Penentuan Premi Asuransi HASIL DAN PEMBAHASAN

Sakit. Disamping itu, 20 persen yang lain memiliki kemampuan membayar terhadap pelayanan kesehatan sebesar Rp 4.015. Kemampuan membayar ATP Jumlah Responden Gambar 5. Deskripsi ATP 4 Berdasarkan Lima Persen Pengeluaran Bukan Makanan Hal itu berarti bahwa sekitar 80 persen masyarakat Kota Sukabumi memiliki kemampuan untuk membayar pelayanan kesehatan yang tinggi dan hanya 20 persen masyarakat Kota Sukabumi membutuhkan bantuan pemerintah untuk pengadaan pelayanan kesehatan.

5.3. Penentuan Premi Asuransi

Dalam penentuan premi asuransi kesehatan untuk penduduk Kota Sukabumi penulis mengacu kepada pedoman penetapan premi asuransi yang dikeluarkan oleh Departemen Kesehatan. Besaran premi didapat dengan cara menghitung jumlah dari biaya-biaya per kapita pelayanan kesehatan per responden. Biaya per kapita tersebut diperoleh dengan mengalikan rasio penggunaan dengan biaya rata-rata per unit pelayanan masing-masing. Hal ini dilakukan karena data kontak rate dari penduduk kota Sukabumi ke pelayanan kesehatan baik ke Pemerintah maupun swasta tidak dapat dihitung, karena data yang ada pada pelayanan kesehatan hanya menggambarkan kunjungan penduduk ke pelayanan kesehatan, bukan kontak rate . Tingkat penggunaan utilisasi yang digunakan untuk menghitung besaran premi pada kajian ini mengacu pada data pemanfaatan rumah tangga untuk pelayanan kesehatan dari hasil SUSENAS 1998, dengan satuan biaya yang telah disesuaikan dengan tingkat pembiayaan kesehatan Kota Sukabumi. Pendekatan ini sesuai dengan pendekatan penghitungan biaya kapita jaminan pelayanan kesehatan masyarakat dengan prinsip community rating Tim Pengajar Manajemen Keuangan Rumah Sakit, 1999. Berdasarkan pedoman yang ada tentang utilisasi tersebut maka perhitungan besaran premi secara lebih rinci dapat dilihat pada Tabel 15. Tabel 15 Penghitungan Premi Universal Coverage dengan Community Rating Kota Sukabumi Tahun 2007 No Jenis Pelayanan Tingkat Penggunaan utilisasi Satuan Biaya rp Biaya Perkapita rp 1 Rawat Jalan Tingkat I - Dokter Umum - Dokter Gigi - Obat 12.2 1.06 16.26 13,000 42,000 1,586 445 2 Rawat Jalan Tingkat II - Dokter Spesialis - Obat - Penunjang Diagnosis 1.89 1.89 0.458 25,000 20,000 15,000 473 378 69 3 Rawat Inap 0.554 500,000 2,770 4 Operasi - Besar - Sedang - Kecil 0.0304 0.0504 0.0277 600,000 450,000 300,000 182 227 83 5 Layanan Gawat Darurat 0.0307 200,000 61 6 Persalinan 0.0797 60,000 48 7 Pencegahan penyuluhan 0.2 25,000 50 TOTAL besaran premi 6,372 Berdasarkan informasi dari Tabel 15 terlihat bahwa dengan menggunakan asumsi standar tingkat penggunaan utilisasi secara nasional, maka diketahui bahwa jumlah premi untuk cakupan layanan seperti tersebut di atas adalah minimal Rp 6.372,- enam ribu tiga ratus tujuh puluh dua rupiah. Hal ini masih dapat dibuat beberapa skenario tertentu sehingga didapatkan besar premi yang paling rasional. Beberapa skenario yang dapat dikembangkan adalah pendekatan single global budgeting dan penentuan tarif yang diproyeksikan untuk lima tahun ke depan. Akan tetapi hal ini tidak dilakukan pada penelitian ini. Dalam upaya mewujudkan cakupan menyeluruh asuransi kesehatan di Kota Sukabumi dapat ditempuh melalui asuransi kelompok yang diwajibkan oleh pemerintah daerah baik melalui perangkat hukum Perda Peraturan Daerah maupun Keputusan Walikota. Asuransi wajib membawa implikasi ekonomis, baik yang bersifat merugikan maupun yang bersifat menguntungkan. Metoda community rating dapat disimulasikan sehingga premi masing-masing dapat bervariasi setelah diterapkan penyesuaian, misalnya penyesuaian premi menurut ukuran keluarga yang tercakup asuransi. Dalam tahap berikutnya beberapa skenario penentuan premi dan penunjukkan Bapel Badan Pelaksana asuransi serta metoda collecting preminya dapat diterapkan. Setelah diketahui besaran anggaran yang menjadi kebutuhan kesehatan, dapat diwujudkan melalui peristilahan public service obligation yang merupakan tanggung jawab pemerintah dalam menjamin masyarakat terhadap kepastian mendapatkan pelayanan kesehatan. Besaran sharing premi dapat ditetapkan dengan sharing antara pemerintah pusat, pemerintah provinsi maupun pemerintah daerah dan juga sharing premi masyarakat itu sendiri. Akan tetapi karena keterbatasan data yang dapat diperoleh maka pendekatan-pendekatan dan simulasi scenario tersebut juga tidak dilakukan dalam penelitian ini.

BAB VI STRATEGI DAN PROGRAM PENGEMBANGAN JAMINAN

KESEHATAN DAERAH JAMKESDA DI KOTA SUKABUMI 6.1. Identifikasi Potensi dan Kebutuhan Masyarakat dalam Pengembangan Jaminan Kesehatan Daerah JAMKESDA di Kota Sukabumi Jaminan Kesehatan Daerah JAMKESDA yang akan dikembangkan di Kota Sukabumi merupakan suatu upaya yang dikembangkan untuk meningkatkan taraf kesehatan masyarakat yang belum memiliki asuransi kesehatan dengan menjaga mutu pelayanan dan mengendalikan biaya pelayanan sehingga tidak menghambat akses masyarakat. Karena pada saat ini baru sebagian kecil saja masyarakat Kota Sukabumi yang mengikuti Asuransi Kesehatan dan sebagian besar belum mengikuti asuransi kesehatan. Jadi dalam hal ini masyarakat yang menjadi sasaran program ini adalah masyarakat yang tidak mengikuti asuransi kesehatan seperti Askes, Askeskin, Gakin, Jamsostek, Dana Sehat, Askes Swasta. Pada dasarnya Jaminan Kesehatan Daerah JAMKESDA yang adalah sistem pemeliharaan kesehatan yang memadukan penataan subsistem pelayanan dengan subsistem pembiayaan kesehatan. Karena itu dalam Jaminan Kesehatan Daerah JAMKESDA masyarakat akan dilibatkan untuk membiayai dengan iuran dimuka sebagai wujud partisipasi aktif dan kemandirian dalam pembangunan kesehatan. Selain itu pemerintah pun turut berpartisipasi dalam cost sharing pembiayaan Jaminan Kesehatan Daerah JAMKESDA tersebut. Sedangkan adalah pihak penyelenggara bertanggung jawab mengelola iuran secara efesien, keterlibatan sarana pelayanan kesehatan untuk melaksanakan layanan bermutu namun ekonomi cost-effectiveness dengan pembayaran