PT BORNEO LUMBUNG ENERGI METAL TBK. DAN ENTITAS ANAKAND SUBSIDIARIES Lampiran 82 Schedule
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN
31 DESEMBER 2011 DAN 2010 Dinyatakan dalam jutaan Rupiah,
kecuali dinyatakan secara khusus
NOTES TO THE CONSOLIDATED FINANCIAL STATEMENTS
31 DECEMBER 2011 AND 2010
Expressed in millions of Rupiah, unless otherwise stated
29. KONTINJENSI 29. CONTINGENCIES
a. Tuntutan Hukum
a. Legal Claims
Pada tanggal 9 Juni 2010, PT Asiamindo Nusa Mineral “ANM” mengajukan tuntutan hukum
ke Pengadilan Negeri Jakarta Selatan yang menuntut
AKT sebagai
pihak yang
bertanggung jawab bersama BMS bersama sebagai “Tergugat”. ANM “Penggugat”, AKT
dan BMS menandatangani Perjanjian Jasa Pemeliharaan Peralatan tertanggal 27 Oktober
2008 atas sejumlah peralatan pertambangan yang
sebelumnya dibeli
dari Penggugat
dimana, berdasarkan
perjanjian tersebut,
Penggugat menyediakan jasa pemeliharaan peralatan
pertambangan AKT
dengan honorarium
tertentu. Penggugat
menuduh Tergugat membatasi dan melarang Penggugat
untuk mendapatkan akses terhadap peralatan yang
dimaksud. Dalam
tuntutannya, Penggugat
meminta kepada
Pengadilan Negeri Jakarta Selatan untuk menyatakan
Tergugat bertanggung jawab atas tindakan melawan hukum dengan mencegah Penggugat
dalam mengakses peralatan dan menuntut Tergugat
untuk membayar:
i kerugian
material sebesar AS23.699.418 dan Rp 911; ii kerugian immaterial sebesar Rp 10.000;
dan iii denda sebesar 6 per tahun dari AS23.699.418 dan Rp 911 per tanggal 29
Januari 2009. On 9 June 2010, PT Asiamindo Nusa Mineral
“ANM” filed a civil claim with the South Jakarta District Court “SJDC”. ANM “the
Plaintiff” named AKT as one of the defendants along with BMS jointly the “Defendants”. The
Plaintiff, AKT and BMS entered into a Full Maintenance Contract dated 27 October 2008
for various equipment previously acquired from the Plaintiff. According to the agreement the
Plaintiff is required to maintain and service the contracted equipment for agreed fees. The
Plaintiff claimed the Defendants restricted and eventually prohibited the Plaintiff’s access to
the equipment. In its claim, the Plaintiff requested that SJDC hold the Defendants
jointly liable for carrying up unlawful actions by preventing the Plaintiff from having access to
the equipment, and demanded the Defendants to pay: i a material damage equivalent to
US23,699,418 and Rp 911; ii an immaterial damage of Rp 10,000; and iii a penalty of 6
per
annum calculated
on the
basis of
US23,699,418 and Rp 911 as at 29 January 2009.
Pada tanggal 26 Nopember 2010, Pengadilan Negeri
Jakarta Selatan
mengeluarkan keputusan yang menolak gugatan tersebut.
On 26 November 2010, SJDC issued a decree to deny the Plaintiff’s claim.
Penggugat mengajukan
banding ke
Pengadilan Tinggi
DKI atas
keputusan Pengadilan
Negeri Jakarta
Selatan. Berdasarkan
Putusan No.
152PDT2011PT.DKI tertanggal
28 April
2011, Pengadilan Tinggi Jakarta memutuskan untuk menguatkan Putusan Pengadilan Negeri
Jakarta Selatan sebelumnya. Sampai dengan berakhirnya masa penyampaian tanggapan,
ANM tidak melakukan banding atas putusan ini. Manajemen berkeyakinan bahwa ANM
tidak mempunyai dasar untuk mengajukan tuntutan hukum lebih jauh.
The Plaintiff submitted an appeal to the DKI Jakarta High Court against the SJDC’s ruling.
Based on
Decision Letter
No. 152PDT2011PT.DKI dated 28 April 2011, DKI
Jakarta High Court decided to affirm the Decree issued by SJDC. Up to the expiry date
of the responding period, ANM did not submit an appeal against this ruling. Management
believes that there is no basis for ANM to pursue further legal action.
Grup juga terlibat dalam beberapa tuntutan hukum yang normal dalam kegiatan bisnis
Grup. Grup berkeyakinan bahwa keputusan yang
tidak menguntungkan
sehubungan dengan tuntutan hukum yang sedang berjalan,
tidak akan mempengaruhi kondisi keuangan atau operasional secara signifikan.
