darah.
77
Seperti kebanyakan sel di dalam tubuh, eritrosit atau sel darah merah mengandung glikoprotein antigen potensial yang berada di atas
permukaan membran plasma.
78
Berdasarkan berbagai jenis aglutinogen antigen yang terdapat pada eritrosit darah dapat dibagi menjadi lebih
dari 300 jenis golongan darah, namun yang terpenting dalam praktek klinik, yaitu penggolongan darah menurut sistem ABO dan sistem
rhesus.
79
Pada sistem penggolongan darah ABO berdasarkan pada terdapatnya dua jenis aglutinogen, yaitu aglutinogen A dan aglutinogen
B pada permukaan eritrosit. Sebaliknya antibodi yang yang terdapat dalam plasma akan bereaksi spesifik terhadap antigen tipe-A atau
antigen tipe-B yang dapat menyebabkan aglutinasi penggumpalan eritrosit.
80
Ahli imunologi
Karl Landsteiner
1868-1943 mengelompokkan darah menjadi golongan darah A, B, AB, dan O.
81
Reaksi yang terjadi pada empat golongan darah yang berbeda tersebut dilukiskan pada tabel di bawah ini.
Tabel. 2.3 Aglutinasi sel-sel dari berbagai golongan darah
dengan aglutinin anti- A dan anti-B
82
Golongan Darah Aglutinin Anti-
α Aglutinin Anti-
β
O -
- A
+ -
B -
+ AB
+ +
Seseorang yang tidak memiliki aglutinin zat anti A dan B digolongkan ke dalam golongan darah O. Seseorang yang memiliki
77
Campbell, Biologi Edisi Kelima Jilid 3, op. cit., h. 53.
78
William, I. Lutterschmidt dan Deborah, I. Lutterschmidt. Laboratory Exercises In Human Physiology: A Clinical And Expperimental Approach. New York: McGraw-Hill Higher
Education, 2008, h. 149.
79
Kemal Adyana Kurnadi, Dasar-dasar Anatomi dan Fisiologi Tubuh Manusia 2, op. cit., h. 41.
80
Diah Aryulina, dkk., Biologi SMA dan MA untuk Kelas XI, Jakarta: Esis, 2004, h. 125.
81
Suryo, Genetika Strata 1, Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2008, Cet. 12, h. 254.
82
Diah Aryulina, dkk., Ibid., h. 127.
antigen A tidak memiliki anti- α, melainkan anti-β di dalam darah.
Termasuk ke dalam orang yang bergolongan darah A. Seseorang dikatakan bergolongan darah B apabila tidak memiliki
aglutinin α melainkan memiliki aglutinin β. Golongan darah AB memiliki dua zat
anti aglutinin α dan β. Transfusi darah memiliki resiko yang tinggi.
Melalui berbagai tahapan medis, transfusi darah harus dilakukan secara hati-hati karena beresiko terhadap pasien. Komplikasi pada saat
transfusi darah bisa terjadi seperti masuknya penyakit pada saat darah disalurkan, reaksi hemolitik, dan alergi.
83
Untuk menghindari jangan sampai terjadi penggumpalan darah, maka jika seseorang sebelum
melakukan tranfusi darah baik pendonor maupun resipien harus diperiksa terlebih dahulu berdasarkan sistem ABO.
84
B. Hasil Penelitian yang Relevan
Nurhidayati, Tri Jalmo, dan Pramudiyanti telah melakukan penelitian tentang penggunaan LKS berbasis inkuiri terbimbing guided
inquiry pada materi Ekosistem pada siswa kelas X SMA 2012, hasilnya siswa lebih aktif dan terlibat langsung dalam menyelesaikan
tugas, serta meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa. Sehingga nilai siswa mengalami peningkatan karena melalui pembelajaran
menggunakan LKS dengan model inkuiri terbimbing.
85
Miftakhul Jannah, Sugianto, dan Sarwi telah melakukan penelitian pengembangan perangkat pembelajaran berorientasi nilai karakter
melalui inkuiri terbimbing pada materi cahaya pada siswa kelas VIII SMP 2012, hasilnya menunjukkan bahwa perangkat pembelajaran
dengan kategori valid, praktisan, dan efektif. Nilai karakter mandiri dan disiplin memiliki persentase lebih tinggi dibandingkan nilai karakter
yang lain. Selain itu perangkat pembelajaran berpendekatan karakter
83
J. NolanSaladin, Anatomy and Physiology, New York: Mc.Graw Hill, 2004, h. 106.
84
Suryo, Ibid., h. 256-257.
85
Nurhidayati, dkk., Penggunaan LKS berbasis Inkuiri Terbimbing terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Siswa pada Materi Pokok Ekosistem, Jurnal Penelitian, 2012, h. 84.
melalui inkuiri terbimbing dapat meningkatkan penguasaan konsep IPA.
86
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Ibrahim Bilgin the effects of guided inquiry instruction incorporating with cooperative
learning environment on University students’ achievement of acid and bases concepts and attitude toward guided inquiry instruction.
Pembelajaran berbasis guided inquiry instruction dengan model kooperatif membuat siswa lebih memahami suatu konsep asam basa
dan memberikan pengaruh positif di mana dengan guided inquiry lebih baik dibandingkan siswa belajar sendiri.
