PEMAKNAAN LIRIK LAGU M.I.L.F ( studi semiotik pemaknaan lirik lagu M.I.L.F yang dipopulerkan grup rap Kungpow Chickens dalam album “ Smell Like Fish Taste Like Chickens”).

(1)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pada FISIP UPN “ Veteran” Jawa Timur

OLEH:

DESI DWI PUSPITA SARI NPM . 0643010346

YAYASAN KESEJAHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI

SURABAYA 2010


(2)

Disusun Oleh : DESI DWI PUSPITA SARI

NPM. 0643010346

Telah dipertahankan dan diterima oleh Tim Penguji Skripsi Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur Pada Tanggal 15 April 2010

Menyetujui,

Pembimbing Utama Tim Penguji : 1. Ketua

Dra. Dyva Claretta, M.Si Dra. Dyva Claretta, M.Si NPT. 3 6601 94 0025 NPT. 3 6601 94 0025 1

2. Sekretaris

Dra. Herlina Suksmawati,M.Si NIP. 030 223 611

3. Anggota

Dr. Catur Suratnoaji, M.Si NPT. 3 6804 94 0028 1

Mengetahui,

D E K A N

Dra.Ec.Hj. Suparwati, M.Si NIP. 030 175 349


(3)

Disusun Oleh :

DESI DWI PUSPITA SARI NPM. 0643010346

Telah disetujui untuk mengikuti Ujian Skripsi

Menyetujui, Pembimbing Utama

Dra. Dyva Claretta, M.Si NPT. 3 6601 94 0025 1

Mengetahui, D E K A N

Dra.Ec.Hj. Suparwati, M.Si NIP. 030 175 349


(4)

rahmat dan hidayah-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Pemaknaan Lirik Lagu M.I.L.F”.

Peneliti juga ingin mengucapkan rasa terima kasih sebanyak-banyaknya kepada Ibu. Dra. Dyva Claretta, M.Si dosen pembimbing yang telah meluangkan waktu, memberikan bimbingan serta dorongan kepada peneliti sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini. Pada kesempatan ini peneliti juga ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Ibu Dra.Ec.Hj. Suparwati, M.Si dekan FISIP UPN “Veteran” Jatim. 2. Bpk. Juwito,S.Sos, M.Si ketua Program Studi Ilmu Komunikasi FISIP

UPN “Veteran” Jatim.

3. Seluruh dosen di program studi ilmu Komunikasi yang telah memberikan bimbingan dan didikannya selama ini

4. Kedua orang tua peneliti, abiumiku, yang telah memberikan dukungan doa, perhatian motivasi, serta fasilitas yang luar biasa dalam mendukung pengerjaan skripsi ini.

5. Kakak, Adikku, Ahmed Vidion Yanuarta dan keponakanku ‘liila’ yang selalu memberi dukungan baik moril maupun materiil dan selalu menghibur peneliti.

6. Mbak Indah Suhanti, Psikologi yang baik hati, terima kasih luangan waktunya dan berbagi sedikit ilmu psikologinya


(5)

8. Semua teman-teman seperjuangan di FISIP terima kasih untuk semangat garudanya selama ini.

9. Kak Andi “Kungpow Chicken” trims ya udah di bolehin wawancara via telepon

10. Seluruh pihak yang telah membantu peneliti, terimakasi hatas segala dukungan dan bantuannya ya

Peneliti berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak baik untuk menambah pengetahuan maupun sebagai bahan masukan.Peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu peneliti mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini.

Surabaya, April 2010

Peneliti,


(6)

HALAMAN PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ... .. ii

HALAMAN PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN SKRIPSI ... ..iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI... .. vi

DAFTAR GAMBAR... ... viii

DAFTAR LAMPIRAN... ix

ABSTRAKSI... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 8

1.3 Tujuan Penelitian ... 8

1.4 Manfaat Penelitian ... 8

BAB II Kajian Pustaka ... 9

2.1 Landasan Teori ... 9

2.1.1 Komunikasi Verbal... 9

2.1.2 Musik dan Lirik Lagu ... 10

2.1.3 Lirik Lagu dalam Kajian Semiotik... 13

2.1.4 Makna Dalam Kata... 15

2.1.5 Interpretasi Tanda Dalam Syair Lagu... 16

2.1.6 Dinamika Remaja... 18

2.1.7 Perilaku seksual Remaja ... 20

2.1.8 Konsep Immoral... 23

2.1.9 Realitas dan Kontruksi Sosial dalam Syair Lirik Lagu ... 26

2.1.10 Teori Semiologi dan Mitologi Roland Barthes... 29

2.2 Kerangka Berpikir... 37


(7)

3.2.2 Korpus Penelitian... 41

3.3 Teknik Pengumpulan Data ... . 42

3.4 Teknik Analisis Data ... 43

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN... 44

4.1 Gambaran Objek Penelitian... ... 44

4.2 Lirik Lagu “M.I.L.F” menurut semiologi Roland Barthes……. 47

4.3 Penyajian Data dan Pemaknaan Data... 48

4.3.1 Penyajian Data... 48

4.3.2 Analisis dan Interpretasi Data... 49

4.4 Sistem Mitos... 83

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN... 88

5.1 Kesimpulan...88

5.2 Saran...89

DAFTAR PUSTAKA... 91

LAMPIRAN... 93


(8)

Gambar 2.3 Gambar Kerangka Berpikir...38

Gambar 4.1 Gambar Peta Tanda Roland Barthes...47

Gambar 4.2 Gambar Peta Tanda Roland Barthes bait 1 kalimat 2...51

Gambar 4.3 Gambar Peta Tanda Roland Barthes bait 1 kalimat 3...53

Gambar 4.4 Gambar Peta Tanda Roland Barthes bait 1 kalimat 4...54

Gambar 4.5 Gambar Peta Tanda Roland Barthes bait 1 kalimat 5...56

Gambar 4.6 Gambar Peta Tanda Roland Barthes bait 1 kalimat 6...57

Gambar 4.7 Gambar Peta Tanda Roland Barthes bait 2 kalimat 1...59

Gambar 4.8 Gambar Peta Tanda Roland Barthes bait 2 kalimat 2...61

Gambar 4.9 Gambar Peta Tanda Roland Barthes bait 2 kalimat 3...62

Gambar 4.10 Gambar Peta Tanda Roland Barthes bait 2 kalimat 4...63

Gambar 4.11 Gambar Peta Tanda Roland Barthes bait 3 kalimat 8... 65

Gambar 4.12 Gambar Peta Tanda Roland Barthes bait 3 kalimat 9... 67

Gambar 4.13 Gambar Peta Tanda Roland Barthes bait 3 kalimat 10...68

Gambar 4.14 Gambar Peta Tanda Roland Barthes bait 3 kalimat 11...69

Gambar 4.15 Gambar Peta Tanda Roland Barthes bait 3 kalimat 12...71

Gambar 4.16 Gambar Peta Tanda Roland Barthes bait 4 kalimat 1... 74

Gambar 4.17 Gambar Peta Tanda Roland Barthes bait 4 kalimat 2... 75

Gambar 4.18 Gambar Peta Tanda Roland Barthes bait 4 kalimat 3...77

Gambar 4.19 Gambar Peta Tanda Roland Barthes bait 4 kalimat 4...79

Gambar 4.20 Gambar Peta Tanda Roland Barthes bait 4 kalimat 10...82


(9)

Lampiran 2 ARTIKEL “ KUNGPOW CHICKEN : SBY ADALAH PRESIDEN

MUSIK”... 95

Lampiran 3 ARTIKEL “RAP JENAKA KUNGPOW CHICKEN”...96

Lampiran 4 ARTIKEL “ KUNGPOW CHICKEN HADIR DENGAN RASA BARU”... 97

Lampiran 5 ARTIKEL “ REVIEW ALBUM SMELL LIKE FISH TASTE LIKE CHICKEN”... ... 99

Lampiran 6 ARTIKEL “ BERBURU TANTE GIRANG DI INTERNET”... 100

Lampiran 7 ARTILKEL “ OF MILF AND MEN”... 102

Lampiran 8 ARTIKEL “ OEDIPUS KOMPLEKS TREN ATAU GANGGUAN JIWA”... 103


(10)

x

Penelitian ini di dasarkan pada fenomena semakin berkembangnya dunia musik di Indonesi. Musik merupakan karya seni bunyi dalam bentuk lagu yang mengungkap pikiran dan perasaan pencipta melalui harmoni, bentuk atau struktur lagu dan ekspresi sebagai satu kesatuan yang utuh berdasarkan frame of reference dan field of experience. Dalam lirik lagu “M.I.L.F” penuh konotasi bahasa yang menarik untuk dimaknai dngan timbulnya kontroversial di masyarakat . sehingga timbul pertanyaan yang menjadi dasar perumusan masalah yaitu apakah makna pesan yang terkandung dalam lirik lagu tersebut.

Tujuan penelitian ini dilakukan untuk mengetahui makna pesan yang terkandung dalam lirik lagu “M.I.L.F” tersebut. Studi penelitian ini diarahkan pada pendekatan semiologi Roland Barthes. Konsep yang digunakan adalah mitos, pranata dan konstruksi kenyataan sosial dan interpretasi tanda.Studi analisis yang dilakukan oleh peneliti mengacu pada semiologi Roland Barthes, dimana mengupas makna dibalik tanda setiap lirik dalam lagu tersebut dengan peta tanda Roland Barthes dan lima kode pembacaan, yaitu kode hermeneutik, kode proaretik, kode semik, kode kultural, dan kode budaya .

Metode yang digunakan adalah metode kualitatif deskriptif interpretative dengan menggunakan analisis semiologi dengan pendekatan semiotik berdasarkan konsep signifikasi dua tahap Roland Barthes. Unit analisis yang digunakan adalah tanda-tanda yang berupa kata-kata yang terdapat dalam lirik “M.I.L.F”.

Gambaran umum objek penelitian dijabarkan tentang bagaimana latar belakang dan perkembangan lagu ”M.I.L.F ” serta pencipta dalam menciptakan lagu tersebut. Pemaknaan lirik lagu ”M.I.L.F” ini hasilnya dikaitkan dengan realitas ekstrenal yang terjadi di masyarakat Indonesia. Dari data yang sudah diinterpretasi dan dianalisis,maka disimpulkan bahwa makna yang terkandung dalam lirik lagu “ M.I.L.F” adalah mengenai perilaku moral terutama remaja yang tidak etis atau disebut immoral. Dan pesan yang terkandung di dalam lirik lagu “ M.I.L.F” tersebut adalah bahwa, pencipta lagu tersebut menceritakan tentang obsesi seorang remaja yang menyenangi hubungan seks dengan wanita yang telah bersuami dan terpaut jauh usianya, sehingga obsesinya tersebut mendorong remaja melakukan perilaku imitasi yang seringkali diadaptasi dari budaya asing dan dianggap tidak etis, perilaku serba permisifnya budaya asing dan kurangnya perhatian keluarga dapat menebalkan perilaku immoral pada remaja.

Saran yang disampaikan peneliti adalah agar para orang tua lebih konsep tentang sebenarnya dari remaja, sifat-sifat remaja, tidak sekedar hanya memberi batas-batasan ( larangan-larangan belaka) melainkan lebih berani memberikan pengertian tentang apa itu seks. Seks saat – saat ini hendaknya bukan hal yang tabu untuk dibicarakan. Sehingga orientasi sekspun berjalan wajar dan tidak menimbulkan perilaku immoral bagi remaja.


(11)

1 1.1 Latar Belakang Masalah

Dewasa ini, masalah kebebasan seks di Indonesia semakin meningkat. Kondisi tersebut tidak lepas kaitannya dengan semakin membanjirnya arus informasi yang banyak mengupas masalah seksualitas dan diperoleh melalui media yang berupa televisi, film, video, surat kabar, radio, majalah, tabloid, buku buku, internet dan sebagainya. Keterbukaan media massa dalam mengupas masalah seksualitas tersebut dapat diterima dengan mudah oleh masyarakat khususnya kaum dewasa bahkan remaja, sehingga individu selalu berupaya untuk mencari informasi mengenai materi seksual. Keadaan tersebut ternyata tidak diimbangi dengan pendidikan seksual yang tepat, hal ini juga didukung dengan kondisi sosial budaya yang sebagian besar masyarakatnya masih menganggap masalah seksualitas sebagai hal yang tabu untuk diperbincangkan.

Ahli psikolog, Elizabeth B Hurlock mengatakan, bagi remaja dorongan untuk melakukan hubungan seks datang dari tekanan-tekanan sosial, terutama dari minat remaja pada seks dan keingintahuannya tentang seks. Karena meningkatnya minat pada seks remaja selalu mencari pelbagai sumber informasi yang mungkin dapat diperoleh tentang seks.

