Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN
                                                                                untuk memastikan bahwa keluarga yang ditinggalkan akan aman secara  finansial jika  terjadi  kematian  mendadak  terhadap  pencari  nafkah.  Pertumbuhan  jumlah
pemegang  polis  pada  asuransi  jiwa  tidak  terlepas  dari  mulai  membaiknya kesadaran  masyarakat  untuk  memiliki  polis  asuransi  jiwa  sebagai  salah  satu
alat  pemenuhan  kebutuhan  manusia  akan  jaminan  finansial.  Asuransi  jiwa dapat  memenuhi  banyak  kebutuhan  perorangan  dan  yang  paling  dominan
adalah kebutuhan akan jiwa masyarakat
3
:
1. Pengeluaran Akhir
Berkaitan  dengan  pengeluaran  yang  timbul  ketika  seseorang  meninggal dunia dan pengeluaran itu harus segera dibayar, misalnya uang pinjaman pribadi,
rekening  listrik,  telpon,  angsuran  pembelian  rumah,  mobil  dan  sebagainya.  Juga pengeluaran lain yang merupakan akibat dari kematian itu sendiri, misalnya biaya
rumah sakit dan ongkos penguburan.
2. Tunjangan Keluarga Pemenuhan  kebutuhan  finansial  bagi  keluarga  sangat  besar  manfaatnya
ketika pencari nafkah utama meninggal. 3. Dana Pendidikan
3
Ketut  Sendra,  Memahami  Produk Asuransi Jiwa  dalam  Prosedur  dan  Penerapannya  Modul Kursus Asuransi tingkat Basic, Jakarta :  Lembaga Asuransi Indonesia, 1997 , hal 83
Setiap orang tua menginginkan anak-anaknya memperoleh pendidikan yang tinggi.  Karena  itu  meninggalnya  pencari  nafkah  utama  dapat  berdampak  buruk
bagi  kelanjutan  sekolah  mereka.  Asuransi  jiwa  dapat  menyediakan  pemenuhan kebutuhan dana untuk pendidikan anak di masa depan.
4. Penghasilan Utama Pensiun
Ketika seseorang memasuki masa pensiun pekerjaannya dan penghasilannya mulai berkurang, maka akumulasi nilai tunai polis asuransi jiwa pada masa habis
kontrak  dapat  dipakai  untuk  keperluan  hari  tua,  seperti  membeli  rumah  atau menyiapkan pendidikan anak.
Di  pasar  asuransi  jiwa  Indonesia  saat  ini  terdapat  tidak  kurang  dari  60 perusahaan yang beroperasi, yang terdiri atas 38 perusahaan asuransi jiwa dan 22
perusahaan  patungan  joint  venture.
4
Kehadiran  perusahaan  asuransi  jiwa  asing di  pasar  local  tidak  dapat  dihindari  lagi  di  era  globalisasi  ekonomi  sekarang  ini,
yaitu era ketiadaan batas dan kendala dalam perdagangan antar bangsa.
5
Manifestasi  Liberalisasi  di  sektor  jasa  adalah  dengan  diberlakukannya Asean  Framework  Agreement  Servis  AFAS  yang  disepakati  di  Bangkok  pada
Desember  1995.  Di  dalam  kesepakatan  ini  liberalisasi  diterapkan  pada  sektor
4
Data per Juni 2002, dikutip dari Majalah Investor, Edisi 5924 Juli 2002, hal. 18
5
Sera  dan  Ohmae,  dikutip  dalam  Ade  Maman  Suherman,  Aspek  Hukum  Dalam  Ekonomi Global, Jakarta : Ghalia Indonesia, 2002, hal. 31
Telekomunikasi,  Pariwisata,  Jasa  keuangan,  Konstruksi  dan  Transportasi  Laut.
6
Sebagai langkah awal sebelum memasuki pelaksanaan  Word Trade Organization WTO Tahun 2020.
7
Industri asuransi  sebagai  salah satu  industri  jasa keuangan  harus  mengikuti ketentuan-ketentuan  yang  tertuang  dalam  AFAS  tersebut.  AFAS  mengatur  cara
melakukan transaksi di bidang jasa, yakni:
Pertama,  pasokan  lintas  batas  cross  border  supply.  Ketentuan  ini memberikan kebebasan kepada pemasok  jasa asing untuk  memasuki  pasar  lokal.
