bagi terjadinya kerjasama adalah komunikasi yang efektif, perlu adanya interaksi antar anggota kelompok.
c Kepemimpinan
Tugas yang jelas, komunikasi yang efektif, kepemimpinan yang baik akan berpengaruh terhadap suasana kerja, dan pada gilirannya suasana
akan mempengaruhi proses penyelesaian tugas. Oleh karena itu maka produktivitas dan iklim emosional kelompok merupakan dua aspek yang
saling terkait dalam proses kelompok. Sebagai metode pembelajaran, diskusi tidak lepas dari kekurangan.
Namun demikian guru dapat menggunakan kelebihanya untuk dapat mengoptimalkan siswa dalam belajar. Agar diskusi kelompok dapat berjalan
optimal, maka perlu diketahui ciri-ciri diskusi yang baik sehingga memungkinkan kelompok untuk mencapai tujuan belajar yang efektif. Suatu
kelompok diskusi dikatakan baik apabila : a
Semua anggota terlibat secara maksimal dalam menjalankan tugas yang telah ditetapkan.
b Interaksi yang terjadi antara siswa secara spontan terus dirangsang dan
senantiasa dikembangkan. c
Antar anggota terjadi saling membimbing dan membantu dalam usaha- usaha kelompok sewaktu diperlukan.
d Komunikasi antar anggota terjadi secara interaksional.
e Diskusi dilakukan atas dasar rasional dan penalaran. Bukan atas dasar
sentimen dan emosi. f
Anggota diskusi dapat bersikap demokratis.
c. Pengertian Teknik Tutor Sebaya
Salah satu masalah dalam pembelajaran di sekolah adalah rendahnya hasil belajar siswa. Hasil belajar dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik
faktor dari dalam individual maupun faktor dari luar sosial. Faktor individu siswa terdiri dari aspek jasmani dan aspek rohani,
kesehatan aspek jasmani sudah pasti sangat mempengaruhi kelancaran siswa
dalam belajar, akan tetapi aspek psikis atau rohanipun tidak kalah pentingnya dengan aspek jasmani. Untuk menunjang kelancaran belajar,
bukan hanya dituntut kesehatan jasmani saja, akan tetapi kesehatan rohanipun diperlukan. Siswa yang sehat rohaninya adalah siswa yang
terbebas dari tekanan-tekanan batin yang mendalam, gangguan-gangguan perasaan seperti kecemasan, frustasi dan depresi serta terbebas dari konflik
psikis. Sering ditemukan di lapangan bahwa guru dalam membelajarkan
siswa hanya memperhatikan sisi kognitifnya tanpa memperhatikan sisi psikologis siswa, sehingga sampai saat ini mengakarlah dogma bahwa siswa
yang mampu mendapat nilai sesuai standar yang ditentukan dapat dinyatakan telah berhasil mengikuti proses pembelajaran. Sehingga siswa
dipaksa untuk belajar dan melatih kemampuannya untuk menyelesaikan soal sebanyak mungkin tanpa memperhatikan apakah siswa merasa nyaman,
tidak terbebani dengan metode atau model belajar yang berorientasi pada pencapaian nilai akhir setinggi mungkin yang tanpa disadari dapat
menimbulkan kecemasan siswa jika pada saatnya mengikuti tes akhir mereka tidak mampu mendapatkan nilai sesuai yang telah ditentukan.
Timbul pertanyaan apakah mungkin dikembangkan suatu model pembelajaran yang sederhana, sistematik, bermakna dan dapat digunakan
oleh guru sebagai dasar untuk melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan baik yang tidak hanya menekankan pada pencapaian nilai akhir saja, akan
tetapi mampu membantu siswa dalam mengeksplorasi kemampuannya serta dapat membantu siswa untuk memahami pelajaran dengan nyaman, tidak
terbebani serta tidak merasakan kecemasan dengan intensitas tinggi selama kegiatan belajar berlangsung yang pada akhirnya mampu meningkatkan
hasil belajar siswa. Seiring berkembangnya media dan metodologi pembelajaran, makin
banyak perhatian terhadap pengajaran tutor sebaya yang pada dasarnya sama dengan program bimbingan, yang bertujuan memberikan bantuan dari
dan kepada siswa agar dapat mencapai prestasi belajar secara optimal
karena sumber daya pengajar tidak harus selalu guru. Sumber daya pengajar dapat dari orang lain yang bukan guru, melainkan teman sekelas.
