Gambar 3.1. Lambang Daerah Kota Tangerang Selatan
1. Perisai mengandung arti perlindungan, keamanan, penegakkan hukum,
serta dalam arti luas mengandung makna pengamalan pancasila dan UUD 1945.
2. Bintang mengandung arti ketuhanan, melambangkan bahwa masyarakat
Kota Tangsel berkeyakinan terhadap Tuhan YME, saling menghormati sesama dan antar pemeluk agama di dalam kehidupan masyarakat.
3. Rumah khas daerah dengan beranda tempat orang berkumpul
Blandongan, melambangkan tempat atau wadah yang akan melahirkan satu tekad ataupun tujuan dalam menyelesaikan suatu permasalahan agar
membawa kemajuan bagi masyarakat Kota Tangsel. 4.
Tujuh trap pondasi, melambangkan adanya tujuh wilayah kecamatan saat terbentuknya Kota Tangsel, yaitu Kecamatan Pamulang, Kecamatan
Ciputat, Kecamatan Ciputat Timur, Kecamatan Pondok Aren, Kecamatan Serpong, Kecamatan Serpong Utara, dan Kecamatan Setu.
5. Padi dan kapas serta ikatan atau simpul, memiliki makna kemakmuran dan
kesejahteraan di setiap bidang kehidupan masyarakat dengan jumlah masing-masing mengandung arti sebagai berikut:
1 Padi berjumlah 26 butir, mencerminkan Kota Tangsel secara resmi
terbentuk pada tanggal 26. 2
Bunga kapas berjumlah 11, mencerminkan Kota Tangsel secara resmi terbentuk pada bulan 11 atau bulan November.
3 Ikatan atau simpul berjumlah 8, mencerminkan Kota Tangsel secara
resmi terbentuk pada tahun 2008. 6.
Pena dan buku, melambangkan pendidikan sebagai lembaga dan sebagai proses mewujudkan masyarakat Kota Tangsel yang cerdas, modern, dan
religius. 7.
Bingkai yang melingkar membentuk segi lima adalah simbol ideologi negara, yaitu pancasila.
8. Hamparan berwarna hijau kebiruan bagian bawah bingkai segi lima,
melambangkan hamparan kekayaan sumber daya air, baik sungai mauoun situ yang ada di Kota Tangsel, sebagai salah satu sumber kekayaan alam
yang memberi kehidupan bagi masyarakat Kota Tangsel. 9.
Pita yang bertuliskan slogan atau motto “Cerdas, Modern, Religius” mengandung makna bahwa cita-cita dan harapan untuk mewujudkan
masyarakat Kota Tangsel yang: 1
Cerdas dalam arti memiliki ilmu pengetahuan yang luas, berketerampilan baik, disertai perilaku positif.
2 Modern dalam arti memiliki peradaban yang dinamis sesuai dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. 3
Religius dalam arti bahwa kecerdasan dan kemajuan peradaban senantiasa dibingkai oleh nilai-nilai agama yang dianut masyarakat
secara utuh dan benar.
10
Visi Kota Tangsel adalah:
“Terwujudnya Kota Tangerang Selatan yang Mandiri, Damai dan
Asri”, sedangkan misinya adalah:
11
1.
Meningkatkan kualitas kehidupan bermasyarakat,
2. Meningkatkan keharmonisan fungsi ruang kota yang berwawasan
lingkungan,
3.
Menata sistem sarana dan prasarana dasar perkotaan,
4.
Meningkatkan pelayanan dasar pendidikan dan kesehatan masyarakat,
5. Meningkatkan fungsi dan peran kota sebagai sentra perdagangan dan
jasa,
6. Meningkatkan tata kelola pemerintahan yang baik dan bersih.
10
Katalog Badan Pusat Statistik, Online resources: Kota Tangerang Selatan dalam angka.pdf, 2013, h. 8.