Ini  berarti  pada  tahun-tahun  mendatang  diperkirakan  akan  semakin  banyak perusahaan  asuransi  asing  mengirimkan  tenaga  ahli  dan  memasarkan  produk
mereka di dalam negeri.
Kedua,  konsumsi  produk  dari  luar  consumption  abroad.  Ketentuan  ini memberi  kebebasan  kepada  masyarakat  untuk  mengkonsumsi  jasa  dari  luar
negeri. Faktor kepuasan terhadap jasa yang diberikan sangat menentukan ke arah mana  konsumen  akan  berpaling.  Jika  perusahaan  asuransi  tidak  meningkatkan
mutu  pelayanannya,  maka  dapat  dipastikan  sebagian  besar  premi  akan  mengalir ke luar negeri.
6
Edi Subekti, Kenapa Harus Takut Bersaing di AFTA, Jurnal Hukum Bisnis, Volume 22- No. 2 Tahun 2003, hal 22.
7
Irvan Rahardjo, Bisnis Asuransi Menyongsong Era Global, Jakarta : YASDAYA, 2001, hal 46.
Ketiga,  keberadaan  secara  komersial  commercial  presence.  Dengan ketentuan  ini,  maka  diberikan  kebebasan  bagi  perusahaan  asing  termasuk
perusahaan  asuransi  untuk  mendirikan  atau  melakukan  atau  membuka  usaha  di dalam negeri.
Keempat,  kehadiran  warga  asing  presence  of  natural  person.  Ketentuan ini memberikan kebebasan bagi orang asing untuk memasuki pasar dalam negeri.
Kedatangan  mereka  akan  membawa  ketrampilan  teknik  dan  mengisi  kekurangan tenaga ahli di Indonesia.
Kelima, persamaan perlakuan most favoured nation  national treatment, yaitu  ketentuaan  yang  menuntut  diwujudkannya  perlakuan  yang  sama  dan  tidak
ada diskriminasi dalam hubungan perdagangan antar bangsa.
8
Khusus  untuk  industri  asuransi,  telah  dihasilkan  Pro-Competitive Regulatory  Principles  yang  memuat  prinsip-prinsip,  pertama,  akses  penuh
terhadap  pasar  dan  kebebasan  bentuk    perusahaan  dan  operasinya. Kedua  ,  tidak ada  diskriminasi  terhadap  perusahaan  asuransi  asing.  Ketiga,  atmosfer
pengawasan  dan  pelaksanaan  asuransi  berdasarkan  best  practices  yang  berlaku secara Internasional.  Ke empat,  fokus pengawasan pada solvabilitas dan standar-
standar  pelaksanaan  bisnis  yang  sehat,  tidak  pada  manajemen  mikro  dan penetapan tarif. Kelima, kebebasan untuk memasarkam produk dan jasa. Keenam,
8
PP.  No.  63  Tahun  1999  mensyaratkan  modal  disetor  Rp.  100  milyar  untuk  perusahaan asuransi dan Rp. 200 milyar untuk perusahaan reasuransi, tidak dibedakan antara perusahaan asuransi
atau reasuransi kepemilikan asing atau tidak. Sebelumnya, melalui PP No. 73 tahun 1992, modal setor untuk asuransi umum Rp. 3 milyar dan jika ada penyertaan asing adalah Rp. 15 milyar. Edi Subekti, op
cit, hal. 23
tidak  mengeluarkan  pembatasan  dan  proteksi  yang  baru  terhadap  jenis  investasi saat  ini.  Ketujuh,  memperbolehkan  perdagangan  lintas  batas  dan  akses  yang
bebas  kepada  pasar  reasuransi  Internasional.
9
Untuk  pasar  asuransi  jiwa,  dapat dikatakan  bahwa  saat  ini  pelaku-pelaku  bisnis  bertaraf  dunia  sudah  beroperasi
di  Indonesia.  Beberapa  dari  mereka  bahkan  sudah  menempatkan  posisi bisnisnya  sedemikian  kuat  dan  melakukan  penetrasi  yang  cukup  jauh  ke  dalam
pasar asuransi jiwa Indonesia yang masih sangat potensial. Prudential, Manulife Indonesia, AXA Life, AIG, John Hancock, Allianz Life, Aetna Life, New York
Life dan Zurich Life adalah beberapa asuransi jiwa Indonesia yang telah dikenal oleh masyarakat.
