
pemikiran orang secara individual maupun kelompok Nana, 1990: 60.. Penelitian deskriptif adalah suatu penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan atau
menggambarkan fenomena yang ada, baik itu alamiah atau rekayasa manusia Nana, 1990: 72.. Penulis menggunakan metode deskriptif analitis, metode
deskriptif analitis ini sendiri merupakan metode yang menganalisis suatu data yang ditinjau dari dua hal yakni kenyataan dan ketentuan yang ada Arikunto,
2006: 230..
41
6. TeknikBdanBInstrumenBPengumpulanBDataB
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan penyebaran kuesioner. Cara yang dilakukan adalah dengan membuat pertanyaan
yang berkaitan dengan lagu rohani Ekaristi dan juga makna Perayaan Ekaristi. Penyebaran angket ini diberikan kepada orang muda Katolik Paroki St. Antonius
Kotabaru yang telah mengikuti Perayaan Ekaristi harian, setelah diisi, angket dikembalikan pada peneliti.
Instrumen pengumpulan data adalah alat bantu yang digunakan dalam mengumpulkan aneka ragam informasi yang disusun secara sistematis. Instrumen
atau alat yang digunakan dalam penelitian ini yakni dengan menggunakan angket. Angket merupakan alat penelitian yang dibagikan kepada responden bersifat
terbuka, untuk memungkinkan jawaban pernyataan yang sesuai dengan pengetahuan, pemahaman dan pengalaman sejujurnya. Pernyataan yang telah
disusun disebarkan kepada responden, yakni orang muda Katolik Paroki St. Antonius Kotabaru. Masing-masing angket terdiri dari dua bagian, yakni
mengenai aspek identitas responden dan daftar pertanyaan untuk setiap responden.
7. TempatBdanBWaktuBPenelitianB
Penelitian ini dilaksanakan di paroki St. Antonius Kotabaru. Penyebaran angket dilakukan pada bulan Juni 2015 setelah Perayaan Ekaristi harian.
42
8. RespondenBPenelitianB
Menurut Arikunto 2006: 158., teknik sampling digunakan dengan tujuan untuk menggeneralisasi hasil penelitian. Sampel yaitu bagian populasi yang
mewakili untuk menjadi subjek penelitian. Dengan demikian, sampel yang diambil harus representatif atau dapat menggambarkan keadaan populasi yang
sebenarnya. Menurut cara pengambilannya, sampel yang digunakan dalam penelitian
ini adalah purposive sampling yaitu pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan bahwa orang tersebut dianggap paling tahu tentang data yang
dibutuhkan. Menurut Sutrisno Hadi 1995: 91., teknik purposive sampling dilakukan dengan cara pemilihan sekelompok subjek didasarkan atas ciri-ciri atau
sifat-sifat tertentu yang dipandang mempunyai sangkut paut yang erat dengan ciri- ciri atau sifat-sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya. Penulis memilih
purposive sampling dengan alasan agar data diperoleh langsung dari sumber yang tepat dan sesuai dengan ciri-ciri atau sifat-sifat populasi yang telah ditentukan.
Responden penelitian ini adalah kaum muda Katolik Paroki St. Antonius Kotabaru yang baru saja mengikuti Perayaan Ekaristi harian. Dari ±1200 populasi
kaum muda yang ada di Paroki St. Antonius Kotabaru, penulis menggunakan sejumlah 50 responden sebagai sampel. Penulis tidak mengambil seluruh kaum
muda Katolik di paroki ini karena keterbatasan waktu, tenaga dan materi dari penulis. Penulis hanya mengambil sample orang muda Katolik yang secara rutin
merayakan Ekaristi harian, baik pagi maupun sore hari. Pemilihan kriteria responden yakni kaum muda Katolik yang terbiasa mengikuti Perayaan Ekaristi
43
karena pemaknaan mereka akan Ekaristi yang memotivasi mereka untuk merayakan Ekaristi setiap harinya.
9. DefinisiBOperasionalBB
Berdasarkan kajian pustaka yang telah dipaparkan dalam bab II, maka dapat dirumuskan definisi operasional dari kedua variabel sebagai berikut:
a. Peranan lagu rohani Ekaristi Variabel bebas dalam penelitian ini adalah variabel lagu rohani Ekaristi.
Lagu rohani Ekaristi merupakan bentuk musik rohani yang dipakai dan digunakan dalam Ekaristi. Meskipun dapat digunakan dalam Perayaan Ekaristi namun
kedudukan lagu rohani Ekaristi tidak dapat menggantikan bagian integral dalam liturgi.
b. Pemaknaan orang muda Katolik akan Perayaan Ekaristi. Makna Perayaan Ekaristi yakni sebagai ungkapan cinta kasih Yesus yang
sehabis-habisnya melalui perjamuan yang menyatukan umat dengan Allah, umat dengan umat. Ekaristi yang dirayakan merupakan sumber dan puncak seluruh
kehidupan Kristiani yang memampukan manusia untuk tinggal dalam Kristus.
10. VariabelBPenelitianB
Menurut Sutrisno Hadi 1995: 224., variabel merupakan suatu gejala atau peristiwa yang bervariasi menurut jenis dan tingkatannya. Gejala itulah yang
menjadi obyek penelitian. Variabel merupakan segala sesuatu atau hal-hal yang
44
menjadi obyek penelitian Arikunto, 2006: 12.. Adapun variabel dalam penelitian ini sebagai berikut:
a. Peranan lagu rohani Ekaristi. b. Pemaknaan orang muda Katolik akan Perayaan Ekaristi.
c. Usaha meningkatkan pemaknaan Ekaristi melalui lagu rohani Ekaristi.
11. Kisi-kisiBPenelitianB TabelB1BB
VariabelBPenelitianB No.B
VariabelB IndikatorB
JumlahB itemB
1. 2.
3. 4.
1 Peranan lagu
rohani Ekaristi 1. Syair religius
2. Memiliki unsur profan 3. Bersifat liturgis
4. Membangun suasana batiniah 5. Sesuai dengan ajaran iman
Kristiani 1,2,3
4,5 6,7,8,9,10
11 12,13
2 Pemaknaan
Perayaan Ekaristi.
1. Ungkapan cinta kasih Yesus. 2. Perjamuan yang mempersatukan
umat dengan Allah, umat dengan umat.
3. Sumber dan puncak seluruh kehidupan Kristiani.
4. Memampukan manusia tinggal dalam Kristus.
5. Ketertarikan terhadap Ekaristi 6. Menemukan makna Ekaristi
7. Ekaristi sebagai pengungkapan 14,15
16,17 18,21
19,20 22,23
24 25
45
iman Kristiani 3
Usaha meningkatkan
pemaknaan Ekaristi melalui
lagu rohani Ekaristi
1. Keterlibatan aktif sebagai umat beriman baik dalam Perayaan
Ekaristi, hidup menggereja dan bermasyarakat
26, 27, 28 29,30
C. LaporanBHasilBPenelitianBB
Pada laporan hasil penelitian kuesioner tertutup ini, penulis melaporkannya berdasasrkan dua kategori, yaitu positif dan negatif. Kategori
positif diartikan apabila jawaban dari responden sangat setuju SS. dan setuju S.. Sementara itu kategori negatif adalah apabila jawaban responden tidak setuju TS.
dan sangat tidak setuju STS.. Pembahasan hasil penelitian ini tidak mengambil jumlah pilihan dari jawaban responden terbanyak, melainkan mengambil jumlah
dari responden yang menjawab positif diantaranya sangat setuju SS. dan setuju S.. Pilihan jawaban netral N. memiliki kedudukan netral juga, namun
disesuaikan dengan pernyataan jadi jumlah jawaban netral dapat dimasukkan ke dalam kategori positif maupun kategori negatif tergantung dari pernyataan yang
diberikan. Dari jumlah jawaban tersebut kemudian diambil prosentasenya dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
ABBBBB B
B B
BBBBBBBBBXB100BB=B ...B B
B NB
B
A = Jumlah yang menjawab N = Jumlah responden
46
Pada bagian ini juga penulis akan memaparkan hasil penelitian ini berdasarkan urutan-urutan variabel yang dibahas dalam penelitian. Pada bagian
pertama penulis akan membahas mengenai peranan lagu rohani Ekaristi. Pada bagian kedua, penulis membahas mengenai pemaknaan Perayaan Ekaristi. Pada
bagian terakhir, penulis akan membahas dan menguraikan beberapa usaha yang dapat dilakukan untuk meningkatkan pemaknaan Ekaristi melalui lagu rohani
Ekaristi.
