Hubungan kinerja dosen, lingkungan kelas, dan lingkungan tempat tinggal mahasiswa dengan prestasi belajar akuntansi keuangan lanjutan 1 : studi kasus mahasiswa Program Studi Pendidikan Akuntansi, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas Keguru

(1)

viii

HUBUNGAN KINERJA DOSEN, LINGKUNGAN KELAS, DAN LINGKUNGAN TEMPAT TINGGAL MAHASISWA DENGAN PRESTASI

BELAJAR AKUNTANSI KEUANGAN LANJUTAN I

Studi Kasus pada Mahasiswa Program Studi Pendidikan Akuntansi, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,

Universitas Sanata Dharma

Umi Sumyati Universitas Sanata Dharma

2010

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) ada hubungan kinerja dosen dengan prestasi belajar Akuntansi Keuangan Lanjutan I (AKL I); (2) ada hubungan lingkungan kelas dengan prestasi belajar AKL I; (3) ada hubungan lingkungan tempat tinggal mahasiswa dengan prestasi belajar AKL I.

Penelitian ini merupakan studi kasus pada mahasiswa Program Studi Pendidikan Akuntansi, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma. Populasi penelitian ini adalah seluruh mahasiswa yang telah menempuh mata kuliah AKL I. Sampel penelitian adalah mahasiswa yang menempuh mata kuliah AKL I pada tahun akademik 2009/2010 yang berjumlah 90 mahasiswa. Teknik penarikan sampel adalah purposive sampling. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah kuesioner. Teknik analisis data menggunakan pengujian statistik non parametrik (Chi Square/Chi Kuadrat).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) ada hubungan kinerja dosen dengan prestasi belajar AKL I (χ2hitung = 31,9554 > χ2 tabel = 3,841); (2) ada hubungan lingkungan kelas dengan prestasi belajar AKL I (χ2 hitung = 25,5561> χ2tabel = 5,991; (3) ada hubungan lingkungan tempat tinggal mahasiswa dengan prestasi belajar AKL I (χ2hitung = 37,7193 > χ2tabel = 5,991).


(2)

ix

THE RELATION BETWEEN THE PERFORMANCE OF LECTURER, CLASSROOM ENVIRONMENT , AND THE ENVIRONMENT WHERE

STUDENTS LIVE AND THE PERFORMANCE OF LEARNING ADVANCED ACCOUNTING I

A Case Study on the Students of Accounting Education Study Program, The Department of Social and Sciences Education, Faculty of Teachers Training and

Education, Sanata Dharma University

Umi Sumyati Sanata Dharma University

2010

This research aims to find out the relation between: (1) the performance of lecturer and the learning achievement of advanced accounting I; (2) the classroom environment and the learning achievement of advanced accounting I; (3) the neighborhood of students and the learning achievement of advanced accounting I.

This is a case study on students of Accounting Education Study Program, Department of Social and Sciences Education, Faculty of Teachers Training and Education, Sanata Dharma University. The population of this study are all students who had taken the course of Advanced Accounting I. The samples were 90 students who took the course of Advanced Accounting I during the academic 2009/2010 year. The sampling technique was purposive sampling. Data gathering instrument was questionnaire. Data were analyzed by using nonparametric statistical test (Chi Square).

The result of research shows that: (1) there is a relation between the performance of lecturer and the learning achievement of advanced accounting I (χ2count = 31,9554 > χ2table = 3,841); (2) there is a relation between classroom environment and the learning achievement of advanced accounting I (χ2count = 25,5561 >χ2table = 5,991); (3) there is a relation between neighborhood and the learning achievement of advanced accounting I (χ2count = 37,7193 >χ2table = 5,991).


(3)

i

LINGKUNGAN TEMPAT TINGGAL MAHASISWA DENGAN

PRESTASI BELAJAR AKUNTANSI KEUANGAN LANJUTAN I

(Studi Kasus: Mahasiswa Program Studi Pendidikan Akuntansi, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Sanata Dharma) SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Akuntansi

Oleh: Umi Sumyati NIM: 061334013

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2010


(4)

(5)

(6)

iv

Kupersembahkan skripsi ini untuk:

Tuhan yang Maha Esa

Kedua orang tuaku

Kedua kakakku

Aprianus Blaang S.Kom tersayang

Almamaterku Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta


(7)

v

Berjuang untuk meraih kesuksesan dalam segala hal. 

   

Yakin dan optimis dengan kemampuan sendiri untuk berkarya.   


(8)

(9)

(10)

viii

HUBUNGAN KINERJA DOSEN, LINGKUNGAN KELAS, DAN LINGKUNGAN TEMPAT TINGGAL MAHASISWA DENGAN PRESTASI

BELAJAR AKUNTANSI KEUANGAN LANJUTAN I

Studi Kasus pada Mahasiswa Program Studi Pendidikan Akuntansi, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,

Universitas Sanata Dharma

Umi Sumyati Universitas Sanata Dharma

2010

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) ada hubungan kinerja dosen dengan prestasi belajar Akuntansi Keuangan Lanjutan I (AKL I); (2) ada hubungan lingkungan kelas dengan prestasi belajar AKL I; (3) ada hubungan lingkungan tempat tinggal mahasiswa dengan prestasi belajar AKL I.

Penelitian ini merupakan studi kasus pada mahasiswa Program Studi Pendidikan Akuntansi, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma. Populasi penelitian ini adalah seluruh mahasiswa yang telah menempuh mata kuliah AKL I. Sampel penelitian adalah mahasiswa yang menempuh mata kuliah AKL I pada tahun akademik 2009/2010 yang berjumlah 90 mahasiswa. Teknik penarikan sampel adalah purposive sampling. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah kuesioner. Teknik analisis data menggunakan pengujian statistik non parametrik (Chi Square/Chi Kuadrat).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) ada hubungan kinerja dosen dengan prestasi belajar AKL I (χ2hitung = 31,9554 > χ2 tabel = 3,841); (2) ada hubungan lingkungan kelas dengan prestasi belajar AKL I (χ2 hitung = 25,5561> χ2tabel = 5,991; (3) ada hubungan lingkungan tempat tinggal mahasiswa dengan prestasi belajar AKL I (χ2hitung = 37,7193 > χ2tabel = 5,991).


(11)

ix

THE RELATION BETWEEN THE PERFORMANCE OF LECTURER, CLASSROOM ENVIRONMENT , AND THE ENVIRONMENT WHERE

STUDENTS LIVE AND THE PERFORMANCE OF LEARNING ADVANCED ACCOUNTING I

A Case Study on the Students of Accounting Education Study Program, The Department of Social and Sciences Education, Faculty of Teachers Training and

Education, Sanata Dharma University

Umi Sumyati Sanata Dharma University

2010

This research aims to find out the relation between: (1) the performance of lecturer and the learning achievement of advanced accounting I; (2) the classroom environment and the learning achievement of advanced accounting I; (3) the neighborhood of students and the learning achievement of advanced accounting I.

This is a case study on students of Accounting Education Study Program, Department of Social and Sciences Education, Faculty of Teachers Training and Education, Sanata Dharma University. The population of this study are all students who had taken the course of Advanced Accounting I. The samples were 90 students who took the course of Advanced Accounting I during the academic 2009/2010 year. The sampling technique was purposive sampling. Data gathering instrument was questionnaire. Data were analyzed by using nonparametric statistical test (Chi Square).

The result of research shows that: (1) there is a relation between the performance of lecturer and the learning achievement of advanced accounting I (χ2count = 31,9554 > χ2table = 3,841); (2) there is a relation between classroom environment and the learning achievement of advanced accounting I (χ2count = 25,5561 >χ2table = 5,991); (3) there is a relation between neighborhood and the learning achievement of advanced accounting I (χ2count = 37,7193 >χ2table = 5,991).


(12)

x

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Kasih karena berkat rahmatNya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Hubungan Kinerja Dosen, Lingkungan Kelas, dan Lingkungan Tempat Tinggal Mahasiswa dengan Prestasi Belajar Akuntansi Keuangan Lanjutan I.” Skripsi ini disusun dan diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar sarjana pendidikan Program Studi Pendidikan Akuntansi.

Penulis menyadari bahwa proses penyusunan skripsi ini mendapat berbagai masukan, kritik, dan saran dari berbagai pihak. Penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Drs. T. Sarkim, M.Ed., Ph. D selaku dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

2. Bapak Yohanes Harsoyo, S.Pd., M.Si selaku ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

3. Bapak Laurentius Saptono, S.Pd., M.Si selaku Ketua Program Studi Pendidikan Akuntansi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta; sekaligus sebagai dosen pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu dalam memberikan bimbingan, kritik, dan saran untuk kesempurnaan skripsi ini.

4. B. Indah Nugraheni, S.Pd., S.I.P., M.Pd selaku dosen penguji yang telah memberikan bimbingan, kritik, dan saran dalam merevisi skripsi ini.

5. Ignatius Bondan Suratno, SPd., M.Si selaku dosen penguji yang telah memberikan bimbingan, kritik, dan saran dalam merevisi skripsi ini.


(13)

xi

Akuntansi Keuangan Lanjutan I yang telah memberikan ijin untuk melakukan penelitian pada mahasiswa yang menempuh mata kuliah Akuntansi Keuangan Lanjutan I tahun ajaran 2009/2010.

7. Staf pengajar Program Studi Pendidikan Akuntansi yang telah memberikan tambahan pengetahuan dalam proses perkuliahan.

8. Seluruh mahasiswa yang telah bersedia mengisi kuesioner dalam mendukung skripsi ini.

9. Ibu Theresia Aris Sudarsilah selaku tenaga sekretariat Program Studi Pendidikan Akuntansi yang telah membantu memberikan data.

10.Seluruh mahasiswa yang telah memberikan masukan selama proses diskusi dalam mata kuliah Seminar Penelitian.

11.Tenaga administrasi program Studi Pendidikan Akuntansi yang telah membantu kelancaran proses belajar selama ini.

12.Orang tua yang telah memberikan dukungan doa dan materil selama ini.

13.Kak Didi Sudianto dan Kak Yosepha yang telah memberikan semangat, doa dan dukungan materil.

14.Aprianus Blaang, S.Kom tersayang yang telah memberikan saran, motivasi, dan perhatiannya.

15.Mbak Lely Sulestari dan mbak Anastasya Dwi yang telah memberikan dukungannya.

16.Teman-teman saya yang telah mendukung penyusunan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan dalam penyusunan skripsi ini, disebabkan terbatasnya pengetahuan dan kemampuan


(14)

(15)

xiii

Halaman

HALAMAN JUDUL………... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING………... ii

HALAMAN PENGESAHAN………. iii

HALAMAN PERSEMBAHAN………. iv

HALAMAN MOTTO………. v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA………. vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS... vii ABSTRAK………... viii

ABSTRACT………. ix

KATA PENGANTAR………. x

DAFTAR ISI……… xiii

DAFTAR TABEL………... xvi

DAFTAR LAMPIRAN………... xvii

BAB I PENDAHULUAN 1 A. Latar Belakang Masalah………... 1

B. Batasan Masalah………... 4

C. Rumusan Masalah……….... 5

D. Tujuan Penelitian………... 5

E. Manfaat Penelitian……….... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 7 A. Kinerja………... 7

1. Pengertian Kinerja……….... 7

2. Faktor yang Mempengaruhi Kinerja……….... 8

3. Penilaian Kinerja………... 9

4. Dosen……….... 12

5. Kinerja Dosen………... 15


(16)

xiv

1. Pengertian………... 20

2. Klasifikasi Lingkungan Kelas………... 21

3. Pengaturan Lingkungan Fisik dan Non Fisik………... 22

C. Lingkungan Tempat Tinggal Mahasiswa………... 24

1. Pengertian ……….... 24

2. Karakteristik Tempat Tinggal………... 25

D. Prestasi Belajar………... 29

1. Pengertian………... 29

2. Ranah Prestasi Belajar………... 30

3. Fungsi Prestasi Belajar………... 30

E. Kerangka Berpikir……….... 32

F. Rumusan Hipotesis………... 34

BABIII METODE PENELITIAN 36 A. Jenis Penelitian………... 36

B. Tempat dan Waktu Penelitian………... 36

C. Subjek dan Objek Penelitian……….... 36

D. Populasi, Sampel, dan Teknik Penarikan Sampel……….... 1. Populasi……….... 37

2. Sampel………... 37

3. Teknik Penarikan Sampel………... 38

E. Operasionalisasi Variabel………... 38

1. Kinerja Dosen………... 38

2. Lingkungan Kelas……….... 39

3. Lingkungan Tempat Tinggal Mahasiswa………... 40

F. Teknik Pengumpulan Data………... 41

1. Angket/Kuesioner………... 41

2. Dokumentasi………... 42

G. Teknik Pengujian Instrumen……….... 42

1. Validitas………... 42


(17)

xv

1. Statistik Deskriptif……….... 46

2. Teknik Pengujian Prasyarat Analisis……….... 46

3. Pengujian Hipotesis Penelitian………... 48

BAB IV GAMBARAN UMUM 52 A. Sejarah Universitas Sanata Dharma………... 52

B. Arti Logo, Visi, Misi Universitas Sanata Dharma………... 53

C. Statuta Universitas Sanata Dharma………... 56

D. Struktur Organisasi………... 58

E. Nama-nama Rektor………... 60

F. Jurusan dan Program Studi………... 60

G. Peraturan Akademik………... 61

H. Hak dan Kewajiban Mahasiswa………... 66

BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN 69 A. Deskripsi Data………... 69

