Hubungan kinerja dosen, keaktifan mahasiswa, dan gaya belajar dengan prestasi belajar Akuntansi Keuangan Dasar II: studi kasus mahasiswa angkatan 2015 Program Studi Pendidikan Ekonomi BKK Pendidikan Akuntansi Universitas Sanata Dharma.

(1)

ABSTRAK

HUBUNGAN KINERJA DOSEN, KEAKTIFAN MAHASISWA, DAN GAYA BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR AKUNTANSI

KEUANGAN DASAR II

Studi Kasus: Mahasiswa Angkatan 2015 Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi Universitas Sanata Dharma

Nurulliana Maharsi Universitas Sanata Dharma

2017

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) hubungan positif kinerja dosen dengan prestasi belajar Akuntansi Keuangan Dasar II (AKD II), (2) hubungan positif keaktifan mahasiswa dalam pembelajaran dengan prestasi belajar AKD II, (3) hubungan positif gaya belajar mahasiswa dengan prestasi belajar AKD II.

Jenis penelitian ini adalah penelitan studi kasus. Penelitian dilaksanakan pada bulan September 2016. Populasi penelitian ini adalah mahasiswa angkatan 2015 Program Studi Pendidikan Ekonomi BKK Pendidikan Akuntansi. Jumlah populasi dalam penelitian ini sebanyak 80 orang mahasiswa. Teknik pengumpulan data menggunakan kuesioner dan dokumentasi. Teknik pengujian hipotesis menggunakan korelasi Spearman Rank.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Tidak ada hubungan antara kinerja dosen dengan prestasi belajar AKD II (nilai Sig.(2-tailed) = 0,474); (2) Ada hubungan positif keaktifan mahasiswa dengan prestasi belajar AKD II (nilai Sig.(2-tailed) = 0,002); (3) Tidak ada hubungan gaya belajar dengan prestasi belajar AKD II (nilai Sig.(2-tailed) gaya belajar visual = 0,740; gaya belajar auditorial = 0,493; gaya belajar kinestetik = 0,993).


(2)

ABSTRACT

THE RELATIONSHIP BETWEEN LECTURER’S PERFORMANCE,

STUDENT’S LEARNING ACTIVITY, LEARNING STYLE AND LEARNING ACHIEVEMENT ON ADVANCED ACCOUNTING

PRINCIPLE

A Case Study on Students of 2015 Batch of Economic Study Program, Expertise in Accounting Education, Sanata Dharma University

Nurulliana Maharsi Sanata Dharma University

2017

The research aims to know: (1) the relation between lecturer’s performance and learning achievement of Advanced Accounting Principle, (2) the relation between student’s learning activity and learning achievement of Advanced Accounting Principle, (3) the relation between learning style and learning achievement of Advanced Accounting Principle.

This research is a case study research. This research was carried out in September, 2016. Populations of this research were students of 2015 batch of Economic Study Program, Expertise in Accounting Education, Sanata Dharma University. Numbers of population of this research were 80 students. The techniques of collecting data were questionnaires and documentation. The technique of hypothesis testing was correlation Spearman Rank.

The results of study are: (1) there is not any relation between lecturer’s performance and learning achievement of Advanced Accounting Principle (the value of Sig.(2-tailed) is 0,474); (2) there is a positive relation between student’s active learning and learning achievement of Advanced Accounting Principle (the value of Sig.(2-tailed) is 0,002); (3) there is not any relation between learning style and learning achievement of Advanced Accounting Principle (the value of Sig.(2-tailed) visual = 0,740; audithory = 0,493; kinesthetic = 0,993).


(3)

i

HUBUNGAN KINERJA DOSEN, KEAKTIFAN MAHASISWA,

DAN GAYA BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR

AKUNTANSI KEUANGAN DASAR II

Studi Kasus: Mahasiswa Angkatan 2015 Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi Universitas Sanata Dharma

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi

Oleh :

Nurulliana Maharsi

NIM : 121334066

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI

BIDANG KEAHLIAN KHUSUS PENDIDIKAN AKUNTANSI

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2017


(4)

(5)

(6)

iv

PERSEMBAHAN

Ku Persembahkan Karya Ini Untuk ;

ALLAH SWT

Kedua Orangtua ku tersayang, Purwanto dan Kozimah

Kakak ku, Novita Sakti Dewanti

Segenap Keluarga ku

Orang-orang yang selalu tulus menyayangi ku, I love you all

Almamaterku Universitas Sanata Dharma


(7)

v MOTTO

One smile can start a friendship, one word can end a fight, one look can save a relationship, one person can change your life

Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sehingga

mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri

(Q.S Ar-ra’d 11)

“Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. Maka apabila engkau telah selesai (dari

sesuatu urusan), tetaplah bekerja keras (untuk urusan yang lain). Dan

hanya kepada Tuhanmulah engkau berharap.” (Q.S Al-Insyirah, 6-8)

“Siapapun yang memuji agamanya sendiri dengan meremehkan agama

lainnya hanya akan merendahkan martabat agamanya sendiri. Kerukunan antar umat beragama atau kepercayaan patut dihargai. Hendaknya kita mau mendengar dan memahami nilai-nilai kebenaran


(8)

(9)

(10)

viii ABSTRAK

HUBUNGAN KINERJA DOSEN, KEAKTIFAN MAHASISWA, DAN GAYA BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR AKUNTANSI

KEUANGAN DASAR II

Studi Kasus: Mahasiswa Angkatan 2015 Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi Universitas Sanata Dharma

Nurulliana Maharsi Universitas Sanata Dharma

2017

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) hubungan positif kinerja dosen dengan prestasi belajar Akuntansi Keuangan Dasar II (AKD II), (2) hubungan positif keaktifan mahasiswa dalam pembelajaran dengan prestasi belajar AKD II, (3) hubungan positif gaya belajar mahasiswa dengan prestasi belajar AKD II.

Jenis penelitian ini adalah penelitan studi kasus. Penelitian dilaksanakan pada bulan September 2016. Populasi penelitian ini adalah mahasiswa angkatan 2015 Program Studi Pendidikan Ekonomi BKK Pendidikan Akuntansi. Jumlah populasi dalam penelitian ini sebanyak 80 orang mahasiswa. Teknik pengumpulan data menggunakan kuesioner dan dokumentasi. Teknik pengujian hipotesis menggunakan korelasi Spearman Rank.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Tidak ada hubungan antara kinerja dosen dengan prestasi belajar AKD II (nilai Sig.(2-tailed) = 0,474); (2) Ada hubungan positif keaktifan mahasiswa dengan prestasi belajar AKD II (nilai Sig.(2-tailed) = 0,002); (3) Tidak ada hubungan gaya belajar dengan prestasi belajar AKD II (nilai Sig.(2-tailed) gaya belajar visual = 0,740; gaya belajar auditorial = 0,493; gaya belajar kinestetik = 0,993).


(11)

ix ABSTRACT

THE RELATIONSHIP BETWEEN LECTURER’S PERFORMANCE,

STUDENT’S LEARNING ACTIVITY, LEARNING STYLE AND

LEARNING ACHIEVEMENT ON ADVANCED ACCOUNTING PRINCIPLE

A Case Study on Students of 2015 Batch of Economic Study Program, Expertise in Accounting Education, Sanata Dharma University

Nurulliana Maharsi Sanata Dharma University

2017

The research aims to know: (1) the relation between lecturer’s performance and learning achievement of Advanced Accounting Principle, (2) the relation between student’s learning activity and learning achievement of Advanced Accounting Principle, (3) the relation between learning style and learning achievement of Advanced Accounting Principle.

This research is a case study research. This research was carried out in September, 2016. Populations of this research were students of 2015 batch of Economic Study Program, Expertise in Accounting Education, Sanata Dharma University. Numbers of population of this research were 80 students. The techniques of collecting data were questionnaires and documentation. The technique of hypothesis testing was correlation Spearman Rank.

The results of study are: (1) there is not any relation between lecturer’s performance and learning achievement of Advanced Accounting Principle (the value of Sig.(2-tailed) is 0,474); (2) there is a positive relation between student’s active learning and learning achievement of Advanced Accounting Principle (the value of Sig.(2-tailed) is 0,002); (3) there is not any relation between learning style and learning achievement of Advanced Accounting Principle (the value of Sig.(2-tailed) visual = 0,740; audithory = 0,493; kinesthetic = 0,993).


(12)

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat kasih dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Hubungan Kinerja Dosen, Keaktifan Mahasiswa, dan Gaya Belajar Mahasiswa dengan Prestasi Belajar Akuntansi Keuangan Dasar II” dengan lancar. Penulisan skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi. Selama penyusunan dan penulisan skripsi ini banyak pihak yang telah membantu sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Rohandi, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.

2. Bapak Ignatius Bondan Suratno, S.Pd., M.Si. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Universitas Sanata Dharma dan Ketua Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi, Universitas Sanata Dharma.

3. Ibu Natalina Premastuti Brataningrum, S.Pd., M.Pd. selaku Dosen Pembimbing, yang telah meluangkan waktu dalam membimbing, mendampingi, membantu, dan memberikan saran dan kritik untuk kesempurnaan skripsi ini.

4. Ibu Rita Eny P, S.Pd., M.Si selaku Dosen Pembimbing sebelumnya, yang telah meluangkan waktu dalam membimbing, dan memberikan saran dan kritik.


(13)

xi

5. Segenap staf dosen pengajar Program Studi Pendidikan Ekonomi BKK Pendidikan Akuntansi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, yang telah memberikan pengetahuan dan bantuan selama proses perkulihan

6. Ibu Theresia Aris Sudarsilah, selaku sekretariat Program Studi Pendidikan Ekonomi BKK Pendidikan Akuntansi, yang telah membantu kelancaran proses administrasi selama perkuliahan dan penelitian.

7. Pemimpin dan seluruh staf beserta karyawan perpustakaan Universitas Sanata Dharma yang telah melayani peminjaman buku-buku serta menyediakan fasilitas selama belajar hingga penyusunan skripsi.

8. Seluruh staf BAA Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan pengalaman bekerja yang luar biasa. Terimakasih Pak Kris, Pak Heru, Pak Joko, Pak Devi, Bu Linda, Mbak Yovi, Mbak Hengki, Mbak Wira.

9. Orangtua saya Purwanto dan Kozimah, yang telah mengantarkan saya menjadi sarjana, serta telah memberikan materi, doa, kasih sayang dan dukungan yang sangat luar biasa.

10.Kakak saya, Novita Sakti Dewanti yang telah memberikan dukungan serta kucuran dana yang senantiasa saya porotin hehe. Terimakasih banyak.

11.Adik-adik saya, Ika Listiyani dan Muhammad Abdul Aziz. Sukses jadi bagian dari perpajakan STAN dan tetap membanggakan keluarga, serta jangan lupakan perjuangan semua keluarga yang telah mengantarkan kalian menjadi sekarang.


(14)

xii

12.Om Tanggang dan Mbak Bulik, terimakasih telah memberikan tempat tinggal selama di Jogja.

13.Robertus Dani Setiawan, mas pacar yang telah memberikan kasih sayang, semangat, dan dukungan. Senantiasa membantu ketika sedang kesusahan. 14.Sahabat-sahabatku yang dulu dekat benget, Ayu, Sisil, Yosep, Galing, Tomi.

Kangen kalian banget. Kangen main sama-sama lagi. Ayo main.

15.Okti, Destri, Adis, Eny, Agnes, Oliv, Cimar, Siska Boru. Terimakasih banyak banget, atas bantuan dan semangatnya untuk penulis bisa menyelesaikan skripsi ini.

