adalah data utama dan data tambahan yang masing-masing berisi data primer pada Tabel 3 dan data sekunder pada Tabel 4:
1 Data utama Tabel 3 Data utama
Data Primer Data Sekunder
• Kondisi aktivitas tempat pelelangan ikan; • Kondisi kebersihan di TPI ;
• Kondisi fasilitas TPI; • Kinerja pengelolaan TPI dilihat dari segi
ekonomi dan efisiensi; dan • Kepuasan pengguna tempat pelelangan ikan;
• Produksi dan nilai produksi hasil tangkapan yang dilelang;
• Jenis dan jumlah fasilitas yang berada di TPI;
• Data pendapatan yang diterima pihak koperasi dan TPI dari hasil retribusi;
• Data pendapatan Pemda dari hasil retribusi; dan
• Jumlah nelayan, alat tangkap dan kapal bongkar
2 Data tambahan Tabel 4 Data tambahan
Data Primer Data Sekunder
• Gambarfoto-foto proses pelelangan hasil tangkapan ; dan
• Gambarfoto-foto fasilitas TPI; • Kondisi umum PPI Muara Angke;
• Kondisi umum TPI PPI Muara Angke; • Letak geografis dan luas wilayah; dan
• Layout PPI Muara Angke.
4.3 Analisis Data
4.3.1 Analisis deskriptif
Kegiatan pelelangan ikan dan TPI dinilai dengan menggunakan analisis deskriptif terhadap aktivitas tempat pelelangan ikan TPI di PPI Muara Angke.
Analisis deskriptif bertujuan untuk menggambarkan sifat sesuatu yang tengah berlangsung pada saat penelitian dilakukan dan memeriksa sebab-sebab dari suatu
gejala tertentu. Selain itu, metode ini menjawab pertanyaan yang menyangkut sesuatu pada saat berlangsungnya proses penelitian Nazir, 1988. Metode analisis
deskriptif digunakan untuk melihat karateristik umum responden terhadap kegiatan di tempat pelelangan ikan TPI. Adapun data yang digunakan untuk
melakukan analisis aktivitas TPI PPI Muara Angke adalah data primer dan sekunder yang berhubungan dengan kegiatan TPI PPI Muara Angke pada tahun
2010. Data-data tersebut berupa hasil pengamatan di lapangan, tabel dan grafik yang kemudian dideskripsikan. Adapun pada penelitian ini, terdapat beberapa
aktivitas yang akan diamati antara lain: 1 Keadaan umum dari sarana dan prasarana yang dimiliki oleh TPI;
2 Pelayanan-pelayanan yang diberikan oleh pihak pengelolaTPl; dan 3 Kegiatan pelelangan ketika ikan diletakkan di TPI, ditimbang, kegiatan
jual beli dan kegiatan distribusi.
4.3.2 Kinerja pengelolaan tempat pelelangan ikan TPI
Kinerja pengelolaan tempat pelelangan ikan TPI diukur dengan pengukuran terhadap ekonomi dan efisiensi TPI, tetapi sebelum melakukan
pengukuran kinerja terlebih dahulu mengetahui tujuan pembangunan TPI, penentuan parameter input dan output, mengetahui tingkat kepuasan pengguna
TPI, pembobotan serta pengukuran kinerja menurut input dan output TPI.
1 Tujuan pembangunan TPI
Menurut Keputusan Bersama Menteri Dalam Negeri, Menteri Pertanian dan Menteri Koperasi dan Pembinaan Pengusaha Kecil Nomor: 139 Tahun 1997 Pasal
3 tentang Penyelenggaraan Pelelangan Ikan maka tujuan pembangunan TPI PPI Muara Angke dalam hal ini adalah:
1 Meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan nelayan; 2 Mendapatkan kepastian pasar dan harga ikan yang layak bagi nelayan
maupun konsumen; 3 Meningkatkan pendapatan daerah;
