Prinsip Penilaian Penilaian Sikap Pada Kurkulum 2013

f. Kompetensi Sikapdi SMP

Dari penetapan kompetensi sikap seorang siswa pada jenjang SMP dikatakan bahwasannya Kualifikasi kemampuan yang harus dicapai yakni memiliki perilaku yang mencerminkan sikap orang beriman, berahlak mulia, berilmu, percaya diri, dan bertanggung jawab dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan pergaulan dan keberadaannya. 42 Dalam penilaian kurikulum 2013 menggunakan standar penilaian Autentik dimana menurut pernyataan Burton yang dikutip oleh Andra Setia Baktimenjelaskan penilaian autentik adalah sekumpulan penilaian yang menghubungkan pengetahuan dengan praktik langsung. Pada penilian autentik terdapat beberapa teknik penilaian yang dapat dilakukan diantaranya, penilaian keterampilan, penilaian produk, penilaian proyek, penilaian portofolio, penilaian diri, penilaian teman sejawat, ujian tertulis, dan observasi. 43 Penilaian autentik juga dikenal denganberbagai istilah seperti performance assessment,alternative assessment, direct assessment, dan realisticassessment.Penilaian autentik dinamakan penilaian kinerja atau penilaian berbasis kinerja, karena dalam penilaian ini secara langsung mengukur performance kinerja aktual nyata siswa dalam hal-hal tertentu, siswa dimintauntuk melakukan tugas- tugas yang bermaknadengan menggunakan dunia nyata atau autentiktugas atau konteks.Penilaian autentik dikatakan penilaian alternatif, karena dapat difungsikan sebagai alternatif untuk menggantikan penilaian berbasis kelas yang di gunakan pada kurikulum tingkat satuan pendidikan, dikatakan Penilaian autentik 42 Peraturan Mentri Pendidikan Dan Kebudayaan Nomor 54 Tahun 2013 Tentang Standar Kompetensi Lulusan Pendiidkan Dasar Dan Menengah, hal. 2. 43 Andra Setia Bakti, Op. cit., h. 3. karena memberikan lebih banyak bukti langsung dari aplikasi yang bermakna pengetahuan dan keterampilan. 44

3. Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP

a. Pengertian Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di

SMP Pendidikan Agama dimaksudkan untuk peningkatan potensi spiritual dan membentuk peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia. Akhlak mulia mencakup etika, budi pekerti, dan moral sebagai perwujudan dari pendidikan Agama. Adapun pengertian dari pendidikan agama islam itu sendiri yakni “Pendidikan Agama Islam yakni upaya pendidikan agama islam atau ajaran Islam dan nilai-nilainya, agar menjadi pandangan hidup seseorang. ” 45 Abdul Majid yang dikutip oleh Jauharul Alim menyatakan Pendidikan Agama Islam adalah upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati, hingga mengimani ajaran agama Islam, dibarengi dengan tuntunan untuk menghormati penganut agama lain dalam hubungannya dengan kerukunan antar umat beragama hingga terwujud kesatuan dan persatuan bangsa. 46 Peningkatan potensi spritual mencakup pengenalan, pemahaman, dan penanaman nilai-nilai keagamaan, serta pengamalan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan individual ataupun kolektif kemasyarakatan, peningkatan potensi spritual tersebut pada 44 Hartati Muchtar, “Penerapan Penilaian Autentik dalam Upaya Peningkatan Mutu Pendidikan ” h. 73. 45 Muhaimin, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam, Jakarta: Rajawali Pers, 2009, hal. 7. 46 Jauharul Alim, ” Kompetensi Pedagogik Guru PAI di MTS Negeri Kecematan Winong Kabupaten Pati Tahun Pelajaran 20102011 ,” Skripsi pada Fakultas Tarbiyah Institut Agama Islam Negeri Walisongo Semarang,Semarang, 2010, h. 28. akhirnya bertujuan pada optimalisasi berbagai potensi yang dimiliki manusia yang aktualisasinya mencerminkan harkat dan martabatnya sebagai makhluk Tuhan, dengan demikian terlihatlah pentingnya pembelajaran pendidikan agama islam. Pendapat lain menjelaskan “Pembelajaran Pendidikan Agama Islam diartikan sebagai suatu kegiatan yang bertujuan untuk membentuk manusia agamis dengan menanamkan aqidah keimanan, amaliah, dan budi pekerti atau ahlak yang terpuji untuk menjadi manusia yang bertaqwa kepada Allah Swt. ” 47 Pendidikan Agama Islam diberikan dengan mengikuti tuntunan bahwa agama diajarkan kepada manusia dengan visi untuk mewujudkan manusia yang bertakwa kepada Allah SWT dan berakhlak mulia, serta bertujuan untuk menghasilkan manusia yang jujur, adil, berbudi pekerti, etis, saling menghargai, disiplin, harmonis dan produktif, baik personal maupun sosial. Pendidikan Agama Islam diharapkan menghasilkan manusia yang selalu berupaya menyempurnakan iman, takwa, dan akhlak, serta aktif membangun peradaban dan keharmonisan kehidupan, khususnya dalam memajukan peradaban bangsa yang bermartabat. Manusia seperti itu diharapkan tangguh dalam menghadapi tantangan, hambatan, dan perubahan yang muncul dalam pergaulan masyarakat baik dalam lingkup lokal, nasional, regional maupun global. Pendidik diharapkan dapat mengembangkan metode pembelajaran sesuai dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar. Pencapaian seluruh kompetensi dasar perilaku terpuji dapat dilakukan tidak beraturan. Peran semua unsur sekolah, orang tua 47 Basyiruddin Usman, Metodologi Pembelajaran Agama Islam, Jakarta: Ciputat Pers, 2002, hal. 4.