16.Teman-teman PAK B yang telah berproses bersama selama 4 tahun. Terimakasih atas bantuan, kerjasama, dan kenangannya.

17.Teman-teman PPL DBZ semuanya. Yang selalu rencana main tapi cuma jadi wacana aja hehe.

18.Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu yang telah memberikan bantuan dalam penulisan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan, maka dari itu penulis mengharapkan adanya kritik atau saran dari pembaca dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Yogyakarta, 25 Januari 2017

Penulis,


(15)

xiii DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACK ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR TABEL ... xvii

DAFTAR LAMPIRAN ... xx

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Batasan Masalah ... 6

C. Rumusan Masalah ... 7

D. Tujuan Penelitian ... 7

E. Manfaat Penelitian ... 8

BAB II KAJIAN TEORETIK A. Kinerja ... 9


(16)

xiv

1. Pengertian Kinerja ... 9

2. Faktor yang Mempengaruhi Kinerja ... 10

3. Penilaian Kinerja ... 12

4. Fungsi Penilaian Kinerja ... 16

5. Dosen ... 18

B. Kinerja Dosen ... 21

1. Mengajar yang Efisien ... 22

2. Sasaran Evaluasi Kinerja Dosen ... 23

3. Cara Evaluasi ... 25

C. Keaktifan Belajar ... 26

1. Pengertian Keaktifan Belajar ... 26

2. Klasifikasi Keaktifan ... 28

3. Asas Keaktifan ... 29

D. Gaya Belajar ... 30

1. Pengertian Gaya Belajar ... 30

2. Jenis-Jenis Gaya Belajar ... 31

3. Indikator Gaya Belajar ... 36

E. Prestasi Belajar ... 40

1. Pengertian ... 40

2. Faktor yang Mempegaruhi Prestasi Belajar ... 41

F. Akuntansi Keuangan Dasar II ... 46

G. Penelitian yang Relevan ... 46


(17)

xv

I. Paradigma Penelitian ... 50

J. Perumusan Hipotesis ... 51

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 52

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 52

C. Subjek dan Objek Penelitian ... 52

D. Populasi ... 53

E. Operasionalisasi dan Pengukuran Variabel ... 54

1. Operasionalisasi Variabel ... 54

2. Pengukuran Variabel ... 58

F. Teknik Pengumpulan Data ... 59

G. Teknik Pengujian Instrumen ... 59

1. Uji Validitas ... 60

2. Uji Reliabilitas ... 70

H. Teknik Analisis Data ... 72

1. Pengujian Statistik Deskriptif ... 72

2. Pengujian Prasyarat Analisis ... 73

I. Pengujian Hipotesis ... 73

BAB IV GAMBARAN UMUM A. Sejarah Universitas Sanata Dharma ... 76

B. Arti logo, Visi, dan Misi Universitas Sanata Dharma ... 80

C. Sejarah Program Studi Pendidikan Ekonomi ... 81


(18)

xvi

E. Kurikulum ... 86

F. Proses Pembelajaran ... 86

G. Sumber Daya Manusia ... 86

H. Kemahasiswaan ... 87

BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data ... 89

1. Deskripsi Karakteristik Responden ... 89

2. Deskripsi Variabel Responden ... 91

B. Pengujian Prasyarat Analisis ... 96

C. Pengujian Hipotesis ... 98

D. Pembahasan Hasil Penelitian ... 104

BAB VI KESIMPULAN, SARAN, DAN KETERBATASAN A. Kesimpulan ... 113

B. Saran ... 114

C. Keterbatasan ... 117

DAFTAR PUSTAKA ... 119


(19)

xvii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Konversi Nilai Akhir... 46

Tabel 2.2 Nilai Akhir Keberhasilan Belajar Mahasiswa ... 46

Tabel 3.1 Populasi Penelitian ... 54

Tabel 3.2 Kisi-Kisi Kuesioner Kinerja Dosen ... 55

Tabel 3.3 Kisi-Kisi Kuesioner Keaktifan Belajar ... 56

Tabel 3.4 Kisi-Kisi Kuesioner Gaya Belajar ... 57

Tabel 3.5 Nilai Akhir Keberhasilan Belajar Mahasiswa ... 58

Tabel 3.6 Skala Pengukuran Likert ... 59

Tabel 3.7 Hasil Pengujian Validitas Variabel Kinerja Dosen ... 61

Tabel 3.8 Hasil Pengujian Ulang I Validitas Variabel Kinerja Dosen ... 62

Tabel 3.9 Hasil Pengujian Ulang II Validitas Variabel Kinerja Dosen ... 63

Tabel 3.10 Hasil Pengujian Validitas Variabel Keaktifan Mahasiswa ... 64

Tabel 3.11 Hasil Pengujian Ulang I Validitas Variabel Keaktifan Mahasiswa ... 65

Tabel 3.12 Hasil Pengujian Validitas Variabel Gaya Belajar ... 67

Tabel 3.13 Hasil Pengujian Ulang I Validitas Variabel Gaya Belajar ... 68

Tabel 3.14 Hasil Pengujian Ulang II Validitas Variabel Gaya Belajar ... 69

Tabel 3.15 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen ... 71

Tabel 3.16 Panduan Acuan Patokan (PAP) Tipe II ... 72

Tabel 3.17 Interpretasi Nilai Koefisien Korelasi Spearman ... 75


(20)

xviii

Tabel 4.2 Dosen dan Tenaga Administrasi Prodi Pendidikan Akuntansi ... 87

Tabel 4.3 Kegiatan Program Studi Pendidikan Ekonomi ... 88

Tabel 5.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 90

Tabel 5.2 Kategori IPK ... 90

Tabel 5.3 Karakteristik Responden Berdasarkan IPK ... 91

Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Kinerja Dosen ... 92

Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Keaktifan Mahasiswa dalam Pembelajaran .. 93

Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Gaya Belajar ... 94

Tabel 5.7 Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar AKD II ... 95

Tabel 5.8 Hasil Uji Normalitas Bivariat Kinerja Dosen dan Prestasi Belajar AKD II ... 96

Tabel 5.9 Hasil Uji Normalitas Bivariat Keaktifan Mahasiswa dalam Pembelajaran dan Prestasi Belajar AKD II ... 97

Tabel 5.10 Hasil Uji Normalitas Bivariat Gaya Belajar dan Prestasi Belajar AKD II ... 98

Tabel 5.11 Hasil Hipotesis Hubungan Kinerja Dosen dengan Prestasi Belajar AKD II ... 99

Tabel 5.12 Hasil Hipotesis Hubungan Keaktifan Mahasiswa dalam Pembelajaran dengan Prestasi Belajar AKD II ... 100

Tabel 5.13 Hasil Hipotesis Hubungan Gaya Belajar Visual dengan Prestasi Belajar AKD II ... 102

Tabel 5.14 Hasil Hipotesis Hubungan Gaya Belajar Auditorial dengan Prestasi Belajar AKD II ... 102


(21)

xix

Tabel 5.15 Hasil Hipotesis Hubungan Gaya Belajar Kinestetik


(22)

xx

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman Lampiran I Surat Ijin Penelitian ... 122 Lampiran II Kuesioner Penelitian ... 124 Lampiran III Data Penelitian ... 132 Lampiran IV Hasil Uji Validitas ... 142 Lampiran V Hasil Uji Reliabilitas ... 152 Lampiran VI R tabel ... 154 Lampiran VII Hasil Penghitungan PAP ... 156 Lampiran VIII Hasil Uji Normalitas ... 158 Lampiran IX Hasil Uji Hipotesis ... 160


(23)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan adalah salah satu sarana untuk menjawab berbagai tantangan yang berkaitan dengan perkembangan informasi, globalisasi, pasar bebas, bahkan masalah kerukunan berbangsa dan bernegara. Dalam membangun manusia seutuhnya, pembangunan di bidang pendidikan merupakan salah satu wahana untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia, karena keberhasilan dunia pendidikan adalah sebagai faktor penentu tercapainya tujuan pembangunan nasional di bidang pendidikan yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa. Sebagaimana yang tercantum dalam Undang – Undang Sisdiknas yang bertumpu pada keyakinan pemerintah akan pentingnya pendidikan dalam kehidupan manusia, bahwa pendidikan merupakan usaha agar manusia dapat mengembangkan potensi dirinya melalui proses pembelajaran dan atau cara lain yang dikenal dan diakui oleh masyarakat. Pendidikan merupakan proses pendewasaan diri seseorang. Melalui pendidikan akan tercipta perubahan tingkah laku dari seseorang yaitu dari yang sebelumnya tidak tahu menjadi mengerti tentang sesuatu hal. Menurut Undang – Undang No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 ayat (1) menegaskan bahwa :

Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual, keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak


(24)

mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Hal tersebut menunjukan bahwa pendidikan merupakan upaya yang terencana, yang menggunakan berbagai proses dan metode tertentu dengan tujuan untuk mengembangkan potensi yang ada dalam diri peserta didik agar terjadi perubahan pengetahuan, tingkah laku dan keterampilan. Dengan demikian, pendidikan merupakan sarana utama dalam upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia sehingga negara menjadi maju dan tidak menjadi negara yang terbelakang daripada negara lain dalam berbagai aspek, baik ekonomi, sosial, politik dan sebagainya. Oleh karena itu, tanggung jawab terhadap pendidikan tidak hanya oleh satu pihak saja melainkan semua pihak turut andil dalam tanggung jawab pendidikan.

Dalam proses pembelajaran, unsur proses belajar memegang peranan yang penting. Inti dari kegiatan pendidikan adalah kegiatan belajar mengajar. Keberhasilan siswa dalam mengikuti program pendidikan di sekolah dilihat berdasarkan prestasi belajarnya. Menurut Slameto (2003:32), salah satu indikator untuk melihat kualitas pendidikan diantaranya dengan melihat prestasi belajar siswa. Realisasinya adalah peningkatan prestasi belajar, baik di tingkat sekolah dasar, sekolah menengah pertama, sekolah menengah atas maupun di perguruan tinggi. Prestasi belajar merupakan bagian akhir dari proses belajar itu sendiri. Prestasi belajar merupakan tolok ukur maksimal yang telah dicapai seorang siswa setelah melakukan proses belajar. Banyak faktor yang mempengaruhi prestasi belajar, faktor-faktor itu dapat berasal dari anak sendiri (internal), misalnya tingkat intelegensi, keaktifan belajar atau


(25)

gaya belajar anak itu sendiri, sedangkan dari luar diri anak (eksternal) misalnya dari guru/dosen, kampus, atau media pengajaran yang digunakan.

Dalam proses pembelajaran di universitas, kegiatan interaksi antara dosen dan mahasiswa merupakan kegiatan yang dominan. Dosen merupakan kelompok yang paling penting dalam lembaga pendidikan perguruan tinggi, karena dosenlah yang melaksanakan fungsi utama program studi yaitu melaksanakan Tri Dharma perguruan tinggi: pengajaran, penelitian dan pengabdian. Dalam perkembangan yang kompetitif dan mengglobal, setiap lembaga termasuk lembaga pendidikan membutuhkan personil, terutama tenaga dosen yang berprestasi tinggi. Kinerja dosen yang berkualitas diperlukan dalam rangka peningkatan mutu institusi pendidikan yang dapat menghasilkan lulusan yang memiliki mutu tinggi dan berprestasi yang bisa bersaing di era sekarang ini. Seorang dosen memiliki tanggung jawab yang besar, mereka tidak hanya bertanggung jawab dalam transfering knowledge tetapi lebih dari itu mereka juga berperan sebagai guru dan pendidik, karena dosen adalah orang yang secara langsung bertemu dengan mahasiswa untuk memberikan ilmu, baik ilmu mata kuliah maupun ilmu tentang kehidupan.

