juga sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Hayati 2004 yang menyimpulkan bahwa sumber air minum yang tidak terlindungi bermakna secara
statistik dengan RP 1,24. Air merupakan media yang baik dalam berkembang biak kuman. Bila sumber air tidak bersih maka akan memudahkan terjadi ibu balita
serininya penyakit. Dalam penelitian ini ibu balita umumnya menggunakan sumber air yang tidak memenuhi syarat kesehatan, sehingga menyebabkan balita banyak
menderita diare. Kondisi ini perlu dilakukan hal-hal untuk mendorong ibu agar menggunakan air bersih atau memperbaiki fasilitas air bersihnya.
b. Tempat Pembuangan Tinja
Untuk mencegah kontaminasi tinja terhadap lingkungan, maka pembuangan kotoran manusia harus dikelola dengan baik. Suatu jamban memenuhi syarat
kesehatan apabila memenuhi syarat kesehatan: tidak mengotori permukaan tanah, tidak mengotori air permukaan, tidak dapat dijangkau oleh serangga, tidak
menimbulkan bau, mudah digunakan dan dipelihara, dan murah Notoatmodjo, 1996. Tempat pembuangan tinja yang tidak memenuhi syarat sanitasi akan
meningkatkan risiko terjadinya diare berdarah pada anak balita sebesar dua kali lipat dibandingkan keluarga yang mempunyai kebiasaan membuang tinjanya yang
memenuhi syarat sanitasi Wibowo, 2003. Menurut hasil penelitian Irianto 1996, bahwa anak balita berasal dari keluarga yang menggunakan jamban kakus yang
dilengkapi dengan tangki septik, prevalensi diare 7,4 terjadi di kota dan 7,2 di desa. Sedangkan keluarga yang menggunakan kakus tanpa tangki septik 12,1
diare terjadi di kota dan 8,9 di desa. Kejadian diare tertinggi terdapat pada keluaga
yang mempergunakan sungai sebagai tempat pembuangan tinja, yaitu, 17,0 di kota dan 12,7 di desa.
Pada penelitian ini didapatkan hasil p = 0,000, artinya ada hubungan bermakna antara tempat pembuangan tinja dengan kejadian diare pada balita, dengan
RP 1,32, artinya keluarga yang tidak menggunakan jamban sebagai tempat pembuangan tinja akan meningkat prevalensi terjadinya diare pada balita sebesar 1,32
kali lebih besar bila dibandingkan dengan keluarga yang menggunakan jamban. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Zubir tahun 2004
di mana disimpulkan bahwa risiko anak yang berasal dari keluarga yang tempat pembuangan tinjanya tidak memenuhi syarat kesehatan 2,71 kali lebih besar
dibandingkan dengan anak dari keluarga yang tempat pembuangan tinjanya memenuhi syarat kesehatan.
Masyarakat memiliki kebiasaan membuang tinja kedalam sungai, hal ini menyebabkan terkontaminasinya sumber air bersih. Penggunaan jamban semestinya
dapat mengurangi terjadinya diare, sehingga perlu dilakukan upaya untuk perbaikan dan perobahan perilaku masyarakat dalam menggunakan jamban.
c. Lamanya Pemberian ASI