11
Amalia, Komunikasi Politik Pasangan Hj. Airin Rachmi Diany dan Drs. H. Benyamin Davnie dalam Pilkada Tangsel Tahun 2011, Skripsi Strata 1 pada FIDKOM UIN Jakarta: tidak
diterbitkan.
BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS DATA
A. Efektivitas Pemanfaatan Media Sosial
Dalam paparannya mengenai media baru, McQuail menyatakan bahwa media massa lama dianggap memainkan peran yang sangat besar dalam melaksanakan
pelaksanaan politik demokratis. Manfaat media massa dalam bidang politik adalah memberikan informasi kepada publik mengenai agenda politik pemerintah dan
politisi, serta membuka kesempatan kepada masyarakat untuk mengkritisi pemerintah. Namun demikian, lebih jauh McQuail berpendapat bahwa peran media
massa di bidang politik juga memiliki sisi negatif, misalnya adanya dominasi media oleh kelompok tertentu dan juga dominasi aliran suara vertikal, serta komersialisme
media yang kerap mengabaikan peran komunikasi yang demokratis.
1
Internet di kehidupan sekarang hadir untuk memenuhi kebutuhan manusia dalam berkomunikasi dan memperoleh informasi. Internet berfungsi sebagai
jaringan global untuk berkomunikasi dari satu lokasi ke lokasi lainnya di belahan dunia. Internet juga berfungsi sebagai aspek penyedia informasi yang tidak ada
batasannya. Mengakses internet saat ini sudah menjadi rutinitas kebanyakan masyarakat. Tidak hanya dengan menggunakan komputer atau laptop saja, tetapi
kini dapat mengaksesnya melalui handphone dengan berbagai kemudahan yang ditawarkan oleh sejumlah provider telepon seluler.
1
Denis McQuail, Teori Komunikasi Massa, Jakarta: Salemba Humanika, 2011, Cet. Ke- 6, h. 150-152.
Seiring dengan melonjaknya penggunaan internet dan mobile, maka kini booming lah pemanfaatan media sosial atau jejaring sosial seperti Facebook dan
Twitter untuk melakukan komunikasi di ranah politik. Hadirnya media Facebook dan Twitter yang dioperasionalisasikan melalui jaringan internet dilabeli sebagai
media baru. Hal ini didasarkan pada perbedaan jenis media ini dengan media lama yang telah muncul sebelumnya, seperti koran, majalah, radio, dan televisi.
Kemudian, belakangan Facebook dan Twitter disebut sebagai media sosial karena telah memiliki fungsi sosialisasi bagi kehidupan manusia yang lebih luas.
Dalam aktivitas politik, setiap kandidat mencoba berbagai usaha untuk memperoleh dukungan dalam pencapaian tujuan politiknya. Untuk itu, diperlukan
sarana komunikasi dan informasi. Media sosial sebagai salah satu sarana informasi yang sangat banyak dimanfaatkan oleh masyarakat di masa sekarang. Media sosial
menurut Amos Davidowitz, mempunyai empat manfaat bagi aktifitas politik suatu partai maupun kandidat yaitu sebagai information, service, access to political
power, and space informasi, pelayanan, akses kekuatan politik, dan ruang.
2
Ada harapan baru dengan munculnya media baru, khususnya media sosial yang berkembang saat ini, bahwa media ini bisa menjadi cara yang potensial dalam
mendobrak politik demokrasi massa, yang sulit menyuarakan suara dari bawah ke atas, yang kerap dengan power yang dimiliki dimanfaatkan oleh penguasa untuk
kepentingan golongannya. Media sosial ini bisa menjadi media mengalirnya informasi dua arah yang interaktif antara politisi dan pendukungnya. Media sosial
menjanjikan akan memberikan forum yang seluas-luasnya bagi pengembangan
2
Astrid S.Soesanto, Komunikasi Sosial di Indonesia, Jakarta: Bina Cipta, 1980, h. 2.
kelompok kepentingan dan sebagai sarana penyaluran opini. Sebagai contoh, gambar cicak kecil yang sedang melawan buaya besar dalam kasus Komisi
Pemberantasan Korupsi dan Polri dengan cepat dan singkat menyebar di dunia maya. Lalu contoh kedua yang masih terekam dalam memori kita adalah kasus Koin
untuk Prita, kedua kasus tersebut merupakan dua gerakan sukses yang berawal dari Facebook dan Twitter.