1. PerananBLaguBRohaniBEkaristiB TabelB2BB
HasilBPenelitiaanBVariabelBPerananBLaguBRohaniBEkaristiB N=B50B
No.B PernyataanB
JumlahB SSB
SB NB
TSB STSB
A. PerananBlaguBrohaniBEkaristiB
1. Syair lagu rohani Ekaristi bersifat religius
19B 38B
26B 52B
5B 10B
0B 0B
0B 0B
2. Lagu rohani Ekaristi memiliki syair yang mendalam
12B 24B
31B 62B
6B 12B
1B 2B
0B 0B
3. Syair dalam lagu rohani Ekaristi sesuai dengan ayat-
ayat dalam Kitab Suci
3B 6B
25B 50B
21B 42B
1B 1B
0B 0B
4. Lagu pop rohani bisa dipakai dalam Perayaan Ekaristi
6B 12B
13B 26B
21B 42B
8B 16B
2B 4B
5. Lagu rohani Ekaristi bisa digunakan di luar
kepentingan ibadat
6B 12B
23B 46B
17B 34B
3B 6B
1B 2B
47
6. Lagu rohani Ekaristi adalah lagu yang hanya digunakan
dalam Perayaan Ekaristi
3B 6B
12B 24B
16B 32B
16B 32B
3B 6B
7. Lagu rohani Ekaristi bisa digunakan untuk keperluan
liturgis
11B 22B
32B 64B
6B 12B
1B 2B
0B 0B
B
8. Lagu-lagu yang menjadi bagian liturgi baku tidak bisa
digantikan oleh lagu pop rohani apapun
15B 30B
13B 26B
18B 36B
3B 6B
1B 2B
9. Lagu rohani Ekaristi hendaknya memiliki makna
liturgis
18B 36B
25B 50B
7B 14B
0B 0B
0B 0B
10. Lagu rohani Ekaristi seharusnya sesuai dengan
konteks Ekaristi
16B 32B
24B 48B
9B 18B
1B 2B
0B 0B
11. Dengan Lagu rohani Ekaristi saya dapat membangun
susana batiniah
17B 34B
27B 54B
6B 12B
0B 0B
0B 0B
12. Lagu rohani Ekaristi dapat membawa saya masuk ke
alam batiniah
17B 34B
26B 52B
7B 14B
0B 0B
0B 0B
13. Lagu rohani Ekaristi seharusnya sesuai dengan
nilai dan ajaran iman Kristiani
22B 44B
25B 50B
3B 6B
0B 0B
0B 0B
B
48
Dari tabel 2 diperlihatkan sejauh mana Kaum Muda Katolik St. Antonius Kotabaru mengetahui dan memahami tentang lagu rohani Ekaristi sekaligus
perannnya dalam Perayaan Ekaristi. Berdasarkan penelitian yang dilakukan, penulis melihat pada penyataan nomor 1 bahwa terdapat sebanyak 45 90.
responden menyetujui bahwa lagu rohani Ekaristi memiliki syair yang bersifat religius. Pada nomor 2 sebanyak 43 86. responden menyetujui bahwa lagu
rohani Ekaristi memiliki syair yang mendalam. Sedangkan pada nomor 3 sebanyak 28 56. responden menyetujui bahwa syair dalam lagu rohani Ekaristi
sesuai dengan kutipan ayat-ayat yang terdapat dalam Kitab Suci. Pada nomor 4 yakni sebanyak 10 20. responden tidak menyetujui
bahwa lagu rohani populer bisa dipakai dalam Perayaan Ekaristi. Sementara sebanyak 4 8. responden tidak menyetujui yakni pada nomor 5 bahwa lagu
rohani Ekaristi dapat digunakan di luar kepentingan ibadat. Sedangkan pada nomor 6 sebanyak 15 30. responden menyetujui bahwa lagu rohani Ekaristi
adalah lagu yang hanya digunakan dalam Perayaan Ekaristi. Pada nomor 7 sebanyak 43 86. responden menyetujui bahwa lagu
rohani Ekaristi dapat digunakan untuk keperluan liturgis. Sebanyak 28 56. responden menyetujui pada nomor 8 bahwa lagu-lagu seperti ordinarium, bait
pengantar injil dan lagu Bapa Kami, tidak dapat digantikan oleh lagu pop rohani apapun. Pada nomor 9 sebanyak 43 86. responden menyetujui bahwa
hendaknya lagu rohani Ekaristi memiliki makna liturgis. Sedangkan pada nomor 10 sebanyak 40 80. responden menyetujui bahwa lagu rohani Ekaristi
seharusnya sesuai dengan konteks Ekaristi.
49
Pada nomor 11 sebanyak 44 88. responden menyetujui bahwa lagu rohani dapat membangun suasana hening dan khusyuk dalam Perayaan Ekaristi.
Sedangkan pada nomor 12 sebanyak 43 86. responden menyetujui bahwa lagu rohani Ekarsti dapat membawa mereka masuk ke dalam alam batiniah selama
Perayaan Ekaristi. Sementara itu sebanyak 47 94. responden yakni pada nomor 13, menyetujui bahwa lagu rohani Ekaristi sudah seharusnya sesuai dengan nilai-
nilai dan ajaran iman Kristiani.
2. PemaknaanBPerayaanBEkaristiB TabelB3B
PemaknaanBPerayaanBEkaristiB N=50B
No. PernyataanB
JumlahB B PemaknaanBPerayaanBEkaristiB
SSB SB
NB TSB
STSB
14. Ekaristi merupakan ungkapan cinta Kasih Yesus yang sehabis-
habisnya
26B 52B
21B 42B
2B 4B
0B 0B
1B 2B
15. Perayaan Ekaristi adalah suatu perayaan syukur untuk
mengenangkan, menghadirkan, menghayati, akan karya
keselamatan Allah yang terwujud dalam diri Yesus
Kristus dengan berpuncak pada kurban salib-Nya
36B 72B
13B 26B
1B 2B
0B 0B
0B 0B
16. Perayaan Ekaristi dapat memberikan kedamaian
28B 54B
21B 42B
1B 2B
0B 0B
0B 0B
50
kesadaran, kesembuhan, dan kerinduan untuk bersatu dengan
Allah
17. Ekaristi bukan hanya merupakan perjamuan yang menyatukan
umat dengan Allah tetapi juga menyatukan sesama umat
26B 52B
22B 44B
2B 4B
0B 0B
0B 0B
18. Ekaristi adalah sebuah perayaan syukur dan sumber serta puncak
seluruh kehidupan Kristiani
24B 48B
21B 42B
4B 8B
0B 0B
1B 2B
19. Ekaristi memampukan kita untuk tinggal dalam Kristus dan
Kristus tinggal di dalam kita
21B 42B
29B 58B
0B 0B
0B 0B
0B
20. B Ekaristi sebagai sumber untuk
memperoleh kekuatan hidup dalam menghadapi persoalan
hidup
14B 28B
30B 60B
5B 10B
1B 2B
0B 0B
21. Ekaristi merupakan sebuah kebutuhan rohani dan sumber
kekuatan hidup bagi kaum muda
22B 44B
22B 44B
6B 6B
0B 0B
0B 0B
22. Sebagai kaum muda, saya lebih tertarik merayakan Ekaristi
dengan lagu rohani Ekaristi
5B 10B
22B 44B
20B 40B
3B 6B
0B 0B
23. Sebagai kaum muda, melalui lagu rohani Ekaristi, saya merasa
tersentuh akan kehadiran Allah dalam perayaan Ekaristi.
11B 22B
33B 66B
5B 10B
1B 2B
0B 0B
24. Lagu rohani Ekaristi dapat membantu saya dalam
memaknai Ekaristi
9B 18B
32B 64B
8B 16B
1B 2B
0B 0B
51
25. Lagu rohani Ekaristi dapat membantu saya untuk
mengungkapkan iman saat merayakan Ekaristi.