Pembelajaran menggunakan metode tutor sebaya sistem tutor ini telah banyak digunakan di Inggris dan di negara-negara yang mengikuti
sistem pendidikan Inggris
38
Menurut Harsunarko “Sumber daya pengajar
yang bukan guru berasal dari orang yang lebih pandai disebut sebagai tutor.
”
39
Seperti yang diungkapkan Supriyadi “Tutor sebaya adalah seorang atau beberapa orang siswa yang ditunjuk dan ditugaskan untuk membantu
siswa yang mengalami kesulitan belajar. Tutor tersebut diambil dari kelompok yang prestasinya lebih tinggi.
“
40
menurut Martinis Yamin model tutorial merupakan cara penyampaian bahan pelajaran yang telah
dikembangkan dalam bentuk modul untuk dipelajari siswa secara mandiri. Dari penjelasan di atas, peneliti menyimpulkan defenisi teknik tutor
sebaya adalah teknik yang diterapkan dalam proses pembelajaran, dengan menunjuk siswa sebagai tutor yang bertugas memberikan pemahaman
kepada siswa lainya dalam proses pembelajaran. Dengan kata lain tutor adalah salah seorang atau beberapa orang siswa yang pantas ditunjuk, dan
ditegaskan membantu siswa lain yang mengalami kesulitan dalam belajar. Dalam hal ini fungsi tutor hanyalah membantu guru dan bekerja sesuai
dengan petunjuk yang diberikan, ia bukanlah guru atau pengganti guru
.
Pembelajaran tutor sebaya ini dapat dipandang sebagai reaksi terhadap pembelajaran klasikal dengan kelas yang terlampau besar dan
padat sehingga guru atau tenaga pengajar tak dapat memberikan bantuan individual, bahkan sering tidak mengenal pelajar seorang demi seorang.
Selain itu para pendidik mengetahui bahwa beberapa siswa menunjukkan perbedaan dalam cara-cara belajar. Pengajaran klasikal yang menggunakan
proses belajar-mengajar yang sama bagi semua siswa tidak akan sesuai bagi kebutuhan dan kepribadian setiap siswa. Maka karena itu perlu dicari sistem
38
S.Nasution, berbagai pendekatan dalam proses belajar dan mengajar, Jakarta:PT Bumi Aksara,2008, Cet.XII, h.199
39
Erman Suherman, dkk, Strategi Pembelajaran Matematika..., h.276
40
Erman Suherman, dkk, Strategi Pembelajaran Matematika...., h.277
pembelajaran yang membuka kemungkinan memberikan pengajaran bagi sejumlah besar siswa dan di samping itu memberi kesempatan bagi
pengajaran tutor sebaya. Jadi, dalam pembelajaran dengan tutor sebaya, tutor hendaknya
adalah siswa yang mempunyai kemampuan lebih dibandingkan dengan teman-temannya, sehingga pada saat ia membimbing teman-temannya ia
sudah menguasai bahan yang akan disampaikan kepada teman-teman lainnya. Sebenarnya tutor sebaya merupakan modifikasi dari cara belajar
kelompok. Perbedaannya, pada cara berkelompok belum ada penekanan secara khusus tentang siapa yang menjadi tutor bagi temannya. Masalah ini
dapat dilihat dari hasil evaluasi belajar yang menunjukkan siswa berhasil dalam kelompok, namun tidak berhasil pada saat evaluasi belajar secara
individu. Karena dalam belajar kelompok, siswa yang lebih pandai tidak berusaha memberikan penjelasan kepada siswa yang kurang, dan begitu
sebaliknya, siswa yang kurang pandai tidak diberikan kesempatan untuk berdiskusi dan bertanya kepada teman yang lebih pandai. Akhirnya yang
bekerja dalam kelompok adalah mereka yang pandai. Kelebihan tutor sebaya dalam pendidikan yaitu dalam penerapan
tutor sebaya siswa diajar untuk mandiri, dewasa, dan punya rasa setia kawan yang tinggi. Artinya dalam penerapan tutor sebaya itu, siswa yang dianggap
pintar bisa mengajari atau menjadi tutor temannya yang kurang pandai atau ketinggalan. Di sini peran guru hanya sebagai fasilitator atau pembimbing
saja. Dengan kata lain, guru dapat menugaskan siswa pandai untuk memberikan penjelasan menjadi tutor sebaya kepada siswa kurang pandai,
dengan demikian siswa yang bertanya tidak akan takut karena yang mejelaskannya adalah tak lain kawan mereka sendiri.
