2.1.4 Pemahaman Masyarakat Tentang Bencana
Pemahaman masyarakat terutama terhadap karakter bencana merupakan jaminan investasi keselamatan hidup di masa depan, mengingat pengalaman sejarah
peristiwa bencana lebih banyak menyisakan kepiluan dan penderitaan. Sekalipun peristiwa bencana di Indonesia merupakan kejadian yang selalu berulang, namun
begitu mudahnya masyarakat melupakan dahsyatnya akibat yang ditimbulkan. Hal ini terutama terdapat pada peristiwa bencana yang siklus kejadiannya
cukup lama, sementara upaya untuk menyediakan media bagi pembelajaran bencana untuk masyarakat belum terencana dengan baik. Sehingga pada setiap kejadian
bencana selalu timbul kepanikan dan tidak pernah siap. Salah satu hal yang perlu dilakukan adalah memasyarakatkan pendidikan kebencanaan sehingga mampu
memberi jaminan investasi bagi keselamatan hidup manusia di masa depan PSB- UGM, 2008.
Untuk dapat memahami suatu situasi ataupun kejadian apakah situasi tersebut membahayakan dirinya atau tidak, masyarakat membutuhkan pengetahuan
khususnya dibidang bencana atau bahaya yang ditimbulkan akibat bencana. Terutama bagi keluarga yang memilih berdomisili di daerah rawan bencana, karena seharusnya
masyarakat yang berdomisili di daerah yang rawan terhadap bencana perlu di tekankan bagaimana cara seharusnya mempersiapkan diri dan keluarganya untuk
menghadapi bencana sebaik mungkin.
Universitas Sumatera Utara
Karifan Lokal 2.2.1 Kepercayaan Tradisional
Masyarakat Aceh memiliki sejumlah kearifan lokal dalam penanggulangan bencana. Diantaranya, masyarakat Aceh memiliki institusi adat yang bertangung
jawab mengelola lingkungan dan memastikan tidak ada pengrusakan yang bisa menimbulkan bencana, seperti institusi adat: Ulee Seneuboek, Ketuha Uteun yang
menjaga pengelolaan hutan dalam pemukiman mereka dan Panglima Laot yang bertanggung jawab dalam mengatur penggunaan sumberdaya laut dan menjaga
kelestarian alam laut Aswar, 2009. Beberapa orang yang dituakan di desa mampu memprediksi lebih akurat
tentang waktu terjadinya banjir, sehingga musim cocok tanam disesuaikan untuk menghindari bersamaan dengan datangnya banjir. Pengetahuan ini belakangan
semakin hilang di desa-desa, terutama pasca tsunami terjadi perubahan besar pada kondisi alam, sehingga ilmu tradisonal yang dimiliki oleh masyarakat di desa-desa di
Aceh sudah sulit memperkirakan tanda-tanda alam Aswar, 2009. Masyarakat Aceh memiliki memori kolektif tentang tsunami yang terjadi pada
tahun 1907. Memori kolektif bahwa setiap gempa besar orang harus mencari bukit sudah direkam dalam hadih maja lokal di Simeulue, sehingga memori ini mudah
diturunkan kepada generasi berikutnya yang tidak mengalami tsunami tahun 1907. Pengetahuan inilah yang telah membantu masyarakat Aceh bisa menyelamatkan diri
dari tsunami 2004 Aswar, 2009.
Universitas Sumatera Utara
Dilihat dari aspek pranata sosial, masyarakat Aceh mempunyai kelembagaan pranata sosial yang cukup lengkap, dan demokrasi yang sangat kuat. Lembaga
tersebut mempunyai struktur yang diisi oleh berbagai cerdik pandai, yaitu ahli agama ulama, ahli pemerintahan mukim, ahli ekonomi hariya dan tokoh adat. Dari bawah
hingga keatas mempunyai saluran yang saling berkoordinasi satu sama lainnya sehingga pengambilan keputusan dapat dilakukan secara musyawarah, demokratis,
cepat dan tepat Aswar, 2009. Fungsi yang dijalankan oleh kelembagaan pranata sosial masyarakat tidak
hanya mengurusi hal-hal yang berkaitan dengan sosial kemasyarakatan, tetapi juga menyangkut kegiatan ekonomi masyarakat. Hingga saat ini, kepercayaan masyarakat
terhadap pemimpin-pemimpin pranata sosial seperti; tokoh ulama, mukim pemerintahan, tokoh ekonomi dan tokoh adat masih sangat kuat Aswar, 2009.
2.2.2 Berguru Kepada Alam Nenek moyang orang Aceh menetapkan suatu kearifan lokal selalu belajar