Pengukuran Keterampilan Menulis Argumentasi

commit to user 28 dalam argumentasi yang didasarkan pada relasi antarberbagai fakta dan peristiwa, seperti halnya dengan persamaan dan perbandingan. Kesaksian merupakan topik atau sumber yang berasal dari luar. Disebut sebagai sumber luar karena semua premis atau proposisi yang digunakan merupakan pencerapan atau persepsi orang lain yang siap kita gunakan. Argumen dengan mempergunakan atoritas didasarkan pada pendapat atau ucapan dari seseorang yang terkenal, atau seseorang yang diakui keahliannya.

f. Pengukuran Keterampilan Menulis Argumentasi

Kemampuan menulis argumentasi seseorang dapat diukur melalui tes. Soenardi 1996: 73 menyatakan bahwa secara umum tes menulis dapat diselenggarakan dengan batasan-batasan tertentu seperti masalah, judul, waktu, maupun panjang karangan. Sebaliknya pada tes menulis bebas batasan-batasan yang diberikan hanya berupa rambu-rambu yang ditetapkan secara minimal. Senada dengan Soenardi, Burhan Nurgiyantoro 2009: 296 menyatakan bahwa tes menulis yang baik haruslah bersifat pragmatik. Artinya tes tugas menulis haruslah memungkinkan terlibatnya unsur linguistik dan ekstralinguistik yang memberi kesempatan pada pelajar untuk tidak saja berpikir menghasilkan bahasa secara tepat, melainkan juga berpikir tentang gagasan apa yang akan dikemukakan. Tugas yang sesuai dengan kriteria tersebut adalah tugas menulis secara esai. Dari dua pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa tes menulis yang paling tepat adalah tes bentuk esai atau tugas menulis secara terbatas. Dengan kata lain siswa disuruh membuat sebuah karangan argumentasi dengan diberi batasan- commit to user 29 batasan tertentu yang mencakup: 1 tema wacana; 2 jumlah kosa kata panjang karangan; 3 ragam bahasa yang digunakan, 4 ejaan, dan 5 waktu pengerjaan. Penilaian yang dilakukan terhadap karangan siswa biasanya bersifat holistis, impresif, dan selintas. Burhan Nurgiyantoro 2009: 305 berpendapat bahwa dalam melakukan penilaian terhadap karangan siswa hendaknya dilakukan dengan pendekatan holistis dan analitis. Sementara itu, Zaini 1983: 11 menyatakan bahwa penilaian dengan pendekatan analitis merinci karangan ke dalam aspek-aspek atau kategori-kategori tertentu. Kategori-kategori tersebut dapat bervariasi, namun hendaknya meliputi: 1 kualitas dan ruang lingkup isi, 2 organisasi dan penyajian isi, 3 gaya dan bentuk bahasa, 4 mekanik, dan 5 respons afektif guru terhadap karya tulis. Pemberian nilai dengan pendekatan analitis ini dapat dilakukan dengan mempergunakan skala penilaian 1 sampai dengan 10 untuk masing-masing kategori. Selain model analitis di atas, dikenal pula model analitis lain, misalnya analitis unsur-unsur karangan seperti dikemukakan oleh Amran Halim 1974: 100. Unsur-unsur yang dimaksud oleh Amran Halim meliputi: 1 content isi, 2 form organisasi, 3 grammar tata bahasa dan pola kalimat, 4 style gaya pilihan struktur dan kosa kata, dan 5 mechanics ejaan. Berdasarkan penjelasan teori-teori di atas maka dapat disintesiskan pengertian kemampuan menulis argumentasi. Kemampuan menulis argumentasi adalah kecakapan atau kesanggupan penulis dalam menuangkan gagasannya dengan tujuan untuk meyakinkan atau mempengaruhi pembaca dengan cara commit to user 30 menyampaikan beberapa alasan dan bukti-bukti yang kuat tentang suatu kebenaran, pernyataan atau pokok persoalan.

2. Hakikat Kompetensi Gramatikal