2.1.7 Perilaku Seksual Remaja
Perilaku seksual adalah kegiatan seksual manusia yang berupa pengalaman seksual dan ekspresi atas seksualitas mereka. Meningkatnya minat pada seks,
remaja selalu berusaha mencari lebih banyak informasi mengenai seks. Hanya sedikit remaja yang berharap seluk beluk tentang seks dapat dipelajari dari orang
tuanya. Oleh karena itu, remaja mencari pelbagai sumber informasi yang mungkin dapat di peroleh, misalnya karena higiene seks atau mengadakan percobaan
dengan jalan mastrubasi, bercumbu atau bersanggama. Pada akhir masa remaja sebagian besar remaja laki-laki dan perempuan mempunyai cukup informasi
tentang seks guna memuaskan keingintahuan mereka. Remaja merupakan individu yang sedang mengalami masa peralihan, yang
dari segi kematangan biologis, seksual sedang berangsur-angsur memperlihatkan karakteristik seks sekunder sampai mencapai kematangan seks, dari segi
perkembangan kejiiwaan, jiwanya sedang berkembang dari sifat anak-anak menjadi dewasa. Dari segi sosial ekonomi ia adalah individu yang beralih dari
ketergantungan, menjadi relative bebas. WHO, 1974. Mengingat bahwa usia remaja adalah usia yang sangat aktif termasuk aktif dalam dorongan dan perilaku
seksualnya, adanya pengaruh lingkungan seperti VCD dan bukumajalah yang bernuansa pornografi, munculnya trend hubungan seks bebas, kurangnya kortrol
dari orang tua dalam menanamkan nilai kehidupan yang religius dan tersedianya prasarana untuk melakukan tindakan asusila membuat remaja semakin sulit
mengambil keputusan mengenai perilaku seksual yang bertanggung jawab dan sehat.Kematangan psikoseksual pada remaja perlu diperkuat untuk melindungi
dirinya sendiri dari pengaruh lingkungan, yaitu dengan pemberian pembekalan pengetahuan tentang seksualitas yang sehat dan bertanggung jawab. Mahasiswa
Akper selain sebagai remaja juga diharapkan setelah lulus dituntut dapat memberikan pelayanan kesehatan pada masyarakat termasuk pada kelompok
remaja dan juga harus mempunyai perilaku yang baik dan sehat. http:ceria.bkkbn.go.idpenelitiandetail324
Adapun unsur atau faktor psikologi pendorong interaksi sosial : 1.
Imitasi adalah meniru orang lain mulai dari sikap, perilaku, gaya, cara berfikir, penampilan, keterampilan, kemampuan, dan lain-lain.
2. Sugesti adalah mempengaruhi seseorang atas suatu pandangan, pemahaman,
sikap, ketika yang menerima sugesti dalam keadaan tidak berpikir rasional karena diberi sugesti oleh orang yang dikagumi, dihormati, berwibawa,
karismatik,pemuka agama,penguasa,golongan mayoritas, dan lain sebagainya. 3.
Simpati adalah ketertarikan seseorang kepada orang lain yang seolah-olah merasakan perasaan orang lain.
4. Empati adalah rasa simpati yang sangat mendalam yang mampu memberikan
pengaruh pada kejiwaan dan atau fisik seseorang. 5.
Identifikasi adalah imitasi yang mendalam sehingga ingin menjadi sama dengan pihak lain baik secara disengaja maupun tanpa disengaja.
http:organisasi.orgunsur-faktor-psikologi-pendorong-interaksi-sosial- imitasi-sugesti-simpati-empati-identifikasi
diakses pada 25 Januari 2010 01.10 WIB
Dorongan atau hasrat untuk melakukan hubungan seksual selalu muncul pada remaja, oleh karena itu bila tidak ada penyaluran yang sesuai menikah maka
harus dilakukan usaha untuk memberi pengertian dan pengetahuan mengenai hal tersebut. Adapun faktor-faktor yang dianggap berperan dalam munculnya
permasalahan seksual pada remaja, menurut Sarlito W. Sarwono Psikologi Remaja,2004 adalah sebagai berikut :
1. Meningkatnya libido seksualitas, perubahan-perubahan hormonal yang
meningkatkan hasrat seksual remaja. Peningkatan hormon ini menyebabkan remaja membutuhkan penyaluran dalam bentuk tingkah laku tertentu
2. Penundaan usia perkawinan, penyaluran tersebut tidak dapat segera dilakukan
karena adanya penundaan usia perkawinan, baik secara hukum oleh karena adanya undang-undang tentang perkawinan, maupun karena norma sosial
yang semakin lama semakin menuntut persyaratan yang terus meningkat untuk perkawinan pendidikan, pekerjaan, persiapan mental dan lain-lain
3. Tabu-Larangan, norma-norma agama yang berlaku, dimana seseorang
dilarang untuk melakukan hubungan seksual sebelum menikah. Untuk remaja yang tidak dapat menahan diri memiliki kecenderungan untuk melanggar hal-
hal tersebut. 4.
Pergaulan yang makin bebas, kecenderungan pelanggaran makin meningkat karena adanya penyebaran informasi dan rangsangan melalui media masa
yang dengan teknologi yang canggih contoh: VCD, buku stensilan, Photo, majalah, internet, dan lain-lain menjadi tidak terbendung lagi. Remaja yang
sedang dalam periode ingin tahu dan ingin mencoba, akan meniru apa dilihat
atau didengar dari media massa, karena pada umumnya mereka belum pernah mengetahui masalah seksual secara lengkap dari orangtuanya.
5. Kurangnya informasi tentang seks, orang tua baik karena ketidaktahuannya
maupun karena sikapnya yang masih mentabukan pembicaraan mengenai seks dengan anak, menjadikan mereka tidak terbuka pada anak, bahkan cenderung
membuat jarak dengan anak dalam masalah ini. Sarlito, 2004:151-163
2.1.8 Konsep Immoral