Sejarah Singkat Polres Kota Medan

38

BAB III DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

3.1 Sejarah Singkat Polres Kota Medan

Sejarah perkembangan kepolisian di Kota Medan tak terlepas dari keberadaan penjajahan Belanda dan Jepang. Selain itu, tak lepas pula dari sejarah perjuangan masyarakat Kota Medan dalam melawan penjajah Belanda maupun Jepang. Sejarah panjang kepolisian tersebut ditandai dengan lahirnya Bailluw. Lembaga ini muncul di Batavia tahun 1620 untuk melindungi orang-orang Belanda yang bekerja di vereenigde Oost Indische Compagni VOC. Ketika VOC diambil alih pemerintahan Inggris, Gubernur Raffles pada 11 Februari 1814 menetapkan Verordening over de administratie de justitie bij de gewestelijke hoven op Java en de adminitratie der politie, untuk memperkuat fungsi Bailluw menjadi Kepolisian Kolonial oundang, 1952 : 10. Tahun 1897 diadakan perbaikan organisasi polisi oleh Direktur Yustisi dan Binnenlandsch Bestuur. Setelah itu terciptalah Polisi Kota, Polisi Pamong Praja Bestuurspolitie, Reserse Gewestelijke Recherche Polisi Lapangan Veldpolitie, Polisi Perkebunan Kultuurpolitie, dan polisi Umum Aigemeene Politie. Thaun 1912 terbentuk Polisi Bersenjata. Pengorganisasian Polisi Kolonial ini terus berkembang menjadi Polisi Desa dibawah lurah atau kepala kampung, Polisi Swapraja Polisi Khusus terdiri dari pegawai bea-cukai dan pabean vuurwapenordonnantie, opiumdelikten, pegawai dinas keselamatan kiderarbeid, rouwennachtarbeid, wervingsordonaantie, pegawai dinas perekonomian, pegawai imigrasi toelatingsbesluit, toelatingsordonantie, pegawai kesehatan, nahkodakapal, syahbandar, pegawai dinas pengawasan candu dan garam, pegawai kehutanan, dan pegawai keuangan. Ada pula Polisi Teknis yang terdiri dari Polisi Tambang, Polisi Pasar, Polisi Pangawasan Jalan dan Bangunan, terakhir Polisi Laut. Meski sudah menjajah nusantara untuk menguasain tanah Deli, Belanda banyak mengalami tantangan. Setelah Perang Jawa berakhir barulah Gubernur 39 Jendral Belanda J.Van De Bosch mengarahkan Pasukannya ke Sumatera. Dia memperkirakan menguasai Sumatera secara keseluruhan diperlukan waktu 25 tahun. Penaklukan Belanda atas Sumatera ini terhenti di tengah jalan. Sebab, menteri jajahan belanda waktu itu JC Baud menyuruh mundur pasukan Belanda di Sumatera walaupun mereka telah mengalahkan Minangkabau dalam Perang Paderi 1821-1837. Peluang Belanda terbuka tak kala Kerajaan Siak Sri Indrapura diserang tentara Inggris. Saat itu Sultan Imail meminta perlindungan pada Belanda. Sebagai kompensasinya, pada bulan februari tahun 1858 Belanda mendesak Sultan Ismail untuk menandatangani perjanjian agar daerah taklukan Kerajaan Siak Sri Indrapura, termasuk Deli, Langkat dan Serdang di Sumatera Timur masuk ke dalam kekuasaan Belanda. Saat itu pula Elisa Netscher diangkat Belanda menjadi Residen Wilayah Riau, yang kekuasaannya mencakup tanah Deli. Revolusi melawan Belanda di Kota Medan dimuai dari Aceh, dengan dukungan Jepang pada 23 Februari 1942. Lalu pada 1 Maret 1942, tentara Jepang melakuka serangan Udara terhadap semua kepentingan Belanda di Medan. Pasukan Jepang sendiri baru tiba di Medan secara besar-besaran pada 12 Maret. Dalam waktu singkat Belanda Bertekuk lutut pada Jepang. Pasukan Belanda terakhir di Sumatera menyerah pada Jepang di Kuta Cane, Aceh pada 28 Maret 1942. Sejak itu Jepang melarang semua kegiatan politik dan semua organisasi yang ada. Volksraad dihapuskan. Bendera Merah Putih dilarang. Wilayah Sumatera, termasuk Kota Medan dikuasain Angkatan Darat Rikugun ke-25 Jepang, dengan markas besarnya berada di bukit tinggi. Tahun 1942 penjajahan Belanda berakhir di Tanah Deli, ditandai dengan mendaratnya tentara Jepang Di Sumatera Timur. Tentara Jepang yang mendarat ini adalah XXV yang berpangkalan di Shonanto Singapore. Mereka Mendarat jam 11 malam tanggal 12 Maret 1942. Pasukan ini terdiri dari pasukan Garda Kemaharajaan ke-2 ditambah dengan Devisi ke-18 dipimpin Letnan Jendral Nishimura. Ada empat tempat pendaratan mereka, yakni Sabang, Ulele, Kuala Bugak dekat Peurlak Aceh Timur dan Tanjung Tiram kawasan Batubara. 