9B 18B
34B 68B
5B 10B
2B 4B
0B 0B
Dari tabel variabel yang kedua, ingin digambarkan sejauh mana pemaknaan kaum muda Katolik akan Perayaan Ekaristi. Selain itu usaha untuk
meningkatkan pemakanaan Ekaristi melalui lagu rohani Ekaristi dimunculkan juga di dalam tabel 3. Pada nomor 14 sebanyak 47 94. responden menyetujui
bahwa Ekaristi merupakan ungkapan cinta kasih Yesus yang sehabis-habisnya yakni berujung pada peristiwa wafatnya di kayu salib. Sedangkan pada nomor 15
yakni sebanyak 49 98. responden menyetujui bahwa Perayaan Ekaristi adalah suatu perayaan syukur untuk mengenangkan, menghadirkan dan menghayati akan
karya keselamatan Allah yang terwujud dalam diri Yesus Kristus dengan berpuncak pada kurban salib-Nya.
Pada nomor 16 sebanyak 49 98. responden menyetujui bahwa Perayaan Ekaristi dapat memberikan kedamaian, kesadaran, kesembuhan serta kerinduan
untuk bersatu dengan Allah. Sedangkan sebanyak 48 96. responden menyetujui pada nomor 17 bahwa Ekaristi bukan hanya merupakan sebuah perjamuan yang
hanya menyatukan umat dengan Allah melainkan juga menyatukan antar sesama umat. Pada nomor 18 sebanyak 45 90. responden menyetujui bahwa Ekaristi
adalah sebuah perayaan syukur dan juga sumber serta puncak seluruh kehidupan umat Kristiani. Pada nomor 19 sebanyak 50 100. responden menyetujui bahwa
Ekaristi dapat memampukan umat untuk tinggal dalam Kristus dan Kristus tinggal
52
di dalam hidup umat. Sebanyak 44 88. reponden pada nomor 20, menyetujui bahwa Ekaristi menjadi sumber untuk memperoleh kekuatan hidup dalam
menghadapi persoalan hidup mereka. Pada nomor 21 yakni sebanyak 44 88. responden menyetujui bahwa
Ekaristi merupakan sebuah kebutuhan rohani mereka juga termasuk sumber kekuatan hidup bagi kaum muda. Selain itu pada nomor 22, sebanyak 27 54.
mereka juga menyetujui bahwa mereka lebih tertarik merayakan Ekaristi yang menggunakan lagu-lagu rohani Ekaristi. Sedangkan pada nomor 23 sebanyak 44
88. responden menyetujui bahwa mereka merasa tersentuh akan kehadiran Allah dalam Perayaan Ekaristi melalui lagu rohani Ekaristi. Sama halnya dengan
itu, pada nomor 24 sebanyak 41 82. responden menyetujui bahwa lagu rohani Ekaristi dapat membantu mereka dalam memaknai Ekaristi. Sedangkan pada
nomor 25 sebanyak 43 86. responden menyetujui bahwa lagu rohani Ekaristi dapat membantu mereka dalam mengungkapkan iman saat merayakan Ekaristi.
3. UsahaBMeningkatkanBPemaknaanBEkaristiBMelaluiBLaguBRohaniBEkaristiB TabelB4B
UsahaBmeningkatkanBpemaknaanBEkaristiBmelaluiBlaguBrohaniBEkaristiB N=50
No.B PernyataanB
JumlahB B. UsahaBmeningkatkanB
pemaknaanBEkaristiBmelaluiB laguBrohaniBEkaristiB
SSB SB
NB TSB
STSB
26. Paroki perlu mengupayakan
pengembangan lagu-lagu rohani Ekaristi yang sesuai
14B 28B
15B 30B
16B 32B
4B 8B
1B 2B
53
dengan selera anak muda 27.
Paroki perlu melibatkan kaum muda yang memiliki potensi
dalam hal musik untuk mencipta lagu rohani Ekaristi
yang sesuai dengan minat kaum muda
22B 44B
18B 36B
8B 16B
2B 4B
0B 0B
28. Perlu diupayakan sosialisasi
dan pengenalan lagu-lagu rohani Ekaristi pada kaum
muda 19B
38B 23B
46B 7B
14B 1B
2B 0B
0B
29. Diadakan festival koor lagu-
lagu rohani Ekaristi baru yang melibatkan kaum muda
18B 36B
19B 38B
13B 26B
0B 0B
0B 0B
30. Perlu adanya seorang pastor
pembimbing kaum muda yang bisa mendampingi dan
mengarahkan kaum muda dalam meningkatkan
penghayatan mereka terhadap makna Ekaristi
28B 56B
21B 42B
1B 2B
B 0B
0B 0B
0B
Pada nomor 26 sebanyak 29 58. responden menyetujui bahwa paroki perlu mengupayakan pengembangan lagu-lagu rohani Ekaristi yang sesuai dengan
selera anak muda sekarang ini. Sedangkan pada nomor 27 sebanyak 40 90. responden menyetujui bahwa paroki perlu melibatkan kaum muda yang memiliki
potensi dalam hal musik untuk dapat mencipta lagu rohani Ekaristi yang sesuai dengan minat kaum muda. Sebanyak 42 84. responden, pada nomor 28,
54
menyetujui bahwa kaum muda perlu diberikan sosialisasi dan juga pengenalan lagu-lagu rohani Ekaristi. Sama halnya dengan itu, pada nomor 29 yakni sebanyak
37 74. responden menyetujui untuk diadakan festival koor lagu-lagu rohani Ekaristi baru yang melibatkan peran serta kaum muda di dalamnya.
Pada nomor 30 sebanyak 49 98. reponden menyetujui bahwa perlu adanya seorang Pastor pembimbing kaum muda yang bisa mendampingi dan
mengarahkan kaum muda dalam meningkatkan penghayatan mereka terhadap makna Ekaristi.
D. PembahasanBHasilBPenelitianB
Pada bagian ini penulis akan menguraikan hasil dari penelitian yang telah dilaksanakan dengan 50 responden kaum muda Katolik di Paroki St. Antonius
Kotabaru. Dalam pembahasan ini penulis akan memaparkannya ke dalam 3 variabel. Data yang penulis peroleh yaitu berupa jumlah jawaban responden
beserta prosentasenya. Jumlah itu didapat dari pernyataan-pernyataan responden dengan pilihan yang telah disediakan. Penulis akan menjabarkan jawaban tersebut
secara lengkap.
1. PerananBLaguBRohaniBEkaristiB
Pada variabel peranan lagu rohani Ekaristi yang tertera pada tabel 2 menunjukkan bahwa, item nomor 1, diketahui 45 responden dengan prosentase
90 menyetujui bahwa syair lagu rohani bersifat religius. Lagu rohani Ekaristi bukanlah lagu pop yang mengalami pergeseran makna. Seperti lagu pop modern
55
yang di ubah dan diberikan penekanan pada frase “engkaulah” menjadi “Engkaulah” atau “mencintaimu” menjadi “mencintai-Mu”. Dengan tidak
mengindahkan makna dari lagu asli kemudian diubah menjadi syair yang religius. Pada item nomor 2, responden sebanyak 43 dengan prosentase 86
menyetujui bahwa mereka merasakan lagu rohani Ekaristi memiliki syair yang mendalam. Dari fakta tersebut dapat disimpulkan bahwa syair pada lagu rohani
Ekaristi memiliki hubungan yang menggambarkan relasi yang intim antara manusia dengan Allah. Relasi semacam inilah yang mencoba dimunculkan oleh
pengarang lagu rohani Ekaristi yang senantiasa menunjukkan kedekatan antara manusia sebagai ciptaan dengan Allah, penciptanya. Pada tabel ini juga terdapat
seorang responden yang menyatakan bahwa lagu rohani Ekaristi tidak memilik syair mendalam. Hal ini dapat disebabkan oleh pengalaman dari responden sendiri
yang belum menemukan kedekatannya dengan Allah melalui sarana lagu rohani Ekaristi.
Pada item nomor 3, yakni sebanyak 49 responden dengan prosentase sejumlah 98 menyetujui bahwa, syair dalam lagu rohani Ekaristi merupakan
kutipan dari Kitab Suci. Tidak dapat dipungkiri Kitab Suci merupakan harta kekayaan iman Gereja yang menjadi sumber dan pegangan hidup umat Kristiani.