The Group is also involved in some legal proceedings as a normal incident to the
Group’s business. The Group is of the opinion that adverse decisions in any pending or
threatened
proceedings, will
not have
a material adverse effect on its financial condition
or its operation.
PT BORNEO LUMBUNG ENERGI METAL TBK. DAN ENTITAS ANAKAND SUBSIDIARIES Lampiran 83 Schedule
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN
31 DESEMBER 2011 DAN 2010 Dinyatakan dalam jutaan Rupiah,
kecuali dinyatakan secara khusus
NOTES TO THE CONSOLIDATED FINANCIAL STATEMENTS
31 DECEMBER 2011 AND 2010
Expressed in millions of Rupiah, unless otherwise stated
29. KONTINJENSI lanjutan 29. CONTINGENCIES continued
b. Undang-Undang Pertambangan No. 42009
b. Mining Law No. 42009
Pada tanggal 16 Desember 2008, Dewan Perwakilan
Rakyat menyetujui
Undang- Undang Pertambangan Mineral dan Batubara
yang baru, yang telah disahkan oleh Presiden pada tanggal 12 Januari 2009 menjadi UU No.
42009 “UU Minerba baru”. Berdasarkan Undang-undang
tersebut, sistem
Kontrak Karya tidak diberlakukan lagi untuk investasi di
bidang pertambangan
sejak berlakunya
Undang-Undang ini. UU Minerba baru ini menegaskan
bahwa Kontrak
Karya yang
sudah ada termasuk PKP2B yang dimiliki Grup tetap diberlakukan sampai jangka waktu
berakhirnya Kontrak Karya yang bersangkutan. Namun
demikian, ketentuan
peralihan berdasarkan Undang-Undang ini tidak jelas
dan memerlukan klarifikasi lebih lanjut melalui peraturan–peraturan
pelaksanaan yang
sebagian masih
belum dikeluarkan
oleh Pemerintah.
On 16
December 2008,
the Indonesian
Parliament passed a new Law on Minerals and Coal Mining, which received the assent of the
President on 12 January 2009 to become Law No. 42009 the “New Mining Law”. Pursuant
to this Law, the Contract of Work “CoW” system shall no longer be available to mining
investments subsequent to the enactment of the Law. While the Law confirms that existing
CoWs will continue to be honoured including the Group’s CCoW, the transition provisions
are unclear, and require clarification in some of them yet to be issued government regulations.
Ada beberapa hal yang sedang dipelajari oleh para pemegang Kontrak Karya, termasuk
Grup, antara lain: There are a number of issues which existing
CoW holders, including the Group, are currently analysing, These include, among others:
Seperti disampaikan di atas, Undang- Undang ini menegaskan bahwa Kontrak
Karya yang ada tetap berlaku hingga akhir masa berlakunya. Namun Undang-Undang
ini mewajibkan Kontrak Karya yang ada untuk disesuaikan dalam jangka waktu satu
tahun sejak berlakunya Undang-Undang ini tanpa penjelasan dan ketentuan yang jelas
selain
dari ketentuan-ketentuan
yang berhubungan dengan Penerimaan Negara
– juga tidak didefinisikan arti Penerimaan Negara,
tetapi diasumsikan
termasuk royalti dan pajak; dan
As noted above, while the new Mining Law
confirms that existing CoWs shall continue to be honoured until their respective expiry,
it however states that the terms of existing CoWs must be amended within one year of
the enactment of the Law other than terms relating to State Revenue, which is not
defined, but presumably includes royalties and taxes; and
Pemegang Kontrak Karya yang telah memulai aktivitasnya, wajib menyerahkan
rencana aktivitas
penambangan untuk
seluruh wilayah
Kontrak Karya
yang bersangkutan dalam waktu satu tahun
sejak berlakunya UU Minerba baru ini untuk disetujui oleh Menteri Energi dan
Sumber Daya Mineral “Menteri ESDM”. Jika tidak disetujui, maka wilayah Kontrak
Karya
bisa dikurangi
menjadi seluas
wilayah untuk jenis izin yang serupa yang berlaku berdasarkan UU Minerba baru.
AKT telah menyampaikan Rencana Kerja dan Anggaran Biaya yang dimaksud dan
menerima persetujuan dari Menteri ESDM untuk
memulai periode
operasi pada
tanggal 15 September 2009. Within one year of the enactment of the
Law, CoW holders, which have already commenced some form of activity, are
required to submit a mining activity plan for the entire CoW area for the balance of the
CoW life to the Minister of Energy and Mineral Resources “MEMR” for approval.
If this plan is not approved, the CoW area may be reduced to that allowed for similar
licenses under the New Mining Law. AKT duly submitted the required plan Rencana
Kerja dan Anggaran Biaya and received corresponding approval from MEMR and its
operating period was confirmed to start on 15 September 2009.