4 Memberdayakan koperasi nelayan; dan 5 Meningkatkan pengetahuan dan kemampuan nelayan.
2 Penentuan parameter input dan output
Penentuan parameter input dan output dilakukan agar dapat mengetahui variabel apa yang akan diukur dalam penghitungan kinerja. Parameter tersebut
berdasarkan hasil diskusi bersama kelompok hibah pasca 2007 vide widayati 2008. Berikut Tabel 5 dasar penentuan parameter input dan output:
Tabel 5 Dasar penentuan parameter input dan output
No Kriteria
Parameter Subparameter
Dasar penentuan parameter 1
Input SDM
Personil TPI • Peraturan daerah di Jakarta tidak ada untuk jumlah kuantitatif personil TPI dan KUD sehingga
memakai perbandingan dengan Perda Propinsi Daerah Tingkat I Jawa Tengah Nomor 1 Tahun 1984 Widayati, 2008
• Peraturan Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 71 Tahun 2006 mengenai petugas Koperasi secara kualitatif
Fasilitas TPI • Timbangan
• Lori • Trays
• Peraturan Daerah di Jakarta tidak ada sehingga memakai perbandingan dengan Perda Propinsi Daerah Tingkat I Jawa Tengah Nomor 1 Tahun 1984 Widayati,2008
• Perhitungan dengan menggunakan rumus JK= JHTKebutuhan Aulia, 2010 untuk jumlah trays dan troli
Luas lantai lelang Luas lantai lelang m
2
Hasil Diskusi bersama Kelompok Hibah Pasca, 2007 vide Widayati, 2008 dan perhitungan luas lantai lelang.
Volume produksi ikan hasil tangkapan
yang dilelang Volume produksi ikan
hasil tangkapan yang dilelang ton
Hasil Diskusi bersama Kelompok Hibah Pasca, 2007 vide Widayati, 2008 dan Laporan tahunan UPT PKPP PPI Muara Angke 2008.
2 Output
Pendapatan Nelayan Pendapatan nelayan
Rupiah Hasil Diskusi bersama Kelompok Hibah Pasca, 2007 vide Widayati, 2008.
Pemasukan daerah Pemasukan daerah
dari retribusi Rupiah Hasil Diskusi bersama Kelompok Hibah Pasca, 2007 vide Widayati, 2008.
Kepuasan pengguna pelelangan
Fasilitas TPI Aktivitas TPI
Pelayanan TPI Pelayanan koperasi
• Analisis Tingkat Kepuasan Peserta Lelang dan Perceived Quality Tempat Pelelangan Ikan TPI Pangkalan Pendaratan Ikan PPI Muara Angke, Jakarta Nurhayati,. et al.
• Penghitungan kepuasan untuk kinerja berdasarkan Gigentika 2010
29
3 Pengukuran tingkat kepuasan pengguna jasa pelelangan
Tingkat kepuasan nelayan terhadap jasa pelelangan dapat diketahui dengan menggunakan metode penilaian kepentingan dan kepuasan pengguna TPI
Importance and Performance Analysis. Metode Importance and Performance Analysis merupakan metode yang melihat tingkat kinerja dan kepentingan suatu
pelayanan jasa. Berikut ini merupakan metode penghitungan kepuasan pengguna pelelangan:
1 Importance and Performance Analysis IPA Metode tingkat kepentingan dan kinerja dapat digunakan untuk
mendapatkan informasi tentang tingkat kepuasan pengguna jasa pelelangan terhadap pelayanan dengan cara mengukur tingkat kepentingan dan
pelaksanaannya, sehingga dapat diketahui tingkat kesesuaian antara kebutuhan pemberi dan penerima jasa. Penilaian pelanggan terhadap tingkat kepentingan dan
pelaksanaan atribut-atribut kepuasan pelanggan yang diperoleh dari hasil wawancara dan pengisian kuesioner dikonversikan ke dalam skala 5 tingkat skala
likert Shanticka, 2008. Tingkat kepentingan pengguna jasa pelelangan diukur berdasarkan apa
yang seharusnya dikerjakan oleh pihak TPI agar menghasilkan produk dan jasa yang berkualitas tinggi. Untuk penentuan bobot tingkat kepentingan, responden
diminta menilai seberapa penting atribut pelayanan menurut penilaian mereka dengan cara memberi penilaian dengan rentang 1-5. Kelima penilaian tersebut
diberi bobot sebagaimana disajikan pada Tabel 6 Nurhayati, 2007. Tabel 6 Tingkat kepentingan pelayanan aktivitas pelelangan
Jawaban Nilai
A Tidak penting
1 B
Kurang penting 2
C Cukup penting
3 D
Penting 4
E Sangat penting
5
Tingkat kinerja diukur berdasarkan kinerja aktual dari pelayanan yang diberikan pihak TPI yang dirasakan pengguna jasa TPI untuk menentukan bobot
tingkat pelaksanaan digunakan skala likert rentang 1-5 dalam memberi penilaian
terhadap jawaban pengguna jasa TPI. Kelima penilaian tersebut diberi bobot sebagaimana terdapat pada Tabel 7 Nurhayati, 2007.