Dengan demikian lagu rohani Ekaristi bukan lagi merupakan lagu yang sembarangan, karena di dalamnya memuat ajaran iman Kristiani. Pada item
nomor 3 ini pula terdapat seorang responden yang menyatakan bahwa lagu rohani Ekaristi tidak sesuai dengan ayat-ayat dalam kitab suci. Lagu roahani Ekaristi
sendiri muncul dari pergulatan maupun pengalaman rohani para pengarangnya.
56
Pengalaman batin yang tertuang dalam syair inilah yang seingkali belum sesuai dan dapat dikatakan minim dalam menggunakan kutipan dari Kitab Suci. Pada
prinsipnya lagu rohani Ekaristi hendaknya semakin memperjelas misteri Yesus Kristus yang tercurah melalui Perayaan Ekaristi.
Pada item nomor 4, yakni sebanyak 10 responden dengan Prosentase sebesar 20 tidak menyetujui bahwa, lagu pop rohani dapat dipakai dalam
Perayaan Ekaristi. Hal ini menggambarkan bahwa banyak dari kalangan kaum muda belum benar-benar memahami perbedaan lagu pop rohani dan juga lagu
rohani Ekaristi. Lagu pop rohani merupakan lagu yang muncul dari pengalaman pribadi pengarang yang menunjukkan pengalaman personal saja antara manusia
dengan Allah. Sementara lagu rohani Ekaristi merupakan lagu yang dibuat khusus sifatnya mengajak dan memperjelas misteri Yesus Kristus dalam ritus Ekaristi.
Lagu rohani Ekaristi hendaknya tidak mengindahkan hakikat dari Ekaristi sebagai suatu perayaan bersama umat, antara pribadi yang satu dengan yang lain dalam
suatu komunio yang disatukan oleh Allah melalui Ekaristi Suci. Pada item nomor 5, sebanyak 4 responden dengan prosentase 8 tidak
menyetujui bahwa, lagu rohani bisa digunakan diluar kepentingan ibadat. Sama halnya pada item nomor 6, sebanyak 15 responden dengan prosentase sebesar
30 menyetujui bahwa, lagu rohani Ekaristi merupakan lagu yang hanya digunakan dalam Perayaan Ekaristi. Sedangkan pada item nomor 7, sebanyak 43
responden dengan prosentase 86 menyetujui bahwa lagu, rohani bisa digunakan untuk keperluan liturgis. Dari ketiga item ini digambarkan dengan jelas bahwa
kaum muda kurang memahami dimaksudkan dengan ibadat, liturgi dan juga
57
Perayaan Ekaristi. Mereka masih memandang liturgi sebagai Perayaan Ekaristi juga sebagai ibadat. Lagu rohani Ekaristi merupakan lagu yang khusus digunakan
untuk Perayaan Ekaristi. Bukan lagu yang dipergunakan untuk acara pertemuan di luar Perayaan Ekaristi, meskipun acara tersebut bercorakkan Kristiani. Sama
halnya dalam ibadat, dengan beragamnya jenis ibadat, lagu rohani Ekaristi hendaknya menunjukkan dengan jelas misteri Yesus Kristus yang dikenangkan
melalui Ekaristi. Pada item nomor 8, sebanyak 28 responden dengan prosentase 56
menyetujui bahwa lagu-lagu yang menjadi bagian dari liturgi baku tidak bisa digantikan oleh lagu pop rohani manapun. Hal ini disebabkan karena lagu-lagu
tersebut menjadi bagian integral Ekaristi. Lagu-lagu tersebut diantaranya lagu- lagu Ordinarium dan lagu Bapa Kami. Dari fakta tersebut dapat diketahui bahwa
kaum muda sudah cukup mengerti tentang peranan lagu yang ada di dalam susunan liturgi. Mereka sependapat bahwa lagu rohani apapun tidak dapat
menggantikan lagu-lagu tersebut, meskipun memiliki makna yang sama. Namun pada tabel 2 ini juga diketahui sebanyak 22 responden dengan prosentase 44
menyetujui mereka tidak mengetahui bahwa lagu-lagu pop rohani tidak dapat menggantikan lagu-lagu yang menjadi bagian integral Ekaristi. Mereka
menganggap bahwa selama mereka pernah mendengar lagu tersebut menggantikan lagu-lagu integral, dapat disimpulkan bahwa hal itu boleh dan sah-
sah saja. Pada item nomor 9, sebanyak 43 responden dengan prosentasi sebesar
86 menyetujui bahwa, lagu rohani hendaknya memiliki makna liturgis. Dari
58
data tersebut membuktikan bahwa mereka paham bahwasanya lagu rohani hendaknya dapat membantu umat ambil bagian dalam Perayaan Ekaristi. Dengan
lagu rohani Ekaristi seharusnya umat dapat berperan serta aktif dalam liturgi seperti bernyanyi, berjabat tangan, berdoa, hening dan lain sebagainya. Hal yang
berbeda muncul dalam monor item yang sama, yakni sebanyak 7 responden dengan prosentase sebanyak 14 menyetujui tidak tahu bahwasanya lagu rohani
Ekaristi perlu memiliki makna liturgis. Pada item nomor 10, sebanyak 40 responden dengan prosentase sebesar
80 menyetujui bahwa, lagu rohani Ekaristi seharusnya sesuai dengan konteks Ekaristi. Dari fakta tersebut diketahui bahwa kaum muda mengerti bahwa Ekaristi
merupakan perayaan bersama umat. Perayaan Ekaristi bukan milik anggota koor saja ketika umat tidak dapat bernyanyi karena lagu yang digunakan belum
familiar dikalangan umat. Pada item yang sama juga terdapat 10 responden dengan prosentase 20 menyetujui bahwa lagu rohani Ekaristi tidak harus sesuai
dengan konteks Ekaristi. Dari fakta ini dapat disimpulkan bahwa tidak semua kaum muda mengerti tentang konteks Ekaristi dan konsekuensinya dalam
pemilihan lagu. Pada item nomor 11, sebanyak 44 responden dengan prosentase 88
menyetujui bahwa, dengan lagu rohani Ekaristi mereka dapat membangun suasana batiniah saat Perayaan Ekaristi. Hal yang sama ditemukan pada item nomor 12,
yakni sebanyak 43 responden dengan prosentase sebesar 86 menyetujui bahwa dengan lagu rohani dapat memasuki alam batiniahnya. Dari fakta tersebut
diketahui bahwa sebagian besar dari kaum muda mampu membangun suasana
59
batiniahnya dan masuk ke dalamnya. Doa merupakan sarana untuk berkomunikasi dengan Allah. Dengan masuk ke alam batiniah manusia dapat menemukan
keheningan sampai pada suasana dimana manusia dapat berkomunikasi dengan Tuhan. Dari faktai tersebut dapat disimpulkan bahwa cukup banyak kaum muda
yang sudah mampu menemukan keheningan ketika mereka berdoa. Dengan bernyanyi mereka juga telah dapat menemukan sebuah bentuk komunikasi dengan
Allah. Pada item nomor 13, sebanyak 47 responden dengan presentasi sebanyak
94 menyetujui bahwa, lagu rohani Ekaristi harus sesuai dengan nilai dan ajaran iman Kristiani. Dengan fakta ini diketahui bahwa, kaum muda mulai menyadari
kebutuhan rohani mereka tentang ajaran iman Katolik yang mereka butuhkan. Mereka menyadari bahwa, ajaran Yesus tentang cinta kasih merupakan salah satu
yang mereka butuhkan. Mereka sependapat bahwa, dengan lagu rohani Ekaristi mereka dapat meresapkan nilai-nilai iman dan ajaran iman Kristiani.