B. Pengujian Prasyarat Analisis………. 72

C. Pembahasan………... 82

BAB VI KESIMPULAN, KETERBATASAN PENELITIAN, SARAN 87 A. Kesimpulan………... 87

B. Keterbatasan Penelitian……….... 88

C. Saran………... 88

DAFTAR PUSTAKA……….. 90


(18)

xvi

Halaman

Tabel 3.1 Sampel Penelitian………... 38

Tabel 3.2 Operasionalisasi Variabel Kinerja Dosen……….. 39

Tabel 3.3 Operasionalisasi Variabel Lingkungan Kelas……… 40

Tabel 3.4 Pengukuran Variabel Lingkungan Kelas……… 40

Tabel 3.5 Operasionalisasi Variabel Lingkungan Tempat Tinggal Mahasiswa………... 41 Tabel 3.6 Pengukuran Variabel Lingkungan Tempat Tinggal Mahasiswa…. 41 Tabel 3.7 Hasil Uji Validitas Kinerja Dosen……….. 44

Tabel 3.8 Hasil Uji Validitas Lingkungan Kelas……… 44

Tabel 3.9 Hasil Uji Validitas Lingkungan Tempat Tinggal Mahasiswa…… 44

Tabel 3.10 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Penelitian………. 46

Tabel 3.11 Interpretasi r……… 51

Tabel 4.1 Jurusan dan Program Studi………. 61

Tabel 4.2 Jadwal Kegiatan Belajar………. 63

Tabel 4.3 Beban Studi Maksimal……… 65

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Kinerja Dosen……… 69

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Lingkungan Kelas……….. 70

Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Lingkungan Tempat Tinggal Mahasiswa….. 71

Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar AKL I……….. 72

Tabel 5.5 Hasil Pengujian Normalitas……… 73

Tabel 5.6 Hasil Pengujian Linieritas………... 73 Tabel 5.7 Tabel Kontingensi Prestasi Belajar AKL 1 Berdasarkan Kinerja

Dosen... 74

Tabel 5.8 Tabel Kontingensi Prestasi Belajar AKL 1 Berdasarkan Lingkungan Kelas...

77

Tabel 5.9 Tabel Kontingensi Prestasi Belajar AKL 1 Berdasarkan Lingkungan Tempat Tinggal Mahasiswa...


(19)

xvii

Halaman

Lampiran 1. Kuesioner………….………... 93

Lampiran 2. Data Induk Penelitian……….. 100

Lampiran 3. Pengujian Validitas dan Reliabilitas………... 108

Lampiran 4. Daftar Distribusi Frekuensi………. 113

Lampiran 5. Penilaian Acuan Patokan Tipe II………. 121

Lampiran 6. Data Mentah……… 124

Lampiran 7. Pengujian Normalitas dan Linieritas………... 126

Lampiran 8. Uji Chi Square………. 129

Lampiran 9. Tabel Nilai r, F, Chi Kuadrat, dan Interpolasi Nilai F………… 134


(20)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Lembaga-lembaga pendidikan terutama pendidikan tinggi diharapkan mampu mewujudkan peranannya secara efektif dengan keunggulan dalam kepemimpinan, staf, proses belajar mengajar, pengembangan staf, kurikulum, tujuan dan harapan, iklim akademis, penilaian diri, komunikasi, dan keterlibatan masyarakat sebagai bagian dari mekanisme kontrol terhadap eksistensi pendidikan itu sendiri. Tantangan lembaga pendidikan di era global sekarang ini memang sangat berat. Lembaga pendidikan bukan hanya dituntut untuk bertanggung jawab memproduksi sumber daya manusia dengan kompetensi teknis, tetapi juga dituntut untuk melahirkan sumber daya manusia yang memang memiliki paradigma pendidikan nilai sebagai tatanan normatif. Tujuannya untuk menjadikan sumber daya manusia sebagai output lembaga pendidikan tinggi memiliki nilai-nilai moral sebagai standar etika profesi mereka di kemudian hari. Itulah tantangan realistis dan mendesak yang harus dilakukan oleh lembaga pendidikan terutama pendidikan tinggi dalam menelaah dan melakukan orientasi terhadap sistem pendidikannya.

Di dalam pasal 1 butir 20 UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dinyatakan bahwa pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Di lingkungan pendidikan tinggi, interaksi tersebut terjadi antara mahasiswa dengan dosen. Dalam proses interaksi diharapkan terjadi proses


(21)

perubahan yang dialami mahasiswa dalam empat ranah, yaitu ranah pengetahuan (kognitif), ranah perasaan (afektif), ranah keterampilan (psikomotorik), dan ranah kerja sama (kooperatif) (Widanarto, 2007:27). Perubahan aspek kognitif dapat dilihat dari capaian indeks prestasi yang diperoleh mahasiswa. Indeks prestasi dijadikan sebagai tolok ukur penguasaan akademik mahasiswa atau hasil belajar mahasiswa.

Hasil belajar mahasiswa Program Studi Pendidikan Akuntansi pada mata kuliah Akuntansi Keuangan Lanjutan I secara umum kurang memuaskan. Pencapaian nilai A dan B kurang dari 10 mahasiswa dan sebagian besar mendapat nilai C dan D. Mata kuliah Akuntansi Keuangan Lanjutan I (AKL I) dibagi menjadi 2 yaitu teori AKL I dan praktik AKL I. Dalam buku Pedoman Program Studi Pendidikan Akuntansi disebutkan bahwa mata kuliah teori AKL I bertujuan untuk memperkenalkan aplikasi prinsip akuntansi pada bidang-bidang khusus, dan membahas lebih jauh tentang firma, joint venture, penjualan angsuran dan penjualan konsinyasi pada kantor pusat dan kantor cabang, dan sebagainya. Sedangkan mata kuliah praktik AKL I bertujuan untuk memberikan pemahaman kepada mahasiswa berkaitan dengan praktik yang terjadi di perusahaan sehari-hari yang relevan dengan mata kuliah AKL I. Peneliti menduga faktor-faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya prestasi belajar mahasiswa pada mata kuliah AKL I yaitu kinerja dosen, lingkungan kelas, dan lingkungan tempat tinggal mahasiswa.

Di dalam proses belajar mengajar, kegiatan interaksi antara dosen dan mahasiswa merupakan kegiatan yang dominan. Proses pembelajaran perlu menggunakan metode maupun media mengajar yang tepat agar mahasiswa


(22)

dapat mengikuti pembelajaran dengan baik. Penggunaan metode maupun media pembelajaran harus sesuai dengan bahan ajar yang akan diberikan. Bahan ajar yang sudah dipersiapkan oleh dosen harus dapat tersampaikan dengan baik dan benar agar mahasiswa dapat memahami bahan ajar tersebut. Apabila ada mahasiswa yang belum memahami suatu materi maka dosen perlu memberikan bimbingan kepadanya. Dalam memberikan bimbingan tersebut, dosen perlu memotivasi mahasiswa agar mereka mempunyai kesadaran bahwa bahan ajar yang ada harus benar-benar dipahami. Beberapa langkah dosen tersebut apabila dilakukan dengan baik maka mahasiswa akan termotivasi untuk belajar dengan baik sehingga prestasi/hasil belajar yang diharapkan akan tercapai.

Pembelajaran di kelas harus didukung dengan lingkungan kelas yang nyaman dan aman. Menurut Ahmad (1995:14 dalam http://sekolah-dasar. blogspot. com/2009/02/kelas- yang-nyaman- danmenyenangk.html), syarat-syarat kelas yang baik adalah: (1) rapi, bersih, sehat, tidak lembab, (2) cukup cahaya yang meneranginya, (3) sirkulasi udara cukup, (4) perabot dalam keadaan baik, cukup jumlahnya dan ditata dengan rapi, dan (5) jumlah mahasiswa tidak lebih dari 40 orang. Apabila syarat-syarat tersebut dipenuhi, maka kondisi pembelajaran di kelas nyaman untuk pelaksanaan proses pembelajaran. Kondisi lingkungan kelas yang nyaman membuat mahasiswa fokus untuk melakukan pembelajaran sehingga prestasi belajar yang diharapkan dapat tercapai.

Lingkungan tempat tinggal diduga kuat berhubungan dengan prestasi belajar mahasiswa. Hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Kuswa Dewi menunjukkan ada pengaruh antara lingkungan tempat tinggal terhadap prestasi


(23)

belajar (http://www.perpus.upstegal.ac. id/home /easylib/index. php?pilih= pencarian &Jenis Koleksi=Karya %20 Ilmiyah & Fakultas=& mod=yes &page=&syarat=&detail=y&Barcode=PE09022). Lingkungan tempat tinggal merupakan lingkungan yang dekat dan erat sekali hubungannya dengan diri seseorang karena dialami/dirasakan secara langsung. Apabila lingkungan tempat tinggal dirasakan nyaman dan aman oleh mahasiswa maka motivasi untuk melaksanakan pembelajaranpun akan tinggi sehingga prestasi belajar yang diharapkan akan tercapai.  

Dari latar belakang di atas, maka peneliti tertarik untuk meneliti dosen dan mahasiswa. Sehingga penelitian ini mengambil judul ”Hubungan Kinerja Dosen, Lingkungan Kelas, dan Lingkungan Tempat Tinggal Mahasiswa dengan Prestasi Belajar Akuntansi Keuangan Lanjutan I.” Penelitian ini merupakan studi kasus pada mahasiswa program studi Pendidikan Akuntansi, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.

B. Batasan Masalah

Ada banyak faktor yang mempengaruhi mahasiswa dalam mencapai prestasi belajar mata kuliah Akuntansi Keuangan Lanjutan I yaitu diantaranya faktor keluarga, kampus, dosen, dan lingkungan atau masyarakat. Pada penelitian ini faktor yang akan diteliti adalah kinerja dosen, lingkungan kelas, dan lingkungan tempat tinggal mahasiswa.


(24)

C. Rumusan Masalah

Dari uraian latar belakang di atas, maka dirumuskan masalah penelitian ini sebagai berikut:

1. Apakah ada hubungan kinerja dosen dengan prestasi belajar Akuntansi Keuangan Lanjutan I?

2. Apakah ada hubungan lingkungan kelas dengan prestasi belajar Akuntansi Keuangan Lanjutan I?

3. Apakah ada hubungan lingkungan tempat tinggal mahasiswa dengan prestasi belajar Akuntansi Keuangan Lanjutan I?

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah tersebut di atas, maka tujuan penelitian yang ingin dicapai adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui apakah ada hubungan kinerja dosen dengan prestasi belajar Akuntansi Keuangan Lanjutan I.

2. Untuk mengetahui apakah ada hubungan lingkungan kelas dengan prestasi belajar Akuntansi Keuangan Lanjutan I.

3. Untuk mengetahui apakah ada hubungan lingkungan tempat tinggal mahasiswa dengan prestasi belajar Akuntansi Keuangan Lanjutan I.

E. Manfaat Penelitian 1. Dosen

Penelitian ini dapat bermanfaat untuk memberikan masukan, saran maupun kritik setelah proses pembelajaran berlangsung sehingga dosen dapat


(25)

mengevaluasi pembelajarannya dengan cermat dan membuat pembelajaran selanjutnya menjadi lebih baik lagi.

2. Universitas Sanata Dharma

Peneliti berharap penelitian ini dapat menjadi literatur untuk penelitian selanjutnya.