Prestasi belajar mahasiswa akan tercapai secara optimal jika hal-hal yang terkait dengan kinerja dosen di dalam pengajaran baik, seperti penguasaan materi oleh dosen, keterampilan mengajar dosen, strategi mengajar dosen, penggunaan bahasa yang digunakan dalam menyampaikan materi, evaluasi oleh dosen, interaksi dosen dengan mahasiswa, dan pengelolaan kelas oleh dosen. Dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran


(26)

dosen juga dituntut untuk bisa menciptakan suasana yang bermakna, menyenangkan, kreatif dan dinamis untuk meningkatkan prestasi belajar mahasiswa. Hal ini menempatkan dosen pada posisi yang sangat penting karena dosen adalah bagian dari perguruan tinggi yang bertugas menyampaikan jasa pendidikan.

Peningkatan mutu pendidikan di perguruan tinggi berkaitan langsung dengan mahasiswa dan dosen sebagai pendidik. Keberhasilan pendidikan di perguruan tinggi dapat diketahui dari prestasi mahasiswa dalam proses pembelajaran. Keaktifan mahasiswa merupakan hal yang perlu diperhatikan dosen sehingga proses pembelajaran yang ditempuh benar-benar memperoleh hasil yang optimal. Keaktifan mahasiswa dalam pembelajaran juga akan mendorong pencapaian prestasi belajar yang semakin baik. Mahasiswa berperan aktif dalam setiap kegiatan perkuliahan, disiplin mengikuti perkuliahan, dan mandiri dalam menyelesaikan tugas yang diberikan oleh dosen. Seorang mahasiswa dapat mencapai prestasi yang baik manakala ia merasa senang dan tertarik untuk terlibat aktif dalam setiap perkuliahan maupun dalam menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan oleh dosen.

Hal yang harus mendapat perhatian pada saat peningkatan mutu pendidikan yaitu masalah gaya belajar, mengingat keberhasilan pencapaian tujuan belajar sangat menentukan berhasil tidaknya kegiatan pendidikan. Gaya belajar atau learning style merupakan sebuah pendekatan yang menjelaskan mengenai bagaimana individu belajar seperti memahami dan mengingat informasi. Dengan mengenal gaya belajar masing-masing akan memudahkan


(27)

bagi mahasiswa untuk belajar maupun pengajar untuk mengajar dalam proses pembelajaran. Mahasiswa akan dapat belajar dengan baik dan hasil belajarnya baik, apabila ia mengerti gaya belajarnya. Hal tersebut memudahkan mahasiswa dapat menerapkan pembelajaran dengan mudah dan tepat. Meningkatkan kemampuan intelegensinya yang sangat mempengaruhi hasil belajar.

Setiap mahasiswa pasti memiliki gaya belajar yang berbeda-beda yang dipakai dalam usaha mencapai tujuan belajarnya. Dengan mengenal gaya belajar masing-masing maka pembelajaran dapat dilakukan dengan mudah dan tepat. Keberhasilan dalam menggunakan gaya belajar akan membawa dampak yang positif dalam meningkatkan prestasi belajar. Oleh karena itu untuk membantu meningkatkan prestasi belajar mahasiswa agar dapat menjadi lebih optimal, maka faktor-faktor tersebut hendaknya dapat difungsikan secara maksimal sehingga pada akhirnya prestasi belajar yang diraih akan menjadi lebih baik

Prestasi belajar mahasiswa Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus (BKK) Pendidikan Akuntansi pada mata kuliah Akuntansi Keuangan Dasar II (AKD II) secara umum kurang memuaskan. Pencapaian nilai A dan B masih di bawah rata-rata dan sebagian besar mendapat nilai C dan D. AKD II merupakan mata kuliah pokok dalam kurikulum Program Studi (Prodi) Pendidikan Akuntansi. Mata kuliah AKD II dibagi menjadi dua yaitu teori AKD II dan praktik AKD II. Dalam buku Pedoman Program Studi Pendidikan Akuntansi disebutkan bahwa mata kuliah AKD II adalah mata


(28)

kuliah yang mendiskusikan teknik-teknik pencatatan dan prosedur-prosedur akuntansi untuk penyusunan neraca, akuntansi untuk perusahaan, investasi dalam saham dan obligasi, hutang jangka panjang laporan sumber dan penggunaan dana, dan pengenalan pada akuntansi biaya (cost accounting). Meskipun sebagai mata kuliah pokok yang bisa menjadi dasar pengalaman sebelum terjun ke dunia kerja, prestasi belajar mahasiswa Prodi Pendidikan Akuntansi pada mata kuliah AKD II saat ini belum menunjukkan hasil yang memuaskan. Hal ini dapat dilihat dari masih rendahnya nilai mata kuliah AKD II yang diperoleh serta masih banyak mahasiswa yang mengulang mata kuliah tersebut pada kelas angkatan di bawahnya.

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Hubungan Kinerja Dosen, Keaktifan Mahasiswa, dan Gaya Belajar dengan Prestasi Belajar Akuntansi Keuangan Dasar II : Studi Kasus Mahasiswa Angkatan 2015 Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi Universitas Sanata Dharma.

B. Batasan Masalah

Pada penelitian ini penulis perlu membatasi permasalahan dengan tujuan agar pembahasan tidak terlalu meluas. Terdapat berbagai faktor yang berhubungan dengan prestasi belajar mata kuliah AKD II. Pembatasan masalah yang ditetapkan dalam penelitian ini sebagai berikut :


(29)

1. Peneliti membatasi faktor yang akan diteliti adalah kinerja dosen dalam pengajaran pada mata kuliah AKD II

2. Keaktifan mahasiswa dalam kegiatan belajarnya pada mata kuliah AKD II 3. Variabel gaya belajar mahasiswa yang diteliti hanya gaya belajar visual,

auditorial dan kinestetik pada mata kuliah AKD II.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah disampaikan di atas, maka dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut:

1. Apakah ada hubungan positif kinerja dosen dengan prestasi belajar AKD II?

2. Apakah ada hubungan positif keaktifan mahasiswa dalam pembelajaran dengan prestasi belajar AKD II?

3. Apakah ada hubungan positif gaya belajar dengan prestasi belajar AKD II?

D. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian merupakan jawaban dari rumusan masalah agar suatu penelitian dapat lebih terarah dan ada batasan–batasannya tentang objek yang diteliti. Adapun tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui apakah ada hubungan positif kinerja dosen dengan prestasi belajar AKD II.

2. Untuk mengetahui apakah ada hubungan positif keaktifan mahasiswa dalam pembelajaran dengan prestasi belajar AKD II.


(30)

3. Untuk mengetahui apakah ada hubungan positif gaya belajar dengan prestasi belajar AKD II.

E. Manfaat Penelitian 1. Bagi Dosen

Penelitian ini dapat bermanfaat untuk memberikan masukan, saran maupun kritik setelah proses pembelajaran berlangsung sehingga dosen dapat mengevaluasi pembelajarannya dengan cermat dan membuat pembelajaran selanjutnya menjadi lebih baik lagi.

2. Bagi Mahasiswa

Penelitian ini diharapkan bisa menjadi bahan evaluasi dan refleksi untuk mahasiswa.

3. Bagi Universitas Sanata Dharma

Hasil penelitian ini diharapkan bisa menambah literatur dan dapat menjadi referensi bagi mahasiswa lain yang akan melakukan penelitian yang sejenis dimasa mendatang.


(31)

9

BAB II

KAJIAN TEORETIK

Bab ini akan mengulas beberapa teori yang menjadi landasan perumusan hipotesis. Teori berikut disajikan sebagai pegangan dalam menentukan perumusan hipotesis. Teori yang disajikan merupakan teori yang berhubungan dengan kinerja dosen, keaktifan mahasiswa, gaya belajar, dan prestasi belajar.

A. Kinerja

1. Pengertian Kinerja

Konsep kinerja merupakan singkatan dari kinetika energi kerja yang padanyanya dalam bahasa inggris adalah performance yang dalam bahasa Indonesia diartikan sebagai performa. Menurut Wirawan (2008:5) kinerja adalah keluaran yang dihasilkan oleh fungsi-fungsi atau indikator-indikator suatu pekerjaan atau suatu profesi dalam waktu tertentu. Pekerjaan adalah aktivitas menyelasaikan sesuatu atau membuat sesuatu yang hanya memerlukan tenaga dan keterampilan tertentu seperti yang dilakukan pekerja kasar. Contoh pekerjaan, yaitu sopir bus, pembantu rumah tangga, tukang cukur, dan tukang kayu. Sementara itu, profesi adalah pekerjaan yang untuk menyelesaikannya memerlukan penguasaan dan penerapan teori ilmu pengetahuan yang dipelajari dari lembaga pendidikan tinggi seperti yang dilakukan oleh profesional. Contoh profesi adalah, manajer, dokter, dosen, guru, hakim, dan akuntan.


(32)

Prawirosentono (1992:2) mendefinisikan kinerja sebagai hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang dalam suatu organisasi dalam rangka upaya mencapai tujuan secara legal. Sementara Indra Bastian (Irham Fahmi, 2010:3) menyatakan bahwa kinerja adalah gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan/program/kebijaksanaan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi, dan visi organisasi yang tertuang dalam perumusan skema strategis (strategic planning) suatu organisasi.

Dari beberapa pengertian kinerja yang telah disampaikan oleh para ahli, dapat disimpulkan bahwa kinerja adalah keluaran atau hasil kerja dari suatu kegiatan atau program yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang dalam rangka mencapai tujuan organisasi.

2. Faktor yang Mempengaruhi Kinerja

Menurut Wirawan (2008:6) kinerja pegawai merupakan hasil sinergi dari sejumlah faktor. Faktor-faktor tersebut adalah :

a. Faktor internal pegawai, terdiri dari faktor bawaan dari lahir dan faktor yang diperoleh ketika ia berkembang. Faktor bawaan misalnya bakat, sifat pribadi, keadaan fisik dan kejiwaan, sementara faktor yang diperoleh misalnya, pengetahuan, keterampilan, etos kerja, pengalaman kerja, dan motivasi kerja.

b. Faktor lingkungan internal organisasi. Dalam melaksanakan tugasnya, pegawai memerlukan dukungan organisasi tempat ia bekerja.


(33)

Dukungan tersebut sangat mempengaruhi tinggi rendahnya pegawai. Misalnya strategi organisasi, dukungan sumber daya yang diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan serta sistem manajemen dan kompensasi.

c. Faktor lingkungan eksternal organisasi. Faktor-faktor eksternal organisasi adalah keadaan, kejadian, atau situasi yang terjadi di lingkungan eksternal organisasi yang mempengaruhi kinerja karyawan. Misalnya krisis ekonomi dan keuangan.