2. PemaknaanBPerayaanBEkaristiB
Variabel pemaknaan Perayaan Ekaristi menunjukkan bahwa pada item nomor 14, sebanyak 47 responden dengan prosentase 94 menyetujui bahwa,
Ekaristi merupakan ungkapan cinta kasih Yesus yang sehabis-habisnya. Dengan fakta ini diketahui bahwa, kaum muda menyadari bahwa Yesus mengasihi murid-
murid-Nya dengan kasih yang luar biasa, tanpa batas hingga Ia rela memberikan nyawa-Nya demi keselamatan para murid. Hal serupa berlaku juga pada kasih
yang telah kaum muda rasakan selama hidupnya. Lewat kasih Yesus yang
60
sungguh total itu, memberikan pengajaran bagi kaum muda untuk mampu memberikan diri dalam menyalurkan kasih kepada sesamanya. Anugerah kasih
tanpa batas yang Yesus berikan kepada para Murid inilah yang oleh Gereja dikenangkan dalam Ekaristi Suci. Ekaristi menjadi suatu kenangan untuk hidup
rohani dari Allah melalui perantaraan Putera-Nya Yesus Kristus. Pada item nomor 15, yakni sebanyak 49 responden dengan prosentase
sebesar 98 menyetujui bahwa, Perayaan Ekaristi merupakan suatu perayaan syukur untuk mengenangkan, menghadirkan, menghayati, akan karya keselamatan
Allah yang terwujud dalam diri Yesus Kristus dengan berpuncak pada kurban salib-Nya. Dari data tersebut, dapat dilihat bahwa kaum muda memahami dan
menyadari bahwa Ekaristi merupakan perayaan syukur mengenangkan karya keselamatan Allah dalam diri Yesus Kristus. Dengan wafat-Nya di kayu salib
mengungkapkan cinta kasih-Nya yang total kepada para Murid serta seluruh umat manusia demi persatuan dengan Allah. Ia mengorbankan diri si kayu salib demi
memenuhi karya keselamatan dari Allah bagi umat-Nya. Ia memiliki jiwa pengorbanan yang sungguh luar biasa dan memiliki kasih yang total terhadap
sahabat-sahabat-Nya. Dari fakta tersebut dapat disimpulkan bahwa, kaum muda sudah memiliki pemahaman tentang Perayaan Ekaristi sebagai perayaan syukur
akan karya keselamatan Allah. Pada item nomor 16, sebanyak 49 responden dengan prosentase sebesar
98 menyetujui bahwa, Perayaan Ekaristi memberikan kedamaian, kesadaran, kesembuhan dan kerinduan untuk bersatu dengan Allah. Dengan fakta ini,
diketahui bahwa kaum muda telah merasakan dampak yang besar dari Ekaristi.
61
Dalam Ekaristi, umat mengenangkan janji Kristus yang diberikan yaitu Tubuh- Nya yang diserahkan demi keselamatan manusia dan Darah-Nya dicurahkan
sebagai jaminan perjanjian baru demi pengampunan dosa manusia. Ekaristi menjadi sebuah sarana untuk mengadakan perjamuan pengenangan akan misteri
Kristus. Ekaristi sebagai sebuah perjamuan pengenangan karena umat yang turut membawakan kurban dipersatukan dengan Allah. Ekaristi menjadi daya kekuatan
bagi umat untuk senantiasa merindukan kesatuan dengan Allah. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa kaum muda sangat merindukan kesatuan dengan Allah.
Relasi yang mampu menyadarkan, menyembuhkan dan memberikan kedamaian hati.
Pada item nomor 17, yakni sebanyak 48 responden dengan prosentase sebesar 96 menyetujui bahwa, ekaristi bukan hanya merupakan perjamuan yang
menyatukan umat dengan Allah tetapi juga menyatukan sesama umat. Dengan data ini diketahui bahwa banyak dari kaum muda yang telah menyadari bahwa
Ekaristi merupakan perayaan umat. Melalui Ekaristi umat dijadikan satu dalam sebuah perjamuan suci bersama denagn Allah dan sesasma umat. Perjamuan
menjadi sebuah pengalaman kebersamaan yang paling mendalam dengan para peserta perjamuan dan sekaligus dengan Allah. Allah mengundang para murid dan
juaga umat-Nya dalam sebuah perjamuan untuk menjadikan mereka satu keluarga dalam kerajaan-Nya. Perjamuan ini menjadi tanda bahwa Allah peduli dengan
umat-Nya, disamping itu juga memampukan umat untuk menjalin relasi dengan sesamanya. Namun pada item yang sama ditemukan 2 responden dengan
62
prosentase 4 merasa ragu-ragu untuk menyetujui bahwa Ekaristi merupakan perjamuan yang menyatukan manusia dengan Alah dan juga dengan sesamanya.
Dari fakta tersebut dapat disimpulkan bahwa kaum muda sudah merasakan bahwa mereka diundang untuk mengikuti perjamuanPerayaan Ekaristi dan diajak
untuk bersatu dengan Allah melalui terang Roh kudus. Melalui terang Roh Kudus ini kaum muda diajak untuk terlibat dalam persatuan dengan Allah dalam Ekaristi
dan membentuk suatu persaudaraan antar umat beriman dalam terang Roh Kudus, hal inilah yang sering disebut sebagai Koinonia.
Pada item nomor 18, sebanyak 45 responden dengan prosentase sebanyak 90 menyetujui bahwa, Ekaristi merupakan sumber serta puncak seluruh
kehidupan Kristiani. Dengan data tersebut diketahui bahwa kaum muda menyadari bahwa Ekarsiti sebagai sebuah kebutuhan rohani. Dengan demikian
mereka juga memahami bahwa Ekaristi tidak hanya sebagai pusat seluruh liturgi Gereja, tetapi juga menjadi sumber dan puncak kehidupan Gereja. Dengan ikut
serta dalam kurban Ekaristi menjadikan Ekaristi sebuah kesatuan utuh yang tidak bisa memisahkan Ekaristi dengan kehidupan sehari-hari. Hidup sehari-hari
memperoleh kekuatan dan dasarnya dari Ekaristi sebagai sumber. Dari Ekaristilah mengalir daya kekuatan yang menjiwai dan menggerakkan seluruh hidup Kristiani
mereka dalam mengarungi suka duka kehidupannya. Selain itu Ekaristi juga menjadi puncak seluruh kegiatan umat Kristiani. Namun dari nomor item tersebut
terdapat sebanyak 5 responden dengan prosentase 10 yang tidak menyetujui bahwa, Ekaristi merupakan sumber dan puncak seluruh kehidupan Kristiani.
Mereka merasa bahwa tidak selalu Ekaristi yang menjadi bagian dari hidup
63
Kristiani, tapi juga dalam kehidupan bermasyarakat lainnya yang dapat menunjukkan bentuk kehidupan Kristiani. Dari kedua fakta tersebut dapat
disimpulkan bahwa semua bidang kehidupan yang dijalani oleh umat Kristiani hendaknya tertuju dan mengarah kepada Ekaristi sebagai puncaknya.
Pada item nomor 19, sebanyak 50 responden dengan prosentase 100 menyetujui bahwa, Ekaristi memampukan mereka untuk tinggal dalam Kristus
dan Kristus tinggal di dalam kehidupan mereka. Dari data tersebut diketahui bahwa, kaum muda telah menanggapi undangan dari Yesus untuk tinggal
bersama-Nya. Sama halnnya yang dilakukan olehpara murid di jaman Yesus yang mau menangapi ajakan Yesus untuk tinggal bersama-sama dengan Dia. Undangan
ini dimaksudkan oleh Yesus agar para Murid mengalami, merasakan, menghidupi dan mengalami sendiri misteri pribadi dan hidup Kristus. Dengan demikian
mereka dapat bersatu dalam persekutuan denganNya. Bagi para Murid sendiri, pengalaman tinggal bersama Kristus menjadi suatu misi dalam perutusan dan
mewartakan kabar genmbira ke seluruh dunia. Kaum muda merasakan bahwa di dalam Ekaristi Yesus menjadi roti hidup yang diserahkan bagi umat-Nya. Dari roti
hidup inilah mereka diberi suatu kehidupan. Melalui Ekaristi kaum muda diajak untuk tinggal bersama Kristus, masuk dan menyatu di dalam misteri Ekaristi,
yakni misteri wafat dan kebangkitan-Nya. Pengalaman tinggal bersama Kristus terwujud dalam penyambutan komuni suci. Merayakan Ekaristi berarti
menyambut Tubuh dan Darah-Nya dalam komuni suci yang menjadi tanda bahwa umat tinggal di dalam Kristus dan Kristus tinggal di dalam hidup umat. Dari
kenyataan ini apat disimpulkan bahwa kaum muda memiliki kemauan untuk dapat
64
tinggal dalam Kristus supaya Kristus juga berkenan untuk bekerja di dalam kehidupan mereka.