Banyak kejadian yang yang didengar dan dilihat tentang pengaruh budaya asing, salah satunya adalah pornografi. Film, buku, dan motel, dampaknya besar, Antara lain dalam memilih konsumsi tontonan di TV yang masih berat dengan


(12)

tayangan film barat dengan budaya dan gaya hidup yang berbeda. Kehidupan dunia barat yang digambarkan dalam film ataupun video, menurut Boyke, sering kali menunjukkan kehidupan seks bebas di kalangan remaja. Tayangan serial macam Beverly Hills atau Bay Watch, Boyke menyebut contoh, dengan bintang-bintang molek dan tampan itu mudah sekali merasuk ke dalam benak remaja. Sehingga mereka bisa amat mudah meniru gaya hidup dalam film itu.

(http://www.bkkbn.go.id/Webs/DetailRubrik.php?MyID=397 diakses pada 27

januari 2010 pukul 03.15 WIB)

Indonesia yang dikenal dengan nilai-nilai luhur dan norma ketimurannya, di zaman yang modern ini kehidupan seks sudah semakin kurang terkendali karena pengaruh budaya asing ( westernisasi ). Sehingga, kebudayaan timur yang sebagai normatif menentukan standart perilaku menjadi tergeser dan mengakibatkan perilaku immoral khususnya remaja. Masa depan anak-anak rusak moralnya karena pergaulan yang serba bebas, serba liberal sehingga melanggar norma-norma bangsa yang sudah baik. Dengan banyaknya pengaruh-pengaruh dari budaya asing tidak menutup kemungkinan membuat seorang individu bertingkah laku ke arah immoral atau tidak etis bagi masyarakat. Berperilaku tidak etis disini tentu didasarkan pada norma yang dianut oleh bangsa Indonesia,termasuk diantaranya norma agama, moral, kesopanan dan hukum yang menentukan standart dalam berperilaku.

Salah satu fenomena budaya asing yang telah masuk di Indonesia adalah fenomena tante girang yang selalu mendapat perhatian khusus dari kalangan pria penikmat seks terutama kaum remaja. Tante girang adalah sebutan untuk wanita


(13)

usia separuh baya yang doyan berhubungan dengan pria yang lebih muda. Kebanyakan para tante-tante ini berusia 30 sampai 40 tahunan.Di internet, perburuan tante girang ternyata juga sangat hot. Di beberapa situs pertemanan semacam friendster, beberapa pria dengan jelas mengungkapkan keinginannya untuk berkencan dengan wanita yang lebih tua.

(http://www.konseling.net/info_hot/tante_girang.htm diakses pada diakses pada 3

Januari 2010 pukul 23.15 WIB ). Di Indonesia kejadian ini sunggulah aneh dan tidak etis karena tidak sesuai dengan norma, bahkan dianggap tidak memiliki kenormalan dalam seks.

Di Amerika istilah M.I.L.F atau tante girang sudah tidak asing, terbukti tahun 1999 rilis film barat dewasa yaitu, AMERICAN PIE lewat peran seorang ibu yang senang berhubungan seks dengan anak remaja.(

http://nymag.com/news/features/2007/sexandlove/30915/ 10 desember 2009

pukul 01.21 WIB ). Bahkan, di Amerika telah ada kontes yang menjodohkan 20

tante-tante dengan 20 laki-laki muda.(

http://www.lintasberita.com/Fun/Aneh/wow..-di-amerika-serikat-ada-kontes-tante-girang-mencari-berondong-gan )

Mitos adalah bagaimana kebudayaan menjelaskan atau memahami beberapa aspek tentang realitas atau gejala alam dan merupakan produk kelas sosial yang sudah mempunyai dominasi. Dinegara barat “M.I.L.F” ini merupakan hal yang wajar terbukti ada film AMERICAN PIE pada tahun 1999 yang menceritakan stiffler senang berhubungan seks dengan ibu temannya.namun di negara timur seperti Indonesia hal itu merupakan suatu pergeseran budaya atau


(14)

merupakan realitas yang dipandang tidak etis atau immoral. Selain itu usaha yang dilakukan remaja dalam menarik perempuan yang usianya terpaut jauh ( MILF) dipandang tidak wajar karena tidak sesuai kebiasaan,norma yang berlaku dan sering orang menganggap itu sebuah kelainan jiwa.

Musik merupakan hasil budaya manusia menarik diantara banyak budaya manusia yang lain, di katakan menarik karena musik memegang peranan yang sangat banyak di berbagai bidang. Seperti jika di lihat dari sisi psikologinya, musik kerap menjadi sarana pemenuhan kebutuhan manusia dalam hasrat akan seni dan berkreasi. Dari sisi sosial musik dapat di sebut sebagai cermin tatanan sosial yang ada dalam masyarakat saat musik itu di ciptakan. Dan dari segi ekonomipun musik telah bergerak pesat menjadi suatu komoditi yang sangat menguntungkan.

Lagu merupakan sebuah domain budaya populer dimana kita dapat dengan mudah menemukan banyak contoh kongkret tentang kekuasaan budaya yang di jalankan ( James lull dalam sobur 2003:147). Lirik dan musik dalam lagu merupakan media penyampaian pesan dalam bentuk simbolisasi tanda. Lagu merupakan kegiatan komunikasi,karena di dalamnya terdapat proses penyampaian pesan dari sisi si pencipta lagu kepada khalayak pendengarnya. Pesan yang terkandung dalam sebuah lagu merupakan hasil pikiran ataupun perasaan dari si pencipta lagu sebagai orang yang mengirim pesan. Konsep pesan ini dapat berupa ungkapan-ungkapan dari perasaan senang, sedih atau marah, juga dapat berupa pendapat seperti pujian atau bahkan kritikan akan suatu hal sehingga dapat memancing kesadaran dari masyarakat.


(15)

Pesan yang disampaikan oleh seorang pencipta lagu lewat lagunya itu tentu tidak akan berasal dari luar diri si pencipta lagu, Dalam artian bahwa pesan tersebut bersumber dari pola pikirnya serta dari frame of reference dan field of experience yang terbentuk dari hasil lingkungan sosial sekitarnya. Penelitian ini berangkat dari asumsi bahwa komunikasi adalah suatu interaksi sosial melalui pesan-pesan. Komunikasi sebagai proses penyampaian pesan dapat dikatakan komunikatif ( komunikasi yang efektif ) apabila para peserta komunikasi dapat memahami makna dari pesan yang dikomunikasikan. Hal ini mengacu pada pemikiran bahwa suatu pesan dalam bentuk sistem tanda merupakan hasil penurunan makna dari si pembuat pesan.

Sebagai salah satu fungsi komunikasi yaitu komunikasi ekspresif, musik juga dapat mengekspresikan perasaan , kesadaran dan bahkan pandangan hidup manusia melalui liriknya. ( Mulyana,2005:22 )

Berangkat dari fenomena sosial diatas sebuah grup rap yang berasal dari kota kembang, Bandung pada 1 April 2004 yang mulanya beranggotakan Andi dan Dorizo (MC), DJ Jojo (pada perangkat turntable) mengangkatnya dalam sebuah lirik lagu, salah satunya “M.I.L.F” dalam album Smell Like Fish Taste Like Chickens. Dalam lirik lagu “M.I.L.F” yang di bawakan oleh grup rap Kungpow Chickens featuring Tante Eva ini menceritakan tentang suatu realita hidup anak muda zaman sekarang yang mempunyai kebiasaan atau lebih suka bermain dengan seorang yang usianya terpaut jauh. Pada lagu yang mempunyai melodi mudah diterima ini, digambarkan anak remaja akhir mempunyai obsesi dapat melakukan hubungan seks dengan wanita yang terpaut jauh usianya.


(16)

(http://djwirya.com/news/index2.php?q=real4&id=188&artis=Kungpow%20Chic

kenss diakses pada 31 Oktober 2009 /12 :44 WIB )

M.I.L.F merupakan singkatan dari “Mother I would Like to Fuck “. Sebutan yang dipakai untuk memanggil tante-tante girang atau hot mama. Apabila di terjemahkan dalam bahasa Indonesia M.I.L.F mempunyai arti ibu yang ingin saya tiduri.(http://xjoss.net/showthread.php?t=1435 diakses pada 29 Desember / 02:04 WIB).

Lirik lagu “M.I.L.F” sebagai andalan album ketiga Kungpow Chickens yang beraliran hip-hop easy listening ini, mengandalkan lirik-lirik jenaka, agak sedikit nakal tapi tidak jorok yang dapat dipertanggung jawabkan oleh penciptanya ini tetap memiliki pesan moral positif yang merupakan trademark dari Kungpow Chickens selama ini. Dalam liriknya juga terdapat kata-kata yang sudah umum di ucapkan atau tidak tabu lagi bagi remaja sekarang seperti payudara,gigolo,dan dildo.

Menurut pengamatan peneliti, seks telah dianggap sebagian orang sebagai sesuatu yang tidak sakral lagi. Ada banyak bukti yang dapat kita saksikan di tengah-tengah masyarakat. Misalnya,kasus kawin cerai, “kumpul kebo”, lokalisasi dan beberapa fenomena lain.

Album ketiga Kungpow Chickens bertitel “Smell Like Fish Taste Like Chickens” yang rilis tahun 2008 ini tidak beda jauh dengan album Kungpow Chickens sebelumnya yaitu album pertama “Alit Da Baong” dan album kedua “Chickens Strike Back “dengan tagline yang sama “Dengan Bimbingan Mamah Papah” ini mengkritisi tentang realitas sosial yang tampak menutupi dan kurang


(17)

memperhatikan isu masa depan anak negeri, terutama masalah sex education.Bukan karena kebebasan dalam menghadapi pesatnya kemajuan teknologi, media-media yang bebas dan berhamburan sekarang ini, melainkan karena memang kurangnya pendidikan secara formal dari orang tua dan kurangnya memahami sex education yang sebenarnya. Namun respon masyarakat, merasa tidak sesuai dengan moral bangsa, dengan adat timur, merusak generasi muda, dan sebagainya. Masyarakat tidak menyadari jika generasi muda yang sudah banyak seperti itu. (

http://www.acehforum.or.id/kungpow-chickenss-album-t2458.html?s=7ecb3b5d21a9f23a89a5e53d746c8d9f& diakses pada 30

November 2009 pukul 14:48 WIB )

Uniknya Kungpow Chickens yang kini beranggotakan empat musisi ini sempat meraih penghargaan tertinggi di ajang Anugerah Musik Indonesia 2009 (Karya produksi RAP AMI 2009. AMI Award 2009)

(

http://showbiz.vivanews.com/news/read/56447-kungpow_band__sby_adalah_presiden_musik/ diakses 30 November 2009/ 15.45

WIB ).

Dari latar belakang diatas maka peneliti melihat bahwa lagu dari grup rap Kungpow Chickens featuring Tante Eva menarik untuk di teliti. Penelitian tentang sistem tanda, salah satunya si pencipta lagu memberi makna lewat lagu tersebut, dan seperti apa ia merefleksikan fenomena ke dalam tanda komunikasi berupa lirik lagu. Untuk menganalisis tanda komunikasi berupa lirik lagu tersebut, maka penelitian ini menggunakan analisis dengan pendekatan semiotik. Sehingga


(18)

penelitian ini berupaya lebih menitik beratkan pada pemaknaan lirik lagu “M.I.L.F” dalam album Smell Like Fish Taste Like Chickens.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah tersebut maka permasalahan yang akan di teliti dirumuskan sebagai berikut : “Bagaimana pemaknaan lirik lagu “M.I.L.F” pada “Album Smell Like Fish Taste Like Chicken?”

Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.2.1 Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui pemaknaan dari lirik lagu “M.I.L.F” pada album “Smell Like Fish Taste Like Chicken”

1.2.2 Manfaat Penelitian 1. Secara Teoritis

Untuk menambah literatur penelitian kualitatif ilmu komunikasi khususnya analisis metode semiologi Roland Barthes pada lirik lagu “M.I.L.F” pada album “Smell Like Fish Taste Like Chicken”

2. Secara Praktis

Membantu pembaca dan penikmat musik dalam memahami lirik lagu “M.I.L.F” pada album “Smell Like Fish Taste Like Chickens” yang dibawakan grup rap Kungpow Chickens featuring Tante Eva


(19)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori 2.1.1 Komunikasi Verbal

Komunikasi atau communication dalam bahasa Inggris berasal dari kata latin communis yang berarti “sama” adalah istilah yang paling sering disebut sebagai asal usul komunikasi, yang merupakan akar dari kata-kata latin lainnya yang mirip. Komunikasi menyatakan bahwa suatu pikiran , suatu makna, atau pesan dianut secara sama.

Komunikasi adalah proses simbolik, yakni penggunaan lambang-lambang yang di beri makna. Lambang atau simbol adalah sesuatu yang di gunakan untuk menunjuk atau mewakili sesuatu yang lainnya berdasarkan kesepakatan bersama. Tetapi, lambang pada dasarnya tidak mempunyai makna. Kitalah yang memberi makna pada suatu lambang. Tidak ada hubungan alami atau pasti antara lambang dengan apa yang di lambangkan , jadi hubungan antara lambang dengan apa yang di lambangkan bersifat seni barang atau makna suka ( Mulyana, 1999:80). Pesan yang dikomunikasikan pada dasarnya terdiri dari dua aspek, yaitu aspek isi pesan (the content of the message) dan aspek lambang (simbol), konhkretnya isi pesan adalah pikiran atau perasaan dan lambang adalah bahasa (Effendy,2000:30). Bahasa verbal adalah sarana utama untuk menyatakan pikiran, perasaan dan maksud kita.


