bermakna. Gizi merupakan hal yang sangat pengting dalam menjaga kesehatan seseorang terutama balita. Gizi selain diperlukan untuk tumbuh kembang balita, juga
sangat berpengaruh dalam membentuk daya tahan tubuh balita. Kondisi ekonomi keluarga yang kurang baik mempengaruhi kecukupan gizi balita, sehingga balita akan
mudah terkena penyakit terutama penyakit diare.
5.3. Upaya Pengobatan
Hasil penelitian didapatkan bahwa p = 0,730, artinya tidak ada hubungan bermakna antara upaya pengobatan dengan kejadian diare pada balita, namun
demikian bila dilihat dari proporsi kejadian diare antara yang upaya pengobatannya kurang baik mencapai 91 bila dibandingkan dengan yang upaya pengobatannya
baik. Upaya pengobatan diare yang dilakukan puskesmas yaitu: Melaksanakan
diagnosa penyakit diare sedini mungkin meliputi: mengkaji riwayat penyakit, mengadakan pemeriksaan fisik, mengadakan pemeriksaan laboratorium, menegakkan
diagnosa diare. Setelah penentuan diagnosa, maka dilakukan tindakan pengobatan segera terhadap penderita diare. Melakukan upaya rujukan bila dianggap perlu
Effendy, 1998.
5.4. Pencegahan Diare
a. Sumber Air Bersih
Air adalah salah satu kebutuhan pokok hidup manusia, bahkan hampir 70 tubuh manusia mengandung air. Air dipakai untuk keperluan makan, minum, mandi,
dan pemenuhan kebutuhan yang lain, maka untuk keperluan tersebut WHO menetapkan kebutuhan per orang per hari untuk hidup sehat 60 liter. Selain dari
peranan air sebagai kebutuhan pokok manusia, juga dapat berperan besar dalam penularan beberapa penyakit menular termasuk diare Sanropie, 1984.
Air dapat juga menjadi sumber penularan penyakit. Peran air dalam terjadinya penyakit menular dapat berupa, air sebagai penyebar mikroba patogen, sarang insekta
penyebar penyakit, bila jumlah air bersih tidak mencukupi, sehingga orang tidak dapat membersihkan dirinya dengan baik, dan air sebagai sarang hospes sementara
penyakit Soemirat, 1994. Hasil penelitian didapatkan p = 0,000, artinya terdapat hubungan yang
bermakna antara sumber air bersih dengan kejadian diare pada balita, dengan RP = 1,32, artinya bahwa keluarga yang menggunakan air minum yang berasal dari sumber
yang tidak terlindungi akan meningkat prevalensi terjadinya diare pada anak sebesar 1,32 kali lebih besar bila dibandingkan dengan keluarga yang menggunakan aiar
minum dari sumber yang terlindungi. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Zubir tahun 2005
yang menyimpulkan bahwa ada hubungan bermakna antara sumber air minum dengan kejadian diare pada balita dengan nilai p= 0,05 dan RP 3,1. Penelitian ini
juga sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Hayati 2004 yang menyimpulkan bahwa sumber air minum yang tidak terlindungi bermakna secara
statistik dengan RP 1,24. Air merupakan media yang baik dalam berkembang biak kuman. Bila sumber air tidak bersih maka akan memudahkan terjadi ibu balita
serininya penyakit. Dalam penelitian ini ibu balita umumnya menggunakan sumber air yang tidak memenuhi syarat kesehatan, sehingga menyebabkan balita banyak
menderita diare. Kondisi ini perlu dilakukan hal-hal untuk mendorong ibu agar menggunakan air bersih atau memperbaiki fasilitas air bersihnya.
b. Tempat Pembuangan Tinja