Tabel 7 Tingkat kinerja aktivitas tempat pelelangan ikan TPI
Jawaban Nilai
A Tidak puas
1 B
Kurang puas 2
C Cukup puas
3 D
Puas 4
E Sangat puas
5
Oleh karena itu, untuk mendapatkan gambaran lebih komprehensif mengenai Importance and Performance Analysis, digunakan diagram kartesius.
Diagram ini merupakan suatu bangunan yang dibagi atas empat bagian yang dibatasi dua buah garis yang berpotongan tegak lurus pada titik X,Y, adapun
tahapan yang dilakukan adalah Nurhayati, 2007 : 1 Menghitung jumlah skor kinerja X dan jumlah skor kepentingan Y pada
masing-masing atribut pelayanan. Berikut penilaian kinerja dan kepentingan pengguna pelayanan aktivitas TPI pada Tabel 8:
Tabel 8 Penilaian kinerja dan kepentingan pengguna pelayanan aktivitas TPI
No Atribut
Jumlah Skor Kinerja X Jumlah Skor Kepentingan Y
1 2
…. I
2 Mengisi sumbu X pada diagram dengan tingkat kinerja dan sumbu Y dengan skor tingkat kepentingan. Setiap faktor yang mempengaruhi kepuasan
pengguna jasa aktivitas TPI dihitung dengan Nurhayati, 2007:
Keterangan: X : Skor rata-rata tingkat kinerja
Y : Skor rata-rata tingkat kepentingan N : Jumlah responden
Tabel 9 Penilaian responden terhadap atribut tingkat kinerja dan kepentingan
Responden Atribut tingkat kinerja X
Total 1
2 3
4 5
…. I
∑ 1
…. N
∑Xi N
N N
N N
…. N
Responden Atribut tingkat kepentingan Y
Total 1
2 3
4 5
…. I
∑ 1
…. N
∑Yi N
N N
N N
…. N
3 Menghitung letak batas dua garis berpotongan dengan rumus Nurhayati, 2007:
Keterangan: χ : Rata-rata dari rata-rata skor tingkat kinerja
γ : Rata-rata dari rata-rata skor tingkat kepentingan
i : Banyak atribut yang memepengaruhi kepuasan pengguna
Diagram kartesius seperti yang ditunjukkan oleh Gambar 2.
Gambar 2 Diagram kartesius kepuasan. 4 Didapat titik-titik X,Y yang menggambarkan letak atribut pada diagram.
Posisi masing-masing atribut pada keempat kuadran tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
1 Kuadran A Prioritas utama: Menunjukkan faktor atau atribut yang dianggap mempengaruhi kepuasan
pengguna, termasuk unsur-unsur jasa yang dianggap sangat penting, namun manajemen belum melaksanakan sesuai keinginan pengguna
sehingga mengecewakan atau tidak puas. 2 Kuadran B Pertahankan prestasi:
Menunjukkan unsur jasa pokok yang telah berhasil dilaksanakan perusahaan, sehingga wajib untuk dipertahankan.