87
Hasil penelitian pengembangan yang dilakukan oleh Sidiq Budisetiawan menunjukkan bahwa dihasilkan produk berupa LKS IPA
terpadu berbasis inkuiri terbimbing dengan kategori nilai sangat baik A menurut dosen ahli, teman sejawat, dan guru IPA, pada uji terbatas
mendapat nilai baik B, sedangkan pada uji lapangan operasional pada kelas VIII A mendapat nilai baik B, dan di kelas VIII B mendapat
nilai sangat baik A. Pada setiap aspek syarat kelayakan LKS sebagai media pembelajaran juga mendapat nilai A.
88
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Y. Astuti dan B. Setiawan 2013 menunjukkan LKS sangat layak digunakan dengan
melihat elemen kelayakan konstruksi 81,3 , penyajian 75 dan keterampilan proses 76,6. Rata-rata keterampilan inkuiri siswa
86
Miftakhul Jannah, dkk., Pengembangan Perangkat Pembelajaran Berorientasi Nilai Karakter melalui Inkuiri Terbimbing Materi Cahaya pada Siswa Kelas VIII Sekolah Menengah
Pertama, Jurnal Penelitian, 2012, h. 60.
87
Ibrahim Bilgin, The Effects of Guided Inquiry Instruction Incorporating with Cooperative Learning Environment on University S
tudents’ Achievement of Acid and Bases Concepts and Attitude Toward Guided Inquiry Instruction, Department of Primary Education
Jounal Scientific Research and Essay, Vol. 4, 2009, pp. 1042.
88
Sidiq Budisetiawan, “Pengembangan LKS IPA Terpadu Berbasis Inkuiri Terbimbing pada Tema Sistem Kehidupan dalam Tumbuhan Kelas VII di SMP N 2 Playen”, Skripsi pada
Sarjana Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta, Yogyakarta, 2012, h. 91, tidak diterbitkan.
terhadap LKS yang dikembangkan berbasis pendekatan inkuiri terbimbing mengalami peningkatan di setiap kegiatan pembelajaran.
89
C. Kerangka Berpikir
Berdasarkan analisis kurikulum biologi terdiri dari beberapa konsep salah satu konsepnya adalah sistem sirkulasi. Dari konsep
tersebut terdapat SK Standar Kompetensi dan KD Kompetensi Dasar sebagai landasan tujuan pembelajaran yang harus dicapai oleh
siswa. KD dari konsep sistem sirkulasi yang harus dicapai oleh siswa kelas XI adalah menjelaskan keterkaitan antara struktur, fungsi, proses
dan kelainan penyakit yang dapat terjadi pada sistem sirkulasi pada manusia dan hewan. Setelah mengetahui KD maka dilakukan analisis
materi sebelum ditentukan metode pembelajarannya.
Untuk mengetahui ragam pengetahuan yang akan diperoleh siswa maka materi perlu dianalisis terlebih dahulu ragam pengetahuannya
dibagi menjadi empat, yaitu bersifat fakta, konsep, prinsip, dan prosedur. Dalam konsep sistem sirkulasi, berdasarkan kompetensi
dasar maupun analisis materinya, diketahui bahwa untuk materi sistem sirkulasi mengandung ragam pengetahuan prinsip dan prosedur
sehingga siswa untuk meningkatkan pemahaman siswa perlu juga melakukan aktivitas belajar seperti eksperimen. Proses sains yang
cocok diterapkan pada siswa kelas XI yaitu dengan dengan metode inquiry. Siswa diminta untuk mengkonstruksi pemahamannya sendiri
melalui aktivitas belajar. Menurut teori kognitif Piaget siswa SMA sudah dapat berpikir operasi formal sudah yaitu berpikir secara
abstrak.
Untuk itu dalam melaksanakan aktivitas belajar guru memberikan pedoman kepada siswa berupa LKS. LKS yang digunakan dalam
penelitian ini adalah LKS berbasis guided inquiry yang berisi
89
Y. Astuti, B. Setiawan, Pengembangan Lembar Kerja Siswa LKS Berbasis Pendekatan Inkuiri Terbimbing dalam Pembelajaran Kooperatif pada Materi Kalor, Jurnal
Pendidikan IPA Indonesia, 2013, pp. 91.
permasalahan yang diberikan oleh guru dan siswa harus mencari jawaban atas masalah tersebut. Dengan isi LKS seperti itu maka
diharapkan siswa dapat melatih keterampilan berpikirnya dan lebih mandiri sesuai dengan isi LKS yang pada akhirnya diharapkan akan
berdampak positif pada pemahaman konsep siswa itu sendiri.
Penyusunan LKS dilakukan dengan empat tahap pengembangan yaitu:
penentuan tujuan
pembelajaran, pengumpulan
materi, penyusunan elemen, serta pemeriksaan dan penyempurnaan.
Pemeriksaan dan penyempurnaan dilakukan melalui pertimbangan pakar dan praktisi. Setelah LKS dinyatakan valid maka dilakukan uji
coba LKS kepada siswa untuk menilai LKS yang telah dikembangkan.