Pada item nomor 20, yakni sebanyak 44 dengan prosentase sebanyak 88 menyetujui bahwa, Ekaristi sebagai sumber untuk memperoleh kekuatan dalam
menghadapi persoalan hidup. Dari fakta ini diketahui bahwa kaum muda menyadari akan kebutuhannya akan perjumpaaan dengan Allah. Tidak dapat
dipungkiri bahwa kaum muda merupakan manusia biasa yang dikenal dengan memiliki banyak masalah sesuai tahapan usianya. Masa muda adalah masa
pencarian jati diri, maka tidak heran bahwa kebanyakan dari mereka yang masih labildari segi emosionalnya dan bingung menentukan arah jalan hidupnya lewat
hal-hal yang mereka sukai. Hingga terkadang ketika masalah datang, hanya sedikit dari mereka yang dapat bersikap dewasa untuk mengatasinya namun tidak
sedikit juga yang mencari ketenangan diri untuk nantinya dapat memecahkan masalahnya masing-masing. Bagi kaum muda Katolik, Perayaan Ekaristi
merupakan salah satu alternatif pilihan dalam proses mengatasi masalah hidup. Perjumpaan dengan Tuhan di dalam Ekaristi memberikan kekuatan tersendiri bagi
mereka. Dengan menyambut Tubuh dan Darah Kristus, mereka merasa lebih dekat dengan Yesus. Relasi yang hangat dengan Yesus memberikan mereka rasa
aman dan damai. Sehingga mereka merasa ketika dekat dengan Yesus mereka dapat menghadapi masalahnya dengan baik. Dari item nomor 20, terdapat juga
sebanyak 7 responden dengan prosentase sebesar 14 yang tidak menyetujui bahwa, mereka Ekaristi merupakan satu-satunya sumber untuk memperoleh
kekuatan hidup. Alternatif pilihan seperti ziarah juga sedang digandrungi oleh
65
kaum muda saat ini. Secara devosional mereka mengungkapakan dan memohonkan rahmat bagi persoalan hidup mereka.
Dari kedua fakta tersebut dapat disimpulkan bahwa, kaum muda menyadari kebutuhannya akan rahmat dari Allah untuk kehidupan pribadi mereka.
Yesus menjadi kekuatan mereka untuk mengahadapi persoalan hidup kaum muda. Pada item nomor 21, sebanyak 44 responden dengan prosentase sebesar
88 menyetujui bahwa, Ekaristi merupakan sebuah kebutuhan rohani dan sumber kekuatan hidup bagi kaum muda. Dari data ini diketahui bahwa banyak kaum
muda menjadikan Ekarsiti sebagai kebutuhan rohani mereka. Ekaristi bukan hanya menjadi kekeuatan bagi mereka dalam menghadapi persoalan hidup, tetapi
juga menjadi kekuatan bagi mereka dalam menjalani hidup. Dengan merayakan Ekaristi setiap hari mereka merasa hidup bersama dengan Yesus. Yesus menjadi
teman seperjalanan bagi mereka. Kaum muda merasa lebih lega ketika usai merayakan Ekaristi. Mereka merasa mantab untuk menjalani hari mereka bersama
dengan Yesus. Namun dari tabel 3 pada item yang sama, terdapat 6 responden dengan prosentase sebesar 12 dengan ragu-ragu menyetujui bahwa Ekaristi
merupakan sumber kebutuhan rohani dan kekuatan hidup mereka. Dari kedua fakta tersebut dapat disimpulkan bahwa kaum muda Katolik
tidak dapat dilepaskan dari kebutuhan mereka akan iman. Iman yang harus senantiasa mereka rayakan, dan Ekaristi merupakan satu-satunya cara dalam
mengungkapkan iman. Dengan menyambut Kristus mereka mendapatkan kekuatan untuk menjalani hidup dan bahkan dalam menghadapi segala
permasalahan hidup.
66
Pada item nomor 22, sebanyak 27 responden dengan prosentase sebesar 54 menyetujui bahwa, sebagai kaum muda mereka tertarik merayakan Ekaristi
dengan menggunakan lagu rohani Ekaristi. Dari data tersebut diketahui sebagian besar kaum muda memiliki minat terhadap lagu rohani Ekaristi. Lagu rohani
Ekasiti bagi mereka adalah lagu yang lebih dekat dengan mereka. Selain dengan syair lagu yang mudah dipahami lagu rohani bagi mereka sesuai dengan gaya
anak muda sekarang ini. Namun pada nomor item yang sama, yakni sebanyak 23 responden dengan prosentase sebesar 46 tidak menyetujui bahwa, sebagai kaum
muda mereka tertarik merayakan Ekaristi dengan menggunakan lagu rohani Ekaristi. Dari data ini diketahui bahwa mereka belum tertarik untuk merayaakan
Ekaristi dengan menggunakan lagu rohani Ekaristi, beberapa kaum muda masih tertarik dengan lagu Ekaristi yang sudah ada dan sudah sangat familiar dikalangan
umat. Dari kedua data ini dapat disimpulkan bahwa belum semua kaum muda merasa nyaman dengan penggunaan lagu rohani Ekaristi dalam Perayaan Ekaristi.
Pada item nomor 23, sebanyak 44 responden dengan prosentase sebanyak 88 menyetujui bahwa sebagai kaum muda, melalui lagu rohani Ekaristi mereka
merasa tersentuh akan kehadiran Allah dalam perayaan Ekaristi. Dari data tersebut diketahui bahwa cukup banyak dari kaum muda merasa tersentuh melalui lagu
rohani Ekaristi. Lagu rohani Ekaristi juga merupakan ungkapan syukur atas berkat yang telah Allah berikan. Lagu rohani Ekaristi juga merupakan sebuah bentuk
komunikasi dari manusia kepada Allah. Lagu rohani dalam Ekaristi juga merupakan tanggapan iman. Dengan lagu rohani Ekaristi digambarkan bahwa
kaum muda merasakan kehadiran Allah melalui hal-hal yang dekat dan khas
67
dengan dinamika kaum muda saat ini. Namun pada nomor yang sama, sebanyak 6 responden dengan prosentase sebanyak 12 tidak menyetujui bahwa, mereka
tersentuh oleh kehadiran Allah lewat lagu rohani Ekaristi. Beberapa dari kaum muda masih memilih masuk ke dalam keheningan, dalam hal ini dengan berdoa,
untuk dapat merasakan kehadiran Allah. Dari kedua fakta tersebut dapat disimpulkan bahwa belum semua kaum
muda dapat merasakan kehadiran Allah lewat lagu rohani Ekaristi, namun sebagian besar dari mereka sudah dapat menemukan kehadiran Allah melalui lagu
rohani Ekaristi sebagai salah satu bentuk ungkapan iman. Pada item nomor 24, yakni sebanyak 41 responden dengan prosentase
sebanyak 82 menyetujui bahwa, lagu rohani membantu mereka dalam memaknai ekaristi. Dari fakta ini diketahui bahwa kaum muda dapat memaknai
Ekaristi melalui lagu rohani Ekaristi. Lagu rohani Ekaristi membantu umat dalam merayakan perayaan pengenangan misteri Ekaristi, yakni misteri wafat dan
kebangkitan Kristus. Selain lagu rohani Ekaristi membantu umat mengenangkan misteri Ekaristi, lagu rohani juga merupakan rasa syukur atas ungkapan kasih
Kristus yang telah diberikan kepada umat-Nya lewat pengorbanannya di salib. Dengan ungkapan syukur tersebut umat semakin di dekatkan dengan Allah dan
melalui Ekaristi umat disatukan kembali dengan Allah, dam merayakannya bersama dengan umat seluruh Gereja. Namun dari tabel tersebut sebanyak 9
responden dengan prosentase sebanyak 18 tidak menyetujui bahwa, lagu rohani Ekaristi dapat membantu mereka memaknai Ekaristi. Hal ini dapat disebabkan
68
oleh karena mereka belum terbiasa dengan lagu rohani Ekaristi yang termasuk dalam khasanah lagu modern Gereja.