(26)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kinerja

1. Pengertian Kinerja

Konsep kinerja merupakan singkatan dari kinetika energi kerja yang padanannya dalam bahasa Inggris adalah performance sering diindonesiakan sebagai performa. Kinerja adalah keluaran yang dihasilkan oleh fungsi-fungsi atau indikator-indikator suatu pekerjaan atau suatu profesi dalam waktu tertentu (Wirawan, 2009:5). Sementara menurut Anwar (2000:67 dalam http://id.wikipedia. org/wiki/Kinerja[01-06-2009]), kinerja adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seseorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya.

Menurut Hasibuan Malayu (2001:34 dalam http: //id.wikipedia. org/wiki/Kinerja [01-06-2009]), kinerja (prestasi kerja) adalah suatu hasil kerja yang dicapai seseorang dalam melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya yang didasarkan atas kecakapan, pengalaman dan kesungguhan serta waktu. Kinerja seseorang merupakan kombinasi dari kemampuan, usaha dan kesempatan yang dapat dinilai dari hasil kerjanya (Ambar, 2003:223 dalam http://id. wikipedia. org/wiki/ Kinerja[01-06-2009]).


(27)

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa kinerja adalah suatu hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai seseorang dalam melaksanakan tugasnya dinilai dari hasil kerjanya.

2. Faktor yang Mempengaruhi Kinerja

Kinerja pegawai merupakan hasil sinergi dari sejumlah faktor. Faktor-faktor tersebut yaitu (Wirawan, 2009:7-8):

a) Faktor internal pegawai, yaitu faktor-faktor dari dalam diri pegawai yang merupakan faktor bawaan dari lahir dan faktor yang diperoleh ketika ia berkembang. Faktor-faktor yang diperoleh misalnya: pengetahuan, keterampilan, etos kerja, pengalaman kerja, dan motivasi kerja. Jadi, dapat diasumsikan bahwa makin tinggi faktor-faktor internal tersebut, makin tinggi pula kinerja pegawai. Sebaliknya, makin rendah faktor-faktor tersebut maka makin rendah pula kinerjanya.

b) Faktor lingkungan internal organisasi. Dalam melaksanakan tugasnya, pegawai memerlukan dukungan organisasi tempat ia bekerja. Dukungan tersebut sangat mempengaruhi tinggi rendahnya kinerja pegawai. Manajemen organisasi harus menciptakan lingkungan internal organisasi yang kondusif sehingga dapat mendukung dan meningkatkan produktifitas karyawan.

c) Faktor lingkungan eksternal organisasi. Faktor lingkungan eksternal organisasi adalah keadaan, kejadian, atau situasi yang terjadi di lingkungan eksternal organisasi yang mempengaruhi kinerja karyawan.

Kinerja mempunyai hubungan kausal dengan kompetensi (competency atau ability). Kinerja merupakan fungsi dari kompetensi, sikap, dan tindakan. Kompetensi melukiskan karakteristik pengetahuan, keterampilan, perilaku, dan pengalaman untuk melakukan suatu pekerjaan atau peran tertentu secara efektif. Sikap (attitude) melukiskan perasaan mengenai sesuatu, melukiskan perasaan senang atau tidak senang mengenai objek (orang, benda, pekerjaan, atau keadaan) tertentu. Sikap mempunyai tiga komponen, yaitu (Wirawan, 2009:10):


(28)

a) Komponen afektif dari sikap adalah aspek perasaan emosional terhadap objek, orang atau situasi. Komponen ini terkondisi melalui hubungan atau pengalaman mengenai objek.

b) Komponen kognitif adalah kepercayaan, nilai-nilai yang dimiliki seseorang mengenai suatu objek. Kepercayaan atau nilai ini dapat berasal dari observasi personal apa yang dilihat, didengar atau dirasa mengenai fakta, spekulatif, atau sesuatu yang fiktif. Sikap ditentukan oleh kekuatan kepercayaan yang menghubungkan baik atau buruknya intensitas perasaan terhadap objek.

c) Komponen behavioral. Sikap seseorang terhadap suatu objek mempengaruhi perilakunya terhadap objek tersebut. Dengan demikian, kita dapat memprediksi perilaku seseorang terhadap suatu objek dengan mengetahui sikapnya terhadap objek tersebut.

Tindakan. Kompetensi dan sikap tidak akan menghasilkan kinerja tanpa dioperasikan dalam tindakan. Banyak orang yang pandai atau berkompeten dan bersikap positif terhadap sesuatu tetapi ia tidak melakukan tindakan, maka ia tidak akan menghasilkan kinerja.

3. Penilaian Kinerja

a) Pengertian Penilaian Kinerja

Menurut Cascio (1992:267), penilaian kinerja adalah sebuah gambaran atau deskripsi yang sistematis tentang kekuatan dan kelemahan yang terkait dari seseorang atau suatu kelompok. Penilaian kinerja (performance appraisal) pada dasarnya merupakan faktor kunci guna mengembangkan suatu organisasi secara efektif dan efisien, karena adanya kebijakan atau program yang lebih baik atas sumber daya manusia yang ada dalam organisasi. Penilaian kinerja individu sangat bermanfaat bagi dinamika pertumbuhan organisasi secara keseluruhan, melalui penilaian tersebut maka dapat diketahui kondisi sebenarnya tentang bagaimana kinerja karyawan. Menurut Bernardin dan Russel (1993:379), “performance appraisal is a way of measuring the contribution of individuals to their organization” (penilaian kinerja adalah cara mengukur kontribusi individu (karyawan) kepada organisasi


(29)

tempat mereka bekerja). Menurut Bambang Wahyudi (2002:101), penilaian kinerja adalah suatu evaluasi yang dilakukan secara periodik dan sistematis tentang prestasi kerja/jabatan seorang tenaga kerja, termasuk potensi pengembangannya (http://www.hrm-indonesia.com/?p=64 [07-01-2009].

b) Persyaratan Standar Kinerja

Standar kinerja perlu memenuhi persyaratan agar dapat digunakan sebagai tolok ukur dalam mengukur kinerja (Wirawan, 2009:68-69): 1) Sensitif, mampu membedakan antara kinerja yang dapat diterima

dan tidak dapat diterima. Standar kinerja mempunyai alat ukur untuk membedakan tingkatan kinerja dari yang terbaik, baik, sedang, buruk, dan sangat buruk.

2) Realistis. Standar kinerja harus realistis, artinya dapat dicapai oleh karyawan yang kompeten, terlatih, mempunyai pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman yang disyaratkan untuk melaksanakan pekerjaan.

3) Berhubungan dengan kerangka waktu pencapaian standar. Target, sasaran, kuota, atau tujuan yang ditetapkan dalam standar harus dapat dicapai dalam kurun waktu tertentu yang ditetapkan dalam standar kinerja. Kurun waktu umumnya ditentukan melalui studi uji coba standar kinerja atau berdasarkan pengalaman praktik.

4) Dapat diukur dan ada alat ukur untuk mengukur standar. Kuantitas, kualitas, dan kecepatan yang ditetapkan dalam standar harus dapat diukur dengan instrumen evaluasi kerja.

5) Standar harus konsisten. Standar kinerja harus konsisten, artinya standar harus mengenal karyawan dengan masukan yang sama dan mengenal keluaran yang sama. Upaya kerja dan kontribusi yang sama dari karyawan yang berbeda harus menghasilkan kinerja yang dapat dibandingkan satu sama lain.

6) Standar harus adil. Karyawan yang kinerjanya diukur berdasarkan standar kinerja harus mau menerima standar dan menganggap standar adil dan masuk akal. Ukuran adil dan masuk akal diberlakukan sama kepada semua karyawan yang mengerjakan jenis pekerjaan yang sama.

7) Memenuhi ketentuan undang-undang dan peraturan ketenagakerjaan. Baik di negara-negara maju maupun di Indonesia, tidak ada undang-undang khusus yang mengatur mengenai evaluasi kinerja.


(30)

c) Kriteria untuk Mengukur Kinerja

Setiap indikator kinerja diukur berdasarkan kriteria standar tertentu. Terdapat beberapa kriteria untuk mengukur standar tersebut yaitu (Wirawan, 2009:69-71):

1) Kuantitatif (seberapa banyak). Ukuran kuantitatif merupakan ukuran paling mudah untuk disusun dan diukurnya, yaitu hanya dengan menghitung seberapa banyak unit keluaran kinerja harus dicapai dalam kurun waktu tertentu.

2) Kualitatif (seberapa baik). Melukiskan seberapa baik atau seberapa lengkap hasil harus dicapai. Kriteria ini antara lain mengemukakan akurasi, presisi, penampilan, kemanfaatan atau efektifitas.

3) Cara melakukan pekerjaan, digunakan sebagai standar kinerja jika kontak personal, sikap personal, atau perilaku merupakan faktor penentu keberhasilan melaksanakan pekerjaan.

4) Metode melaksanakan tugas. Standar yang digunakan jika ada undang-undang, kebijakan, prosedur standar, metode, dan peraturan untuk menyelesaikan tugas atau jika cara pengecualian ditentukan tidak dapat diterima.

5) Standar sejarah. Standar yang menyatakan hubungan antara standar masa lalu dengan standar sekarang. Standar masa sekarang dinyatakan lebih tinggi atau lebih rendah daripada standar masa lalu dalam pengertian kuantitas dan kualitas.

d) Manfaat Penilaian Kinerja

Menurut Rosidi dalam http://wangmuba.com/2009/03/05/manfaat-penilaian-kinerja/, manfaat penilaian kinerja adalah: 1) memperoleh data yang pasti, sistimatis dan faktual dalam menentukan nilai suatu pekerjaan; 2) memperoleh keadilan dalam sistem pengupahan dan penggajian; 3) memungkinkan para pengambil keputusan bertindak objektif dalam memperlakukan para bawahan; 4) untuk membantu pihak manajemen dalam memilih, menempatkan, promosi, demosi, mutasi, meningkatkan dan memberhentikan karyawan; 5) mempertegas dan memperjelas fungsi tugas pokok wewenang dan tanggung jawab


(31)

dari setiap jabatan, sehingga dapat mengurangi dan meniadakan tumpang tindih dalam pelaksanaan kerja; 6) menghilangkan atau mengurangi berbagai jenis keluhan para karyawan karena perlakuan yang kurang adil.

Bagi karyawan yang dinilai, keuntungan pelaksanaan penilaian kinerja antara lain (Rivai, Basri, 2004:58 dalam http://id.wikipedia. org/wiki/Kinerja [01-06-2009]):

1) Meningkatkan motivasi. 2) Meningkatkan kepuasan hidup.

3) Adanya kejelasan standar hasil yang diterapkan mereka.

4) Umpan balik dari kinerja lalu yang kurang akurat dan konstruktif. 5) Pengetahuan tentang kekuatan dan kelemahan menjadi lebih besar. 6) Pengembangan tentang pengetahuan dan kelemahan menjadi lebih

besar, membangun kekuatan dan mengurangi kelemahan semaksimal mungkin.

7) Adanya kesempatan untuk berkomunikasi ke atas. 8) Peningkatan pengertian tentang nilai pribadi.

9) Kesempatan untuk mendiskusikan permasalahan pekerjaan dan bagaimana mereka mengatasinya.

10)Suatu pemahaman jelas dari apa yang diharapkan dan apa yang perlu untuk dilaksanakan untuk mencapai harapan tersebut.

11)Adanya pandangan yang lebih jelas tentang konteks pekerjaan. 12)Kesempatan untuk mendiskusikan cita-cita dan bimbingan apa pun

dorongan atau pelatihan yang diperlukan untuk memenuhi cita-cita karyawan.

13)Meningkatkan hubungan yang harmonis dan aktif dengan atasan. 4. Dosen

a) Pengertian Dosen

Dosen adalah pendidik profesional dan ilmuwan dengan tugas utama mentransformasikan, mengembangkan, dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni melalui pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat (http://id.wikipedia.org/wiki/Dosen [19-04-2009]). Dosen adalah tenaga staf pengajar di lingkungan fakultas


(32)

yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Dekan. Dosen mempunyai tugas utama mengajar, membimbing dan/atau melatih mahasiswa serta melakukan penelitian dan pengabdian pada masyarakat. Kelompok dosen terdiri dari dosen biasa/tetap dan dosen luar biasa/tidak tetap. Kelompok dosen yaitu (http://fpik.undip.ac. id/index.php?option=com_content&task=view&id=16&Itemid=45 [04-09-2009]):

1) Dosen penanggung jawab mata kuliah yang tergabung dalam kelompok keilmuannya dalam penyelenggaraan pendidikan dan pengembangan ilmu.