Kinerja mempunyai hubungan kausal dengan kompetensi. Kinerja merupakan fungsi dari kompetensi, sikap, dan tindakan. Kompetensi melukiskan karakteristik pengetahuan, keterampilan, perilaku dan pengalaman untuk melakukan suatu pekerjaan atau peran tertentu secara efektif. Pengetahuan melukiskan apa yang terdapat dalam kepala seseorang seperti pemahaman mengenai sesuatu. Keterampilan melukiskan kemampuan yang dapat diukur yang telah dikembangkan melalui praktik atau pelatihan. Sikap melukiskan perasaan mengenai sesuatu, melukiskan senang atau tidak senang mengenai objek tertentu. Dalam sikap terkandung perasaan, kepercayaan, nilai-nilai, dan cenderung berperilaku dengan cara tertentu. Sikap mempunyai tiga komponen yaitu (Wirawan: 2008:10) :

a. Komponen afektif dari sikap adalah aspek perasaan emosional terhadap objek, orang, atau situasi. Komponen ini terkondisi melalui hubungan atau pengalaman mengenai objek.


(34)

b. Komponen kognitif adalah kepercayaan, nilai-nilai yang dimiliki seseorang mengenai suatu objek. Kepercayaan atau nilai-nilai ini dapat berasal dari observasi personal, apa yang dilihat, didengar, atau dirasa mengenai fakta, spekulatif, atau sesuatu yang fiktif.

c. Komponen behavioral. Sikap seseorang terhadap suatu objek mempengaruhi perilakunya terhadap objek tersebut. Dengan demikian, kita dapat memprediksi perilaku seseorang terhadap suatu objek dengan mengetahui sikapnya terhadap objek tersebut.

d. Tindakan. Kompetensi dan sikap tidak akan menghasilkan kinerja tanpa dioperasikan dalam tindakan. Banyak orang yang pandai atau berkompeten dan bersikap positif terhadap sesuatu, namun ia NATO−no action, talk only, maka ia tidak akan menghasilkan kinerja.

3. Penilaian Kinerja

a. Pengertian Penilaian Kinerja

Penilaian kinerja pada dasarnya merupakan faktor kunci guna mengembangkan suatu organisasi secara efektif dan efisien, karena adanya kebijakan atau program yang lebih baik atas sumber daya manusia yang ada dalam organisasi. Penilaian kinerja individu sangat bermanfaat bagi dinamika pertumbuhan organisasi secara keseluruhan, melalui penilaian tersebut maka dapat diketahui kondisi sebenarnya tentang bagaimana kinerja karyawan.


(35)

Simamora (2004:338) mengemukakan bahwa penilaian kinerja adalah proses yang dipakai oleh organisasi untuk mengevaluasi pelaksanaan kerja individu karyawan. Menurut Mathis dan Jackson (2006:382) penilaian kinerja (performance appraisal) adalah proses mengevaluasi seberapa baik karyawan melakukan pekerjaan mereka jika dibandingkan dengan seperangkat standar, dan kemudian mengkomunikasikan informasi tersebut kepada karyawan. Penilaian kinerja juga disebut pemeringkatan karyawan, evaluasi karyawan, tinjauan kerja, evaluasi kinerja, dan penilaian hasil. Sedangkan menurut Handoko (1994:11) penilaian kinerja merupakan cara pengukuran kontribusi-kontribusi dari individu dalam organisasi. Nilai penting dari penilaian kinerja adalah menyangkut penentuan tingkat kontribusi individu atas kinerja yang diekspresikan dalam penyelesaian tugas-tugas yang menjadi tanggung jawabnya.

Jadi secara umum dapat didefinisikan bahwa penilaian kinerja adalah sebagai penilaian hasil kerja nyata dengan standar kualitas maupun kuantitas yang dihasilkan oleh setiap pegawai. Penilaian kinerja pegawai mutlak harus dilakukan untuk mengetahui prestasi yang dapat dicapai setiap pegawai. Apakah prestasi yang dicapai setiap pegawai baik, sedang, atau kurang. Penilaian prestasi penting bagi setiap pegawai dan berguna bagi organisasi untuk mengambil keputusan dan menetapkan tindakan kebijaksanaan selanjutnya.


(36)

b. Unsur-Unsur Penilaian Kinerja

Menurut Wirawan (2008:143) unsur-unsur penilaian kerja meliputi hal-hal dibawah ini:

1) Kesetiaan

Dalam arti sempit kesetiaan adalah ketaatan, dan pengabdian kepada Pancasila, UUD 1945, Negara, dan pemerintah. Sedangkan dalam arti luas yang dimaksud dengan kesetiaan adalah tekad dan kesanggupan menaati, melaksanakan dan mengamalkan sesuatu disertai dengan kesadaran dan tanggung jawab. Tekad dan kesanggupan tersebut harus dibuktikan dalam sikap dan tingkah laku sehari-hari serta dalam melaksanakan tugas.

2) Prestasi Kerja

Prestasi kerja adalah hasil kerja yang dicapai oleh seorang tenaga kerja dalam melaksanakan tugas dan pekerjaan yang dibebankan kepadanya. Pada umumnya prestasi seorang pegawai dipengaruhi oleh kecakapan, keterampilan, pengalaman, dan kesungguhan pegawai yang bersangkutan.

3) Tanggung jawab

Tanggung jawab adalah kesanggupan seorang tenaga kerja dalam menyelesaikan tugas dan pekerjaan yang diserahkan kepadanya dengan sebaik-baiknya dan tepat waktu serta berani mengambil risiko atas keputusan yang diambilnya atau tindakan yang diakuinya.


(37)

4) Ketaatan

Ketaatan adalah kesanggupan seorang tenaga kerja untuk menaati segala ketetapan, peraturan perundang-undangan dan peraturan kedinasan yang berlaku, menaati perintah yang diberikan oleh atasan yang berwenang, serta kesanggupan untuk tidak melanggar larangan yang ditentukan.

5) Kejujuran

Kejujuran adalah ketulusan hati tenaga kerja dalam melaksanakan tugas dan pekerjaan serta kemampuan untuk tidak menyalahgunakan wewenang yang telah diberikan kepadanya. 6) Kerja sama

Kerja sama adalah kemampuan seorang tenaga kerja untuk bekerja bersama-sama dengan orang lain dalam menyelesaikan suatu tugas yang ditentukan, sehingga tercapai daya guna dan hasil guna yang sebesar-besarnya sesuai dengan target yang ditentukan. 7) Prakarsa

Prakarsa adalah kemampuan seorang tenaga kerja untuk mengambil keputusan, langkah-langkah atau melaksanakan suatu tindakan yang diperlukan dalam melaksanakan tugas pokok tanpa menunggu perintah dari atasan.


(38)

8) Kepemimpinan

Kepemimpinan adalah kemampuan seorang tenaga kerja untuk mempengaruhi orang lain sehingga orang tersebut memiliki kemauan dan semangat kerja dalam melaksanakan tugasnya.

4. Fungsi Penilaian Kinerja

Penilaian kinerja mengacu pada suatu sistem formal dan terstruktur yang digunakan untuk mengukur, menilai dan mempengaruhi sifat-sifat yang berkaitan dengan pekerjaan, perilaku dan hasil. Dengan demikian, penilaian prestasi adalah merupakan hasil kerja personil dalam lingkup tanggung jawabnya. Fungsi penilaian kinerja menurut Wirawan (2004:24): a. Memberikan balikan (feedback) kepada ternilai mengenai kinerjanya.

Ketika merekrut pegawai, organisasi atau institusi mengharapkan ia memenuhi ketentuan atau ekspektasi organisasi. Ia harus melaksanakan pekerjaan yang ditugaskan kepadanya sesuai dengan uraian tugas, prosedur operasi, dan memenuhi standar kinerjanya. Dengan diberitahukannya kinerja seorang tenaga kerja atau pegawai, ia mengetahui hasil upayanya, kelemahan dan kekuatan kinerjanya, serta apa yang harus ia lakukan dimasa yang akan datang untuk mempertahankan jika kinerjanya baik dan sangat baik.

b. Alat memotivasi ternilai.

Kinerja ternilai yang memenuhi standar kinerja sangat baik atau superior, penilaian kinerja merupakan alat untuk memotivasi


(39)

kinerjanya. Ternilai mengetahui tentang kinerja yang dinilai sangat baik dan merupakan kebanggaan untuk mencapainya.

c. Penentuan dan pengukuran tujuan kinerja.

Dalam sistem evaluasi kinerja yang menggunakan manajemen by objectivies, evaluasi kinerja dimulai dengan menentukan tujuan atau sasaran kerja pegawai ternilai pada awal tahun.

d. Konseling kinerja buruk.

Dalam penilaian kinerja, tidak semua pegawai mampu memenuhi standar kinerjanya atau kinerjanya buruk. Bagi pegawai seperti ini, penilai akan memberikan konseling mengenai penyebab rendahnya kinerja ternilai dan mengupayakan peningkatan kinerja di tahun mendatang.

e. Mendukung perencanaan sumber daya manusia.

Organisasi atau institusi yang mapan mempunyai perencanaan sumber daya manusia yang sitematis untuk masa mendatang. Organisai ini mampu memprediksi berapa jumlah pegawai yang bermutu pada waktu tertentu.

f. Menentukan kebutuhan pengembangan sumber daya manusia (SDM). Kinerja organisasi ditentukan oleh dua faktor: faktor kinerja pegawai dan faktor nonpegawai. Jika kinerja pegawai rendah, pemecahannya berupa penyelenggaraan pengembangan SDM yang berupa, pelatihan, pendidikan, dan pengembangan pegawai.


(40)

g. Alat manajemen kinerja organisasi.

Kinerja organisasi sangat ditentukan oleh kinerja pegawai. Jika kinerja setiap pegawai memenuhi harapan organisasi, maka kemungkinan kinerja organisasi tercapai juga tinggi.

h. Pemberdayaan pegawai.

Penilaian kinerja merupakan alat memberdayakan pegawai agar mampu menaiki jenjang karir. Penilaian kinerja menentukan apakah kinerja pegawai dapat dipergunakan sebagai ukuran untuk meningkatkan karirnya.

5. Dosen

Sesuai dengan Pasal 1 Undang-Undang No. 14 tahun 2005 mengenai Guru dan Dosen.

Dosen adalah pendidik profesional dan ilmuwan dengan tugas utama mentransformasikan, mengembangkan, dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni melalui pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat.

Pengertian dosen menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah tenaga pengajar pada perguruan tinggi. Dosen digolongkan dalam 3 jenis yaitu, dosen tetap, dosen luar biasa atau dosen tidak tetap dan dosen tamu. a. Kualifikasi Dosen

Dalam UU No.14 Tahun 2005 Mengenai Guru dan Dosen, dosen wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, dan memenuhi kualifikasi lain yang dipersyaratkan satuan pendidikan tinggi tempat bertugas, serta


(41)

memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Kualifikasi akademik dosen sebagaimana yang dimaksud diperoleh melalui pendidikan tinggi program pascasarjana yang terakreditasi sesuai dengan bidang keahlian. Dosen memiliki kualifikasi akademik minimum:

1) lulusan program magister untuk program diploma atau program sarjana; dan

2) lulusan program doktor untuk program pascasarjana

Selain kualifikasi akademik, setiap orang yang memiliki keahlian dengan prestasi luar biasa juga dapat diangkat menjadi dosen, tentunya berdasarkan ketentuan yang ditetapkan oleh masing-masing senat akademik satuan pendidikan tinggi.

b. Profil Pengajar

Hamalik (Rimang, 2011:34) mengemukakan bahwa tugas seorang pengajar adalah mengajar dan perannya terdapat di dalam kelas, peran yang harus dimiliki adalah sebagai berikut:

1) Sebagai pengajar, mampu menyampaikan ilmu pengetahuan, sehingga memiliki keterampilan menyampaikan informasi kepada peserta didik dengan menggunakan bahasa yang santun.

