Kecelakaan Kerja TINJAUAN PUSTAKA

b. Berkaitan dengan pekerjaannya selaku manusia bisa yang dalam hal akibat dan sistem kerja, tetapi biasa juga bukan dari kelalaian manusianya selaku pekerja. Seperti malas, ceroboh, menggunakan peralatan yang tidak aman dan lain-lain. Sedangkan menurut Mangkunegara 2011:163 beberapa sebab yang memungkinkan terjadinya kecelakaan yaitu : a Keadaan Tempat Lingkungan Kerja. a. Penyusunan dan penyimpangan barang-barang berbahaya kurang diperhitungkan keamanannya b. Ruang kerja yang terlalu padat dan sesak c. Pembuangan kotoran dan limbah yang tidak pada tempatnya b Pengaturan Udara a. Pergantian udara di ruang kerja yang tidak baik ruang kerja yang kotor, berdebu, dan berbau tidak enak. b. Suhu udara yang tidak dikondisikan pengaturannya. c Pengaturan Penerangan a. Pengaturan dan penggunaan sumber cahaya yang tidak tepat. b. Ruang kerja yang kurang cahaya, remang-remang d Pemakaian Peralatan Kerja a. Pengamanan peralatan kerja yang sudah usang atau rusak. b. Penggunaan mesin, alat elektronik tanpan pengaman yang baik. e Kondisi fisik dan mental pegawai a. Kerusakan alat indera, stamina karyawan yang tidak stabil b. Emosi karyawan yang tidak stabil, kepribadian karyawan yang rapuh, cara berpikir dan kemampuan persepsi yang lemah, motivasi kerja rendah, sikap karyawan yang ceroboh, kurang cermat, dan kurang pengetahuan dalam penggunaan fasilitas kerja terutama fasilitas kerja yang membawa resiko bahaya. 2.3. Perilaku 2.3.1. Teori Perilaku Perilaku manusia berhubungan dengan keadaan individu dan lingkungannya. Perilaku manusia didorong oleh motif tertentu sehingga manusia berperilaku Ircham, 2005. Teori perilaku menurut Ircham 2005, yaitu: a. Teori insting Insting merupakan perilaku yang innate, perilaku bawaan dan akan mengalami perubahan karena pengalaman. b. Teori dorongan drive theory Teori ini bertitik tolak pada pandangan bahwa organisme itu mempunyai dorongan-dorongan atau drive tertentu. Dorongan- dorongan ini berkaitan dengan kebutuhan-kebutuhan organisme yang mendorong organisme berperilaku. c. Teori insentif incentive theory Teori ini bertitik tolak pada pendapat bahwa perilaku organisme itu disebabkan karena adanya insentif. Dengan insentif akan mendorong organisme berbuat atau berperilaku. Insentif atau juga disebut sebagai reinforcement ada yang positif dan ada yang negatif. Reinforcement yang positif adalah berkaitan dengan hadiah dan akan mendororong organisme dalam berbuat. Sedangkan reinforcement yang negatif berkaitan dengan hukuman dan akan menghambat organisme berperilaku. d. Teori atribusi Teori ini menjelaskan tentang sebab-sebab perilaku seseorang. Apakah perilaku itu disebabkan oleh disposisi internal misal motif, sikap, dan sebagainya, atau oleh keadaan eksternal Ircham, 2005.

2.3.2. Batasan Perilaku

Perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas yang dilakukan oleh suatu organisme atau makhluk hidup. Perilaku manusia pada hakikatnya adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain: berjalan, berbicara, menangis, tertawa, membaca dan sebagainya. Sehingga dapat disimpulkan bahwa perilaku manusia adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang dapat diamati langsung, maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar Notoatmodjo, 2003. Menurut Skiner, seorang ahli psikologi, merumuskan bahwa perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus atau rangsangan dari luar. Dalam teori Skiner dibedakan adanya dua respon: a. Respondent respons atau flexive, yakni respon yang ditimbulkan oleh rangsangan-rangsangan tertentu. Stimulus ini disebut eleciting stimulation karena menimbulkan respon-respon yang relatif tetap. b. Operant respons atau instrumental respons, yakni respon yang timbul dan berkembang kemudian diikuti oleh stimulus atau perangsang tertentu. Perangsang ini disebut reinforcing stimulation atau reinforcer, karena memperkuat respon. Dilihat dari bentuk respon terhadap stimulus ini, maka Notoatmodjo 2003 membagi perilaku menjadi dua: a. Perilaku tertutup covert behavior Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung atau tertutup. Respon atau reaksi terhadap stimulus ini masih terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan atau kesadaran, dan sikap yang terjadi pada orang yang menerima stimulus tersebut, dan belum dapat diamati secara jelas oleh orang lain. b. Perilaku terbuka overt behavior Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka. Respon terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan atau praktik, yang dengan mudah dapat diamati atau dilihat oleh orang lain Notoatmodjo, 2003.