2) Dosen yang tergabung dalam kelompok keilmuannya dalam penyelenggaraan penelitian dan pengabdian pada masyarakat.

3) Dosen yang membina dan mengembangkan fasilitas laboratorium guna menunjang kegiatan pendidikan.

4) Dosen yang mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas tersebut secara akademik keilmuan kepada ketua jurusan dan secara teknis operasional kepada kepala laboratorium.

b) Profil Seorang Pengajar

Profil pengajar dituntut untuk berperan serba bisa antara lain (Soekartawi, 1995:33-34):

1) Mempunyai keahlian terhadap ilmu pengetahuan (bahan ajar) yang diberikan kepada mahasiswanya.

2) Mempunyai keahlian dalam memberikan pengajaran. 3) Mampu memberikan motivasi kepada mahasiswanya. 4) Mampu bertindak sebagai manajer di kelas.

5) Mampu bertindak sebagai pemimpin.

6) Mempunyai keahlian dalam memberikan bimbingan.

7) Mempunyai keahlian sebagai ahli lingkungan dalam arti bahwa bila di lingkungan dimana pengajar tersebut bekerja dirasakan terjadi situasi yang kurang menyenangkan, maka pengajar harus pula mampu mengubahnya.

8) Mampu sebagai figur yang berwatak untuk mampu sebagai penggerak inisiatif dan di belakang ia harus mampu melaksanakan dengan baik.

9) Mampu membuat suasana di kelas tetap terkontrol dalam arti bahwa mahasiswa tetap aktif mengikuti pembelajaran dengan baik.


(33)

10)Mau menerima umpan balik (feed back) dari mahasiswa agar proses pembelajaran dapat terus ditingkatkan secara keseluruhan.

11)Mau menerapkan hasil-hasil penelitian di dalam bahan ajar yang diberikan agar kualitas bahan ajar terus mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

c) Mengajar yang Efisien

Tahapan kegiatan untuk dapat mengajar yang efisien yaitu (Soekartawi, 1995:40-53):

1) Mempelajari silabus. Di tiap lembaga pendidikan kadang-kadang dijumpai adanya perbedaan dalam pembuatan silabus, namun pada dasarnya silabus dapat dikategorikan menjadi dua bagian yaitu silabus telah disiapkan oleh jurusan, fakultas, universitas, atau lembaga pendidikan yang bersangkutan; silabus disiapkan sendiri oleh pengajar.

2) Menetapkan tujuan dan kelompok sasaran. Walaupun tujuan ini telah ditetapkan di silabus, sebaiknya perlu ditetapkan apa tujuan instruksional umum (TIU) dan tujuan instruksional khusus (TIK). TIU biasanya merupakan goals dari bahan ajar yang diberikan, yaitu tujuan relatif yang ingin dicapai. TIK berisi tujuan yang sifatnya operasional yang harus dikuasai mahasiswa.

3) Membuat satuan acara pengajaran (SAP). SAP adalah penjabaran yang lebih terperinci dari bahan ajar yang diberikan untuk tujuan mencapai TIU dan TIK. Dengan SAP, maka mahasiswa dapat mengetahui dengan cepat tentang isi bahan ajar yang akan diberikan pada waktu pembelajaran tersebut berlangsung.

4) Memilih model instruksi yang relevan. Tiap pengajar mempunyai kesenangan atau keahlian di dalam memilih model instruksi yang dipakai sehari-hari di kelas. Model instruksi yang dipakai sebaiknya sesuai dengan bahan ajar atau ilmu pengetahuan yang diberikan. 5) Membuat cara evaluasi. Cara evaluasi dapat berupa ujian lisan,

tertulis, mengumpulkan tugas-tugas, dan lainnya.

6) Menetapkan tempat dan waktu. Menetapkan waktu dan tempat ujian biasanya bukan tugas pengajar.

7) Menetapkan buku wajib dan pilihan. Buku wajib dan buku pilihan perlu dituliskan dengan jelas di silabus.

8) Membagikan hand out.

9) Melakukan pengajaran yang baik. Proses komunikasi dalam pembelajaran hendaknya ada umpan balik karena diperlukan untuk memperbaiki penampilan komunikator dan memperbaiki isi bahan ajar.

10)Melaksanakan evaluasi. Evaluasi yang dimaksud disini adalah evaluasi terhadap cara mengajar yang dilakukan oleh pengajar.


(34)

Beberapa variabel yang perlu dievaluasi yaitu bahan ajar yang dipergunakan dan topik yang diberikan.

5. Kinerja Dosen

Menurut Anwar (2000:67 dalam http://id.wikipedia. org/wiki/Kinerja[01-06-2009]), kinerja adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seseorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Jadi, dapat disimpulkan bahwa kinerja dosen adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang dosen setelah melaksanakan tugas pembelajarannya.

a) Cara Mengajar yang Baik dan Benar

Mekanisme pemenuhan standar yaitu (Widanarto, 2007:34-37):

1) Standar metode pembelajaran (dosen menerapkan metode pembelajaran yang efektif dan efisien). Tujuannya agar dapat menyelenggarakan proses pembelajaran secara efektif dan efisien, dosen perlu dibekali selain dengan kemampuan mengembangkan substansi bidang ilmunya juga perlu dibekali dengan keterampilan untuk menjalankan proses pembelajaran.

2) Standar materi dan proses pembelajaran (kegiatan pembelajaran sesuai dengan Satuan Acara Perkuliahan (SAP) atau Rencana Program dan Kegiatan Pembelajaran Semester (RPKPS). Tujuannya agar kegiatan pembelajaran dalam satu semester dapat dilakukan sesuai dengan standar, maka materi pembelajaran suatu mata kuliah harus dituangkan di dalam sebuah rencana pembelajaran yang disebut SAP atau RPKPS.

3) Standar administrasi kegiatan pendukung proses pembelajaran (administrasi kegiatan pendukung dilakukan secara transparan dan akuntabel). Kegiatan pembelajaran satu semester dalam suatu program studi berlangsung dalam suatu siklus yaitu penyelenggaraan rapat dosen lengkap dan penyelenggaraan pembelajaran.


(35)

Pada dasarnya alat bantu mengajar dibedakan menjadi dua kategori alat bantu sebagai media instruksional pengajaran, yaitu (Soekartawi, 1995:23-24):

1) Media Cetak

Media cetak sebagai alat bantu pengajaran adalah berupa bahan tertulis dan dicetak, antara lain berupa buku-buku teks, majalah, diktat, modul atau bahan ajar yang lain. Media cetak ini berupa dapat dipelajari tanpa pengajar (self construction) dan yang bukan self construction atau sering disebut juga buku teks. Buku teks sengaja dirancang sebagai alat bantu pembelajaran yang memerlukan pengajar. Buku petunjuk juga harus diberikan kepada para pengajar secara gratis (dari penerbit) sebagai pelengkap buku teks yang dipakai. Hal ini disebabkan karena buku petunjuk berisi antara lain penjelasan penggunaan buku teks, soal-soal latihan, kuis, bahan ujian, dan juga praktikum.

2) Media Elektronik

Media elekronik adalah alat bantu mengajar yang berupa hasil kerja dengan bantuan alat elektronika seperti audio visual, film strips, cassette, televisi, radio, overhead projector, dan slide.

Manfaat media pembelajaran yaitu sebagai berikut (Wijaya, 2007 dalam http://mtsn2ska.com/content/view/64/41/ [01-12-2007]):

1) Memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbalistis (dalam bentuk kata-kata tertulis atau lisan saja).

2) Mengatasi keterbatasan ruang, waktu dan daya indera, misalnya: a. objek yang terlalu besar, bisa digantikan dengan realita, gambar, film bingkai, film, gambar video, atau model; b. objek yang kecil, dibantu dengan proyektor mikro, film slide, film, gambar video atau gambar; c. gerak yang terlalu lambat atau terlalu cepat, dapat dibantu dengan timelapse, high-speed, photograph atau slow motion playback video; d. kejadian atau peristiwa yang terjadi di masa lalu bisa ditampilkan lagi lewat rekaman film, video, film slide, foto rnaupun secara verbal; e. objek yang terlalu kompleks (misalnya mesin-mesin) dapat disajikan dengan model diagram, dan lain-lain, dan konsep yang terlalu lugas (gunung berapi, gempa bumi, iklim, dan lain-lain) dapat divisualkan dalam bentuk film, film bingkai (slide), gambar, video.

3) Dalam hal ini media pembelajaran berguna untuk menimbulkan kegairahan belajar, memungkinkan interaksi yang lebih langung antara peserta didik dengan lingkungan dan kenyataan, memungkinkan peserta didik belajar sendiri-sendiri menurut kemampuan dan minatnya.


(36)

4) Sifat yang unik pada tiap peserta didik dengan lingkungan yang berbeda, sedangkan kurikulum dan materi pelajaran ditentukan sama untuk setiap peserta didik, maka pengajar akan banyak mengalami kesulitan bilamana semuanya harus diatasi sendiri. Apalagi bila latar-belakang lingkungan pengajar dengan peserta didik juga berbeda. Masalah ini dapat diatasi dengan media pembelajaran, yaitu dengan kemampuannya dalam memberikan perangsang yang sama, mempersamakan pengalaman, menimbulkan persepsi yang sama. Berdasarkan kelebihan dan keterbatasan dari setiap media yang ada kita bisa memanfaatkan semaksimal mungkin dari tampilannya untuk menunjang kegiatan pembelajaran.

c) Cara Evaluasi

Pengajar harus melakukan evaluasi dari tugas yang ia berikan selama waktu tertentu. Evaluasi dapat dilakukan pada waktu-waktu tertentu sesuai dengan kehendak pengajar (tes harian atau mingguan) dan dapat pula mengikuti waktu yang telah ditentukan oleh fakultas atau universitas. Evaluasi ini sebaiknya berjalan dari dua arah, yaitu evaluasi pengajar yang berasal dari siswa dan evaluasi siswa yang berasal dari pengajar.

Bentuk-bentuk evaluasi terhadap mahasiswa biasanya dapat berupa, antara lain (Soekartawi, 1995:25-31):

1) Evaluasi bahwa mahasiswa telah menyelesaikan seperangkat program yang diberikan. Berbagai pelatihan atau kursus yang sifatnya tidak kaku dan yang memerlukan waktu singkat, maka evaluasi yang dilakukan adalah cukup dengan cara menilai apakah peserta pelatihan telah mengikuti dengan baik atau tidak.

2) Ujian tertulis. Ujian tertulis atau ujian dalam bentuk uraian (essay examination) adalah bentuk ujian yang paling sering dilaksanakan. Biasanya cara ujian ini dilakukan pada ujian tengah semester atau pada akhir semester. Beberapa kemungkinan dari cara ini adalah untuk menilai kemampuan menulis dalam berbagai hal, antara lain mengekspresikan buah pikiran, menginterpretasikan data, melakukan kreatifitas, dan mengorganisasikan semua yang ia pertimbangkan untuk dituangkan dalam bentuk tulisan yang singkat dan sistematis.


(37)

3) Ujian lisan. Kelebihan ujian lisan adalah pengajar dapat mengetahui sampai seberapa jauh kemampuan mahasiswa memahami bahan ajar yang diberikan dalam waktu yang relatif singkat dibandingkan dengan hasil-hasil evaluasi yang dilakukan dengan cara yang bukan lisan.

4) Ujian memilih alternatif dari berbagai kemungkinan atau sering disebut dengan istilah ujian pilihan berganda atau multiplechoice test. Cara ini pada dasarnya adalah memilih satu jawaban yang paling benar dari berbagai kemungkinan alternatif jawaban yang diberikan oleh penguji. Kelebihan cara ini adalah pengajar dapat memeriksa hasil ujian dengan cepat dan juga hasilnya lebih objektif. Kelemahan cara ini adalah pengajar tidak mengetahui dengan baik apakah jawaban benar yang diberikan oleh mahasiswa itu memang benar-benar hasil dari pemikiran mahasiswa atau dari hasil dugaan saja.

5) Ujian memilih alternatif dari dua kemungkinan (memilih benar atau salah yang biasanya disebut dengan true-false-test). Kelebihannya adalah khususnya bagi penilai lebih mudah memberikan nilai, lebih objektif dalam arti dapat diukur dengan ukuran yang pasti.

6) Ujian penampilan. Cara ini pada dasarnya menilai mahasiswa sebelum dan sesudah mengikuti pelajaran atau pelatihan dengan menilai penampilan mahasiswa sebelum dan sesudah mengikuti pelajaran atau pelatihan tersebut.