40 Begitu mendarat di kawasan Tanjung Tiram, pasukan Jepang ini langsung masuk ke Kota Medan. Mereka menaiki sepeda yang di beli dari rakyat sekitarnya secara barter. Semboyannya, mereka akan membantu orang asia karena mereka adalah saudara tua orang Asia. Kedatangan mereka di elu-elukan masyarakat kota medan. Di luar dugaan, peralihan kekuasaan Belanda kepada Jepang membuat situasi Kota Medan kacau balau. Warga pribumi mempergunakan kesempatan ini untuk membalas dendam kepada orang-orang Belanda. Keadaan segera ditertibkan oleh tentara Jepang, dengan mengerahkan pasukan polisi militernya Kempetai. Dengan masuknya Jepang, keadaan Kota Medan berubah total. Pemerintahan sipilnya yang di zaman Belanda disebut Gemeente Bestuur oleh Jepang diubah menjadi Medan Sico Pemerintahan Kotapraja. Pimpinan Medan Sico dipegang oleh Hoyasakhi. Sedangkan keresidenan sumatera timur disebut Syucokan yang dijabat oleh T. Nakashima. Untuk jabatan pembantu residen disebut Gunseibu. Merajalelanya penjajah Jepang membuat masyarakat Medan semakin menderita. Rakyat di timur Kota Medan, yakni di marindal, di paksa membangun Kengrohositai sejenis pertanian kolektif. Dikawasan titi kuning johor, tak jauh dari lapangan terbang polonia dibangun landasan pesawat tempur Jepang. Untuk memperkuat pasukannya pada 8 September 1942, markas besar militer Jepang di Saigon memerintahkan untuk membentuk Giyu Gun Angkatan Bersenjata Lokal di sepanjang Asia Tenggara. Sekitar dua juta orang Indonesia direkrut untuk menjadi Gyu Gun dan Heiho. Jepang merasa perlu merekrut orang lokal untuk pertahanan, karena tentara Jepang akan ditarik untuk perang dengan sekutu di Pasifik. Pada 3 Oktober 1942, Jepang membentuk Gyu Gun di Sumatera dan Jawa. Di masa penjajahan Jepang, berbagai jenis kepolisian yang telah dikembangkan oleh Belanda dihapuskan, dan hanya ada satu jenis kepolisian, yakni Keisatsutai yang berpusat di Jakarta. Pengorganisasiannya tidak sentralistik tetapi disusun secara regional, meski demikian pembentukkannya tetap oleh pemerintah pusat Jepang. Pusat-pusat kepolisian berada di Jakarta untuk Jawa dan Madura, Bukit Tinggi untuk Sumatera, Makasar untuk wilayah Timur, dan Banjarmasin untuk 41 Kalimantan. Semua dibawah kendali rikungan Angkatan Darat Jepang. Kepangkatan kepolisian di Sumatera dibedakan dengan di Jawa. Kepangkatan kepolisian di Sumatera, termasuk Kota Medan, hanya ada empat, Junsha, Junsha - butyo, Keibuho, dan Keibu. Para calon polisi yang direkrut Jepang di Kota Medan di didik di sekolah polisi di Padang, Sumatera Barat. Mereka dijadikan menjadi dua kelompok, bagian rendah Futsuka, dan bagian tinggi Koto-ka. Setelah tamat para Futsuka ditugaskan mendidik calon junsha Agen Polisi yang direkrut dari taman sekola rakyat. Sedangkan bagian tinggi begitu lulus menjadi Jonha - butyo. Sejarah mencatat, kepolisian kota besar Medan dan sekitarnya yang semula disebut sebagai Komptabes-21 MS terbentuk pada 1950. Terpilih sebagai Komptabes-21 MS yang pertama adalah Komisaris Polisi I R Djojodirdjo. Sejak terbentuk Komptabes – 21 MS berkantor di jalan Bali kini jalan vetera Medan. Saat Kapoltabes MS dijabat Kolonel Sofian Jacub 1990 – 1992. Saat itu Sofian melakukan telaah staf dan study banding pada perkembangan Polwiltabes Bandung. Tim yang di bentuk Sofian kemudian merumuskan perlunya perubahan status atau pemekaran Poltabes MS menjadi Polwiltabes Medan. Ini dilakukan untuk menjawab tantangan Kepolisian Medan kedepan. Sejak tahun 1985 sebutannya berubah lagi menjadi Poltabes MS. Sebelas tahun kemudian, pada tahun 1996, semasa Kapoltabes Medan di jabat Kolonel Polisi Drs. H Khairudin Ismail istilah Poltabes MS tidak digunakan lagi. Sebagai gantinya disebut Poltabes Medan saja. Dalam sambutan lisannya saat apel di Mapoltabes, Kapolri menegaskan bahwa sebutan “Poltabes Medan dan sekitarnya” mengandung makna penting. Sebab, sebagian wilayah hukum yang menjadi tanggung jawab Poltabes Medan adalah pemerintahan daerah Kabupaten Deli serdang. Selain itu sebutan tersebut juga mengandung nilai historis. Akhirnya, sebutan Poltabes MS hingga digunakan lagi sampai tahun 2010, sejak 1 Juli 2010 sampai sekarang sebutannya Polresta Medan Kepolisian Resort Kota Medan dipimpin oleh Kombespol Tagam Sinaga, SH. Sebagai anak daerah yang pertama memimpin Polresta Medan, Tagam bertekad menjadikan Polresta Medan menjadikan Mapolresta Medan menjadi markas yang bersih dan indah. 42 3.2 Visi, Misi dan Moto Satuan Lalu Lintas Polres Kota Medan 3.2.1 Visi