(20)

2.1.2 Musik dan Lirik Lagu

Musik adalah bunyi yang diterima oleh individu dan berbeda-beda berdasarkan sejarah, lokasi, budaya dan selera seseorang. Definisi sejati tentang musik juga adalah bunyi yang dianggap enak oleh pendengarnya dan segala bunyi yang dihasilkan secara sengaja oleh seseorang atau kumpulan dan disajikan sebagai musik.Musik menurut Aristoteles mempunyai kemampuan mendamaikan hati yang gundah, mempunyai terapi rekreatif dan menumbuhkan jiwa patriotisme. ( http://www.wattpad.com/120966-pengertian-musik# diakses pada 1 November 2009 pukul 21.56 WIB )

Musik dapat di artikan sebagai ungkapan perasaan yang di tuangkan dalam bentuk bunyi-bunyian atau suara. Ungkapan yang di keluarkan melalui suara musik disebut vokal, sedangkan ungkapan yang di keluarkan melalui bunyi alat musik di sebut instrumental. ( Subagyo, 2004 :3 )

Musik dapat dikatakan sebagai bahasa dunia, dapat juga dikatakan sebagai media ekspresi diri masyarakat dan musik mampu menyatukan dan menyentuh banyak kalangan elemen masyarakat, baik itu kalangan bawah hingga sampai ke lapisan yang paling atas.

Musik merupakan bagian tak terpisahkan dalam semua sendi kehidupan kita. Apapun dan bagaimanapun suasana hati kita, musik senantiasa menjadi kebutuhan.Musik senantiasa hadir dimanapun dan kapanpun dengan melalui berbagai macam media komunikasi elektronik, diantaranya melalui radio, tape recordeer, compact disk, internet ataupun melalui sarana lain seperti konser musik , pesta dan lain sebagainya.


(21)

Suka Hardjana mengungkapkan ciri musik sebenarnya adalah musik orang kebanyakan ( common people ), komersil, merupakan hiburan dan pengaruhkebudayaan barat. Menurut Van Zoest “Musik pop adalah gejala yang paling penting di zaman ini, seringkali muatan isi dari musik tersebut adalah perasaan dasar manusia, perasaan dasar itu adalah asmara, pesona cinta rasa kecewa dan sebagainya” dan “Dalam musik orang meneriaki dan menangisi segala sesuatu” ( Sobur,2004:145-146 )

Musik telah menjadi bagian hidup bahkan bagi sebagian orang musik menjadi spirit untuk melakukan aktivitas. Musik dapat mengubah orang sedih menjadi senang dan frustasi menjadi semangat. Menurut Stratton emosi positif meningkat setelah mendengarkan musik . Tidak masalah dengan jenis musik baik rock, pop, rock lembut, oldies, klasik atau musik masa kini juga tidak masalah apakah musik dimainkan selama aktivitas seperti mengendarai mobil atau berdandan. (http://clubbing.kapanlagi.com/archive/index.php/t-3356.html diakses pada 1 November 2009 /18:40 WIB)

Salah satu hal yang penting dari musik adalah lagu. Sebuah lagu yang dinyanyikan, biasanya terdiri dari tiga komponen yang saling melengkapi dan saling bergantung. Komponen tersebut antara lain terdiri dari paduan alat musik atau instrumen, suara atau vokal dari si penyanyi adalah sebagai tubuh sedangkan lirik lagu adalah jiwa atau nyawa dari penggambaran musik itu sendiri. Lirik adalah karya sastra (puisi) yang berisi curahan perasaan pribadi atau susunan kata sebuah nyanyian.Melalui lirik lagu , pencipta lagu menyampaikan pesan yang merupakan pengekspresian terhadap dirinya, baik itu bahagia maupun


(22)

sedih,terhadap fenomena-fenomena yang terjadi di sekitarnya, dimana ia berinteraksi di dalamnya. Lirik lagu menjadi sarana tau media komunikasi yang beredar dalam masyarakat. Lirik lagu dijadikan sebagai sarana untuk sosialisasi terhadap suatu sikap atau nilai.

Lewat lirik lagu si pencipta berusaha menyampaikan apa yang ingin di ungkapkannya. Pesan yang disampaikan oleh seorang pencipta lagu tentunya tidak berasal dari luar diri si pencipta tersebut, dalam artian bahwa pesan tersebut bersumber pada pola pikirnya serta kerangka acuan ( frame of reference ) dan pengalaman ( field of experience ) sebagai hasil interaksi dengan lingkungan sosial di sekitarnya.

Lirik lagu indonesia pada akhirnya berusaha meninggalkan kebiasaan mengadaptasi lirik-lirik dari luar negeri, mulai tercipta lirik-lirik popuker yang menyentil (menyindir) fenomena sosial yang sering terjadi di sekitar sang pencipta lagu tersebut. Walaupun tidak di sangkal bahwa sebagian besar lirik lagu yang ada dan di gemari saat ini masih sekitar cinta.

Suatu gejala yang timbul di abad ini adalah makin menjamurnya aliran musik baru, salah satunya adalah Rap. Musik rap adalah bagian dari gaya hidup hip-hop.Musik hip-hop punya ciri yang khas berupa beat yang kuat dan dibumbui dengan lirik-lirik yang mengalir dengan enak karena kata-katanya rhyming seperti puisi. Satu hal yang menarik, dalam grup rap terbagi MC dan DJ. MC ini tugasnya ‘ngomong’ diantara lagu-lagu yang diputar DJ atau bikin komentar-komentar dan ocehannya mengalir dan menyatu dengan musiknya.


(23)

Grup rap pada umumnya bisa berjumlah dua sampai tujuh orang dilihat dari kebutuhan bermusik dan visi para pemain terhadap musik yang dimainkan, grup rap Kungpow Chickens adalah salah satu grup rap di Indonesia yang selalu memunculkan lirik lagu menyentil fenomena kehidupan remaja saat ini.

2.1.3 Lirik Lagu dalam Kajian Semiotik

Dalam ilmu komunikasi , pendekatan yang menjelaskan tentang penggunaan lambang –lambang dalam pesan komunikasi adalah pendekatan semiotik. Yaitu ilmu yang mempelajari sistem tanda. Pendekatan semiotik, pada perkembangannya di gunakan untuk penelitian sistem tanda dalam berbagai bidang studi kegiatan manusia seperti musik, periklanan, arsitektur dan retorika dapat dikaji dengan menggunakan pendekatan ini.

Lirik lagu merupakan salah satu bentuk komunikasi lisan (yang bisa di tulis dan di dokumentasikan). Makna yang terkandung bisa eksplisit atau implisit tergantung dari tujuan pola pikir penciptanya. Ia dapat merupakan suatu bentuk respon dari kejadian yang ada, sehingga dalam lirik lagu dapat berisi ungkapan-ungkapan baik pujian maupun kritik sosial.

Untuk memahami sebuah lirik lagu berarti harus memahami maknanya, baik yang eksplisit maupun yang implisit. Lirik lagu pada hakekatnya adalah suatu karya seni yang menggunakan suatu bahasa medium dan juga suatu bentuk pengungkapan pendapat dari pencipta lirik lagu kedalam lambang-lambang.

Lagu merupakan sebuah domain budaya populer dimana kita dapat dengan mudah menemukan banyak contoh kongkret tentang kekuasaan budaya


(24)

yang di jalankan ( James lull dalam sobur 2003:147). Sistem tanda musik adalah auditif, namun untuk mencapai pendengarnya, pencipta musik mempersembahkan kreasinya dengan perantara pemain musik dalam bentuk sistem tanda. Dalam membuat lirik lagu, pengarang harus bergantung pada seperangkat kode-kode yang menentukan makna ungkapan yang di gunakan untuk menjadikannya sangat komunikatif atau menarik untuk di simak. Sang pencipta lagu harus berasumsi bahwa teks lagu harus sama dengan kode yang dimilikinya. Kode dalam hal ini adalah kebudayaan yang saling mempengaruhi satu sama lain. Kode adalah perasaan, ide, harapan sang pencipta lagu, ilusi dan sebagainya (Pilliang, 2003:168)

Penelitian tentang lirik lagu merupakan penelitian tentang makna isi pesan dari lirik lagu tersebut. Dimana lirik lagu merupakan suatu produk yang salah satu sumbernya adalah dalam situasi sosial masyarakat dan si pencipta lagu berada di dalamnya, kemudian merefleksikannya dalam sistem tanda berupa lirik lagu.

Refleksi tersebut dapat berupa ekspresi pandangan , citra (image), dan perasaan si pencipta sebagai bagian dari anggota masyarakat, bahkan lebih jauh lagi ekspresi tersebut merefleksikan nilai-nilai, norma-norma atau ideologi yang ada dalam suatu masyarakat.

Proses penciptaan lagu oleh si pencipta dapat di ilhami oleh berbagai masalah atau kejadian di sekitar pencipta. Apalagi sebuah lirik lagu adalah produk seni yang memerlukan penghayatan dalam membuat dan membawakannya. Ungkapan dalam lirik lagu akan menjadi nyata, dalam artian ungkapan yang


(25)

mewakili ungkapan masyarakat umum, ketika lirik lagu tersebut memuat permasalahan yang memang si anggap sebagai masalah oleh masyarakat.

2.1.4 Makna Dalam Kata

Istilah makna ( meaning ) merupakan kata dan istilah yang membingungkan. Untuk menjelaskan istilah makna, harus dilihat dari segi kata, kalimat dan apa yang dibutuhkan oleh pembicara untuk berkomunikasi. Secara luas makna dapat di artikan sebagai pengertian yang diberikan kepada sesuatu bentuk kebahasaan. Secara luas makna dapat diartikan sebagai pengertian yang diberikan kepada sesuatu kebahsaan. Istilah makna meskipun membingungkan sebenarnya lebih dekat dengan kata. Sering kita berkata , apa artinya kata ini, apa artinya kalimat itu. ( pateda 2001:79)

Bagi orang awam untuk memahami makna tertentu, ia dapat mencari di kamus terdapat makna kata yang disebut leksikal. Dalam kehidupan sehari-hari orang sulit menerapkan makna yang terdapat di dalam kamus, sebab makna sebuah kata sering bergeser jika berada dalam satuan kalimat.

Kata merupakan momen kebahasaan yang bersama-sama dalam kalimat menyampaikan pesan dalam suatu komunikasi secara teknis, kata adalah satuan ujarann yang berdiri sendiri yang terdapat dalam kalimat, dapat di pisahkan, dapat di tukar, dapat di pindahkan dan mempunyai makna serta digunakan untuk berkomunikasi. Makna dalam kata yang di maksud disini berbentuk yang sudah dapat di perhitungkan sebagai kata atau dapat disebut sebagai makna leksikal yang terdapat didalam kamus ( Pateda, 2001:34 )


(26)

2.1.5 Interpretasi Tanda dalam Syair Lagu

Untuk memahami makna sebuah syair atau lirik lagu, diperlukan interpretasi. Interpretasi dilakukan setelah proses pembacaan heuristik dan hermeunistik.Interpretasi digunakan untuk menjelaskan hubungan anatara tindakan dan makna. Sebab suatu tindakan dapat berarti banyak, sedangkan makna tidak dapat dengan mudah di temukan. Interpretasi definisinya adalah sebuah proses yang aktif dan merupakan suatu tindakan yang kreatif daru penegasan kemungkinan makna tindakan dan pesan ( Littlejohm,1995:94). Charles Osgood dalam Littlejohn mengemukakan sebuah teori tentang bagaimana arti sebuah tanda dipelajari dan hubungannya dengan makna yang diturunkannya. Contohnya ialah jika ada kata ’jatuh’ maka yang akan terbayang adalah suatu hal yang berhubungan dengan rasa sakit, kekecewaan, pengalaman yang menyakitkan dan sebagainya. Namun dilain pihak bisa pula kata ’jatuh’ dibayangkan sebagai proses terlemparnya benda dari ketinggian tertentu menuju bawah. Disinilah bentukan stimulus dan respon terjadi. Respon dari seseorang tentang suatu objek akan berbenturan dengan pengalamannya serta di jembatani oleh rujukan yang ada di benaknya. Dengan kata lain, seseorang menginterpretasikan suatu tanda berangkat dari frame of reference ( kerangka berpikir) dan field of experience ( pengalaman) masing, namun pemaknaan tanda tersebut pada masing-masing orang biasanya tidak berbeda jauh, dikarenakan tanda-tanda yang digunakan sifatnya universal.