6. Undang-undang Guru dan Dosen

Dalam Undang-undang Republik Indonesia No. 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen dijelaskan meliputi antara lain kedudukan dosen, tujuan kedudukan dosen, prinsip profesionalitas, hak dan kewajiban dosen. Berikut ini dijelaskan tentang guru dan dosen yaitu (http://uu_dosen_2005.pdf):

a) Kedudukan dosen terdapat pada bab II pasal 3 yaitu sebagai berikut: (1)Dosen mempunyai kedudukan sebagai tenaga profesional pada

jenjang pendidikan tinggi yang diangkat sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

(2)Pengakuan kedudukan dosen sebagai tenaga profesional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibuktikan dengan sertifikat pendidik.


(38)

Kedudukan guru dan dosen sebagai tenaga profesional bertujuan untuk melaksanakan sistem pendidikan nasional dan mewujudkan tujuan pendidikan nasional, yaitu berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, serta menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab.

c) Prinsip profesionalitas terdapat pada bab III Pasal 7 yaitu sebagai berikut:

Profesi guru dan profesi dosen merupakan bidang pekerjaan khusus yang dilaksanakan berdasarkan prinsip sebagai berikut:

a. Memiliki bakat, minat, panggilan jiwa, dan idealisme.

b. Memiliki komitmen untuk meningkatkan mutu pendidikan, keimanan, ketaqwaan, dan akhlak mulia.

c. Memiliki kualifikasi akademik dan latar belakang pendidikan sesuai dengan bidang tugas.

d. Memiliki kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugas. e. Memiliki tanggung jawab atas pelaksanaan tugas keprofesionalan. f. Memperoleh penghasilan yang ditentukan sesuai dengan prestasi

kerja.

g. Memiliki kesempatan untuk mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan belajar sepanjang hayat.

h. Memiliki jaminan perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas keprofesionalan.

i. Memiliki organisasi profesi yang mempunyai wewenang mengatur hal-hal yang berkaitan dengan tugas.

d) Hak dan kewajiban dosen terdapat pada bab IV Pasal 14 yaitu sebagai berikut:

(1) Dalam melaksanakan tugas keprofesionalan, dosen berhak:

a. Memperoleh penghasilan diatas kebutuhan hidup minimum dan jaminan kesejahteraan sosial.

b. Mendapatkan promosi dan penghargaan sesuai dengan tugas dan prestasi kerja.

c. Memperoleh perlindungan dalam melaksanakan tugas dan hak atas kekayaan intelektual.

d. Memperoleh kesempatan untuk meningkatkan kompetensi. e. Memperoleh dan memanfaatkan sarana dan prasarana

pembelajaran untuk menunjang kelancaran tugas keprofesionalan.

f. Memiliki kebebasan dalam memberikan penilaian dan ikut menentukan kelulusan, penghargaan, dan/atau sanksi kepada


(39)

peserta didik sesuai dengan kaidah pendidikan, kode etik guru, dan peraturan perundang-undangan.

g. Memperoleh rasa aman dan jaminan keselamatan dalam melaksanakan tugas.

(2)Dalam melaksanakan tugas keprofesionalan, dosen berkewajiban:

a. Merencanakan pembelajaran, melaksanakan proses pembelajaran yang bermutu serta menilai dan mengevaluasi hasil pembelajaran. b. Meningkatkan dan mengembangkan kualifikasi akademik dan

kompetensi secara berkelanjutan sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni.

c. Bertindak objektif dan tidak diskriminatif atas dasar pertimbangan jenis kelamin, agama, suku, ras, dan kondisi fisik tertentu, atau latar belakang, dan status sosial ekonomi peserta didik dalam pembelajaran.

d. Menjunjung tinggi peraturan perundang-undangan, hukum, dan kode etik guru, serta nilai-nilai agama dan etika.

e. Memelihara dan memupuk persatuan dan kesatuan bangsa.

B. Lingkungan Kelas 1. Pengertian

Lingkungan adalah sebuah kondisi dimana manusia akan dapat merasakan adanya hubungan kuat antara dia dengan alam sekitarnya, dan masing masing dapat merasakan bahwa apa yang terjadi di dalam badan mereka adalah sebuah keadaan dimana diri dan jiwa mereka menjadi satu dalam kebersamaan yang total. Ketika sebuah perasaan nyaman datang dari dalam jiwa maka kenyamanan inipun akan dia rasakan secara fisik (Mirabiela, 2008 dalam http://mirabiela. wordpress. com/2008/10/23/ kawasan-lingkungan/[23-10-2008]).

Sedangkan lingkungan belajar/kelas adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan tempat proses pembelajaran dilaksanakan (Muhammad Saroni, 2006:82-84 dalam Kusmoro, 2008 http://inovasisukses.blogspot.com/2008/08/penataan- lingkungan- belajar-


(40)

dalam- pakem. html). Belajar dapat dilakukan dimana saja dan kapan saja. Di perguruan tinggi proses pembelajaran dilaksanakan di ruang kelas. Ruang kelas adalah suatu ruangan dalam bangunan kampus, yang berfungsi sebagai tempat untuk kegiatan tatap muka dalam proses kegiatan belajar mengajar (KBM) (http://id.wikipedia.org/wiki/Ruang_kelas).

2. Klasifikasi Lingkungan Kelas

Lingkungan kelas mencakup dua hal utama, yaitu lingkungan fisik dan lingkungan sosial. Kedua aspek lingkungan tersebut dalam proses pembelajaran haruslah saling mendukung, sehingga mahasiswa merasa nyaman di kampus dan mau mengikuti proses pembelajaran secara sadar dan bukan karena tekanan ataupun keterpaksaan.

Lingkungan belajar di kelas sebagai situasi buatan yang berhubungan dengan proses pembelajaran atau konteks terjadinya pengalaman belajar, dapat diklasifikasikan yang menyangkut lingkungan sebagai berikut (Kusmoro, 2008 dalam http://inovasisukses. blogspot. com/2008/08 /penataan- lingkungan- belajar- dalam- pakem. html [03-08-2008]):

a) Lingkungan Fisik

Lingkungan fisik adalah lingkungan yang memberi peluang gerak dan segala aspek yang berhubungan dengan upaya penyegaran pikiran bagi peserta didik setelah mengikuti proses pembelajaran yang sangat membosankan (Muhammad Saroni, 2006:82-83). Lingkungan fisik ini meliputi sarana prasarana pembelajaran yang dimiliki kampus seperti lampu, ventilasi, bangku, dan tempat duduk yang sesuai untuk mahasiswa, dan lain sebagainya.

Menurut Suprayekti (2003:18), lingkungan fisik merupakan lingkungan yang ada di sekitar mahasiswa baik itu kelas, kampus, atau diluar kampus yang perlu dioptimalkan pengelolaannya agar interaksi belajar mengajar lebih efektif dan efisien. Lingkungan fisik dapat difungsikan sebagai sumber atau tempat belajar yang direncanakan atau dimanfaatkan. Yang termasuk lingkungan fisik tersebut diantaranya


(41)

adalah kelas, laboratorium, tata ruang, situasi fisik yang ada di sekitar kelas, dan sebagainya.

b) Lingkungan Sosial

Menurut Muhammad Saroni (2006:83), lingkungan sosial berhubungan dengan pola interaksi antarpersonil yang ada di lingkungan kampus secara umum. Lingkungan sosial yang baik memungkinkan para mahasiswa untuk berinteraksi secara baik, mahasiswa dengan mahasiswa, dosen dengan mahasiswa, dosen dengan dosen, atau dosen dengan karyawan, mahasiswa dengan karyawan, serta secara umum interaksi antar personil.

Penelitian Walberg dab Greenberg (1997) dalam De Porter Bobbi,dkk (2001:19-39) menunjukkan bahwa lingkungan sosial atau suasana kelas adalah penentu psikologis utama yang mempengaruhi belajar akademis. Dalam usaha menciptakan lingkungan belajar dalam konteks tujuan menekankan terdapatnya interaksi yang saling mendukung antara variabel pendidik, tugas, menyangkut strukturnya (organisasi), dimensinya, cakupannya, dan nilai kebermanfaatannya. Variabel peserta didik antara lain meliputi kompetensinya, motivasinya, gaya belajarnya, dan perbedaan individualnya. Sedangkan variabel strategi pengelolaan pembelajaran, mencakup sarana kelas, strategi, metode, dan media pembelajaran serta waktu yang dialokasikan untuk kegiatan itu. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa lingkungan pembelajaran di kelas yang diciptakan baik fisik maupun sosial dan proses dialogis antara lingkungan fisik dengan lingkungan sosial berpengaruh terhadap iklim pembelajaran di kelas dan tujuan pembelajaran yang dicapai.

3. Pengaturan Lingkungan Fisik dan Non Fisik a) Lingkungan Fisik

Pengaturan lingkungan fisik agar menjadi tempat yang kondusif yaitu sebagai berikut (Hadi Suwono, 2009 dalam http://hadisuwono. blogspot.com/2009/05/lingkungankelasyangkondusif.html[07-052009]): 1) Pengaturan ruang kelas. Ruang kelas harus diatur agar nyaman.

Ruang kelas harus memiliki jendela dan ventilasi yang cukup sehingga terjadi pergantian udara secara bebas. Meja dan kursi dosen harus diatur di tempat yang baik dan dapat memandang ke seluruh ruang kelas. Meja dan kursi mahasiswa harus diatur dengan baik agar tidak berdesak-desakan, sesuaikan jumlah kursi-meja dengan kapasitas ruang. Perabot yang sudah tidak difungsikan lagi dikeluarkan supaya tidak mengotori ruangan.

2) Menjaga kebersihan kelas. Kelas harus dijaga kebersihannya oleh semua warga kelas. Sediakan tempat sampah di luar kelas.


(42)

3) Pengaturan dinding kelas. Dinding kelas harus diatur agar indah dipandang. Jangan membiarkan dinding kelas kosong, tetapi isi dengan berbagai sumber belajar, media, kata-kata mutiara, dan hasil-hasil karya mahasiswa. Dinding kelas yang baik adalah bukan dinding kelas yang bersih tanpa tempelan tetapi dinding kelas yang bermanfaat sebagai sumber belajar. Dinding kelas dicat dengan warna-warna yang cerah misalnya: merah, kuning, biru, hijau, hindari cat dengan warna yang kalem misalnya coklat dan krem. 4) Pengaturan meja dan kursi mahasiswa dengan formasi yang

berubah-ubah, paling tidak setiap 2 hari sekali. Perubahan formasi meja dan kursi mahasiswa ini akan memengaruhi pola interaksi antara dosen dengan mahasiswa maupun mahasiswa dengan mahasiswa lainnya. Dengan perubahan seperti ini maka mahasiswa tidak akan merasa bosan di kelas.

5) Membuat sudut baca/perpustakaan kelas yang menjamin mahasiswa untuk aktif membaca dan menelusuri informasi. Perpustakaan kelas diisi dengan bacaan-bacaan yang menarik yang sesuai dengan mahasiswa. Buku-buku di perpustakaan kelas ini jangan hanya buku-buku pelajaran saja tetapi sebaiknya adalah buku-buku yang menarik dan inspiratif.

6) Menghindari kebisingan. Kebisingan merupakan masalah yang dihadapi oleh kampus-kampus yang ada di perkotaan. Biasanya kampus-kampus di kota memiliki bangunan ruang kelas yang dekat dengan jalan raya karena sempitnya lahan.

7) Menyediakan tempat bersosialisasi. Kampus bukan hanya merupakan tempat belajar berbagai mata kuliah, tetapi juga tempat untuk bersosialisasi. Oleh sebab itu, kampus perlu menyiapkan tempat untuk bersosialisasi. Kursi di luar kelas harus disediakan agar dapat digunakan oleh mahasiswa untuk berdiskusi, bersosialisasi, atau hanya sekedar beristirahat setelah jenuh kuliah di kelas.

b) Lingkungan Non Fisik

Selain pengaturan lingkungan fisik, lingkungan non fisik juga perlu dikelola. Lingkungan non fisik yang penting bagi terselenggaranya kelas yang kondusif yaitu (Hadi Suwono, 2009 dalam http://hadisuwono.blogspot.com/2009/05/lingkungan-kelas-yang kond usif.html):

1) Interaksi mahasiswa dengan dosen serta mahasiswa dengan mahasiswa lainnya. Kembangkan interaksi yang nyaman antara dosen dengan mahasiswa maupun mahasiswa dengan mahasiswa lainnya. Interaksi ini hanya bisa terjalin apabila dosen menggunakan cara PAKEM dalam pembelajaran. Apabila dosen hanya menggunakan cara mengajar ceramah, dapat dipastikan interaksi antar mahasiswa akan terbatas.