3 Kuadran C Prioritas rendah: Menunjukkan faktor yang kurang penting pengaruhnya bagi pengguna,
pelaksanaanya oleh perusahaan biasa-biasa saja. 4 Kuadran D Berlebihan:
Menunjukkan faktor yang mempengaruhi pengguna kurang penting, akan tetapi pelaksanaannya berlebihan.
Kepentingan Y X=
χ
Kinerja X A
Prioritas utama
C Prioritas rendah
D Berlebihan
B Pertahankan prestasi
Y=γ γ
2 Analisis gap Gap atau kesenjangan merupakan nilai selisih yang terjadi antara nilai
selisih yang terjadi antara nilai yang diberikan oleh produk, melalui atributnya dengan harapan yang diinginkan. Nilai kesenjangan ini akan memberikan
informasi mengenai seberapa besar suatu atribut produk atau jasa memenuhi harapan konsumen. Informasi ini akan dimanfaatkan oleh produsen sebagai bahan
masukan untuk memperbaiki kinerja produk atau jasanya Panggabean, 2008. Tingkat kepuasan akan semakin tinggi apabila nilai gap tersebut semakin
kecil. Bila nilai kinerja suatu atribut lebih besar dari harapan, maka berarti konsumen puas terhadap atribut tersebut. Sebaliknya, jika nilai harapan lebih
besar dari nilai kinerjanya, maka konsumen kecewa terhadap atribut tersebut. Nilai gap dihitung pada masing-masing atribut dengan rumus berikut
Panggabean, 2008: Nilai gap = Rata-
rata tingkat kinerja − rata-rata tingkat kepentingan Dalam menentukan kriteria kepuasan harus dibuat selang frekuensikelas
berdasarkan tingkat kesesuaian, selisih nilai kinerja dan kepentingan yang telah diolah. Pembuatan selang frekuensikelas bagi sekumpulan data yang besar dapat
dilakukan dengan cara pengolahan statistik yaitu dengan menentukan banyaknya frekuensi dimana dalam perhitungan ini menggunakan 5 selang frekuensi
Walpole, 1995.
4 Penghitungan pembobotan
Pembobotan ini dilakukan dengan menggunakan metode Saaty. Pembobotan tersebut diukur, karena saat ini belum terdapat standar bobot untuk
pengelolaan aktivitas berdasarkan input dan output tempat pelelangan ikan. Adapun standar bobot yang sudah diketahui yaitu pada operasional pelabuhan
Gigentika, 2010. Oleh sebab itu, untuk mengukur kinerja yang memakai pembobotan harus dilakukan pengambilan kuisioner. Pengambilan kuisioner ini
dilakukan terhadap 5 orang pakar pelabuhan perikanan. Metode Saaty ini dimisalkan jika
dalam suatu sub sistem operasi terdapat n elemen operasi, yaitu elemen-elemen A
1,
A
2,
A
3
............A
n
, maka hasil perbandingan
secara berpasangan elemen –elemen operasi akan membentuk matrik perbandingan. Skala nilai perbandingan berpasangan menurut Saaty dapat dilihat pada Tabel 10
berikut Saaty, 1991:
Tabel 10 Skala penilaian perbandingan berpasangan
Intensitas kepentingan
Keterangan Penjelasan
1 Kedua elemen sama pentingnya
Dua elemen memiliki pengaruh yang sama besar terhadap tujuan
3 Elemen yang satu sedikit lebih
penting daripada elemen yang lainnya
Pengalaman dan penilaian sedikit menyokong satu elemen dibandingkan
elemen lainnya 5
Elemen yang satu lebih penting dari elemen yang lainnya
Pengalaman dan penilaian sedikit menyokong satu elemen dibanding
elemen yang satunya 7
Satu elemen jelas lebih mutlak penting daripada elemen lainnya
Bukti yang mendukung elemen yang satu terhadap elemen lain memiliki tingkat
penegasan tertinggi yang mungkin menguatkan
9 Satu elemen mutlak penting
daripada elemen lainnya Bukti yang mendukung elemen yang satu
terhadap elemen yang lain memiliki tingkat penegasan tertinggi yang mungkin
menguatkan
2,4,6,8 Nilai-nilai antara dua
pertimbangan nilai yang berdekatan
Nilai ini diberikan jika ada kompromi antara dua pilihan
Kebalikan Jika untuk aktivitas I mendapatkan satu angka dibanding dengan aktivitas j,
maka j mempunyai nilai kebalikannya dibanding i
Model matematika yang digunakan untuk membandingkan tiap pasangan adalah model matriks bujur sangkar yang resiprokal. Misalnya dalam suatu
subsistem operasi terdapat n unsur operasi, yaitu A1, A2,…, An maka hasil perbandingan dari unsur-unsur operasi tersebut akan membentuk matriks
perbandingan berukuran � . Matriks perbandingan tersebut dapat disajikan
sebagai berikut Saaty, 1991: A1
A2 ….
