Tabel 5.14 Kategori perawatan penderita stroke di rumah oleh keluarga suku
Batak Toba di Pematangsiantar secara keseluruhan n=26
Kategori Skor
Frekuensi Persentase
Kurang baik 25-49
Cukup baik 50-74
7 26,9
Baik 75-100
19 73,1
2. Pembahasan
Dalam bab ini diuraikan pembahasan tentang karakteristik responden penelitian dan perawatan penderita stroke di rumah oleh keluarga suku Batak
Toba di Pematangsiantar..
2.1 Karakteristik Responden Penelitian Perawatan Penderita Stroke di
Rumah oleh Keluarga Suku Batak Toba di Pematangsiantar
Dalam pembahasan ini dijabarkan hasil penelitian tentang perawatan penderita stroke di rumah oleh keluarga suku Batak Toba di Pematangsiantar.
Hasil penelitian menyimpulkan bahwa perawatan penderita stroke di rumah oleh keluarga suku Batak Toba sebagian besar responden masuk ke dalam kategori
perawatan baik yaitu sebanyak 19 keluarga 73,1 dan perawatan cukup baik sebanyak 7 keluarga 26,9. Peneliti berasumsi bahwa hal ini dipengaruhi oleh
jenis kelamin dan hubungan responden dengan penderita stroke, karena dari data yang diperoleh responden wanita sebanyak 17 orang 65,4, dan responden yang
mempunyai hubungan dengan penderita stroke sebagai istri sebanyak 11 orang 42,3 dan sebagai anak sebanyak 11 orang 42,3.
Hal ini sesuai dengan penelitian Litman 1974, dalam Friedman 1998 yang mendapati bahwa peran sentral ibu dalam keluarga yaitu sebagai pembuat
keputusan tentang kesehatan utama, pendidik, konselor, dan pemberi asuhan
Universitas Sumatera Utara
dalam keluarga. Selain itu, Litman menyatakan bahwa kebanyakan keluarga, ibu yaitu posisi sebagai istri, adalah sebagai pemimpin dan pemberi asuhan
keperawatan. Sesuai dari hasil penelitian perawatan penderita stroke di rumah oleh
keluarga suku Batak Toba, sebagian besar penderita stroke dirawat oleh anak- anaknya. Peneliti berasumsi bahwa sebagian besar penderita stroke berada pada
rentang usia lanjut karena dari hasil penelitian didapati sebanyak 11 orang responden 42,3 mempunyai hubungan sebagai anak dari penderita. Salah satu
fungsi keluarga menurut Effendy 1998 adalah memelihara dan merawat anggota keluarga. Dalam hal ini, bila salah satu anggota keluarga, terutama orang tua
sudah menderita suatu penyakit, sudah selayaknyalah seorang anak bertanggung jawab atas kesembuhan dan kesehatan orang tuanya. Tachman 1999, dalam
Erdafitriani 1999 mengemukakan bahwa anak perempuan biasanya lebih berperan dalam perawatan lansia daripada anak pria karena biasanya pria
memiliki tanggung jawab penuh mencari nafkah untuk keluarga. Selain itu, Tachman juga mengemukakan bahwa tempat yang baik bagi lansia adalah tempat
tinggalnya sendiri dengan anggota keluarga lainnya karena perawatan yang dilakukan oleh anak sendiri diduga lebih memberikan rasa aman dan nyaman,
karena mereka lebih toleran terhadapnya dibandingkan kerabat atau orang lain. Tachman juga berpendapat bahwa sikap anak merawat orang tuanya menunjukkan
bahwa nilai sistem budaya yang menjunjung tinggi pengabdian terhadap orang tua masih ada sehingga melalui hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa keluarga
suku Batak Toba masih menjunjung tinggi pengabdian kepada orang tua.
Universitas Sumatera Utara
2.2 Analisa Penelitian Perawatan Penderita Stroke di Rumah oleh