Keraton karena untuk mendapatkan atau memakai tanah magersari ini biasanya diperhitungkan atau melalui pertimbangan khusus
Sultan yang berkuasa pada saat itu Sudaryanto, 2008.
C. Teori Justifikasi Sistem
Teori Justifikasi sistem System Justification Theory adalah teori sosial yang mencoba menjelaskan fenomena sosial yang ada pada
masyarakat timur, terlebih asia. Teori sosial ini berkembang atas kebutuhan yang terjadi pada penelitian-penelitan sosial yang dilakukan di
daerah timur. Pada teori justifikasi sistem mencoba untuk menjelaskan sistem sosial yang tidak equal antara kelompok superior dengan interior.
Ketidaksamaan antara hal dan kewajiban pada mesyarakat menurut teori justifikasi tidak diperdebatkan apalagi diusahakan untuk setara, alih-alih
malah kelompok interior berusaha untuk memelihara situasi ketimpangan tersebut Josh, 2009.
Sistem justifikasi memberi gambaran bahwa ada rasionalisasi atau penjelasan terhadap sistem yang tidak setara yang sudah ada menyangkut
hubungan antar kelompok. Kelompok yang berstatus rendah dapat menerima posisi interior sebagai sesuatu yang sah dan menjadi skema
kognisi. Pengakuan tersebut tidak hanya diterima secara pasif, namun dinilai sebagai status quo yang dinilai sudah stabil. Perbedaan status
merupakan sesuatu yang alami, tidak dapat dihindari dan hasil dari proses yang diakui sehingga segala upaya untuk menentang ketidaksamaan dapat
merusak tatanan yang ada.
Teori justifikasi sistem dalam perkembangannya terpengaruh oleh teori psikologi sosial yang lain:
a. Cognitive Dissonance Theory Teori ini berkedudukan sebagai salah satu teori psikologi
sosial yang paling sering digunakan. Teori ini menjelaskan bahwa manusia memiliki kebutuhan untuk memelihara
kosistensi kognitif dalam rangka mempertahankan gambaran diri yang positif. Teori justifikasi sistem adalah pengembangan
dari kerangka berpikir teori disonansi kognitif, intinya pembenaran
sistem tidak
terlepas dari
upaya untuk
mempertahankan gambaran diri positif dari sistem sosial yang ada Josh, 2009.
b. Social Identity Theory Dalam teori indentitas sosial, orang digambarkan pada
situasi konfik antar kelompok yang mengancam identitas kelompok sosial mereka, sehingga orang akan berusaha
melakukan pembenaran
seperti menstereotipekan
dan mediskiminasikan kelompok diluar mereka agar memelihara
atau mempertahankan gambaran positif kelompok mereka. Hal ini diistilahkan sebagai ingroup favoritism. Teori justifikasi
sistem mengunakan kerangka berfikir ini secara langsung mengarahkan pada pada penentuan outgroup favoritismdiantara
kelompok-kelompok lain yang lebih rendah, hal inilah yang
merupakan hubungan diantara kedua teori. Sehingga teori justifikasi teori dipengaruhi oleh teori identitas sosial untuk
menentukan kelompok mana yang berperan sebagai outgroup favoritsm
diantara kelompok-kelompok sosial yang ada. Orang- orang dalam yang menerima outgroup favoritismakan
mendapatkan lebih banyak gambaran positif lebih banyak dibandingkan dengan kelompok lain dan kelompok dimana ia
berada Josh, 2009. c. Social Dominance Theory
Teori ini salah satu teori selain teori justifikasi sistem yang berusaha untuk menjelaskan fenomena pembenaran sistem
sosial. Social dominance theoryberfokus pada motif orang dalam mempertahankan gambaran positif kelompok dengan cara
mendukung kelompok berdasarkan ketidaksetaraan antar kelompok. Orang akan cenderung untuk menonjolkan atau
merendahkan kelompok-kelompok sosial dalam suatu hirarki berdasarkan gambaran positif kelompok-kelompok yang ada.
Teori dominasi sosial berfokus pada motif pembenaran kelompok sosial, sementara teori justifikasi sosial lebih
cenderung berusaha membenarkan sistem sosial diantara kelompok-kelompok sosial yang ada Josh, 2009.
d. Belief In a Just World Teori ini secara luas menjelaskan bahwa orang
mempunyai kepercayaan bahwa dunia itu secara umum sudah adil dan mendapatkn imbalan yang pantas sesuai dengan
perilaku manusia yang ada. Teori ini berkembang dengan asumsi bahwa orang mempunyai keyakinan bahwa mereka dapat
mengendalikan perilaku dan imbalan yang mereka dapatkan dari perilaku tersebut. Teori justifikasi sosial mempertahan kerangka
berpikir bahwa dunia ini telah adil, namun tidak setuju dengan asumsi bahwa apa yang didapatkan oleh orang sesuai dengan
perilaku yang telah dilakukan. Beda dengan teori believe in a just world,
justifikasi sosial lebih mengarahkan proses berpikir bahwa orang mempunyai keinginan untuk mendapatkan status
quo yang adil dan sah. Josh, 2009
e. False Consiousness Dalam melihat fenomena outgroup favoritsm yang
menjadi komponen justifikasi sistem, ahli teori sangat terpengaruh dari teori marxism-feminist untuk menguatkan
adanya ideologi
yang memperngaruhi
perilaku yang
membenarkan sistem sosial yang ada.Secara praktis dapat dikatakan bahwa konsep false conciousness, kelompok dominan
dalam suatu masyarakat percaya bahwa mereka telah digariskan atau ditakdirkan untuk menjadi kelompok yang dominan,
sehingga dapat menjelaskan mengapa anggota kelompok yang lebih rendah kadang kala melawan dalam konteks outgroup
favoritsm. Josh, 2009
Dari penjelaskan mengenai teori-teori psikologi sosial yang mempengaruhi teori justifikasi sosial tersebut dapat disimpulkan bahwa
teori justifikasi sosial ini berkembang dari teori-teori sosial sebelumnya yang berusaha menjelaskan dinamika hubungan antar kelompok sosial.