2) Membuat aturan, tata tertib, etika yang disepakati oleh semua mahasiswa. Aturan yang dibuat secara demokratis menjadi bagian yang mengikat dan memberi keuntungan kepada semua warga kelas.


(43)

3) Kenyamanan kelas sebagai tanggung jawab bersama. Dosen hendakny menyampaikan kepada semua mahasiswa bahwa kenyamanan kelas menjadi tanggung jawab bersama.

4) Refleksi. Setiap mahasiswa ditugaskan untuk menuliskan refleksinya mengenai ruang kelas mereka. Melalui refleksi ini dosen akan memahami apakah ruang kelasnya ini sudah kondusif untuk pembelajaran atau belum.

Menurut peneliti, lingkungan kelas yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kondisi fisik dan non fisik di kelas yang mendukung proses pembelajaran, serta hubungan sosial antara dosen dengan mahasiswa maupun mahasiswa dengan mahasiswa.

C. Lingkungan Tempat Tinggal Mahasiswa 1. Pengertian

Lingkungan adalah sebuah kondisi dimana manusia akan dapat merasakan adanya hubungan kuat antara dia dengan alam sekitarnya, dan masing masing dapat merasakan bahwa apa yang terjadi didalam badan mereka adalah sebuah keadaan dimana diri dan jiwa mereka menjadi satu dalam kebersamaan yang total. Ketika sebuah perasaan nyaman datang dari dalam jiwa maka kenyamanan inipun akan dia rasakan secara fisik (Mirabiela, 2008 dalam http://mirabiela. wordpress. com/2008/10/23/ kawasan-lingkungan/[23-10-2008]). Dalam arti umum, rumah adalah bangunan buatan manusia yang dijadikan tempat tinggal selama jangka waktu tertentu. Tempat tinggal bisa di rumah orang tua, kost maupun asrama. Jadi, lingkungan tempat tinggal adalah kondisi yang dirasakan oleh seseorang terhadap keadaan di tempat tinggal dan sekitarnya secara fisik maupun non fisik dalam jangka waktu tertentu.


(44)

2. Karakteristik Tempat Tinggal

Lingkungan mempengaruhi kemampuan dalam berkonsentrasi untuk belajar. Seseorang akan dapat memaksimalkan kemampuan konsentrasi, jika mengetahui faktor apa saja yang berpengaruh terhadap konsentrasi. Jika seseorang dapat memaksimalkan konsentrasi, ia mampu menggunakan kemampuannya pada saat dan suasana yang tepat. Jika seseorang termasuk orang yang suka belajar di tempat yang sepi dan tenang, sementara temannya mengajak belajar di rumahnya sambil memasang musik dengan keras maka ia tidak dapat konsentrasi belajar.

Faktor lingkungan yang mempengaruhi konsentrasi belajar antara lain (http://www.ut.ac.id/html/Strategi-bjj/gaya2.html): 

a) Suara. Setiap orang mempunyai reaksi yang berbeda terhadap suara, yaitu ada orang yang menyukai belajar sambil mendengarkan musik keras, musik lembut, ataupun nonton TV; suka belajar di tempat yang ramai, dan bersama teman; tidak dapat berkonsentrasi jika banyak orang ada di sekitarnya; bagi orang tertentu, musik atau suara apapun akan mengganggu konsentrasi belajar mereka; dan beberapa orang tertentu tidak merasa terganggu baik ada suara ataupun tidak. Mereka tetap dapat berkonsentrasi belajar dalam keadaan apapun.

b) Pencahayaan. Pencahayaan merupakan faktor yang pengaruhnya kurang begitu dirasakan dibandingkan dengan pengaruh suara. Hal itu mungkin karena relatif mudah mengatur pencahayaan sesuai dengan yang dibutuhkan.

c) Temperatur. Pengaruh temperatur terhadap konsentrasi belajar pada umumnya tidak terlalu dipermasalahkan orang. Namun, reaksi tiap orang terhadap temperatur berbeda. Ada yang memilih belajar di tempat dingin, atau sejuk; sedangkan orang yang lain memilih tempat yang hangat.

d) Desain belajar. Jika seseorang sedang membaca, menulis, atau meringkas modul yang membutuhkan konsentrasi akan merasa lebih nyaman untuk melakukannya sambil duduk santai di kursi, sofa, tempat tidur, tikar, karpet atau duduk santai di lantai. Jika salah satu cara tersebut merupakan cara yang membuatnya lebih mudah berkonsentrasi untuk belajar, maka mungkin termasuk orang yang membutuhkan desain informal atau cara belajar tidak formal yang santai. Jika seseorang termasuk tipe yang membutuhkan desain formal, maka


(45)

mungkin akan lebih mudah berkonsentrasi jika belajar dengan kursi dan meja belajar. Tempat belajar yang dilengkapi dengan kalimat-kalimat positif, foto, gambar, atau jadwal belajar dapat meningkatkan semangat belajar.

Malas belajar timbul dari beberapa sebab antara lain karena (Sixtus Tanje, 2008 dalam http://keluargabahagia. com/index.php?option=com_ content&task=view&id=52):

a). Sikap orang tua. Sikap orang tua yang tidak memberikan perhatian dalam belajar ataupun sebaliknya orang tua terlalu berlebihan perhatiannya, membuat anak malas belajar. Banyak orang tua yang menuntut anak belajar hanya demi angka (nilai) dan bukan atas dasar kesadaran dan tanggung jawab anak selaku pelajar. Akibat dari tuntutan tersebut, tidak sedikit anak yang stres sehingga nilai yang diperolehnya kurang memuaskan.

b). Suasana belajar di rumah bukan suatu jaminan rumah mewah dan megah membuat anak menjadi rajin belajar, tidak pula rumah yang sangat sederhana menjadi faktor mutlak anak malas belajar. Rumah yang tidak dapat menciptakan suasana belajar yang baik adalah rumah yang selalu penuh dengan kegaduhan, keadaan rumah yang berantakan ataupun kondisi udara yang pengap. Selain itu tersedianya fasilitas-fasilitas permainan yang berlebihan di rumah juga dapat mengganggu minat belajar anak. Contohnya dari radio tape yang menggunakan kaset, CD, VCD, atau komputer yang diprogram untuk sebuah permainan (games), seperti game boy, game watch maupun play stations. Kondisi seperti ini berpotensi besar untuk tidak terciptanya suasana belajar yang baik. c). Sarana belajar. Sarana belajar merupakan media mutlak yang dapat

mendukung minat belajar. Kekurangan ataupun ketiadaan sarana untuk belajar secara langsung telah menciptakan kondisi anak untuk malas belajar. Kendala belajar biasanya muncul karena tidak tersedianya ruang belajar khusus, meja belajar, buku-buku penunjang (pustaka mini), dan penerangan yang bagus. Tidak tersedianya buku-buku pelajaran, buku tulis, dan alat-alat tulis lainnya, merupakan bagian lain yang cenderung menjadi hambatan otomatis anak akan kehilangan minat belajar yang optimal.

Enam langkah mengatasi malas belajar anak yang dapat membantu orang tua dalam membimbing dan mendampingi anak yang bermasalah dalam belajar, antara lain (Sixtus Tanje, 2008 dalam http://keluargabahagia. com/index.php?option=com_ content&task=view&id=52):


(46)

a) Mencari informasi. Orang tua sebaiknya bertanya langsung kepada anak untuk memperoleh informasi yang tepat mengenai dirinya. Orang tua harus mencari situasi dan kondisi yang tepat untuk dapat berkomunikasi secara terbuka dengannya. Kemudian anak diajak untuk mengungkapkan penyebab ia malas belajar. Setiap suasana yang santai dapat dimanfaatkan untukbertanya kepada anak seperti: saat membantu ibu di dapur, berjalan-jalan atau sambil bermain, tidak harus formal yang membuat anak tidak bisa membuka permasalahan dirinya.

b) Membuat kesepakatan bersama antara orang tua dan anak. Kesepakatan dibuat untuk menciptakan keadaan dan tanggung jawab serta memotivasi anak dalam belajar bukan memaksakan kehendak orang tua. Kesepakatan dibuat mulai dari bangun tidur hingga waktu hendak tidur, baik dalam hal rutinitas jam belajar, lama waktu belajar, jam belajar bilamana ada PR atau tidak, jam belajar di waktu libur sekolah, bagaimana bila hasil belajar baik atau buruk, hadiah atau sanksi apa yang harus diterima dan sebagainya. Kalaupun ada sanksi yang harus dibuat atau disepakati, biarlah anak yang menentukannya sebagai bukti tanggungjawabnya terhadap sesuatu yang akan disepakati bersama. c) Menciptakan disiplin. Menciptakan kedisiplinan kepada anak bukanlah

suatu hal yang mudah jika tidak dimulai dari orang tua. Orang tua yang sudah terbiasa menampilkan kedisiplinan dalam kehidupan sehari-hari akan dengan mudah diikuti oleh anaknya. Orang tua dapat menciptakan disiplin dalam belajar yang dilaksanakan secara konsisten dan berkesinambungan. Latihan kedisiplinan bisa dimulai dari menyiapkan peralatan belajar, buku-buku pelajaran, mengingatkan tugas-tugas sekolah, menanyakan bahan pelajaran yang telah dipelajari, ataupun menanyakan kesulitan-kesulitan yang dihadapi dalam suatu pelajaran tertentu, terlepas dari ada atau tidaknya tugas kampus.

d) Menegakkan kedisiplinan. Menegakkan kedisiplinan harus dilakukan bilamana anak mulai meninggalkan kesepakatan-kesepakatan yang telah disepakati. Bilamana anak melakukan pelanggaran sedapat mungkin hindari sanksi yang bersifat fisik (menjewer, mencubit, atau memukul). Cara untuk mengalihkannya menggunakan konsekuensi-konsekuensi logis yang dapat diterima oleh akal pikiran anak. Bila dapat melakukan aktivitas bersama di dalam satu ruangan saat anak belajar, orang tua dapat sambil membaca koran, majalah, menyulam, atau aktivitas lain yang tidak mengganggu anak dalam ruang tersebut. Dengan demikian menegakkan disiplin pada anak tidak selalu dengan suruhan atau bentakan sementara orang tua melaksanakan aktifitas lain seperti menonton televisi atau sibuk di dapur.

e) Ketegasan sikap. Ketegasan sikap dilakukan dengan cara orang tua tidak lagi memberikan toleransi kepada anak atas pelanggaran-pelanggaran yang dilakukannya secara berulang-ulang. Ketegasan sikap ini dikenakan saat anak mulai benar-benar menolak dan membantah dengan alasan yang dibuat-buat maupun anak berlaku tidak jujur melakukan aktivitas-aktivitas lain secara sengaja sampai melewati jam belajar. Ketegasan sikap yang diperlukan adalah dengan memberikan


(47)

sanksi yang telah disepakati dan siap menerima konsekuensi atas pelanggaran yang dilakukannya.

f) Menciptakan suasana belajar. Menciptakan suasana belajar yang baik dan nyaman merupakan tanggung jawab orang tua. Setidaknya orang tua memenuhi kebutuhan sarana belajar, memberikan perhatian dengan cara mengarahkan dan mendampingi anak saat belajar. Sebagai selingan orang tua dapat pula memberikan permainan-permainan yang mendidik agar suasana belajar tidak tegang dan tetap menarik perhatian. Ternyata malas belajar yang dialami oleh anak banyak disebabkan oleh berbagai faktor. Oleh karena itu sebelum anak terlanjur mendapat nilai yang tidak memuaskan dan membuat malu orang tua, hendaknya orang tua segera menyelidiki dan memperhatikan minat belajar anak. Selain itu, menumbuhkan inisiatif belajar mandiri pada anak, menanamkan kesadaran serta tanggung jawab selaku pelajar pada anak merupakan hal lain yang bermanfaat jangka panjang.

