26 Limbah cair yang ditampung pada kolam-kolam terbuka akan melepaskan gas metan
CH
4
dan CO
2
yang menaikkan emisi penyebab efek rumah kaca yang sangat berbahaya bagi lingkungan. Selain itu gas metan tersebut juga menimbulkan bau yang
tidak sedap Ipteknet, 2009.
Tabel 2.2. Komposisi jumlah air limbah dalam 1 ton CPO.
No. Uraian Kapasitas
1. Air
2,35 ton 2.
NOS Non Oil Solid 0,13 ton
3. Minyak
0,02 ton 4.
Jumlah 2,50 ton
Sumber: Subdit pengelolaan lingkungan direktorat pengolahan hasil pertanian Ditjen PPHP, Deptan, 2006
Tabel 2.3. Kualitas limbah cair kelapa sawit di Indonesia.
No. Parameter Lingkungan
mgL Kisaran Rata-rata
Baku Mutu MENLH 2006
1. BOD
8.200 - 35.000 21.280
250 2.
COD 15.103 - 65.100
34.720 500
3. TSS
1.330 - 50.700 31.170
300 4.
Nitrogen Total 12 - 126 41
20 Sumber: Subdit pengelolaan lingkungan direktorat pengolahan hasil pertanian Ditjen
PPHP, Deptan, 2006
2.3.2.3 Proses Pengolahan LCPKS
Teknik pengolahan limbah cair industri kelapa sawit pada umumnya menggunakan metode pengolahan limbah kombinasi. yaitu dengan sistem proses
anaerobik dan aerobik. Limbah cair yang dihasilkan oleh pabrik kemudian dialirkan
Universitas Sumatera Utara
27 ke bak penampungan untuk dipisahkan antara minyak yang terikut dan limbah cair.
Setelah itu maka limbah cair dialirkan ke bak anaerobik untuk dilakukan proses anaerobik. Pengolahan limbah secara anaerobik merupakan proses degradasi senyawa
organik seperti karbohidrat, protein dan lemak yang terdapat dalam limbah cair oleh bakteri anaerobik tanpa kehadiran Oksigen menjadi biogas yang terdiri dari CH
4
50- 70, serta N
2
, H
2
, H
2
S dalam jumlah kecil. Waktu tinggal limbah cair pada bioreaktor anaerobik adalah selama 30 hari. Proses anaerobik dapat menurunkan
kadar BOD dan COD limbah cair sebanyak 70 . Setelah pengolahan limbah cair secara anaerobik dilakukan pengolahan limbah cair dengan proses aerobik selama 15
hari. Pada proses pengolahan secara aerobik menunjukkan penurunaan kadar BOD dan Kadar COD adalah sebesar 15 Agustina dkk, 2008; Satria H, 1999; Penelitian
Kelapa Sawit, 2009. Secara konvensional pengelohan LCPKS dilakukan dengan sistem kolam memiliki
waktu retensi sekitar 90-120. Keuntungan dari cara ini antara lain: 1.
Sederhana 2.
Biaya investasi untuk peralatan rendah 3.
Kebutuhan energi rendah Akan tetapi bila ditelaah lebih lanjut, sistem kolam mempunyai beberapa
kerugian antara lain: 1.
Kebutuhan areal untuk kolam cukup luas sekitar 5 ha untuk PKS dengan kapasitas 30 tonjam
2. Perlu biaya pemeliharaan untuk pembuangan dan penanganan lumpur dari kolam.
Universitas Sumatera Utara
28 3.
Hilangnya nutrisi N, P, K, Mg, Ca pada waktu limbah dibuang ke sungai dan juga dapat menyebabkan pencemaran.
4. Emisi gas metana ke udara bebas Wulfert dkk, 2000.
Dengan semakin tingginya kesadaran masyarakat dunia tentang pelestarian lingkungan hidup serta adanya persaingan pasar global, maka mutu produk tidak
hanya dilihat dari aspek fisik dan kimianya saja, tetapi aspek lingkungan. Eko label telah menjadi parameter pada mutu produk pada saat ini. Salah satu konsep tersebut
adalah dengan penanganan LCPKS secara anaerobik dengan reaktor anaerobik unggun tetap RANUT. Keunggulan RANUT ialah kebutuhan energi yang rendah,
mudah dalam pengoperasian, mudah dalam start-up, serta kinerjanya tinggi Erwinsyah dkk, 2008; Wulfert dkk, 2000.
2.3.3 Substrat