Konsentrasi Gas O Jenis Kemasan Film untuk Produk Segar

8 Gambar 4. Kerusakan belimbing selama penyimpanan dingin Sumber : Google picture.com

E. Konsentrasi Gas O

2 dan CO 2 dalam Kemasan Plastik Penyimpanan buah dalam plastik kemasan merupakan sistem dinamis, dimana oksigen secara terus menerus digunakan buah untuk melakukan respirasi dan menghasilkan gas CO 2 . Akibat terjadinya perbedaan kandungan O 2 antara bagian dalam dan luar kemasan maka O 2 akan masuk ke dalam kemasan dan CO 2 akan keluar dari kemasan Deily dan Rizvi, 1981. Menurut Zagory dan Kader 1988, kandungan O 2 yang terdapat di dalam kemasan sebesar 2-5, sedangkan kandungan CO 2 tidak melebihi 16-19 karena dapat menimbulkan kerusakan pada produk segar. Permeabilitas film kemasan plastik terhadap CO 2 sebaiknya berkisar 3-5 kali dibanding permeabilitas O 2 . Tabel 4 menunjukkan permeabilitas beberapa jenis film. Tabel 4. Permeabilitas plastik film menurut jenisnya Jenis plastic Tebal mm Permeabilitas ml.milm 2 .jam Nisbah O 2 :CO 2 β O 2 CO 2 PVC 0.95 1033 389 0.38 OPP 1 3007 1282 0.43 LDPE 0.99 1002 3600 3.59 PP 0.61 229 656 2.86 strecth film 0.57 4143 6226 1.5 Sumber :Gunadya 1992, pengukuran pada suhu ruang Mannapperuma et al. 1989 mendapatkan hubungan matematik antara konsentrasi gas O 2 dan CO 2 untuk mendapatkan permeabilitas yang sesuai sebagai berikut : X 2 = C 2 + β C 1 – X 1 …………………………………….………………..1 dimana, x : konsentrasi gas dalam kemasan c : konsentrasi gas udara sekitar β : nisbah permeabilitas CO 2 dengan O 2 dari film kemasan R : laju respirasi ml gas kg.jam Semakin besar nilai permeabilitas suatu film kemasan maka proses pertukaran udara sekitar dan gas yang terkandung di dalam buah akan semakin cepat, sehingga proses respirasi dan sistem metabolisme lainnya di dalam buah ikut terjadi pula. 9

