BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Lembaga-lembaga pendidikan terutama pendidikan tinggi diharapkan mampu mewujudkan peranannya secara efektif dengan keunggulan dalam
kepemimpinan, staf, proses belajar mengajar, pengembangan staf, kurikulum, tujuan dan harapan, iklim akademis, penilaian diri, komunikasi, dan
keterlibatan masyarakat sebagai bagian dari mekanisme kontrol terhadap eksistensi pendidikan itu sendiri. Tantangan lembaga pendidikan di era global
sekarang ini memang sangat berat. Lembaga pendidikan bukan hanya dituntut untuk bertanggung jawab memproduksi sumber daya manusia dengan
kompetensi teknis, tetapi juga dituntut untuk melahirkan sumber daya manusia yang memang memiliki paradigma pendidikan nilai sebagai tatanan normatif.
Tujuannya untuk menjadikan sumber daya manusia sebagai output lembaga pendidikan tinggi memiliki nilai-nilai moral sebagai standar etika profesi
mereka di kemudian hari. Itulah tantangan realistis dan mendesak yang harus dilakukan oleh lembaga pendidikan terutama pendidikan tinggi dalam
menelaah dan melakukan orientasi terhadap sistem pendidikannya. Di dalam pasal 1 butir 20 UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional dinyatakan bahwa pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan
belajar. Di lingkungan pendidikan tinggi, interaksi tersebut terjadi antara mahasiswa dengan dosen. Dalam proses interaksi diharapkan terjadi proses
1
2
perubahan yang dialami mahasiswa dalam empat ranah, yaitu ranah pengetahuan kognitif, ranah perasaan afektif, ranah keterampilan
psikomotorik, dan ranah kerja sama kooperatif Widanarto, 2007:27. Perubahan aspek kognitif dapat dilihat dari capaian indeks prestasi yang
diperoleh mahasiswa. Indeks prestasi dijadikan sebagai tolok ukur penguasaan akademik mahasiswa atau hasil belajar mahasiswa.
Hasil belajar mahasiswa Program Studi Pendidikan Akuntansi pada mata kuliah Akuntansi Keuangan Lanjutan I secara umum kurang memuaskan.
Pencapaian nilai A dan B kurang dari 10 mahasiswa dan sebagian besar mendapat nilai C dan D. Mata kuliah Akuntansi Keuangan Lanjutan I AKL I
dibagi menjadi 2 yaitu teori AKL I dan praktik AKL I. Dalam buku Pedoman Program Studi Pendidikan Akuntansi disebutkan bahwa mata kuliah teori AKL
I bertujuan untuk memperkenalkan aplikasi prinsip akuntansi pada bidang- bidang khusus, dan membahas lebih jauh tentang firma, joint venture,
penjualan angsuran dan penjualan konsinyasi pada kantor pusat dan kantor cabang, dan sebagainya. Sedangkan mata kuliah praktik AKL I bertujuan untuk
memberikan pemahaman kepada mahasiswa berkaitan dengan praktik yang terjadi di perusahaan sehari-hari yang relevan dengan mata kuliah AKL I.
Peneliti menduga faktor-faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya prestasi belajar mahasiswa pada mata kuliah AKL I yaitu kinerja dosen, lingkungan
kelas, dan lingkungan tempat tinggal mahasiswa. Di dalam proses belajar mengajar, kegiatan interaksi antara dosen dan
mahasiswa merupakan kegiatan yang dominan. Proses pembelajaran perlu menggunakan metode maupun media mengajar yang tepat agar mahasiswa
3
dapat mengikuti pembelajaran dengan baik. Penggunaan metode maupun media pembelajaran harus sesuai dengan bahan ajar yang akan diberikan. Bahan ajar
yang sudah dipersiapkan oleh dosen harus dapat tersampaikan dengan baik dan benar agar mahasiswa dapat memahami bahan ajar tersebut. Apabila ada
mahasiswa yang belum memahami suatu materi maka dosen perlu memberikan bimbingan kepadanya. Dalam memberikan bimbingan tersebut, dosen perlu
memotivasi mahasiswa agar mereka mempunyai kesadaran bahwa bahan ajar yang ada harus benar-benar dipahami. Beberapa langkah dosen tersebut apabila
dilakukan dengan baik maka mahasiswa akan termotivasi untuk belajar dengan baik sehingga prestasihasil belajar yang diharapkan akan tercapai.
Pembelajaran di kelas harus didukung dengan lingkungan kelas yang nyaman dan aman. Menurut Ahmad 1995:14 dalam http:sekolah-dasar.
blogspot. com200902kelas- yang-nyaman- danmenyenangk.html, syarat- syarat kelas yang baik adalah: 1 rapi, bersih, sehat, tidak lembab, 2 cukup
cahaya yang meneranginya, 3 sirkulasi udara cukup, 4 perabot dalam keadaan baik, cukup jumlahnya dan ditata dengan rapi, dan 5 jumlah
mahasiswa tidak lebih dari 40 orang. Apabila syarat-syarat tersebut dipenuhi, maka kondisi pembelajaran di kelas nyaman untuk pelaksanaan proses
pembelajaran. Kondisi lingkungan kelas yang nyaman membuat mahasiswa fokus untuk melakukan pembelajaran sehingga prestasi belajar yang diharapkan
dapat tercapai. Lingkungan tempat tinggal diduga kuat berhubungan dengan prestasi
belajar mahasiswa. Hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Kuswa Dewi menunjukkan ada pengaruh antara lingkungan tempat tinggal terhadap prestasi
4
belajar http:www.perpus.upstegal.ac. idhome easylibindex. php?pilih= pencarian Jenis Koleksi=Karya 20 Ilmiyah Fakultas= mod=yes
page=syarat=detail=yBarcode=PE09022. Lingkungan tempat tinggal merupakan lingkungan yang dekat dan erat sekali hubungannya dengan diri
seseorang karena dialamidirasakan secara langsung. Apabila lingkungan tempat tinggal dirasakan nyaman dan aman oleh mahasiswa maka motivasi
untuk melaksanakan pembelajaranpun akan tinggi sehingga prestasi belajar yang diharapkan akan tercapai.
Dari latar belakang di atas, maka peneliti tertarik untuk meneliti dosen
dan mahasiswa. Sehingga penelitian ini mengambil judul ”Hubungan Kinerja Dosen, Lingkungan Kelas, dan Lingkungan Tempat Tinggal Mahasiswa
dengan Prestasi Belajar Akuntansi Keuangan Lanjutan I.” Penelitian ini
merupakan studi kasus pada mahasiswa program studi Pendidikan Akuntansi, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.
B. Batasan Masalah