Tempat dan Waktu Penelitian Rancangan Percobaan

METODE PENELITIAN 1. Bahan dan Alat Bahan-bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah CPO yang berasal dari PT Perkebunan Nusantara VIII Malimping Serang Banten, standard alfa- tokoferol Sigma-Aldrich T3251-56, Synthetic, 95 HPLC, hexan HPLC grade, isopropanol HPLC grade, metanol, NaOH, asam sulfat, KOH, PP dan bahan kimia lainnya. Peralatan yang dibutuhkan adalah destilasi molekuler produksi Pope Science berjenis Turnkey, 6”, Two-Stage Molecular Still Pilot Plant, dengan spesifikasi luas body 0,22m 2 stainless steel, feed rate antara 2 sampai 50 literjam, tekanan vakum mulai 300 torr sampai 5x10 -3 torr, dengan suhu destilasi dapat dioperasikan mulai dari 0-400 o C, reaktor esterifikasi dan transesterifikasi, High Performance Liquid Chromatrography HPLC kolom Zorbax SIL 0,46 x 25 cm dengan fase bergerak isopropanol : hexane 0,5 : 99,5 vv untuk absorbansi α tokoferol Tay et al. 2002, timer, timbangan, hot plate, termometer, stiring bor, sudip, magnetic stirer-hot plate, labu pemisah, erlenmeyer, serta peralatan analisis seperti buret, peralatan gelas dan pendukung lainnya.

2. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Surfactant and Bioenergy Research Centre SBRC Institut Pertanian Bogor, Laboratorium Pengawasan Mutu Departemen Teknologi Industri Pertanian – Institut Pertanian Bogor, dan Laboratorium Atsiri - Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia LIPI di PUSPIPTEK Serpong, mulai bulan Pebruari sampai dengan bulan Oktober 2008.

3. Metode

Penelitian ini dibagi menjadi dua tahap, tahap pertama adalah pembuatan biodiesel dari CPO, tahap kedua adalah separasi Vitamin E dari biodiesel CPO dan menguji bilangan iod, angka asam, FFA sebelum dan sesudah proses destilasi.

a. Pembuatan Biodiesel CPO

CPO yang digunakan berasal dari PTPN VIII Bandung. CPO selanjutnya dianalisis kadar asam lemak bebasnya FFA. Kadar asam lemak bebas akan menentukan besarnya metanol dan asam sulfat untuk reaksi esterifikasi. Gambar 8. Diagram alir pembuatan biodiesel CPO. Pada proses pembuatan biodiesel, CPO sebanyak 1000 ml dipanaskan sampai suhu 55 o C, ditambah metanol 225 dari jumlah FFA dan katalis asam sulfat 5 FFA. Selanjutnya dilakukan pengadukan 350 rpm untuk menyeragamkan suhu dan suspensi sampai terbentuk ester. Suhu campuran CPO FFA Pemanasan 55 o C Metanol 225 FFA Asam sulfat 5 FFA Reaksi esterifikasi 1 jam Pemisahan sisa metanol dan FAME + CPO Metanol Sisa FAME+ trigliserida Pemanasan 55 o C Reaksi transesterifikasi 1 jam Pemisahan gliserol dan FAME Metanol 15 CPO Katalis 1 CPO Gliserol Pencucian dengan air 70 o C, 3 kali Pengeringan 115 o C, 30 i Biodiesel CPO dipertahankan pada 55 o C. selama 1 jam. Setelah reaksi berlangsung sempurna dilakukan tahap transesterifikasi, dengan menambahkan metanol 15 dan NaOH sebanyak 1 dari jumlah minyak. Pengadukan dilanjutkan kembali selama 1 jam sampai terbentuk warna kecoklatan yang menandai telah terbentuknya gliserol sebagai produk samping. Metil ester dan gliserol dipisahkan menggunakan labu pemisah. Lapisan bawah adalah gliserol dan metil ester berada di bagian atas. Metil ester dipisahkan dan dicuci dengan akuades suhu 50 o C untuk menghilangkan sisa katalis, metanol dan sabun, sampai tiga kali pencucian. Pengeringan metil ester atau biodiesel dilakukan menggunakan pemanasan suhu 115 o C sampai seluruh air menguap. Pengujian tahap awal adalah uji kadar lemak bebas pada biodiesel yang telah dihasilkan. Pengujian asam lemak bebas ini penting untuk memastikan bahan baku tidak memiliki asam lemak bebas yang cukup tinggi 1 yang dapat menghambat kinerja pompa vakum pada destilasi molekuler. Asam lemak bebas tinggi dapat menguap secara cepat dan terserap dalam pompa vakum tanpa terjerat trap yang mengakibatkan macetnya pompa vakum.

b. Separasi Vitamin E

Pada tahap ini, biodiesel yang dihasilkan dihitung kandungan tokoferol kemudian dianalisis sifat fisik dan kimianya. Informasi karakteristik tokoferol dan metil ester secara spesifik akan sangat dibutuhkan pada tahapan penelitian separasi dengan destilasi molekuler. Gambar 9. Diagram alir tahapan separasi Vitamin E. Metill ester CPO Destilasi Molekuler Larutan Vitamin E Analisis tokoferol, Bilangan iod, bilangan asam, angka asam Residu Analisis tokoferol, Bilangan iod, bilangan asam, angka asam Parameter penting untuk menunjang proses separasi dengan destilasi molekuler adalah berat molekul dan titik didih. Hasil proses pemisahan dengan destilasi molekuler kemudian di analisis menggunakan HPLC untuk mengetahui konsentrasi larutan vitamin E yang dihasilkan.