2) Sebagai pemimpin kelas, memiliki keterampilan dalam memimpin dan mengarahkan peserta didik.


(42)

3) Sebagai pembimbing, memiliki keterampilan dalam mengarahkan dan mendorong kegiatan belajar peserta didik.

4) Sebagai pengatur lingkungan, memiliki keterampilan mempersiapkan dan menyediakan alat dan bahan pelajaran. Atau dalam definisi lain pengajar harus mempunyai keahlian sebagai

„ahli lingkungan‟ dalam arti bila di lingkungan dimana pengajar

tersebut bekerja dirasakan terjadi situasi yang kurang menyenangkan, atau bila di kelas dimana ia mengajar terjadi situasi yang kurang mendukung proses belajar mengajar, maka pengajar harus pula mampu mengubahnya.

5) Sebagai partisipan, memiliki keterampilan untuk memberikan saran, mengarahkan pemikiran kelas dan memberikan penjelasan. 6) Sebagai ekspeditur, memiliki keterampilan menyelidiki

sumber-sumber masyarakat yang akan digunakan.

7) Sebagai perencana, terampil dalam memilih dan meramu bahan ajar secara profesional.

8) Sebagai penanya, terampil dalam bertanya yang dapat merangsang berpikir peserta didik dalam memecahkan masalah.

9) Sebagai supervisor, terampil dalam mengawasi kegiatan peserta didik dan ketertiban kelas.

10)Sebagai motivator, terampil dalam mendorong semangat peserta didik.


(43)

11)Sebagai evaluator, terampil dalam menilai peserta didik secara objektif, kontinyu dan secara komprehensif.

12)Sebagai konselor, perlu memiliki keterampilan dalam membantu peserta didik yang mengalami kesulitan tertentu.

13)Sebagai pelebur suasana, mampu memberikan humor atau candaan agar peserta didik tidak merasa bosan dalam mengikuti pembelajaran. Dengan humor mungkin dapat menciptakan suasana hangat atau akrab.

14)Sebagai penerima kritik, mau menerima umpan balik (feedback) dari peserta didik atau dari teman sejawatnya dengan maksud agar proses belajar mengajar dapat terus ditingkatkan secara keseluruhan.

B. Kinerja Dosen

Proses pendidikan formal di perguruan tinggi mencakup kegiatan pembelajaran yang dilakukan antara pendidik/pengajar (dosen) dengan peserta didik (mahasiswa). Dalam hal ini dosen dituntut untuk memiliki kemampuan melakukan perancangan berbagai hal berkaitan dengan kegiatan pembelajaran mata kuliah yang diampunya. Kinerja dosen pada suatu perguruan tinggi merupakan perilaku nyata yang ditampilkan setiap dosen sebagai prestasi kerja yang dihasilkan oleh dosen tersebut sesuai dengan peranannya.


(44)

1. Mengajar yang Efisien

Melakukan persiapan atau perencanaan pengajaran adalah tahapan yang sangat penting, karena pada kegiatan persiapan dan perencanaan inilah pelaksanaan pengajaran akan berjalan dengan baik. Terdapat sepuluh tahapan persiapan atau perencanaan yang perlu dilakukan menurut Soekartawi (1995:40), yaitu :

a. Mempelajari silabus. Di tiap lembaga pendidikan terkadang dijumpai adanya perbedaan dalam pembuatan silabus, namum pada dasarnya dapat dikategorikan menjadi dua bagian yaitu silabus yang telah disiapkan oleh jurusan, fakultas, universitas, atau lembaga pendidikan yang bersangkutan; silabus yang disiapkan sendiri oleh pengajar. b. Menetapkan tujuan dan kelompok sasaran. Walaupun tujuan ini telah

ditetapkan di silabus, sebaiknya perlu ditetapkan apa tujuan instruksional umum dan tujuan instruksional khusus. Tujuan instruksional umum biasanya merupakan goals dari bahan ajar yang diberikan, yaitu tujuan relatif yang ingin dicapai, sedangkan tujuan instruksional khusus berisi tujuan yang sifatnya operasional yang harus dikuasai oleh mahasiswa.

c. Membuat satuan acara pengajaran (SAP). SAP adalah penjabaran yang lebih terperinci dari bahan ajar yang diberikan untuk tujuan mencapai tujuan instruksional umum dan tujuan instruksional khusus. Dengan SAP, maka mahasiswa dapat mengetahui dengan cepat tentang isi


(45)

bahan ajar yang akan diberikan pada waktu pembelajaran tersebut berlangsung.

d. Memilih model instruksi yang relevan. Tiap pengajar mempunyai keahlian atau kesenangan dalam memilih model instruksi yang dipakai sehari-hari di kelas. Model instruksi yang digunakan sebaiknya sesuai dengan bahan ajar atau ilmu pengetahuan yang diberikan.

e. Membuat cara evaluasi. Cara evaluasi dapat berupa ujian lisan, tertulis, mengumpulkan tugas, kuis atau lainnya.

f. Menetapkan tempat dan waktu. Biasanya memang bukan tugas pengajar. Namun demikian, pengajar dapat saja mengusulkan tempat dan waktu yang lebih sesuai dengan waktu yang ia miliki.

g. Menetapkan buku wajib dan pilihan. h. Membagikan hand out.

i. Melakukan pengajaran yang baik.

j. Melaksanakan evaluasi diri sendiri. Evaluasi yang dimaksudkan disini adalah evaluasi terhadap diri sendiri mengenai cara mengajar yang sudah dilakukan atau kemampuan berkomunikasi, sebagai bahan evaluasi untuk bisa lebih baik lagi.

2. Sasaran Evaluasi Kinerja Dosen

Salah satu tugas dan tanggung jawab dosen, sebagaimana diamanatkan dalam Peraturan Pemerintah No.60 tahun 2010, adalah melaksanakan pendidikan dan pengajaran. Tugas ini, merupakan utama


(46)

seorang dosen yang harus dilaksanakan dengan sungguh-sungguh karena sebagai realisasi dari tugas utama suatu perguruan tinggi, yaitu melaksanakan kegiatan proses belajar mengajar dalam upaya mendidik mahasiswa.

Sebagai pendidik, dosen mengemban tugas dan tanggung jawab untuk mengembangkan potensi yang dimiliki mahasiswa, baik segi pengetahuan, keterampilan dan sikap yang sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Sesuai dengan tugas utama dosen sebagai pendidik dan pengajar, maka yang menjadi sasaran evaluasi kinerja dosen meliputi (LPM USD, 2008:35) (Pedoman Penilaian Kinerja Dosen, 2009:17) : a. Persiapan atau perencanaan pembelajaran yang dilakukan dosen,

seperti: penyusunan dan pengembangan SAP, silabus, handout perkuliahan.

b. Pelaksanaan pembelajaran, antara lain kemampuan dalam penyampaian materi pelajaran, penguasaan materi, penggunaan alat bantu pendidikan, manajemen kelas, pemberian tugas-tugas perkuliahan, penggunaan metoda pembelajaran.

c. Evaluasi hasil belajar meliputi: antara lain penetapan alat atau jenis evaluasi yang digunakan, kesesuaian penggunaan jenis evaluasi dengan tujuan pembelajaran, relevansi antara soal dengan materi perkuliahan yang disampaikan mahasiswa.


(47)

d. Kemampuan dosen dalam menjalin atau berinteraksi dengan mahasiswa, memotivasi mahasiswa, membantu mahasiswa yang mengalami masalah dalam belajar.

3. Cara Evaluasi

Dalam melaksanakan tugasnya, dosen haruslah melakukan evaluasi dari tugas yang ia berikan selama perkuliahan. Evaluasi dapat dilakukan pada waktu-waktu tertentu sesuai dengan kehendak pengajar (tes mingguan atau kuis) dan dapat pula mengikuti waktu yang telah ditetapkan fakultas atau universitas (ujian tengah semester/ujian akhir semester). Evaluasi ini sebaliknya berjalan pada dua arah, yaitu evaluasi pengajar yang berasal dari mahasiswa dan evaluasi mahasiswa yang berasal dari pengajar.

Menurut Soekartawi (1995:25) bentuk-bentuk evaluasi terhadap mahasiswa biasanya dapat berupa, antara lain:

a. Evaluasi bahwa mahasiswa telah menyelesaikan seperangkat program yang diberikan. Biasanya dilakukan pada lembaga pelatihan atau dalam bentuk kursus yang memerlukan waktu yang singkat.

b. Ujian tertulis. Ujian dalam bentuk uraian, bentuk ujian yang paling populer dilaksanakan. Biasanya cara ujian ini dilakukan pada ujian tengah semester atau pada akhir semester.

c. Ujian lisan. Ujian ini dilakukan untuk mengetahui seberapa jauh kemampuan mahasiswa dalam memahami materi. Pelaksanaan ujian


(48)

ini dilakukan dengan mengadakan tanya jawab secara langsung antara pengajar dengan mahasiswa.

d. Ujian memilih alternatif. Tersedia dalam berbagai kemungkinan seperti ujian pilihan ganda atau ujian memilih benar salah.

e. Ujian penampilan. Misalnya mengikuti pelatihan perancangan media pengajaran, atau pada saat mengikuti program pengalaman lapangan.

C. Keaktifan Belajar

1. Pengertian Keaktifan Belajar

Proses pembelajaran pada hakekatnya untuk mengembangkan aktivitas dan kreativitas peserta didik melalui berbagai interaksi dan pengalaman belajar. Keaktifan belajar mahasiswa merupakan unsur dasar yang penting bagi keberhasilan proses pembelajaran. Keaktifan adalah kegiatan yang bersifat fisik maupun mental, yaitu berbuat dan berpikir sebagai suatu rangkaian yang tidak dapat dipisahkan (Sardiman, 2001: 98). Sedangkan menurut Usman (2000:24) keaktifan adalah keterlibatan intelektual emosional siswa dalam kegiatan belajar mengajar yang bersangkutan, asimilasi dan akomodasi kognitif dalam pencapaian pengetahuan, perbuatan serta pengalaman langsung terhadap balikannya (feedback) dalam pembentukan sikap.

Dari pengertian tersebut dapat diartikan keaktifan mahasiswa adalah suatu kegiatan atau kesibukan fisik maupun nonfisik yang dilakukan oleh mahasiswa melalui suatu pendidikan. Suatu kegiatan atau kesibukan


(49)

belajar yang dilakukan mahasiswa dan merupakan suatu interaksi antara mahasiswa dan dosen dalam rangka mencapai tujuan belajar. Keaktifan mahasiswa dalam kegiatan belajar tidak lain adalah untuk mengkonstruksi pengetahuan mereka sendiri. Mereka aktif membangun pemahaman atas persoalan atau segala sesuatu yang mereka hadapi dalam proses pembelajaran. Keaktifan mahasiswa dalam pembelajaran merupakan hal yang perlu diperhatikan dalam upaya mencapai prestasi belajar yang optimal. Mahasiswa yang belajarnya aktif dan memiliki motivasi yang tinggi akan mampu mencapai prestasi belajar yang tinggi akan mampu mencapai prestasi belajar yang tinggi.

