Sejarah Pembentukan Mahkamah Syar’iyah Lhokseumawe

BAB III PELAKSANAAN PUTUSAN

MAISIR DI MAHKAMAH SYAR’IYAH LHOKSEUMAWE

A. Sejarah Pembentukan Mahkamah Syar’iyah Lhokseumawe

Mahkamah Syar’iyah Lhokseumawe telah dibentuk sejak tahun 1961. Pengadilan Agama tingkat pertama dan tingkat banding di Propinsi Daerah Istimewa Aceh semula dibentuk berdasarkan Peraturan Pemerintah No.29 Tahun 1957 Lembaran Negara Tahun 1957 Nomor 73. Akan tetapi Peraturan Pemerintah tersebut kemudian dicabut kembali dan ditetapkan Peraturan Pemerintah No. 45 tahun 1957 Lembaran Negara Tahun 1957 Nomor 99 untuk keseragaman dasar hukum dan kewenangan Pengadilan AgamaMahkamah Syar’iyah di luar Jawa dan Madura. Berdasarkan Penetapan Menteri Agama Nomor 58 Tahun 1957 sebagai realisasi dari pasal 12 Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 1957, maka sejak tanggal 1 Desember 1957 Daerah Istimewa Aceh terdapat sebuah Pengadilan Agama tingkat banding dengan nama Pengadilan AgamaMahkamah Syar’iyah Propinsi dan 16 buah Pengadilan Agama tingkat pertama. Selanjutnya berdasarkan Keputusan Menteri Agama Nomor 62 Tahun 1961, sejak tanggal 25 Juli 1961 dibentuk lagi sebuah cabang Pengadilan Agama yang berkedudukan di Lhokseumawe dengan nama Mahkamah Syar’iyah Lhokseumawe. Universitas Sumatera Utara Kemudian Mahkamah Syar’iyah Lhokseumawe berubah namanya menjadi Pengadilan Agama Lhokseumawe dengan berlakunya Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang Pengadilan Agama. Dengan berlakunya Undang-Undang tentang Pengadilan Agama tersebut maka resmi dan kuatlah keberadaan Badan Peradilan Agama di Daerah Istimewa Aceh Vide pasal 106 ayat 1 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989. Pada tanggal 3 Maret 2003 berubah lagi nama Pengadilan Agama Lhokseumawe menjadi Mahkamah Syar’iyah Lhokseumawe, Kemudian dengan lahirnya Keputusan Presiden RI Nomor 11 Tahun 2003 tentang Mahkamah Syar’iyah dan Mahkamah Provinsi di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Sesuai dengan Keputusan Ketua Mahkamah Agung RI. tanggal 06 Oktober 2004, Nomor : 070KH2004, tentang pengalihan sebagian tugas pengadilan negeri ke mahkamah syar’iyah, dan peresmian operasional kewenangan mahkamah syar’iyah tersebut oleh Ketua Mahkamah Agung Republik Indonesia tanggal 11 Oktober 2004 di Banda Aceh, maka tugas mahkamah syar’iyah melingkupi perkara perdata dan sebagian perkara pidana jinayah. Penandatanganan persetujuan damai antara Pemerintah Republik Indonesia dengan GAM di Helsinki tanggal 15 Agustus 2005 telah melahirkan Undang-Undang Nomor 11 tahun 2006 tentang Pemerintah Aceh yang ikut memperkuat kedudukan mahkamah syar’iyah dengan memberi tempat khusus sebagai salah satu alat kelengkapan Pemerintah Aceh yang berfungsi sebagai lembaga yudikatif, dan berdampingan dengan kekuasaan eksekutif dan legislatif daerah. Mahkamah syar’iyah merupakan Peradilan Syari’at Islam di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, sesuai Universitas Sumatera Utara dengan Pasal 128 sampai dengan Pasal 137 Undang-Undang Pemerintah Aceh No. 11 Tahun 2006, jo. Qanun Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam No. 10 Tahun 2002 jo. KEPPRES No. 11 Tahun 2003.

B. Pengertian dan Tujuan Hukuman 1. Pengertian Hukuman

Dokumen yang terkait

Eksistensi Presidential Threshold Paska Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 14/Puu-Xi/2013

6 131 94

Analisis Putusan Mahkamah Agung Nomor 101/K.Pdt.Sus/Bpsk/2013 Tentang Penolakan Klaim Asuransi Kendaraan Bermotor

22 248 119

Analisis Yuridis Terhadap Putusan Mahkamah Agung No. 981K/PDT/2009 Tentang Pembatalan Sertipikat Hak Pakai Pemerintah Kota Medan No. 765

4 80 178

Analisis Putusan Mahkamah Agung Mengenai Putusan yang Dijatuhkan Diluar Pasal yang Didakwakan dalam Perkaran Tindak Pidana Narkotika Kajian Terhadap Putusan Mahkamah Agung Nomor 238 K/Pid.Sus/2012 dan Putusan Mahkamah Agung Nomor 2497 K/Pid.Sus/2011)

18 146 155

Eksekusi Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia No. 609 K/Pdt/2010 Dalam Perkara Perdata Sengketa Tanah Hak Guna Bangunan Dilaksanakan Berdasarkan Penetapan Ketua Pengadilan Negeri

3 78 117

Pelaksanaan Pengangkatan Anak Melalui Penetapan Hakim Mahkamah Syar’iyah Di Banda Aceh

1 39 138

Analisis Hukum Terhadap Putusan Mahkamah Konstitusi Tentang Calon Independen Di Dalam Undang-Undang No.32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah

0 68 130

Penetapan Luas Tanah Pertanian (Studi Kasus : Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 11/Puu-V/2007 Mengenai Pengujian Undang-Undang No: 56 Prp Tahun 1960 Terhadap Undang-Undang Dasar 1945)

4 98 140

Sikap Masyarakat Batak-Karo Terhadap Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia (MA-RI) No.179/K/SIP/1961 Dalam Persamaan Kedudukan Anak Laki-Laki Dan Anak Perempuan Mengenai Hukum Waris (Studi Pada Masyarakat Batak Karo Desa Lingga Kecamatan Simpang...

1 34 150

Efektifitas Penyelesaian Perselisihan Hasil Pemilukada oleh Mahkamah Agung dan Mahkamah Konstitusi

3 55 122