Uji Normalitas Uji Korelasi

30 Tabel 3.6 Tabel PAP Tipe II Nilai Persentil Kategori 81 -100 Sangat Tinggi 66 - 80 Tinggi 56 - 65 Cukup Tinggi 46 - 55 Rendah Dibawah 46 Sangat Rendah Sumber: Masidjo, 1995:153 Berdasarkan kategori PAP Tipe II di atas, maka analisis dilakaukan dengan rumus sebagai berikut: Skor = nilai terendah + nilai tertinggi – nilai terendah

a. Uji Normalitas

Uji Normalitas digunakan untuk mengetahui apakah sebaran data yang digunakan dalam penelitian ini berdistribusi normal atau tidak. Apabila yang terjadi normal maka analisis untuk pengujian hipotesis dapat dilakukan. Teknik yang digunakan untuk uji normalitas dengan menggunakan analisis One-Sampel Kolmogorof Smirnov. D maksimum = [FoXi-SnXi] Keterangan: D = Deviasi atau penyimpanan maksimum Fo Xi = Distribusi frekuensi kumulatif teoritis Sn Xi = Distribusi frekuensi kumulatif yang diobservasi Selanjutnya untuk mengetahui apakah distrubsi frekuensi masing-masing variabel normal atau tidak dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut: 31 1 Jika nilai probabilitas lebih besar dari taraf signifikan 5 maka signifikan artinya tidak ada beda antara distribusi data yang dianilisis dengan distribusi teoritis sehingga sebaran data normal. 2 Jika nilai probabilitas lebih kecil dari taraf signifikansi 5 maka signifikan artinya ada perbedaan antara distribusi data yang dianalisis dengan distribusi teoritis sehingga sebaran data tidak normal.

b. Uji Korelasi

Analisis korelasi bertujuan untuk mengetahui apakah diantara dua variabel atau lebih terdapat hubungan, dan jika ada hubungan, bagaimana arah hubungan dan seberapa besar hubungan tersebut. Biasanya dalam analisis regresi dicari persamaan regresi, dan juga dihitung koefisien korelasi sebagai berikut: Arti dari r adalah: 1. Jika r = -1 artinya hubungan kedua variabel tersebut adalah hubungan linier terbalik sempurna, artinya makin besar nilai X maka makin kecil nilai Y. 2. Jika r = 1 artinya hubungan kedua variabel tersebut adalah hubungan linier sempurna, artinya makin besar nilai X maka makin besar pula nilai Y. 32 Derajat atau tingkat hubungan antara dua variabel diukur dengan indeks korelasi, yang disebut koefisien korelasi. Korelasi yang sering digunakan dalam penelitian adalah korelasi Produk Momen dari Pearson yang merupakan sepasang variabel kontinu, X dan Y, mempunyai korelasi, maka derajat korelasi dapat dicari dengan menggunakan koefisien korelasi Pearson.

H. Teknik Pengujian Instrumen

Dokumen yang terkait

HUBUNGAN PERSEPSI SISWA TENTANG KETERAMPILAN MENGAJAR GURU DAN MOTIVASI BERPRESTASI DENGAN HASIL BELAJAR SISWA SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN.

0 21 51

Hubungan motivasi belajar dan minat bekerja dengan persepsi tentang kompetensi siswa Sekolah Menengah Kejuruan Program Keahlian Akuntansi di Kabupaten Sleman Yogyakarta.

0 0 151

Hubungan motivasi belajar, persepsi siswa tentang kompetensi guru dengan kompetensi siswa survei pada 7 SMK program keahlian akuntansi di Kabupaten Sleman Yogyakarta.

0 0 160

Hubungan persepsi siswa tentang kompetensi guru dan minat bekerja dengan kompetensi siswa SMK Program Keahlian Akuntansi di Kabupaten Sleman Yogyakarta.

0 0 159

Minat siswa Sekolah Menengah Atas Jurusan IPS dan Sekolah Menengah Kejuruan Program Keahlian Akuntansi mendaftar ke Program Studi Pendidikan Ekonomi BKK Pendidikan Akuntansi Universitas Sanata Dharma.

0 2 176

PERSEPSI SISWA TENTANG KOMPETENSI MENGAJAR GURU KEJURUAN PROGRAM KEAHLIAN TEKNIK BANGUNAN DI SMK N 2 YOGYAKARTA.

0 2 230

MINAT MEMASUKI DUNIA KERJA DAN MELANJUTKAN STUDI SISWA KELAS SEBELAS KOMPETENSI KEAHLIAN MULTIMEDIA SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN DI KABUPATEN SLEMAN TAHUN AJARAN 2013/2014.

0 7 173

PENGARUH LINGKUNGAN BELAJAR DAN MOTIVASI BERPRESTASI TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KOMPETENSI KEAHLIAN TEKNIK OTOMASI INDUSTRI DI SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI 2 DEPOK YOGYAKARTA.

0 0 127

HUBUNGAN MINAT MEMBATIK DENGAN PRESTASI BELAJAR BATIK SISWA SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN

0 0 7

HUBUNGAN MOTIVASI BELAJAR, IKLIM KELAS, DAN PERSEPSI SISWA TENTANG KOMPETENSI GURU DENGAN PRESTASI BELAJAR AKUNTANSI

0 0 188