Dari kedua fakta ini dapat disimpulkan bahwa, bagi kaum muda pemaknaan Ekaristi bukan melulu soal lagu yang dipakai dalam Perayaan
Ekaristi. Namun terdapat hal-hal yang lain yang dapat membantu mereka dalam memaknai Ekaristi seperti rumusan doa, pemilihan bacaan Kitab Suci dan juga
kotbah. Pada item nomor 25, sebanyak 43 responden dengan prosentase sebanyak
86 menyetujui bahwa, lagu rohani Ekaristi dapat membantu mereka untuk mengungkapkan iman saat merayakan Ekaristi. Dari data tersebut diketahui
bahwa kaum muda dapat menjadikan lagu rohani Ekaristi sebagai sarana yang membantu mereka dalam mengungkapkan iman saat Ekaristi. Seperti pada yang
sudah dibahas dalam nomor-nomor sebelumnya bahwa kaum muda mampu menjadikan hal-hal baru, dalam hal ini lagu rohani Ekaristi, sebagai sarana yang
membantu mereka mengungkapakan iman. Dari fakta ini dapat disimpulakan bahwa lagu rohani Ekaristi sudah menjadi bagian dalam kehidupan menggereja,
terutama saat merayakan Ekaristi. Kaum muda merasa terbantu mengungkapkan imannya secara leluasa dengan syair religius yang mengena di hati mereka.
Dengan lagu rohani Ekaristi kaum muda dapat memaknai perayaan secara lebih tepat.
69
3. UsahaBmeningkatkanBpemaknaanBEkaristiBmelaluiBlaguBrohaniBEkaristiB
Dalam tabel 4 pada item nomor 26, ditemukan sebanyak 29 responden dengan prosentase sebesar 58 menyetujui bahwa, paroki perlu mengupayakan
pengembangan lagu-lagu rohani Ekaristi yang sesuai dengan selera anak muda. Dari data tersebut diketahui bahwa kaum muda memiliki harapan kepada paroki
untuk ikut serta dalam hal perkembangan iman kaum muda. Selain melibatkan kaum muda dalam peranannya sebagai petugas liturgi, Paroki St Antonius
Kotabaru perlu mengadakan pengembangan-pengmbangan dalam hal liturgi, khususnya lagu rohani Ekaristi, yang menjadi salah satu bagian penting dalam
liturgi. Dengan adanya pengembangan lagu rohani Ekaristi diharapkan kaum muda dapat lebih mudah mengungkapkan imannya. Di dalam tabel tersebut pada
nomor item yang sama, terdapat sebanyak 21 responden tidak menyetujui bahwa, paroki perlu melakukan pengembangan lagu rohani Ekaristi. Hal ini dikarenakan
masih terdapat banyak aspek yang perlu dikembangkan tidak hanya soal lagu Ekaristi, namun juga bisa dalam bidang liturginya seperti pendampingan
kelompok penyusun Ekaristi Kaum Muda EKM. dan lain sebagainya. Dari kedua fakta ini dapat disimpulkan bahwa bidang-bidang kegiatan
kaum muda membutuhkan pendampingan dari paroki, termasuk dalam hal pengembangannya. Hal ini dimaksudkan agar Ekaristi tidak menjadi sebuah
rutinitas yang membosankan, terutama bagi Paroki St. Antonius Kotabaru yang sebagian besar umatnya adalah kaum muda.
Pada item nomor 27, sebanyak 40 responden dengan prosentase sebanyak 80 menyetujui bahwa, paroki perlu melibatkan kaum muda yang memiliki
70
potensi dalam hal musik untuk mencipta lagu rohani Ekaristi yang sesuai dengan minat kaum muda. Dari fakta ini diketahui bahwa kaum muda masih perlu
dilibatkan untuk mencipta lagu rohani Ekaristi. Paroki St. Antonius Kotabaru merupakan paroki yang memiliki perhatian khusus pada kaum muda, termasuk
dalam hal musik Gereja. Paroki St. Antonius Kotabaru selalu memberikan peluang bagi umat untuk menyumbangkan karyanya dalam bentuk lagu rohani
Ekaristi ciptaan mereka untuk dapat dimasukkan ke dalam buku Kidung Ekaristi Kotabaru KEK.. KEK merupakan buku yang digunakan oleh Paroki St Antonius
sebagai alternatif pilihan lagu Ekaristi yang dapat digunakan dalam perayaan Ekaristi di paroki tersebut. Lagu-lagu dalam buku KEK adalah kumpulan lagu
rohani Ekaristi yang sering digunakan dalam Perayaan Ekaristi. KEK menjadi peluang bagi para pencipta lagu rohani yang mengharapkan lagu yang mereka
buat dapat dipergunakan dan bermanfaat bagi umat dalam memaknai Ekaristi. Namun dari tabel 4 pada momor item yang sama, terdapat sebanyak 10 responden
yang tidak menyetujui bahwa, kaum muda tidak perlu dilibatkan dalam mencipta lagu rohani Ekaristi. Hal ini menunjukkan bahwa ada sejumlah kaum muda yang
kurang memiliki perhatian pada bidang liturgi, khususnya lagu rohani. Kalaupun ada yang berminat bukan berarti mereka mampu mencipta lagu yang sesuai
dengan makna dari Ekaristi itu sendiri. Dari kedua fakta ini dapat disimpulkan bahwa, peluang mencipta lagu
Ekaristi seperti ini merupakan peluang bagi kaum muda untuk terlibat dalam kehidupan menggereja, khususnya mereka yang memeiliki kemampuan dalam hal
71
bermusik. Kesempatan ini bukan menjadi penghalang bagi kaum muda untuk mengembangkan bakat dan minat selain mereka mengembangkan iman mereka.
Pada item nomor 28, sebanyak 42 responden dengan prosentase sebesar 84 menyetujui bahwa, perlu diupayakan sosialisasi dan pengenalan lagu-lagu
rohani Ekaristi pada kaum muda. Dari fakta ini diketahui bahwa kaum muda memerlukan sosialisasi dan juga pengenalan lagu-lagu rohani Ekaristi. Hal ini
penting, mengingat kaum muda yang hadir dalam perayaan Ekaristi bukan berasal dari paroki Kotabaru. Sebagian besar dari kaum muda yang mengahadiri Ekarsiti
adalah para pendatang dari luar Kota Yogyakarta yang sedang dalam menjalani studi maupun bekerja di Yogyakarta. Gereja St. Antonius Kotabaru selalu menarik
perhatian kaum muda khususnya dalam penyelenggaraan Perayaan Ekaristi. Dengan tersedianya jadwal waktu Perayaan Ekaristi yang banyak, Gereja St.
Antonius menjadi pilihan bagi kaum muda untuk merayakan Ekaristi karena lokasinya tepat berada dekat dengan pusat kota Yogyakarta. Sosialisasi dan
pengenalan lagu rohani Ekaristi yang telah coba diupayakan oleh Paroki St. Antonius Kotabaru adalah dengan memberikan tugas kepada petugas koor untuk
menyanyikan lagu pra-Ekaristi. Lagu pra-Ekaristi dimunculkan dengan harapan agar umat dapat mengenal lagu-lagu yang digunakan di Paroki St. Antonius
Kotabaru tanpa ada ikatan dalam perayaan Ekaristi. Selain itu dalam panduan Ekaristi mingguan yang dibawa oleh umat juga terdapat lagu pra-Ekaristi yang
dinyanyikan beserta notasinya. Namun dari tabel 4 juga ditemukan sebanyak 8 responden, pada nomor item yang sama, dengan prosentase sebesar 16 tidak
menyetujui perlunya upaya sosialisasi dan pengenalan lagu rohani Ekaristi pada
72
kaum muda. Hal ini dikarenakan upaya yang dilakukan paroki sudah cukup membantu bagi umat untuk mengenali lagu rohani yang terdapat dalam buku
KEK. Dari kedua fakta tersebut dapat disimpulkan bahwa masih perlunya
sosialisasi dan pengenalan lagu rohani Ekaristi bagi kaum muda. Karena tidak semua kaum muda berasal dari Paroki Kotabaru, dan butuh waktu yang cukup
bagi mereka untuk mengenal lagu-lagu rohani Ekaristi tersebut. Pada item nomor 29, sebanyak 37 responden dengan prosentase sebesar
74 menyetujui bahwa, perlu diadakan festival koor lagu-lagu rohani Ekaristi baru yang melibatkan kaum muda. Dari fakta tersebut diketahui bahwa kaum
muda sependapat untuk mengadakan festival atau parade koor dengan materi lagu rohani Ekaristi sebagai bentuk sosialisasi serta pengenalan lagu-lagu rohani
Ekaristi baru kepada umat. Langkah ini merupakan salah satu cara yang tepat dalam hal mensosialisasikan dan mengenalkan umat pada lagu rohani Ekaristi.