Tutor dikatakan berhasil jika dapat menjelaskan dan yang dijelaskan dapat membuktikan bahwa dia telah mengerti atau memahami dengan cara
hasil pekerjaannya. Adapun tahap-tahap kegiatan pembelajaran di kelas
dengan menggunakan pendekatan tutor sebaya menurut Hamalik dalam skripsi Syaripudin adalah sebagai berikut:
41
1. Tahap persiapan
a Guru membuat program pengajaran satu pokok bahasan yang
dirancang dalam bentuk penggalan-penggalan sub pokok bahasan. Setiap penggalan satu pertemuan yang didalamnya mencakup judul
penggalan tujuan pembelajaran, khususnya petunjuk pelaksanaan tugas-tugas yang harus diselesaikan.
b Menentukan beberapa orang siswa yang memenuhi kriteria sebagai
tutor sebaya. Jumlah tutor sebaya yang di tunjuk disesuaikan dengan jumlah kelompok yang dibentuk.
c Mengadakan latihan bagi para tutor. Dalam pelaksanaan tutorial atau
bimbingan ini, siswa yang menjadi tutor bertindak sebagai guru. Sehingga latihan yang diadakan oleh guru merupakan semacam
pendidikan guru atau siswa itu. Latihan diadakan dengan dua cara yaitu melalui latihan kelompok kecil dimana dalam hal ini yang
mendapatkan latihan hanya siswa yang akan menjadi tutor, dan melalui latihan klasikal, dimana siswa seluruh kelas dilatih bagaimana
proses pembimbingan ini berlangsung. d
Pengelompokan siswa dalam kelompok-kelompok kecil yang yang terdiri atas 4-6 orang. Kelompok ini disusun berdasarkan variasi
tingkat kecerdasan siswa. Kemudian tutor sebaya yang telah ditunjuk di sebar pada masing-masing kelompok yang telah ditentukan.
2. Tahap pelaksanaan
a Setiap pertemuan guru memberikan penjelasan terlebih dahulu tentang
materi yang di ajarkan. b
Siswa belajar dalam kelompoknya sendiri. Tutor sebaya menanyai anggota kelompoknya secara bergantian akan hal-hal yang belum
41
Sarifuddin, “Penerapan teknik tutor sebaya dan pemberian kartu skor partisipasi siswa
untuk meningkaatkan motivasi belajar matematika siswa ”, Skripsi Jurusan Matematika
Universitas Islam Negeri Jakarta, Jakarta: Perpustakaan Utama; 2008.t.d
dimengerti, demikian pula halnya dengan menyelesaikan tugas. Jika ada masalah yang tidak diselesaikan barulah tutor meminta bantuan
guru. c
Guru mengawasi jalannya proses belajar, guru berpindah-pindah dari satu kelompok ke kelompok yang lain untuk memberikan bantuan jika
ada masalah yang tidak dapat diselesaikan dalam kelompoknya. 3.
Tahap evaluasi a
Sebelum kegiatan pembelajaran berakhir, guru memberikan soal-soal latihan kepada anggota kelompok selain tutor untuk mengetahui
apakah tutor sudah menjelaskan tugasnya atau belum b
Mengingatkan siswa untuk mempelajari sub pokok bahasan sebelumnya di rumah.