Penelitian yang dikutip oleh Zakiah Drajat dalam http:// www.mailarchive.com/tamanbintang@yahoogroups.com/msg05760.html, menyebutkan bahwa perilaku manusia 83% dipengaruhi oleh apa yang dilihat, 11% oleh apa yang didengar dan 6% sisanya oleh gabungan dari berbagai stimulus. Dalam perspektif ini pengaruh lingkungan terhadap pembentukan kepribadian sangat besar. Suasana rumah tangga akan menjadi pemandangan setiap hari untuk anak-anak. Jika rumah tangga tidak kondusif, anak menjadi tidak betah di rumah, lari keluar rumah dan bergabung dengan teman sebaya. Jika teman-teman sebaya juga mereka yang tidak betah di rumah, mereka akan membentuk komunitas tersendiri yang pada umumnya rentan terhadap pengaruh negatif. Banyak orang menyediakan sarana fisik yang sangat lengkap untuk anak-anak dan keluarganya di dalam rumahnya, tetapi lupa menyediakan sarana psikologis.

Menurut peneliti, lingkungan tempat tinggal yang dimaksud dalam penelitian ini adalah suatu kondisi yang dirasakan oleh mahasiswa terhadap


(48)

keadaan di tempat tinggal dan sekitarnya secara fisik maupun non fisik dalam jangka waktu tertentu.

D. Prestasi Belajar

1. Pengertian Prestasi Belajar

Menurut Slameto (1995:2), belajar adalah:

suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.

Sementara menurut Winkel (1996:53), belajar adalah:

suatu aktivitas mental/psikis yang berlangsung dalam interaksi yang aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan nilai sikap.

(Ridwan, 2008 dalam http://ridwan202.wordpress.com/2008/05/03/ ketercapaian-prestasi-belajar/).

Prestasi belajar adalah istilah yang telah dicapai individu sebagai usaha yang dialami secara langsung serta merupakan aktifitas yang bertujuan untuk memperoleh ilmu pengetahuan, keterampilan, kecerdasan, kecakapan, dalam kondisi serta situasi tertentu (Depdikbud, 1994:298). Sementara Winkel (1996:162) mengatakan bahwa:

prestasi belajar adalah suatu bukti keberhasilan belajar atau kemampuan seseorang siswa dalam melakukan kegiatan belajarnya sesuai dengan bobot yang dicapainya.

Sedangkan menurut S. Nasution (1996:17), prestasi belajar adalah kesempurnaan yang dicapai seseorang dalam berfikir, merasa dan berbuat. Prestasi belajar dikatakan sempurna apabila memenuhi tiga aspek yakni: kognitif, afektif dan psikomotor, sebaliknya dikatakan prestasi kurang memuaskan jika seseorang belum mampu memenuhi target dalam ketiga


(49)

kriteria tersebut (Ridwan, 2008 dalam http://ridwan202. wordpress. com/2008/05/03/ ketercapaian-prestasi-belajar/ [03-05-2008]).

2. Ranah Prestasi Belajar

Di dalam pasal 1 butir 20 UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, dinyatakan bahwa pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Di lingkungan pendidikan tinggi, interaksi tersebut terjadi antara mahasiswa dengan dosen. Dalam interaksi tersebut berpusat pada mahasiswa (student centered learning) tersebut terjadi proses perubahan yang dialami mahasiswa dalam empat ranah, yaitu ranah pengetahuan (kognitif), ranah perasaan (afektif), ranah keterampilan (psikomotorik), dan ranah kerja sama (kooperatif) (Widanarto, 2007:27).

Salah satu perubahan aspek kognitif mahasiswa dapat dilihat dari indeks prestasi yang diperoleh. Indeks prestasi dijadikan sebagai tolok ukur penguasaan akademik mahasiswa. Semakin baik penguasaan akademik mahasiswa maka prestasi yang diperoleh pun akan baik pula.

3. Fungsi Prestasi Belajar

Fungsi utama dari prestasi belajar adalah (Arifin, 1991:3):

a) Prestasi belajar sebagai indikator kualitas dan kuantitas pengetahuan yang telah dikuasai anak didik.

b) Prestasi belajar sebagai lambang pemuasan hasrat ingin tahu. Hal ini didasarkan asumsi bahwa para ahli psikologi biasanya menyebut hal ini sebagai tendensi keingintahuan dan merupakan kebutuhan umum pada manusia, termasuk kebutuhan anak didik dalam suatu program pendidikan (Abraham H. Maslow, 1984).

c) Prestasi belajar sebagai bahan informasi dalam inovasi pendidikan. Asumsinya adalah bahwa prestasi belajar yang dapat dijadikan pendorong bagi anak didik dalam meningkatkan ilmu pengetahuan dan


(50)

teknologi, dan berperan sebagai umpan balik (feed back) dalam meningkatkan mutu pendidikan.

d) Prestasi belajar sebagai indikator intern dan ekstern dari suatu institusi pendidikan. Indikator intern dalam arti bahwa prestasi belajar dapat dijadikan indikator tingkat produktifitas suatu institusi pendidikan. Asumsinya adalah bahwa kurikulum yang digunakan relevan dengan kebutuhan masyarakaat dan anak didik. Indikator ekstern dalam arti bahwa tinggi rendahnya prestasi belajar dapat dijadikan indikator tingkat kesuksesan anak didik di masyarakat. Asumsinya adalah bahwa kurikulum yang digunakan relevan pula dengan kebutuhan pembangunan masyarakat.

e) Prestasi belajar dapat dijadikan indikator terhadap daya serap (kecerdasan) anak didik. Dalam proses belajar mengajar anak didik merupakan masalah yang utama dan pertama karena anak didiklah yang diharapkan dapat menyerap seluruh materi pelajaran yang telah diprogramkan dalam kurikulum.

Fungsi hasil kegiatan pengukuran dan penilaian hasil belajar sebagai berikut (Widanarto, 2007:53-54):

a) Untuk memilih dan membantu mahasiswa.

Berdasarkan informasi perolehan skor dan nilai prestasi belajar mahasiswa dalam penguasaan suatu mata kuliah, seorang dosen dapat memilih mahasiswa yang bermutu yang memenuhi syarat-syarat tertentu untuk suatu program atau kegiatan. Tujuan selanjutnya adalah membantu mahasiswa tersebut untuk dapat berkembang secara optimal dalam suatu program.

b) Usaha untuk menentukan perlakuan yang sesuai bagi masing-masing mahasiswa sesuai dengan prestasi belajarnya.

Seorang dosen yang dapat memahami prestasi belajar mahasiswanya dan mampu menyadarkan mereka untuk memahami kemampuan mereka masing-masing, maka dosen akan mampu pula untuk menentukan perilakunya yang sesuai bagi masing-masing mahasiswa. c) Untuk keperluan penelitian.

Berdasarkan informasi perolehan skor dan prestasi belajar mahasiswa dalam penguasaan suatu mata kuliah, maka seorang dosen dapat mencari umpan balik tentang pelaksanaan kegiatan proses belajar mengajar dari setiap mata kuliah yang diampunya.

d) Untuk mengetahui sifat-sifat mahasiswa.

Berdasarkan informasi perolehan skor dan nilai prestasi belajar mahasiswa dalam penguasaan suatu mata kuliah, seorang dosen sampai batas tertentu dapat mengetahui sifat-sifat mahasiswa.


(51)

E. Kerangka Berpikir

1. Hubungan kinerja dosen dengan prestasi belajar Akuntansi Keuangan Lanjutan I.

Pembelajaran di perguruan tinggi melibatkan secara langsung dosen dengan mahasiswa. Dalam melaksanakan pembelajaran tersebut terdapat 3 tahapan yaitu perencanaan, proses/kegiatan, dan hasil. Perencanaan pembelajaran dipersiapkan oleh dosen, proses/kegiatan pembelajaran dilakukan oleh dosen dengan mahasiswa, dan hasil pembelajaran berupa prestasi belajar yang dicapai oleh mahasiswa. Tugas utama dosen adalah mengajar maka dosen harus bisa mengatur proses pembelajaran dengan baik agar pembelajaran dapat berlangsung dengan lancar. Output dari pembelajaran yang telah dilaksanakan adalah prestasi belajar. Menurut Winkel (1996:162), prestasi belajar adalah suatu bukti keberhasilan belajar atau kemampuan seseorang dalam melakukan kegiatan belajarnya sesuai dengan bobot yang dicapainya.

Prestasi belajar yang dicapai oleh mahasiswa dinyatakan dengan huruf mutu yaitu A, B, C, D, dan E. Pada mata kuliah Akuntansi Keuangan Lanjutan I sebagian besar mahasiswa mencapai nilai C dan D. Ada banyak faktor yang mengakibatkan prestasi belajar mahasiswa kurang memuaskan salah satunya adalah kinerja dosen. Menurut Anwar (2000:67 dalam http://id.wikipedia. org/wiki/Kinerja[01-06-2009]), kinerja adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seseorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Maka yang dimaksud dengan kinerja dosen yaitu


(52)

hasil kerja pendidik di perguruan tinggi dalam bentuk kualitas maupun kuantitas setelah melaksanakan pembelajaran. Kinerja dosen yang kurang baik akan menurunkan motivasi belajar mahasiswa. Apabila motivasi belajar mahasiswa rendah, maka hal ini dapat menjadi dampak negatif dalam pencapaian prestasi belajarnya.

2. Hubungan lingkungan kelas dengan prestasi belajar Akuntansi Keuangan Lanjutan I.

Prestasi belajar merupakan hasil yang dicapai mahasiswa setelah melaksanakan pembelajaran. Salah satu faktor yang dapat mengakibatkan tinggi/rendahnya prestasi belajar yaitu lingkungan kelas. Lingkungan belajar/kelas adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan tempat proses pembelajaran dilaksanakan (Muhammad Saroni, 2006:82-84 dalam http://inovasisukses.blogspot. com/2008/08/penataan-lingkungan-belajar-dalam-pakem.html). Penelitian Walberg dab Greenberg (1997) dalam De Porter Bobbi,dkk (2001:19-39) menunjukkan bahwa lingkungan sosial atau suasana kelas adalah penentu psikologis utama yang mempengaruhi belajar akademis.

Karakteristik lingkungan kelas dibagi dua hal utama yaitu lingkungan fisik dan lingkungan sosial. Lingkungan fisik meliputi sarana prasarana pembelajaran yang dimiliki kampus seperti: lampu, ventilasi, tempat duduk yang sesuai dengan mahasiswa dan sebagainya. Sedangkan lingkungan sosial meliputi interaksi yang baik antara dosen dengan mahasiswa maupun mahasiswa dengan mahasiswa dalam pembelajaran. Apabila dua hal utama tersebut dipenuhi, maka mahasiswa nyaman dan fokus dalam melakukan


(53)

proses pembelajaran sehingga dapat mencapai prestasi belajar yang diharapkan.

3. Hubungan lingkungan tempat tinggal mahasiswa dengan prestasi belajar Akuntansi Keuangan Lanjutan I.

Menurut UU No. 4/1992 tentang perumahan dan permukiman rumah disebutkan bahwa rumah adalah bangunan yang berfungsi sebagai tempat tinggal atau hunian dan sarana pembinaan keluarga (Parfi Khadiyanto, 2009 dalam http://parfikh.blogspot.com/2009/01/rumah-sebagai-tempat-tinggal. html). Lingkungan rumah/tempat tinggal terdiri dari lingkungan fisik dan non fisik.

Lingkungan fisik tempat tinggal meliputi sarana belajar seperti: meja belajar, ruang belajar, komputer, dan lain-lain; dan lingkungan non fisik meliputi: interaksi dengan orang sekitar, kedisiplinan, suasana belajar dan sebagainya. Apabila lingkungan fisik dan non fisik dipenuhi dengan sebaik-baiknya maka hal ini dapat mendukung/memotivasi mahasiswa untuk belajar. Motivasi belajar yang tinggi akan mencapai prestasi/hasil belajar mahasiswa yang baik.

F. Rumusan Hipotesis

Berdasarkan tinjauan pustaka dan kerangka berpikir di atas, penelitian ini mengajukan rumusan hipotesis sebagai berikut:

1. ada hubungan kinerja dosen dengan prestasi belajar Akuntansi Keuangan Lanjutan I.


(54)

2. ada hubungan lingkungan kelas dengan prestasi belajar Akuntansi Keuangan Lanjutan I.

3. ada hubungan lingkungan tempat tinggal mahasiswa dengan prestasi belajar Akuntansi Keuangan Lanjutan I.


(55)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah studi kasus. Penelitian studi kasus yaitu penelitian yang mendalam tentang suatu aspek lingkungan sosial (Muhadi, 2009:7). Pada penelitian jenis studi kasus, kesimpulan hanya berlaku pada lingkungan sosial tempat dilakukannya penelitian. Penelitian ini merupakan studi kasus pada mahasiswa program studi Pendidikan Akuntansi, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

B. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan di Program Studi Pendidikan Akuntansi, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2009.

