AnomaliDeviasi Curah Hujan Rentan Kegagalan Panen Puso Akibat Banjir

69 Gambar 25. Informasi Spasial Persentase Vegetasi pada Periode Januari-April 2006 Berbasis Batas Desa

5.2. AnomaliDeviasi Curah Hujan

BMKG dalam laporan bulanannya menyebutkan bahwa anomali atau deviasi hujan pada suatu periode bulanan terhadap nilai rataan hujan bulanan selama 20 – 30 tahun rataan klimatologi menggambarkan kondisi kenormalan sifat hujan pada bulan yang bersangkutan. Suatu bulan berada dalam kondisi hujan normal jika rasio antara hujan bulanan yang bersangkutan dengan rataan hujan klimatologinya berkisar antara 85 – 115 . Jika dinyatakan dalam anomali atau deviasi hujan, maka suatu bulan dinyatakan dalam kondisi normal jika curah hujannya memiliki kisaran -15 sampai dengan 15 . Easy PDF Creator is professional software to create PDF. If you wish to remove this line, buy it now. 70 Hasil análisis spasial menunjukkan bahwa Anomali Curah Hujan ACH bernilai negatif yang tinggi -70 pada periode Mei – Agustus 2008 terjadi di bagian utara Patrol dan Losarang, hingga bagian selatan seperti pada Kecamatan Lelea, Sukagumiwang, Tukdana, dan Cikedung lihat Gambar 26. Area yang memiliki ACH -70 tersebut diperkirakan akan mengalami kekeringan, terutama di Kecamatan Losarang dan Kandanghaur, karena nilai PV nya juga rendah. Kondisi yang berlawanan ditunjukkan pada periode Januari- April 2006 Gambar 27, dimana sebagian besar kondisi hujannya dalam keadaan normal -15 – 15 , sedikit di atas normal bagian tengah, hingga di atas normal yang berpotensi menyebabkan banjir di bagian tenggara kecamatan Krangkeng. Gambar 26. Informasi Spasial Anomali Curah Hujan pada Mei- Agustus 2008 Easy PDF Creator is professional software to create PDF. If you wish to remove this line, buy it now. 71 Gambar 27. Informasi Spasial Anomali Curah Hujan pada Januari- April 2006