Proses persepsi sebagai kegiatan pemberian makna kepada rangsangan atau sensory stimuli atau stimuli indrawi dalam hal ini stimuli atau rangsangan


(27)

adalah kejadian atau persoalan yang dimaksudkan dalam model komunikasi umum Gebner, sangat tergantung pada faktor personal dan faktor situasional. Persepsi merupakan salah satu proses yang terjadi dalam komunikasi interpersonal yang juga melibatkan proses sensasi, memori dan berpikir. Persepsi ialah proses memberi makna pada sensasi sehingga sensasi ini akan berubah menjadi informasi bagi diri sendiri. Memori adalah proses menyimpan informasi dan memanggilnya kembali. Berpikir adalah mengo;ah data dan memanipulasi informasi untuk memenuhi kebutuhan atau memberikan respon ( Rakhmat,1991:51)

Berdasarkan penjelasan diatas, dapat dikatakan bahwa dalam menciptakan karya lirik lagu, pencipta lagu ( komunikator) melakukan proses persepsi dan interpretasi terhadap fenomena yang dilihatnya dan di sesuaikan dengan apa yang dimiliki. Hal ini dikarenakan proses persepsi dan interpretasi merupakan bagian dari komunikasi interpersonal dan proses komunikasi interpersonal tidak lain adalah proses berpikir itu sendiri. Dengan demikian , proses komunikasi interpersonal terjadi dalam proses produksi syair atau lirik lagu. Sebagai hasil dari proses persepsi dan interpretasi ini kemudian penyair atau pencipta lagu ( komunikator) menuangkan hasil pemikiran tersebut kedalam bentuk lirik lagu dengan menggunakan lambang bahasa tertulis yang disesuaikan dengan bahasa komunikannya. Namun, tidak terlepas dari persepsi dan interpretasi pencipta lgu terhadap persoalan-persoalan yang diangkatnya dengan memperhatikan pula gfaktor personal dari pencipta lagu itu sendiri seperti kepercayaan, pengalaman


(28)

masa lalu, kebutuhan , kepentingan juga faktor antara lain pergaulan sehari-hari, faktor lingkunagn, latar belakang sosial, budaya dan politik.

Dalam ilmu komunikasi , analisis yang dialkukan terhadap suatu karya dalam hal ini syair atau lirik lagu berarti melakukan analisis tingkat ’pesan’. Bila dilihat lebih lanjut proses produksi pesan komunikator menyampaikan peristiwa yang ada dalam masyarakat sekelilingnya baik yang dilihat maupun yang dirasakan beik secara langsung atau tidak langsung kedalam simbol-simbol komunikasi yang persepsinya terhadap persoalan tersebut. Simbol-simbol itu selanjutnya diteruskan pada komunikasn dalam bentuk pesan tertulis dan terdengar berupa lirik lagu sesuai dengan persepsi komunikator yang dipengaruhi faktor politik, sosial dan budaya. Dengan demikian , biasanya untuk peristiwa yang sama di tanggapi lain oleh setiap orang. Hal ini menyebabkan isi pesan yang sama dapat berbeda maknanya pada komunikasn yang berbeda karena perbedaan faktor politik, sosial dan budaya ( Herusatoto,1987 :1)

2.1.6 Dinamika Remaja

Istilah remaja berasal dari kata latin adolescese (kata bendanya adolescentia yang berarti remaja) yang berarti “tumbuh” atau “tumbuh menjadi dewasa”. Seperti di pergunakan saat ini, mempunyai arti yang lebih luas mencakup kematangan mental, emosional, sosial dan fisik. Mengenai remaja diungkapkan oleh Piaget mengatakan :

“Secara psikologis masa remaja adalah usia dimana individu berintegrasi dengan masyarakat desa, usia dimana anak tidak merasa di bawah orang-orang yang lebih tua melainkan berada dalam tingkatan yang sama, kurangnya berada dalam tingkatan yang sama, sekurang-kurangnya dalam masalah hak (Piaget dalam Hurlock, 1980:206)”


(29)

Awal masa remaja berlangsung kira-kira dari 13 tahun sampai 16 tahun atau 17 tahun, dan masa akhir remaja bermula dari usia 16 tahun atau 17 tahun sampai 18 tahun, yaitu usia matang secara hukum. Dimana awal masa remaja biasanya di sebut sebagai “usia belasan”, kadang-kadang bahkan “usia belasan yang tidak menyenangkan” (Hurlock,1980:206)

WHO (World Health Organiztion) pada tahun 1974 mendefinisikan remaja dengan lebih konseptual dengan adanya tiga kriteria, yaitu :

1. Kriteria biologik, dengan ciri individu mulai berkembang saat pertama kali menunjukkan tanda-tanda seksual sekundernya samapai saat mencapai kematangan seksual.

2. Remaja sebagai individu mengalami perkembangan psikologik dan pola identifikasi dari kanak kanak menjadi dewasa

3. Kriteria sosial ekonomi, terjadi peralihan dari ketergantungan sosial ekonomi yang penuh kepada keadaan yang relatif lebih mandiri (Sarlito, 2004: 9)

Masa remaja adalah masa untuk menguji kemampuan individu dalam melakukan perannya dan untuk mengembangkan ketrampilan-ketrampilannya dalam peran yang cocok. Sebagian dari kapasitas itu terletak pada perubahan-perubahan fisik , tetapi bagian yang lebih besar terletak pada penyesuaian diri secara psikologis yang di capai. Perubahan – perubahan psikologis tersebut diantaranya : emosi yang tak stabil, perasaan kosong, masalah otonomi dan disiplin, mementingkan dirinya sendiri, canggung bergaul dan gerak kaku, cita-cita tinggi, membentuk kelompok dan budaya kelompok, hubungan heteroseksual, dan memiliki keinginan besar untuk eksplorasi (Semiun,2006 : 304)


(30)

2.1.7 Perilaku Seksual Remaja

Perilaku seksual adalah kegiatan seksual manusia yang berupa pengalaman seksual dan ekspresi atas seksualitas mereka. Meningkatnya minat pada seks, remaja selalu berusaha mencari lebih banyak informasi mengenai seks. Hanya sedikit remaja yang berharap seluk beluk tentang seks dapat dipelajari dari orang tuanya. Oleh karena itu, remaja mencari pelbagai sumber informasi yang mungkin dapat di peroleh, misalnya karena higiene seks atau mengadakan percobaan dengan jalan mastrubasi, bercumbu atau bersanggama. Pada akhir masa remaja sebagian besar remaja laki-laki dan perempuan mempunyai cukup informasi tentang seks guna memuaskan keingintahuan mereka.

Remaja merupakan individu yang sedang mengalami masa peralihan, yang dari segi kematangan biologis, seksual sedang berangsur-angsur memperlihatkan karakteristik seks sekunder sampai mencapai kematangan seks, dari segi perkembangan kejiiwaan, jiwanya sedang berkembang dari sifat anak-anak menjadi dewasa. Dari segi sosial ekonomi ia adalah individu yang beralih dari ketergantungan, menjadi relative bebas. (WHO, 1974). Mengingat bahwa usia remaja adalah usia yang sangat aktif termasuk aktif dalam dorongan dan perilaku seksualnya, adanya pengaruh lingkungan seperti VCD dan buku/majalah yang bernuansa pornografi, munculnya trend hubungan seks bebas, kurangnya kortrol dari orang tua dalam menanamkan nilai kehidupan yang religius dan tersedianya prasarana untuk melakukan tindakan asusila membuat remaja semakin sulit mengambil keputusan mengenai perilaku seksual yang bertanggung jawab dan sehat.Kematangan psikoseksual pada remaja perlu diperkuat untuk melindungi


(31)

dirinya sendiri dari pengaruh lingkungan, yaitu dengan pemberian pembekalan pengetahuan tentang seksualitas yang sehat dan bertanggung jawab. Mahasiswa Akper selain sebagai remaja juga diharapkan setelah lulus dituntut dapat memberikan pelayanan kesehatan pada masyarakat termasuk pada kelompok remaja dan juga harus mempunyai perilaku yang baik dan sehat. (

http://ceria.bkkbn.go.id/penelitian/detail/324 )

Adapun unsur atau faktor psikologi pendorong interaksi sosial :

1. Imitasi adalah meniru orang lain mulai dari sikap, perilaku, gaya, cara berfikir, penampilan, keterampilan, kemampuan, dan lain-lain.

2. Sugesti adalah mempengaruhi seseorang atas suatu pandangan, pemahaman, sikap, ketika yang menerima sugesti dalam keadaan tidak berpikir rasional karena diberi sugesti oleh orang yang dikagumi, dihormati, berwibawa, karismatik,pemuka agama,penguasa,golongan mayoritas, dan lain sebagainya. 3. Simpati adalah ketertarikan seseorang kepada orang lain yang seolah-olah

merasakan perasaan orang lain.

4. Empati adalah rasa simpati yang sangat mendalam yang mampu memberikan pengaruh pada kejiwaan dan atau fisik seseorang.

5. Identifikasi adalah imitasi yang mendalam sehingga ingin menjadi sama dengan pihak lain baik secara disengaja maupun tanpa disengaja.

(

http://organisasi.org/unsur-faktor-psikologi-pendorong-interaksi-sosial-imitasi-sugesti-simpati-empati-identifikasi diakses pada 25 Januari 2010/


(32)

Dorongan atau hasrat untuk melakukan hubungan seksual selalu muncul pada remaja, oleh karena itu bila tidak ada penyaluran yang sesuai (menikah) maka harus dilakukan usaha untuk memberi pengertian dan pengetahuan mengenai hal tersebut. Adapun faktor-faktor yang dianggap berperan dalam munculnya permasalahan seksual pada remaja, menurut Sarlito W. Sarwono (Psikologi Remaja,2004) adalah sebagai berikut :

1. Meningkatnya libido seksualitas, perubahan-perubahan hormonal yang meningkatkan hasrat seksual remaja. Peningkatan hormon ini menyebabkan remaja membutuhkan penyaluran dalam bentuk tingkah laku tertentu

2. Penundaan usia perkawinan, penyaluran tersebut tidak dapat segera dilakukan karena adanya penundaan usia perkawinan, baik secara hukum oleh karena adanya undang-undang tentang perkawinan, maupun karena norma sosial yang semakin lama semakin menuntut persyaratan yang terus meningkat untuk perkawinan (pendidikan, pekerjaan, persiapan mental dan lain-lain) 3. Tabu-Larangan, norma-norma agama yang berlaku, dimana seseorang

dilarang untuk melakukan hubungan seksual sebelum menikah. Untuk remaja yang tidak dapat menahan diri memiliki kecenderungan untuk melanggar hal-hal tersebut.

4. Pergaulan yang makin bebas, kecenderungan pelanggaran makin meningkat karena adanya penyebaran informasi dan rangsangan melalui media masa yang dengan teknologi yang canggih (contoh: VCD, buku stensilan, Photo, majalah, internet, dan lain-lain) menjadi tidak terbendung lagi. Remaja yang sedang dalam periode ingin tahu dan ingin mencoba, akan meniru apa dilihat


(33)

atau didengar dari media massa, karena pada umumnya mereka belum pernah mengetahui masalah seksual secara lengkap dari orangtuanya.

5. Kurangnya informasi tentang seks, orang tua baik karena ketidaktahuannya maupun karena sikapnya yang masih mentabukan pembicaraan mengenai seks dengan anak, menjadikan mereka tidak terbuka pada anak, bahkan cenderung membuat jarak dengan anak dalam masalah ini. ( Sarlito, 2004:151-163 )

2.1.8 Konsep Immoral

Nilai adalah suatu bagian dari kebudayaan. Suatu tindakan dianggap sah artinya secara moral dapat di terima kalau harmonis dengan nilai-nilai yang di sepakati dan di junjung oleh masyarakat. Didalam masyarakat yang terus berkembang, nilai senantiasa akan ikut berubah. Pergeseran nilai dalam banyak hal juga akan mempengaruhi folkways dan mores.( Bagong, 2004: 55)

Di pedesaan sejak berbagai siaran dan tayangan televisi swasta mulai dikenal, dengan perlahan-lahan terjadi pergeseran nilai, salah satunya adalan nilai kesopanan. Remaja yang biasanya berpakaian “ normal”, kini ikut latah berpakaian mini dan terkesan makin berani.Ada hubungan antara nilai dengan norma. Norma atau kaidah adalah aturan pedoman bagi manusia dalam berperilaku sebagai perwujudan dari nilai. Nilai yang abstrak dan normatif dijabarkan dalam wujud norma. Sebuah nilai mustahil dapat menjadi acuan berperilaku kalau tidak diwujudkan dalam sebuah norma. Dengan demikian pada dasarnya norma adalah perwujudan dari nilai. Tanpa dibuatkan norma, nilai tidak bisa praktis artinya tidak mampu berfungsi konkret dalam kehidupan sehari-hari.


(34)

Setiap norma pasti mengandung nilai. Nilai sekaligus menjadi sumber bagi norma. Tanpa ada nilai tidak mungkin terwujud norma. Sebaliknya, tanpa dibuatkan norma, nilai yang hendak dijalankan itu mustahil terwujudkan. Sebagai contoh ada norma yang berbunyi “dilarang membuang sampah sembarang” atau “Buanglah sampah pada tempatnya”. Norma di atas berusaha mewujudkan nilai kebersihan. Dengan mengikuti norma tersebut diharapkan kebersihan sebagai nilai dapat terwujudkan dalam kehidupan. Ada norma lain misalnya yang berbunyi “Dilarang merokok”. Norma tersebut dimaksudkan agar terwujud nilai kesehatan.