F. Jenis Kemasan Film untuk Produk Segar

Beberapa jenis kemasan plastik yang dikenal adalah polietilen, polipropilen, poliester, nilon dan vinil film. Jenis plastik yang banyak digunakan untuk berbagai tujuan kemasan 60 dari penjualan plastik yang ada di dunia adalah polistiren, polietilen dan polivinil klorida. Wadah yang digunakan dalam pengemasan bahan pangan terdapat dua macam, yaitu wadah utama atau wadah yang langsung berhubungan dengan bahan pangan dan wadah kedua atau wadah yang tidak langsung berhubungan dengan bahan pangan. Wadah utama harus bersifat non toksik tidak beracun dan inert kedap sehingga tidak terjadi reaksi kimia dapat menyebabkan perubahan warna, flavour dan perubahan lainnya. Selain itu, untuk wadah utama biasanya diperlukan syarat-syarat tertentu bergantung pada jenis makanannya, misal melindungi makanan dari kontaminasi, melindungi kandungan air dan lemak, mencegah masuknya bau dan gas, melindungi makanan dari sinar matahari, tahan terhadap tekanan atau benturan dan transparan Winarno, 1983. Jenis kemasan film yang banyak digunakan untuk pengemas produk pangan seperti buah- buahan segar disajikan berikut ini. 1 Polietilen PE Polietilen merupakan film yang lunak, transparan dan fleksibel, mempunyai kekuatan benturan serta kekuatan sobek yang baik. Polietilen adalah polimer dari monomer etilen yang dibuat dengan proses polimerisasi adisi dari gas etilen yang diperoleh dari hasil samping industri minyak dan batubara Winarno dan Jenie, 1983. Proses polimerisasi dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu polimerisasi dalam bejana bertekanan tinggi 1000-300 atm menghasilkan molekul makro dengan banyak percabangan yakni campuran dari rantai lurus dan bercabang. Cara kedua, polimerisasi dengan bejana bertekanan rendah 10-40 atm menghasilkan molekul makro berantai lurus dan tersusun paralel. Dengan pemanasan akan menjadi lunak dan mencair pada suhu 110 C. Berdasarkan sifat permeabilitasnya yang rendah serta sifat-sifat mekaniknya yang baik, polietilen mempunyai ketebalan 0.001 sampai 0.01 inci, yang banyak digunakan sebagai pengemas makanan, karena sifatnya yang thermoplastik, polietilen mudah dibuat kantung dengan derajat kerapatan yang baik Sacharow dan Griffin, 1980. Konversi etilen menjadi polietilen PE secara komersial semula dilakukan dengan tekanan tinggi, namun ditemukan cara tanpa tekanan tinggi. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut: nCH2 = CH2 -CH2-CH2-n etilen polimerisasi ploietilen Sifat-sifat polietilen adalah : a Penampakannya bervariasi dari transparan, berminyak sampai keruh translusid tergantung proses pembuatan dan jenis resin. b Fleksible sehingga mudah dibentuk dan mempunyai daya rentang yang tinggi. c Heat seal dapat dikelim dengan panas, sehingga dapat digunakan untuk laminasi dengan bahan lain. Titik leleh 120 o C. d Tahan asam, basa, alkohol, deterjen dan bahan kimia. e Kedap terhadap air, uap air dan gas. f Dapat digunakan untuk penyimpanan beku hingga suhu -50 o C. g Transmisi gas tinggi sehingga tidak cocok untuk pengemasan bahan yang beraroma. h Tidak sesuai untuk bahan pangan berlemak. 10 i Mudah lengket sehingga sulit dalam proses laminasi, tapi dengan bahan antiblok sifat ini dapat diperbaiki, serta j Dapat dicetak. LDPE Low Density Polietilen dihasilkan dengan cara polimerisasi pada tekanan tinggi, mudah dikelim dan harganya murah. Dalam perdagangan dikenal dengan nama alathon, dylan dan fortiflex. Kekakuan dan kuat tarik dari LDPE lebih rendah daripada HDPE High Density Polietilen modulus Young 20.000-30000 psi, dan kuat tarik 1200-2000 psi, tapi karena LDPE memiliki derajat elongasi yang tinggi 400-800. Plasik ini mempunyai kekuatan terhadap kerusakan dan ketahanan untuk putus yang tinggi, serta titik lelehnya berkisar antara 105-115 o C. Jenis ini biasanya untuk film, mangkuk, botol dan wadah atau kemasan Mimi, 2002. 2 Polipropilen PP Menurut Brody 1972, polipropilen adalah sebuah polimertermo-plastik yang dibuat oleh industri kimia dan digunakan dalam berbagai aplikasi, diantaranya pengemasan buah atau sayuran, tekstil contohnya tali, pakaian dalam, termal, dan karpet, alat tulis, berbagai tipe wadah daur ulang serta bagian plastik, perlengkapan laboratorium, pengeras suara, komponen otomotif, dan uang kertas polimer. Polimer adisi yang terbuat dari propilena monomer, permukaannya tidak rata serta memiliki sifat resistan yang tidak biasa terhadap kebanyakan pelarut kimia, basa dan asam. Polipropena biasanya didaur-ulang, dan simbol daur ulangnya adalah nomor 5. Polipropilen memiliki sifat-sifat sebagai berikut: a Ringan, mudah dibentuk, transparan dan jernih dalam bentuk film. Tetapi dalam bentuk kemasan kaku maka PP tidak transparan. b Kekuatan terhadap tarikan lebih besar dibandingkan PE. c Pada suhu rendah akan rapuh. d Dalam bentuk murni pada suhu -30°C mudah pecah sehingga perlu ditambahkan PE atau bahan lain untuk memperbaiki ketahanan terhadap benturan. e Tidak dapat digunakan untuk kemasan beku. f Lebih kaku dari PE dan tidak mudah sobek sehingga dalam penanganan dan distribusi. g Permeabilitas uap air rendah, permeabilitas gas sedang. h Tidak baik untuk mengemas produk yang peka terhadap oksigen. i Tahan terhadap suhu tinggi sampai 150°C, sehingga dapat digunakan untuk mengemas produk pangan yang memerlukan proses sterilisasi. j Tahan terhadap asam kuat, basa dan minyak. k Pada suhu tinggi PP akan bereaksi dengan benzene, silken, toluene, terpentin asam nitrat kuat. 3 Polistiren PS Polistiren banyak digunakan untuk mengemas buah-buahan dan sayuran karena memiliki permiabilitas yang tinggi terhadap air dan gas. PS memiliki sifat umum sebagai berikut: a Lentur dan tidak mudah sobek. b Titik lebur 88°C, akan melunak pada suhu 90 - 95°C. c Tahan terhadap asam dan basa, kecuali asam pengoksidasi. 11 d Akan terurai dengan ester, keton, hidrokarbon aromatik, klorin dan alkohol dengan konsentrasi yang tinggi. e Memiliki permeabilitas yang sangat tinggi terhadap gas dan uap air, sehingga sangat sesuai untuk mengemas bahan-bahan segar. f Memiliki afinitas yang tinggi terhadap debu. g Baik untuk bahan dasar laminasi dengan logam aluminium 4 Selulose Asetat CA Selulose asetat memiliki sifat: a Sensitif terhadap air. b Akan terdekomposisi olah asam kuat, basa kuat alkohol dan ester. c Tidak mudah mengkerut bila dekat api. d Sangat jernih, mengkilap, agak kaku dan mudah sobek. e Terhadap benturan maka selulosa asetat lebih tahan dibandingkan HDPE namun lebih lebih lemah bila dibandingkan dengan selulosa propionate. f Tidak cocok untuk mengemas produk beku karena CA mudah rapuh pada suhu rendah. g Tahan terhadap minyak atau oli. 12

III. METODOLOGI PENELITIAN