5.3. Rentan Kegagalan Panen Puso Akibat Banjir

Kegagalan panen puso tanaman padi secara langsung dialami akibat kejadian banjir, kekeringan, dan hama penyakit tanaman oleh organisme pengganggu tanaman OPT. Kondisi Persen Vegetasi dan anomali hujan ACH tidak langsung menyebabkan kegagalan panen, tetapi berpengaruh terhadap tingkat kekeringan yang ditunjukkan oleh nilai PV rendah dan ACH yang besar negatif di bawah normal, sedangkan banjir dipengaruhi oleh nilai ACH yang besar positif di atas normal. Karakteristik bencana di kabupaten Indramayu selama sepuluh tahun terakhir sebagian besar didominasi oleh kekeringan dan banjir. Kekeringan pada umumnya terjadi pada musim kemarau , yaitu pada saat tanam kedua pada periode panen catur wulan kedua Mei - Agustus. Sedangkan Easy PDF Creator is professional software to create PDF. If you wish to remove this line, buy it now. 72 bencana banjir terjadi pada musim penghujan, saat musim tanam Oktober- Maret, yaitu pada periode panen Januari-April. Kejadian puso akibat kekeringan dan banjir di Kabupaten Indramayu disajikan pada Tabel 18. Tabel 18. Luas Sawah yang mengalami Gagal Panen Puso Padi akibat Kekeringan dan Banjir di Indramayu Sumber : Dinas Pertanian Kabupaten Indramayu Dalam penelitian ini kerentanan banjir di lahan sawah dihitung dengan menggunakan faktor-faktor pemicu banjir yang bersifat tetapstatis, seperti faktor fisik elevasi, lereng, drainase, buffer sungai, bentuksistem lahan, rataan hujan bulanan atau tahunan dan faktor dinamis. Faktor dinamis yang digunakan adalah indeks vegetasi rataan bulanan dan curah hujan bulanan yang bersangkutan. Pembobotan setiap faktor dihitung menggunakan metode CMA, karena ada peta genangan banjir yang dibuat oleh dinas pengairan Indramayu lihat Gambar 28. Skor setiap sub faktor dihitung dengan metode ratingskala berdasarkan nilai mínimum dan maksimum nilai rasio antara observasi dan ekspetasi pada metode CMA. Perhitungan bobot relatif masing-masing faktor dan nilai skor sub faktor terhadap luasan kejadian banjir bulan Januari tahun 2006 secara detail dapat dilihat pada Tabel Lampiran 2 sampai dengan 8. Hasil rekapitulasi perhitungan bobot relatif dan gabungan setiap faktor penyebab banjir dengan peta genangan banjir berdasarkan laporan Dinas Pengairan Kabupaten Indramayu disajikan pada Tabel 19. Tahun Banjir Ha Kekeringan Ha 2002 3,071 8,026 2003 - 25,646 2004 11,497 3,026 2005 276 2,666 2006 18,140 16,546 2007 1,867 14,803 2008 5,230 28,615 2009 3,039 2,459 Jumlah 43,120 101,787 RataanTh 6,160 12,723 Easy PDF Creator is professional software to create PDF. If you wish to remove this line, buy it now. 73 Gambar 28 . Informasi Spasial Genangan Banjir Bulan Januari tahun 2006 di Indramayu Tabel 19. Hasil perhitungan bobot setiap faktor penyebab banjir sawah No Parameter Bobot Relatif Bobot Gabungan 1 Elevasi El 0.451 0.167 2 Indeks Vegetasi IV 0.436 0.162 3 Drainase Dr 0.360 0.133 4 Hujan Bulanan Hb 0.307 0.114 5 Sistem Lahan SL 0.306 0.114 6 Bufer Sungai BS 0.303 0.112 7 SPI Hujan Bulanan SPI 0.271 0.100 8 Lereng Lr 0.261 0.097 Jumlah 2.694 1.00 Easy PDF Creator is professional software to create PDF. If you wish to remove this line, buy it now. 74 Model spasial Rawan Banjir RB berdasarkan bobot faktor pada Tabel 19 dan nilai skor pada setiap kelas sub faktor disajikan pada persamaan 34 : RB = 0.167 El_Skor + 0.162 IV_Skor + 0.133 Dr_Skor + 0.114 Hb_Skor + 0.114 SL_Skor + 0.112 BS_Skor + 0.1 SPI_Skor + 0.097 Lr_Skor 34 Dua faktor dinamik yang kondisinya dapat berubah menurut deret waktu adalah faktor IV EVI MODIS dan curah hujan bulanan dan SPI, sedangkan faktor yang lain relatif bersifat relatif permanen. Peta bahaya banjir Flood Hazard dapat dibuat dengan menggunakan faktor-faktor statis ditambah dengan rata-rata kondisi faktor dinamis selama beberapa tahun. Misalnya dengan mengunakan nilai rata-rata curah hujan bulanan atau tahunan selama 5 - 10 tahun terakhir serta rata-rata EVI bulanan selama beberapa tahun atau dengan menggunakan faktor penggunaan lahan. Peta bahaya banjir tersebut selanjutnya digunakan sebagai masking deteksi, pemantauan, dan prediksi banjir yang bersifat dinamis dengan perubahan kondisi curah hujan dan tingkat kehijauan lahan Indeks vegetasi untuk periode waktu yang lebih singkat. Untuk tujuan pemantauan pertumbuhan tanaman pangan selama periode waktu yang lebih singkat misalnya 8 harian dasarian, dua mingguan dan bulanan, khususnya tanaman padi di lahan sawah yang mencakup daerah yang lebih luas misalnya seluruh pulau Jawa, maka dapat digunakan empat faktor saja, yaitu elevasi, indeks vegetasi EVI, curah hujan, dan drainase tanah. Jika belum memiliki peta digital drainase tanah, maka cukup digunakan tiga faktor saja, yaitu EVI MODIS, curah hujan, dan elevasi. Elevasi ketinggian dapat diperoleh dengan menggunakan data SRTM 30 m maupun 90 m yang telah tersedia untuk sebagian besar wilayah di Indonesia. Sedangkan informasi spasial curah hujan dapat diperoleh dengan menggunakan data TRMM yang memiliki resolusi temporal tiga jam-an. Dengan demikian model spasial Rawan Banjir RB untuk tujuan pemantauan kerentanan pangan kegagalan panen akibat banjir dapat digunakan model spasial yang menggunakan 4 faktor, jika memiliki peta digital drainase tanah atau yang menggunakan 3 faktor disajikan pada persamaan 34 dan 36: a RB = 0.281 EVI skor + 0.198 CH skor + 0.290 El skor + 0.232 Dr skor 35 b RB = 0.365 EVI skor + 0.257 CH skor + 0.378 El skor 36 Easy PDF Creator is professional software to create PDF. If you wish to remove this line, buy it now. 75 Kategori tingkat Rawan Banjir selanjutnya dikelompokkan menjadi 5 kelas sesuai dengan kebutuhan informasi pengguna Dirjen Perlindungan Tanaman Pangan, Kementrian Pertanian, yaitu : Tidak banjir, Banjir ringan, sedang, berat, dan banjir sangat berat. Klasifikasi Rawan Banjir sawah menjadi 5 kelas dilakukan berdasarkan pembagian interval kelas menggunakan nilai rata-rata mean dan ¼standar deviasi dari sebaran spasial hasil Overlay. Pengelompokan dengan metode ini dipilih karena sebaran spasial yang terbentuk mendekati pola genangan banjir. Selain itu dapat dijadikan sebagai metode standar jika menggunakan data pada lokasi dan waktu kejadian yang berbeda. Pengelompokan kategori kelas banjir sawah disajikan pada Tabel 20. Tabel 20. Klasifikasi Tingkat Rawan Banjir Sawah No Kriteria Kisaran RB_Skor Kelas Banjir 1 Mean + 0.5 Std 1 – 64 Tidak Banjir 2 Mean + 0.5 Std - Mean + Std 65 – 75 Banjir ringan 3 Mean + Std - Mean + 1.25 Std 76 – 80 Banjir sedang 4 Mean + 1.25 Std - Mean + 1.75 Std 81 – 91 Banjir berat 5 Mean + 1.75 Std 91 Banjir sangat berat Implementasi model banjir berdasarkan persamaan no 28 untuk pemetaan kejadian banjir lahan sawah pada bulan Januari 2006 di Indramayu disajikan pada Gambar 29. Lokasi yang mengalami banjir sawah pada kategori kelas Berat dan Sangat Berat yang berpotensi puso meliputi Kecamatan : Kandanghaur, Losarang, dan Krangkeng. Easy PDF Creator is professional software to create PDF. If you wish to remove this line, buy it now. 76 Gambar 29. Rawan Banjir Lahan Sawah Bulan Januari Tahun 2006

5.4. Rentan Kegagalan Panen Puso akibat Kekeringan