Akhirnya yang tampak dalam kehidupan dan melingkupi kehidupan kita adalah norma. Norma yang kita kenal dalam kehidupan sehari-hari ada 4 (empat), yaitu sebagai berikut :

1. Norma agama,norma ini disebut juga dengan norma religi atau kepercayaan. Norma kepercayaan atau keagamaan ditujukan kepada kehidupan beriman. Norma ini ditujukan terhadap kewajiban manusia kepada Tuhan dan dirinya sendiri. Sumber norma ini adalah ajaran-ajaran kepercayaan atau agama yang oleh pengikut-pengikutnya dianggap sebagai perintah Tuhan.

2. Norma moral (etik), norma ini disebut juga dengan norma kesusilaan atau etika atau budi pekerti. Norma moral atau etik adalah norma yang paling dasar. Norma moral menentukan bagaimana kita menilai seseorang. Norma kesusilaan berhubungan dengan manusia sebagai individu karena menyangkut kehidupan pribadi. Asal atau sumber norma kesusilaan adalah dari manusia sendiri yang bersifat otonom dan tidak ditujukan kepada sikap lahir, tetapi


(35)

ditujukan kepada sikap batin manusia. Sanksi atau pelanggaran norma moral berasal dari diri sendiri.

3. Norma kesopanan,norma kesopanan disebut juga norma adat, sopan santun, tata krama atau norma-norma fatsoen. Norma sopan santun didasarkan atas kebiasaan, kepatuhan atau kepantasan yang berlaku dalam masyarakat. Daerah berlakunya norma kesopanan itu sempit, terbatas secara lokal atau pribadi. Sopan santun di suatu daerah tidak sama dengan daerah lain. Berbeda lapisan masyarakat, berbeda pula sopan santunnya. Sanksi atas pelanggaran norma kesopanan berasal dari masyarakat setempat.

4. Norma hukum,norma hukum berasal dari luar diri manusia. Norma hukum berasal dari kekuasaan luar diri manusia yang memaksakan kepada kita. Masyarakat secara resmi (negara) diberi kuasa untuk memberi sanksi atau menjatuhkan hukuman. Dalam hal ini pengadilanlah sebagai lembaga yang mewakili masyarakat resmi untuk menjatuhkan hukuman.

(http://j_widodo.staff.uns.ac.id )

Moral secara istilah adalah nilai-nilai atau norma yang menjadi pegangan bagi seseorang atau suatu kelompok dalam mengatur tingkah lakunya. Sedangkan moralitas adalah sifat moral atau keseluruhan asas dan nilai yang berkenaan dengan baik dan buruk. Sedangkan istilah amoral oleh Oxford Dictionary diterangkan sebagai “ unconcerned with, out of the sparte of moral, non moral” berarti tidak berhubungan dengan konteks moral, di luar suasana etis dan non moral, sedangkan immoral dalam kamus yang sama dijelaskan sebagai “opposed to morality, morally evil ” berarti bertentangan dengan moralitas yang baik atau


(36)

secara moral buruk atau tidak etis. (Berten, 1993 :2-3 ). Indonesia yang selalu di kenal mempunyai budaya malu kini telah terkikis oleh budaya asing. Seperti yang dikutip :

Budaya malu harus terus diperkuat, karena menjadi benteng terakhir yang mampu mencegah degradasi moral bangsa Indonesia."Budaya malu adalah benteng terakhir untuk tidak melakukan suatu perbuatan yang melanggar moral, etika, norma dan hukum," kata dosen Fakultas Filsafat Universitas Gadjah Mada (UGM) Daris Achmad Charris Zubair dalam Forum Komunikasi Penanggulangan Kenakalan Remaja di Yogyakarta, Rabu. kondisi bangsa Indonesia sudah saling berkebalikan yaitu banyak orang yang justru malah merasa bangga saat bisa melakukan perbuatan yang tidak baik, dan sebaliknya malu untuk berbuat baik."Ini sudah masuk ke degradasi moral, sehingga jalan yang bisa ditempuh adalah adalah menumbuhkan kebanggaan untuk berbuat baik, meskipun berisiko dan menumbuhkan rasa malu apabila melakukan perbuatan buruk," katanya.

(http://www.ssffmp.or.id/berita/22458/Budaya_Malu_Harus_Diperkuat diakses

pada 30 Januari 2010 pukul 01.12 WIB )

Dikutip juga dari Republika online Dari. Sarlito W. Sarwono, Psi dari Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, menjelaskan bahwa“Faktor yang mempengaruhi pembentukan moral, ialah pola pengasuhan orangtua, norma dan

budaya, pendidikan, pergaulan dan kepribadian”

(http://pustaka.site90.net/content/view/19/ diakses pada 31 Januari 2010 pukul

23.22 WIB).

Budaya asing merupakan faktor mengubah moral individu. Salah-satu contoh adalah film-film asing. Kalau remaja Indonesia memperlihatkan gaya hidup yang bebas, mereka juga akan mau mengikuti gaya dan norma ini. Gaya tersebut akan dibawa kedalam budaya remaja Indonesia dan ada kemungkinan di


(37)

masa depan bahwa, norma ini bisa menjadi norma di Indonesia. Di dalam film barat tersebut, jarang ada film tanpa ciuman dimuka umum.

Menurut Daris. Muhammad Zuldin, Sosiolog Agama UIN Sunan Gunung Djati Bandung, pada usia remaja, tingkat imitasinya besar, ditambah peredaran VCD porno yang dengan mudah bisa didapatkan dengan bebas dan tanpa syarat

sehingga dengan mudah .

(http://www.infoanda.com/linksfollow.php?lh=UwALUQUABl0E )

2.1.9 Pranata dan Konstruksi Sosial dalam Lirik Lagu

Untuk memaknai tanda, tidak lepas dari masalah latar belakang sosial budaya, sistem nilai termasuk agama , tingkat sosial ekonomi dan pendidikan serta pengalaman pribadi komunikator maupun komunikan. Karena pemberi pesan ( komunikator), masalah-masalah tersebut sebagai sumber improvisasinya, sedangkan komunikan merupakan penyaring pesan yang diterimanya. Analisis sastra dalam hal ini adalah lirik lagu tidak dapat dilepaskan dari unsur budaya sebagai latar belakang lahirnya karya tersebut sebagaimana pendapat Gerbstein dalam Darmono (1978 :4) mengutip Intanti (1999:22) bahwa karya sastra tidak dapat dipahami secara lengkap apabila di pisahkan dari lingkungan atau kebudayaan dan peradaban yang menghasilkannya. Pendapat yang sama juga di ungkapkan oleh Hypolitte Taine Damono (1978:19) mengutip Intanti (1999:22) bahwa sastra bukanlah sekedar permainan imajinasi yang pribadi sifatnya, tetapi merupakan rekaman tata cara jamannya serta suatu perwujudan pikiran tertentu. Sastra tidak dapat lepas dari konteks sosialnya, sehingga pranata yang ada dalam


(38)

kehidupan sosial mempunyai pengaruh besar. Pranata sosial membentuk pola perilaku masyarakat dengan kokoh dan terpadu untuk memenuhi kebutuhan anggota masyarakat tersebut sebagaimana Cohen (1983) dalam Wahyu (1986:47) mengutip Intanti (1999:22) yang menyatakan bahwa :

“Pranata sosial adalah sistem pola-pola sosial yang tersusun rapi dan relatif permanen serta mengandung perilaku tertentu yang kokoh dan terpadu demi memuaskan dan pemenuhan kebutuhan –kebutuhan pokok masyarakat”

Konstruksi kenyataan sosial (social reality construction) adalah suatu istilah yang di gunakan oleh Berger dan Luckman untuk menggambarkan proses dimana melalui tindakan dan interaksinya orang menciptakan secara terus menerus suatu kenyataan yang dimiliki bersama, yang dialami secara faktual objektif (Johnson,1994:65-66)

Proses-proses sosial sangat mempengaruhi pikiran kita atau bentuk- bentuk pengetahuan mengenai kenyataan dan juga struktur kesadaran obyektif kita (Johnson,1994:66). Tekanan pada simbol sosial ini dan pada kreasi serta pertahanannya atau dipertahankannya kenyataan sosial melalui komunikasi merupakan tema sentral dalam analisa Duncan mengenai kenyataan sosial. Dia mengemukakan bahwa simbol tidak hanya merupakan cerminan atau manisfestasi dari kenyataan sosial hakekat dan sifat dasar hubungan sosial dan keteraturan sosial di definisikan melalui komunikasi simbol ( Johnson, 1994:67)

Dalam lirik lagu “M.I.L.F” tersebut terdapat tanda-tanda dimana tanda tersebut merupakan suatu simbol tentang kenyataan yang terjadi di masyarakat yang tentunya mencerminkan adanya kenyataan sosial misalnya tentang perilaku


(39)

seksual remaja. Oleh karena itu lagu “M.I.L.F” ini tetap disukai oleh masyarakat terutama remaja sejak pertama kali di rilis karena tidak lepas dari konteks sosial masyarakat. Seperti halnya tersebut diatas , bagi Berger dan Luckman, masyarakat itu sendiri, dan berbagai institusinya di ciptakan dan dipertahankan atau diubah melalui tindakan dan interaksi manusia.

M.I.L.F merupakan singkatan dari “Mother I would Like to Fuck”. Sebutan yang dipakai untuk memanggil tante-tante girang atau hot mama. Apabila di terjemahkan dalam bahasa Indonesia “M.I.L.F” mempunyai arti ibu yang ingin saya tiduri. Di Indonesia kita sering menyebutnya dengan Tante Girang. Fenomena tante girang ini selalu mendapat perhatian khusus dari kalangan pria penikmat seks terutama kaum remaja. Tante girang adalah sebutan untuk wanita usia separuh baya yang doyan berhubungan dengan pria yang lebih muda. Kebanyakan para tante-tante ini berusia 30 sampai 40 tahunan.Di internet, perburuan tante girang ternyata juga sangat hot. Di beberapa situs pertemanan semacam friendster, beberapa pria dengan jelas mengungkapkan keinginannya untuk berkencan dengan wanita yang lebih tua.

(http://www.konseling.net/info_hot/tante_girang.htm diakses pada 3 Januari 2010

pukul 23.15 WIB ).

Sebenarnya istilah itu sudah lama muncul di Indonesia. Pada orde baru, tahun 1960-an eksploitasi seks dalam kebudayaan populer Indonesia melanjutkan keleluasaan kelas atas dalam kehidupan seks. Perilaku hedonistik yang dikaitkan dengan seks ini muncul dalam berbagai versi kisah tante girang,om senang, gigolo dan semacamnya dalam buku maupun dalam media mingguan. Sedangkan dalam


(40)

film, munculnya Bernafas dalam Lumpur menjadi keberanian orang film dalam mengeksploitasi seks habis-habisan. (Subandi,1997 :210)

Baru pada tahun 1999 populer kembali setelah melejitnya film produksi Amerika dewasa yaitu, AMERICAN PIE lewat peran seorang ibu yang senang berhubungan seks dengan anak remaja . Dikutip pada Newyork News and Feature:

“ The term’s tipping point was the 1999 release of American Pie, in which a designated MILF named simply “Stifler’s mom” devirginizes a grateful teen” (http://nymag.com/news/features/2007/sexandlove/30915/ )

Menurut A.Kasandaria, psikolog, kecenderungan pria yang jatuh cinta kepada wanita yang lebih tua darinya, terobsesi karakter ibunya. Kemungkinan sejak kecil si pria tersebut memiliki kedekatan secara emosional terhadap figur seorang ibu. Sehingga, secara tak langsung, alam bawah sadarnya merekam memori kasih sayang yang selama ini diberikan sang bunda. bila selama ini hubungan, sebagai seorang pria, dengan wanita sebaya atau yang lebih muda mengalami kejenuhan, mungkin ingin mencoba untuk berpetualang cinta dengan wanita lebih tua. Ada tiga hal yang menjadi alasan pria lebih suka pada wanita yang lebih tua, diantaranya : lebih matang, pengalaman seksual, materi, dan kontrol hasrat (http://www.suarakarya-online.com/news.html?id=182688 diakses pada 29 Desember 2009/ 03:22 WIB ).

2.1.10 Teori Semiologi dan Mitologi Roland Barthes

Secara etimologis istilah semiotik berasal dari bahasa Yunani semeion yang berarti “tanda”. Tanda itu sendiri di definisikan sebagai sesuatu yang atas


(41)

dasar konvesi sosial yang terbangun sebelumnya, dapat mewakili sesuatu yang lain (Eco dalam Sobur,2006 :95). Secara termilogis , semiotik dapat didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari sederetan luas obyek-obyek, peristiwa-peristiwa, seluruh kebudayaan sebagai tanda (Eco dalam Sobur, 2006:95). Dalam hal semiotik, istilah ini sering pula disebut sebagai semiologi. Keduanya lebih dapat salaing menggantikan karena sama-sama di gunakan untuk mengacu kepada ilmu tentang tanda tadi.