Dengan mengikutsertakan umat sebagai peserta koor makin menambah rasa persaudaraan dan kekompakan antar umat dalam satu kelompok koor maupun
dengan kompertitor koor yang lain. Kaum muda juga hendaknya dilibatkan baik sebagai peserta maupun panitia penyelenggara. Namun hal yang berbeda juga
nampak pada nomor item yang sama, yakni sebanyak 13 responden dengan prosentase sebesar 26 memilih netral, yakni tidak memilih setuju atau tidak
setuju dengan pernyatan tersebut. Hal ini diketahui karena terdapat bidang-bidang lain yang dapat melibatkan kaum muda dalam kehidupan menggereja.
73
Dari kedua fakta ini dapat disimpulkan bahwa mengadakan festival koor lagu-lagu rohani Ekaristi baru merupakan salah satu alternatif pilihan untuk
melibatakan kaum muda dalam kegiatan menggereja. Festival koor tersebut dirasa dapat membantu umat, khususnya kaum muda unuk dapat meningkatkan
pemaknaannya terhadap Ekaristi melalui lagu rohani Ekaristi. Pada item nomor 30 sebanyak 49 responden dengan prosentase sebanyak
98 menyetujui bahwa, perlu adanya seorang pastor pembimbing kaum muda yang bisa mendampingi dan mengarahkan kaum muda dalam meningkatkan
penghayatan mereka terhadap makna Ekaristi. Dengan fakta ini diketahui bahwa kaum muda mengharapkan adanya pastor yang mau mendampungi kaum muda
untuk memperkembangkan hidup menggereja. Paroki St. Antonius Kotabaru memiliki berbagai wadah dalam memperkembangkan bakat dan iman kaum muda,
namun kaum muda masih merasakan kurangnya bimbingan dari seorang pastor. Bimbingan dan pendampingan tersebut diharapkan dapat membantu mereka
dalam memperkembangkan iman sekaligus membantu meningkatkan pemakanaan mereka dapa Ekaristi terutama lewat peranan lagu rohani Ekaristi.
E. KesimpulanBPenelitianB B
Kesimpulan dari laporan penelitian di Paroki St. Antonius Kotabaru mengenai peranan lagu rohani Ekaristi terhadap pemaknaan Ekaristi bagi kaum
muda ini akan menjadi titik tolak dalam penyusunan program dalam usaha meningkatkan pemaknaan kaum muda akan Ekaristi termasuk keterlibatan mereka
dalam hidup menggereja. Dapat dikategorikan bahwa kaum muda di Paroki St.
74
Antonius Kotabaru terdiri dari para pelajar, mahasiswa dan perkerja. Kaum muda ini tentunyta memiliki kesibukan serta tanggungjawab masing-masing yang
mengharuskan mereka untuk menyediakan waktu secara penuh pada kegiatan dan pekerjaan mereka. Meskipun pada umumnya kaum muda memiliki kesibukan,
sebagian kecil dari mereka masih ada yang mampu meluangkan waktu untuk menghadiri Perayaan Ekaristi harian. Penjadwalan Perayaan Ekaristi di Paroki St.
Antonuis Kotabaru, termasuk Perayaan Ekaristi harian sengaja disusun untuk memenuhi kebutuhan umat.
Dengan tersedianya jadwal Perayaan Ekaristi tersebut, memberikan kemudahan bagi kaum muda untuk dapat memilih waktu yang mereka inginkan,
baik itu Perayaan Ekaristi pagi hari sebelum menjalankan aktivitas maupun perayaan Ekaristi di sore hari setelah melakukan aktivitas seharian. Perayaan
Ekaristi bagi kaum muda menjadi tempat untuk mengungkapkan iman mereka, selain itu juga Ekaristi menjadi sarana bagi mereka untuk berjumpa dan
berkomunikasi dengan Tuhan. Bagi kaum muda Ekaristi menjadi sumber dan puncak kehidupan kristiani, selain itu juga sebagai bentuk pengungkapan iman
mereka akan Yesus Kristus. Perayaan Ekaristi bagi kaum muda sudah menjadi kebutuhan rohani.
Dari kenyataan ini juga disadari bahwa terdapat motivasi yang beragam dari kaum muda itu sendiri. Baik bagi mereka yang membutuhkan rahmat
pertolongan, kesembuhan dari Allah, ataupun sekedar merasakan ketenangan ketika bertemu dengan Tuhan. Kaum muda menyadari bahwa Ekaristi, yakni
dengan menyambut Yesus dalam rupa Tubuh dan Darah-Nya, dapat membantu
75
mereka dalam menghadapi persoalan hidup mereka. Dengan Ekaristi, kaum muda tidak hanya ikut serta dalam perjamuan yang menyatukan manusia dengan Allah,
namun lebih dari itu, semua orang yang hadir dalam perayaan keselamatan itu dijadikan satu dalam sebuah komunio, yakni relasi manusia dengan Allah dan
juga antar sesama. Dari hasil yang diperoleh, kaum muda kurang mendapat pengetahuan yang
mendalam tentang lagu rohani, khususnya yang berkaitan langsung dengan Perayaan Ekaristi. Kaum muda kurang memahami tentang perbedaan lagu rohani
Ekaristi dengan lagu pop rohani. Lagu rohani Ekaristi ini lah yang sebenarnya dapat membantu umat, khususnya kaum muda untuk dapat memaknai Perayaan
Ekaristi, disamping unsur-unsur lain yang dapat membantu umat untuk lebih memaknai Ekaristi. Namun di luar itu semua, motivasi yang kaum muda miliki
untuk secara rutin mengikuti Perayaan Ekaristi dan berjumpa dengan Tuhan adalah sesuatu yang patut diapresiasi.
Melihat permasalahan di atas, penulis mencoba mengusulkan sebuah program pendampingan yang diperuntukkan bagi kaum muda melalui sebuah
Workshop. Workshop merupakan sebuah kegiatan yang dapat membantu kaum dalam membahas masalah-masalah aktual yang terjadi saat ini. Dengan
menggunakan metode diskusi dan juga dinamika kelompok diharapkan mampu membantu kaum muda untuk mengerti tentang khasanah lagu rohani Ekaristi,
serta membantu meningkatkan pemaknaan kaum muda sendiri pada Perayaan Ekaristi. Workshop ini sendiri disusun dan dilaksanakan dengan mengacu pada
76
situasi dan juga keperihatinan di lingkup kaum muda serta metode yang digunakan disesuaikan dengan minat kaum muda saat ini.
BABBIVB USULANBKEGIATANBWORKSHOPB“LAGUBROHANIBEKARISTI”B B
UNTUKBMENINGKATKANBPEMAKNAANBEKARISTIB B BAGIBKAUMBMUDABKATOLIKBDIBST.BANTONIUSBKOTABARUB
Pada bab sebelumnya, penulis telah memaparkan tentang metode penelitian beserta pembahasannya. Pada pembahasan penelitian, diketahui bahwa kaum muda
kurang memiliki pengetahuan yang cukup dalam hal lagu rohani Ekaristi secara khusus peranannya dalam hal pemaknaan Ekaristi. Kaum muda kurang mendapatkan
gambaran yang jelas tentang lagu rohani yang sesuai untuk Ekaristi. Pada bagian awal bab IV ini, penulis akan memberikan refleksi pastoral atas
hasil penelitian pada bab sebelummnya. Kemudian penulis akan memaparkan sesuatu kegiatan pendampingan untuk kaum muda yaitu Workshop “Lagu Rohani Ekaristi”.
Workshop atau yang dikenal dengan lokakarya “Lagu Rohani Ekaristi” ini diharapkan mampu meningkatkan pemaknaan Ekaristi lewat peranan lagu rohani Ekaristi bagi
kaum muda Katolik Paroki St. Antonius Kotabaru. Selain itu, bab ini juga akan menjelaskan mengenai rancangan kegiatan Workshop “Lagu Rohani Ekaristi” yang
diuraikan dalam pemikiran dasar, identitas kegiatan, identifikasi peserta, tema dan sub tema, media penyampaian, saranaperalatan, sumber bahan serta contoh rencana
pelaksaan dari salah satu sesi kegiatan Workshop “Lagu Rohani Ekaristi” ini.
78
A. RefleksiBPastoralB