Menurut Sudjana (2004:61) mengemukakan keaktifan siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar dapat dilihat dalam:

a. Turut serta dalam melaksanakan tugas belajarnya. b. Terlibat dalam pemecahan masalah.

c. Bertanya pada siswa lain atau guru apabila tidak memahami persoalan yang dihadapinya.

d. Berusaha mencari berbagai informasi yang diperlukan untuk memecahkan masalah.

e. Melaksanakan diskusi kelompok sesuai dengan petunjuk guru. f. Menilai kemampuan dirinya dan hasil-hasil yang diperolehnya. g. Melatih diri dalam memecahkan soal atau masalah yang sejenis.

h. Kesempatan menggunakan atau menerapkan apa yang telah diperoleh dalam menyelesaikan tugas atau persoalan yang dihadapinya.


(50)

2. Klasifikasi Keaktifan

Banyak jenis aktivitas yang dapat dilakukan oleh mahasiswa di kampus. Aktivitas mahasiswa tidak hanya mendengarkan dan mencatat seperti yang lazim dilakukan oleh kebanyakan mahasiswa. Jenis-jenis aktivitas siswa dalam belajar adalah sebagai berikut (Sardiman, 1988: 99): a. Visual activities, yang termasuk di dalamnya misalnya membaca,

memperhatikan gambar demonstrasi, percobaan, pekerjaan orang lain. b. Oral activities, seperti menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi

saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi. c. Listening activities, sebagai contoh mendengarkan: percakapan,

diskusi, musik, pidato.

d. Writing activities, seperti menulis cerita, karangan, laporan, angket, menyalin.

e. Drawing activities, misalnya menggambar, membuat grafik, peta, diagram.

f. Motor activities, antara lain melakukan percobaan, membuat konstruksi, bermain.

g. Mental activities, misalnya menanggapi, mengingat, memecahkan soal, menganalisa, mengambil keputusan.

h. Emotional activities, seperti menaruh minat, merasa bosan, gembira, bersemangat, bergairah, tenang.


(51)

3. Asas Keaktifan

Asas keaktifan dari berbagai segi antara lain (Wahyudi, 2012:15) : a. Segi pendidikan. Keaktifan anak dalam mencoba atau mengerjakan

sesuatu dengan minat besar, artinya dalam pendidikan dan pengajaran percobaan-percobaan yang dilakukan akan memantapkan hasil studinya. Lebih dari itu akan menjadikannya rajin, tekun, tahan uji dan percaya pada diri sendiri. Ia mempunyai rasa optimis dalam menghadapi hidup. Sebagai contoh seorang murid yang berhasil dalam menulis atau mengarang, ia akan lebih tekun, rajin dan mempunyai pandangan luas.

b. Segi pengamatan. Diantaranya alat indera yang paling penting untuk memperoleh pengetahuan adalah pendengaran dan penglihatan, akan tetapi bukan berarti alat yang lain kurang atau tidak baik.

c. Segi berpikir. Telah dimaklumi bahwa seluruh tugas dan kegiatan di sekolah memerlukan pikiran, pendengaran, penglihatan dan akan selalu diusahakan aktif.

d. Segi kejiwaan. Gerakan-gerakan yang dilakukan anak adalah sesuai dengan keadaan dan nalurinya. Dengan demikian ia dapat menggunakan alat inderanya dengan baik. Dalam situasi belajar, ia akan lebih menerima dan menguasai bahan pelajaran jika dia aktif jasmani maupun rohani. Jadi seorang guru harus menjadikan siswa aktif dalam aktivitas belajarnya.


(52)

D. Gaya Belajar

1. Pengertian Gaya Belajar

Gaya belajar merupakan sebuah pendekatan yang menjelaskan mengenai bagaimana individu belajar atau cara yang ditempuh oleh masing-masing orang untuk berkonsentrasi pada proses, dan menguasai informasi yang sulit dan baru melalui persepsi yang berbeda. Gaya bersifat individual bagi setiap orang, dan untuk membedakan orang yang satu dengan orang lain. Dengan demikian, secara umum gaya belajar diasumsikan mengacu pada kepribadian-kepribadian, kepercayaan-kepercayaan, pilihan-pilihan, dan perilaku-perilaku yang digunakan oleh individu untuk membantu dalam belajar mereka dalam suatu situasi yang telah dikondisikan. Gaya belajar dapat secara mudah digambarkan sebagai bagaimana orang-orang memahami dan mengingat informasi.

Secara teori menurut Susilo (2006:15) gaya belajar merupakan suatu proses gerak laku, penghayatan, serta kecenderungan seseorang pelajar mempelajari atau memperoleh suatu ilmu dengan cara yang tersendiri. Gaya belajar cenderung dipilih seseorang untuk menerima informasi dari lingkungan dan memproses informasi tersebut. Sementara menurut Nasution (2009:94) yang dinamakan gaya belajar adalah cara yang konsisten yang dilakukan oleh seorang siswa dalam menangkap stimulus atau informasi, cara mengingat, berpikir dan memecahkan soal.


(53)

2. Jenis-jenis Gaya Belajar

DePorter dan Hernacki (2015: 113) mengemukakan tiga jenis gaya belajar berdasarkan modalitas yang digunakan individu dalam memproses informasi. Ketiga gaya belajar itu adalah sebagai berikut:

a. Gaya Belajar Visual

Individu memiliki kecenderungan gaya belajar visual lebih senang dengan melihat apa yang sedang dipelajari. Gambar atau simbol akan membantu mereka yang memiliki gaya belajar visual untuk lebih memahami ide informasi yang disajikan dalam bentuk penjelasan. Apabila seseorang menjelaskan sesuatu kepada orang yang memiliki kecenderungan gaya belajar visual, mereka akan menciptakan gambaran mental tentang apa yang dijelaskan oleh orang tersebut. Ciri-ciri gaya belajar visual adalah sebagai berikut (DePorter dan Hernacki, 2015:116):

1) Rapi dan teratur.

2) Berbicara dengan cepat.

3) Berencana dan mengatur jangka waktu yang baik. 4) Teliti dan detail.

5) Mementingkan penampilan, baik dalam hal pakaian maupun presentasi.

6) Pengeja yang baik dan dapat mengeja kata-kata yang sebenarnya dalam pikiran mereka.

7) Mengingat apa yang dilihat daripada didengar. 8) Mengingat dengan asosiasi visual.

9) Biasanya tidak terganggu dengan keributan.

10)Mempunyai masalah untuk mengingat instruksi verbal kecuali jika ditulis dan seringkali minta bantuan orang lain untuk mengulanginya.

11)Pembaca cepat dan tekun.


(54)

13)Membutuhkan pandangan dan tujuan yang menyeluruh serta bersikap waspada sebelum secara mental, merasa pasti tentang suatu masalah atau proyek.

14)Mencoret-coret tanpa arti selama berbicara di telepon dan dalam rapat.

15)Lupa menyampaikan pesan verbal kepada orang lain.

16)Sering menjawab pertanyaan dengan jawaban singkat "ya atau tidak".

17)Lebih suka mekukan demontrasi daripada pidato. 18)Lebih suka seni daripada musik.

19)Seringkah mengetahui apa yang harus dikatakan, tetapi tidak pandai memilik kata-kata.

20)Kadang-kadang kehilangan konsentrasi ketika mereka ingin memperhatikan.

b. Gaya Belajar Auditoral

Individu memiliki kecenderungan gaya belajar auditorial kemungkinan akan belajar lebih baik dengan cara mendengarkan. Mereka menikmati saat-saat mendengarkan apa yang disampaikan oleh orang lain. Karakteristik model belajar seperti ini benar-benar menempatkan pendengaran sebagai alat utama menyerap informasi atau pengetahuan. Hal ini berarti bahwa langkah awal dalam belajar siswa harus mendengar, baru kemudian bisa mengingat dan memahami informasi yang diterima. Ciri-ciri gaya belajar auditorial adalah sebagai berikut (DePorter dan Hernacki, 2015:118):

1) Mudah terganggu oleh keributan.

2) Menggerakkan bibir mereka dan mengucapkan tulisan di buku ketika membaca.

3) Senang membaca keras dan mendengarkan.

4) Dapat mengulangi kembali dan menirukan nada, irama dan warna suara.

5) Berbicara dalam irama yang berpola. 6) Biasanya pembicara yang fasih. 7) Lebih suka musik daripada seni.

8) Belajar dengan mendengarkan dan mengingat apa yang didiskusikan daripada yang dilihat.


(55)

9) Suka berbicara, berdiskusi dan menjelaskan tentang sesuatu panjang lebar.

10)Mempunyai masalah-masalah dengan pekerjaan yang melibatkan visualisasi seperti memotong-motong bagian-bagian hingga sesuai satu sama lain.

11)Lebih pandai mengeja dengan keras daripada menuliskannya. 12)Lebih suka gurauan daripada membaca komik.

c. Gaya Belajar Kinestetik

Individu yang memiliki kecenderungan gaya belajar kinestetik akan lebih baik apabila terlibat secara fisik dalam kegiatan langsung. Mereka akan belajar apabila mereka mendapat kesempatan untuk memanipulasi media untuk mempelajari informasi baru. Ciri-ciri gaya belajar kinestetik adalah sebagai berikut (DePorter dan Hernacki, 2015:118):

1) Berbicara dengan pelan. 2) Menanggapi perhatian fisik.

3) Menyentuh orang untuk mendapatkan perhatian mereka. 4) Berdiri dekat ketika berbicara dengan orang lain.

5) Selalu berorientasi pada fisik dan banyak bergerak. 6) Mempunyai perkembangan awal otot yang benar. 7) Belajar melalui manipulasi dan praktek

8) Menghafal dengan cara berjalan dan melihat.

9) Menggunakan jari sebagai penunjuk ketika membaca. 10)Banyak menggunakan isyarat tubuh.

11)Tidak dapat duduk diam dalam jangka waktu lama.

12)Tidak dapat mengingat geografis kecuali jika mereka memang telah pernah berada di tempat itu.

13)Menggunakan kata-kata yang mengandung aksi.

14)Menyukai buku-buku yang berorientasi pada plot, mereka mencerminkan aksi dengan gerakan tubuh saat membaca.

15)Kemungkinan tulisannya jelek. 16)Ingin melakukan sesuatu.


(56)

Suyono dan Haryanto (2011:148) mengacu pada gaya belajar menurut DePorter dan Hernacki mengidentifikasikan tiga gaya belajar yakni sebagai berikut :

a. Gaya Belajar Visual (Belajar dengan Cara Melihat)

Gaya belajar tipe ini menjelaskan bahwa kita harus melihat dahulu buktinya dan kemudian baru mempercayainya. Ada beberapa karakteristik yang khas bagi mahasiswa dengan gaya belajar ini yaitu: lirikan ke atas bila berbicara, berbicara dengan tempo cepat. Bagi mahasiswa yang bergaya belajar visual, yang memegang peranan penting adalah mata/penglihatan (visual), dalam hal ini metode pengajaran yang digunakan dosen sebaiknya lebih banyak atau menitikberatkan pada peragaan/media, ajak mereka ke obyek-obyek yang berkaitan dengan pelajaran tersebut, atau dengan cara menunjukkan alat peraganya langsung pada mahasiswa atau menggambarkannya di papan tulis. Anak yang mempunyai gaya belajar visual harus melihat bahasa tubuh dan ekspresi muka gurunya untuk mengerti materi pelajaran. Mereka cenderung untuk duduk di depan agar dapat melihat dengan jelas. Mereka berpikir menggunakan gambar-gambar di otak mereka dan belajar lebih cepat dengan menggunakan tampilan-tampilan visual, seperti diagram, buku pelajaran bergambar, dan video. Di dalam kelas, anak visual lebih suka mencatat sampai detil-detilnya untuk mendapatkan informasi.