Media sosial banyak memengaruhi masyarakat dalam menentukan perilaku pemilih, berdasarkan data yang diperoleh di lokasi penelitian dan pasangan Airin-
Benyamin paling banyak dikenal melalui media sosial, meningkatnya popularitas pasangan Airin-Benyamin ini selain karena kampanye konvensional juga
dikarenakan peran media sosial dalam membangun image atau citra, sehingga mampu meraih simpati publik yang sangat signifikan. Pasangan petahana ini
awalnya dianggap akan kalah dalam Pilkada Tangsel 2015, dikarenakan tingkat elektabilitasnya sempat turun menjadi 37,17 persen menurut Lembaga Kajian dan
Analisa Daerah Terpadu LKADT yang dipengaruhi oleh sandungan kasus korupsi yang dilakukan oleh suaminya Tubagus Chairi Wardana. Namun ternyata mampu
meraih dukungan yang sangat besar dibanding kandidat lainnya sehingga dapat menang pada Pilkada Tangsel kemarin.
Untuk mengejar kemerosotan elektabilitas, pasangan ini melakukan sosialisasi sekaligus memperkenalkan program-programnya ke masyarakat Tangsel dengan
memanfaatkan media sosial untuk memengaruhi masyarakat pengguna media sosial yang tentu lebih kritis dan tentu akan memberikan popularitas yang signifikan
ketika media sosial mampu mencitrakan pasangan ini secara positif.
Dalam mengungkap berbagai hal yang berkaitan dengan pemanfaatan media baru dalam bidang politik, Van Dijk menggunakan istilah digital democracy yang
dalam pandangannya secara luas diterjemahkan sebagai upaya mempraktikkan demokrasi tanpa batasan waktu, tempat, dan kondisi fisik lainnya, dengan
menggunakan peralatan digital, dan sebagai tambahannya, demokrasi digital ini tidak dimaksudkan untuk menggantikan praktik politik ‘analog’ tradisional. Dari
pendapat Van Dijk tersebut, para politisi di Indonesia tentu dapat melihat betapa besar potensi yang ditawarkan media baru dalam politik praktis dengan
karakteristiknya yang begitu solutif. Partai-partai politik ataupun politisi yang cerdas, seharusnya tidak menyia-nyiakan peluang baru ini.
3
Sebelum menelusuri lebih lanjut hubungan yang dinamis antara media sosial dan politik, peneliti merasa perlu untuk memaparkan data berupa total pertumbuhan
pengguna media sosial. Awalnya internet hanya digunakan oleh 55 juta dari total populasi sebesar 240 juta pada tahun 2012, Indonesia telah menyaksikan
pertumbuhan penggunaan media sosial yang luar biasa, dengan 90 persen aktivitas online dicurahkan untuk berselancar di situs jejaring sosial. Indonesia telah menjadi
negara terbesar ketiga di Facebook dengan 43 juta pengguna dan kelima terbesar di Twitter dengan 29,4 juta pengguna. Dengan perkembangan setinggi itu, banyak
pihak yang memperkirakan bahwa media sosial akan bermanfaat bagi hajatan politik.
4
3
Van Dijk, The Network Society, London: Sage Publication Ltd, 2006, h. 103-104.
4
Merlyna Lim, Klik yang Tak Memantik: Aktivisme Media Sosial di Indonesia, dalam Jurnal Komunikasi Indonesia, Volume III, Nomor 1, Depok: Departemen Ilmu Komunikasi
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2014, h. 37.