4. Rancangan Percobaan

Tahap pengumpulan data dan analisis hasil penelitian digunakan Metode Permukaan Respon RSM. Faktor yang berpengaruh pada destilasi molekuler adalah Kecepatan wiper, kecepatan laju alir bahan, dan suhu evaporasi. Percobaan ini menggunakan rancangan komposit terpusat Central Composite Design dengan menggunakan 3 faktor, masing-masing perlakuan dibagi menjadi dua level. Sesuai dengan rancangan komposit terpusat 3 faktor maka pengulangan dilakukan pada titik tengah sebanyak 6 enam kali. Faktor berserta level dibawahnya adalah sebagai berikut: a. Faktor Kecepatan Laju Alir Bahan A 1. Kecepatan Laju Alir Bahan = 1,3 literjam a 1 = - 1 2. Kecepatan Laju Alir Bahan = 2,7 literjam a 2 = +1 b. Faktor Suhu Destilasi B 1. Suhu Destilasi = 175 ˚C b 1 = - 1 2. Suhu Destilasi = 220 ˚C b 2 = +1 c. Faktor Kecepatan Putaran Wiper C 1. Kecepatan Putaran Wiper = 200 rpm c 1 = - 1 2. Kecepatan Putaran Wiper = 400 rpm c 2 = +1 Nilai α dipilih k = 3 adalah 2 k4 = 2 ¾ = 2 0,75 = 1,68. Setelah menetapkan level-level faktor yang bersesuaian dengan rancangan faktorial 2 k , maka ditetapkan level-level faktor yang bersesuaian dengan titik pusat a = 0, b = 0 dan c = 0, dengan jalan mengambil titik tengah diantara kedua level faktor yang telah dispesifikasikan dalam langkah pertama. Dari faktor dan level diatas, maka diketahui titik –titik pusat adalah: a. Faktor laju alir bahan dengan titik pusat : kode a = 0 literjam 2 2 literjam 7 , 2 literjam 3 , 1 = + b. Faktor suhu destilasi dengan titik pusat: kode b = 0 c. Faktor kecepatan putar wiper dengan titik pusat: kode c = 0 Diketahui bahwa level-level laju alir bahan A berturut-turut: 1,3 literjam kode a = -1, 2,7 literjam kode a = 1 dan 2 literjam kode a = 0, maka titik tengah dari faktor A adalah 2 literjam serta jarak diantara level faktor adalah 0,7 literjam, dengan demikian hubungan antara variabel kode a dan variabel asli A dapat dinyatakan sebagai berikut: 7 , 2 − = A a , 2 7 , + = a A .......................................................... 5 dengan cara yang sama, maka dapat ditentukan bentuk hubungan antara b dan B serta c dan C, sebagai berikut: 25 200 − = B b , 200 25 + = b B ...................................................... 6 100 300 − = C c , 300 100 + = c C ..................................................... 7 Penentuan level-level faktor yang bersesuaian dengan nilai - α = -1,68 dan α = 1,68 dengan jalan memanfaatkan hubungan yang ada antara variabel kode dan variabel asli dalam persamaan 5, 6, dan 7. Menggunakan persamaan 5, maka diketahui bahwa: untuk a = -1,68, maka A = 0,7 -1,68 + 2 = 0,82 untuk a = 1,68, maka A = 0,7 1,68 + 2 = 3,18 Menggunakan persamaan 6, maka diketahui bahwa : untuk b = -1,68, maka B = 25 -1,68 + 200 = 159,9 untuk b = 1,68, maka B = 25 1,68 + 200 = 235,3 Menggunakan persamaan 7, maka diketahui bahwa : untuk c = -1,68, maka C = 100 -1,68 + 300 = 131,8 untuk c = 1,68, maka C = 100 1,68 + 300 = 468,2 C 00 2 2 C 20 2 C 175 ° = ° + ° rpm 300 2 rpm 00 4 rpm 200 = + Pengkodean dan level asli proses atau variabel bebas ditunjukkan oleh Tabel 3. Tabel 3. Rancangan penelitian terkodekan dan aktual Perlakuan Pengacakan Nilai Faktor Terkodekan Nilai Faktor Aktual Laju Alir Bahan A Suhu Destilasi B Kecepatan Putar Wiper C Laju Alir Bahan Suhu Destilasi Kecepatan Putar Wiper LiterJam Celcius rpm LiterJam Celcius rpm 1 19 -1 -1 -1 1,30 175,0 200 2 15 1 -1 -1 2,70 175,0 200 3 14 -1 1 -1 1,30 220,0 200 4 1 1 1 -1 2,70 220,0 200 5 8 -1 -1 1 1,30 175,0 400 6 5 1 -1 1 2,70 175,0 400 7 10 -1 1 1 1,30 220,0 400 8 4 1 1 1 2,70 220,0 400 9 17 -1,68 0,82 197,5 300 10 6 1,68 3,18 197,5 300 11 9 0 -1,68 0 2,00 159,9 300 12 18 0 1,68 2,00 235,3 300 13 13 0 0 -1,68 2,00 197,5 131,8 14 11 0 0 1,68 2,00 197,5 468,2 15 7 0 0 0 2,00 197,5 300 16 20 0 0 0 2,00 197,5 300 17 2 0 0 0 2,00 197,5 300 18 16 0 0 0 2,00 197,5 300 19 3 0 0 0 2,00 197,5 300 20 12 0 0 0 2,00 197,5 300 Data pendukung yang diuji selain konsentrasi tokoferol adalah bilangan iod, angka asam, asam lemak bebas. Pengujian bilangan iod menggunakan standar pengujian FBI-A04-03, pengujian angka asam dan FFA menggunakan FBI- A01-03. Kandungan alfa-tokoferol diukur dengan menggunakan HPLC AOAC 1997. Detektor yang digunakan pada sistem HPLC ini adalah Ultraviolet UV dengan panjang gelombang 292 nm. Kolom yang digunakan untuk analisa alfa tokoferol adalah Zorbax Sil dengan ukuran 250 x 4,6 mm dengan saringan membran 0,5 µm. Fasa bergerak yang digunakan adalah isoproanol dalam hexan dengan perbandingan 0,5 : 99,5 vv. Larutan vitamin E minyak sawit sebanyak 0,4 gr ditimbang dalam labu ukur 5 ml, kemudian ditera menggunakan hexan. Contoh diinjeksikan sebanyak 20 µm kedalam injektor. Laju alir yang digunakan pada kolom HPLC adalah 1 mlmenit selama 15 menit. Prosedur pengujian terdapat pada Lampiran 1. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Pembuatan Biodiesel CPO Menurut May 2007, metode ekstraksi dan isolasi komponen minor tokoferol termasuk didalamnya dari minyak nabati dilakukan dengan a esterifikasi dan transesterifikasi, b mengambil fase ester yang mengandung komponen minor dengan memisahkan dari gliserol, c ekstraksi untuk memisahkan komponen minor. Hal ini menunjukkan bahwa proses perubahan CPO menjadi metil ester merupakan salah satu bagian dari proses pemisahan yang tidak merusak komponen minor yang terdapat dalam CPO. Batistella 1998, juga menggunakan metode esterifikasi dan transesterifikasi untuk memisahkan karoten dari biodiesel dengan metode destilasi molekuler. Penggunaan esterifikasi dan transesterifikasi dapat memudahkan destilasi molekuler karena molekul-molekul yang berat seperti gliserol telah terpisahkan terlebih dahulu. Berdasarkan hasil uji, CPO yang digunakan dalam penelitian ini memiliki kadar asam lemak bebas 5,25, kadar air 0,19 dan kadar kotoran 0.020 PTPN VIII, 2007. Kadar asam lemak bebas lebih dari 2 mensyaratkan proses dua tahap, esterifikasi dan transesterikfikasi pada konversi CPO menjadi metil ester. Proses konversi metil ester dilakukan bertahap sesuai dengan kapasitas peralatan yang tersedia di Laboratorium Surfactant and Bioenergy Research Centre SBRC. Hasil pengujian metil ester yang terbentuk menunjukkan kadar asam lemak bebas sebanyak 0,4, dan kadar bilangan asam sebesar 1,83. Hasil analisis HPLC pada metil ester menunjukkan konsentrasi tokoferol pada metil ester sebesar 651 ppm. Nilai ini tidak jauh berbeda dengan kandungan tokoferol dari CPO sebesar 600-1000 ppm Tan dan Oh 1981; Gapor et al. 1981. Hasil uji bilangan iod menunjukkan nilai 59,7 jauh lebih rendah dari yang disyaratkan dalam standar mutu biodiesel Indonesia sebesar 115 Haryadi dkk. 2005. Artinya, bilangan iod kecil menunjukkan metil ester yang terbentuk cenderung jenuh dan tidak memiliki banyak ikatan rangkap. Bilangan iod kecil juga menunjukkan bahwa metil ester yang dihasilkan stabil pada suhu tinggi karena ketiadaan ikatan rangkap.

2. Kondisi Proses dan Operasi Destilasi Molekuler