Dengan menggunakan pendekatan tutor sebaya, diharapkan mampu mengatasi masalah kelemahan dalam belajar kelompok. Namun demikian,
perlu diketahui bahwa teknik tutor sebaya memiliki kelebihan dan kekurangan. Berdasarkan beberapa sumber, dapat diambil kesimpulan
tentang kelebihan pendekatan tutor sebaya antara lain: a
Hasilnya lebih baik, bagi beberapa siswa yang mempunyai perasaan takut atau enggan kepada guru.
b Bagi tutor, pekerjaan tutoring akan memperkuat konsep yang
dibahas dan memberikan kesempatan untuk melatih diri memegang memberikan tanggung jawab suatu tugas serta melatih
kesabaran. Adapun kelemahan, dapat disimpulkan sebagai berikut:
a Siswa yang dibantu seringkali belajar kurang serius, dan beberapa
siswa takut rahasianya diketahui teman. b
Pada kelas-kelas tertentu, kegiatan tutoring ini sulit dilaksanakan karena ada perbedaaan jenis kelamin antara tutor dan yang diberi
tutor. c
Tidak semua siswa pandai dapat memberikan penjelasan kembali kepada temannya.
B. Penelitian yang Relevan
Sebagai bahan pertimbangan peneliti mengangkat masalah upaya mengurangi kecemasan dengan penerapan model pembelajaran tutor sebaya
metode diskusi kelompok adalah kesimpulan dari penelitian yang dilakukan oleh saudara Syarifuddin. Beliau menuliskan pada poin empat di halaman 76 sd 77
bahwa: “tutor sebaya memberikan lingkungan yang nyaman bagi siswa untuk
bertanya tanpa merasa takut atau malu ditertawakan. Siswa dapat bertanya sebebas-bebasnya kepada tutor dalam kelompoknya. Para
siswa menjadi lebih senang dan bersemangat belajar matematika karena soal-soalnya tidak lagi menjadi momok yang menakutkan bagi mereka.
Siswa dapat dengan mudah menyelasaikan soal-soal yang dihadapi melalui diskusi dalam kelomponya serta bimbingan dari tutor yang
cukup membantu mereka dalam belajar matematika.
”
42
Hanya saja penelitian sebelumnya mempunyai variabel motivasi. Oleh karena itu, penelitian kali ini mengambil variabel yang berbeda, yaitu kecemasan.
Dari pernyataan tersebut peneliti berasumsi, jika dengan penerapan tutor sebaya mampu membuat siswa merasa nyaman dan mampu meningkatkan motivasi siswa
dalam belajar matematika, maka tidak menutup kemungkinan dengan penerapan teknik tutor sebaya dalam diskusi kelompokpun akan mampu mengurangi tingkat
kecemasan siswa dalam belajar matematika dikarenakan berbagai hal, mulai dari masalah pribadi, seperti selalu gugup untuk menjawab soal karena takut kepada
guru bidang studi, sampai dengan kecemasan yang dirasakan siswa oleh karena adanya ketetapan standar nilai kelulusan yang dibuat oleh pemerintah yang selalu
bertambah dari tahun ke tahun tanpa mempertimbangkan sisi psikologis siswa.
C. Pengajuan Kerangka Konseptual dan Intervensi Perencanaan Tindakan
Pada hakekatnya, hasil belajar ditentukan oleh banyak faktor, yaitu faktor guru, lingkungan sekolah, lingkungan tempat tinggal, cara belajar siswa,
fasilitas belajar yang digunakan, faktor internal siswa, dan lain sebagainya. Akan tetapi seorang siswa yang telah menyadari tugasnya sebagai seorang pembelajar
42
Sarifuddin, “Penerapan teknik tutor sebaya dan pemberian kartu skor partisipasi siswa
untuk meningkaatkan motivasi belajar matematika siswa ”, Skripsi Jurusan Matematika
Universitas Islam Negeri Jakarta, Jakarta: Perpustakaan Utama; 2008. t.d.