An A1
1 a12
…. a1n
A2 a21
1 ….
a2n …..
….. …..
…. …..
An an1
an2 ….
1
Matriks � � merupakan matriks resiprokal. Diasumsikan terdapat n
unsur yaitu a11, a12,… a1n yang akan dinilai secara perbandingan. Aturan untuk memasukkan aij adalah sebagai berikut Saaty, 1991:
1. Jika aij= a, maka aji=1 a, untuk aij≠ 0; dan
2. Pada diagonal matriks, di mana unsur yang sama diperbandingkan, maka nilainya 1.
Setelah nilai intensitas kepentingan telah masuk didalam matriks maka selanjutnya dilakukan langkah-langkah sebagai berikut Saaty, 1991:
1. Menjumlahkan nilai-nilai setiap kolom dalam matriks perbandingan berpasangan;
2. Membagi nilai aij pada setiap kolom dengan jumlah pada kolom bersangkutan sehingga didapat matriks yang dinormalisasi; dan
3. Menjumlahkan semua nilai setiap baris dari matriks yang dinormalisasi tersebut dan membaginya dengan jumlah unsur tiap baris. Hasil
pembagian tersebut menunjukkan nilai prioritas menyeluruh untuk masing-masing unsur.
5 Penilaian kinerja input dan output
Metode yang digunakan adalah value for money. Metode tersebut memiliki keunggulan berupa bentuk pengukuran kinerja yang spesifik serta unik pada
sektor publik dan mengukur kinerja dari segi ekonomi dan efisiensi. Pengukuran kinerja lain selain value for money adalah DEA, tetapi pengukuran kinerja dengan
menggunakan metode DEA ini merupakan pengukuran kinerja yang hanya mengukur efisiensi bersifat teknis, bukan ekonomis. DEA hanya menghitung nilai
absolut dari suatu variabel Sudaryanto, 2006. Oleh karenanya dalam penelitian ini menggunakan konsep value for money karena aspek yang dikajinya lebih
banyak yaitu diukur dari segi ekonomi dan efisiensi. Berikut merupakan kinerja penilaian pembobotan pada Tabel 11.
Tabel 11 Kertas kerja penilaian pembobotan
Indikator Kinerja
Satuan Target
Kinerja rencana
Capaian kinerja
realisasi Bobot
Nilai kinerja
Nilai akhir
Keterangan
1 2
3 4
5 6
7
8
Input Output
Jumlah ∑:
Total:
1 Nilai kinerja input dan output dihitung dengan rumus berikut Mahmudi, 2010:
2 Penilaian Kinerja ekonomi dan efisiensi • Pengukuran Kinerja dari segi ekonomi Mahmudi, 2010:
�� � =
� �� ���
� �� �� �
� 100
Keterangan: 100 = ekonomis
85-100 = cukup ekonomis
65-84 = kurang ekonomis
65 = Tidak ekonomis
• Pengukuran kinerja dari segi efisiensi Mahmudi, 2010:
Keterangan: 90 = sangat efisien
90-99 = efisien
100 = cukup efisien
100 = tidak efisien.
5 KEADAAN UMUM HASIL PENELITIAN
5.1 Keadaan Umum Pangkalan Pendaratan Ikan PPI Muara Angke