Semiotika adalah suatu ilmu atau metode analisis untuk mengkaji tanda. Semiotika, atau dalam istilah Barthes semiologi, apada dasarnya hendak mempelajari bagaimana kemanusiaan (humanity) memakai hal-hal (things). Memaknai (to signify). Dalam hal ini tidak dapat di campur adukkan dengan mengkomunikasikan (to communicate). Memaknai berarti bahwa obyek – obyek tidak hanya.membawa informasi dalam hal mana obyek-obyek itu hendak berkomunikasi, tetapi juga mengkonstitusi sistem terstruktur dari tanda.

Salah satu pengikut Sausure, Roland Barthes, membuat sebuah model sistematis dalam menganalisis makna dari tanda-tanda.fokus perhatian Barthes lebih tertuju kepada gagasan tentang signifikasi dua tahap (two order of signification) seperti terlihat pada gambar berikut :


(42)

Sumber : John Fiske, Introduction to Communication Studies, 1990, hlm 88

( Gambar 2.1: skema signifikasi dua tahap Rolad Barthes )

Melalui gambar ini, Barthes, seperti dikutip Fiske, menjelaskan signifikasi tahap pertama merupakan hubungan antara signifier dan signified di dalam sebuah tanda terdapat realitas eksternal.Barthes menyebutnya sebagai denotasi, yaitu makna paling nyata dari tanda. Konotasi adalah istilah yang digunakan Barthes untuk signifikasi tahap kedua. Hal ini menggambarkan interaksi yang terjadi ketika tanda bertemu dengan perasaan atau emosi dari pembaca serta nilai –nilai dari kebudayaannya. Konotasi mempunyai makna yang subyektif atu paling tidak intrsubyektif. Dengan kata lain adalah apa yang di gambarkan tanda terhadap sebuah objek, sedangkan konotasi adalah bagaimana menggambarkannya (Fiske, 1990:72)

Mitos adalah bagaimana kebudayaan menjelaskan atau memahami beberapa aspek tentang realitas atau gejala alam dan merupakan produk kelas sosial yang sudah mempunyai dominasi. Kita bisa menemukan ideologi dalam teks dengan jalan meneliti konotasi-konotasi yang terdapat didalamnya (Van Zoest, 1991 :70). Salah satu cara adalah memberi mitologi dalam teks-teks semacam itu. Ideologi adalah sesuatu yang abstrak. Mitologi (kesatuan


(43)

mitos-mitos yang koheren) menyajikan inkarnasi makna-makna yang mempunyai wadah dalam ideologi. Ideologi harus dapat di ceritakan yang dinamakan mitos. Barthes menganggap denotasi sebagai konotasi yang paling kuat dan paling ”akhir”. Dalam konsep Barthes, tanda konotatif tidak sekedar memiliki makna tambahan namun juga mengandung kedua bagian tanda denotatif yang melandasi keberadannya. Konotasi bekerja dalam tingkat subyektif, sehingga kehadirannya tidak disadari. Pembaca mulai sekali membaca makna konotatif sebagai fakta denotatif. Karena itu, salah satu tujuan analisis semiotik adalah untuk mengatasi salah baca (misreading).

Suatu tanda menandakan sesuatu selain dirinya sendiri, dan makna (meaning) ialah hubungan antara suatu obyek atau idea dan suatu tanda (Litllejhon,1996:64). Konsep ini mengikat bersama seperangkat teori yang amat luas berurusan dengan simbol, bahasa, wacana, dan bentuk – bentuk nonverbal, teori- teori yang menjelaskan bagaimana tanda berhubungan dengan maknanya dan bagaimana tanda disusun. Secara umum, studi tentang tanda merujuk kepada semiotika.

Salah satu area penting yang dirambah Barthes dalam studinya tentang tanda adalah peran pembaca (the reade). Konotasi , walaupun sifat asli tanda , membutuhkan keaktifan pembaca agar dapat berfungsi. Barthes secara panjang lebar mengulas apa yang disebut sebagai sistem pemaknaan tataran kedua yang dibangun di atas sistem lain yang telah ada sebelumnya. Sastra merupakan contoh paling jelas sistem pemaknaan tataran kedua ini oleh Barthes disebut konotatif, yang didalam mythologies-nya secara tegas ia di bedakan dari denotatif atau


(44)

sistem pemaknaan tataran pertama. Melanjutkan studi Hjelmslev, Barthes menciptakan peta tentang bagaimana tanda bekerja :

(Gambar 2.2) Peta Tanda Roland Barthes

Dari peta Barthes diatas terlihat bahwa tanda denotative (3) terdiri atas penanda (1) dan petanda (2). Akan tetapi, pada saat yang bersamaan tanda denotatif adalah juga penanda konotatif (4). Jadi dalam konteks Barthes, tanda konotatif tidak sekedar memiliki makna tambahan namun juga mengandung kedua bagian tanda denotatif yang melandasi keberadaannya. Dengan kata lain, hal tersebut merupakan unsure material : hanya jika anda mengenal tanda “singa”, barulah konotasi seperti harga diri, kegarangan, dan keberanian menjadi mungkin. (Cobley & Janz, 1999:51 dalam Sobur,2003:68 – 69 )

Pada dasarnya, ada perbedaan antara denotasi dan konotasi dalam pengertian secara umum serta denotasi dan konotasi yang dimengerti oleh Barthes. Dalam pengertian umum, denotasi biasanya dimengerti sebagai makna harfiah, makna yang ‘sesungguhnya’ bahkan kadangkala juga di rancukan dengan referensi atau acuan. Proses signifikasi yang secara tradisional disebut sebagai denotasi ini biasanya mengacu kepada penggunaan bahasa dengan arti yang sesuai

1. Signifier ( Penanda)

2. Signified (petanda) 3. Denotative sign (tanda denotative) 4. CONOTATION SIGNIFIER (PENANDA KONOTATIF)

5. CONOTATION SIGNIFIERD (PETANDA KONOTATIF) 6. CONOTATIVE SIGN (TANDA KONOTATIF)


(45)

terucap. Akan tetapi, didalam semiologi Barthes dan para pengikutnya, denotasi merupakan sistem signifikasi tingkat pertama, sementara konotasi merupakan tingkat kedua. Dalam hal ini,denotasi justru lebih diasosiasikan dengan ketertutupan makna dan demikian sensor atau represi politis. Sebagai reaksi yang paling ekstrem melawan keharfiaan denotasi yang bersifat opresif ini, Barthes mencoba menyingkirkan dan menolaknya. Baginya, yang ada hanyalah konotasi semata-mata. Penolakan ini terasa berlebihan, namun ia tetap berguna sebagai sebuah koreksi atas kepercayaan bahwa makna ‘harfiah’ merupakan sesuatu yang bersifat alamiah (Budiman,1999:22). Sesungguhnya, inilah sumbangan Barthes yang sangat berarti bagi penyempurnaan semiologi Sausure, yang berhenti pada penanda dalam tataran denotatif.

Cara kerja Barthes sebagai upaya untuk mengeksplisitkan kode-kode narasi yang berlaku dalam suatu naskah realis. Barthes berpendapat bahwa Sarrasine ini terngkai dalam kode rasionalisasi, suatu proses yang mirip dengan yang terlihat dalam retorika tentang tanda mode. Lima kode yang di tinjau Barthes adalah : 1. Kode Hermeunitik atau kode teka-teki

Berkisar pada harapan pembaca untuk mendapatkan “kebenaran” bagi pertanyaan yang muncul dalam teks. Kode teka-teki merupakan unsur struktur yang utama dalam narasi tradisional. Didalam narasi ada suatu tempat kesinambungan antara pemunculan suatu peristiwa teka-teki dan penyelesaian nya di dalam cerita.


(46)

2. Kode Semik atau kode konotatif

Kode semik atau kode konotatif banyak yang menawarkan banyak sisi. Dalam proses pembacaan , pembaca menyusun tema suatu teks. Ia melihat bahwa konotasi kata atau frasa tertentu dalam teks dapat di kelompokkan sengan konotasi kata atau frase yang mirip. Jika kita melihat suatu kumpulan satuan konotasi melekat pada suatu nama tertentu, kita dapat mengenali suatu tokoh dengan atribut tertentu. Perlu di catat bahwa Barthes menganggap denotasi sebagai konotasi yang paling kuat dan paling “akhir”

3. Kode Simbolik

Merupakan suatu pengkodean fiksi yang paling khas bersifat struktural atau tepatnya menurut Barthes , pascastruktural. Hal ini didasarkan pada gagasan bahwa makna berasal dari beberapa oposisi biner atau pembedaan baik dalam taraf bunyi menjadi fenomena dalam proses produksi wicara, maupun pada taraf oposisi yang melalui proses. Dalam suatu teks verbal, perlawanan yang bersifat simbolik seperti ini dapat di kodekan melalui istilah retoris seperti antitesis yang merupakan hal yang istimewa dalam sistem symbol Barthes. 4. Kode Paretik atau kode tindakan/ lakuan

Kode Paretik atau kode tindakan/ lakuan dianggapnya sebagai perlengkapan utama teks yang dibaca orang, artinya antara lain semua teks yang bersifat naratif. Kita mengenal kode lakuan atau peristiwa karena dapat memahaminya. Pada kebanyakan fiksi, kita selalu mengharap lakuan di “isi” sampai lakuan utama menjadi perlengkapan utama suatu teks.


(47)

5. Kode Gnomik atau Kode Kultural

Kode ini merupakan acuan teks benda-benda yang sudah di ketahui dan di kodifikasi oleh budaya. Menurut Barthes, realisme tradisional di definisi oleh acuan ke apa yang telah di ketahui. Rumusan suatu budaya atau subbudaya adalah hal-hal kecil yang telah dikodifikasi yang di atasnya para penulis bertumpu ( Sobur, 2003:65-66)

2.2 Kerangka Berpikir

Setiap individu memiliki latar belakang yang berbeda-beda dalam memaknai suatu peristiwa atau obyek. Hal ini di karenakan pengalaman (field of experience) dan pengetahuan (frame of reference) yang berbeda-beda pada setiap individu tersebut. Dalam menciptakan sebuah pesan komunikasi , dalam hal ini pesan disampaikan dalam bentuk lagu, maka pencipta lagu juga tidak terlepas dari dua hal diatas.

Begitu juga peneliti tidak menggunakan metode semiotika Pierce karena dalam lirik lagu “M.I.L.F” kata-kata yang di gunakan adalah kata-kata lugas atau kalimat langsung sehingga peneliti tidak banyak menemukan adanya simbol-simbol yang bisa digunakan untuk memenuhi kebutuhan analisis. Tetapi,tidak berarti bahasa tidak langsung tidak ada sama sekali disini. Oleh karena itu, dari data-data berupa lirik lagu “M.I.L.F”,peneliti menggunakan metode semiologi Roland Barthes, kata-kata dan rangkaian kalimat lirik lagu tersebut kemudian di analisis dengan menitikberatkan pada aspek denotasi ( sistem tanda pertama) dan aspek konotasi (sistem retoris atau mitologi) yang pada akhirnya di peroleh


(48)

kebaruan makna sehingga menghasilkan suatu interpretasi tentang pemaknaan dalam lirik lagu tersebut.

( Gambar 2.3 : Kerangka Berpikir Lirik Lagu M.I.L.F ) Lirik Lagu

M.I.L.F dari Kungpow Chickens feat Tante Eva

Analisis menggunakan metode semiologi Roland Barthes

Hasil

pemaknaan lirik lagu M.I.L.F


(49)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode semiotik yang bersifat deskriptif kualitatif- interpretative (interpretation). Bogdan dan Taylor mengemukakan metode kualitatif sebagai berikut :

”Metode kualitatif merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis/ lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati. Pendekatan ini diarahkan pada individu secara holistik (utuh). Jadi, dalam hal ini tidak boleh mengisolasikan individu kedalam variabel atau hipotesis , tetapi memandanganya sebagai suatu keutuhan” ( Moleong,2002:3)

Selanjutnya untuk menganalisis suatu sistem tanda komunikasi dalam lirik lagu “M.I.L.F” , peneliti memandang tepat untuk menggunakan pendekatan semiotika. Penelitian ini termasuk jenis penelitian kualitatif. Artinya data yang digunakan merupakan data kualitatif yaitu tidak menggunakan data atas angka-angka, melainkan berupa pesan-pesan verbal ( tulisan ) yang terdapat dalam lirik lagu “M.I.L.F” oleh Kungpow Chicken featuring Tante Eva. Data-data kualitatif tersebut berusaha di interpretasikan dengan rujukan , acuan, atau referensi – referensi secara ilmiah.