Kehadiran  Perusahaan-perusahaan  asuransi  jiwa  asing  di  Indonesia  melalui pembentukan  usaha  patungan  telah  membawa  pengaruh  yang  positif  bagi
perkembangan industri jasa asuransi jiwa itu sendiri. Hal ini karena mereka pada umumnya  memiliki  keunggulan  baik  di  bidang  permodalan,  teknologi,  jaringan
pemasaran maupun produk yang bervariasi.
10
Asuransi  kini  telah  beralih  fungsinya,  bukan  saja  sebagai  lembaga  penjamin risiko,  tetapi  juga  sebagai  lembaga  pengelolaan  dana  masyarakat.  Masyarakat
sekarang  kecendrungannya  lebih  senang  membeli  polis  asuransi  yang  ada  unsur tabungannya,  seperti  halnya  asuransi  Dwi-guna  endowment  dengan  produk
turunannya.  Sebagai  contoh,  dalam  hal  produk,  semenjak  empat  tahun  terakhir
9
Endro Priosamodro, op cit, hal. 20
10
Endro  Priosamudro,  Agar  Tidak  Asing  di  Tengah  Asing,  Majalah  Pilar  Bisnis,  No.  03,  14 Februari 2001, hal 25.
pasar asuransi jiwa di Indonesia diramaikan dengan hadirnya sebuah produk baru yang  lazim  disebut  unit  link,  yaitu  suatu  produk  asuransi  yang  dikombinasikan
dengan  investasi.  Di  pasar  asuransi  internasional  produk  ini  sudah  cukup  lama berkembang,  tetapi  di  Indonesia  masih  baru.  Perusahaan  asuransi  jiwa  yang
memiliki  andil  di  dalam  upaya  memperkenalkan  produk  unit  link  di  Indonesia diantaranya  adalah  PT.  Asuransi  Prudential  dan  PT.  Asuransi  Jiwa  Manulife
Indonesia,  yang  notabene  keduanya  adalah  perusahaan  patungan
11
Joint Venture.
12
Unit  Link,  pada  dasarnya  memiliki  komposisi  yang  tidak  jauh  berbeda dengan  produk  gabungan  endowment  tradisional,  hanya  saja  produk  ini
mengaitkan dengan investasi dan bukan dengan tabungan. Dengan membeli polis asuransi  jiwa  sebagai  proteksi,  masyarakat  sekaligus  berinvestasi.  Misalnya,
seseorang  yang  memiliki  dana  Rp.  10  juta,  sebagian  untuk  membayar  polis asuransi,  sebagian  dipotong  untuk  biaya  administrasi.  Sisa  dana  tersebut,  oleh
perusahaan  asuransi  ditanamkan  kedalam  instrument  investasi  sehingga pemegang polis memperoleh dua manfaat sekaligus, pertanggungan asuransi jiwa
11
Harian Ekonomi Neraca, 7 Februari 2000, hal.3
12
Joint  Venture  adalah  suatu  perusahaan  baru  yang  didirikan  bersama–sama  oleh  beberapa perusahaan  yang  berdiri  sendiri dengan menggabungkan  potensi  usaha termasuk  know  how  teknologi
dan pengetahuan dan modal dalam  perbandingan  yang telah  ditetapkan menurut perjanjian  yang telah sama-sama disetujui, antara perusahaan domistik dan perusahaan asing, yang modalnya dari pemerintah
atau modal swasta. Napitupulu Joint Venture di Indonesia, Jakarta : Erlangga, 1986, hal 24
proteksi  dan  hasil  investasi  return.
13
Pada  Unit  Link,  dana  investasinya dipisahkan  dengan  dana  pertanggungan  untuk  klaim  tertanggung.  Dana  klaim
tertanggung dikelola oleh perusahaan asuransi,  sedangkan  investasi dikelola oleh manajer investasi yang terpisah.
Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka penulis sangat tertarik untuk  melakukan  sebuah  penelitian,  dengan  judul  ”PENGARUH  TINGKAT
INVESTASI TERHADAP MINAT NASABAH ASURANSI PENDIDIKAN PADA AJB BUMIPUTERA 1912 Unit Usaha Syariah”.
                