Dokumen yang terkait

Penerapan Akuntabilitas dan Transparansi dalam Pelayanan Publik (Studi Pelayanan Pembuatan Surat Izin Mengemudi di Kantor Satuan Lalu Lintas Polresta Medan)

17 148 127

Pengaruh Profesionalisme Kerja Pegawai Terhadap Pelayanan Pengurusan Surat Izin Mengemudi di Kantor Satuan Lalu Lintas Polres Kota Medan

1 92 197

Pengaruh Profesionalisme Kerja Pegawai Terhadap Pelayanan Publik (Studi Pada Pelayanan Pengurusan Surat Izin Mengemudi di Kantor Satuan Lalu Lintas Polrtesta Binjai)

15 126 99

UPAYA KOMUNIKASI KEPOLISIAN DALAM PELAYANAN PENERBITAN SURAT IZIN MENGEMUDI KEPADA MASYARAKAT. (Studi Pada Polres Kabupaten Tuban Melalui Layanan Penerbitan Surat Izin Mengemudi di Satuan Lalu Lintas)

0 4 19

Penerapan Akuntabilitas dan Transparansi dalam Pelayanan Publik (Studi Pelayanan Pembuatan Surat Izin Mengemudi di Kantor Satuan Lalu Lintas Polresta Medan)

0 0 13

PENGARUH PROFESIONALISME KERJA PEGAWAI TERHADAP PELAYANAN PENGURUSAN SURAT IZIN MENGEMUDI DI KANTOR SATUAN LALU LINTAS POLRES KOTA MEDAN

1 1 67

BAB II METODE PENELITIAN - Pengaruh Profesionalisme Kerja Pegawai Terhadap Pelayanan Pengurusan Surat Izin Mengemudi di Kantor Satuan Lalu Lintas Polres Kota Medan

0 0 7

BAB I PENDAHULUAN - Pengaruh Profesionalisme Kerja Pegawai Terhadap Pelayanan Pengurusan Surat Izin Mengemudi di Kantor Satuan Lalu Lintas Polres Kota Medan

0 0 30

PENGARUH PROFESIONALISME KERJA PEGAWAI TERHADAP PELAYANAN PENGURUSAN SURAT IZIN MENGEMUDI DI KANTOR SATUAN LALU LINTAS POLRES KOTA MEDAN

0 0 16

TRANSPARANSI DAN RESPONSIVITAS DALAM PEMBUATAN SURAT IZIN MENGEMUDI (Studi Kasus di Kantor Satuan Lalu Lintas Polres Karanganyar)

1 2 15