Penelitian kualitatif ini di gunakan karena beberapa pertimbangan. Pertama menyesuaikan metode kualitatif lebih mudah apabila berhadapan dengan kenyataan ganda. Kedua, metode ini menyajikan secara langsung hakikat peneliti dan yang di teliti. Dan yang ketiga, metode ini lebih peka dan lebih dapat


(50)

menyesuaikan diri dengan banyak penajaman pengruh bersama terhadap pola-pola yang di hadapi . ( Moleong,2002:5 )

Peneliti menggunakan semiotik milik Barthes. Karena, Barthes menganggap pemaknaan sebuah tanda tidak hanya berhenti terhadap realitas eksternal (denotasi), tetapi juga interaksi yang terjadi ketika tanda bertemu dengan perasaan atau emosi dari pembaca serta nilai-nilai kebudayaan (konotasi ) dan bagaimana budaya menjelaskan atau memahami suatu realitas, yang bisa disebut mitos.

3.2 Kerangka Konseptual

Agar konsep ini semakin jelas batasannya, peneliti mencoba memberikan batasan judul, sehingga tidak menimbulkan interpretasi yang lain dari judul yang ada. Adapun judul penelitian ini adalah Pemaknaan Lirik Lagu M.I.L.F. Secara konseptual peneliti akan memberikan batasan-batasan dan menjelaskan istilah serta beberapa pengertian yang terdapat dalam judul skripsi ini. Enigma lirik lagu ini akan di bongkar melalui kelima kode pembacaan seperti yang telah di sebutkan di atas.

3.2.1 Unit Analisis

Unit analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah tanda-tanda berupa tulisan, yaitu terdiri atas kata-kata yang membentuk kalimat yang ada pada lirik lagu “M.I.L.F” yang kemudian di interpretasikan dengan menggunakan penggunaan lima macam kode menurut Barthes, yaitu kode hermeunitik, kode


(51)

semik, kode simbolik, kode proaretik dan kode kultural untuk pemaknaan sebuah tanda. Kemudian proses pemaknaan melalui pembacaan dari kode-kode tersebut akan di ungkap substansi dari pesan dibalik lirik pada lagu “ M.I.L.F”.

3.2.2 Korpus Penelitian

Korpus adalah sekumpulan bahan yang terbatas, yang ditentukan pada perkembangannya oleh analisis semacam kesemenaan, bersifat sehomogen mungkin ( Kurniawan ,2001 :70 ). Korpus atau data yang dikumpulkan berwujud teks. Pada penelitian ini yang menjadi korpus dalam lirik lagu yang berjudul “M.I.L.F” oleh Kungpow Chicken featuring Tante Eva

Alasan Peneliti menggunakan lirik lagu “M.I.L.F” sebagai korpus adalah dikarenakan dalam lagu tersebut menggambarkan immoral remaja yang merupakan adanya pergeseran budaya dan pengaruh budaya asing. Berikut ini adalah lirik lagu “M.I.L.F”

Verse 1

Gak tau kenapa dari mana asalnya

Selera mesumku terhadap wanita tercipta agak sedikit berbeda Kalo ngeliat gadis SMA burungku berkicau hanya biasa saja Tapi kalo ngeliat tante-tante suka pengen langsung keluar terbang dari sarangnya

Bunga Citra Lestari Titi Kamal tak membuat otak cabulku aktif berkarya

Tapi hati ini gimana gitu kalo udah ngebayangin titi DJ ataupun Lilis Karlina

Pernah ku punya tetangga seorang tante girang punya anak satu tetep aja Body casing gak kalah bersaing ama cewekcewek berumur belia

Wajah binal payudara besar sering bangunkan ular dari tidurnya Banyak tante-tante sering ditinggal lama suami buat pergi bekerja Membuat mereka kadang haus akan belaian seorang pria

Kata gosip apapun bisa dilakukan demi puaskan hasrat bercinta

Dari mulai mengoleksi dildo dan vibrator sampe berpetualang cari gigolo untuk disewa


(52)

Chorus

Mari sini tante kesepian

Karena tante lagi butuh teman Mari sini main sama tante Nanti tante kasih uang jajan Verse 2

Kita bilang saja hot mama

Hot berarti panas mama berarti ya mama Jadi artinya mama-mama yang kepanasan Yang selalu membuatku menjadi penasaran Apalagi yang baru beranak satu suka kegatelan

Kadang orang dewasa suka memperhatikan perawatan Masa masa bau ikan berubah jadi parfum satu jutaan Sekalinya punya kenalan tapi teman arisan ibuku Curi-curi kesempatan waktu ngocok nama di rumahku Pura-pura pasang muka anak baik-baik depan mereka

Padahal mata ini nakal jelalatan memandang tonjolan-tonjolan payudara

Membuat air liurku menjadi menetes sampai meleleh Auw cape deh

Back to chorus Verse 3

Gara-gara ku punya ambisi pengen bisa tidur sama tante-tante Sengaja tiap hari ku berpenampilan gaya metrosexual berusaha tampil lebih dewasa

Supaya jantan macho ku rajin ikut fitnes kebugaran juga tak lupa minum jamu stamina kuat pria

Tambah-tambah pengetahuan kupelajari tiap adegan dalam film kamasutra

Terus ini jadi bagaimana ternyata aku belum bisa ikut permainan mereka Sebuah obsesi tersembunyi tapi dicap anak durhaka

Belum lagi diburu dicari-cari preman suruhan suaminya juga orang tuaku menuntut mereka karena phedopilia Daripada putus asa tak dapat anak SMA dan hot mama Mendingan nikah sirri saja ama dorizo di Belanda

3.3 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data ini berasal dari data primer dan sekunder yang di peroleh dari :


(53)

1. Data primer : pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara mendengarkan lagu “M.I.L.F” ( Mother I’d Like to Fuck), kemudian membaca serta memahami kata perkata dari lirik tersebut,yang kemudian di tulis kembali oleh peneliti untuk di jadikan bahan penelitian

2. Data sekunder : data yang berasal dari bahan – bahan referensi , seperti buku-buku dan data dari internet yang berhubungan dengan objek kajian yang di teliti.

3.4 Teknik Analisis Data

Peneliti menginterpretasikan kata-kata atau lirik sebagai tanda yang terdapat pada lirik lagu “M.I.L.F” ( Mother I’d Like to Fuck). Kata – kata yang menjadi korpus dalam penelitian ini adalah yang memiliki konsep perilaku immoral.

Langkah berikutnya adalah membongkar tanda-tanda melalui kode-kode pembacaan ( leksia ) yang akan di fungsikan untuk “membaca” penanda dalam kode-kode budaya yang di sampaikan. serta menyimpulkan suatu makna, arti yang ada pada lirik atau tanda dalam lagu tersebut dan dalam dua tahapan signifikasi konsep Roland Barthes. Melalui kedua klasifikasi tersebut peneliti akan mendapatkan bagaimana pemaknaan mengenai perilaku immoral secara keseluruhan yang terdapat dalam lirik lagu ”M.I.L.F”


(54)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

Dalam menyampaikan ide dan kreativitas seseorang menuangkannya dengan berbagai macam cara. Misalkan saja seorang seniman pelukis menuangkan inspirasi dan kreativitasnya menjadi sebuah lukisan. Begitu juga dengan seniman musik, mereka menuangkan ide dan kreativitasnya menjadi sebuah armoni yang indah yang disebut lagu. Hasil kreatifitas itu dapat dinikmati oleh banyak orang dan banyak memberi manfaat.

Hal itu juga terjadi pada grup rap Kungpow Chickens. Kungpow Chickens adalah grup rap muda asal Bandung yang terdiri dari Chow Sing Che / Andi (MC), Dorizzo / Abdoel (MC), DJ D.O.S / Ican (DJ), DJ Jojo (DJ). Mereka terbentuk pada 1 April 2004. Pernah mengeluarkan EP album mini dengan judul Alit Da Baong yang dinaungi oleh sebuah label independent lokal Bandung, yaitu V-Music. Dan sekarang akhirnya merilis full album dibawah naungan Nagaswara. Kungpow Chickens adalah tongkrongan anak-anak muda yang protes atas segala sesuatu yang tampak tidak adil dikalangan pertumbuhan anak muda Indonesia. Kita mungkin mengerutkan dahi dan mulut menganga pada saat melihat berita-berita kriminal yang mengejutkan di TV, bisa saja karena berita-berita tentang bapak kandung yang memperkosa anak kandungnya sendiri, musimnya anak sekolah hamil di luar nikah atau nenek di perkosa pemuda tanggung yang suka nyanyi-nyanyi balada di depan gang. Bukannya ini karena kebebasan yang kita terima


(55)

dalam menghadapi pesatnya kemajuan teknologi, media-media yang sebebas dan seenaknya berhamburan di kalangan anak muda sekarang ini. Dan semudah mendapatkan DVD vulgar bajakan, mendownload situs-situs porno di internet, mendapatkan tabloid murahan di kios-kios yang sekarang lagi rajin-rajinnya di razia kamtib dan polisi. Semua ini karena memang kurangnya pendidikan secara formal dari orang tua dan kurangnya memahami sex education yang sebenarnya.

Kungpow Chickens mencoba untuk mengkritik realitas sosial yang tampak menutupi dan kurang memperhatikan isu masa depan anak negeri ini, terutama masalah sex education. Inspirasi memang bisa datang dari mana saja, bahkan dari hal yang dampaknya tidak lumrah atau tabu bagi sebagian besar orang. Tapi buat Kungpow Chickens, isu-isu macam itulah yang justru menghidupkan kreatifitas dalam bermusik. Anda bisa melihat sebuah dunia yang lebih luas lagi, jika anda mengartikan isi album ini dengan pikiran sehat yang terbuka.

(http://www.nagaswara.co.id/artisdet.asp?aid=15)

Berawal dari dj Jojo yang sedang ngulik sebuah software untuk membuat ringtone HP, Andi, announcer acara “Hiphophooray” yang disiarkan di Ardan 105,9 FM, tertarik untuk membuat sebuah lagu yang mengambil beat yang dibuat oleh Jojo. Tidak sengaja salah satu lagu mereka diputar di acara yang dipandu Andi ,ternyata respons dari pendengar bagus, dan akhirnya mereka membuat lagu-lagu lainnya. Sehingga jadilah sebuah mini album yang bertitel Album Ini “Alit Da Baong”. Album ini bercerita tentang sebuah karakter rekaan anak kecil bernama Alit yang baong, jorang, dan omes. Lewat Alit, Andi menyuarakan pendapatnya Kungpow Chickens Memang pilihan katanya terkesan jorok, kasar,


(56)

dan provokatif. Pilihan metode ini dirasa Andi perlu karena hanya dengan cara ini pendengar akan “ngeh” dengan apa yang berusaha disampaikan olehnya lewat musiknya Kungpow Chickens. Kungpow Chicken berhasil meluncurkan lima album hingga 2010 ini. Diantaranya 1st Album : Mini Album Alit Da Baong (2004) ,2nd Album : Chickens Strike Back ( 2005),3rd Album : Smell Like Fish Taste Like Chickens (2008 ),4th Album : 4 Adult Ears Only ( 2009) dan The Last Chickens Standing (last album) 2010.

Setiap album Kungpow Chickens selalu mempunyai tagline yang sama yaitu “ Dengan Bimbingan Mamah dan Papah” dimana itu ditujukan kepada orang tua dalam memperhatikan realitas anak dalam menghadapi kemajuan teknologi dan informasi. Salah satunya dalam lirik lagu “M.I.L.F” feat Tante Eva. Lagu yang menceritakan suatu realita hidup anak muda zaman sekarang yang punya kebiasaan atau lebih suka dengan seorang yang usianya terpaut jauh. Lagu yang mempunyai melodi yang sangat mudah diterima oleh telinga penedengar terutama pada bagian reff, dengan dibungkus musik yang dapat membuat kaki dan tangan kita bergoyang. Single ini diharapkan mampu membuat telinga kita sedikit mengingat dan makin menjadi akrab dengan lagu-lagu pada album sebelumnya.

Semua ciptaan dari Kungpow Chickens merupakan 90 persen pengalaman pribadi dan 10 persen merupakan curhatan dari teman. Kungpow Chickens berduet dengan tante Eva, dimana tante Eva ini di gunakan sebagai ikon dari lagu “M.I.L.F” .


(57)

4.2 Lirik Lagu “M.I.L.F” menurut semiologi Roland Barthes

Salah satu area yang di rambah oleh Barthes dalam studinya tentang tanda adalah peran dari pembaca. Roland Barthes sebagai salah satu seorang pengikut Saussure membuat model sistematika dalam menganalisa makna dari tanda-tanda. Fokus perhatian Barthes lebih bertujuan pada gagasan tentang signifikasi dua tahap terhadap tanda ( two step of significations).