(57)

b. Gaya Belajar Auditorial (Belajar dengan Cara Mendengar)

Gaya belajar auditorial adalah gaya belajar yang mengandalkan pada pendengaran untuk bisa memahami dan mengingatnya. Ada beberapa karakteristik yang khas bagi mahasiswa dengan gaya belajar ini yaitu: lirikan ke kiri atau ke kanan mendatar bila berbicara, berbicara dengan tempo sedang. Mahasiswa yang bertipe auditori mengandalkan kesuksesan belajarnya melalui telinga (alat pendengarannya), untuk itu maka dosen sebaiknya mengunakan suara yang lantang dan jelas agar tipe auditori mampu menerima materi. Mahasiswa yang mempunyai gaya belajar auditori dapat belajar lebih cepat dengan menggunakan diskusi verbal dan mendengarkan apa yang pengajar katakan. Mahasiswa auditori dapat mencerna makna yang disampaikan melalui tone suara, pitch (tinggi rendahnya), kecepatan berbicara dan hal-hal auditori lainnya. Informasi tertulis terkadang mempunyai makna yang minim bagi mahasiswa auditori mendengarkannya. Mahasiswa seperti ini biasanya dapat menghafal lebih cepat dengan membaca teks dengan keras dan mendengarkan kaset.

c. Gaya Belajar Kinestetik (Belajar dengan Cara Bergerak, Bekerja dan Menyentuh)

Mahasiswa yang mempunyai gaya belajar kinestetik belajar melalui bergerak, menyentuh, dan melakukan. Orang seperti ini sulit untuk duduk diam berlama-lama mendengarkan pelajaran karena


(58)

keinginan mereka untuk beraktifitas dan eksplorasi sangatlah kuat. Mahasiswa yang bergaya belajar ini belajarnya melalui gerak dan sentuhan.

3. Indikator Gaya Belajar

Mengacu pada teori dan ciri-ciri gaya belajar menurut DePorter & Hernacki (2015:116) seperti yang diuraikan di atas maka diketahui indikator-indikator dari masing-masing gaya belajar sebagai berikut : a. Visual

Gaya belajar visual adalah belajar dengan cara melihat. Indikator siswa yang kecenderungan belajar visual adalah:

1) Belajar dengan cara visual

Mata/penglihatan mempunyai peranan yang penting dalam aktivitas belajar. Lebih mudah memahami pelajaran dengan melihat bahasa tubuh/ekspresi wajah dosen, membaca, menulis. 2) Memperhatikan penampilan.

Seorang visual mementingkan penampilan, baik dalam hal pakaian maupun kondisi lingkungan di sekitarnya. Biasanya penampilan maupun tulisannya rapi dan teratur, kamarnya tertata, senang mengamati objek-objek yang ada di sekitarnya secara detail.


(59)

Mahasiswa lebih cepat memahami suatu materi bila guru menerangkan menggunakan media gambar atau simbol, senang menandai materi yang penting dengan pena warna-warni.

4) Lebih menyukai seni lukis daripada seni musik

Orang yang bertipe belajar visual menyukai akan keindahan. Dia lebih menyukai sebuah lukisan daripada mendengarkan musik. 5) Teliti

Mereka sangat cermat dan berhati-hati dalam mengerjakan sesuatu. Seorang visual selalu mengedepankan kesempurnaan dalam ia bekerja.

6)Sulit menerima instruksi verbal

Mudah lupa dengan sesuatu yang disampaikan secara lisan dan sering kali harus minta bantuan orang untuk mengulanginya. b. Auditorial

Gaya belajar auditorial adalah belajar dengan cara mendengar. Indikator siswa yang kecenderungan belajar audiotorial adalah:

1) Belajar dengan cara mendengarkan

Siswa yang bertipe auditori mengandalkan kesuksesan belajarnya melalui telinga/alat pendengarannya. Mereka belajar lebih cepat dengan menggunakan diskusi verbal dan mendengarkan apa yang guru/dosen katakan.


(60)

Siswa auditorial berbicara dengan irama yang terpola, biasanya pembicara yang fasih, suka berdiskusi dan menjelaskan segala sesuatu panjang lebar.

3) Mudah terganggu dengan keributan

Siswa dengan tipe auditorial ini peka terhadap suara yang didengarnya, jadi mereka akan sangat terganggu jika ada suara lain disamping dalam aktivitas belajarnya.

4) Menggerakkan bibir atau bersuara ketika membaca.

Ketika sedang melakukan aktivitas membaca biasanya tipe ini akan bersuara/menggerakkan bibirnya.

5) Memiliki kepekaan terhadap musik

Mereka mampu mengingat dengan baik apa yang didengar, sehingga dapat mengulangi kembali dan menirukan nada, birama, dan warna suara.

6) Lemah dalam aktivitas visual

Informasi tertulis terkadang sulit diterima oleh siswa bergaya belajar auditori.

c. Kinestetik

Siswa kinestetik belajar dengan cara bergerak, bekerja, dan menyentuh. Ciri- cirinya adalah:

1) Belajar dengan aktivitas fisik

Seorang yang mempunyai gaya belajar kinestetik belajar melalui bergerak, menyentuh, dan melakukan. Mereka lebih suka


(61)

bergerak daripada diam seperti praktik, demonstrasi, uji coba, dan lain-lain. Mereka tidak tahan untuk duduk berlama-lama mendengarkan pelajaran dan merasa bisa belajar lebih baik jika prosesnya disertai kegiatan fisik.

2) Peka terhadap ekspresi dan bahasa tubuh

Seseorang dengan gaya belajar kinestetik mudah menghafal dengan cara melihat gerakan tubuh/fisik dan ketika menghafal akan sambil berjalan mempraktikkan

3) Berorientasi pada fisik/banyak bergerak

Seorang kinestetik biasanya mempunyai kebiasaan mengetuk-ngetukkan jari atau suatu benda atau menggerakkan kakinya ketika mendengarkan, ketika membaca jarinya akan menunjuk bagian yang sedang dibaca, biasanya lebih cenderung menggunakan bahasa non verbal seperti mengangguk, menggeleng, mengacungkan jempol.

4) Menyentuh orang untuk mendapatkan perhatiannya

Saat berbicara maka dia cenderung akan menyentuh lawan bicaranya untuk mendapatkan perhatian bisa berupa mengusap punggung, memegang tangan, atau pundak.

5) Suka coba-coba dan kurang rapi

Belajar melalui memanipulasi dan praktik, kemungkinan tulisannya jelek.


(62)

E. Prestasi Belajar 1. Pengertian

Proses belajar yang dialami oleh seorang siswa dapat menghasilkan perubahan-perubahan dalam bidang pengetahuan, keterampilan, dan dalam bidang nilai dan sikap. Adanya perubahan tersebut tampak dalam prestasi belajar yang dihasilkan oleh siswa melalui evaluasi belajar atau tes prestasi yang diberikan oleh pengajar.

Prestasi merupakan suatu bukti keberhasilan usaha yang dicapai oleh siswa. Tes prestasi adalah tes yang mengukur prestasi yang dimaksudkan sebagai alat untuk mengungkap kemampuan aktual sebagai hasil belajar (Winkel, 1996:64). Jadi usaha untuk mengetahui suatu hasil belajar sangat ditentukan adanya evaluasi suatu hasil belajar yang dicapai oleh siswa, evaluasi tersebut dimaksudkan untuk melihat sejauh mana proses belajar tercapai. Belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang, perubahan tersebut sebagai hasil proses belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti perubahan pengetahuannya, pemahamannya, sikap dan tingkah lakunya, keterampilan, kecakapan, dan kemampuannya, daya reaksinya, daya penerimaannya, dan aspek-aspek lain yang ada pada individual (Sudjana, 2009:28). Sementara menurut Winkel (1996:36), belajar merupakan suatu aktifitas mental atau fisik yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, keterampilan dan sikap.


(63)

Dari pengertian di atas, prestasi belajar dapat diartikan sebagai perubahan kemampuan yang meliputi kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik (Sunaryo, 1983:4). Prestasi belajar yang diperoleh siswa merupakan perubahan dari kegiatan belajar yang dapat diukur secara langsung dengan tes dan dapat dihitung hasilnya. Dengan demikian hasil pengukuran dari prestasi belajar dituangkan dalam bentuk angka-angka atau huruf yang diperoleh dari hasil ulangan, tugas-tugas dan ujian akhir. Biasanya untuk mengukur tinggi rendahnya prestasi yang dicapai siswa dalam belajar di sekolah ditunjukkan dengan nilai-nilai yang tercantum dalam rapor yang didapat pada akhir semester dan akhir tahun pelajaran. Begitupun dalam jenjang perguruan tinggi, mahasiswa akan memperoleh kartu hasil studi untuk melihat prestasi belajarnya dalam tiap semester.

Selanjutnya Mulyono (1990:700) mengungkapkan bahwa prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan yang dikembangkan oleh mata pelajaran yang biasanya ditunjukkan oleh nilai tes atau angka yang diberikan oleh pengajar. Prestasi belajar selalu dikaitkan dengan tes hasil belajar atau tes prestasi.

2. Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

Berhasil atau tidaknya peserta didik dalam belajar dapat disebabkan oleh beberapa faktor yang mempengaruhi pencapaian prestasi belajar, baik yang berasal dari dalam diri peserta didik (faktor internal) maupun dari luar diri peserta didik (faktor eksternal). Slameto (2010:54)


(64)

mengemukakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi belajar banyak sekali jenisnya, tetapi dapat digolongkan menjadi dua golongan yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar seperti faktor jasmaniah (kesehatan, cacat tubuh), faktor psikologis (intelegensi, bakat, minat, perhatian, kesiapan) sedangkan faktor eksternal adalah faktor yang ada di luar individu (dirinya) seperti keluarga, sekolah, masyarakat.

Sejalan dengan faktor di atas, Dalyono (2009:55) juga mengungkapkan berbagai faktor yang menentukan pencapaian prestasi belajar adalah sebagai berikut:

a. Faktor internal 1) Kesehatan

Kesehatan jasmani maupun rohani memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap kemampuan belajar anak. Dengan memelihara kesehatan secara jasmani maupun rohani, maka mahasiswa akan memiliki badan dan pikiran yang sehat sehingga dapat memaksimalkan proses belajar dengan baik.

2) Intelegensi dan Bakat

Kemampuan belajar bukan hanya dipengaruhi oleh kesehatan mahasiswa tetapi dapat dipengaruhi oleh intelegensi dan bakat yang dimiliki oleh mahasiswa tersebut. Mahasiswa yang memiliki kecerdasan (intelegensi) yang tinggi, maka kegiatan belajar akan berlangsung dengan baik sehingga dapat mencapai prestasi belajar


(65)

yang baik, sebaliknya mahasiswa yang memiliki kecerdasan yang rendah, maka akan mengalami kesulitan dalam proses belajar sehingga hasil yang diperoleh akan rendah. Selain itu bakat yang dimiliki mahasiswa juga akan mempengaruhi keberhasilan belajar. Apabila mahasiswa memiliki intelegensi yang tinggi dan memiliki bakat, maka proses belajar tersebut akan berjalan dengan baik sehingga dapat mencapai hasil belajar yang baik. Seseorang yang memiliki keduanya akan lebih unggul dibandingkan dengan anak yang hanya memiliki salah satunya.

