imunisasi dengan kejadian diare pada balita dan RP diperoleh 0,96 dengan CI 95 ; 0,475-1,470.
Tabel 4.24. Distribusi Responden Berdasarkan Pemberian Imunisasi dan Kejadian Diare di Puskesmas Bandar Baru Kabupaten Pidie Jaya
Tahun 2008
Status Diare Tidak
Ya Total
P value
RP CI 95
Imunisasi N N N
Lengkap Tidak Lengkap
126 67
70 73,6
54 24
30 26,4
180 91
100,0 100,0
0,533
Jumlah 193 71,2 78 28,8 271 100,0
0,96 0,475-1,470
4.4.
Analisis Multivariat
Analisis multivariat dilakukan untuk menentukan variabel independen yang paling berpengaruh dengan kejadian diare pada balita. Dalam uji ini semua variabel
yang berhubungan signifikan pada uji bivariat = 5 0,05 akan dimasukkan secara bersama-sama kedalam uji multivariat, artinya setelah analisis bivariat selesai
selanjutnya secara bersama-sama akan dilakukan analisis multivariat. Uji multivariat yang digunakan adalah Uji Regresi Logistik.
4.4.1. Pemilihan Variabel Kandidat Multivariat
Dalam penelitian ini terdapat sembilan variabel independen yaitu Karakteristik Ibu Umur, Pendidikan, Pengetahuan, Pekerjaan, Karakteristik Anak
Umur, Jenis Kelamin, Status Gizi Upaya Pengobatan Rumah Sakit, Puskesmas, Dokter Praktek, Biaya, Cara Pemberian Obat, Pencegahan Diare Sarana air bersih,
Tempat pembuangan tinja, Pemberian air susu ibu, Kebiasaan mencuci tangan, Imunisasi. Sebagai variabel dependen adalah Penyakit diare.
Penentuan kandidat variabel multivariat diperoleh dari hasil analisis uji bivariat, di mana bila hasil analisis bivariat memperoleh nilai p value 0,25 maka
variabel tersebut akan menjadi kandidat multivariat dan sebaliknya bila nilai p value 0,25 maka variabel itu tidak dapat dijadikan sebagai kandidat multivariat.
Berdasarkan uji bivariat di atas dapat dilihat ada 5 lima variabel yang memperoleh nilai p value 0,25 yaitu: Status gizi, air bersih, tempat pembuangan
tinja, pemberian ASI, kebiasaan cuci tangan. Tahap selanjutnya kelima variabel tersebut dimasukkan sebagai kandidat untuk dilakukan analisis multivariabel.
Analisis multivariat bertujuan untuk mendapatkan model yang terbaik untuk menentukan variabel dominan yang mempengaruhi kejadian diare. Dalam pemodelan
ini semua variabel dicobakan secara bersama-sama, kemudian variabel yang memiliki nilai p value 0,05 akan dikeluarkan secara secara berurutan dimulai dari nilai p
value terbesar, seperti terlihat pada Tabel 4.25 menunjukkan bahwa dari lima variabel yang dilakukan pengujian ternyata variabel lama pemberian ASI memiliki nilai p =
0,952, artinya tidak ada hubungan yang bermakna antara lamanya pemberian ASI terhadap kejadian diare pada balita.
Tabel 4.25. Hasil Analisis Regresi Logistik Ganda Pemodelan Faktor Resiko Diare pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Bandar Baru
Kabupaten Pidie Jaya Tahun 2008
Variabel B SE
Wald df
Sig. ExpB
Sumber Air Bersih 1,073
0,440 5,945
1 0,015
2,924 Tempat Pembuangan Tinja
1,109 0,403
7,568 1
0,006 3,030
Kebiasaan Cuci Tangan 0,723
0,328 4,862
1 0,027
2,061 Lama Pemberian ASI
0,026 0,430
0,004 1
0,952 1,026
Status Gizi 1,691
0,791 4,569
1 0,033
5,426
Constant -2,915 0,440
43,850 1
0,000 0,054
Selanjutnya variabel yang diberi tanda bintang merupakan variabel yang tidak bermakna dan dikeluarkan dari pengujian, sehingga variabel yang diuji menjadi
variabel sumber air bersih, tempat pembuangan tinja, kebiasaan mencuci tangan, dan status gizi.
Setelah dilakukan pengujian maka didapatkan hasil seperti dalam Tabel 4.26 di mana kelima variabel tersebut memiliki nilai p 0,05, sehingga dapat disimpulkan
bahwa kelima variabel tersebut merupakan faktor yang berpengaruh terhadap kejadian diare pada balita, dari kelima faktor tersebut yang merupakan faktor yang
paling berpengaruh terhadap kejadian diare pada balita adalah Status Gizi dengan alasan variabel ini yang memiliki nilai Exp B 5,426.
Tabel 4.26. Hasil Analisis Regresi Logistik Ganda Pemodelan Faktor Resiko Diare pada Balita Setelah Dikeluarkan Faktor Pemberian ASI
di Wilayah Kerja Puskesmas Bandar Baru Kabupaten Pidie Jaya Tahun 2008
Variabel B SE
Wald df
Sig. ExpB
Tempat Pembuangan Tinja
1,109 0,403 7,572 1 0,006
3,030 Sumber Air Bersih
1,092 0,305
12,822 1
0,000 2,980
Kebiasaan Cuci Tangan 0,723
0,328 4,860
1 0,027
2,061 Status Gizi
1,691 0,791
4,572 1
0,033 5,426
Constant -2,911 0,436
44,646 1
0,000 0,054
BAB V PEMBAHASAN
5.1. Karakteristik Ibu
a. Umur Ibu
Hasil uji statistik chi-square dengan nilai p = 0,617 artinya bahwa tidak ada hubungan bermakna antara umur ibu dengan kejadian diare pada balita. Namun
demikian bila kita lihat persentase jumlah balita yang menderita diare lebih banyak pada ibu dengan kelompok umur antara 20 sampai dengan 39 tahun. Hal ini terjadi
karena jumlah responden yang menjadi sampel dalam penelitian ini lebih banyak pada kelompok umur tersebut yakni mencapai 239 responden atau 88,2 dari seluruh
responden yang mencapai 271 orang. Untuk kelompok umur ibu di atas 39 tahun jumlah balita yang menderita diare sebanyak 10,3, hal ini juga disebabkan jumlah
responden untuk kelompok umur ini berjumlah 21 orang dan merupakan terbanyak kedua bila dibandingkan dengan kelompok umur yang lain. Sedangkan kelompok
umur ibu yang paling rendah balitanya menderita diare adalah umur ibu kurang dari 20 tahun yakni 3,8.
Menurut Siagian 1995, semakin lanjut usia seseorang semakin meningkat pula kedewasaan tehnisnya, demikian pula psikologis serta menunjukkan kematangan
jiwa. Usia yang semakin meningkat akan meningkat pula kebijaksanaan kemampuan seseorang dalam mengambil keputusan, berpikir rasional, mengendalikan emosi, dan