Tahap pertama , tanda merupakan hubungan antara signifier dan signified, Barthes menyebutnya sebagai denotasi, yaitu makna yang paling nyata dari tanda. Selanjutnya tahap kedua ialah makna konotasi dari tanda, hal ini menggambarkan interaksi yang terjadi ketika tanda bertemu dengan perasaan atau emosi dari pembaca serta nilai-nilai dari kebudayaannya. Dengan kata lain denotasi adalah apa yang di gambarkan tanda terhadap suatu objek, sedangkan konotasi adalah bagaimana cara menggambarkannya ( Fiske, 1990:72).Begitupun juga dengan lirik lagu “M.I.L.F”, signifikasi dua tahap ( two step of significations) yang di kemukakan berdasarkan Barthes sebagai berikut :

Gambar 4.1 peta tanda Roland Barthes Signifier( penanda) :

teks lirik lagu “ M.I.L.F”

2. Signified (petanda):

Konsep menurut kamus bahasa Indonesia

3. Denotative sign (tanda denotative) : kata-kata yang bermakna paling nyata 4. Conotative signifier : kata-kata yang bermakana paling nyata

5. Conotative signified : konsep baru yang muncul dari pembaca terhadap kata-kata yang bermakna paling nyata


(1)

perilaku imitasi yang selalu dilakukan remaja agar terkesan tidak ketinggalan zaman dengan mengeksplore keingintahuannya itu melalui media yang berupa televisi, film, video, surat kabar, radio, majalah, tabloid, buku- buku, internet dan sebagainya. Hal yang ditiru adalah budaya asing yang tidak langsung membuat masyarakat men-cap negara asing membawa pengaruh buruk bagi remaja. Perilaku remaja yang menyenangi hubungan seks dengan lawan jenis lebih tua seperti dalam lirik lagu “M.I.L.F”, merupakan hal yang wajar dan bukanlah suatu kelainan jiwa


(2)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari hasil pemaknaan lirik lagu “M.I.L.F” dengan menggunakan semiologi Barthes yang menggunakan kode-kode pembacaan dan mitos pada korpus penelitian ini, maka peneliti memaknai lirik lagu “M.I.L.F” adalah sebagai berikut:

1. Lirik lagu “M.I.L.F secara denotatif yang ditangkap oleh peneliti adalah mengungkapkan atau menggambarkan fenomena kondisi moral remaja yang sudah banyak terpengaruh oleh kebudayaan asing. Penentuan perilaku immoral ini didasarkan pada norma-norma yang berlaku di Indonesia diantaranya, norma agama, norma kesopanan, norma moral dan norma hukum. Apabila di negara Amerika seorang remaja melakukan hubungan intim dengan pasangan yang terpaut jauh usianya itu wajar, jika di Indonesia masih kurang diterima atau biasa disebut tidak etis.

2. Makna konotatif adalah menunjukkan kepada masyarakat bahwa dalam lirik lagu “M.I.L.F” ini yang di dalam lirik lagunya tersirat makna perilaku immoral yang mengajak masyarakat terutama orang tua untuk mau berpikir terbuka terhadap apa yang terjadi di sekitar, khususnya dalam memperhatikan masalah seks, sehingga seringkali terjadi penyimpangan moral yang tidak sesuai dengan norma. Budaya asing yang masuk ke Indonesia jelas membawa perubahan yang sangat besar termasuk moral. Indonesia yang dikenal dengan


(3)

nilai-nilai luhur dan norma budaya timurnya, di zaman yang modern ini kehidupan seks sudah semakin kurang terkendali karena pengaruh budaya asing (westernisasi).

3. Pada tataran mitos, karya lirik lagu “M.I.L.F” adalah suatu bentuk cerminan kehidupan sosial masyarakat tentang pergeseran budaya di Indonesia, remaja yang senang melakukan hubungan seks dengan lawan jenis yang usianya terpaut jauh dianggap kelainan jiwa. Apabila dilihat dari sisi norma yang ada di Indonesia, meskipun itu merupakan cerminan realitas yang diadaptasi dari negara asing bagi sebagian masyarakat di Indonesia,itu merupakan perilaku yang tidak etis atau immoral

4. Sebagai sebuah teks , lirik lagu “M.I.L.F” mengacu pada pengetahuan kolektif atau pendapat umum tentang kondisi moralitas remaja yang berorientasi kepada kebebasan terutama masalah seks. Dari hasil pemaknaan diatas dapat diketahui bahwa lirik lagu “M.I.L.F” menjelaskankan realitas sosial yang terjadi telah mengalami pergeseran budaya dan menyerang kaum remaja. Perilaku remaja saat ini semakin mengalami degradasi atau pelencengan moral karena pengaruh dari budaya asing (westernisasi ) dan kemajuan teknologi informasi yang tidak sesuai dengan nilai-nilai bangsa kita dan norma ketimuran masyarakat Indonesia.

5.2 Saran

1. Lirik merupakan unsur penting dalam sebuah lagu, oleh karena itu para pencipta lagu kiranya dapat menciptakan lirik lagu yang tidak menimbulkan


(4)

makna ganda atau ambigu dan mudah di interpretasikan secara negatif tertentu atau khalayak yang ada

2. Sudah saatnya para orang tua lebih konsep tentang sebenarnya dari remaja, sifat-sifat remaja, tidak sekedar hanya memberi batas-batasan ( larangan-larangan belaka) melainkan lebih berani memberikan pengertian tentang apa itu seks. Seks saat – saat ini hendaknya bukan hal yang tabu untuk dibicarakan.

3. Penyaringan terhadap seksualitas di media massa merupakan hal penting juga. Mengingat arus informasi yang mudah masuknya budaya asing juga dapat menjadi pedang bermata ganda yaitu bisa hal-hal positif masuk juga hal negatif seperti perilaku yang diadaptasi dari budaya asing asing sehingga membuat remaja beperilaku tidak etis atau immoral.

4. Para pencipta lagu agar lebih berhati – hati memilih kata dalam lirik lagu, karena pada masa sekarang kurang adanya selektifitas lagu bagi para pendengarnya.


(5)

DAFTAR PUSTAKA BUKU :

Alwi, Hasan.2002. Kamus Besar Bahasaa Indonesiaedisi ketiga. Jakarta: Balai Pustaka

Badudu, J.S. dan Sutan Muhammad Zein, 2001. Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.

Barker, Chris, 2004. Cultural Studies Teori & Praktek, Yogyakarta: Penerbit Kreasi Wacana.

Bertens, K. 1993. ETIKA. Jakarta. Gramedia Pustaka Tama

Dayakisni,Tri, 2008. Psikologi Lintas Budaya edisi Revisi. Malang : UPT Penerbitan Universitas Muhammadiyah Malang

Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan, 2003. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta : Balai Pustaka Tama

Effendy, Onong Uchajana Prof MA,2000. Ilmu Teori dan Filsafat Komunikasi, Bandung : PT. Citra Aditya Bakti

Fiske,John. 1990. Cultural and Communication Studies. Yogyakarta : Jalasutera Hurlock. Elisabeth. 1980. Psikologi Perkembangan. Jakarta: Gramedia

Ibrahim, Idi Subandi, 1997. Lifestyle Ectasy, Yogyakarta & Bandung : Jalasutera Kurniawan, 2001. Semiologi Roland Barthes. Magelang: Yayasan Indonesiasutera Mulyana, Dedy, 2005. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, Bandung: PT Remaja

Rosda Karya

Moleong, Lexy, 2002. Metode Penelitian Kualitatif, Bandung : PT. Remaja Rosdakarya

Sarwono, Sarlito W, 2004 : Psikologi Remaja, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada Semiun,Drs.Yustinus. 2006, Kesehatan Mental I. Yogyakarta: Kanisius

Sobur,Alex,Drs.MSi, 2003. Semiotik Komunikasi, Bandung : PT. Remaja Rosda Karya

_______ _, 2004. Semiotika Komunikasi, Bandung: PT Remaja Rosda Karya


(6)

Subagyo, Fasih,2004. Terampil Bermain Musik, Solo : PT Tiga Serangkai

Suyanto, Bagong. 2006. Sosiologi : Teks Pengantar & Terapan. Jakarta : Kencana

SUMBER NON BUKU

http://cetak.kompas.com/read/xml/2009/06/05/1123207/akademia diakses pada 3Januari 2010 pukul 23.15 WIB

http://www.radarbanten.com/mod.php?mod=publisher&op=viewarticle&artid=71 40 diakses pada 31 Desember 2009/ 21:40 WIB

http://www.konseling.net/info_hot/tante_girang.htm diakses pada diakses pada 3 Januari 2010 pukul 23.15 WIB

http://djwirya.com/news/index2.php?q=real4&id=188&artis=Kungpow%20Chick ens diakses pada 31 Oktober 2009 /12 :44 WIB

http://xjoss.net/showthread.php?t=1435 diakses pada 29 Desember pukul 02:04 WIB

http://www.acehforum.or.id/kungpow-chickens-album-t2458.html?s=7ecb3b5d21a9f23a89a5e53d746c8d9f& diakses pada 30 November 2009 pukul 14:48 WIB

http://showbiz.vivanews.com/news/read/56447-kungpow_band__sby_adalah_presiden_musik/ diakses 30 November 2009 pukul 15.45 WIB

http://www.lautanindonesia.com

http://www.wattpad.com/120966-pengertian-musik#

http://clubbing.kapanlagi.com/archive/index.php/t-3356.html

(http://www.bkkbn.go.id/Webs/DetailRubrik.php?MyID=397 diakses pada 27 januari 2010 pukul 03.15 WIB)

http://static.rnw.ni/migratie/www.ranesi.ni/tema/masyarakat/perkawinan-sejenis-redieted diakses pada 31 Januari 2010 pukul 23.15 WIB

http://nymag.com/news/features/2007/sexandlove/30915/ 10 desember 2009 pukul 01.21 WIB

http://www.ssffmp.or.id/berita/22458/Budaya_Malu_Harus_Diperkuat diakses pada 30 Januari 2010 pukul 01.12 WIB

http://pustaka.site90.net/content/view/19/ diakses pada 31 Januari 2010 pukul 23.22 WIB

http://www.solusisehat.net/berita.php?id=286 diakses pada 8 februari 2010 pukul 20.32 WIB

http://www.total.or.id/info.php?kk=Casing diakses pada 8 Februari 2010 pukul 01.20 WIB

http://cetak.kompas.com/read/xml/2009/03/12/04343952/selingkuh..picu.kdarit diakses pada 31 Januari 2010 pukul 22.15 WIB

http://www.posmetrobatam.com/index.php?option=com_content&view=article&c atid=23:cincai&id=647:seks-bebas-mengkhawatirkan diakses pada 10 Februari 2010 pukul 10.16 WIB


Dokumen yang terkait

PEMAKNAAN LIRIK LAGU “SELAMANYA INDONESIA”(Studi Semiologi Pemaknaan Lirik Lagu “Selamanya Indonesia” yang dipopulerkan oleh 21st Night).

0 6 95

PEMAKNAAN LIRIK LAGU “RINDU” (STUDI SEMIOTIK TENTANG PEMAKNAAN LIRIK LAGU “RINDU” YANG DIPOPULERKAN OLEH AGNES MONICA).

4 23 76

Pemaknaan Lirik Lagu “ Drama Keadilan “ (Studi Semiologi Terhadap Pemaknaan Lirik lagu “Drama Keadilan Yang Dipopulerkan Oleh Saykoji”).

3 13 117

REPRESENTASI “SEKSUALITAS” PADA LIRIK LAGU ” LAGU GITUAN ” (Studi Semiologi Tentang Representasi “Seksualitas” Pada Lirik Lagu ” Lagu Gituan ” Yang dipopulerkan Oleh Grup Rap KungPow Chickens Dalam Album ”Alit Da Baong”).

1 6 117

Pemaknaan Lirik Lagu Jablay (Analisis Semiotika Pemaknaan Lirik Lagu “Jablay” Yang Dipopulerkan Oleh Titi Kamal)

0 1 13

Pemaknaan Lirik Lagu Jablay (Analisis Semiotika Pemaknaan Lirik Lagu “Jablay” Yang Dipopulerkan Oleh Titi Kamal)

0 0 2

PEMAKNAAN LIRIK LAGU M.I.L.F (Studi Semiotik Pemaknaan Lirik Lagu M.I.L.F yang Dipopulerkan Grup Rap Kungpow Chickens dalam album “ Smell Like Fish Taste Like Chickens”) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pada FISIP UPN “

0 1 18

REPRESENTASI “SEKSUALITAS” PADA LIRIK LAGU ” LAGU GITUAN ” (Studi Semiologi Tentang Representasi “Seksualitas” Pada Lirik Lagu ” Lagu Gituan ” Yang dipopulerkan Oleh Grup Rap KungPow Chickens Dalam Album ”Alit Da Baong”).

0 1 16

PEMAKNAAN LIRIK LAGU “RINDU” (STUDI SEMIOTIK TENTANG PEMAKNAAN LIRIK LAGU “RINDU” YANG DIPOPULERKAN OLEH AGNES MONICA)

0 1 17

PEMAKNAAN LIRIK LAGU “SELAMANYA INDONESIA”(Studi Semiologi Pemaknaan Lirik Lagu “Selamanya Indonesia” yang dipopulerkan oleh 21st Night)

0 0 23