3) Minat dan Motivasi

Minat yang dimiliki oleh anak disebabkan adanya daya tarik dari dalam maupun luar dari dirinya. Apabila mahasiswa memiliki minat yang tinggi terhadap sesuatu, maka ia akan mencari informasi dan menyenangi tentang sesuatu yang diminatinya tersebut. Sedangkan motivasi adalah dorongan dari dalam diri anak untuk melakukan sesuatu. Apabila mahasiswa memiliki motivasi yang tinggi dalam proses belajarnya, maka ia akan melaksanakan proses belajarnya dengan sungguh-sungguh, tekun dan tidak putus asa dalam menghadapi masalah.

4) Gaya belajar

Gaya belajar mahasiswa satu dengan mahasiswa lainnya berbeda. Apabila mahasiswa telah mengetahui gaya belajar yang


(66)

dimilikinya, maka kegiatan belajar akan mudah dilakukan, sehingga ia dapat mencapai prestasi belajar yang tinggi.

b. Faktor Eksternal 1) Keluarga

Keluarga adalah lingkungan yang sangat dekat dengan anak. Faktor keluarga terutama orang tua sangat berpengaruh terhadap keberhasilan mahasiswa seperti faktor pendidikan, penghasilan, dan perhatian orang tua. Besar kecilnya penghasilan akan mempengaruhi tersedia atau tidaknya fasilitas belajar yang dapat menunjang belajar mahasiswa di rumah.

2) Sekolah/kampus

Sekolah atau dalam jenjang perguruan tinggi adalah kampus merupakan tempat dimana terjadinya kegiatan belajar mengajar. Keadaan kampus dapat mempengaruhi ketercapaian hasil yang tinggi. Tinggi rendahnya kualitas dosen dan cara mengajar akan mempengaruhi keberhasilan belajar mahasiswa. Selain itu faktor kurikulum, kemampuan mahasiswa, fasilitas belajar, ruangan kelas, dan tata tertib juga mempengaruhi prestasi belajar yang akan dicapai oleh mahasiswa.

3) Masyarakat

Lingkungan masyarakat merupakan lingkungan tempat tinggal siswa sehingga dapat mempengaruhi keberhasilan belajar anak. Apabila lingkungan masyarakat mahasiswa merupakan


(67)

lingkungan masyarakat yang berpendidikan tinggi, maka kemungkinan besar mahasiswa akan menempuh pendidikan sampai jenjang pendidikan tinggi.

4) Lingkungan sekitar

Keadaan lingkungan tempat tinggal sangat penting dalam mempengaruhi prestasi belajar seperti, keadaan lingkungan, bangunan rumah/kost, suasana sekitar, keadaan lalu lintas, iklim. Dalam pendidikan di Universitas Sanata Dharma kegiatan pengukuran prestasi belajar mahasiswa dari suatu mata kuliah dilakukan antara lain melalui ujian sisipan, tengah semester, tugas, kuis, presentasi dan lain-lain. Dalam mengerjakan kuis, ujian sisipan, tengah semester dan ujian akhir semester mahasiswa harus mengerjakan soal-soal atau item-item tes prestasi belajar suatu mata kuliah dengan waktu pengukuran yang telah ditentukan (Pedoman Prodi, 2012:59).

Pengolahan nilai akhir evaluasi hasil proses pembelajaran setiap mata kuliah, dapat didasarkan pada tiga kemungkinan sistem penilaian yaitu dengan menggunakan metode Penilaian Acuan Patokan (PAP), Penilaian Acuan Norma (PAN) atau Penilaian Acuan Kombinasi (PAK). Menurut Buku Pedoman Prodi, nilai akhir keberhasilan belajar mahasiswa dinyatakan dalam bentuk huruf dengan bobot kuantitatif sebagai berikut:


(68)

Tabel 2.1 Konversi Nilai Akhir

Rentang Nilai Huruf Mutu

80 – 100 A

66 – 79 B

56 – 65 C

46 – 55 D

>46 E

Tabel 2.2

Nilai Akhir Keberhasilan Belajar Mahasiswa

Huruf Arti Angka Mutu

A Sangat Baik 4

B Baik 3

C Cukup 2

D Kurang 1

E Gagal 0

F. Akuntansi Keuangan Dasar II

Mata kuliah Akuntansi Keuangan Dasar II (AKD II) merupakan kelanjutan dari mata kuliah Akuntansi Keuangan Dasar I (AKD I) yang diperoleh pada semester satu. Mata kuliah ini ditawarkan pada semester dua. Materi AKD II hampir sama dengan AKD I, namun dalam AKD II dijelaskan secara terperinci mengenai akuntansi keuangan untuk berbagai akun penting dalam Neraca. Akun penting tersebut terdiri dari Akuntansi untuk Kas, Piutang, Aset Tetap, Kewajiban Lancar dan Jangka Panjang, Investasi dalam Sekuritas dan Modal Saham & Laba Ditahan.

G. Penelitian yang Relevan

1. Penelitian yang dilakukan oleh Umi Sumyati (2010) yang berjudul


(1)

A.

Hasil uji normalitas bivariat kinerja dosen dan prestasi belajar

Akuntansi Keuangan Dasar II

Model Summary and Parameter Estimates

Dependent Variable:chisquare

Equation

Model Summary Parameter Estimates

R Square F df1 df2 Sig. Constant b1

Linear .572 100.190 1 75 .000 .036 .015

The independent variable is Mahalanobis Distance.

B.

Hasil uji normalitas bivariat keaktifan mahasiswa dalam pembelajaran

dan prestasi belajar Akuntansi Keuangan Dasar II

Model Summary and Parameter Estimates

Dependent Variable:chisquare

Equation

Model Summary Parameter Estimates

R Square F df1 df2 Sig. Constant b1

Linear .414 53.038 1 75 .000 .041 .010

The independent variable is Mahalanobis Distance.

C.

Hasil uji normalitas bivariat gaya belajar dan prestasi belajar Akuntansi

Keuangan Dasar II

Model Summary and Parameter Estimates

Dependent Variable:chisquare

Equation

Model Summary Parameter Estimates

R Square F df1 df2 Sig. Constant b1

Linear .564 97.054 1 75 .000 .036 .016


(2)

LAMPIRAN IX


(3)

A.

Pengujian Hipotesis 1

Hipotesis 1 dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Ho

1

: Tidak ada hubungan kinerja dosen dengan prestasi belajar Akuntansi

Keuangan Dasar II.

Ha

1

: Ada hubungan positif kinerja dosen dengan prestasi belajar Akuntansi

Keuangan Dasar II.

Correlations

kinerjadosen prestasiakd2 Spearman's rho kinerjadosen Correlation Coefficient 1.000 .083

Sig. (2-tailed) . .474

N 77 77

prestasiakd2 Correlation Coefficient .083 1.000

Sig. (2-tailed) .474 .

N 77 77

B.

Pengujian Hipotesis 2

Hipotesis 2 dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Ho

2

: Tidak ada hubungan keaktifan mahasiswa dalam pembelajaran

dengan prestasi belajar Akuntansi Keuangan Dasar II

Ha

2

: Ada hubungan positif keaktifan mahasiswa dalam pembelajaran


(4)

Correlations

keaktifan prestasiakd2 Spearman's rho keaktifan Correlation Coefficient 1.000 .355**

Sig. (2-tailed) . .002

N 77 77

prestasiakd2 Correlation Coefficient .355** 1.000

Sig. (2-tailed) .002 .

N 77 77

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

C.

Pengujian Hipotesis 3

Hipotesis 3 dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Ho

3

: Tidak ada hubungan gaya belajar dengan prestasi belajar Akuntansi

Keuangan Dasar II

Ha

3

: Ada hubungan positif gaya belajar dengan prestasi belajar Akuntansi

Keuangan Dasar II

Correlations

GBvisual PrestasiAKD2 Spearman's rho GBvisual Correlation Coefficient 1.000 .050

Sig. (2-tailed) . .740

N 46 46

PrestasiAKD2 Correlation Coefficient .050 1.000

Sig. (2-tailed) .740 .


(5)

Correlations

GBauditori prestasiAKD2 Spearman's rho GBauditori Correlation Coefficient 1.000 .410

Sig. (2-tailed) . .493

N 5 5

prestasiAKD2 Correlation Coefficient .410 1.000

Sig. (2-tailed) .493 .

N 5 5

Correlations

GBkinestetik prestasiAKD2 Spearman's rho GBkinestetik Correlation Coefficient 1.000 .002

Sig. (2-tailed) . .993

N 21 21

prestasiAKD2 Correlation Coefficient .002 1.000

Sig. (2-tailed) .993 .

N 21 21

Correlations

GBv-k prestasiAKD2 Spearman's rho GBvk Correlation Coefficient 1.000 -1.000**

Sig. (2-tailed) . .

N 3 3

prestasiAKD2 Correlation Coefficient -1.000** 1.000

Sig. (2-tailed) . .

N 3 3


(6)

Correlations

GBv-a prestasiAKD2 Spearman's rho GBva Correlation Coefficient 1.000 1.000

Sig. (2-tailed) . .

N 2 2

prestasiAKD2 Correlation Coefficient 1.000** 1.000

Sig. (2-tailed) . .

N 2 2


Dokumen yang terkait

Hubungan antara motivasi belajar, keaktifan belajar dan fasilitas belajar terhadap prestasi belajar mahasiswa. Studi kasus mahasiswa pendidikan akuntansi angkatan 2015 Universitas Sanata Dharma.

0 0 124

Hubungan kecerdasan emosional dan gaya belajar dengan prestasi belajar mahasiswa ; studi kasus mahasiswa program studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi angkatan 2015, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata

0 0 2

Hubungan antara motivasi belajar dan lingkungan belajar dengan prestasi belajar studi kasus pada mahasiswa TA 2014 Program Studi Pendidikan Ekonomi BKK Pendidikan Akuntansi Universitas Sanata Dharma.

0 1 148

Hubungan antara motivasi belajar, keaktifan belajar dan fasilitas belajar terhadap prestasi belajar mahasiswa. Studi kasus mahasiswa pendidikan akuntansi angkatan 2015 Universitas Sanata Dharma

0 0 122

Hubungan antara motivasi belajar, disiplin belajar dan lingkungan belajar dengan prestasi belajar mahasiswa Program Studi Pendidikan Akuntansi angkatan 2009 Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

0 1 145

Hubungan antara persepsi mahasiswa terhadap penggunaan media pembelajaran dan gaya mengajar dosen dengan motivasi berprestasi belajar akuntansi : studi kasus mahasiswa program studi pendidikan akuntansi, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

0 2 119

Hubungan antara sikap mahasiswa terhadap metode mengajar dosen dan lingkungan belajar mahasiswa dengan motivasi berprestasi belajar akuntansi : studi kasus : mahasiswa program studi Pendidikan Akuntansi Universitas Sanata Dharma.

0 0 114

Pengaruh prioritas memilih program studi pendidikan akuntansi terhadap hubungan motivasi dengan prestasi belajar akuntansi keuangan : studi kasus mahasiswa program studi pendidikan akuntansi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

0 0 118

Hubungan antara lingkungan belajar, motivasi belajar dan disiplin belajar dengan prestasi belajar mahasiswa : studi kasus mahasiswa Prodi Pendidikan Akuntansi angkatan 2002-2003 Universitas Sanata Dharma.

0 0 135

Hubungan kinerja dosen, keaktifan mahasiswa, dan gaya belajar dengan prestasi belajar Akuntansi Keuangan Dasar II

1 4 184