C. Subjek dan Objek Penelitian 1. Subjek Penelitian


(56)

Subjek dalam penelitian ini adalah mahasiswa Program Studi Pendidikan Akuntansi, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. 2. Objek Penelitian

Objek dalam penelitian ini adalah kinerja dosen, lingkungan kelas, lingkungan tempat tinggal mahasiswa dan prestasi belajar Akuntansi Keuangan Lanjutan I.

D. Populasi, Sampel, dan Teknik Penarikan Sampel 1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian (Arikunto, 2003:115). Populasi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah semua mahasiswa Program Studi Pendidikan Akuntansi, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang telah menempuh mata kuliah Akuntansi Keuangan Lanjutan I.

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi yang diambil melalui cara-cara tertentu yang juga memiliki karakteristik tertentu, jelas, dan lengkap yang dianggap bisa mewakili populasi (Iqbal, 2002:109). Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian mahasiswa Program Studi Pendidikan Akuntansi yang telah menempuh mata kuliah Akuntansi Keuangan Lanjutan I. Jumlah sampel pada penelitian ini adalah dengan rincian sebagai berikut:


(57)

Tabel 3.1 Sampel Penelitian

Tahun Ajaran Semester Kelas Jumlah (mahasiswa)

2009/2010 Ganjil A 52

B 38

Jumlah 90 3. Teknik Penarikan Sampel

Teknik penarikan sampel yang digunakan adalah purposive sampling, yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu (Sugiono, 1999:78). Pertimbangannya adalah mahasiswa yang telah mengambil mata kuliah Akuntansi Keuangan Lanjutan I tidak hanya mahasiswa yang mengambil mata kuliah paketnya. Pada saat ini mahasiswa yang telah lulus mata kuliah tersebut umumnya cenderung sulit untuk ditemui oleh sebab telah lulus ataupun sedang melaksanakan tugas-tugas perkuliahan lainnya seperti PPL, PBM, dan lain-lain.

E. Operasionalisasi Variabel 1. Kinerja Dosen

Kinerja dosen yaitu hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai seorang dosen dalam melaksanakan pembelajaran. Kinerja dosen meliputi mengajar yang baik dan benar, alat bantu mengajar yang digunakan, dan cara evaluasi yang dilakukan. Berikut ini disajikan tabel operasionalisasi variabel kinerja dosen:


(58)

Tabel 3.2

Operasionalisasi Variabel Kinerja Dosen

Variabel Indikator No

Item

Jum lah Kinerja

dosen

a. Keahlian terhadap bahan ajar

b. Kemampuan mengontrol suasana kelas c. Kemampuan memberikan pengajaran d. Keahlian memberikan bimbingan e. Kemampuan sebagai figur berwatak f. Kemampuan memberikan motivasi g. Kemampuan menerima umpan balik (Soekartawi, 1995:33-34)

1,9 2 4,5,10 6 7 8 3

2 1 3 1 1 1 1 Jumlah 10

Instrumen penelitian mengenai kinerja dosen mengacu pada kuesioner dari P3MP. Skala pengukuran untuk setiap item pernyataan dinyatakan 7 skala pendapat dan dilakukan dengan cara penentuan sebagai berikut: skala 1 menunjukkan kinerja dosen yang sangat buruk dan skala 7 menunjukkan kinerja dosen yang sangat baik.

2. Lingkungan Kelas

Lingkungan kelas adalah sarana prasarana di kelas yang mendukung proses pembelajaran, serta hubungan sosial antara dosen dengan mahasiswa maupun mahasiswa dengan mahasiswa. Indikator lingkungan kelas meliputi pengaturan ruang kelas, menjaga kebersihan kelas, pengaturan dinding kelas, pengaturan meja dan kursi, buku bacaan di kelas, polusi, tempat sosialisasi, interaksi sosial, aturan kelas, kenyamanan kelas, dan refleksi. Berikut ini disajikan tabel operasionalisasi variabel lingkungan kelas:


(1)

140

Interpolasi Nilai F

1. Untuk menentukan nilai F tabel variabel kinerja dosen dengan prestasi belajar AKL I yaitu dk pembilang 25 dan dk penyebut 63 pada taraf signifikansi 5% digunakan interpolasi sebagai berikut:

Diketahui dk pembilang 25

70 , 1 65 , 1 70 , 1 24 30 24 25 − − = − − Y 05 , 0 70 , 1 6 1 − − =Y

6Y-10,2 = -0,05 Y = 6 2 , 10 05 , 0 + − Y = 6 15 , 10 Y = 1,6916

68 , 1 63 , 1 68 , 1 24 30 24 25 − − = − − Y 05 , 0 68 , 1 6 1 − − = Y

6Y – 10,08 = -0,05 6 08 , 10 05 , 0 + − = Y 6 03 , 10 = Y

Y = 1,6716 Diketahui dk penyebut 63

6916 , 1 6716 , 1 6916 , 1 60 65 60 63 − − = − − Y 02 , 0 6916 , 1 5 3 − − =Y

5Y-8,458 = -0,06 Y = 5 44 , 8 06 , 0 + − Y = 5 38 , 8 Y = 1,676

2. Untuk menentukan nilai F tabel variabel lingkungan kelas dengan prestasi belajar AKL I yaitu dk pembilang 25 dan dk penyebut 63 pada taraf signifikansi 5% digunakan interpolasi sebagai berikut:

Diketahui dk pembilang 25 70 , 1 65 , 1 70 , 1 24 30 24 25 − − = − − Y 05 , 0 70 , 1 6 1 − − =Y 68 , 1 63 , 1 68 , 1 24 30 24 25 − − = − − Y 05 , 0 68 , 1 6 1 − − = Y


(2)

141

6Y-10,2 = -0,05 Y = 6 2 , 10 05 , 0 + − Y = 6 15 , 10 Y = 1,6916

6Y – 10,08 = -0,05 6 08 , 10 05 , 0 + − = Y 6 03 , 10 = Y

Y = 1,6716 Diketahui dk penyebut 63

6916 , 1 6716 , 1 6916 , 1 60 65 60 63 − − = − − Y 02 , 0 6916 , 1 5 3 − − =Y

5Y-8,458 = -0,06 Y = 5 44 , 8 06 , 0 + − Y = 5 38 , 8 Y = 1,676

3. Untuk menentukan nilai F tabel variabel lingkungan kelas dengan prestasi belajar AKL I yaitu dk pembilang 26 dan dk penyebut 62 pada taraf signifikansi 5% digunakan interpolasi sebagai berikut:

Diketahui dk pembilang 26 70 , 1 65 , 1 70 , 1 24 30 24 25 − − = − − Y 05 , 0 70 , 1 6 1 − − =Y

6Y-10,2 = -0,05 Y = 6 2 , 10 05 , 0 + − Y = 6 15 , 10 Y = 1,6916

68 , 1 63 , 1 68 , 1 24 30 24 25 − − = − − Y 05 , 0 68 , 1 6 1 − − = Y

6Y – 10,08 = -0,05 6 08 , 10 05 , 0 + − = Y 6 03 , 10 = Y

Y = 1,6716 Diketahui dk penyebut 62

6916 , 1 6716 , 1 6916 , 1 60 65 60 63 − − = − − Y 02 , 0 6916 , 1 5 3 − − =Y


(3)

142

Y =

5 44 , 8 06 ,

0 +

− Y =

5 38 , 8 Y = 1,676


(4)

(5)

Yogyakarta, 20 Januari 2010 Kepada:

Yth. Ibu Theresia Aris Sudarsilah

Sekretariat Program Studi Pendidikan Akuntansi

Dengan hormat,

Saya bermaksud ingin memperoleh data dalam rangka mendukung penelitian yang saya lakukan. Judul penelitian yang diambil yaitu “Hubungan Kinerja Dosen, Lingkungan Kelas, dan Lingkungan Tempat Tinggal Mahasiswa dengan Prestasi Belajar Akuntansi Keuangan Lanjutan I.”

Dalam rangka kegiatan penelitian tersebut, saya bermaksud untuk meminta data mengenai nim, nama, dan nilai mahasiswa yang telah menempuh mata kuliah Akuntansi Keuangan Lanjutan I, semester gasal tahun ajaran 2009/2010.

Demikian permohonan saya. Atas perhatian Ibu, saya mengucapkan terima kasih.


(6)

Yogyakarta, 4 Desember 2009 Kepada:

Yth. B. Indah Nugraheni, S.Pd., S.I.P., M.Pd Dosen Pengampu Mata Kuliah AKL I

Program Studi Pendidikan Akuntansi, FKIP, USD

Dengan hormat,

Saya bermaksud ingin melakukan penelitian dengan responden peserta mata kuliah Akuntansi Keuangan Lanjutan I (AKLI). Judul penelitian yang diambil yaitu “Hubungan Kinerja Dosen, Lingkungan Kelas, dan Lingkungan Tempat Tinggal Mahasiswa dengan Prestasi Belajar Akuntansi Keuangan Lanjutan I.”

Dalam rangka kegiatan penelitian tersebut, saya bermaksud untuk membagikan kuesioner kepada mahasiswa yang sedang menempuh mata kuliah AKL I. Sehubungan dengan adanya pelaksanaan kegiatan Ujian Akhir Semester Gasal, maka saya mohon diberikan kesempatan untuk membagikan kuesioner kepada mahasiswa 15 menit sebelum ujian berakhir.

Demikian permohonan saya. Atas perhatian Ibu, saya mengucapkan terima kasih.

Tembusan:


Dokumen yang terkait

PENDAHULUAN Pengaruh Persepsi Mahasiswa Atas Keterampilan Mengajar Dosen Dan Komunikasi Antara Dosen Dengan Mahasiswa Terhadap Prestasi Belajar Dasar Akuntansi Keuangan 1 Mahasiswa Program Studi Pendidikan Akuntansi Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan

0 3 8

Hubungan kinerja dosen, keaktifan mahasiswa, dan gaya belajar dengan prestasi belajar Akuntansi Keuangan Dasar II: studi kasus mahasiswa angkatan 2015 Program Studi Pendidikan Ekonomi BKK Pendidikan Akuntansi Universitas Sanata Dharma.

0 0 186

Hubungan antara lingkungan belajar mahasiswa, motivasi belajar, dan disiplin belajar mahasiswa dengan prestasi belajar mahasiswa : studi kasus pada mahasiswa angkatan 2009, Program Studi Pendidikan Akuntansi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universi

0 0 144

Hubungan antara motivasi belajar dan prestasi belajar ditinjau dari lingkungan belajar : studi kasus mahasiswa Program Studi Akuntansi angkatan 2010, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pengetahuan Universitas Sanata Dha

0 0 138

Hubungan minat mahasiswa masuk Prodi P.AK, prestasi belajar akuntansi keuangan dan prestasi PPL II dengan motivasi menjadi guru akuntansi : studi kasus di Program Studi Pendidikan Akuntansi, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, FKIP Universitas San

0 0 154

Hubungan antara sikap mahasiswa terhadap metode mengajar dosen dan lingkungan belajar mahasiswa dengan motivasi berprestasi belajar akuntansi : studi kasus : mahasiswa program studi Pendidikan Akuntansi Universitas Sanata Dharma.

0 0 114

Hubungan prestasi belajar mata kuliah-mata kuliah akuntansi mahasiswa dengan motivasi mahasiswa mengajar akuntasni di sekolah : studi kasus mahasiswa program studi pendidikan akuntansi angkatan 2002-2003, jurusan pendidikan ilmu pengetahuan sosial USD Yk.

0 0 108

Hubungan minat mahasiswa masuk Prodi P.AK, prestasi belajar akuntansi keuangan dan prestasi PPL II dengan motivasi menjadi guru akuntansi : studi kasus di Program Studi Pendidikan Akuntansi, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, FKIP Universitas San

0 0 152

HUBUNGAN KINERJA DOSEN, LINGKUNGAN KELAS, DAN LINGKUNGAN TEMPAT TINGGAL MAHASISWA DENGAN PRESTASI BELAJAR AKUNTANSI KEUANGAN LANJUTAN I

0 0 189

Hubungan antara motivasi belajar dan prestasi belajar ditinjau dari lingkungan belajar : studi kasus mahasiswa Program Studi Akuntansi angkatan 2010, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pengetahuan Universitas Sanata Dha

0 0 136