2.3.3. Determinan Perilaku

Meskipun perilaku adalah bentuk respon terhadap stimulus atau rangsangan dari luar, namun dalam memberikan respon sangat tergantung pada karakteristik atau faktor-faktor lain dari yang bersangkutan. Faktor- faktor yang membedakan respon terhadap stimulus yang berbeda disebut determinan perilaku. Determinan perilaku ini dapat dibedakan menjadi dua faktor yaitu: a. Faktor internal yaitu karakteristik orang yang bersangkutan, yang bersifat bawaan, misalnya tingkat kecerdasan, tingkat emosional, jenis kelamin, dan sebagainya. b. Faktor eksternal yaitu lingkungan, baik lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, politik, dan sebagainya. Faktor lingkungan ini sering merupakan faktor yang dominan yang mewarnai perilaku seseorang Notoatmodjo, 2007. Benyamin Bloom 1908 yang dikutip Notoatmodjo 2007, membagi perilaku manusia ke dalam tiga domain yakni: kognitif, afektif, dan psikomotor. Dalam perkembangannya, teori ini dimodifikasi untuk pengukuran hasil pendidikan kesehatan yaitu: pengetahuan, sikap dan praktik atau tindakan Notoatmodjo, 2007.

2.3.4. Pembentukan Perilaku

Menurut Ircham 2005 ada beberapa cara pembentukan perilaku diantaranya: a. Kebiasaan Condisioning Pembentukan perilaku dengan cara membiasakan diri untuk berperilaku seperti yang diharapkan, sehingga akan terbentuklah perilaku tersebut. b. Pengertian insight Pembentukan perilaku dapat ditempuh dengan pengertian atau insight. Cara ini berdasarkan atas teori belajar kognitif, yaitu belajar dengan disertai adanya pengertian.

Dokumen yang terkait

Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pemakaian Alat Pelindung Diri (APD) Pada Pekerja "Stimulasi" di Unit Penderesan PT. Socfin Indonesia Tanah Besih Tahun 2014

9 102 115

Pengaruh Pelatihan Penggunaan Alat Pelindung Diri terhadap Pengetahuan dan Tindakan Penggunaan Alat Pelindung Diri Karyawan Kilang Papan PT Hidup Baru Kota Binjai Tahun 2014

4 100 133

GAMBARAN DETERMINAN TINDAKAN PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI (APD) ( Studi Kasus Pada Pekerja Produksi Bagian Finish Mill Pabrik Gresik PT. Semen Indonesia (Persero) Tbk. )

1 6 134

Faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku pekerja dalam penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) pada industri pengelasan informal di Kelurahan Gondrong, Kecamatan Cipondoh, Kota Tangerang Tahun 2013

2 29 157

Identifikasi bahaya dan gambaran perilaku penggunaan alat pelindung diri pada pekerja Laundry di Rumah Sakit Anak dan Bunda Harapan Kita Jakarta Tahun 2013

11 86 142

Faktor-faktor yang berhubungan dengan gangguan pendengaran pada pekerja di Departemen Metal Forming dan Heat Treatment PT. Dirgantara Indonesia (Persero) Tahun 2015

2 39 0

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMAKAIAN ALAT PELINDUNG DIRI (APD) PADA PEKERJA BAGIAN PRODUKSI DI PT. LEMBAH KARET PADANGTAHUN 2014.

1 11 10

Alat pelindung diri

0 0 1

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRAKTIK PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI (APD) PADA PEKERJA PENGELASAN INFORMAL

0 3 11

Gambaran Perilaku Penggunaan Alat Pelindung Diri pada Pekerja Departemen Produksi PT. Maruki Internasional Indonesia Makassar 2015 - Repositori UIN Alauddin Makassar

0 0 120