2. Kelemahan dan Keuntungan penjatuhan sanksi Denda
Setiap penjatuhan sanksi yang diberikan kepada terpidana memiliki kelemahan dan keuntungan masing-masing. Berikut menurut para sarjana
kelemahan dan keuntungan penjatuhan sanksi pidana : a.
Kelemahan penjatuhan sanksi denda Menurut Collin Harward dalam Yesmil Anwar dan Adang mengatakan
kelemahan penjatuhan sanksi pidana denda adalah sebagai berikut :
35
1. Dengan dianutnya sistem maksimum, akan membawa konsekuensi yang
cukup sulit dalam menetapkan maksimum khusus untuk tiap-tiap tindak pidana;
2. Dalam proses kriminalisasi setiap membentuk undang-undang selalu
dihadapkan pada masalah pemberian bobot dengan menetapkan kualifikasi ancaman pidana maksimumnya;
3. Dalam menetapkan maksimum pidana untuk menunjukan tingkat
keseriusan atau kualitas dari tindak pidana, bukanlah pekerjaan ang mudah dan sederhana;
4. Untuk mengatasi semua itu, diperlukan pengetahuan yang cukup
mengenai urutan tingkat atau gradasi nilai dari norma-norma sentral masyarakat dan kepentingan hukum yang akan dilindungi.
Menurut Niniek Suparni kelemahan dari pidana denda adalah :
36
1. Bahwa pidana denda ini dapat dibayarkan atau ditanggung oleh pihak
ketigamajikan, suami atau istri, orang tua, temankenalan baik, dan lainnya sehingga pidana yang dijatuhkan tidak secara langsung
dirasakan oleh si terpidana sendiri. Hal mana membawa akibat tidak tercapainya sifat dan tujuan pemidanaan untuk membina si pembuat
tindak pidana untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya;
2. Bahwa pidana denda juga dapat membebani pihak ketiga yang tidak
bersalah, dalam arti pihak ketiga yang dipaksa turut merasakan pidana tersebut, misalnya uang yang dialokasikan bagi pembayaran pidana
denda yang dijatuhkan pada kepala rumah tangga yang melakukan kesalahan mengemudi karena mabuk, akan menciutkan anggaran rumah
tangga yang bersangkutan;
3. Bahwa pidana, denda ini lebih menguntungkan bagi orang-orang yang
mampu, karena bagi mereka, yang tidak mampu maka besarnya pidana
35
Yesmil Anwar dan Adang, Op.cit hal 156.
36
Niniek Suparni, Op.cit hal 67.
Universitas Sumatera Utara
denda tetap merupakan beban atau masalah, sehingga mereka cenderung untuk menerima jenis pidana yang lain yaitu pidana perampasan
kemerdekaan.
4. Bahwa terdapat kesulitan dalam pelaksanaan penagihan uang denda oleh
jaksa selaku eksekutor, terutama bagi terpidana yang tidak ditahan atau tidak berada dalam penjara. Disatu pihak dapat diadakan upaya paksa
dalam bentuk peraturan perundang-undangan agar terpidana membayar denda dengan memberikan wewenang kepada jaksa selaku eksekutor
untuk melelang barang yang disita, dan kalau barang yang disita tidak ada baru diterapkan pidana pengganti denda.
Menurut Suhariyono AR, pengaturan penerapan pidana denda di Indonesia memiliki kelemahan-kelemahan sebagai berikut :
37
1. Pidana denda dapat dibayarkan atau ditanggung oleh pihak ketiga
sehingga pidana yang dijatuhkan tidak secara langsung dirasakan oleh terpidana dan pada akhirnya tujuan pemidanaan tidak tercapai.
2. Pidana denda lebih menguntungkan bagi orang yang mampu karena bagi
mereka yang tidak mampu akan membebaninya dan mereka memilih untuk menerima jenis pidana perampasan kemerdekaan;
3. Adanya kesulitan pelaksanaan eksekusi pidana denda bagi terpidana yang
tidak ditahan atau dipenjara atau jika trpidana tidak bersedia membayar denda, terdapat kesulitan untuk melelang harta benda milik terpidana.
Menurut Jan Remmelink, kelemahan dijatuhkannya pidana denda adalah sebagai berikut :
38
1. Bahwa terbukanya kemungkinan justru atau hanya orang-orang kaya
yang diuntungkan olehnya, karena berat ringannya pidana denda dalam kenyataan harus turut memperhitungkan kemampuan pinancial terpidana,
yakni untuk menghindari absurditas pada pihak lain pihak mereka yang miskin akan sangat dirugikan oleh pengenaan pidana denda;
2. Kemungkinan terjadinya terpidana tidak membayar sendiri denda yang
dijatuhkan terbuka peluang pembayaran denda dilakukan oleh pihak ketiga.
b. Keuntungan penjatuhan pidana denda
Menurut Jam Remmelink, keuntungan dari dijatuhkannya pidana denda kepada seseorang terpidana, yaitu sebagai berikut :
39
37
Suhariyono AR, Op. cit Hal
38
Jan Remmelink, Hukum Pidana, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2003, hal 485-486.
39
Ibid hal 146.
Universitas Sumatera Utara
1. Pidana denda tidak atau hamper tidak menyebabkan stigmatisasi;
2. Terpidana tidak dicerabut dari lingkungan keluarga atau kehidupan
sosialnya; 3.
Pada umumnya terpidana tidak akan kehilangan pekerjaannya; 4.
Pidana denda “dengan mudah” dapat dibayar bila perlu dengan cara angsuran.
5. Sekalipun lebih kecil ketimbang ancaman penjatuhan pidana badan,
darinya muncul daya kerja prevensi umum. 6.
Negara pun tidak menderita kerugian dari penjatuhan pidana denda. Menurut Niniek Suparni, beberapa keuntungan dari pidana denda , yaitu:
40
1. Dengan penjatuhan pidana denda maka anomitas terpidana akan tetap
terjaga, setiap terpidana merasakan kebutuhan untuk menyembunyikan identitas mereka atau tetap anonymtidak dikenal. Kebanyakan dari
mereka takut untuk dikenali sebagai orang yang pernah mendekam dalam penjara oleh lingkungan sosial atau lingkungan kenalan mereka;
2. Pidana denda tidak menimbulkan stigma atau cap jahat bagi terpidana,
sebagaimana halnya yang dapat ditimbulkan dari penerapan pidana perampasan kemerdekaan;
3. Dengan penjatuhan pidana denda, Negara akan mendaapatkan
pemasukan dan di samping proses pelaksanaan hukumannya lebih mudah dan murah.
B. Pengaturan Pidana Denda dalam UU No 3 Tahun 2014 Tentang Perindustrian