2. Apakah ada perbedaan peningkatan hasil belajar antara metode demonstrasi berbantuan simulasi komputer dengan metode ceramah?
3. Bagaimana minat siswa terhadap pembelajaran yang menggunakan metode simulasi
komputer?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui, apakah metode demonstrasi berbantuan simulasi komputer dapat
meningkatkan hasil belajar siswa. 2.
Untuk mengetahui, apakah ada perbedaan signifikan peningkatan hasil belajar antara metode demonstrasi berbantuan simulasi komputer dengan metode ceramah.
3. Mengetahui, bagaimana minat siswa setelah belajar fisika menggunakan metode simulasi
komputer.
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian diharapkan dapat bermanfaat bagi: 1.
Bagi Guru dan calon guru: a
Metode simulasi merupakan salah satu metode pembelajaran yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Jadi melalui peneliti ini diharapkan dapat menjadi
informsi dalam mengembangkan pembelajaran fisika yang lebih efektif. b Dalam pembelajaran tidak cukup hanya menggunakan satu metode saja tetapi harus
divariasikan. 2.
Bagi Siswa a
Dengan adanya metode simulasi, membantu siswa untuk lebih mudah memahami materi fisika.
b Siswa merasa lebih tertarik dan berminat untuk mengikuti pelajaran fisika.
3. Bagi Peneliti
a Dapat memanfaatkan simulasi komputer untuk menunjang tingkat pemahaman siswa pada pembelajaran fisika.
b Dapat menjadi bekal dan pengalaman dalam menggunakan metode simulasi komputer yang dapat bermanfaat ketika peneliti menjadi guru.
6
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Kontruktivisme 1.
Pengertian kontruktivisme
Konstruktivisme merupakan landasan berfikir filosofi pembelajaran kontekstual yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi
sedikit, yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas dan tidak secara tiba-tiba. Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep,
atau kaidah yang siap untuk diambil dan diingat. Manusia harus mengkontruksi pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman
nyata. Menurut Slavin seperti dikutip oleh Dibyo, Bambang 2013 teori konstruktivistik adalah teori yang menyatakan bahwa peserta didik secara
individual harus menemukan dan mentransformasi informasi kompleks, mengecek informasi yang baru terhadap aturan-aturan informasi yang
lama, dan merevisi aturan-aturan yang lama bila sudah tidak sesuai lagi Filsafat kontruktivisme adalah filsafat yang mempelajari hakikat
pengetahuan dan bagaimana pengetahuan itu terjadi. Menurut Glasersfeld dalam Dibyo, Bambang 2013
konstruktivisme sebagai ‘teori pengetahuan dengan akar dalam “filosofi, psychology, dan cybernetics”.
Von Glasersfeld
mendefinisikan konstruktivisme
radikal selalu
membentuk konsepsi Pengetahuan. Ia melihat Pengetahuan sebagai sesuatu hal yang dengan aktif menerima apapun melalui pemikiran sehat
atau melalui komunikasi. Apabila siswa yang menekuni pengetahuan itu, maka pengetahuan yang akan diperoleh adalah bentukan siswa sendiri.
Dalam hal ini, pengetahuan bukanlah suatu bentukkan yang sudah jadi atau sudah ada sejak lahir namun sesuatu yang harus dibentuk sendiri
dalam pemekirian sendiri. This, according to Piaget and Inhelder in Grennon Brooks, J dan G. Brooks. M, 1993: 5, occurs because
knowledge comes neither from the subjek nor the objek, but from the unity of the two. Menurut Piaget dan Inhelder dalam Grennon Brooks, J dan G.
Brooks. M, 1993, pengetahuan terjadi karena bukan datang dari satu subjek atau objek, tetapi melainkan dari dua kesatuan tersebut.
Teori kontrutivistivisme memiliki kelebihan dan kekurangan
Dibyo,Bambang, 2013:
a. Kelebihan:
1 Pembelajaran konstruktivistik memberikan kesempatan kepada
siswa untuk mengungkapkan gagasan secara eksplisit dengan menggunakan bahasa siswa sendiri.
2 Pembelajaran konstruktivistik memberi pengalaman yang
berhubungan dengan gagasan yang telah dimiliki siswa sehingga siswa terdorong untuk membedakan dan memadukan gagasan
tentang fenomena yang menantang siswa. 3
Pembelajaran konstruktivistik memberi siswa kesempatan untuk berpikir tentang pengalamannya. Ini dapat mendorong siswa