Teori justifikasi sosial menjadi alternatif teori untuk menjelaskan fenomena sistem sosial yang cenderung berusaha untuk mempertahankan
status qou yang ada seperti fenomena hubungan antara Abdi Dalem
keraton sebagai representasi dari kaula alit masyarakat mataram dengan kelompok superior yaitu keraton Yogyakarta yang berperan sebagai
kelompok pemimpin atau outgroup favoritsm. Dengan mengetahui segala teori yang memperngaruhi maka teori justifikasi sosial menemukan ciri
khasnya. Ciri khas ini dapat dibedakan dengan teori sosial yang lain dengan cara melihat aspek-aspek pembangun teori justifikasi sosial ini.
Aspek-aspek yang menjadi karakter teori justifikasi sosial menurut Josh 2009 antara lain;
a. Rasionalisasi dari keadaan status quo Salah satu aspek utama dari teori justifikasi sistem
menjelaskan bahwa orang termotivasi untuk membenarkan keadaan status quo dan melihat bahwa hal tersebut sebagai
kestabilan dan memang diinginkan. Untuk menguatkan dugaan
ini para ahli bahwa untuk mendapatkan keadaan status quo tersebut, orang akan mencoba memastikan bahwa keadaan
mereka sesuai atau nyaman dengan status quo yang akan mereka dapatkan. Cara lain untuk merasionalisasi status quo
adalah dengan mempergunakan stereotipe, jika orang merasa bahwa kelompok mereka lebih tinggi statusnya maka mereka
akan mempunyai stereotipe bahwa lebih nya lebih nyaman pada kelompoknya, dan kurang nyaman dengan dengan status
kelompok yang lebih rendah. Begitu pula sebaliknya jika orang merasa berada di kelompok yang statusnya lebih rendah maka
mereka akan
menstereotipe kurang
nyaman dengan
kelompoknya dan akan mempunyai stereotipe bahwa lebih nyaman dengan kelompok lain yang lebih tinggi statusnya.
b. Outgroup favoritsm
Dalam outgroup favoritsm, orang mempunyai motivasi untuk
menghargai secara
positif kelompok
diluar kelompoknya. Justifikasi sistem berusaha untuk menjelaskan
bahwa kadang kala orang tidak sadar telah mengakui ketidaksetaraan, mereka mempunyai kecenderungan untuk
membenarkan sistem sosial yang berada dalam keadaan status quo
dan percaya bahwa keadaan tersebut adil dan sah, beberapa orang dalam kelompok yang lebih rendah akan menerima hal
tersebut dan meninternalisasikan ketidaksetaraan di antara kelompok-kelompok tersebut.
c. Depressed Entitlement
Justifikasi sistem memberikan gambaran bahwa pelabelan yang menekan yang didapatkan oleh kelompok yang lebih
rendah yang telah berlangsung terus menerus menyebabkan kelompok interior menerima kelemahannya dan mengakui
bahwa ada kelompok lain yang lebih maju, sehingga perlahan kondisi pelabelan yang menekan ini justru dipertahankan
untuk mendapatkan status quo. d. Motif Ego, motif kelompok, dan motif justifikasi sistem
Motif justifikasi sistem adalah keinginan orang-orang untuk melihat bahwa sistem atau status quo bersifat sah dan adil.
Perkembangan justifikasi sistem dalam suatu masyarakat tidak bisa terlepas dari perkembangan motif ego dan motif kelompok
dari kelompok-kelompok yang ada. Bagi kelompok yang mempunyai kedudukan tinggi akan merasakan bahwa motif
atau pandangan positif self esteem ego dan kelompok mereka akan meningkat jika sistem yang ada status quo diakui oleh
kelompok-kelompok yang
lebih rendah kedudukannya dibandingkan mereka. Sedangkan bagi kelompok yang lebih
rendah dengan adanya sistem justifikasi, motif ego dan motif kelompok mereka akan menjadi lebih rendah dan lebih banyak
Abdi Dalem kelompok Interior
Abdi dalem m engont ribusikan, t enaga dan pikiran kepada Kerat on
Keraton Yogyakarta kelompok Superior
M anfaat yang didapatkan dari
Keraton
“ Bagaim ana Abdi Dalem m em aknai m anfat yang didapat kan dari Kerat on Yogyakart a“
dipertanyakan oleh mereka karena selalu membandingkan diri mereka dengan kelompok lain yang lebih maju superior.
Dari penjabaran diatas maka dapat disimpulkan bahwa teori justifikasi sistem mencoba mengambarkan bahwa fenomena kesenjangan
status yang cenderung sering terjadi di belahan bumi timur adalah sesuatu yang alami, dan diakui secara sadar. Teori ini menarik untuk ditempatkan
sebagai kaca mata untuk melihat fenomena hubungan antara pihak Keraton sebagai kelompok superior dan Abdi Dalem sebagai perlambang kawula
alit yang diposisikan sebagai kelompok interior.
D. Kerangka Penelitian